• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAINS PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM AL-QUR’AN MENURUT HARUN YAHYA DALAM BUKU THE QUR’AN LEADS THE WAY TO SCIENCE DAN IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SAINS PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM AL-QUR’AN MENURUT HARUN YAHYA DALAM BUKU THE QUR’AN LEADS THE WAY TO SCIENCE DAN IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SAINS PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM AL-QUR’AN MENURUT HARUN YAHYA DALAM BUKU

THE QUR’AN LEADS THE WAY TO SCIENCE DAN IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Oleh: Febrina Chaerani NPM: 20130720206

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

i

SAINS PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM AL-QUR’AN MENURUT HARUN YAHYA DALAM BUKU

THE QUR’AN LEADS THE WAY TO SCIENCE DAN IMPLEMENTASINYA PADA PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) strata Satu

pada Prodi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Febrina Chaerani NPM: 20130720206

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii MOTTO

GOD CREATED EVERYTHING FOR A CERTAIN PURPOSE, WITH A FLAWLESS AND INIMITABLE DESIGN (Yahya, 2003: 57)

(4)

iii

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan penelitian ini teruntuk:

1. Kedua orang tua tersayang, bapak Khamidun dan ibu Badringah yang selalu mendukung setiap langkahku, memberikan kasih sayang dan motivasi membantu dengan segala upaya dan do’a. Terima kasih ibu bapak atas semua yang telah kalian berikan, mohon maaf atas segala beban yang kuberikan. Selalu terpatri dalam diriku untuk selalu melakukan yang terbaik kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun, itu janjiku kepada ibu bapak sejak dulu . 2. Ibunda Krispaliana Pujiwati dan alm. Siti Masyitoh terima kasih atas motivasi,

do’a, dukungan dan bantuannya sehingga aku bisa duduk di bangku SMA dan

akhirnya melanjutkan di perguruan tinggi.

3. Sahabat seperjuanganku Umi Khunafatul Janah yang selalu tinggal satu atap semenjak SMA, membangun mimpi-mimpi hingga akhirnya mimpi-mimpi itu terwujud satu persatu. Semoga engkau meraih gelar S.E dengan predikat terbaik.

4. Teman-teman PAI angkatan 2013, khususnya kelas PAI D terima kasih atas kebersamaannya selama tiga tahun. Kalian mengajarkanku banyak hal dan memberikan berbagai pengalaman yang berguna untuk hidupku.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

ْشَأ ىَلَع ُمَاَسلاَو ُةَاَصلاَو َنْيِمَلاَعْلا ِبَر ِهِ ُدْمَحْلا

ْيِلَََُْمْلاَو ِِاَيََِِْْْا ََِِ

َن

ُدْعَ ب اَمَأ َنْيِعَمْجَأ ِهِِْحَصَو ِهِلَا ىَلَعَو

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat dan salam tercurah kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini tentunya kesulitan dan hambatan telah dihadapi penulis. Dalam mengatasinya penulis tidak mungkin melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian maupun dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Mahli Zainuddin Tago, M.Si Dekan Fakultas Agama Islam Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid, M.Ag ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Naufal Ahmad Rijalul Alam, M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi.

(6)

v

5. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan semangat, dorongan, do’a

dengan segenap jiwa dan raga untuk kesuksesa selama menempuh pendidikan di UMY.

6. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan penelitian ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengetahuan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 19 Desember 2016 Penyusun

(7)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PENGESAHAN ...ii

NOTA DINAS ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN...iv

MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL ...xi

ABSTRAK ...x

ABSTRACT...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah...6

C.Tujuan Penelitian ...7

D.Kegunaan Penelitian ...7

E.Sistematika Pembahasan ...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI ...9

A.Tinjauan Putaka...9

B.Kerangka Teori ...12

(8)

vii

A.Jenis Penelitian ...24

B.Sumber Data ...24

C.Teknik Pengumpulan Data ...25

D.Metode Analisis Data...25

BAB IV PEMBAHASAN ...27

A. Biografi Harun Yahya dan Buku The Qur’an Leads The Way to Science ...27

B. Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Qur’an Menurut Harun Yahya...33

C. Implementasi Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Qur’an Pada Pendidikan Islam...58

BAB V PENUTUP ...86

A.Kesimpulan ...86

B.Saran ...88

DAFTAR PUSTAKA ...89 RIWAYAT HIDUP

(9)

viii

DAFTAR TABEL

(10)

ix

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1 Proses Integrasi PAI dengan Sains di Sekolah ...66

BAGAN 2 Proses Integrasi PAI dengan Sains di Perguruan Tinggi...68

BAGAN 3 Jaring Laba-Laba Pembelajaran Integratif PAI dengan Sains ...78

(11)
(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sains penciptaan alam semesta dalam kandungan Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam buku The Qur’an Leads The Way to Science dan menjelaskan implementasinya pada pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan jenis library research (penelitian pustaka). Sumber data yang digunakan ada dua jenis yaitu primer dan sekunder. Sumber data primer yang digunakan yaitu buku karya Harun Yahya yang berjudul The Qur’an Leads The Way to Science. Sumber data sekunder yang digunakan yaitu buku-buku serta penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Dari penelitian ini diketahui bahwa dalam buku The Qur’an Leads The Way to Science karya Harun Yahya dibahas mengenai pentingnya agama bagi sains. Sains yang paling dominan dibahas dalam buku ini adalah tentang asal-usul alam semesta serta penciptaan manusia. Sains penciptaan alam semesta ini dapat diimplementasikan pada pendidikan Islam, yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu bentuk pendidikan Islam di sekolah. Dalam penerapannya, integrasi PAI dengan sains dapat dituangkan dalam kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi, metode dan evaluasi:

(1) Tujuan pendidikan Islam tidak hanya membina manusia agar mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam. Tetapi juga menguatkan keyakinan manusia bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, dengan cara mempelajari awal mula penciptaan alam semesta beserta makhluk dan kejadian-kejadian yang ada di dalamnya. (2) materi yang disampaikan dalam mata pelajara PAI tidak hanya mencakup ajaran-ajaran agama saja melainkan juga fakta-fakta ilmiah yang mendukung ajaran agama tersebut. (3) metode yang dapat diterapkan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran integrative. (4) evaluasi yang digunakan sama halnya dengan evaluasi dalam pelajaran lain yaitu dengan menggunakan berbagai macam alat evaluasi dan sesuai materi yang telah disampaikan. Karena materi yang disampaikan merupakan integrasi PAI dengan sains, maka bentuk evaluasinya pun demikian.

(13)

ABSTRACT

This research aims to assess the scientific creation of the universe in the content of the Qur'an by Harun Yahya on his work The Qur'an Leads the Way to Science and describes it implementation to the Islamic education. This research used descriptive qualitative with the type of research library. There are two types of data sources: primary and secondary. The primary data source was Harun Yahya's work The Qur'an Leads the Way to Science. Secondary data sources were books and the others research wich relevant to this research.

