• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA SATUAN PENGAMANAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA SATUAN PENGAMANAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

DEVI AULIA SARI

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS HUKUM

(2)

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup. ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Satpam. ... 13

B. Pengertian Tindak Pidana ... 21

C. Faktor Penghambat Penegakan Hukum. ... 25

D. Pengertian Kejahatan. ... 27

E. Penanggulangan Kejahatan... 29

F. Faktor-Faktor Kejahatan di LingkunganUniversitas lampung. .. 30

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah. ... 32

B. Sumber dan Jenis Data. ... 33

C. Penentuan Populasi dan Sample. ... 35

D. Metode Pengumpulan Data. ... 36

(3)

Kejahatan di Universitas Lampung ... 38 B. Faktor Penghambat Satuan Pengamanan dalam

Menanggulangi Kejahatan di Universitas Lampung ... 48

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 53 B. Saran ... 54

(4)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kejahatan di Indonesia beberapa tahun terahir ini seringkali dipersoalkan oleh kalangan akademisi, masyarakat maupun praktisi hukum. Hal ini dikarenakan dampak kejahatan itu dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat adalah pencurian.

Dampak negatif dari kejahatan yang begitu buruk bukanlah suatu asumsi yang dibuat-buat melainkan dapat menimbulkan rasa tidak aman, kecemasan, ketakutan, dan kepanikan dalam menyikapi banyaknya kejahatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Sebab dalam kenyataanya, kejahatan tidak hanya merugikan masyarakat secara fisik saja, tetapi juga menyangkut psikis seseorang atau suatu kelompok masyarakat.1

Keamanan di dalam masyarakat bukan hanya tugas dan tanggungjawab pihak Kepolisian saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat mempunyai peran dan andil yang sangat besar agar tercipta keamanan di daerah lingkungannya, peran serta ini sangat penting bagi masyarakat itu sendiri, apabila dilihat dari keterbatasan aparat

1

(5)

Kepolisian yang tidak mungkin mampu melayani semua tugas-tugas yang menjadi kewajibannya disamping itu jumlah aparat kepolisian yang belum bisa untuk melayani seluruh tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya, apabila diperhatikan dari wilayah negara Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari beribu-ribu pulau disertai dengan jumlah penduduk Indonesia yang terus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun sedangkan jumlah aparat kepolisian tidak sebanding dengan keadaan tersebut. Untuk itu tugas dan fungsi tersebut dapat diambilalih oleh masyarakat itu sendiri di dalam lingkungannya.

Polri sebagai inti pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas)secara kuantitatif tidak pernah akan mampu menutup luasnya wilayah dan banyaknyajumlah penduduk dan gangguan Kamtibmas. Dilihat dari potensi masyarakat seperti halnya security Astra Group yang professional jelas membawa dampak positif bagi pencegahan maupun penanggulangan kejahatan, terutama di tempat atau di lingkungan kita bekerja.

(6)

disetiap pintu masuk kampus nampaknya tidak akan berjalan efektif apabila semua warga disuatu kampus tidak saling bekerja sama dengan baik.2

Keamanan juga dapat dilakukan oleh petugas satpam pada waktu bertugas di lingkungan tempat kerjanya untuk membantu peran fungsi Polri agar tempat kerjanya tercipta rasa aman dari segala gangguan Kamtibmas. Peran dan fungsi petugas Satpam telah di atur pada pasal 6 Peraturan Kapolri No. 24 tahun 2007 dalam melaksanakan tugas di lingkungan tempat kerjanya apabila dilihat dari dimensi Kepolisian merupakan bentuk sosiologis fungsi kepolisian yang tumbuh dan berkembang dalam tata kehidupan masyarakat.

Universitas Lampung merupakan salah satu Universitas yang memiliki lahan yang cukup luas, dengan keadaan demikian sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan iklim pendidikan yang kondusif tidaklah sedikit. Beragam fasilitas harus diadakan untuk mewujudkan hal tersebut sehingga mahasiswa dapat belajar dengan suasana yang nyaman untuk meningkatkan prestasi akademik dan non-akademik.

Pencapaian target Top Ten University, Unila juga terus menghadapi permasalahan. Selain masalah tentang Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi, pencurian kendaraan bermotor yang terus terjadi, bangku kuliah yang tidak pernah memadai, ternyata masalah lain yang tidak kalah pentingpun menghampiri Unila. Masalah ini berkaitan dengan lingkungan dan kawasan Unila yang semakin menghawatirkan bagi kegiatan pembelajaran dikampus.

2

(7)

Kawasan Unila yang bebas terbuka membuat siapa saja dapat memasuki lingkungan Unila, bukan hanya mereka yang ingin mencari ilmu, tetapi mencari kehidupan juga semuanya masuk dikawasan Unila. Sebagai contoh kecil yang nyata adalah sebagai berikut pedagang, pengamen, pemulung, dan penjaja koran.

Selain itu, ada hal lain yang harus diperhatikan yaitu jalur kawasan Unila seperti pintu utara yang selalu terbuka 24 jam. Hal ini membuat peluang untuk pelaku kejahatan melancarkan aksinya dikawasan Unila. Harus ada pembatasan portal jalan untuk dibuka dan ditutup. Satpam harus bekerja secara optimal untuk mengontrol setiap keadaan di lingkungan Unila. Contoh kecil kejahatan yang sering terjadi pencurian diantaranya spanduk kegiatan yang dipasang kawasan Unila hilang meski belum lama terpasang atau peralatan milik Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang hilang disekertariat. Ini juga menandakan pengawasan yang kurang dan bisa juga karena memang personil Satpam yang kurang memadai sehingga kontroling yang dilakukanpun tidak optimal.

