• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) Di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kota Bandung Sebagai Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) Di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Kota Bandung Sebagai Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

v

THE ROLE OF COOPERATIVE ACADEMIC EDUCATION PROGRAM (COOP) INPT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. (TELKOM) BANDUNG

CITY AS A SOURCE FACILITIES FOR GOOD HUMAN RESOURCES FOR THE PARTICIPANTS

By:

LILIS NURAENI NIM. 41804109

This script under the guidance of, Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si

This study aimed to find out how the role of Cooperative Academic Education Program in PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Bandung City as a source facilities for good human resources for the participants.

This study uses a qualitative approach with descriptive methods. Data were collected through interviews, library research and internet searching. Subjects for this study is the COOP program participant and work units in the activities of Telkom COOP. Informants in the study are determined by using purposive sampling which amounts to two informants. The technique of data analysis was done by selecting the data, classification data, formulating research results, and analyze the results of research.

The results of this study indicate that the COOP program activities aimed at students. Each participant is placed into a unit tailored to the needs of participants COOP. Participants are given the opportunity to take a variety of programs and activities of Telkom is required to make monthly reports. The message is that improvisation units adapted to the needs of participants working unit. Messages in this activity by the company to report through the supervisor, and participants also gave a message in the form of sharing and monthly employment report. Media used in this activity in the form of electronic media such as computers, internet network availability, pocket cameras, and recorders. Telkom also provides various other media such as in-focus, presentations, screenings, and a written test, and module. Telkom has provided a good role in this COOP program. This was proved by the increasing range of knowledge and experience useful for COOP participants can improve their quality.

The conclusion from this study indicate that the role ofCOOPprograms inTelkom as a means of forming qualified human resources for the participants has aligned with corporate goals. Evident from the activities carried out, the message and media used.

(2)

iv

PERANANCOOPERATIVE ACADEMIC EDUCATION PROGRAM(COOP) DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK. (TELKOM) KOTA

BANDUNG SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA BERKUALITAS BAGI PESERTANYA

Oleh: LILIS NURAENI

NIM. 41804109

Skripsi ini di bawah bimbingan, Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara, studi pustaka dan internet searching. Subjek untuk penelitian ini adalah peserta program COOP dan unit kerja Telkom dalam kegiatan COOP. Informan dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan purposive sampling yang berjumlah dua informan. Teknik analisis data dilakukan dengan penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian, dan menganalisa hasil penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan program COOP ditujukan untuk mahasiswa. Setiap peserta ditempatkan ke dalam unit kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta COOP. Peserta diberikan kesempatan mengikuti berbagai program kegiatan Telkom dan diharuskan membuat laporan bulanan. Pesan merupakan improvisasi unit kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja pesertanya. Pesan dalam kegiatan ini di sampaikan oleh perusahaan melalui supervisor, dan peserta pun memberikan pesan dalam bentuk sharing dan laporan kerja bulanan. Media yang digunakan dalam kegiatan ini berupa media elektronik seperti misalnya komputer, ketersediaan jaringan internet, camera pocket, dan recorder. Telkom pun menyediakan berbagai media lain seperti in focus, presentasi, Pemutaran film, dan tes tertulis, dan modul. Telkom telah memberikan peranannya dengan baik dalam program COOP ini. Hal ini terbukti dengan bertambahnya berbagai pengetahuan dan pengalaman peserta COOP yang berguna untuk dapat meningkatkan kualitasnya.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa peranan program COOP di Telkom sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya telah berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan. Terbukti dari kegiatan yang dilakukan, pesan yang disampaikan dan media yang digunakan.

(3)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fenomena yang menjadi perhatian terbesar dari peran perusahaan dalam masyarakat dewasa ini telah ditingkatkan dengan adanya peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Hal ini merujuk untuk mengendalikan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang baik dalam menjalankan kinerja perusahaan secara efektif.

Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan, misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa. Beberapa investor dan perusahaam manajemen investasi telah mulai memperhatikan kebijakan pengembangan masyarakat dari sebagai investasi dan manifestasi perusahaan dalam membangaun sumber daya manusia yang beperan aktif dalam membangun kepentingan masyarakat di dalamnya dan sebuah praktek yang dikenal sebagai “Investasi bertanggung jawab sosial”.

(4)

partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. Kegiatan perusahaan yang diberikan bagi masyarakat ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial, bukan hanya sekedar kegiatan amal, di mana kegiatan ini ditujukan untuk dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan lebih mengenai dunia kerja dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal dengan tujuannya dalam memberikan pengetahuan bagi masyarakat yang memiliki kompetensi baik.

Kegiatan yang dilatari oleh suatu perusahaan seharunya memang ditujukan bukan hanya sebagai spekulasi perusahaan untuk memberikan tindakan-tindakan searah, tetapi juga adanya timbal balik bagi kedua belah pihak. Dalam hal ini tentunya perusahaan sebagai mediator dan masyarakat akademisi dalam mewujudkan suatu program pemberian kesempatan bagi beragam kepentingan. Lebih jauh lagi program perusahaan dapat dipergunakan untuk menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan terutama sekali dengan adanya persaingan kerja di antara para lulusan pelatihan.

(5)

suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki nilai-nilai progresif yang tentunya dihasilkan dalam program yang disediakan oleh perusahaan tersebut. Kegiatan pelatihan tentunya menjadi senjata ampuh untuk dapat memberikan pengetahuan lebih bagi kepentingan perusahaan dan para peserta pelatihannya itu sendiri. Kegiatan ini juga dapat digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan.

Dunia kerja tentunya dapat dipastikan akan secara selektif menjaring calon tenaga kerja yang benar-benar profesional pada bidangnya, karena dengan persaingan global akan makin terbuka lebar kesempatan bagi tenaga kerja asing untuk memasuki/menguasai dunia kerja di Indonesia. Oleh karena itu salah satu tantangan utama bagi lulusan perguruan tinggi adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum memasuki dunia kerja. Pada kesempatan inilah program perusahaan seperti halnya pelatihan dapat memberikan kesempatan baik bagi para akademisi yang memiliki kompetensi baik agar dapat dikembangkan pada praktek pelatihan dalam dunia kerja.

(6)

sedikit ranak praktis tentunya memberikan suatu batasan bagi mahasiswa selaku akademisi yang siap untuk berada dalam dunia kerja kedepannya nanti.

