KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENGGUNA
NARKOBA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014
Oleh :
NELSON YUDHA HERDANTA
20120520244PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii HALAMAN JUDUL
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENGGUNA NARKOBA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
NELSON YUDHA HERDANTA 20120520244
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar hasil karya
sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar keserjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang
sepengatahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti
terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka
saya akan bertanggungjawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 6 September 2016
iv KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan dapat mnyelesaikan skripsi ini
dengan judul “KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
PENGGUNA NARKOBA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014”.Peneliti
menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Haidir Murni dan Zawiyah yang telah memberikan doa dan
dukungan penuh dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Ali Muhammad S.IP., MA., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Dr. Titin Purwaningsih, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
v
5. Bapak Dr. Zuly Qodir, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis.
6. Bapak Dr. Inu Kencana Syafe’i, M.Si selaku dosen penguji proposal yang sangat membantu dalam penelitian ini.
7. Dosen-dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, terimakasih atas segala ilmu yang
bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.
8. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman yang telah bersedia menjadi
tujuan dari penelitian ini.
9. Atin dan adikku Yoga Gautama Sinatra dan Irfan Tri Saputra yang menjadi
semangat ku.
10.Sahabat – sahabat ku RAINTZ Yan, Dede, Adit, Eki, Dani, Erik, Yudi, Romario, Yuda, Mario yang membantu dan selalu memberi semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Febyan Arum Sari yang selalu memberi semangat dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman – teman seperjuanganku Juju, Alfi, Aceng, Margo, Kak Mila dan lain
– lain yang selalu memberi semangat.
13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, telah
vi
skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 6 September 2016
vii
MOTTO
Hidup itu pilihan, maka beranilah memilih apa yang akan kita lakukan
(Penulis)
Beranilah untuk mencoba salah benar urusan belakang jalani prosesnya
dan nikmati hasilnya
(Penulis)
Tegar Dalam Iman
Yakin Dalam Melangkah
Cakap Dalam Tindakan
Wawasan Yang Menantang
(Mapala UMY)
Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu keputusan atau
tindakan, sampai kapanpun dia tidak akan menjadi orang yang berani
(Ali bin Abi Thalib)
Ilmu menginginkan untuk diamalkan. Apabila orang mengamalkannya,
maka ilmu itu tetap ada. Namun sebaliknya, jika tidak diamalkan,maka
ilmu akan hilang dengan sendirinya
( Sufyan ats-Tsauri)
viii
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya sederhana ini untuk:
Kedua orang tua Haidir Murni SH dan IR Zawiyah yang tidak putus – putus memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
Alm H. Syamsudin dan Alm Hj. Aminah
Alm H. Murni Alwi dan Alm Hj. Ani
Kedua saudara ku Yoga Gautama Sinatra S.kom dan Irfan Tri Saputra
Sahabat – sahabat Raintz ku Romario Simangunsong S.Ip. Dedi yuda irawan S,IP. Yan wijaya putra S,IP. Dede puja kusuma S,IP. Eki prandika S,Ip. Syafrizal haulussy S,Ip. Aditya pranata. Asa nusa erik. Yudiawan dwi
prasetya. Dani wardana. Krisna rettob S,Ip. Kita bukan tim kita saudara yang gak sedarah yang selalu senang, susah bersama kita lewati. Semoga kalian sukses semua dan kita bisa kumpul lagi.amin
Keluarga kecil ku “Sosmas” bang nando, kak mila, kak mira, alfi, aceng
kunyuk, margo, juju, singgih, ardy, mona, ayu, lukman, yuli, anti, dede, fifi, la ode, yuni tanjung, alifa, eka, ayun, yogi, woro, chairul dan lain – lain lah kalian banyak bener sampe gak tau siapa aja orangnya.
Teman – teman KKN 31 dusun widoro febyan arum s, artika, marta, ririn, putri, puput, jucha, asri, mita, yanuar, damar, wahyu, irsyad, junior, hade dan elis
Keluarga besar dusun widoro dan karang taruna “baskoro”
Wanita spesial yang lahirnya Cuma beda sehari Febyan arum sari yang selalu menemani, membantu, memaksa, mendorong untuk menyelesaikan skripsi ini. Kamu yang terbaik jes pokoknya.
ix
Keluarga besar Korps mahasiswa ilmu pemerintahan “KOMAP” walaupun bukan organisasi pertama ku tapi disini aku mendapatkan keluarga baru dan teman gila terima kasih sudah mengajarkan ku banyak hal .