(8)

membuktikan kawasan Unila sudah memasuki ancaman serius untuk permasalahan sosial.3

[image:8.595.131.454.519.633.2]

Unila pada tahun 2014 yang lalu sempat dihebohkan dengan adanya dua orang yang gerak-geriknya dicurigai akan membobol mesin ATM Bank samping gedung PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) akan tetapi perbuatanya di ketahui oleh Satpam. Tidak hanya itu, saat ini juga Unila sangat rawan dengan pencurian sepeda motor dan hilangnya helm. Kasus pembohongan publik yang mengatas namakan pejabat Unila pun sempat terjadi, modus yang dilakukan oknum kejahatan yaitu mengatasnamakan Rektor Unila, Prof.Sugeng P. Harianto. M.S,. Dengan mengirimkan pesan kepada mahasiswa. Dalam pesan yang diluncurkan oleh pelaku kejahatan yaitu pelaku kejahatan pun meminta target untuk menghubungi rektor ketika dihubungi korban pun dihipnotis atau diminta untuk memberikan uang.

Tabel. 1

Jumlah Kasus yang Terjadi di Universitas Lampung Tahun 2013 Sampai 2015

No Tahun Jumlah

1 2013 50

2 2014 48

3 2015 31

Sumber : Wakil Komandan II Satpam Universitas Lampung

Berdasarkan tabel di atas, kasus kejahatan yang terjadi di Universitas Lampung pada tahun 2013 sebanyak 50 kasus, pada tahun 2014 kasus kejahatan yang terjadi

3

(9)

di Unila sejumlah 48 kasus, pada tahun 2015 kasus kejahatan yang terjadi di Unila sejumlah 31 kasus.

Data diatas menunjukan bahwa angka kejahatan yang terjadi di Universita Lampung sangat menghawatirkan. Oleh karena itu di perlukan sikap tegas dari pihak pengamanan kampus dan pihak penegak hukum agar lebih meningkatkan penjagaan di seluruh lingkungan Unila agar angka kejahatan disetiap tahunnya tidak semakin tinggi.

Bardasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian atas kejadian-kejadian yang ada di Universitas Lampung dan sekaligus menuangkan kedalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul :Upaya Satuan Pengamanan dalam Menanggulangi Kejahatan di Universitas Lampung.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. BagaimanakahUpaya Satuan Pengamanan dalam Menanggulangi Kejahatan diUniversitas Lampung?

(10)

2. Ruang Lingkup

Agar penulisan ini tidak terlalu luas, maka penulis membatasi ruang lingkup penulisan ini pada ruang lingkup hukum pidana dan khususnya yang berkaitan dengan subtansi upaya satuan penggamanan dalam menanggulangi kejahatan di Universitas Lampung.Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2013 hingga 2015.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok bahasan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Upaya Satuan Penggamanan dalam menanggulangi kejahatan di Universitas Lampung.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat Satuan Pengamanan dalam menanggulangi kejahatandi Universitas Lampung.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan kegunaan praktis sebagai berikut :

a. Secara teoritis

(11)

b. Secara praktis

Penulis mengharapkan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan sumbangan pikiran bagi aparat penjagaan kampus, khususnya Satpam yaitu dalam upaya satuan penggamanan dalam menanggulangi kejahatan di Universitas Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka/acuan yang pada dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi.4 Berdasarkan definisi tersebut maka kerangka teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penanggulangan kejahatan dan teori yang menghambat penegakan hukum.

a. Teori Penanggulangan Kejahatan

Kebijakan untuk memberikan perlindungan sosial (social defence policy salah satunya dengan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan tindak pidana atau tindak pidana yang aktual maupun potensial. Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik criminal) menggunakan dua sarana, yaitu :

1. Sarana Penal

Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu:

a) Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana

b) Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan pada pelanggar.

4

(12)

2. Sarana Non Penal

Penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penanggulangan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan.5

b. Teori Penghambat Penegakan Hukum Pidana

Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakan hukum, yaitu:

1. Faktor undang-undang adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

2. Faktor penegakan hukum adalah pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana dan fasilitas adalah faktor yang mendukung dari penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat yakni faktor yang meliputi lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Faktor budaya adalah sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.6

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti.7

5

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. 2002. hlm. 77

6

Soerjono,Seokanto. 1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: Rajawali Pers.2011. hlm.8

7

(13)

Kerangka konseptual ini menjelaskan tentang pengertian-pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian, sehingga mempunyai batasan-batasan yang tepat dalam penafsiran beberapa istilah. Maksudnya tidak lain untuk menghindari kesalah pahaman dalam melakukan penelitian.

Istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Upaya adalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap sesuatu hal supayadapat lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan.8

b. Petugas pengamanan (Satpam) adalah satuan petugas kelompok yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha yang melakukan keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa dilingkungan kerjanya. Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam mengemban fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan secara resmi dibentuk pada 30 Desember 1980 melalui surat keputusan kepala kepolisian negara.9

c. Penaggulangan kejahatan adalah usaha, akal, ikhtiar, untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar terhadap suatu

8

http://sip-belajar.blogspot.com/2013/02/upaya.html diakses pada hari rabu tanggal 07 juli 2015 9

(14)

permasalahan dalam pembangunan maupun yang beresiko dalam kegiatan pencegahan terhadap kejahatan.10

d. Perbuatan adalah perbuatan manusia. Apa yang dimaksud dengan perbuatan manusia itu? Dalam hukum pidana menjadi perbedaan yang cukup jalas. Menurut Simons dalam arti sesungguhnya ‘handelen’ (berbuat) mempunyai sifat aktif, tiap gerak atot yang dikehenaki, dan dilakukan dengan tujuan untuk menimbulkan suatu akibat.11

e. Universitas adalah suatau institusi pendidikan tinggi dan penelitian, yang memberikan gelar akademik dalam berbagai bidang. Sebuah universitas menyediakan pendidikan sarjana dan pasca sarjana. Kata universitas berasal dari bahsa latinuniversitas magistrorum et scholarium, yang berarti “kominitas” guru dan akademisi.12

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan ini bertujuan agar lebih memudahkan dalam memahami penulisan skripsi ini secara keseluruhan. Sistematika penulisanya sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang penelitian kemudian merumuskan permasalahan yang akan dibahas dan membatasi ruang lingkup penelitian memuat

10

Barda Nawawi dan Muladi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti.2001.Bandung. hlm.57

11

Tri Andrisman. Hukum Pidana. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung:2009. hlm 12

(15)

tujuan dan kegunan penelitian, kerangka teoritis konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tinjauan pustaka yang merupakan penghantar dalam pemahaman dan pengetian umum tentang pokok pembahasan mengenai istilah serta pengertian tindak pidana, penanggulangan kejahatan, pengertian kejahatan dan tinjauan umum tentang satuan pengamanan (Satpam).

