• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK OLEH BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh

Cindy Charina Sembiring

110902049

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Cindy Charina Sembirirng

NIM : 110902049

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK OLEH BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN

Anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa yang akan datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Salah satu upaya untuk menjamin pemenuhan hak-hak anak tersebut adalah dengan pelaksanaan program Kota Layak Anak yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam sebuah proses pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat.

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan melukiskan data yang didapat dari lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Kota Layak Anak dalam meningkatkan kesejahteraan anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulau Brayan Darat II Kota Medan.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi lapangan.Data yang didapat kemudian dinarasikan secara kualitatif dengan mengadakan kategorisasi dan selanjutnya dianalisis.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Kota Layak Anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan terlaksana cukup baik ditandai dengan diadakannya Forum Anak, menetapkan Sekolah Ramah Anak, sosialisasi yang dilakukan dalam meningkatkan cakupan registrasi pemenuhan akte kelahiran bagi anak serta pemenuhan kesehatan anak melalui diadakannya kegiatan posyandu. Hanya saja diharapkan kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan merawat fasilitas yang disediakan bagi anak dan juga diharapkan agar Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana tetap fokus dalam melaksanakan program ini secara rutin dan berkesinambungan agar tujuan dan manfaat program ini terus dirasakan oleh anak.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Cindy Charina Sembiring

NIM : 110902049

ABSTRACT

PROGRAM OF THE CITY OF CHILDREN DESERVE TO INCREASE CHILD WELFARE AGENCY BY THE EMPOWERMENT OF WOMEN AND FAMILY

PLANNING MEDAN CITY

Child isat oncea portrait ofthe heirandfuture of the nationinthe future, the next generationthe idealsof the nation, so thatevery childhas the right tolive, grow and develop, participate andbe protected fromviolenceand discrimination andcivil rightsandfreedoms. One of the effortstoensure thefulfillment of the rightsof the childiswiththe implementation ofthe City Of Children Deserveprogramcarried out by TheEmpowermentOf WomenandFamily PlanningMedan City.The aim istoprovide protection tochildrenandtheir rights inaprocessof sustainable development, by creatinga conducive environmentso that children canlive, grow, developandparticipate optimallysuitthe dignity.

This study isa descriptive study withqualitative approachis todescribeanddepictthe data obtainedfrom the fieldandthenexplain itwith words.This study aims toinvestigate the implementation ofthe City ProperHygieneprogramin improving the welfareof childrenby the Agency forWomen's EmpowermentandFamily PlanningMedan.This research was conductedin thevillageof PuloBrayanLandII. Data was collected byin-depthinterviewsand field observations.Datawereobtained and thennarratedqualitativelyby holdingcategorizationand furtheranalyzed.

Based on the data that has been collected and analyzed it can be concluded that the implementation of the program by the City of Eligible Children of Women Empowerment and Family Planning Medan done pretty well marked by the holding of Children's Forum, set the Child Friendly School, socialization is done in improving the compliance certificate of registration coverage the birth of the child as well as the fulfillment of children's health through the holding of posyandu activities.It's justexpectedthe awarenessofthe community tomaintain and carefacilities providedfor children andis also expectedthat theAgency forWomen's EmpowermentandFamily Planningremain focusedin implementingthisprogramregularlyand continuouslyfor the purposeandbenefits ofthisprogramcontinues tobe feltbythe child.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Adapun judul skripsi ini adalah “Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan”. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Terkhusus buat kedua orangtuaku, Bapak T. Sembiring dan Mama F. Hutabarat, yang telah merawat penulis dengan penuh kasih sayang. Motivasi dan dukungan yang penulis rasakan baik secara materi yang tak terhitung nilainya serta selalu mendoakan penulis untuk meraih keberhasilan dalam meraih cita-cita. Semoga Tuhan Yesus senantiasa memberikan kesehatan dan rezeki buat Bapak dan Mama. Serta adikku satu-satunya Ridho Andryan Sembiring yang senantiasa menemani penulis hingga larut malam dalam menyelesaikan skripsi ini. Aku sayang kalian selalu.

(5)

Marlinda Siahaan yang selalu memberikan nasihat dan petuah agar penulis mampu menjadi inspirasi dan berkat bagi banyak orang. Buat kakak sepupuku Dwi Jayanti Purba yang paling cerewet dan bawel, terimakasih ya kakakku tersayang selalu mendoakan dan mendukung serta menjadi pendengar yang baik. Aku sayang kalian selalu.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.S.P, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara juga selaku Dosen Pembimbing penulis. Terimakasih ibu atas bimbingan, kritik, saran dan juga semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ilmu pengetahuan yang ibu berikan dapat menjadi bekal pembelajaran bagi penulis kedepannya.

5. Kepada seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan serta seluruh staf pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan informasi dan mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

6. Kepada Ibu Syafrina, SE, selaku Kasubbag Penyusunan Program dan Ibu Dra. Yuslinar, selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan BPP&KB Kota Medan. Terimakasih ibu telah memberikan kesempatan buat penulis untuk melakukan penelitian disana.

(6)

8. Buat sahabatku dari SD, SMP, SMA hingga kini, ALTOFA: Syella Gustari (Biibi), Riada Triwahyu Indah (Boobo) dan Sella Silvia (Buubu). Terimakasih ya buat persahabatan kita selama ini, saling menguatkan dan memberi semangat dalam banyak hal. Sukses buat kita ya. Pokoknya kalian the best, tak tergantikan. Hehe.

9. Buat teman seperjuangan selama perkuliahan hingga skripsi, Elvana Pebrianti Simatupang (Shay), Febriany Indah Ningsi Simanjuntak (Mpeb), Heriana Listya Bangun (Nande). Terimakasih ya buat kebersamaan kita baik saat senang sedih, suka duka. Sukses buat kita ya. Rajin kontak doa. Haha.

10. Buat teman Kessos 2011, Faras, Sofia, Vindy. Asamitra, Ronni, Ecko, Revor Duhai.Riasapta, Heny, Andri, Nugek. Pipin, Adele.Neysa, Nonivili, Tika, Bg Agus. Fadhlan. Ricky, Reno, Haikal, Yudha, Simon, Fikri, Bg Ibal, Chairi, Bg Ammar, Fajar, Sandy. Dan seluruh teman-teman Kessos 2011, semoga kita tetap menjaga pertemanan ini ya. VIVA KESSOS!!!!!!!!

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Namun demikian, skripsi ini tentunya jauh dari kesempurnaan.Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaantersebut.