Kesempatan yang kurang memadai mengenai penguasaan dunia kerja menjadi nilai minus yang banyak diemban bagi mahasiswa. Kurangnya pengalaman atau tidak adanya perbekalan bekerja menjadi alasan lama yang selalu menjadi ulasan utama yang diajukan perusahaan untuk melihat kemampuan mahasiswa. Setidaknya mahasiswa memang disiapkan untuk ada dalam wilayah kerja pada akhirnya sebagai suatu bentuk kelanjutan dari bidang akademik yang telah dilaluinya. Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dunia kerja atau kurangnya pengetahuan mahasiswa dalam dunia kerja yang akan digelutinya, tentunya menjadi suatu bentuk kekurangan nyata yang dilihat perusahaan sebagai suatu bentuk ketidakmampuan.

Dalam hal ini perusahaan akan bekerja dua kali, dengan memberikan pengetahuan dasar bagi mahasiswa mengenai kinerja perusahaan dan selanjutnya melihat kempauan yang ada, tetapi terkadang saat ini kempuan teknis banyak dipertimbangkan sebagai alasan awal untuk dapat merekrut mahasiswa disamping nilai akademin yang memuaskan. Pada intinya pengalaman bekerja atau setidaknya kemampuan memahami wilayah kerja akan menjadi modal awak mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.

(7)

kemungkinan tentunya jika kemampuan mahasiswa mengenai dunia kerja telah ada dan dipupuk pada saat kegiatan akademiknya berlangsung akan lebih memudahkan mahasiswa dalam mencari pekerjaan yang layak dengan melihat kemapuannya. Hal ini dapat dikategorikan sebagai upaya untuk menekan kemungkinan shock culture mahasiswa karena alasan “ketidakmengetiannya” dalam dunia kerja.

Untuk itu, berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh perusahaan menjadi media yang sangat membantu mahasiswa dan juga memiliki nilai ekonomis bagi perusahaan itu sendiri. Ada semacam simbiosis mutualisme, dimana mahasiswa dan perusahaan saling diuntungkan dalam dengan catatan-catatan tersendiri. Ada kesempatan yang diberikan yang diberikan oleh perusahaan dalam menambah wawasan dan kemampuan praktis bagi mahasiswa dan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat merekrut mahasiswa yang kompeten bagi perusahaan menjadi suatu wacana yang menarik dalam penelitian ini. Hal ini pun kemudian dapat diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan aksesinbilitas perusahaan kepada masyarakat melalui mahasiswa dengan memberikan program dasar pengembangan sumber daya manusia yang pada akhirnya juga dituntut untuk dapat diaplikasikan bagi kepentingan khalayak banyak.

(8)

(COOP). Program ini di artikan sebagai sebuah program yang didasari atas pengadopsian nilai-nilai dunia kerja dalam atmosfer perusahaan tentunya. Hal ini dapat dilihat dari adanya program pelatihan dan pembekalan bagi mahasiswa dalam industri nyata, dan memberikan kesempatan baginya untuk dapat bergabung dalam keluarga besar PT. Telkom.

Program COOP ini diselenggarakan oleh PT. TELKOM sebagai sebuah upaya nyata untuk dapat menggali sumber daya baru yang memiliki nilai jual tinggi untuk dapat dikembangkan. Program yang berbentuk pelatihan dengan atmosfer dunia kerja nyata ini, diadakan dengan melibatkan para akademisi sebagai objek pelatohan sebagai peserta yang memang ditujukan untuk dapat menerapkan beragam ilmu akademisinya dalam dunia kerja. Pemahaman mengenai kegiatan COOP, dapat dilihat pada situs resmi PT. TELKOM, sebagai berikut:

“Program Cooperative Academic Education (COOP) TELKOM Group adalah program belajar bekerja terpadu yang dilaksanakan PT. TELKOM bersama Anak Perusahaan (PT. Telkomsel dan PT. Infomedia) yang bekerja sama dengan Dunia Pendidikan guna mewujudkan suasana sinergis antara lembaga pendidikan, penelitian serta riset dan dunia Industri.”1

Salah satu upaya peningkatan sumber daya manusia khususnya dalam pendidikan tinggi adalah melalui program COOP yang merupakan sarana penting bagi pengembangan diri dan kemampuan berwirausaha serta kemandirian bagi lulusannya. Program COOP merupakan suatu bentuk pendidikan yang memadukan peningkatan soft skill dan hard skill, proses

1

(9)

belajar akademik dengan pengalaman kerja yang terencana, terbimbing dan mendapat insentif. Program COOP memungkinkan mahasiswa memperoleh kemampuan yang praktis dengan dihadapkan pada penerapan dunia kerja di luar kampus. Melalui program COOP ini, PT. TELKOM mengupayakan untuk diperolehnya calon tenaga kerja yang mandiri, profesional, dan siap memasuki dunia kerja dengan kemampuan yang baik.

Patut dilihat bahwa program ini memberikan pelatihan yang nantinya akan menujukan adanya suatu “hasil” yang akan di dapatkan oleh perusahaan. PT. Telkom dapat melakukan rekruitmen secara selektif dengan melihat para anggota program COOP dari perguruan tinggi. Dari sini dapat dilihat bahwa Telkom memiliki kesempatan yang baik untuk melakukan selektifitas kinerja sumber daya manusia agar sesuai dengan harapan perusahaan.

Setidaknya Telkom dapat dengan jelas melihat kualitas sumber daya manusia yang ada dalam program COOP untuk kemudian dapat diakomodir dalam perusahaan. Artinya para peserta COOP yang dianggap masuk dalam kriteria PT. Telkom, dapat di lakukan rekruitmen untuk mendapatkannya sebagai SDM yang berkualitas setidaknya menurut kepentingan perusahaan. Berbagai struktural program COOP ini juka dilihat lebih jauh dapat dijadikan sebagai media untuk dapat melihat calon-calon pekerja di perusahaan yang dapat di bentuk untuk kepentingan perusahaan dalam artian yang positif.

(10)

secara lengkap dapat dilihat oleh perusahaan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana program COOP ini dapat menjadi media dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi perusahaan. Intinya penelitian ini ingin memperlihatkan secara holistik bahwa adanya simbiosis mutualisme yang diberikan dengan melihat adanya nilai keuntungan bagi perusahaan dan pekerjanya.