III. METODE PENELITIAN

Penjelasan tentang metode penulisan skripsi, berupa langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalaha, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sample, posedur pengolahan data, serta analisis data yang didapatkan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Merupakan penjelasan pembahasan tentang permaslahan yang ada yaitu pemabahasan tentang upaya satuan pengamanan (Satpam) dalam menanggulangi kejahatan yang dilakukan di Universitas Lampung serta faktor penghambat satuan pengamanan (Satpam) dalam menanggulangi kejahatan yang dilakukan di Universitas Lampung?

V. PENUTUP

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Satuan Pengamana (Satpam)

a. Pengertian Satuan Pengamanan (Satpam)

Satuan pengamanan yang siring disingkat dengan Satpam adalah suatu kelompok

petugas yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan

keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan keamanan

swakarsa di lingkugan kerja.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin

bekerja sendiri dalam mengembang fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lambaga

satuan pengamanan secara resmi dibentuk pada desember 1980 melalui surat

keputusan kepala Kepolisian Negara.

Keperuntukan keamanan pada umumnya adalah untuk mengamankan aset,

kawasan wilayah, suatu instansi atau perusahaan serta dapat memberikan rasa

nyaman bagi instansi tersebut, dalam beraktifitas dan menjalankan kegiatan sesuai

fungsinya.

b. Hubungan Satpam dengan Kepolisian

Tugas Satpam merupakan tugas-tugas kepolisian terbatas. Karena keterbatasannya

(17)

dalam usaha penyelenggaraan keamaan. Dalam mengemban tugas keamanan dan

ketertiban, kepolisian sesuai UU Kepolisian dibantu oleh Kepolisian khusus,

penyidik PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

Oleh karena itu hubungan antara kepolisian dengan ketiga komponen pembantu

tugas-tugas kepolisian tersebut adalah fungsional yang bersifat pembinaan dan

koordinatif.

Satpam adalah bentuk pengamanan swakarsa, dengan demikian hubungan petugas

kepolisian dengan Satpam adalah pembinaan dan koordinatif dalam tugas-tugas

pengamanan dalam area yang menjadi tanggungjawab satpam tersebut. Untuk

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, Satpam diberikan kewenangan

Kepolisian terbatas, yang kemampuan dan keterampilanya harus senantiasa dibina

oleh Kepolisian sebagaimana amanat perundang-undangan.

Hubungan Satpam dengan Kepolisian juga dapat dilihat pada Kartu Tanda

Anggota (KTA) Satpam yang dikeluarkan oleh Kepolisian. Selain itu manakala

Satpam meningkatkan kualitasnya dalam mengikuti pelatihan kompetensi yang

diselenggarakan oleh Kepolisian serta Kepolisian selau hadir sebagai instruktur.

c. Jenjang Pelatihan Satuan Pengamanan (Satpam)

Jenjang pelatihan satpam ada 3 tingkat diantaranya :

1. Dasar (Grada Pratama) merupakan pelatihan dasar calon anggota Satpam ,

pelatihan gada pratama dilaksanakan dengan menggunakan minimal pola

232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.1. interpersonal skill, etika profesi,

tugas pokok, fungsi dan peranan Satpam, kemampuan Kepolisian terbatas;

(18)

penembakan; pengetahuan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainya;

pengguna tongkat Polri dan borgol; pengetahuan baris berbaris dan

penghormatan;

2. Menengah (Gada Madya) merupakan pelatiahan lanjutan bagi anggota

Satpam yang telah memiliki kualifikasi gada pratama. Lama pelatihan dua

minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan

3. Manajerial (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh

siapa saja dalm level sitingkat majer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam pelajaran.13

d. SATPAM Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Diatur dalam Bab I (Ketentuan Umum) Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sitem Manajemen

Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah.14

Pasal 1 dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24

Tahun 2007 tentang Sitem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan

dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah menyatakan sebagai berikut:

1. Sistem Manajemen Pengamanan yang selanjutnya disingkat SMP adalah

bagian dari manajemen sacara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggugjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian

13file:///C:/Users/user/Downloads/Buku%20panduan%20Security.html di Akses pada 21 April

2015

14Ketentuan Umum, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

(19)

dan pemeliharaan kebijakan pengamanan dalam rangka pengendalian resiko

yang berkaitan dengan kegiatan usaha guna mewujutkan lingkungan yang

aman, efisien dan produktif.

2. Industrian Security adalah sagala upaya yang berkaitan dengan perlindungan

terhadap instalasi, sumber daya, utility, material dan informasi rahasia

industri dalam rangka mencegah terjadinya kerugian dan kerusakan.

3. Organisasi adalah suatu badan berbasis kemasyarakatan yang melakukan

kegiatan dengan tidak berorientasi pada aspek komersial, yang beroperasi

diwilayah Republi Indonesia.

4. Perusahaan adalah suatu badan yang melakukan kegiatanya berorientasi

komersial yang beroprasi diwilayah Republik Indonesia.

5. Instansi/lembaga Pemerintah adalah organisasi pemerintah selain Tentara

Nasional Indonesia (TNI) yang berorientasi pada fungsi palayanan

masyarakat yang menyelenggarakan satuan pengamanan.

6. Satuan Pengamanan yang selanjutnya disingkat Satpam adalah satuan atau

kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/badan usaha untuk

melaksanakan pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamanan

swakarsa di lingkungan kerjanya.