Medan, Mei 2015 Hormat Saya,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……….... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian……….. 12

1.3.2 Manfaat Penelitian……….... 12

1.4 Sistematika Penulisan... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Program……….... 15

2.2 Anak…... 16

2.3 Kategori Masalah Anak……… 18

2.4 Perlindungan Anak 2.4.1 Pengertian Perlindungan Anak………... 21

2.4.2 Prinsip Perlindungan Anak………... 22

(8)

2.5 Hak-hak Anak………... 26

2.6 Kota Layak Anak 2.6.1 Pengertian KLA………... 30

2.6.2 Landasan Hukum KLA………. 31

2.6.3 Klaster Hak Anak Dalam Kerangka KHA………….... 33

2.6.4 Pendekatan Pengembangan KLA………... 41

2.6.5 Tahapan Pengembangan KLA………... 42

2.7 Kesejahteraan Anak………... 47

2.8 Kerangka Pemikiran………... 51

2.9 Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian 2.9.1 Defenisi Konsep………... 53

2.9.2 Ruang Lingkup Penelitian………... 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian……… 56

3.2 Lokasi Penelitian……… 56

3.3 Informan………. 57

3.4 Teknik Pengumpulan Data………... 58

3.5 Teknik Analisa Data………... 59

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 BPP&KB 4.1.1 Sejarah BPP&KB………... 60

4.1.2 Visi & Misi BPP&KB……… 62

(9)

4.1.4 Strategi……….. 66 4.1.5 Kebijakan……….. 66 4.1.6 Rincian Tugas Pokok & Fungsi BPP&KB…………... 67 4.2 Kelurahan Pulau Brayan Darat II

4.2.1 Kondisi geografis PBD II………. 70 4.2.2 Kondisi demografis PBD II……….. 71 BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar………... 74 5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci………. 75 5.2.2 Informan Utama……… 84 5.2.3 Informan Tambahan……….. 98 BAB VI PENUTUP

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku……….. 71

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur……… 72

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama………... 72

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan………... 73

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Cindy Charina Sembirirng

NIM : 110902049

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK OLEH BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN

Anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa yang akan datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Salah satu upaya untuk menjamin pemenuhan hak-hak anak tersebut adalah dengan pelaksanaan program Kota Layak Anak yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam sebuah proses pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat.

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan melukiskan data yang didapat dari lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Kota Layak Anak dalam meningkatkan kesejahteraan anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulau Brayan Darat II Kota Medan.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi lapangan.Data yang didapat kemudian dinarasikan secara kualitatif dengan mengadakan kategorisasi dan selanjutnya dianalisis.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Kota Layak Anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan terlaksana cukup baik ditandai dengan diadakannya Forum Anak, menetapkan Sekolah Ramah Anak, sosialisasi yang dilakukan dalam meningkatkan cakupan registrasi pemenuhan akte kelahiran bagi anak serta pemenuhan kesehatan anak melalui diadakannya kegiatan posyandu. Hanya saja diharapkan kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan merawat fasilitas yang disediakan bagi anak dan juga diharapkan agar Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana tetap fokus dalam melaksanakan program ini secara rutin dan berkesinambungan agar tujuan dan manfaat program ini terus dirasakan oleh anak.

(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Cindy Charina Sembiring

NIM : 110902049

ABSTRACT

PROGRAM OF THE CITY OF CHILDREN DESERVE TO INCREASE CHILD WELFARE AGENCY BY THE EMPOWERMENT OF WOMEN AND FAMILY

PLANNING MEDAN CITY

Child isat oncea portrait ofthe heirandfuture of the nationinthe future, the next generationthe idealsof the nation, so thatevery childhas the right tolive, grow and develop, participate andbe protected fromviolenceand discrimination andcivil rightsandfreedoms. One of the effortstoensure thefulfillment of the rightsof the childiswiththe implementation ofthe City Of Children Deserveprogramcarried out by TheEmpowermentOf WomenandFamily PlanningMedan City.The aim istoprovide protection tochildrenandtheir rights inaprocessof sustainable development, by creatinga conducive environmentso that children canlive, grow, developandparticipate optimallysuitthe dignity.

This study isa descriptive study withqualitative approachis todescribeanddepictthe data obtainedfrom the fieldandthenexplain itwith words.This study aims toinvestigate the implementation ofthe City ProperHygieneprogramin improving the welfareof childrenby the Agency forWomen's EmpowermentandFamily PlanningMedan.This research was conductedin thevillageof PuloBrayanLandII. Data was collected byin-depthinterviewsand field observations.Datawereobtained and thennarratedqualitativelyby holdingcategorizationand furtheranalyzed.

Based on the data that has been collected and analyzed it can be concluded that the implementation of the program by the City of Eligible Children of Women Empowerment and Family Planning Medan done pretty well marked by the holding of Children's Forum, set the Child Friendly School, socialization is done in improving the compliance certificate of registration coverage the birth of the child as well as the fulfillment of children's health through the holding of posyandu activities.It's justexpectedthe awarenessofthe community tomaintain and carefacilities providedfor children andis also expectedthat theAgency forWomen's EmpowermentandFamily Planningremain focusedin implementingthisprogramregularlyand continuouslyfor the purposeandbenefits ofthisprogramcontinues tobe feltbythe child.

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Cindy Charina Sembirirng

NIM : 110902049

ABSTRAK

PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANAK OLEH BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA KOTA MEDAN

Anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa yang akan datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Salah satu upaya untuk menjamin pemenuhan hak-hak anak tersebut adalah dengan pelaksanaan program Kota Layak Anak yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Tujuannya adalah untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam sebuah proses pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat.

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menggambarkan dan melukiskan data yang didapat dari lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Kota Layak Anak dalam meningkatkan kesejahteraan anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulau Brayan Darat II Kota Medan.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi lapangan.Data yang didapat kemudian dinarasikan secara kualitatif dengan mengadakan kategorisasi dan selanjutnya dianalisis.

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Kota Layak Anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana Kota Medan terlaksana cukup baik ditandai dengan diadakannya Forum Anak, menetapkan Sekolah Ramah Anak, sosialisasi yang dilakukan dalam meningkatkan cakupan registrasi pemenuhan akte kelahiran bagi anak serta pemenuhan kesehatan anak melalui diadakannya kegiatan posyandu. Hanya saja diharapkan kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan merawat fasilitas yang disediakan bagi anak dan juga diharapkan agar Badan Pemberdayaan Perempuan & Keluarga Berencana tetap fokus dalam melaksanakan program ini secara rutin dan berkesinambungan agar tujuan dan manfaat program ini terus dirasakan oleh anak.

(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Cindy Charina Sembiring

NIM : 110902049

ABSTRACT

PROGRAM OF THE CITY OF CHILDREN DESERVE TO INCREASE CHILD WELFARE AGENCY BY THE EMPOWERMENT OF WOMEN AND FAMILY

PLANNING MEDAN CITY

Child isat oncea portrait ofthe heirandfuture of the nationinthe future, the next generationthe idealsof the nation, so thatevery childhas the right tolive, grow and develop, participate andbe protected fromviolenceand discrimination andcivil rightsandfreedoms. One of the effortstoensure thefulfillment of the rightsof the childiswiththe implementation ofthe City Of Children Deserveprogramcarried out by TheEmpowermentOf WomenandFamily PlanningMedan City.The aim istoprovide protection tochildrenandtheir rights inaprocessof sustainable development, by creatinga conducive environmentso that children canlive, grow, developandparticipate optimallysuitthe dignity.

This study isa descriptive study withqualitative approachis todescribeanddepictthe data obtainedfrom the fieldandthenexplain itwith words.This study aims toinvestigate the implementation ofthe City ProperHygieneprogramin improving the welfareof childrenby the Agency forWomen's EmpowermentandFamily PlanningMedan.This research was conductedin thevillageof PuloBrayanLandII. Data was collected byin-depthinterviewsand field observations.Datawereobtained and thennarratedqualitativelyby holdingcategorizationand furtheranalyzed.