Kegiatan Cooperative Academic Education Programe (COOP) ini ditujukan dengan memberikan spesifikasi resmi berdasarkan kebijakan perusahaan sebagai penyelenggara. Spesifikasi yang ditujukan ini mengacu pada kegiatan teknis dan non teknis. Maksudnya bahwa kegiatan diselenggarakan untuk memberikan keterampilan dalam kepentingan yang berhubungan dengan teknologi perusahaan di bidang telekomunikasi dan manajerial perusahaan. Kegiatan ini lebih ditujukan untuk dapat memberikan pelatihan dalam bidang manajerial perusahaan dan sumber daya manusianya untuk dapat dikembangkan sebagai sebagai alat dalam menjaring calon pekerja yang memahami siatuasi kinerja dalam perusahaan.

(11)

perusahaan melalui sumber daya manusia sebagai motor dalam menggerakan kegiatan perusahaan yang di dalamnya terdapat materi mengenai bidang kehumasan.

Mengenai keuntungan dari program ini dapat dilihat di situs resmi PT. Telkom menjelaskan, bahwa “Ada pun keuntungan dari program ini bagi Mahasiswa diantaranya adalah tercatat pada daftar alumni COOP Telkom Group yang akan dimanfaatkan sebagaidata baserekrutment calon karyawan. Disamping itu, mahasiswa juga akan mendapatkan honorarium dan sertifikat COOP.”2

Program COOP diperuntukan bagi Mahasiswa Program S1 minimal telah menempuh Semester VII atau telah menyelesaikan minimal 110 SKS dari total SKS pada jurusan: Teknik Elektro, Teknik Tel, Tek. Informatika, Tek. Industri, Manajemen, Akuntansi, Hukum, Ilmu Komunikasi dan Psikologi. Bersedia magang secara full time di Unit-unit Bisnis Telkom dan Group serta UMKM Binaan, untuk masa 3-4 bulan. Selain itu Mahasiswa tersebut mempunyai prestasi akademik yang tinggi serta prestasi ekstra kurikuler lainnya, mempunyai kemampuan berbahasa Inggris. Adapun batas usia maksimal adalah 25 tahun saat seleksi serta berbadan sehat dan berkelakuan baik.

Penelitian ini dilakukan di PT. TELKOM, Tbk Kota Bandung yang bnertempat di jalan japati No. 1 Bandung. Berbagai kegiatan pelatihan dan pemagangan ini pun dilakukan di kantor divisi regional lainnya di tanah air

2

(12)

untuk dapat melihat potensi-potensi yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Dengan pengertian ini, menjelaskan bahwa kemungkinan setiap mahasiswa yang memiliki potensi dan pengajuan diri untuk dapat bergabung dengan program COOP dapat terbuka lebar.

Dari program yang dilakukan oleh PT. TELKOM, Tbk. itu sendiri, tentunya akan mengacu pada beragam bentuk pelatihan bagi para peserta COOP yang dalam hal ini diperuntukan bagi mahasiswa aktif. Mahasiswa sebagai objek utama yang dituju TELKOM sebagai peserta program COOP di upayakan untuk dapat diberikan berbagai bentuk pembekalan yang tentunya akan memberikan beragam pengetahuan dan menambah keahlian peserta. Sehingga tidak berlebihan jika program ini kemudian disebut peneliti sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi para pesertanya.

Beragam bentuk pemberian materi pelatihan dan pemagangan dalam COOP memberikan beragam ilmu dan keterampilan lebih bagi pesertanya, sebagaimana juga komitmen TELKOM dengan penyelenggaraan program ini. Seperti yang dikutip dalam situs resmi PT. TELKOM, bahwa “Mahasiswa akan mendapatkan pelatihan dalam bentuk materi dan praktek melalui pelatih yang memiliki kredibilitas baik yang dimiliki oleh perusahaan. Mahasiswa juga akan mendapatkan beragam ilmu dari praktisi yang memang memiliki kemampuan dan pengalaman di bidangnya.”3

Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa mahasiswa mendapatkan beragam bentuk pelatihan dengan menggunakan beragam perangkat perusahaan untuk

3

(13)

dapat memberikan ilmu, wawasan dunia kerja dan keterampilan dengan adanya pengalaman dunia kerja yang diberikan. Dengan melihat alasan di atas, maka peneliti tertarik untuk dapat merumuskan masalah penelitian, yaitu: “Bagaimana Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kota Bandung Sebagai Sarana Pembentukan Sumber Daya Manusia Berkualitas Bagi Pesertanya?”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya? 2. Bagaimana pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di

PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

3. Bagaimana media yang digunakan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

(14)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat mendeskripsikan peranan peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

2. Untuk mengetahui pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

3. Untuk mengetahui media yang digunakan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya.

(15)

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan ilmiah bagi praktek ilmu komunikasi dalam perusahaan sebagai alat yang dapat dijadikan media dalam program pelatihan sehingga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna menyelenggarakan pelatihan yang efektif dari segi implementasi ilmu komunikasi dan dampaknya bagi semua bagian yang terlibat dalam pelatihan tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(16)

2. Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia yakni, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber alternatif literatur bagi penelitian sejenis lainnya, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan dan penerapan ilmu komunikasi khususnya dalam membangun sumber daya manusia melaui praktek-praktek komunikasinya tersebut.

3. Kegunaan penelitian ini bagi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Kota Bandung yakni, diharapkan dapat memberikan informasi yang konkret tentang bagaimana peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) berjalan pada prakteknya dan memberikan masukan agar program ini dapat berjalan sesuai dengan harapan perusahaan dan sebagai media evaluasi bagi perusahaan dalam menilai keberhasilan program Cooperative Academic Education Program(COOP).

(17)

1.5 Kerangka Pemikiran

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) sebagai perusahaan jasa telekomunikasi besar di Indonesia berusaha untuk memberikan bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui program pelatihan yang diberikan dalamCooperative Academic Education Program(COOP) yang diperuntukan bagi akademisi yang dalam hal ini mahasiswa dari seluruh Indonesia melalui kantor divisi regional masing-masing wilayah.

Program yang diberikan dalam kegiatan COOP ini berupa pelatihan dan pemagangan yang diperuntukan bagi mahasiswa aktif. Pengertian Pelatihan dikemukakan oleh Flippo yang kemudian dikutip oleh Moekijat bahwa, “Pelatihan itu merupakan suatu tindakan untuk merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai yang melaksanakan suatu pekerjan tertentu.” (Moekijat, 1993: 1).

Kegiatan pelatihan ini merupakan pengembangan sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia pada dasarnya merupakan partner dari alam yang berada di luar diri mereka dan sekaligus merupakan dari “kultur”, yakni hasil perubahan yang menyeluruh yang disebabkan oleh olah manusia itu sendiri. Hubungan inilah yang perlu dimengerti untuk dapat memahami dan menghayati pengertian sumber daya tersebut. Sebagian besar sumber daya manusia merupakan hasil akal budinya disertai pengetahuan serta pengalaman yang dikumpulkan dengan sabar melalui jerih payah dan perjuangan berat.