7. Tempat Kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,

bergerak atau tetap dimana kegiatan usaha dan fungsi pelayanan publik

berlangsung serta terdapat sumber-sumber ancaman dan gangguan

keamanan baik fisik maupun non fisik didalam wilayah Negara Republik

(20)

8. Badan Usaha Jasa Pengamanan yang selanjutnya disingkat BUJP adalah

perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang

penyediaan tenaga pengamanaan, pelatihan keamanan, kawal angkut

uang/barang berharga, konsultasi keamanan, penerapan peralatan keamanan,

dan penyedia satwa untuk pengamanan.

9. Audit adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk meyakinkan tingkat

kesesuaian antara satu kondisi yang menyangkut kegiatan dari suatu

identitas dengan kriterianya dilakukan oleh auditor yang berkomponen dan

independen dengan mendekatkan dan mengevaluasi bukti-bukti

pendukungnya secara sistematis, analistis, kritis dan selektif guna

memberikan pendapat atau kesimpulan dan rekomendasi kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

10. Tim Audit adalah Tim yang dibentuk oleh Polri yang bertugas melakukan

audit akreditasi terhadap BUJP dalam rangka penerbitan operasionalnya.

11. Badan Audit adalah suatu badan independen yang bertugas melakukan audit

SMP untuk memastikan tingkat pencapaian, pemeliharaan, serta penerapan

SMP di lingkungan organisasi, perusahaan, instansi/lembaga pemerintah.

12. Laporan Audit adalah hasil dari audit yang dilakukan oleh badan audit yang

berisi fakta yang ditemukan pada saat pelaksanaan audit di tempat kerja

sebagai dasar untuk menerbitkan SMP.

13. Pembinaan Satpam adalah segala usaha, kegiatan dan pekerjaan untuk

membimbing, mendorong, mengarahkan, menggerakan termasuk kegiatan

koordinasi dan bimbingan teknis Satpam, untuk ikut serta secara aktif

(21)

diri dan lingkungan kerjanya dalam bentuk ketertiban dan keamanan

swakarsa.

14. Surat Izin Operasional adalah sura yang berisi keterangan bahwa pemegang

surat diberi izin untuk melakukan kegiatan promosi, proses tender,

melaksanakan kontrak kerja pengamanan, dan melakukan kegiatan sebagai

perusahaan jasa dibidang pengamanan.

15. Wilayah Usaha adalah wilayah dimana badan usaha usaha yang

bersangkutan dibenarkan untuk melakukan kegiatan usaha yang didasarkan

atas pembagian wilayah hukum Polda.

16. Pelatihan adalah proses interaksi antara peserta palatihan dengan palatih

untuk memperoleh kompetensi agar mampu berbuat dan terbiasa melakukan

sesuatu kegiata dibidang tertentu.

17. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

kompetensi, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman untuk penyelenggaraan pembelajaran dan/atau pelatihan guna

mencapai tujuan tertentu.

18. Inhouse Training adalah pelatihan yang dilaksanakan pengguna Satpam pada bidang khusus sesuai dengan lingkup tugasnya.

19. Pelatiahan Gada Pratama adalah pelatihan dasar Satpam bagi anggota/calon

anggota Satpam yang belum pernah mengikuti pelatihan di bidang Satpam.

20. Palatihan Gada Madya adalah pelatihan Satpam yang dipersiapkan untuk

(22)

21. Pelatihan Gada Utama adalah pelatihan Satpam bagi manajer/calon

manajer/chief security atau bagi manajer yang bertanggung jawab terhadap

bidang pengamanan.

22. Pelatihan/Kursus Spesialisasi adalah kegiatan pelatihan yang bertujuan

untuk mendapatkan keahlian tertentu di bidang pengamanan.

23. Seragam Satpam yang selanjutnya disingkat Gam Satpam adalah pakaian

yang dilengkapi dengan tanda pengenal dan antribut tertentu sesuai aturan

dari Kepolisian sebagai pengawas dan pembinaan teknis Satpam yang

dipakai dan digunakan oleh anggota Satpam serta telah mendapat

pengakuan dari Polri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai pengemban

fungsi Kepolisian terbatas pada lingkungan kerjanya.

24. Gam Satpam Pakaian Dinas Harian yang selanjutnya disingkat Gam Satpam

PDH adalah Gam Satpam yang dipakai dan digunakan untuk melaksanakan

tugas sehari-hari dilingkungan kerjanya, selain dikawasan khusus yang

memerlukan kelengkapan seragam khusus.

25. Gam Satpam Dinas Lapangan yang selanjutnya disingkat Gam Satpam PDL

adalah Gam Satpam yang khusus digunakan pada area yang banyak

berhubungan kegiatan di lapangan dan sejenisnya.

26. Gam Satpam Sipil Harian selanjutnya disingkat Gam Satpam PSH adalah

Gam Satpam yang dipakai dan digunakan untuk melaksanakan tugas harian

di area kerjanya yang banyak berhubungan dengan pelanggan, masyarakat

umum serta petugas yang membidangi pengamanan non fisik, yang

(23)

27. Gam Satpam Pakaian Sipil Lapangan yang selanjutnya disingkat dengan

PSL adalah Gam Satpam yang dipakai dan digunakan untuk melaksanakan

tugas pengamanan event.

28. Atribut Satpam adalah segala bentuk tanda anggota Satpam yang dapat

menunjukan kompetensi, kualifikasi dan identitas pengguna serta daerah

tempat bertugas yang dipasang pada pakaian kerja.

29. Tanda Kewenangan adalah tanda tertentu yang dipakai oleh setiap anggota

Satpam sebagai tanda kompetensi pengemban fungsi Kepolisian terbatas di

lingkungannya.

30. Daerah Tugas adalah wilayah hukum dari satuan kewilayahan Polri dimana

lingkungan kerja atau pusat kegiatan (home base) dari anggota Satpam

tersebut berada.