Based on the data that has been collected and analyzed it can be concluded that the implementation of the program by the City of Eligible Children of Women Empowerment and Family Planning Medan done pretty well marked by the holding of Children's Forum, set the Child Friendly School, socialization is done in improving the compliance certificate of registration coverage the birth of the child as well as the fulfillment of children's health through the holding of posyandu activities.It's justexpectedthe awarenessofthe community tomaintain and carefacilities providedfor children andis also expectedthat theAgency forWomen's EmpowermentandFamily Planningremain focusedin implementingthisprogramregularlyand continuouslyfor the purposeandbenefits ofthisprogramcontinues tobe feltbythe child.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Esa, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya.Karenanya, anak sebagai amanah Tuhan harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi.Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-hak Anak. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa yang akan datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

(16)

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Meskipun demikian, dipandang masih sangat diperlukan suatu undang-undang yang khusus mengatur mengenai perlindungan anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut.Dengan demikian, pembentukan undang-undang perlindungan anak harus didasarkan pada pertimbangan bahwa perlindungan anak pada aspeknya merupakan bagian dari kegiatan pembangunan nasional, khususnya dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.Orangtua, keluarga, dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara hak asasi tersebut sesuai dengan kewajiban yang dibebankan oleh hukum.Demikian juga dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, Negara dan pemerintah bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan terarah.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah menegaskan bahwa pertanggungjawaban orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spritual maupun sosial.Tindakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki jiwa nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

(17)

yang lebih dikenal dengan sebutan “krismon” semakin membuat jumlah anak yang harus hidup dengan kondisi tersebut bertambah dan memperburuk situasi dan kondisi kehidupan mereka. Lebih dari 4 juta anak usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan di sekolah atau harus putus sekolah karena meteka tidak memiliki rumah untuk tinggal. Anak-anak di jalanan ini harus menjalani kehidupan yang keras dan mereka harus berjuang untuk tetap dapat bertahan hidup.Namun masih banyak masyarakat yang menganggap remeh dan memandang rendah mereka.Banyak anak harus terpaksa terjun dan bekerja sebagai buruh anak untuk membantu menambah pendapatan keluarga. Mereka sering harus bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang dan menjalankan pekerjaan yang berbahaya serta memerlukan ketahanan fisik yang kuat. Juga banyak anak-anak yang mengalami penganiayaan seksual maupun fisik dari orang dewasa.Sejumlah anak bahkan dipaksa bekerja ke dunia pelacuran dan eksploitasi sex oleh orang dewasa.

Indonesia merupakan salah satu dari 192 negara yang ikut mensyahkan Konvensi PBB untuk Hak-hak Anak, namun hak anak yang paling dasarpun masih tidak dapat dinikmati oleh banyak anak di Indonesia.Hak anak untuk mendapatkan pendidikan, perawatan kesehatan, tempat tinggal yang layak dan aman, bahkan hak untuk mendapatkan makanan yang layak masih merupakan mimpi yang teramat jauh untuk diraih bagi ratusan ribu anak.(Manik, 1999:2).

(18)

dilacurkan, pornografi, produksi dan perdagangan obat-obat terlarang, serta pekerjaan eksploitatif lainnya tanpa terkecuali.

Secara riil, situasi anak anak Indonesia masih dan terus memburuk. Dunia anak seharusnya diwarnai oleh kegiatan bermain, belajar dan mengembangkan minat serta bakatnya untuk masa depan, realitasnya diwarnai data kelam dan menyedihkan. Anak Indonesia masih dan terus selalu mendapat perlindungan yang baik dikarenakan anak-anak pada masa sekarang mudah sekali tergoda dengan bujuk rayu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab (Huraera, 2006 dalam www.pikiran-rakyat.com).

Secara khusus, sering dijumpai anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, anak masih balita ataupun sudah bekerja untuk membantu orangtua atau untuk menghidupi diri sendiri. Anak-anak itu ada yang bekerja pada sektor formal sebagai buruh pabrik dan sektor informal sebagai pedagang asongan atau pedagang kaki lima, kuli panggul, pengamen, penyemir sepatu, pemulung, pembantu, calo kendaraan umum, tukang parkir, pekerja prostitusi dan peminta-minta. Terlihat memang kemiskinan ekonomi menyebabkan mereka harus mencari uang dan merelakan diri untuk kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya diisi dengan belajar dan bermain, bukan bekerja membanting tulang. Juga pengalaman mendapat perlakuan kasar dan kejam yang mereka alami di lapangan ketika bekerja (nanti) akan menunjukkan bahwa mereka mengalami juga dimensi kemiskinan yang lain.

(19)

(perlu) bekerja tetapi sering menjadi sasaran kekerasan dari orang dewasa.Kehidupan di keluarga demikian mendorong anak-anak untuk memutuskan hubungan dengan keluarga dan memilih hidup di jalanan.(Tjandraningsih, 1996:79-80).

Kondisi anak Indonesia sekarang ini sebagaimana telah diteliti dari berbagai daerah, masih banyak yang butuh perhatian yang sangat diharapkan seperti proses pendidikan yang tidak dapat dijangkau dikarenakan alasan masalah ekonomi juga dimana akibatnya jumlah anak putus sekolah dalam beberapa tahun terakhir meningkat. Hal ini dapat dikatakan mengingat jika melihat bagaimana kondisi anak-anak yang sangat menyedihkan saat ini, yang membuat kita menjadi ragu apakah nantinya anak-anak bangsa ini mampu untuk mengemban tugas sebagai penerus bangsa.

(20)

Masalah-masalah lain yang dialami mereka yaitu anak yang bekerja dalam sektor terburuk lebih dari 3 juta anak, anak-anak yang diperdagangkan sekitar 100.000 setiap tahunnya dimana kebanyakan untuk tujuan pekerja seks komersial (PSK) serta 5000 anak ditahan atau dipenjara dimana 84% ditempatkan di penjara dewasa dan juga anak yang butuh perlindungan khusus sebanyak 6.686.936 anak (Unicef Perlindungan Anak, 2004).

Berdasarkan hasil Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) menunjukkan bahwa hampir 70% anak mengalami kekerasan seksual yang terjadi di sekolah dan rumah dan mayoritas pelaku pelecehan seksual merupakan orang yang dikenal korbannya. Sekitar 30% adalah keluarga si anak, khususnya saudara laki-laki.Sedangkan, 60% merupakan kenakalan seperti teman dari keluarga.sisanya, 10 persen pelakunya orang tak dikenal. Nur Agustina, tim Profesi Lembaga Perlindungan Anak mengatakan data ini cukup menjadi keprihatinan bersama. Maka, diperlukan perhatian dan peduli kepada anak.Beri pengertian melalui bahasa anak tentang pentingnya komunikasi dengan orangtua, jika mendapatkan perlakuan tidak wajar dari orang yang tidak dikenal maupun orang di sekitarnya. Dijelaskan, berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak, sejak Januari-April 2014 terdapat 175 kasus kekerasan seksual menimpa anak-anak. Dari total 175 kasus, sekitar 40% dengan tersangka di lingkungan sekolah, 30% dari keluarga sendiri, serta 30% sisanya campuran.Hal itu salah satunya dipicu pelakunya pernah menyaksikan adegan porno dalam video, internet maupun bacaan yang berbau pornografi (http://www.kemenppa.go.id/jdih/?page=berita&id=138, diakses pada tanggal 9 Februari 2015 pukul 09.03 WIB).