From this research known that on the Harun Yahya’s work The Qur'an

Leads the Way to Science discussed the importance of religion to science. The most dominant science discussed on this book was about the origins of the universe and the creation of man. Science creation of the universe could be implemented at Islamic education, by integrated it into subjects of Pendidikan Agama Islam (PAI) as a form of Islamic education in schools. In the application, the integration of PAI with science can be contained in the curriculum that consists of objectives, materials, methods and evaluation:

(1) The purpose of Islamic education not only foster human to be able to implement the teachings of Islam. But also strengthen the human belief that Allah was the only one God, by studied the original creation of the universe and the creatures and events in it. (2) the material presented in the PAI included not only religious teachings but also the scientific facts that supported the teachings of the religion. (3) a method that could be applied was integrative learning model. (4) evaluation used in the evaluation as well as other subjects, there were by used variety of evaluation tools and suitable material that has been delivered. Because of the material presented was integration of PAI with science, then the evaluation form too.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian ilmu-ilmu geologi dan astronotika menyatakan bahwa kita hidup di alam semesta yang umurnya diperkirakan mencapai lebih dari tiga juta miliar tahun. Sementara bumi yang kita pijak diperkirakan umurnya sekitar lebih dari 4600 juta tahun. Rentang waktu mulai 4,6 miliar tahun hingga 3,8 miliar tahun yang diperkirakan mencapai 800 juta tahun merupkan fase penyiapan bumi untuk menerima kehidupan dan disebut dengan istilah The Azoic Eon (Zaman Ketiadaan Kehidupan) (An-Najjar, 2007: 2).

Alam semesta yang luar biasa ini tentu tidak ada dengan sendirinya, pasti ada yang menciptakan yakni Tuhan semesta alam Allah SWT. Banyak ilmuwan yang mengkaji tentang terciptanya alam semesta. Sehingga muncullah berbagai macam teori mengenai penciptaan alam semesta. Seperti teori yang sangat terkenal hingga sekarang yaitu Big Bang oleh Edwin Hubble dan teori Nebulata oleh Immanuel Kant.

(15)

yang mengatakan bahwa cabang-cabang ilmu alam yang ada pada masa sekarang ini awal mulanya ditemukan oleh bangsa barat.

Padahal jauh sebelum bangsa barat, Islam telah lebih dahulu menemukan dan mengkaji ilmu alam semesta. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan didirikannya beberapa observatorium oleh para ilmuwan muslim untuk mengamati bintang-bintang yang bertebaran di langit. Beberapa observatorium yang dimaksud yaitu observatorium Bayt Al-Hikmah di Bagdad, Dar Al-Hikmah di Kairo, Taqi Al-Din di Istanbul serta observatorium pertama di dunia yang terletak di Ulugh Beg (Samarkhand) pada sekitar abad 5 M. Orang barat baru memiliki observatorium sendiri sekitar 1000 tahun setelah para ilmuwan muslim mendirikannya yaitu pada tahun 1580 di Tycho Brahe (Wardhana, 2006: 53).

Beberapa ilmuwan muslim yang sangat berperan dalam berkembangnya ilmu alam semesta antara lain yaitu Al-Farabi yang bergelar al-Mu’allim al -Tsani (Guru Kedua) setelah Aristoteles dan Ibn Sina yang bergelar al-Syaikh

al-Rais al-‘Alim karena kehebatannya dalam mengungguli pakar lainnya. Melalui teori Emanasi (pancaran)nya kedua tokoh tersebut berusaha mejelaskan alam semesta sambil berusaha menghindari terjadinya paham menyekutukan atau menyerupakan Allah dengan alam ciptaan-Nya (Nata, 2013: 103).

Para ilmuwan muslim tersebut melakukan penelitian-penelitian dengan bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana umat Islam yakini bahwa Al

(16)

melalui perantara malaikat Jibril yang disampaikan pada generasi berikutnya tanpa secara mutawatir (tidak diragukan), dianggap ibadah bagi orang yang membacanya, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas (al-Khallaf dalam Nata, 2010: 75).

Di dalam Al-Qur’an terkandung berbagai macam ilmu, termasuk di dalamnya penciptaan alam semsesta yang kita tinggali hingga pada saat ini. Banyak penemuan-penemuan yang sebenarnya sudah tercantum di dalam

Al-Qur’an, hanya saja manusia yang tidak tahu atau mungkin terlalu malas untuk

mengkajinya.

Salah satu contoh penemuan yang sebenarnya sudah tercantum dalam Al-Qur’an yaitu penemuan Cyril Ponnamperuma seorang professor di Universitas Maryland, Amerika Serikat pada tahun 1978 mengenai jejak kehidupan tertua di bumi yang berbentuk bagian-bagian kecil milik struktur-struktur organik yang terpendam mirip sejumlah sel-sel hidup kontemporer. Dengan penemuan arkeologis ini memunculkan asumsi bahwa rentang waktu mulai 4,6 miliar tahun hingga 3,8 miliar tahun yang diperkirakan mencapai 800 juta fase penyiapan bumi untuk menerima kehidupan dan disebut dengan istilah The Azoic Eon (An-Najjar, 2007: 2). Sebenarnya jauh sebelum penemuan tersebut, Al-Qur’an telah menyebutkannya terlebih dahulu yaitu dalam surat Al-Insan ayat 1,















(17)

Dengan berbagai fakta bahwa Islam adalah sang penemu sains yang sebenarnya, maka muncullah pertanyaan mengapa umat muslim dan para akademisi pendidikan Islam lebih condong pada pemikiran barat mengenai sains khususnya sains alam semesta? Jawabannya adalah karena pada saat ini terjadi dikotomi atau pertentangan antara agama dan sains di dalam umat Islam itu sendiri.

Padahal sebagaimana yang dipahami dan diterapkan oleh para ilmuwan muslim terdahulu, bahwa agama dan sains merupakan dua bidang ilmu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling menguatkan dan melengkapi satu sama lain. Agama menawarkan asas-asas dan arah yang benar bagi sains, dan sebaliknya sains menyediakan metodologi dan eksplanasi ilmiah bagi agama (Bastaman, 2005: 21).

Bahkan Albert Enstein, yang dianggap sebagai salah seorang ilmuwan terbesar abad ke-20 menyatakan bahwa sains tanpa agama adalah pincang (Yahya, 2004: 1) dan sebaliknya agama tanpa sains adalah buta (science without religion is lame, religion without science is blind) (Hawari, 2004: 4).

(18)

yang terus menerus meneliti alam ciptaan Tuhan dalam QS Al-Mulk ayat 3-4 (Bastaman, 2005 : 22-23).



























Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah (Al-Mulk : 3-4).