31. Petunjuk Teknis (technical guide line) adalah penjabaran dari SMP

ditandatangani oleh pejabat Polri setingkat Deputi atas nama Kapolri.

e. Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan

Diatur dalam Bab III Satpam bagian Kesatu Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manjemen

Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintahan

Pasal 6 ayat (1) dijelaskan bahwa :

Tugas pokok Satpam adalah menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di

lingkungan/tempat kerjanya yang meliputi aspek pengamanan fisik, personel,

(24)

Pasal 6 ayat (2) dijelaskan bahwa:

Fungsi Satpam adalah melindungi dan mengayomi lingkungan/temapat kerjanya

dari setiap gangguan keamanan, serta menegakan peraturan dan tata tertip yang

berlaku di lingkungan kerjanya.

Pasal 6 ayat (3) dijelaskan bahwa:

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pengemban fungsi kepolisian terbatas,

Satpam berperan sebagi:

a. Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan, dan/atau

instansi/lembaga pemerintahan, pengguna Satpam dibidang pembinaan

keamanan dan ketertiban linglingkungan/ tempat kerjanya;

b. Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan

kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security mindedness dam security

awareness)dilingkungan/tempat kerjanya.15

B. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

Istilah tindak pidana berasal dari istilah dalam Hukum Pidana Belanda yang

disebut strafbaarfeit, dengan demikian istilah strafbaarfeit juga terdapat dalam Hukum Pidana Indonesia, tetapi belum ada keseragaman pemakaian istilah

strafbaarfeit,ada yang menggunakan istilah tindak pidana, peristiwa pidana, delik,

15Tugas pokok, fungsi dan peranan, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

(25)

pelanggaran pidana, perbuatan yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat

dihukum, dan perbuatan pidana.

Bermacam-macam arti dari istilah strafbaarfeit, tidak menjadikan adanya suatu permasalahan, asalkan makna dari istilah strafbaarfeit tersebut sama, dan istilah

tindak pidana yang dianggap merupakan istilah resmi dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia sebab hampir seluruh peraturan perundang-perundang-undangan di

Indonesia menggunakan istilah tindak pidana.16Akan tetapi para sarjana hukum pidana mempertahankan istilah yang dipilihnya sendiri. Adapun pendapat itu

diketemukan oleh : Moeljatno, Simons, Van Hamel, WJP. Pompe, JE. Jonkers dan

Soedarto. Yang dalam uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Moeljatno

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi

barang siapa yang melanggar tersebut. Moeljatno merupakan penganut

aliran dualisme yang mana memisahkan unsur perbuatan dan

tanggungjawab dalamstrafbaarfeit. Unsur-unsur tindak pidana :

1. Perbuatan manusia;

2. Memenuhi rumusan undang-undang;

3. Bersifat melawan hukum.17

(26)

2. Simons

Strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat

melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan

oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Simons merupakan penganut

aliran monism yang mana menyatukan unsur tanggungjawab.

Unsur-unsur tindak pidana :

a. Unsur obyektif : perbuatan orang, akibat yang dikelihatan dari

perbuatan itu mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan

itu.

b. Unsur subjektif : orang yang mampu bertanggungjawab, adanya

kesalahan(dolus atau culpa).Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari perbuatan atau keadaan mana perbuatan itu dilakukan.18

3. Van Hamel

Strafbaarfeit adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam

Undang-Undang yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan

dengan kesalahan.19

Unsur-unsur tindak pidana :

a. Perbuatan manusia;

b. Yang dirumuskan dalam undang-undang

c. Bersifat melawan hukum

d. Dilakukan dengan kesalahan

18Ibid.,hlm. 56

(27)

4. W.P.J. Pompe

Pengertian strafbaarfeit dibedakan antara definisi yang bersifat teoritis dan

yang bersifat undang-undang.

Menurut teori: strafbaarfeit adalah suatu pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

Menurut undang-undang / hukum positifstrafbaarfeit adalah suatu kejadian (feit) yang oleh peraturan perundang-undangan dirumuskan sebagai

perbuatan yang dapat dihukum.20

5. J.E. Jonkers

Mengenai tindak pidana ada 2 (dua) pengertian yaitu dalam arti pendek dan

arti panjang, arti pendek strafbaarfeit adalah suatu kejadian yang dapat diancam pidana oleh undang-undang. Arti panjang, strafbaarfeit adalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dilakukan dengan sengaja

atau alpa oleh yang dapat dipertanggungjawabkan.21

6. VOS

Strafbaarfeit adalah suatau kelakukan manusia yang diancam pidana oleh peraturan undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang

dengan ancaman pidana.22

20Bambang, Purnomo.asas-asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia. 1985. hlm. 91 21Ibid., hlm. 29

(28)

7. Soedarto

Beliau menyebut strafbaarfeit dengan istilah tindak pidana, dengan

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Perbuatan yang memenuhi rumusan undang-undang;

b. Bersifat melawan hukum;

c. Dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab dengan

kesalahan (Sculd) baik dalam bentuk kesengajaan (Dolus) maupun

kealpaan(Culpa)dan tidak ada alasan pemaaf.23

C. Faktor Penghambat Penegakan Hukum

Penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja,

namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Soerjono

Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi upaya penegakan hukum, yaitu:

1. Faktor Perundang-Undang (Subtansi Hukum)

Praktek penyelenggaraaan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan

konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak

sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan

secara normatif. Kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum

merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan tidak

bertentangan dengan hukum.

(29)

2. Faktor Penegak Hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penagakan hukum adalah

moralitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka

penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan

kebenaran harus di nyatakan, terasa, terliahat, dan diaktualisasikan.

3. Faktor Saran dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai penegakan

hukum tidak mungkin menjalankan peran semestinya.

4. Faktor Masyarakat

Masyarakat mepunyai faktor yang kuat tehadap pelaksanaan penegakan

hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan

untuk mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggin kesadaran masyarakat

maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.

Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai

yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak

penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan

masyarakat, makan akan semakin mudah menegakannya.24

24Soerjono, Soekanto,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Rajawali

(30)

D. Pengertian Kejahatan

Kejahatan menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu perilaku yang

bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah

disahkan oleh hukum tertulis (hukum pidana).