(18)

merupakan bagian dari sekenario perusahaan untuk dapat membentuk program tersebut sedemikian rupa untuk dapat diterapkan. Pesan yang ada bukan hanya mewakili tujuan dari program tetapi juga lebih jauh memahami bagaimana PT.Telkom menjalankan programnya dan pencapaian yang diharapkan dari program COOP yang dilakukan. Dalam penyampaian pesan tersebut, tentunya program COOP yang diberikan akan membutuhkan media uintuk dapat mengaplikasikan pesan yang perusahaan agar sampai kepada para objek program COOP.

Pesan adalah “Suatu komponen dalam proses komunikasi berupa panduan dan pikiran dan perasaan seseorang dengan menggunakan bahasa atau lambang-lambang lainnya disampaikan kepada orang lain.” (Effendy, 1989: 224).

“Pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain. Agar pesan disampaikan mudah dimengerti dan dapat mendorong prilaku komunikan, harus ditunjang dengan kejelasan pesan dan kelengkapan pesan. Menurut Brigley, pesan yang diorganisasikan dengan baik akan lebih mudah dimengerti dari pada pesan yang tidak tersusun dengan baik.” (Rakhmat, 1999: 295).

(19)

Umumnya suatu latihan berupaya menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang pada saat itu dihadapi. Untuk itu Mangkunegara dalam bukunya “Manajemen sumber daya manusia dan perusahaan” merumuskan komponen-komponen yang harus dimiliki dalam pelatihan, yaitu :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur.

2. Para pelatih harus memiliki kualifikasi yang memadam.

3. Materi pelatihan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan harus sesuai dengan tingkat kemampuan pegawai yang menjadi peserta.

5. Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. (Mangkunegara, 2001: 44)

Penelitian ini ditujukan untuk dapat melihat peranan program COOP dalam sebagai media yang digunakan dalam membangun sumber daya manusia yang disiapkan dengan serangkaian bentuk pelatihan di dalamnya yang diharapkan dapat meningkatkan kualitaspesertanya. Hal ini tidak lain untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan dunia kerja dalam nilai awal. Program ini pun dapat dijadikan sebagai media rekruitmen sebagai efek lanjutan dari konsep pemagangan yang diberikan PT. TELKOM melalui program COOP.

(20)

Hasibuan menerangkan mengenai sumber daya manusia dalam aspek manajemen sumber daya manusia dalam bukunya, bahwa “Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.” (Hasibuan, 2005: 244).

Perlu digarisbawahi bahwa kerangka pemikiran dalam pendekatan kualitatif tidak di batasi dengan adanya suatu rangkaian model komunikasi yang cenderung mengikat dalam struktur baku. Kebebasan peneliti untuk dapat menentukan jalannya penelitian dengan berdasarkan pada teori saja telah cukup membangun alur penelitian kualitatif dengan sistem yang tidak terbebani. Bahkan teori saja tidak cukup untuk dapat memberikan batasan bagi peneliti untuk dapat menjalankan penelitian dengan keluar dari jalur yang seharusnya. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan Jalauddin Rakhmat yang menjelaskan, bahwa:

“Peneliti terjun langsung kelapangan tanpa di bebani oleh model bahkan teori sekalipun sehingga persfektifnya tidak tersaring. Ia bebas mengamati objeknya, menjelajah, dan menentukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan. Peneliti terus menerus mengalami reformulasi dan redireksi ketika informasi-informasi baru ditemukan. Hipotesis tidak dating sebelum penelitian. Hipotesis-hipotesis baru muncul dalam penelitian.” (Rakhmat, 2000: 26).

(21)

menggunakan model komunikasi tertentu dalam penelitian ini karena berbagai teori yang digunakan telah dirasa cukup untuk menuntun peneliti kedalam penelitian lebih lanjut.

1.6 Pertanyaan Penelitian

A. Kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Apa tujuan utama diselenggarakannya program COOP ini? 2. Dimana kegiatan COOP ini dilaksanakan?

3. Siapakah sasaran dari kegiatan COOP ini?

4. Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam program COOP ini?

B. Pesan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Bagaimana kejelasan pesan dalam program COOP ini?

(22)

C. Media Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya:

1. Media apa saja yang digunakan pada program COOP? 2. Bagaimana media tersebut digunakan?

D. Peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TELKOM) Kota Bandung sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya?

1. Bagaimana perusahaan menilai jalannya program COOP ini? 2. Bagaimana peserta menilai program COOP ini?

3. Apa saja yang menjadi perhatian TELKOm dalam program COOP ini? 4. Apakah harapan peserta dalam program COOP ini?

5. Apakah program COOP ini telah dinilai berhasil oleh perusahaan? 6. Apakah kegiatan ini dirasa memberikan imu dan tambahan wawasan

bagi peserta?

(23)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode ini digunakan oleh peniliti karena dengan digunakannya metode penelitian ini, peneliti dapat menggambarkan penelitian mengenai peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Divisi Regional Jawa Barat (Bandung) sebagai sarana pembentukan sumber daya manusia berkualitas bagi pesertanya secara mendetail dengan melihat keseluruhan cakupan permasalahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didalamnya menggunakan kerangka pemikiran yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian untuk lebih memperkuat hasil penelitian. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini tidak digunakan untuk menguji teori-teori yang ada tetapi dijadikan sebagai panduan agar peneliti dapat lebih terarah dan fokus dalam pembahasan penelitian. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam hal ini tidak mengisolasikan secara terbatas individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi mengarahkannya sebagai suatu kesatuan yang utuh. Hal ini merupakan kunci pokok dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif

(24)

Catherine Marshal (1995) sebagaimana dikutip oleh Jonathan Sarwono dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” menyatakan bahwa, “Kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.” (Sarwono, 2004: 193).