(21)

pembantu rumah tangga. Anak-anak jalanan (street children) yang merupakan produk dinamika perkotaan marak di kota-kota besar Indonesia yang ironisnya tanpa perlindungan hukum, rawan dengan kekerasan, asumsi kriminal (crime image) dan destruktif bagi kemajuan kota. Sementara itu, eksploitasi seks (sex exploitation) dan pelacuran anak (child prostitution) yang rentan dalam industri pariwisata dan bisnis hiburan mulai menjalari anak-anak Indonesia mulai menggenjala.Demikian juga praktek jual beli, penculikan dan penyelundupan anak (sale, trafficking, and abdurating).Kasus-kasus lain yang muncul lebih dahulu seperti kekerasan terhadap anak, penyiksaan dan perampasan hak (turtore and depri vation of liberation) baik secara nyata atau secara tersembunyi, di dalam keluarga atau di luar rumah. Praktek perlakuan salah terhadap anak (child abuse) yang wujud dalam kasus perkosaan anak, kekerasan terhadap anak, eksploitasi dan penekanan anak dalam media iklan, siaran televisi, dalam rumah tangga, bahkan perlakuan aparatus penegak hukum: hakim, jaksa, polisi yang dalam praktek penegakan cenderung memidana anak

(22)

Berbagai pihak berkewajiban dan bertanggung jawab menjamin pemenuhan hak-hak anak tersebut, mulai dari institusi terkecil yaitu keluarga, masyarakat, pemerintah desa/kelurahan, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi dan pemerintah. Untuk mempercepat pemenuhan hak-hak anak telah disusun kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak, dan telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA). Sebagai langkah awal pengembangan KLA, Kementrian Pemberdayaan Perempuan telah melakukan ujicoba pengembangan KLA di 5 Kabupaten/Kota pada tahun 2006 dan 10 Kabupaten/Kota pada tahun 2007. Landasan pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak makin diperkuat dengan ditetapkannya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksaan Prioritas Pembangunan Nasional 2010.

(23)

target Millenium Development Goals 2015, untuk itu kami perlu mengkomunikasikannya melalui organisasi masyarakat dan pemerintah-pemerintah daerah setempat," ungkap Gumelar. diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 12.26 WIB).

(24)

pukul 12.21 WIB).

Pemko Medan melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP&KB) Kota Medan ingin seluruh kecamatan dan kelurahan yang ada di ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki Forum Anak.Pembentukan forum ini dinilai sangat penting dalam rangka percepatan terwujudnya KLA.Selain itu melalui Forum Anak diharapkan para anak dapat diajak berpartisipasi dalam pembangunan.Keinginan dibentuknya Forum anak diseluruh kecamatan dan kelurahan ini disampaikan Pelaksana Tugas Wali Kota Medan diwakili Kepala BPP&KB Kota Medan, Pulungan Harahap, SH, M.Si.Pulungan menjelaskan, anak-anak di Indonesia mempunyai 31 hak yang tidak hanya harus dipenuhi oleh pemerintah saja tetapi juga masyarakat luas lainnya. Dari 31 hak anak tersebut, terdapat 4 hak anak yang menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya yaitu hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan bekembang, hak untuk mendapatkan perlindungan dan hak untuk berpatisipasi dalam pembangunan. Perlu ditanamkan sejak dini dalam keluarga bahwa anak-anak juga memiliki hak untuk berpartisipasi.Di Indonesia melibatkan anak berpartisipasi dalam pembangunan sangat minim dan bisa dikatakan hal yang mustahil walaupun kenyataannya di Kota Medan anak sudah beberapa kali dilibatkan dalam kegiatan, khususnya Musrembang (musyawarah rencana pembangunan).

(25)

go.id/berita-143-kecamatan-dan-kelurahan-harus-bentuk-forum-anak.html, diakses pada tanggal 14 Februari 2015 pukul 12.46 WIB).

KLA adalah sistem pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak. Pentingnya mewujudkan KLA ialah jumlah anak sekitar sepertiga dari jumlah penduduk, anak adalah modal investasi dan sumber daya manusia di masa yang akan datang, sekaligus sebagai generasi penerus bangsa, anak harus berkualitas agar tidak menjadi beban pembangunan, koordinasi dan kemitraan antara pemangku kepentingan terkait, pemenuhan hak-hak anak harus diperkuat agar terintegrasi, holistik akan berkelanjutan. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP&KB) Kota Medan ialah instansi pemerintahan yang menyelenggarakan sendiri program KLA. Faktor-faktor yang menunjang pelaksanaan KLA adalah untuk memberikan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam sebuah proses pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai harkat dan martabat.

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah penelitian merupakan pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anak Oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program Kota Layak Anak dalam meningkatkan kesejahteraan anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai pelaksaan program kota layak anak yang diselenggarakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

2. Secara akademis, dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan bahan kajian serta studi komparasi bagi para peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

(27)

4. Bagi penulis sendiri adalah dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pelaksanaan program kota layak anak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan secara garis besarnya telah dikelompokkan ke dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

(28)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Program

Pelaksanaan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintahan atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan.Berhasil tidaknya suatu pelaksanaan tergantung dari unsur pelaksananya.Pelaksana penting artinya karena pelaksanaan suatu program, baik itu organisasi ataupun perseorangan bertanggung jawab dalam pengelola maupun pengawasan dalam pelaksanaan.

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum pelaksanaan terhadap program dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu:

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

(30)

2.2 Anak

Secara biologis, anak merupakan hasil dari pertemuan antara sel telur seorang perempuan yang disebut ovum dengan benih dari seorang laki-laki yang disebut spermatozoa, yang kemudian menyatu menjadi zigot, lalu tumbuh menjadi janin dan pada akhirnya terlahir ke dunia sebagai seorang manusia (bayi) yang utuh.Tidaklah mungkin seorang anak terlahir ke dunia tanpa ada peran dari seorang laki-laki yang telah menanamkan benih keturunan di rahim seorang perempuan, sehingga secara alami anak terlahir atas perantaraan ayah dan ibu kandungnya. Namun tidak demikian dalam pandangan hukum, bisa saja terjadi seorang anak yang lahir tanpa keberadaan ayah secara yuridis, bahkan tanpa kedua orangtua sama sekali. Idealnya, seorang anak yang dilahirkan ke dunia secara otomatis akan mendapatkan seorang laki-laki sebagai ayahnya dan seorang perempuan sebagai ibunya, baik secara biologis maupun hukum (yuridis), karena dengan memiliki orangtua yang lengkap akan mendukung kesempurnaan bagi si anak dalam menjalani masa pertumbuhannya.