Donald R Taft, kejahatan adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana (a crime is an act forbidden and made punishabla by law). Kejahatan secara praktis

yaitu pelangaran atas norma-norma agama, kebiasaan, kesusilaan, yang hidup

dalam masyarakat. Kejahatan secara religi adalah pelanggaran atas perintah tuhan

(dosa).Kejahatan secara yuridis yaitu setiap perbuatan ataupun kelalaian yang

dilarang oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dan diberi pidana oleh

Negara dan nyata-nyata dituliskan dalam perundang-undangan pidana Negara.25

A.S Alam, menjelaskan definisi kejahatan dari dua sudut pandang, yaitu:

1. Sudut pandang hukum(a crime from the legal point ofview). Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum

pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan sepanjang perbuatan itu tidak

dilarang di dalam perundang-undangan pidana, perbuatan itu tetap sebagai

perbuatan yang bukan kejahatan. Contoh konkrit dalam hal ini adalah

perbuatan seorang wanita yang melacurkan diri. Dilihat dari definisi hukum,

perbuatan wanita tersebut bukan kejahatan karena perbuatan melacurkan diri

tidak dilarang dalam perundang-undangan pidana Indonesia. Namun,

sesungguhnya perbuatan melacurkan diri sangat jelek dilihat dari sudut

pandang agama, adat istiadat, kesusilaan, dan lain-lainnya.

(31)

2. Sudut pandang masyarakat (a crime from the sociological point of view).

Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap perbuatan yang

melanggar norma-norma yang masih hidup di dalam masyarakat. Contohnya

bila seseorang muslim meminum minuman keras sampai mabuk, perbuatan itu

merupakan dosa (kejahatan) dari sudut pandang masyarakat Islam, dan namun

dari sudut pandang hukum bukan kejahatan.

Menurut Kartini Kartono, kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan

peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan); juga bukan merupakan warisan

biologis. Kejahatan atau tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan siapapun juga,

baik pria maupun wanita, anak, dewasa ataupun lanjut usia.

Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar, yaitu dipikirkan, direncanakan, dan

diarahkan pada suatu maksud tertentu secara sadar benar. Namun bisa juga

dilakukan secara setengah sadar, misalnya didorong oleh impuls-impuls yang

hebat, didorong oleh dorongan-dorongan paksaan yang kuat (kompulsi-kompulsi),

dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama

sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang

harus melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi peristiwa

pembunuhan.26

26

(32)

E. Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem

Peradilan Pidana (SPP) atau disebut juga penanggulangan secara penal.

Disamping itu penanggulangan lain dapat juga dengan non sistem pearadilan atau

disebut juga non penal.

a. Upaya penal, adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif

bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi upaya ini dilakakan

setelah kejahan terjadi.

b. Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat

preventif, yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan

yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila

pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa

pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah damasukan

kedalamnya, sebab pemberian pidana juga dimakssudkan agar orang yang

bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak

pidana.27

Penanggulangan sistem ini dilakukan kepada pelaku kejahatan. Jadi disini

penanggulangan yang dilakukan disamping yang menggunakan sifat penderitaan

bersifat deterrence, juga dilakukan penyuluhan dan pengarahan agar tidak melakukan tindak pecurian setelah ia lepas dari masa hukuman.

27Barda,Nawawi, Arif.Kebijakan Hukum Pidana.Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

(33)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia , pengertian penanggulangan kejahatan

adalah menanggulangi, menghadapi, mengatasi, sedangkan penanggulangan

adalah suatu proses perbuatan cara menanggulangi. Dalam kriminologis istilah

penanggulangan kejahatan dapat diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk

mencegah dan menanggulangi suatu tindakan kejahatan atau suatu pelanggaran

untuk melihat ketertiban dalam masyarakat.

F. Faktor-faktor Kejahatan di Lingkungan Universitas Lampung

Faktor yang mengakibatkan sering terjadi adanya tindak kriminalitas di wilayah

kampus. Mulai dari sudut pandang tim keamanan kampus maupun wilayah

setempat, kebiasaan mahasiswa yang terkadang mengundang aksi kejahatan, dan

minimnya kepekaan sosial, bahkan yang paling mendasar adalah minimnya

tingkat kesejahteraan masyarakat.

a. Pertama, dilihat dari sudut pandang tim keamanan. Kurangnya fasilitas penunjang keamanan seperti CCTV, tim patroli kampus, dan Standart Operasional Procedure (SOP) yang baku untuk pihak kemanan kampus

menjadikan jaminan kemanan kampus melonggar. Ditambah lagi

prosedural/birokrasi pengaduan ke pihak kepolisian setempat yang

cenderung sulit dan rumit menjadikan mahasiswa enggan dan malas

melaporkan tindak kejahatan yang dialaminya. Dengan demikian pelaku

kejahatan tidak merasa terancam eksistensinya dan semakin sering

(34)

b. Kedua, perilaku mahasiswa yang cenderung mengundang tindak kejahatan.

Hal ini terutama karena budaya hedonisme yang sekarang melekat pada

banyak mahasiswa. Kebiasaan hura-hura, sering berkegiatan sampai larut

malam, berpenampilan serba menawan dan transparan, dan terbiasa

menampakan harta berharga terutama ganget. Bukan hanya hedonisme, budaya liberal pun menjadi akar yang paling mendalam. Terutama

kebebasan dalam berperilaku dan bergaul

c. Ketiga, rendahnya kepekaan sosial. kurangnya kepekaan sosial alias

individualis ini tidak hanya menjangkiti para mahasiswa saja, namun

banyak masyarakat Indonesia pun demikian. Penyakit individualis ini

sedikit banyak diakibatkan oleh ketidak mampuan masyarakat saat ini dalam

menghadapi berbagai masalah pribadi. Sehingga hal yang sering terdengar

adalah “jangankan untuk mengurusi orang lain, urusan pribadi pun belum

terselesaikan”.28

28http://sosialnews.com/opini/kejahatan-di-kampus-apa-penyebabnya.html# di akses pada 21 April

(35)

III.METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.28

Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris guna untuk

mendapatkan suatu hasil penelitian yang bener dan objektif.