Dalam definisi di atas menunjukan beberapa kunci dalam melakukan penelitian (riset) kualitatif, yaitu: proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, dan manusia. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Jonathan Sarwono bahwa, “Proses dalam melakukan penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian, peneliti lebih terfokus pada proses dari pada hasil akhir.” (Sarwono, 2004: 193)

Bentuk penuturan yang adalam dalam metode deskriptif ini, memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat lebih memahami mengenai berbagai hal yang secara langsung memiliki keterkaitan dengan peranan program COOP bagi perusahaan dengan melihat fenomena dalam situasi yang sebenarnya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Djalaluddin Rakhmat, bahwa:

“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis, fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.” (Rakhmat, 2000: 22)

(25)

mengganggu suasana alamiah di lapangan. Peneliti diberikan kesempatan untuk melihat dan mengamai untuk selanjutnya mengabarkan penelitian sebagai sebuah hasil yang distrukturkan sebagai sebuah wacana yang ada dalam peristiwa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Metode Penelitian Komunikasi” yang mengungkapkan, bahwa:

“Cara lain metode deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti bertindak sebagai pengamat. Ia hanya membuka kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku obsercasi. Dengan suasana alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun langsung ke lapangan. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variable.” (Rakhmat, 2000: 25).

Kutipan diatas telah cukup menjelaskan alasan peneliti menggunakan metode penelitian ini. Hal ini juga dimaksudkan peneliti untuk dapat memberikan penilaian peranan yang ada dalam kegiatan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas bagi perusahaan, sebagai sebuah usaha untuk mengabarkan fenomenanya secara tersistematis.

(26)

penelitiannya dengan memberikan kabar dari kacamata banyak pihak yang kemudian dikalkulasikan dalam penglihatan peneliti.

1.8 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang salah satunya ialah wawancara. Menurut Subana yang dikutip oleh Riduwan, mengatakan bahwa:

“Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.” (Riduwan, 2005: 29).

2. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, karena penting untuk peneliti memperoleh data dari buku serta karya ilmiah yang berhungan dengan penelitian ini untuk melengkapi data yang telah ada atau sebagai bahan perbandingan. Dalam studi pustaka, peneliti menggunakan berbagai buku dan karya ilmiah yang telah ada untuk mencari perkembangan baru mengenai penelitian ini.

(27)

3. InternetSearching

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat ini menjadikannya sebagai alternatif untuk dapat memperoleh berbagai ilmu dan referensi mengenai penelitian ini. Internet sebagai salah satu produk teknologi saat ini, keberadaannya sangat membantu dalam memberikan beragam informasi yang sejalan dengan penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menyertakan pencarian data dalam berbagai situs dalam internet sebagai teknik pengumpulan data.

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi yang berkaitan dengan penelitian komunikasi interaksional yang terjadi dalam kelompok komunikasi virtual. Beragam informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan beragam literatur. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi point penting untuk menjadikan pencarian data dalam intenet sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

4. Studi Dokumentasi

(28)

1.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian perlu diadakannya tahapan-tahapan penelitian yang memungkinkan peneliti untuk tetap berada dijalurnya dengan menerapkan langkah-langkah penelitian. Tahapan-tahapan penelitian ini berguna dalam proses sistematika penelitian yang akan memberikan gambaran mengenai proses penelitian dan digunakan sebagai teknik analisa data yang terdiri dari:

1. Penyeleksian data

Penyeleksian data yakni memilah data yang didapatkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan dianggap relevan untuk dijadikan sebagai hasil laporan penelitian. Data yang diperoleh kemungkinan tidak sejalan dengan tujuan penelitian sebelumnya, oleh karena itu penyeleksian data yang dianggap layak sangat dibutuhkan. Penyeleksian data ini juga berfungsi sebagai cara untuk dapat memfokuskan pembahasan penelitian dengan penilaian tertentu yang dianggap menunjang.

2. Klasifikasi data

(29)

3. Merumuskan hasil penelitian

Semua data yang diperoleh kemudian dirumuskan menurut pengklasifikasian data yang telah ditentukan. Rumusan hasil penelitian ini memaparkan beragam hasil yang didapat dilapangan dan berusaha untuk menjelaskannya dalam bentuk laporan yang terarah dan tersistematis. 4. Menganalisa hasil penelitian

Tahap akhir adalah menganalisa hasil penelitian yang diperoleh dan berusaha membandingkannya dengan berbagai teori atau penelitian sejenis lainnya dengan data yang diperoleh secara nyata dilapangan. Menganalisa hasil penelitian dilakukan untuk dapat memperoleh jawaban atas penelitian yang dilakukan dan berusaha untuk membuahkan suatu kerangka pikir.

1.10 Subjek dan Informan Penelitian 1.10.1 Subjek

Subjek ini berasal dari populasi penelitian yang merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan adanya subjek ini berarti peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan pada kumpulan subjek tersebut. Populasi menjadi sebuah identitas tempat atau pun kelompok yang menjadi objek penelitian dan berusaha untuk menjelaskan bagian-bagian yang terkandung di dalamnya ke dalam bentuk laporan penelitian.

(30)

siapa penelitian ini dilakukan. Populasi berkenaan dengan kependudukan, masyarakat, penduduk, khalayak umum, kumpulan orang dalam suatu tempat secara berkelompok dan segala hal yang berkenaan dengan sifat kuantitatif dalam jumlah dan data.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah menjelaskan mengenai populasi penelitian yang dalam penelitian kualitatif ini disebut subjek penelitian, bahwa “Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti.” (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

Salah satu hal yang menarik dalam penelitian ialah bahwa peneliti dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Hal ini memang memberikan sifat generalisasi tetapi itulah esensi yang didapatkan dalam populasi penelitian. subjek penelitian dapat berupa orang, umpi, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lain-lain.

(31)

1.10.2 Informan

Dengan didapatkannya subjek penelitian, maka selanjutnya penelitian memerlukan keterwakilan subjek melalui sampel informan untuk dapat diwakilkan oleh beberapa informan yang dipilih oleh peneliti. Informan peneltian ini dipilih dalam kelompok subjek dengan pengertian bahwa informan ini dapat mewakili subjek dalam. Hal ini dilakukan untuk melihat kedalaman penelitian dari sudut pandang keterwakilan dari keterangan informan. Hal ini dibenarkan dalam penelitian, sehingga pemilihan informan juga dilakukan peneliti untuk dapat melihat berbagai informasi penelitian dari informan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994: 83) yang dikutip oleh Bambang Prasetyo dan Lina miftahul Jannah yang mengatakan bahwa, “Sampel merupakan bagian dari subjek yang ingin diteliti. Oleh Karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap subjek dan bukan subjek itu sendiri.” (Prasetyo dan Jannah, 2005: 119).

(32)

nonprobabilitas dengan teknikpurposive sampling.

Teknik penarikan purposive sampling dipilih karena teknik ini memilih informan dengan berbagai penilaian tertentu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak untuk dijadikan sebagai sumber informasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa, “Sampling purposif, yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap — berdasarkan penilaian tertentu.” (Rakhmat, 2000: 81).