Dengan berbagai idealita dan realita yang telah dipaparkan di atas sudah seharusnya dikotomi antara agama dan sains atau dalam implementasinya di sekolah yakni mata pelajaran pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam dengan sains ditiadakan. Dikotomi diantara keduanya tentu sangat merugikan bagi dunia pendidikan Islam, karena dapat menyebabkan siswa yang mempelajari agama beranggapan bahwa ibadalah yang paling penting sehingga berpaling dari ilmu yang terkandung di dalam alam semesta. Begitu juga sebaliknya, siswa yang mempelajari sains akan mengaburkan nilai-nilai agama yang ada di dalam alam semesta.

Sehingga, semakin berkuranglah ilmuwan muslim dari masa ke masa.

Sebagaimana disebutkan Dien Syamsudin yang dimuat dalam artikel “Umat Islam Tertinggal dalam Iptek dan Ekonomi” oleh Mukhtar (2015),

(19)

hanya sekitar 2,5 juta. Jumlah tersebut menjadikan Islam sebagai agama terbesar di dunia. Meskipun demikian, jumlah yang fantastis tersebut tidak sebanding dengan jumlah ilmuwan muslim yang hanya sekitar 3000 orang. Padahal Israel saja yang jumlah penduduknya sekitar 2 juta lebih, mungkin ada sekitar 20.000 ilmuwan.

Oleh karena itu, perlu adanya penelitian yang mengarah pada pengintegrasian sains khususnya sains penciptaan alam semesta dengan agama di dalam pendidikan Islam. Sehingga di masa-masa yang akan datang atau bahkan pada masa ini juga dikotomi agama dan sains dapat terhapuskan. Dengan demikian, dalam penelitian ini dibahas mengenai sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam buku The Qur’an Leads The Way to Science dan implementasinya pada pendidikan

Islam.

Buku The Qur’an Leads The Way to Science ini merupakan salah satu buku karya Harun Yahya yang membahas secara rinci mengenai sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an. Selain itu, buku tersebut adalah buku yang terbilang baru dibandingkan dengan karya-karya Harun Yahya tentang alam semesta lainnya. Oleh karena itu, buku The Qur’an Leads The Way to Science digunakan sebagai sumber primer dari penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam buku The Qur’an Leads The Way to Science?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian adalah sebagain berikut :

1. Untuk mengkaji sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam buku The Qur’an Leads The Way to Science.

2. Untuk menjelaskan implementasi sains penciptaan alam semesta dalam

Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam buku The Qur’an Leads The Way to

Science pada pendidikan Islam.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai konsep sains dalam agama dan implementasinya pada pendidikan khususnya pendidikan Islam.

2. Secara praktis diharapkan dapat menjadi pedoman atau panduan bagi pendidik dalam pengintegrasian agama dengan sains sebagai salah satu upaya penghapusan dikotomi diantara keduanya.

E. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar penelitian ini dibagai menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Ketiga bagian tersebut kemudian dikembangkan menjadi lima bab. Antara satu bab dengan bab lain saling terkait sehingga menjadi satu kesatuan karya yang utuh. Adapun gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut:

(21)

Bab II tinjauan pustaka dan kerangka teori, berisi uraian tentang penelitian terdahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan penelitian ini.

Bab III metode penelitian, meliputi jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab IV pembahasan, merupakan bagian inti yang berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam penelitian ini, pembahasan yang diperoleh terdiri dari tiga poin yaitu: pertam, biografi Harun Yahya dan buku The Qur’an Leads the Way to Science. Kedua berisi tentang sains penciptaan alam

semesta menurut Harun Yahya, kemudian poin yang ketiga yaitu implementasi penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an pada pendidikan Islam.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran terhadap beberapa penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa penelitian yang relevan untuk dijadikan kajian pustaka diantaranya yaitu:

Pertama, penelitian Dwi Priyanto dalam jurnal Insania (2014) dengan

judul Pemetaan Problematika Integrasi Pendidikan Agama Islam dengan Sains dan Teknologi. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memetakan

problematika integrasi Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan sains dan teknologi. Dengan cara ini diharapkan PAI tidak sekadar sebagai wahana transfer pengetahuan keagamaan semata, tetapi juga penanaman nilai-nilai keislamaan yang nantinya mampu diterapkan oleh peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat sebagai seorang muslim.

(23)

Kedua, penelitian A. Rusdiana dalam jurnal Istek UIN Sunan Gunung

Djati (2014) dengan judul Integrasi Pendidikan Islam dengan Sains dan Teknologi. Penelitian ini mengkaji tentang integrasi antara sains dan agama

melalui pendidikan agama Islam. Adapun bentuk integrasi yang dapat dilakukan yaitu ketika pendidik menjelaskan tentang suatu materi pendidikan agama Islam hendaknya dapat didukung oleh fakta sains dan teknologi. Sebab, di dunia yang demikian modern ini, peserta didik tidak mau hanya sekedar menerima secara dogmatis saja setiap materi pelajaran agama yang mereka terima. Secara kritis mereka juga mempertanyakan tentang materi pendidikan agama yang kita sampaikan sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, penelitian Usman dalam jurnal Ta’dib STIT YPI Kerinci (2010) dengan judul Reintegrasi Sains Dan Islam Bagi Praktisi Pendidikan (Suatu Tinjauan Epistimologi Dan Aksiologi). Penelitian ini mengkaji tentang

rekonstruksi integritas sains dan Islam, terutama bagi praktisi pendidikan. Hasil dari penelitian ini yaitu bangunan teologi profetik reintegrasi sains dan Islam berawal dari dasar atau sendi interaksi yakni berasaskan sendi tunggal yaitu tauhid. Dilanjutkan dengan pemilihan materi dengan mengutamakan

Al-Qur’an dan hadis sebagai dasar awal. Ilmu-ilmu sains dikemas dengan nilai

nilai Qur’ani dan hadisi.

(24)

mengenai dikotomi antara agama dengan sains. Sedangkan perbedaannya yaitu dari sepintas judul penelitian dan rumusan masalah.

Penelitian Dwi Priyanto berfokus pada pemetaan problematika serta soolusi dari integrasi Pendidikan Agama Islam dengan sains dan teknologi. Penelitian Rusdiana berfokus pada penghapusan dikotomi antara agama dan sains dengan menggunakan pendidikan Islam itu sendiri. Selanjutnya, penelitian Usman berfokus pada penghapusan dikotomi antara agama dan sains melalui rekonstruksi integritas sains dan Islam bagi praktisi pendidikan.

Berbeda dengan ketiga penelitian di atas, fokus penelitian ini yaitu mengenai penghapusan dikotomi agama dan sains melalui pengkajian sains penciptaan alam semesta menurut Harun Yahya dalam karyanya The Qur’an Leads the Way to Science serta implementasinya pada pendidikan Islam.

Penelitian ini membahas tentang sains penciptaan alam semesta yang dijelaskan oleh Harun Yahya dalam bukunya The Qur’an Leads the Way to Science. Dalam buku tersebut, Harun Yahya menggabungkan penjelasan

mengenai penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an dengan hasil penemuan ilmiah para ilmuwan saat ini.