1. Pendekatan yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan

cara menelaah dan menulusuri teori-teori, konsep-konsep serta peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang

akan dibahas dalam skripsi ini.

2. Pendekatan yuridis empiris

Pendekatan yuridis empiris yaitu suatu pendekatan yang dilakukan dengan

cara melakukan penelitian lapangan secara langsung pada objek penelitian

yakni mengumpulkan informasi lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan

(36)

dengan upaya Satuan pengamanan (Satpam) dalam menanggulangi

kejahatan di Universitas Lampung.

B. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.29

Sumber-sumber penelitian dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian

yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder, serta

bahan-bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber

pertama.30 Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian

di lapangan secara langsung pada obyek penelitian, berupa keterangan dari

aparat dari penegak hukum yang berkaitan dengan kejahatan dilingkungan

Universitas Lampung.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada waktu

penelitian dimulai data telah tersedia. Data ini merupakan data pendukung

yang bersifat memperkuat dan memperjelas data primer, diperoleh dari studi

pustaka, penelusuran literatur yang diperoleh dari studi pustaka, penelusuran

literatur yang diperoleh di luar penelitian selama penelitian berlangsung.

29Ibid., hlm. 11

(37)

Data sekunder adalah yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada

penelitian ini melalui studi kepustakaan.

Data sekunder terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat peratura

perundang-undangan.

Adapun dalam penelitian ini bahan hukum yang peneliti pergunakan yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2007 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan

dan/atau Instansi Lembaga Pemerintah.

3. Peraturan Kapolri No.Pol. 18 tahun 2006 Tentang Pelatihan dan Kurikulum

Satuan Pengamnan.

4. Peraturan Kapolri No.Pol. 17 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembinaan

Badan Usaha Jasa Pengamanan dan Penyelamatan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer.31 Bahan hukum sekunder diperoleh dengan

cara studi dokumen, mempelajari permasalahan dari buku-buku, literature,

31Amrudin,dan Zainal Asikin,Pengantar Metode penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo.

(38)

makalah dan bahan-bahan lainya yang berkaitan dengan materi ditambah

lagi dengan pencarian data menggunakan internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat

membantu pemahaman dalam menganalisa serta memahami permasalahan,

seperti literatur hukum, kamus hukum dan sumber lain yang sesuai.

C. Penentuan Populasi dan Sample

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunya ciri-ciri dan

karakteristik yang sama.32 Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah

aparat penegak hukum yang berhubungan dengan kejahatan di lingkungan

Universitas Lampung.

Sample adalah sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari pupulasi.33Penentuan

sample dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan samplepurposive

sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan cara menentukan subjek

yang didasarkan pada tujuan tertentu.

Berdasarkan metode purposive samping tersebut, maka yang menjadi responden

dalam penelitian ini adalah:

a. Satuan Pengamanan (Satpam) Universitas Lampung: 3 Orang

b. Polisi Polsek Kedaton : 1 Orang

c. Dosen Fakultas Hukum Unila : 1 Orang +

Jumlah Sampling : 5 Orang

32Soerjono, Soekanto.Pengantar Penelitian Hukum Cet ke-3.Jakarta: UI Press.1986 hlm. 172 33Masri,Singarimbu dan Sofiann Effendi, Metode Penelitian Survai,Jakarta: LP3ES, 1987.

(39)

D. Metode Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data mempergunakan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Setudi kepustkaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis

dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca,

mencatat, mengutip, dari berbagai literatur, per-undang-undangan,

buku-buku, media massa dan bahan tertulis lainya yang ada hubungannya dengan

penelitian yang dilakukan.

b. Studi lapangan(Field Research)

Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara

wawancara (interview) yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan, maupun dengan menggunaan pedoman

pertanyaan secara tertulis.

2. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, baik data sekunder maupun data primer,

maka selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagaiberikut:

a. Editing yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti kembali

kelengkapannya, kejelasannya, dan kebenarannya sehingga terhindar dari

(40)

b. Klasifikasi data yaitu penyusunan data dilakukan dengan cara

mengklasifikasi, menggolongkan dan mengelompokan masing-masing data

pada tiap-tipa pokok bahasan secara sistematis sehingga memperoleh

pembahsan.

c. Sistematisasi data yaitu data yang dapat diperoleh dan telah di editing

kemudian dilakuakan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok

bahasan secara sistematis.

E. Analisis Data

Setelah mengolah data selesai maka dilakukan analisis data. Data yang diperoleh

secara deskriptif kualitatif yang artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam

bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti

untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan sehingga dapat diperoleh

gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. Dari hasil analisis tersebut

dapat dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara umum yang didasarkan atas

fakta-fakta yang bersifat khusus, dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan

(41)

D. PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahawa:

1. Upaya Satuan Pengamanan (Satpam) dalam Menanggulangi Kejahatan di

Univesitas Lampung adalah pihak Satpam telah melakukan upaya

pencegahan atau upaya preventif di seluruh lingkungan Unila yaitu dengan

cara menghimbau, dan melakukan kontroling setiap harinya akan tetapi

banyaknya mahasiswa yang membawa kendaraan khususnya sepeda motor

tidak sebanding dengan jumlah Satpam yang ada. Selain itu kurangnya

kesadaran mahasiswa dalam menjaga keamanan dan ketertiban guna

mencegah terjadinya kejahatan sangatlah sedikit. Tugas pengamanan yang

dilakukan oleh Satpam bisa berjalan dengan baik apabila ada kerjasama dari

mahasiswa itu sendiri. Selanjutnya upaya penal atau upaya penanggulangan

kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat represif sesudah kejahatan

terjadi, antara lain mencakup tindakan menyelidik, menyidik, menuntutan

serta memeriksa dan mengadili dengan berpedoman pada KUHAP dan

KUHP serta perundang-undangan lainya. Satpam akan melakukan

penindakan apabila pelaku pencurian diketahui melakukan pencurian dan

pelaku tertangkap tangan oleh Satpam, selanjutnya pihak satpam melakukan

(42)

melihat apakah sudah ada barang bukti yang dibawa pelaku. Selanjutnya

pihak Satpam menyerahkan pelaku kejahatan kepada pihak Kepolisian

untuk ditindak lanjuti kasus tersebut.