Dengan ini peneliti memiliki kewenangan untuk menentukan informan yang menurut peneliti masuk ke dalam kriteria yang tepat untuk dapat melihat peranan Cooperative Academic Education Program (COOP) PT. TELKOM di divisi regional Jawa Barat (Bandung). Peneliti menggunakan dua orang informan sebagai narasumber yang kemudian akan terlibat langsung dalam perolehan informasi dengan peneliti mengenai keberadaannya dalam posisinya sebagai bagian dari structural dari PT. TELKOM dan mahasiswa peserta COOP yang akan melihat penelitian dari sudut pandangnya sebagai peserta program pelatihan dan pemagangan ini.

(33)

COOP tersebut diterapkan pada peserta program COOP. Untuk melihat informan yang dimaksudkan, maka peneliti menerangkannya dalam tabel informan berikut ini:

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No Nama Informan Posisi

1. Drs. Budi Santosa OfficerI

Job Management

2. Tine A. Wulandari, S.Ikom

Peserta COOP, bagian Divisi Kesekretariatan BidangPublic Relation Sumber: Data peneliti, 2010

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi

Penelitian ini berlangsung di kantor pusat PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Kota Bandung. Jl. Japati No.1 Bandung.

Telepon : (022) 4521406 Website : www.telkom.co.id

1.11.1 Waktu Penelitian

(34)

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

5. Sidang kelulusan

(35)

1.12 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Pertanyaan Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data, Populasi dan Sampel, Lokasi dan Waktu Penelitian, serta Sistematika Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan Tinjauan Tentang Komunikasi, Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi, Tinjauan Tentang Peranan, Tinjauan Tentang Sumber Daya Manusia, Tinjauan Tentang Kualitas.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Berisikan tentang Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia, Visi dan misi PT. Telekomunikasi Indonesia, Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia, Job Description PT. Telekomunikasi Indonesia, Sarana dan Prasarana di PT. Telekomunikasi Indonesia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang deskripsi informan, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

(36)

34 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin

disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna

utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Komunikasi” menjelaskan bahwa, “Komunikasi mengandung makna

bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal

dari bahasa Latin, yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau

pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau

bersama-sama.” (Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy,

“Istilah komuniksi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka

melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut

kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud

(37)

dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat

utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut.

Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan

yang akan terbuat setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Fisher (1986: 17) yang dikutip oleh

Wiryanto bahwa, “Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif.

(Wiryanto, 2004: 3). Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang

digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto

bahwa, “Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu

melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga diungkapkan

oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku “Handbook

Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh Wiryanto,

menerangkan bahwa:

Communication science seeks to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, processing and effect (Ilmu komunikasi itu mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem sinyal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelasken fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan dan efeknya).” (Wiryanto, 2004: 3).

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Trenholm dan Arthur Jensen

(38)

Wiryanto menerangkan bahwa, “A process by which a source transmits a

message to a receiver through some channel (Komunikasi adalah suatu

proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui

beragam saluran).” (Wiryanto, 2004: 6).

Carl I. Hoveland (1948: 371) dalam buku “Social Communication”,

yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi bahwa, “The

process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

(usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu

(Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus

untuk mengubah perilaku individu yang lain).” (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku “Speech Communication;

Fundamentals and Practice” sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto

mengatakan bahwa, “Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih,

dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu

pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa

dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.” (Wiryanto, 2004: 6).

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku

“Communication Network: Towards a New Paradigm for Research”

sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa,

“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk

(39)

gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.” (Wiryanto, 2004: 6).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku

“Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding” sebagaimana yang

dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Communication: the

transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of

symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan

sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The

Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip oleh

Wiryanto mengatakan bahwa, “Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia

yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan

tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi

muka, lukisan, seni dan teknologi.” (Wiryanto, 2004: 7).

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah

dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa

komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya

komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya komponen

atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media,

(40)

komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang

efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsur

utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang

menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah

disebutkan.

Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam

bukunya “Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara

mengatakan bahwa, “Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang

mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa

yang mendengarkan.” (Cangara, 2005: 21).

Pandangan Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih

tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk

pidato atau retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk

komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur

listrik yang mendasari hasil studi yang mereka lakukan mengenai

pengiriman pesan melalui radio dan telepon, sebagaimana yang dikutip oleh

Hafied Cangara menyatakan bahwa, “Terjadinya proses komunikasi

memerlukan lima unsur yang mendukung, yakni pengirim, transmitter,

(41)

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi

sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Formula ini dikenal

dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim), Message (pesan),

Channel(saluran-media), danReceiver(penerima).” (Cangara, 2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald

Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi

lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, “Unsur efek dan

umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi

yang sempurna.” (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini nantinya lebih

banyak dikembangkan pada proses komunikasi antarpribadi (persona) dan

komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de

Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menambahkan unsur komunikasi

lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Faktor

lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam

mendukung terjadinya proses komunikasi.” (Cangara, 2005: 22).

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan

yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah

proses membuat pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan.

(42)

“Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai pengawa-sandi(decoder).” (Effendi, 2003: 13).

Wilbur Schramm dalam karyanya “Communication Research in the

United States” sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy

mengatakan bahwa, “Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of

experiences and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan.”

(Effendy, 2003: 13).

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip

oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Bidang pengalaman (field of

experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.” (Effendy,

2003: 13). Pernyataan ini mengandung pengertian, jika bidang pengalaman

kominikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka

(43)

2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi

Untuk lebih memahami fenomena komunikasi, maka digunakan

model-model komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik

nyatanmaupun abstrak, dengan menonjolkan unsure-unsur terpenting dari

fenomena tersebut.

Paradigma Lasswel yang mengatakan Who Says What In Which

Chanel To Whom With What Effect? mengilhami Philip Kotler untuk

membentuk suatu model proses komunikasi. Model komunikasi yang

ditampilkan oleh Philip Kotler, berdasarkan kepada paradigm Lasswel, dan

dikutip Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Proses Komunikasi

(Sumber: Effendy 1993:18)

sender encoding decoding receiver

Feed back response

message

(44)

Dari model proses komunikasi di atas dapat di identifikasi

unsure-unsur dari komunikasi sebagai berikut :

- Sender: komunikator menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

- Encoding: penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

- Message: pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

- Media: saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke komunikan.

- Decoding: proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambing yang disampaikan.

- Receiver: komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

- Response: tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikasn setelah diterpa pesan.