(25)

penggabungan (integrasi) antara sains umumnya dan sains penciptaan alam semesta khususnya dengan kurikulum yang berlaku.

B. Kerangka Teori 1. Sains

a. Pengertian Sains

Sains adalah sebutan dalam bahasa Indonesia yang terambil dari tulisan bahasa Inggris, yakni science yang artinya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu alam semesta, baik yang ada di langit, di bumi maupun isinya (Usman, 2010: 36).

Menurut kamus bahasa, sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematik) yang boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya.

Sains juga merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berdasarkan

kebenaran atau kenyataan semata-mata, misalnya sains fisika, kimia,

biologi, astronomi, termasuk-lah cabangcabang yang lebih detil lagi

seperti hematologi (ilmu tentang darah), entomologi, zoologi, botani,

cardiologi, metereologi (ilmu tentang kajian cuaca), geologi, geofisika,

exobiologi (ilmu tetang kehidupan di angkasa luar), hidrologi (ilmu

tentang aliran air), aerodinamika (ilmu tentang aliran udara) dan

lain-lain (Rusdiana, 2014: 131)

(26)

berdasarkan informasi yang dikumpulkan lewat pengamatan dan percobaan. Kemudian ada pula yang menyebutkan bawa Sains adalah himpunan pengetahuan rasional manusia kolektif yang dihasilkan melalui pemikiran logika dan kenyataan alam atau sunnatullah (Ali, 2007: 40).

b. Sains dalam Al-Qur’an

Empat belas abad yang lalu, Allah menurunkan Al-Qur’an kepada umat manusia sebagai kitab penuntun hingga tiba hari perhitungan nanti. Al-Qur’an memiliki banyak sifat ajaib yang membuktikan bahwa ia adalah pengungkap kebenaran Allah. Salah satu kejaiban itu adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang baru dapat diungkap manusia dengan teknologi abad ke-20 yang telah dinyatakan Al-Qur’an pada 1400 tahun lalu (Yahya, 2007: 79).

Dalam berbagai macam bidang, fakta penting diungkapkan di dalam Al-Qur’an ketika tak seorang pun mampu mengetahuinya. Fakta -fakta ini mencakup berbagai macam bidang ilmu seperti astronomi, fisika, biologi, yang pada intinya membahas tentang kunci penciptaan alam semesta, penciptaan manusia, struktur atmosfer, dan keseimbangan rumit yang memungkinkan kehidupan di atas bumi (Yahya, 2007: 80).

c. Sains Penciptaan Alam Semesta

Alam semesta dengan segalanya isinya menjadi bahan kajian para

(27)

berasal dari air, Anaximes berpendapat bahwa alam berasal dari uap,

dan Anaximandros yang berpendapat bahwa alam berasal dari zat renik

yang bersifat anorganis. Selain dibahas oleh para filusuf alam juga

dikaji oleh para ilmuwan. Akan tetapi kajian para ilmuwan ini belum

menjelaskan fungsi dan tujuan penciptaan alam semesta (Nata, 2013:

95).

Masalah alam ini juga dibahas dalam agama, khususnya agama

Islam. Alam dilihat oleh Islam secara lebih komprehensif. Bukan hanya

dari segi asal-usul kejadiannya melainkan juga dari segi penciptaannya,

yaitu dimulai dari proses penciptaan, karakteristik hingga tujuan dan

manfaatnya. Namun demikian informasi mengenai alam semesta ini

belum digunakan sebagai dasar untuk membangun teori atau konsep

berbagai ilmu pengetahuan secara memadai (Nata, 2013: 96).

2. Pendidikan Islam

a. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(28)

kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan “menumbuhkan”

kemampuan dasar manusia (Arifin, 1996 : 32).

Menurut Ki Hajar Dewantoro pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakat. Menurut Muhammad Natsir pendidikan merupakan suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya (Azra, 2000: 4).

Pendidikan dalam ajaran Islam adalah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing individu yang dapat menjiwai cara berpikir, bersikap dan bertindak , baik untuk dirinya, hubungannya dengan Allah, hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat, maupun makhluk lain di alam semesta dalam kedudukannya sebagai hamba Allah, khalifah Allah di bumi, cendekiawan dan ulama sebagai pelanjut misi para Nabi (Ali, 2007: 43).

(29)

b. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan agama Islam dapat dibagi 4 bagian yaitu tujuan ideal, tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional (Ali, 2007: 42).

Tujuan ideal adalah menggerakkan siswa untuk memperoleh hikmah kebijaksanaan hidup berdasarkan ajaran Islam (QS. Lukman (31) ayat 12-20), yaitu mempunyai beberapa petunjuk :

1) Bersyukur kepada Allah 2) Tidak mempersekutukan Allah 3) Berbuat baik kepada ibu bapak 4) Mendirikan shalat

5) Menyuruh manusia berbuat baik dan melarang berbuat yang tidak baik (Ali, 2007: 42).

Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pendidikan yang dirumuskan oleh masing-masing lembaga pendidikan Islam dimulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi (Nata, 2010: 64). Menurut Ali (2007: 43) tujuan institusional adalah usaha untuk mencapai agar siswa :

(30)

2) Mengamalkan , memahami, dan meyakini syariah Islam baik melalui ibadah maupun muamalat sehingga mampu berzikir kepada Allah dan bertafakur tentang ciptaan-Nya (QS Ali-Imran (3) ayat 190-191). 3) Membudayakan diri dan lingkungan dengan nilai-nilai Islam (QS.

Ali-Imran ayat 110).

4) Menjadi sarjana muslim yang mampu mengamalkan ilmu dan keterampilan sesuai dengan Islam (QS. Ibrahim (14) ayat 24-27).

Tujuan kurikuler yang ingin dicapai adalah :

1) Mengetahui, memahami, menghayati, dan melaksanakan rukun Iman rukun Islam, dan Ihsan.

2) Membaca, mengerti dan menghayati ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

3) Melaksanakan profesi keahliannya, penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat sesuai dengan akhlakul karimah dalam ajaran Islam. 4) Memiliki kemampuan untuk menjadi khatib dan imam (Ali, 2007:

44).

c. Sumber-Sumber Pendidikan Islam

(31)

1) Al-Qur’an

Nata (2010: 76) menyebutkan bahwa, Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT, dengan fungsi antara lain agar menjadi petunjuk hidayah), menjelaskan perbedaan antara yang hak dan batil (al-furqan), wasit atau hakim yang memutuskan berbagai perkara alam

kehidupan (al-hakim), keterangan atas semua perkara (al-bayyinah), obat penenag dan penyembuh jiwa (al-syifa) serta rahmat bagi seluruh alam.

Disamping fungsi-fungsi di atas, Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber pendidikan. Bahkan Abdurrahman Saleh berkesimpulan bahwa Al-Qur’an adalah kitab pendidikan (Nata, 2010: 77).