Anak merupakan insan pribadi (persoon) yang memiliki dimensi khusus dalam kehidupannya, dimana selain tumbuh kembangnya memerlukan bantuan orangtua, faktor lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kepribadian si anak ketika menyongsong fase kedewasaannya kelak. Anak adalah sosok yang akan memikul tanggung jawab di masa yang akan datang, sehingga tidak berlebihan jika Negara memberikan suatu perlindungan bagi anak-anak dari perlakuan-perlakuan yang dapat menghancurkan masa depannya (Witanto, 2012:4-6).

(31)

generasi penerus cita-cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya.Oleh sebab itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.Selain itu, anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Dari beberapa terminologi di atas pada prinsipnya mengandung beberapa persamaan persepsi bahwa anak adalah pribadi yang memiliki peranan penting dan strategis dalam memikul tanggung jawab masa depan bangsa. Anak mempunyai ciri dalam dimensi kehidupan yang khusus sehingga tidak bisa dilepaskan dari peranan orangtua dalam memelihara dan mendidiknya hingga ia mencapai masa kedewasaannya (Kamil dan Fauzan, 2008:8).

Undang-undang memberikan beberapa pandangan tentang terminologi anak berdasarkan fungsi dan kedudukannya antara lain sebagai berikut:

a. UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:

(32)

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

b. UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak:

Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakan oleh generasi sebelumnya.

c. UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak:

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

d. PP Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak:

Anak merupakan bagian dari generasi muda, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional.

2.3Kategori Masalah Anak

(33)

Hak Anak, akan tetapi yang terpenting adalah mengimplementasikan hak-hak anak dan hukum anak dalam praktek kehidupan masyarakat sehari-hari.

Hak-hak anak sebagaimana dituangkan dalam Konvensi Hak Anak bukan pula sekedar hak-hak anak dalam keadaan yang sulit dan tertindas sehingga perlu dilindungi, akan tetapi juga memasuki wilayah kesejahteraan anak yang lebih luas baik secara sosial, ekonomi sosial dan budaya bahkan politik. Hak anak untuk terjamin kebebasannya menyatakan pendapat dan memperoleh informasi merupakan wujud perluasan hak-hak anak yang lebih maju (progressive rights).Akan tetapi, dalam kenyataan keseharian, masalah anak-anak yang paling mendesak dilakukan langkah intervensi dan intervensi itupun dilakukan secara khusus adalah terhadap kategori anak-anak yang berada dalam situasi sulit. Berdasarkan bentuk dan bobot pelanggaran hak-hak anak yang berada dalam situasi sulit itu dapat dikualifikasi sebagai berikut:

A. Anak-anak yang berada dalam keadaan diskriminatif, yakni: 1) Larangan perlakukan diskriminasi anak;

2) Nama dan kewarganegaraan anak; 3) Anak cacat (disabled);

4) Anak suku terasing (children of indegeneous people); B. Anak-anak dalam situasi eksploitasi, yakni:

1) Anak yang terpisah dengan keluarganya;

2) Anak korban penyelundupan dan terdampar di luar negeri; 3) Anak yang terganggu privasinya;

4) Anak korban kekerasan dan penelantaran; 5) Anak tanpa keluarga;

(34)

7) Anak yang ditempatkan pada suatu lokasi yang perlu ditinjau secara berkala; 8) Buruh anak;

9) Anak korban eksploitasi seksual; penculikan anak;

10) Anak korban perdagangan anak, penyelundupan anak dan penculikan anak. 11) Anak yang dieksploitasi dalam lain-lain bentuk;

12) Anak korban penyiksaan dan perampasan kebebasan; C. Anak-anak dalam situasi darurat dan kritis, yakni:

1) Anak-anak yang perlu dipertemukan kembali dengan keluarganya; 2) Pengungsi anak-anak;

3) Anak yang terlibat dalm konflik bersenjata dan serdadu anak; 4) Anak yang ditempatkan yang harus ditinjau secara berkala;

Sementara itu dalam pandangan lain menyebutkan bahwa masalah anak-anak dapat dikualifikasi berdasarkan masalah yang dialami anak-anak sendiri, dikualifikasi sebagai berikut:

1) Anak terlantar;

2) Anak yang tidak mampu; 3) Anak cacat;

4) Anak yang terpaksa bekerja (pekerja anak);

5) Anak yang melakukan pelanggaran/kenakalan anak; 6) Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya; 7) Kewarganegaraan;

8) Perwalian;

9) Pengangkatan anak;

(35)

11) Perlindungan terhadap penculikan;

12) Bantuan hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan; 13) Resosialisasi eks narapidana anak;

14) Pewarisan;

15) Perlindungan anak yang orangtuanya bercerai; 16) Anak luar kawin;

17) Alimentasi;

18) Penyalahgunaan seksual;

19) Anak putus sekolah (Joni dan Zulchaina, 1999:109-111). 2.4Perlindungan Anak

2.4.1 Pengertian Perlindungan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 1 menyatakan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Menurut Irma Setyowati Soemitro, SH menyatakan bahwa perlindungan anak dibedakan dalam 2 pengertian, yaitu:

1. Perlindungan yang bersifat Yuridis, meliputi perlindungan dalam: a) Bidang Hukum Publik (Pidana)

(36)

2. Perlindungan yang bersifat non-yuridis, meliputi perlindungan dalam: a) Bidang Sosial

b) Bidang Kesehatan c) Bidang Pendidikan

Perlindungan anak yang dilaksanakan di Indonesia ini bertujuan memberikan peranan penting bagi yang mendapatkan perlindungan dalam memperoleh suatu kesejahteraan. Adapun menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 3 menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.Tujuan perlindungan anak adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

2.4.2 Prinsip Perlindungan Anak

Menurut Dr. Irwanto (1999), terdapat beberapa prinsip perlindungan anak dalam konteks perlindungan anak sebagai implementasi hak-hak anak, yaitu:

1) Anak tidak dapat berjuang sendiri

(37)

2) Kepentingan terbaik anak (the Best Interest of the Child)

Agar perlindungan anak terselenggara dengan baik maka perlu dianut sebuah prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai of paramount importance (memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap keputusan yang menyangkut anak. Prinsip the Best Interest of the Child digunakan karena dalam banyak hal anak anak adalah “korban”, termasuk korban ketidaktahuan (ignorance) karena usia perkembangannya. Selain itu, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan tumbuh kembang anak. Jika prinsip ini diabaikan, maka masyarakat akan menciptakan monster-monster yang akan lebih buruk di kemudian hari.

3) Ancangan daur kehidupan (Life-circle Approach)

(38)

telah cukup sempurna untuk menjalankan fungsi reproduksinya. Pengetahuan yang benar tentang reproduksi dan perlindungan dari berbagai diskriminasi dan perlakuan salah sehingga dapat memasuki perannya sebagai orang dewasa yang berbudi dan bertanggung jawab.Perlindungan hak-hak mendasar bagi para dewasa juga diperlukan agar generasi penerus mereka tetap bermutu. Orangtua yang terdidik akan mementingkan sekolah anak-anak mereka. Orangtua yang sehat jasmani rohaninya akan selalu menjaga tingkah laku kebutuhan fisik maupun emosional anak-anak mereka. Demikian seterusnya.