- Feed back: umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

- Noise: gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterima nya pesan lain oleh komunikan yang berbeda pesan yang diberikan oleh komunikator. (Effendy, 1993:18)

2.1.3 Proses Komunikasi

A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang

memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses

komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik

dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada

(45)

pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy

dalam buku “Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek”, Proses komunikasi

terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan

secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.” (Effendy, 2003: 11).

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Bahasa

digambarkan paling banyak dipergunakan dalam proses komunikasi

karena dengan jelas bahwa bahasa mampu menerjemahkan pikiran

seseorang untuk dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain secara

terbuka.” (Effendy, 2003: 11). Apakah penyampaian bahasa tersebut

dalam bentuk ide, informasi atau opini mengenai hal yang jelas

(kongkret) maupun untuk hal yang masih samar (abstrak), bukan hanya

mengenai peristiwa atau berbagai hal yang sedang terjadi melainkan

pada waktu dulu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) merupakan terjemahan dari pikiran seseorang

sehingga dapat terekspresikan secara nyata dalam bentuk fisik, tetapi

(46)

Isyarat juga merupakan cara pengkomunikasian yang

menggunakan alat “kedua” selain bahasa yang biasa digunakan seperti

misalnya kentongan,semaphore(bahasa isyarat menggunakan bendera),

sirine, dan lain-lain. Pengkomunikasian ini juga sangat terbatas dalam

menyampaikan pikiran seseorang.

Warna sama seperi halnya isyarat yang dapat mengkomunikasikan

dalam bentuk warna-warna tertentu sebagai pengganti bahasa dengan

kemampuannya sendiri. dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran

seseorang, warna tetap tidak “berbicara” banyak untuk menerjemahkan

pikiran seseorang karena kemampuannya yang sangat terbatas dalam

mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang lebih banyak porsinya digunakan

dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal

kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak dapat

melebihi kemampuan bahasa dalam pengkomunikasian yang terbuka

dan transparan. Penggunaan bahasa sebagai “penerjemah” pikiran dapat

didukung dengan menggunakan gambar sebagai alat bantu pemahaman,

tetapi posisinya hanya sebagai pelengkap bahasa untuk lebih

mempertegas maksud dan tujuannya.

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam

(47)

pikiran dan perasaan yang sesungguhnya melalui kata-kata yang tepat

dan lengkap. Hal ini juga diperumit dengan adanya makna ganda yang

terdapat dalam kata-kata yang digunakan, dan memungkinkan kesalahan

makna yang diterima. Oleh karena itu bahasa isyarat, kial, sandi, simbol,

gambar, dan lain-lain dapat memperkuat kejelasan makna.

B. Proses Komunikasi Sekunder

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua

adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses komunikasi secara

sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama.” (Effendy, 2003: 16).

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam

melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya

berada ditempat yang relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak.

Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet,

dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam

komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang

disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia

(48)

Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni

media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi

dalam mencapai komunikan.” (Effendy, 2003: 17). Surat kabar, radio,

atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai

komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan

menyiarkan sebuah pesan satu kali saja dapat tersebar luas kepada

khalayak yang begitu banyak jumlahnya.

Keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam

menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut para ahli

komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan persuasif adalah

komunikasi tatap muka karena kerangkan acuan (frame of reference)

komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses

komunikasinya umpan balik berlangsung seketika, dalam artian

komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu.

Ini berlainan dengan komunikasi bermedia, apalagi menggunakan

media massa yang tidak memungkinkan komunikator mengetahui

kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya dan

dalam proses komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung saat itu

tetapi memerlukan waktu untuk menanggapinya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komuniksi

(49)

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator

harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. Penentuan

media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak

alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan

yang akan dituju.

Komunikan media surat, poster atau papan pengumuman akan

berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap

media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien

untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

Onong Uchjana Effendy mengatakan bahwa, “Proses komunikasi

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai

media massa (massmedia) dan media nirmassa atau nonmassa (

non-mass media).” (Effendy, 2003: 18).

Media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, dan lain-lain

memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain massif (massive) atau massal

(massaal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak.

Sedangkan media nirmassa atau media nonmassa seperti, telepon, surat,

telegram, spanduk, papan pengumuman, dan lain-lain tertuju kepada

(50)

2.1.4 Fungsi-Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy,

mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (to inform)

adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (to educated)

adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (to entertain)

adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (to influence)

adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.(Effendy, 1993 : 36)

2.1.5 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan

komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, adalah :

1. Perubahan sikap (Attitude change)

2. Perubahan pendapat (Opinion change)a

3. Perubahan perilaku (Behavior change)

(51)

2.1.6 Hambatan-Hambatan Komunikasi

Beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa komunikasi tidak selalu

efektif karena terdapat kendala yang menghambatnya. Terdapat berbagai

hambatan komunikasi seperti halnya yang diungkapkan oleh Effendy yang

antara lain, yaitu:

1. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi. Menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik (Mechanical, channel noise) atau gangguan pada channel komunikasi dan gangguan sematic (Sematic noise). Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Sementara gangguan semantik bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian istilah atau konsep yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan kesalahpahaman. 2. Kepentingan

Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada hubungan dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.

3. Motivasi terpendam

Motivation atau motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang, maka kemungkinan komunikasi tersebut diterima semakin besar ataupun sebaliknya. 4. Prasangka

(52)

mempengaruhi komunikan. Prasangka komunikan menjadikannya berpikir tidak rasional dan berpandangan negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi. (Effendy 1993: 45)

2.2 Tinjauan Tentang Organisasi

2.2.1 Pengertian Organisasi

Manusia yang modern adalah manusia yang memiliki kemauan untuk

berorganisasi. Manusia merasa bahwa dengan berorganisasi dia menjadi

bagian dari suatu kepentingan yang lebih luas. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa manusia tidak akan pernah lepas dari kegiatan organisasi dalam

kehidupannya. Begitu pentingnya organisasi dalam kehidupan kita maka

kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan organisasi itu sendiri.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan

organisasi. Schein (1982) yang dikutip Muhammad dalam bukunya

Komunikasi Organisasi mengatakan, bahwa:

“Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.” (Muhammad,1995: 3)

Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan

bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu

(53)

bahwa “Organisasi adalah sistem hubungan yang berstruktur yang

mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan

tertentu.” (Muhammad, 1995: 24)