2) As-Sunah

Menurut para ahli hadis as-Sunah adalah segala sesuatu yang didapatkan dari Nabi SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Sunah menurut para ahli hadis sama dengan pengertian hadis (Nata, 2010: 77).

Sebagai sumber pendidikan Islam Sunah dapat dipahami sebagai berikut : (Nata, 2010: 78-79)

(32)

Al-Jumu’ah ayat 2, bahwa salah satu dari fungsi Nabi Muhammad

adala sebagai pendidik dan pengajar.

b) Nabi Muhammad SAW tidak hanya memiliki kompetensi pengetahuan yang mendalam dan luas dalam ilmu agama, psikologi, sosial, politik, hukum dan budaya, melainkan juga kompetensi keterampilan mengajar dan kompetensi sosial . hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pendidik yang profesional.

c) Nabi Muhammad SAW memiliki perhatian yang besar terhadap penyelenggaraan pendidikan. Hal ini dapat diketahui ketika di Mekkah Nabi Muhammad SAW menyelenggarakan pendidikan di Darul al-Arqan dan di Madinah beliau menyelenggarakan

gerakan pendidikan di suatu tempat khusus di bagian masjid yang diberi nama suffah.

d) Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang paling berhasil mengubah manusia dari jahil menjadi beradab. Keberhasilan ini terkait dengan keberhasilannya dalam bidang pendidikan.

e) Di dalam matan hadis sering dijumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran.

3) Sejarah Islam

(33)

tulisan yang selanjutnya dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya. Praktik pendidikan yang pernah dilakukan pada zaman Rasulullah SAW, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, Dinasti Usmani, Dinasti Safawi, Dinasti Moghul, Dinasti Fatimiyah, kesultanan di abad pertengahan dan seterusnya merupakan peristiwa sejarah yang dapat dipelajari berdasarkan fakta dan bukti yang meyakinkan (Nata, 2010: 80).

4) Pendapat Para Sahabat dan Filusuf

Para sahabat adalah orang yang pertama kali belajar dan menimba ilmu pengetahuan dari Nabi Muhammad SAW. Adapun filusuf adalah orang yang berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, universal, dan spekulatif dalam rangka mengemukakan hakikat atau inti tentang sesuatu. Para sahabat dan filusuf adalah orang-orang yang memiliki keinginan dan komitmen yang kuat untuk membangun kehidupan manusia yang bermartabat (Nata, 2010: 81).

5) Mashalahat al-Mursalah dan al-‘Uruf

(34)

Undang-undang dan lembaga pendidikan serta berbagai komponennya dapat dimasukkan sebagai salah satu produk mashalahat al-murrsalah dengan syarat membawa kemaslahatan,

bersifat adil untuk semua dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan as-Sunah (Nata, 2010: 84).

Al-‘uruf adalah suatu perkataan atau perbuatan yang menjadi kebiasaan masyarakat (Hamid, 2013: 116). Menurut Qombar (1989) dalam Nata (2010: 85) sumber pendidikan dalam bentuk al-‘uruf ini dapat mengambil bentuk berbagai kebijakan atau tradisi tentang penyelenggaraan pendidikan dengan berbagai aspeknya yang pernah dilakukan di masa lalu.

d. Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Dasar pendidikan Islam dibagai menjadi tiga bagian yaitu dasar religius, dasar filsafat, dan dasar ilmu pengetahuan (Nata, 2010: 91). 1) Dasar Religius

(35)

2) Dasar Filsafat Islam

Salah satu yang dibahas dalam filsafat Islam adalah filsafat ilmu pengetahuan. Dalam filsafat ilmu pengetahuan akan dijumpai pandangan bahwa tidak ada pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum atau ilmu yang berasal dari akal dan dari hati hakikatnya dari Allah SWT. Pandangan tentang ilmu pengetahuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan visi, misi, tujuan, kurikulum dan bahan ajar dalam kegiatan pendidikan (Nata, 2010: 95).

3) Dasar Ilmu Pengetahuan

Yang dimaksud dengan dasar ilmu pengetahuan adalah dasar nilai guna dan manfaat yang terdapat dalam setiap ilmu pengetahuan bagi kepentingan pendidikan dan pengajaran. Setiap ilmu pengetahuan memiliki tujuan dan manfaat masing-masing. Berbagai manfaat ilmu pengetahuan tersebut harus digunakan sebagai dasar ilmu pendidikan Islam (Nata, 2010: 96).

3. Hubungan Sains Penciptaan Alam Semesta dengan Pendidikan

Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun yakni Al-„Alaq ayat 1-5,

























(36)

pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya

(Al-„Alaq: 1-5).

Kata perintah “Bacalah” perlu diperhatikan dan ditelaah lebih

seksama. Menurut Nata (2013: 96) kata kerja perintah membaca dalam ayat terebut tidak disebutkan maf’ul (objek) nya yang harus dibaca. Para ulama berpendapat bahwa yang harus dibaca amat luas, yakni selain ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an (ayat qauliyah), juga ayat-ayat yang ada di alam semesta (ayat kauniyah).

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2002 : 6). Penelitian kualitatif ini dipergunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an.

Jenis penelitian ini adalah library research (penelitian pustaka), yakni hasil penelusuran pustaka digunakan sebagai tumpuan utama keseluruhan penelitian (Zed, 2004: 1-2), mulai dari pencarian informasi penelitian sejenis, memperdalam kajian teoritis, sampai dengan data penelitiannya juga menggunakan sumber kepustakaan. Sehingga, pada pelaksanaannya penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan memecahkan problem yang bersifat konseptual-teoritis (Suwadi et al., 2014: 20) tentang sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an.

B. Sumber Data a. Data Primer

(38)

b. Data Sekunder

Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-buku serta penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa buku yang digunakan yakni buku-buku karya Harun Yahya yang berjudul, Al-Qur’an dan Sains, Mengenal Allah Lewat Akal, Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Pesona Al-Qur’an dan Penciptaan Alam Raya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data variabel yang bersangkutan dari data berupa dokumen tertulis seperti buku, surat kabar dan peraturan perundang-undangan. Serta dokumen nontertulis seperti rekaman dan film (Sugiyono, 2009: 82). Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan hanya berupa buku dan surat kabar. Sedangkan peraturan perundang-undangan, rekaman dan film tidak digunakan. Hal ini dikarenakan peneliti belum menemukan ketiga jenis sumber tersebut yang relevan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analysis)

(39)

kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti memaknai isi komunikasi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2007: 23).

Langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an berdasarkan sumber primer yaitu buku The Qur’an Leads the Way to science karya Harun Yahya.

2. Mengidentifikasi sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an berdasarkan beberapa sumber sekunder seperti, buku Al-Qur’an dan Sains, Menyingkap Rahasia Alam Semesta karya Harun Yahya dan lain sebagainya.