2. Faktor penghambat satuan pengamanan (Satpam) dalam menanggulangi

kejahatan di Universitas Lampung yaitu kurangnya ketegasan dan kesigapan

penegak hukum dalam menangani kejahatan, sarana dan fasilitas yang tidak

mendukung, serta masyarakat yang bersikap apatis, dan budaya yang

cenderung membiarkan terjadinya kejahatn terjadi.

B. Saran

berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka saran-saran yang

dapat penulis berikan untuk upaya satuan pengamanan (Satpam) dalam

menanggulangi kejahatan di Universitas Lampung adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya pihak Satpam lebih mengoptimalkan penjagaan keamanan dan

ketertiban serta lebih mengoptimalkan sistem kontroling di seluruh

lingkungan Univeritas Lampung dan menambah jumlah personil Satpam.

salain itu harus ada kerja sama antara Satpam dengan mahasiswa, karyawan,

dosen dan seluruh masyarakat untuk saling menjaga ketertiban guna

mencegah terjadinya kejahatan. Selanjutnya sudah saatnya Unila menambah

sistem pengamanan seperti CCTV guna mengoptimalkan penjagaan dan

memperkecil terjadinya kejahatan.

2. Perlu adanya dukungan dan peran aktif dari masyarakat agar Satpam dapat

(43)

pasal (6) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2007, dalam menjaga keamanan dan ketertiban, memberikan

(44)

Andrisman, Tri. 2009. Hukum Pidana. Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung

---. 2014. Hukum dan Kriminologi, Penerbit Fakultas Hukum Unila: Bandar

Lampung

Asikin, Zainal Dan Amrudin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT

Raja Grafindo: Jakarta

Abdulsyani. 2012. Sosiologi, Skematika Teori Dan Terapan. PT Bumi Aksara:

jakarta

Assofa, Burman. 1998.Metode Penelitian Hukum. Rhineka Cipta: Jakarta

Hamzah, Andi, 1993, Perbandingan Hukum Pidana.Sinar Grafika: Jakarta

Lampung, Universitas. 2012.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung:

University Pers Lampung

Lamintang. 1990. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar Baru

Moeljatno. 1987,Asas-Asas Hukum Pidana. Bina Aksara: Jakarta

Muladi dan Barda Nawawi Arief. 2001.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana.

Citra Aditya Bakti: Bandung

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. PT Citra Aditya

Bakti: Bandung

Nawawi Arief, Barda 1996, Kebijakan Hukum Pidana, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta

---, 2002,Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra Aditya Bakti:

Jakarta

---. 2011, Kapita Selekta Hukum Pidana. Universitas Diponegoro:

(45)

Purnomo, Bambang. 1985. Asas-Asas Hukum Pidana.Ghalia Indonesia

R. Soesilo, Soerjono. 1984. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan

Delik-Delik Khusus.Politera: Bogor

Rosidah, Nikmah 2011, Asas-Asas Hukum Pidana, Pustaka Magister Semarang:

Semarang

Soerjono, Soekanto. 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum. Rajawali: Jakarta

---. 1984.Penelitian Hukum Normatif. Rajawali Pers: Jakarta

---. 1984. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta :CV rajawali

---. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.Ui Pers: Jakarta

---. 1986. Pengantar Penelitian Hukum Cet Ke-3.Ui Pers: Jakarta

Sudarto, 1986.Hukum dan Hukum Pidana. Alumni: Bandung

---. 1986. Hukum Pidana Dan Perkembangan Masyarakat Kajian Terhadap

Pembaharuan Hukum Pidana. Bandung: Sinar Baru

---. 1990.Hukum Pidan I Fakultas HukumUNDIP. Semarang

Singabuan, Masri & Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES:

Jakarta

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indoonesia Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republuk Indonesia Nomor 24 Tahun 200

Tentang Sistem Manajenen Pengamanan Orgaisasi, Perusahaan, dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah

Peraturan Kapolri No.Pol. 18 tahun 2006 Tentang Pelatihan Dan Kurikulum Satuan Pengamnan

Peraturan Kapolri No.Pol. 17 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan dan Penyelamatan

http://digilib.unila.ac.id/586/6/BAB%20I.pdf

(46)

http://everythingaboutvanrush88.blogspot.com/2014/12/pengertian-kejahatan-menurut-ahli-dan.html

(47)
(48)

Gambar

Tabel. 1

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dapat bersikap dengan cukup baik ketika ada masalah dan juga dapat mengetahui tujuan serta harapan dalam hidupnya sebagai santri pengabdian.. Subjek

Hasil analisis data nonparametrik dengan menggunakan Konkordansi Kendall menunjukkan ada hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial terhadap kecemasan

Gambar 3 memperlihatkan struktur frame biasa dengan satu Poly frame, yang terdiri dari tiga frame yang masing-masing frame terdapat dua slot data yang dapat diperuntukkan

13 Antara berikut, bukti manakah yang dikemukakan oleh John Crawford tentang kedatangan Islam ke Asia Tenggara. I Penemuan Batu Bersurat Terengganu II Perkampungan Arab

Kata Kunci: Waris, Teori Limit, Metode Penafsiran Syah}ru>r. Penelitian ini dilatarbelakangi adanya ketidakpuasan mengenai praktik pembagian harta warisan yang berlaku

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan upaya kepolisian dalam penanggulangan kejahatan kepemilikan senjata api tanpa

tertentu sesuai dengan perkembangan perusahaan maupun kemampuan pekerja. Perusahan berhak untuk menuntut kapasitas kerja yang maksimal dari pekerja sesuai harkat dan martabatnya

Pusat Produksi Pewangi Laundry Siap Jual Atau Bahan Baku seperti Produk: Bibit Parfum Laundry Parfum Laundry Alkohol/Metanol maupun Yang Dicampur Air ﴾Water Base