Definisi lain dikemukakan oleh M. Manullang yang dikutip Hasibuan,

mengemukakan pengertian organisasi sebagai berikut:

a. Organisasi dalam arti dinamis adalah suatu proses penetapan pembagian pekerjaan yang akan dilakukan, pembatasan tugas-tugas atau tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan-hubungan antara unsur-unsur organisasi, sehingga kemungkinan orang-orang dapat bekerja bersama-sama seefektif mungkin untuk mencapai tujuan.

b. Organisasi dalam arti statis adalah setiap gabungan yang bergerak ke arah tujuan bersama, dengan istilah popular adalah struktur atau bagan organisasi (Hasibuan, 1990: 122)

Sesuai dengan uraian yang dikemukakan Manullang dapat dikatakan

bahwa organisasi adalah merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dalam organisasi terdapat suatu proses kerja sama

sejumlah manusia yang diatur oleh prosedur kerja serta pembagian tugas

dan dalam organisasi itu sendiri terdapat struktur organisasi yang dapat

membedakan antara atasan dan bawahan.

Walaupun ketiga pandapat di atas berbeda-beda tetapi ada beberapa

hal yang sama-sama dikemukakan yaitu; organisasi merupakan suatu sistem,

mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum.

(54)

bagian yang saling tergantung satu sama lain. Bila satu bagian terganggu

maka akan ikut berpengaruh pada bagian lain.

Organisasi membutuhkan koordinasi supaya masing-masing bagian

dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian

lainnya. Tanpa koordinasi akan sulit bagi organisasi berfungsi dengan baik.

Sedangkan untuk tujuan organisasi akan tercapai jika dua hal di atas

berjalan dengan baik maka tujuan organisasipun akan tercapai sesuai tujuan

yang telah ditetapkan.

2.2.2 Fungsi Organisasi

Menurut Arni Muhammad dalam bukunya “komunikasi organisasi”

menyebuttkan bahwa organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi Kebutuhan Pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Semakin kompleks sebuah organisasi semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh organisasi tersebut. Misalnya; sebuah organisasi membutuhkan gedung untuk tenpat beroperasi, uang/modal untuk biaya pekerja dan penyediaan bahan mentah, dan sebagainya maka semua itu merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya.

2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab

(55)

3. Memproduksi Barang atau Orang

Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Misalkan organisasi pendidikan guru maka produksinya adalah calon guru.

4. Mempengaruhi dan dipengaruhi Orang

Organisasi dikatakan mempengaruhi orang, maksudnya adalah orang-orang yang menjadi anggota organisasi tersebut secara tidak langsung perilakunya akan dipengaruhi oleh organisasi, misalnya; seseorang yang bekerja diperusahaan mobil, maka perusahaan akan mempengaruhi orang tersebut dalam memilih kendaraan apa yang akan dipakainya atau yang akan dibelinya. Sebaliknya organisasi dipengaruhi oleh orang maksudnya sukses tidaknya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan kualitas anggota dalam melakukan aktivitas organisasi. (Muhammad, 1995: 32)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

2.3.1 Pengertian Komunikasi Organisasi

Pengertian komunikasi organisasi menurut Zelko dan Dance yang

kemudian dikutip oleh Muhammad yang menyatakan bahwa:

(56)

Ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan dari pengertian

komunikasi organisasi yaitu :

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah, dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skillnya (Muhammad, 1995: 67).

2.3.2 Jenis Komunikasi Organisasi

Berdasarkan pengertian komunikasi menurut Zelko dan Dance, maka

komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi internal dan

komunikasi eksternal. Dua macam komunikasi organisasi tersebut diuraikan

sebagai berikut :

A. Komunikasi internal

Komunikasi internal menunjukkan pertukaran informasi antar

manajemen organisasi dengan publik internalnya yaitu para karyawan.

“Komunikasi dengan karyawan merupakan kunci utama dari program

hubungan masyarakat yang modern” (Moore, 1987: 79).

Apabila tidak diberi penjelasan yang lengkap maka para karyawan

tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya. Ketidaktahuan karyawan

akan menimbulkan ketidakpuasan perusahaan akan hasil usaha yang

(57)

oleh atasan akan terancam kehilangan pekerjaannya. Untuk itu “fungsi

komunikasi internal adalah untuk mengusahakan agar para karyawan

mengetahui apa yang dipikirkan manajemen dan mengusahakan agar

manajemen mengetahui apa yang sedang dipikirkan karyawannya” (Moore,

1987: 80).

Brennan yang dikutip oleh Effendi menerangkan mengenai

komunikasi internal dalam organisasi, bahwa:

“Komunikasi internal disebut juga sebagai pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas (Operasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (Operasi dan manajemen).” (Effendy, 1990: 122).

Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi internal sangat penting

sebelum melakukan komunikasi yang baik dengan pihak eksternal. Melalui

komunikasi internal keputusan dan kebijakan yang ada dalam suatu

perusahaan berdasarkan pada suatu kesepakatan bersama yang membawa

keberuntungan dan kemudahan dalam melakukan tugas dan tanggung jawab

dalam mencapai tujuan bersama.

Adapun komunikasi internal tesebut terdiri dari downward

communication atau komunikasi kepada bawahan, dan upward

Gambar

Tabel 1.1Informan Penelitian
Tabel 1.2Jadwal Penelitian
Gambar 2.1Model Proses Komunikasi
Gambar 3.4Maskot PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
+3

Referensi

Dokumen terkait

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis

dalam hidup yang di contohkan oleh Allah melalui Rasulullah Muhammad tentang hijrah banyak pengetahuan yang dapat saya pelajari sebagai makna hidup yang menjadi refleksi

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini membandingkan efektivitas ektrak berdasarkan kepolaran pelarut dengan melakukan uji aktivitas antibakteri

ANGKUTAN UMUM DI KOTA YOGYAKARTA/ SEMAKIN TIDAK NYAMAN UNTUK DIMANFAATKAN/SELAIN.. KOTOR DAN KUMUH/ ARMADA YANG SUDAH TUA/ AWAK ANGKUTAN KOTA SERING

 Guru memotivasi atau merangsang peserta didik untuk mengajukan pertanyaan berkaitan dengan apa yang diamati dengan pengetahuan yang telah dimilki melalui

Penggantian fonem PAN */i/ dengan fonem /e/ pada kata di atas dapat disimpulkan bahwa fonem /i/ berada pada satu tempat artikulasi yang sama, yaitu vokal depan tinggi /i/

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata

Berdasarkan pengaruh dari variabel yang dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengaruh kompensasi terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Asuransi