3. Menganalisis dan mendeskripsikan implementasi sains penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an menurut Harun Yahya dalam karyanya The Qur’an Leads the Way to science pada pendidikan Islam.

(40)

1

BAB IV PEMBAHASAN

A. Biografi Harun Yahya dan Buku The Qur’an Leads The Way to Science 1. Biografi Harun Yahya

a. Latar Belakang Kehidupan Sosial dan Pendidikan

Harun Yahya adalah nama pena dari Adnan Oktar yang lahir di Ankara tahun 1956. Nama penanya ini berasal dari dua nama yaitu

“Harun” dan “Yahya”, untuk mengingat dua orang nabi yang berjuang

melawan kekufuran. Ia dilahirkan dari serang ibu bernama Mediha Oktar yang berasal dari keluarga muslim dan memiliki kedudukan serta status ekonomi yang tinggi (Yahya, 2007: v).

(41)

2

Harun Yahya dikenal sebagai penulis yang menulis karya-karya penting yang mengungkapkan kekeliruan para evolusionis, ketidak shahihan klaim-klaim mereka dan hubungan gelap antara Darwinisme dan ideologi berdarah seperti fasisme dan komunisme (Yahya, 2006: v). b. Pemikiran Harun Yahya

Universitas Mimar Sinan di bawah pengaruh berbagai organisasi Marxis-komunis ketika Adnan Oktar memasukinya. Ateis agresif dan tren materialis mendominasi kalangan mahasiswa serta staf akademik. Bahkan beberapa anggota staf pengajar memanfaatkan setiap kesempatan untuk mempropagandakan filsafat materialis dan Darwinisme, meskipun mata pelajaran ini tidak ada hubungannya dengan kurikulum. Lingkungan ini menolak agama dan nilai-nilai moralnya (http://www.harunyahya.com).

Adnan Oktar memiliki arti penting dalam pembantahan teori evolusi. Hal ini dikarenakan ia melihat bahwa Darwinisme merupakan bagian dari materialisme dan ateisme. Menyadari bahwa hari ini orang-orang masih membela Darwinisme dan berjuang untuk tetap hidup karena alasan ideologis, Adnan Oktar mempercayai bahwa Darwinisme akan runtuh dan mengalami kekalahan yang besar (http://www.harunyahya.com).

(42)

3

sejak Darwinisme mengajukan diri sebagai bagian ilmu pengetahuan, cara yang paling efektif untuk mengungkapkan wajah aslinya adalah melalui ilmu pengetahuan itu sendiri. Berdasarkan sudut pandang itu, ia mengeluarkan sebuah pamflet berjudul Teori Evolusi, sebuah ringkasan dari studi dan penelitian luas. Ia secara pribadi menanggung semua biaya cetak dengan menjual harta warisan dari keluarganya, dan membagikan pamflet gratis kepada mahasiswa lainnya (http://www.harunyahya.com).

Menggunakan gaya dan akses yang mudah dipahami pamflet ini mampu menunjukkan bahwa evolusi adalah penipuan. Namun beberapa mahasiswa dengan pemikiran materialis secara membabi buta terus menyangkal meskipun setelah melihat kebenaran yang jelas. Beberapa mahasiswa secara terbuka mengancam Oktar, mengatakan hidupnya akan berada dalam bahaya kecuali dia berhenti dari aktivitasnya. Namun ini hanya meningkatkan tekad dan pengabdian Oktar kepada Allah. Reaksi keras yang tampak oleh kalangan materialis adalah bukti signifikan bahwa ia berada di jalan yang benar (http://www.harunyahya.com).

c. Karya-Karya Harun Yahya

(43)

4

nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Di bawah tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah, menegaskan tujuan utamanya untuk menyangkal setiap ajaran fundamental dari ideologi ateis dan memberikan kata terkahir sehingga membisukan sepenunya keberatan yang diajukan melawan agama (Yahya, 2006: v).

Buku-buku kaya Harun Yahya antara lain, The Evolution Deceit (Keruntuhan Teori Evolusi), Signs in the Heaven and the Earth for the Men of Understanding (Mengungkap Rahasia Alam Semesta), Perished

Nations (Negeri-Negeri yang Musnah), The Creation of the Universe

(Penciptaan Alam Raya), The Miracle in the Ant (Keajabian pada Semut), The Miracle of the Atom (Keajaiban pada Atom), The Miracle in the Spider (Keajaiban pada Laba-Laba), The Miracle the Honeybee,

The Miracle in the Cell, The Miracle of the Immune Sytem (Sistem

Kekebalan Tubuh dan Keajaiban di Dalamnya) (Yahya, 2007: vi). Kemudian karya-karyanya yang lain yaitu, The Miracle in the Eye, The Miracle in the Gnat, The Creation Miracle in Plants

(Keajaiban Penciptaan pada Tumbuhan), The Truth of the Life of This World (Fakta-Fakta yang Mengungkap Hakikat Hidup di Dunia),

Children, Darwin’s Lied!, The Design in Nature, Darwin’s Antagonism

Against the Turks, The Golden Age, Confessions of Evolutionists, The

Misconceptions of Evolutionists, The Qur’an Leads The Way to

Science, Self Sacrifiece and Intelligent Models of Behaviour in Living

(44)

5

Timelessness and the Reality of Fate, Judaism and Freemasonry,

Freemasonry and Capitalism, Satan’s Religion: Jehovah’s sons and

Freemasons, The New Masonic Order, The „Secret Hand’ in Bosnia,

The Holocaust Hoax, Behind the Scenes of Terrorism, Israel’s Kurdish

Card, A National Strategy for Turkey, Solution: Qur’anic Morals

(Yahya, 2007: vi).

Selain buku, Harun Yahya juga menerbitkan karya-karya dalam bentuk brosur antara lain: The Mysteri of The Atom, The Collapse of the Theory of Evolution: The Fact of Creation, The Collapse of

Materialism, The End of Materialism, The Blunder of Evolutionists 1,

The Blunder of Evolutionists 2, The Microbiological Collapse of

Evolution, The Fact of Creation, The Collapse of the Theory of

Evolution in 20 Questions, The Biggest Deception in the History of

Biology: Darwinism (Yahya, 2007: vi).

Semua karya Harun Yahya berpusat pada satu tujuan yakni menyampaikan pesan Al-Qur’an kepada masyarakat, mendorong mereka agar memikirkan hal-hal mendasar yang berhubungan dengan keimanan mereka seperti keberadaan Tuhan, keesaan-Nya serta kehidupan sesudah mati. Selain itu, juga untuk mengungkapkan landasan berpijak yang lemah serta ideologi-ideolgi sesat dari berbagai sistem anti Tuhan (Yahya, 2003: viii).