4) Lintas sektoral

Seperti diuraikan di atas, nasib anak bergantung dari berbagai faktor yang makro maupun mikro yang langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran yang terjadi, sistem pendidikan yang menekankan hapalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidakadilan, dan sebagainya tidak dapat ditangani sektor, terlebih keluarga atu anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan semua orang di semua tingkatan (Aziz, 1998:133).

2.4.3 Perwujudan Perlindungan Anak

Perwujudan dari perlindungan anak, yakni:

1. Perlindungan anak langsung, yaitu:

(39)

b) Pengadaan pengawasan positif terhadap anak agar yang bersangkutan tumbuh dan berkembang dengan baik (intern dan ekstern).

c) Penjagaan anak terhadap gangguan dari dalam dan dari luar dirinya. d) Pembinaan anak mental, fisik dan sosial.

e) Sosialisasi terhadap lingkungannya. f) Penyaluran dinamika anak.

g) Penyadaran anak akan hak-haknya serta pengembangannya. h) Penyadaran hak akan kewajibannya serta pengembangannya.

i) Pembinaan anak yang melakukan sesuatu positif dibawah pengawasan. j) Pengasuhan anak.

k) Pendewasaan anak yang dapat bertanggung jawab.

l) Penanggulangan permasalahan anak secara rasional positif dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat.

m) Memperlakukan anak sebagai perwujudan pengembangan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan anak.

n) Pengganjaran (Pemberian Imbalan) yang edukatif konstruktif terhadap anak.

o) Mengusahakan pendidikan kepribadian agar anak dapat secara mandiri bertanggung jawab menghadapi berbagai ancaman tantangan dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan.

p) Penyuluhan yang bertanggung jawab kepada anak dalam rangka membekali anak dengan kemampuan menghadapi hidup sepanjang zaman.

(40)

2. Perlindungan anak tidak langsung, yaitu:

a) Orangtua mereka yang terlibat dalam usaha-usaha perlindungan anak terhadap berbagai ancaman dari luar dan dari dalam dirinya.

b) Mereka yang bertugas mengasuh, membina dan mendampingi anak dengan berbagai cara.

c) Mereka yang terlibat mencegah anak yang kelaparan, mengusahakan kesehatan dan sebagainya dengan berbagai cara.

d) Mereka yang menyediakan sarana mengembangkan diri anak.

e) Mereka yang terlibat dalam pelaksanaan sistem peradilan. Kepada mereka harus diberikan penyuluhan, bimbingan, pendampingan dan mengusahakan perlindungan anak di berbagai bidang kehidupan dan penghidupan (mencari nafkah).

2.5 Hak-hak Anak

Hak-hak anak adalah merupakan alat untuk melindungi anak dari kekerasan dan penyalahgunaan.Hak anak dapat menciptakan saling menghargai pada setiap manusia. Penghargaan terhadap hak anak hanya bisa dicapai apabila semua orang, termasuk anak-anak sendiri, mengakui bahwa setiap orang memiliki hak yang sama, dan kemudian menerapkannya dalam sikap dan perilaku yang menghormati, mengikutsertakan dan menerima orang lain.

(41)

dari anak-anak.Perjanjian ini diadopsi oleh perserikatan bangsa-bangsa pada tanggal 20 November 1989.

Negara Indonesia adalah salah satu Negara yang meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak dan karena itu mempunyai komitmen menurut hukum nasional untuk menghormati, melindungi, mempromosikan dan memenuhi hak-hak anak di Indonesia.Agar terwujud, maka pemerintah dan seluruh dunia harus dapat menghormati dan menjunjung tinggi Hak-hak anak, melalui undang-undang yang mereka kembangkan di tingkat nasional.Namun demikian, agar anak-anak dapat menikmati hak-hak mereka, secara penuh konvensi itu harus dihormati dan dipromosikan oleh semua anggota masyarakat mulai dari orangtua untuk mendidik kepada anak-anak sendiri.

Prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak:

1. Non-diskriminasi dan kesempatan yang sama.

Semua anak memiliki hak yang sama. Konvensi ini berlaku untuk semua anak, apapun latar belakang etnis, agama, bahasa, budaya atau jenis kelamin. Tidak perduli darimana mereka dating atau dimana mereka tinggal, apa pekerjaan orangtua mereka, apakah mereka cacat, atau mereka kaya atau miskin. Semua anak harus memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya.

2. Kepentingan terbaik dari anak.

(42)

3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan.

Anak mempunyai hak untuk hidup.Anak harus memperoleh perawatan yang diperlukan untuk menjamin kesehatan fisik, mental, dan emosi mereka serta juga perkembangan intelektual, sosial dan kultural.

4. Partisipasi anak.

Anak mempunyai hak untuk mengekspresikan diri dan didengar.Mereka harus memiliki kesempatan untuk menyatakan pendapat tentang keputusan yang berdampak pada mereka dan pandangan mereka harus dipertimbangkan. Berkaitan dengan ini, usia anak, tingkat kematangan, dan kepentingan mereka yang terbaik harus selalu diingat bila mempertimbangkan idea atau gagasan anak (Joni dan Zulchaina, 1999:33-46).

(43)

Adapun Hak Anak menurut KEPRES tersebut adalah:

1. Hak untuk hidup yang layak.

Setiap anak memiliki hak untuk kehidupan yang layak dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mereka termasuk makanan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2. Hak untuk berkembang.

Setiap anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar tanpa halangan.Mereka berhak mendapatkan pendidikan, bermain, bebas mengeluarkan pendapat, memilih agama, mempertahankan keyakinannya dan semua hak yang memungkinkan mereka berkembang secara maksimal sesuai potensinya.

3. Hak untuk dilindungi.

Setiap anak berhak untuk dilindungi dari segala bentuk tindakan kekuasaan, ketidakpedulian dan eksploitasi.

4. Hak untuk berperan serta.

Setiap anak berhak untuk berperan aktif dalam masyarakat dan di negaranya termasuk kebebasan untuk berekspresi, kebebasan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menjadi anggota suatu perkumpulan.

5. Hak untuk memperoleh pendidikan.

(44)

2.6 Kota Layak Anak

2.6.1 Pengertian Kota Layak Anak

Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan pada tahun 2005 melalui kebijakan KLA.Karena alasan untuk untuk mengakomodasi pemerintahan kabupaten, belakangan istilah Kota Layak Anak menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA. Dalam kebijakan tersebut digambarkan bahwa KLA merupakan upaya pemerintahan kabupaten/kota untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam defenisi, strategi, dan intervensi pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program yang layak anak.

KLA adalah sistem pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak. Pentingnya mewujudkan KLA ialah jumlah anak sekitar sepertiga dari jumlah penduduk, anak adalah modal investasi dan sumber daya manusia di masa yang akan datang, sekaligus sebagai generasi penerus bangsa, anak harus berkualitas agar tidak menjadi beban pembangunan, koordinasi dan kemitraan antara pemangku kepentingan terkait, pemenuhan hak-hak anak harus diperkuat agar terintegrasi, holistik akan berkelanjutan.

(45)

Tujuan KLA adalah untuk membangun insiatif pemerintah kabupaten/kota yang mengarah pada upaya transformasi konvensi hak-hak anak (Convention on the Rights of the Child) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan intervensi pembangunan dalam bentuk: kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak, pada suatu wilayah kabupaten/kota.