(45)

6

Portugis, Urdu, Arab, Albania, Rusia, Serbia-Kroasia (Bosnia), Polandia, Malaya, Turki Ugyur, dan Indonesia (Yahya, 2003: viii). 2. Buku The Qur’an Leads The Way to Science

Buku The Qur’an Leads The Way to Science adalah salah satu karya Harun Yahya yang diterbitkan pertama kali pada November 1999 di Istanbul Turki. Buku ini terdiri dari dua edisi, edisi pertama diterbitkan pada bulan oktober 2001 dan edisi kedua pada Januari 2004. Kedua edisi tersebut tertulis dalam bahasa inggris dan diterbitkan oleh Global Publishing Okmeydani-Istanbul Turki. Buku The Qur’an Leads The Way to Science juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Al-Qur’an dan Sains oleh tim penerjemah Hikmah Teladan yang dicetak

pertama kali pada Juni 2004 dan diterbitkan oleh penerbit Dzikra.

Secara keseluruhan, buku The Qur’an Leads The Way to Science membahas tentang pentingnya agama bagi sains. Sains yang paling dominan dibahas dalam buku ini adalah tentang asal-usul alam semesta serta penciptaan manusia. Sains yang dibahas didasarkan pada Al-Qur’an serta pendapat para ilmuwan. Dalam buku ini dibuktikan bahwa sebelum para ilmuwan barat memberikan pendapatnya tentang asal usul alam semesta, 14 abad yang lalu Al-Qur’an telah lebih dahulu menjelaskannya. Disamping itu, buku ini juga sedikit banyak berisi tentang bantahan mengenai adanya teori evolusi, disertai dengan bukti-bukti yang nyata.

(46)

7

Pada bagian ini hal-hal yang dibahas antara lain: 1) Religion Encourages Science (Agama Mendorong Sains)

2) Religion Helps Science to be Rightly Guided (Agama Membimbing Sains Pada Jalan yang Benar)

3) Religion and Science are Always in Agreement (Agama dan Sains Selalu Sejalan)

4) The Scientifict Miracles of The Qur’an (Keajaiban Iimiah

Al-Qur’an)

b. Book Two (Buku Dua)

Pada bagian ini terdiri dari:

1) Scientists of Faith (Ilmuwan yang Meyakini Keberadaan Tuhan) 2) Conclusion (Kesimpulan)

B. Penciptaan Alam Semesta dalam Al-Qur’an Menurut Harun Yahya 1. Pembentukan dan Perluasan Alam Semesta

a. Pembentukan Alam Semesta

Allah adalah pencipta alam semesta dan semua makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu pengetahuan yang paling akurat dan tak terbantahkan tentang hal ini berasal dari-Nya. Dalam hal ini Allah telah menginformasikannya di dalam Al-Qur’an (Yahya, 2007:14). Sebagaimana tertulis dalam surah Asy-Syuura ayat 11 berikut









………



(47)

8

Dalam bukunya The Qur’an Leads The Way to Science, Yahya (2004: 21) menyebutkan hal-hal mendasar dalam penciptaan alam semesta, antara lain:

a. God created the universe from nothing, everything is created for particular purpose.

b. The material universe and predominantly, the earth we live in, is specially designed to allow for human life.

c. God created all living things.

Hal tersebut di atas adalah kebenaran absolut yang disampaikan oleh Allah SWT kepada manusia melalui Al-Qur’an. Pendekatan sains yang didasari pada fakta ini akan mengarah pada kemajuan luar biasa dan memberikan keuntungan bagi umat manusia. Sebagai contoh yakni ilmuwan muslim yang mampu menempatkan sains pada posisi yang benar sehingga dapat membentuk peradaban dan keberhasilan yang besar pada abad ke-9 dan 10. Di barat, pelopor semua bidang sains adalah ilmuwan besar yang percaya pada Tuhan dan yang melakukan penelitian untuk menyelidiki apa yang diciptakan Allah SWT (Yahya, 2007:15).

Einstein (1941) dalam Yahya (2004: 22) berpendapat bahwa, Though religion may be that which determines the goal, it has, nevertheless, learned from science, in the broadest sense, what means will contribute to the attainment of the goals it has set up. But science can only be created by those who thoroughly imbued with the aspiration toward truth and understanding. This source of feeling, however, springs from the sphere of religion… I cannot conceive of a genuine scientist without that profound faith

(48)

9

cita-cita ke arah kebenaran dan pemahaman. Kebenaran ini bersumber dari agama. Ia juga meyatakan bahwa tidak dapat menemukan ilmuwan sejati yang tidak memiliki keimanan mendalam.

Meskipun demikian, pada pertengahan abad 19 masyarakat ilmiah di bawah pengaruh filosofi materialis yang memisahkan diri dari sumber ilahiah. Materialisme ini berasal dari kebudayaan Yunani Kuno yang mempertahankan pendapat bahwa keberadaan materi itu absolut dan mengingkari Tuhan. Sejumlah penyelidikan ilmiah telah diadakan untuk mendukungnya. Sehingga muncullah teori “model alam semsesta

tanpa batas” yang menyatakan bahwa alam semesta ada sejak waktu

tanpa batas dan akan terus ada selamanya, alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir dan hanya merupakan timbunan materi tak terbatas (Yahya, 2007:16).

(49)

10

Lemaitre sebagaimana dikutip oleh Harun Yahya menyatakan bahwa alam semesta benar-benar mempunyai awal dan bahwa ia berkembang sejak awal kejadian. Dia juga menyatakan bahwa sisa-sisa radiasi dari awal kejadian bisa dideteksi. Pernyataan Lemaitre ini dapat dibuktikan pada tahun-tahun berikutnya. Mula-mula pada tahun 1929 seorang astronom Amerika bernama Edwin Hubble, dengan teropong bintangnya menemukan bintang bergerak menjauh, bukan hanya dari kita namun juga antar bintang itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa alam semesta mengembang dan tidak statis seperti yang diasumsikan oleh para materialis (2007:18).

Dalam bukunya, Yahya (2004: 25) menuliskan,

There was another important truth that the expansion of the universe pointed to: if thhe universe was getting larger as time went on, then, following it backward in time meant that it would become smaller, and if one went back far enough, everything would shrink and converge to a single point. Calculation showed that this single point should have zero volume. Our universe came into being as the result of the explosion of this point, an explosion which has come to be called “the Big Bang”.

Merujuk pada pendapat di atas, maka diketahui bahwa jika alam semesta semakin berkembang dari waktu ke waktu, maka di awal waktu sebelum itu, alam semesta berasal dari satu titik tunggal yang memiliki volume nol. Kemudian, alam semesta terbentuk karena ledakan dari titik ini yang kemudian dinamakan dengan Big Bang.

(50)

11

dari gas yang memuai dan dingin. Setelah berjalan kurang lebih 1 juta tahun, gas tersebut menggumpal dan mulai membentuk massa-massa lokal yang merupakan cikal-bakal galaksi-galaksi. Kemudian setelah beberapa miliar tahun alam masih tetap mengalami pemuaian, meskipun ada tempat-tempat yang melingkupi materi-materi yang saling terikat satu sama lain (Halim et,al, 2015: 2-3).

Pada tahun 1948, George Gamov mengemukakan bahwa jika alam semesta terbentuk dari ledakan besar (Big Bang) –seperti diusulkan Lemaitre- maka harus ada sejumlah radiasi yang tertinggal setelah ledakan. Radiasi ini haru seragam di seluruh alam semesta (Yahya, 2007:18). Dugaan Gamov ini terbukti dua dekade kemudian, yaitu pada tahun 1965 dua peneliti bernama Arno Penzias dan Robert

Wilson menemukan sebentuk radiasi yang disebut “radiasi latar belakang kosmik”. Radiasi ini tersebar merata di seluruh alam semesta

(Yahya, 2003: 12).

(51)

12

Hal tersebut tentu mengguncang para ilmuwan materialis. Mereka menyaksikan runtuhnya penelitian, hipotesis dan teori mereka satu persatu (Yahya, 2007: 19). Meskipun demikian, para ilmuwan materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak terhingga. Salah satu astronom yang paling merasa terganggu dengan adanya teori Big Bang adalah Sir Fred Hoyle, seorang astronom terkemuka asal Inggris. Di pertengahan abad 20, Hoyle mengemukakan sebuah teori yang disebut Steady-State yang mirip dengan teori keadaan tetap di abad 19. Teori ini menyatakan alam semesta berukuran tak terhingga dan kekal sepanjang masa (Yahya, 2003: 90-91).

Fakta-fakta di atas yang menyatakan bahwa alam semesta ada karena diciptakan baru ditemukan pada abad 20. Padahal jauh sebelum itu, yaitu 14 abad yang lalu Al-Qur’an telah menyebutkannya dalam surah Al-An’am ayat 101 (Yahya, 2003: 90),





















(52)

13





















Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman? (QS. Al-Anbiya’: 30).

b. Perluasan Alam Semesta

Pada saat ilmu astronomi masih primitif, 14 abad yang lalu

Al-Qur’an telah mengagambarkan perluasan alam semesta dalam surah

Adz-Dzariyat ayat 47 (Yahya, 2007: 82),











Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (Adz-Dzariyat: 47)

Dalam bukunya, Harun Yahya (2004: 87) menyebutkan bahwa, The word “heaven”, as stated in this verse, is used in various places in the Qur’an with the meaning of space and universe. Here again, the word is used with this meaning. In other words, in the Qur’an it is revealed that the universe “expand”. And this is the very conclusion that science has reached today.

Dalam pernyataan di atas, Harun Yahya menyebutkan bahwa kata

“Langit” (heaven) dalam ayat tersebut digunakan dalam berbagai

(53)

14

Seperti diketahui bahwa hingga awal abad 20, dunia sains percaya bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas, konstan, stabil dan tidak berubah (Yahya, 2002: 9). Namun kemudian berbagai penelitian, pengamatan, dan perhitungan dilakukan hingga menghasilkan sebuah fakta yang sangat berbeda dengan teori yang berlaku pada saat itu. Ahli fisika Rusia, Alexander Friedman, dan kosmolog Belgia, Georges Lamaitre, secara teoritis menghitung bahwa alam semesta bergerak secara konstan dan meluas (Yahya, 2007: 82).

Sebenarnya, Albert Einstein telah terlebih dahulu memperhitungkan bahwa alam semesta tidak statis. Namun, ia menyimpan teori itu, karena tidak sejalan dengan teori alam semesta statis yang sedang secara luas diakui pada masa itu. Einstein yang merupakan ilmuwan jenius terbesar pada abad itu merasa terintimidasi oleh dogmatisme pandangan materialis. Sehingga, ia memilih untuk tidak mengungkapkan penemuan penting itu. Di kemudian hari, Einstein menyatakan pilihannya tersebut merupakan kekeliruan terbesar dalam karirnya (Yahya, 2007: 18).

2. Orbit

(54)

15 













Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya (Al-Anbiya’: 33)

Dalam ayat lain juga disebutkan bahwa matahari tidak statis melainkan bergerak dalam orbit tertentu (Yahya, 2007: 83),















Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui (Yaasin: 38)

Tidak hanya matahari dan bulan, melainkan juga seluruh alam semesta dipenuhi jalur-jalur yang disebut orbit, seperti halnya disebutkan dalam ayat berikut,







Demi langit yang mempunyai jalan-jalan (Adz-Dzariyat: 7)

Fakta-fakta yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an seperti ayat di atas telah dibuktikan dengan pengamatan perbintangan di masa kini. Menurut perhitungan para ahli, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke arah bintang vega dalam orbit tertentu yang disebut Solar Apex. Hal ini berarti, matahari bergerak kira-kira 17.280.000

(55)

16

Yahya (2002: 206) menyebutkan bahwa,

Bintang, planet dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Seteah dihitung diketahui, bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari seharusnya.

Dari pendapat Harun Yahya diketahui bahwa alam semesta telah dirancang sedemikian rupa, termasuk di dalamnya orbit. Jika saja bumi menyimpang dari orbitnya 3 mm saja maka semuanya akan hancur, termasuk kehidupan di bumi. Apabila orbit bumi melebar 3 mm maka semua kehidupan di bumi akan membeku. Sedangkan apabila orbit bumi semakin mengecil 3 mm maka semua kehidupan di bumi akan hangus dan mati. Hal tersebut dijelaskan dalam Bilim Ve Teknik Juli 1983 (Yahya, 2008: 210),

While rotating around the sun the earth follows such an orbit that, every 18 miles, it only deviates 2,8 millimetres from a direct course. The orbit followed by the earth never changes, because even a deviation of 3 millimetres would cause catastrophic disaster: if the deviation were 2,5 mm instead 2,8 mm, then the orbit were very large, and all of us will freeze. If the deviation were 3,1 mm, we would be scorched to death.

3. Langit

(56)

17

ilmiah yang dilakukan pada abad 20. Padahal berabad-abad yang lalu yakni tepatnya 14 abad, hal ini telah tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an.

Seperti halnya tercantum dalam ayat berikut (Yahya, 2007: 90),







<

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil capaian pada pelaksanaan tindakan yaitu hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II, maka

Pada daerah Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ) , terjadi difusi atomik yang disebabkan oleh kombinasi antara deformasi plastik yang kuat dengan suhu tinggi.. Untuk daerah

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan PT.CEVA Logistik Indonesia Pekanbaru dapat meningkatkan lagi kepuasan kerja karyawannya pada variabel-variabel yang telah

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Topologi jaringan penyiaran televisi digital pada umumnya dijelaskan pada gambar 3, sinyal televisi yang dipancarkan dari antena pemancar akan diterima oleh antena

Kondisi lingkungan kerja mencakup perlengkapan dan fasilitas kerja (lingkungan kerja fisik) dan lingkungan kerja non fisik yaitu antara lain suasana kerja dan lingkungan