2.6.2 Landasan Hukum Kota Layak Anak

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak,

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILO Mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja),

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention No. 182 Concerning the Prohibition and Immediate Action for Elimination of the Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO Nomor 182 Mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak),

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

(46)

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-undang Pemerintahan Daerah,

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,

13. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,

14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,

15. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang,

16. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,

17. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,

18. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi,

19. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,

20. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

21. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

22. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

(47)

24. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas),

25. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1998 tentang Usaha Kesejahteraan bagi Anak yang Mempunyai Masalah,

26. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten / Kota,

27. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014,

28. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Indonesia Tahun 2011-2014,

29. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010.

2.6.3 Klaster Hak Anak Dalam Kerangka Konvensi Hak Anak

Pengembangan Kebijakan KLA merujuk kepada KHA yang berisi hak anak yang dikelompokkan ke dalam 5 (lima) klaster hak anak yang terdiri dari :

1. Hak Sipil dan Kebebasan a. Hak atas identitas

(48)

penyelenggaraan pembuatan akta kelahiran secara gratis, dan melakukan pendekatan layanan hingga tingkat desa / kelurahan.

b. Hak perlindungan identitas

Memastikan sistem untuk pencegahan berbagai tindak kejahatan terhadap anak, seperti perdagangan orang, adopsi illegal, manipulasi usia, manipulasi nama, atau penggelapan asal-usul serta pemulihan identitas anak sesuai dengan keadaan sebenarnya sebelum terjadinya kejahatan terhadap anak tersebut, dan memberikan jaminan hak prioritas anak untuk dibesarkan oleh orang tuanya sendiri.

c. Hak berekspresi dan mengeluarkan pendapat

Jaminan atas hak anak untuk berpendapat dan penyediaan ruang bagi anak untuk dapat mengeluarkan pendapat atau berekspresi secara merdeka sesuai keinginannya.

d. Hak berpikir, berhati nurani, dan beragama

Jaminan bahwa anak diberikan ruang untuk menjalankan keyakinannya secara damai dan mengakui hak orang tua dalam memberikan pembinaan.

e. Hak berorganisasi dan berkumpul secara damai

Jaminan bahwa anak bias berkumpul secara damai dan membentuk organisasi yang sesuai bagi mereka.

f. Hak atas perlindungan kehidupan pribadi

(49)

g. Hak akses informasi yang layak

Jaminan bahwa penyedia informasi mematuhi ketentuan tentang kriteria kelayakan informasi bagi anak, ketersediaan lembaga perijinan dan pengawasan, dan penyediaan fasilitas dan sarana dalam jumlah memadai yang memungkinkan anak mengakses layanan informasi secara gratis.

h. Hak bebas dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia

Jaminan bahwa setiap anak diperlakukan secara manusiawi tanpa adanya kekerasan sedikitpun, termasuk ketika anak berhadapan dengan hukum.

2. Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif a. Bimbingan dan tanggungjawab ornag tua

Orang tua sebagai pengasuh utama anak, oleh karena itu harus dilakukan penguatan kapasitas orang tua untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak, meliputi penyediaan fasilitas, informasi dan pelatihan yang memberikan bimbingan dan konsultasi bagi orang tua dalam pemenuhan hak-hak anak, contoh : Bina Keluarga Balita (BKB).

b. Anak yang terpisah dari orang tua

Pada prinsipnya anak tidak boleh dipisahkan dari orang tua kecuali pemisahan tersebut untuk kepentingan terbaik bagi anak.

c. Reunifikasi

(50)

d. Pemindahan anak secara illegal

Memastikan bahwa anak tidak dipindahkan secara illegal dari daerahnya ke luar daerah atau ke luar negeri, contoh : larangan TKI anak.

e. Dukungan kesejahteraan bagi anak

Memastikan anak tetap dalam kondisi sejahtera meskipun orang tuanya tidak mampu, contoh : apabila ada orang tua yang tidak mampu memberikan perawatan kepada anaknya secara baik maka menjadi kewajiban komunitas, desa / kelurahan dan pemerintah daerah untuk memenuhi kesejahteraan anak.

f. Anak yang terpaksa dipisahkan dari lingkungan keluarga

Memastikan anak-anak yang diasingkan dari lingkungan keluarga mereka mendapatkan pengasuhan alternatif atas tanggungan Negara, contoh : anak yang kedua orangtuanya meninggal dunia, atau anak yang kedua orang tuanya menderita penyakit yang tidak memungkinkan memberikan pengasuhan kepada anak.

g. Pengangkatan / adopsi anak

Memastikan pengangkatan / adopsi anak dijalankan sesuai dengan peraturan, dipantau, dan dievaluasi tumbuh kembangnya agar kepentingan terbaik anak tetap terpenuhi.

h. Tinjauan penempatan secara berkala

Memastikan anak-anak yang berada di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) terpenuhi hak tumbuh kembangnya dan mendapatkan perlindungan.

i. Kekerasan dan penelantaran

(51)

3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan a. Anak penyandang disabilitas

Memastikan anak cacat mendapatkan akses layanan public yang menjamin kesehatan dan kesejahteraannya.

b. Kesehatan dan layanan kesehatan

Memastikan setiap anak mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan terintegrasi.

c. Jaminan sosial layanan dan fasilitasi kesehatan

Memastikan setiap anak mendapatkan akses jaminan sosial dan fasilitasi kesehatan, contoh : jamkesmas dan jamkesda.

d. Standar hidup

Memastikan anak mencapai standar tertinggi kehidupan dalam hal fisik, mental, spiritual, moral dan sosial, contoh : menurunkan kematian anak, mempertinggi usia harapan hidup, standar gizi, stnadar kesehatan, standar pendidikan, dan standar lingkungan.

4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang, dan Kegiatan Budaya a. Pendidikan

(52)

b. Tujuan pendidikan

Memastikan bahwa lembaga pendidikan bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, dan kemampuan anak serta mempersiapkan anak untuk bertanggung jawab kepada kehidupan yang toleran, saling menghormati, dan bekerjasama untuk kemajuan dunia dalam semangat perdamaian.

c. Kegiatan liburan dan kegiatan seni dan budaya

Memastikan bahwa anak memiliki waktu untuk beristirahat dan dapat memanfaatkan waktu luang untuk melakukan berbagai kegiatan seni dan budaya, contoh : penyediaan fasilitas bermain dan rekreasi serta sarana kretifitas anak.

5. Perlindungan Khusus

a. Anak dalam situasi darurat

Anak yang mengalami situasi darurat karena kehilangan orang tua / pengasuh / tempat tinggal dan fasilitas pemenuhan kebutuhan dasar (sekolah, air bersih, bahan makanan, sandang, kesehatan dan sebagainya) yang perlu mendapatkan prioritas dalam pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasarnya.

b. Pengungsi anak

(53)

c. Situasi konflik bersenjata

Memastikan bahwa setiap anak yang berada di daerah konflik tidak direkrut atau dilibatkan dalam peranan apapun, contoh : menjadi tameng hidup, kurir, mata-mata, pembawa bekal, pekerja dapur, pelayan barak, penyandang senjata atau tentara anak. d. Anak yang berhadapan dengan hukum

Memastikan bahwa anak-anak yang berhadapan dengan hukum mendapatkan perlindungan dan akses atas tumbuh kembangnya secara wajar, dan mematikan diterapkannya keadilan restoratif dan prioritas diversi bagi anak, sebagai bagian dari kerangka pemikiran bahwa pada dasarnya anak sebagai pelaku pun adalah korban dari sistem sosial yang lebih besar.

e. Anak dalam situasi eksploitasi

(54)

f. Anak yang masuk dalam kelompok minoritas dan terisolasi

Memastikan bahwa anak-anak dari kelompok minoritas dan terisolasi dijamin haknya untuk menikmati budaya, bahasa dan kepercayaannya.

Selanjutnya, prinsip yang harus selalu menyertai pelaksanaan 5 (lima) klaster hak anak tersebut adalah :

a. Non-Diskriminasi

Yaitu prinsip pemenuhan hak anak yang tidak membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin, bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status ekonomi, kondisi fisik maupun psikis anak, atau faktor lainnya.

b. Kepentingan Terbaik bagi Anak

Yaitu menjadikan hal yang paling baik bagi anak sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakan, program dan kegiatan.

c. Hak untuk Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan Anak

Yaitu menjamin hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak semaksimal mungkin.

d. Penghargaan terhadap Pandangan Anak

(55)

2.6.4 Pendekatan Pengembangan KLA

Pengembangan KLA dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan bottom-up

Pengembangan KLA dapat dimulai dari insiatif individu/keluarga untuk kemudian dikembangkan di tingkat RT / RW yang layak bagi anak.Insiatif masyarakat dalam sebuah wilayah RT / RW tersebut dapat dikembangkan ke RT / RW lainnya yang akhirnya menjadi sebuah gerakan masyarakat sebuah desa / kelurahan untuk mewujudkan “Desa / Kelurahan Layak Anak”.Dari gerakan-gerakan masyarakat desa / kelurahan inilah dapat medorong terwujudnya sebuah “Kecamatan Layak Anak”. Akhirnya, kumpulan dari kecamatan-kecamatan layak anak tersebut dapat menjadi inisiatif kabupaten / kota yang bersangkutan untuk merealisasikan “Kabupaten / Kota Layak Anak”.

2.

2. Pendekatan top-down

Pendekatan top-down dimulai dari pemerintah di tingkat nasional dengan melakukan fasilitasi, sosialisasi, advokasi atau dapat berupa pembentukan “sample” di beberapa provinsi atau di seluruh provinsi. Selanjutnya provinsi-provinsi tersebut memberikan fasilitasi dan sosialisasi atau dapat pula memilih “sample” di beberapa kabupaten / kota atau di seluruh kabupaten / kota untuk merealisasikan pengembangan KLA, sehingga inisiatif pengembangan KLA akan terealisasi di tingkat kabupaten / kota.

(56)

3. Pendekatan Kombinasi

Pendekatan kombinasi antara pendekatan bottom-up dan top-downmerupakan pendekatan ideal dalam mempercepat terwujudnya KLA di kabupaten / kota. Gerakan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang layak bagi anak yang dimulai dari tingkat keluarga, atau RT / RW, atau di tingkat desa / kelurahan atau di tingkat kecamatan akan menjadi sangat ideal jika dikombinasikan dengan komitmen yang kuat dari Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selain itu, setiap Negara juga dapat berinisiatif untuk menyiapkan pengembangan KLA di daerahnya.

2.6.5 Tahapan Pengembangan KLA 1. Persiapan, terdiri dari:

1. Komitmen adalah dukungan dari para pengambil keputusan di kabupaten/kota untuk menjadikan kabupaten/kotanya menjadi KLA. Komitmen tersebut dapat tertuang antara lain dalam:1)Peraturan Daerah, 2) Peraturan Bupati/Walikota, 3) Keputusan Bupati/Walikota, 4) Instruksi Bupati/Walikota, dan 5) Surat Edaran Bupati/Walikota.

Komitmen tersebut sangat penting dituangkan dalam bentuk tertulis untuk menjaga agar pengembangan KLA bukan dilakukan hanya karena desakan atau keperluan sesaat saja.Semakin tinggi hirarkinya, kekuatan hukumnya juga semakin kuat sehingga menjamin kesinambungan dari pelaksanaan pengembangan KLA di kabupaten/kota bersangkutan.

(57)

yang terpenting harus melibatkan anak (forum anak). Pimpinan Gugus Tugas KLA diketuai oleh Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk menjalankan koordinasi dalam perencanaan pengembangan KLA. Gugus Tugas KLA bertanggung jawab mengawali dan mengawal pengembangangan KLA di kabupaten/kota masing-masing.

Tugas pokok Gugus Tugas KLA adalah:

a. Mengkoordinasikan berbagai upaya pengembangan KLA; b. Menyusun RAD-KLA;

c. Melaksanakan sosialisasi, advokasi dan komunikasi pengembangan KLA;

d. Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA;

e. Melakukan evaluasi setiap akhir tahun terhadap pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan dalam RAD-KLA dan

f. Membuat laporan kepada Bupati/Walikota.

Dalam melaksanakan tugas, anggota Gugus Tugas KLA menyelenggarakan fungsi:

1) Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data kebijakan, program, dan kegiatan terkait pemenuhan hak anak;

2) Melaksanakan kebijakan, program, dan kegiatan sesuai dengan RAD-KLA;

(58)

4) Mengadakan konsultasi dan meminta masukan dari tenaga professional untuk mewujudkan KLA.

Keanggotaan Gugus Tugas yang optimal, harus berisikan seluruh perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan terkait pemenuhan hak anak, sebagaimana tertuang dalam Indikator KLA (Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator KLA).

3. Pengumpulan data dasar berkaitan dengan situasi dan kondisi anak-anak di kabupaten/kota disusun secara berkala dan berkesinambungan. Pengumpulan data dasar digunakan untuk:1)menentukan fokus program; 2)menyusun kegiatan prioritas; 3)melihat sebaran program/kegiatan anak lintas SKPD, dan 4) menentukan lokasi percontohan. Data dasar yang dikumpulkan, minimal adalah data anak yang dijabarkan dari Indikator KLA. Data dasar hendaknya terpilah menurut jenis kelamin dan umur anak agar menjadi pertimbangan dalam perencanaan program yang tepat sasaran. Untuk melengkapinya, data dasar tersebut akan semakin baik untuk mengukur perkembangan. 2. Perencanaan, terdiri dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pengembangan KLA atau

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2013 memuat

LAKIP Badan Keluarga Berancana, Pemberdayaan Perampuan & Perlindungan

Pelaksanaan pembagian tugas, arahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas arahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tercapainya kegiatan dibidang

Bidang Data dan Informasi , Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, Bidang Penggerakan Masyarakat, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak sesuai

Bagian dari penduduk kota anak dapat : (1) ikut serta dalam pembuatan kebijakan yang dapat merubah kotanya, (2) Menggambarkan sekaligus menunjukan ungkapan mereka

belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Program Kota Layak Anak Dalam

Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di

Pelaksanaan Perlindungan Terhadap Anak Korban Kekerasan Seksual Oleh DP3ADALDUKKB Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Jawa