Seniorku di KOMAP bang poltak, bang nando, mas rajib, bang ilka, mas eko, mas sakir dan mas – mas yang lain terima kasih telah mengajarkan banyak hal dari pertama masuk komap sampai sekarang.
Keluarga besar MAPALA UMY bang pekli,bang bongkang, bang bolus, bang bolek, bang tong2, aak ilmi, bang dolet,bang sleme, bang jamal,mas caung dan abang-abang yang lain yang mengajarkan banyak hal, terima kasih Instruktur. Kiik!!!
Saudara senesting Diksar XXV “legend” Lereng Lawu MAPALA UMY
ocul,bolin,dila,gendes,srintil,cengir,iwa,celet,panda,unyil,komering,kunto,ko mat,tebe,ceceng,boma,morfin,bagel,aseng,papar,abeng,bopak,sukir,parnap,ny egut,cesar dll. Kiik!!!
x SINOPSIS
Penyalahgunaan Narkoba saat ini adalah salah satu problem yang dihadapi masyarakat indonesia, diketahui saat ini penyalahgunaan tidak lagi digunakan oleh orang – orang dewasa melainkan sudah sampai kegenerasi muda bangsa Indonesia, pada tahun 2014 tercatat bahwa pengguna Narkoba yang ada di Indonesia mencapai sekitar 4.022.702 jiwa, kemudian khususnya penyalahgunaan Narkoba yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 62.028 jiwa. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman adalah sebuah daerah yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tetapi dengan adanya masalah tersebut tentu Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman dengan sigap mengambil langkah untuk menangani penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Kabupaten Sleman. Salah satu langkah kebijakan yang dibuat oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman adalah merehabilitasi para pemakai narkoba, dengan cara memasukkan pemakai yang sudah tertangkap ke rumah sakit kemudian diberikan fasilitas rehabilitasi. Ternyata dengan cara tersebut sangat efektif hal tersebut terlihat dari data pada tahun 2012 terdapat 73 orang, tahun 2013 terdapat 67 orang dan 2014 terdapat 30 orang.
Penelitian ini dilakukan di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman. metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif Teknik – teknik pengumpulan data yang digunakan seperti interview yaitu memberikan secara langsung kepada informan dan narasumber dalam rangka mencari data tentang kebijakan pencegahan dan penanganan pengguna narkoba kabupaten sleman tahun 2014, kemudian wawancara kepada kepala BNNK Sleman dan dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa kualitatif, dimana data yang diperoleh di klasifikasikan, digambarkan dengan kata – kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
Hasil Peneliti mengemukakan bahwa narkoba sudah sangat besar jaringan penyebaran nya di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Sleman pada khususnya. Kebijakan yang di lakukan oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman untuk mencegah seseorang mengkonsumsi narkoba yaitu dengan cara Sosialisasi, Talk Show dan Training Of Trainer kepada masyarakat dan bekerjasama dengan satgas yang di bentuk oleh Pemerintah Daerah. Untuk kebijakan dalam merehabilitasi itu sendiri Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman bekerjasama dengan Kepolisian, Rumah sakit dan pondok Rehabilitasi. Faktor kendala yang berasal dari pengguna narkoba itu disebabkan para pengguna narkoba belum ada niat untuk bertobat atau berhenti mengkonsumsi narkoba. Selama para pengguna narkoba masih belum berhenti mau dilakukan rehabilitasi seperti apa mereka akan kembali mengkonsumsi setelah masa rehabilitasi habis.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
SINOPSIS ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan penelitian ... 6
D. Kerangka Teori... 7
5. Definisi konseptual... 22
6. Definisi Operasional... 24
BAB II ... 32
PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN ... 32
A. Profil Daerah Kabupaten Sleman ... 32
1. Letak dan Luas Wilayah ... 32
2. Karakteristik Wilayah ... 35
3. Wilayah Administratif ... 37
xii
5. Data Kehidupan Sosial Kabupaten Sleman ... 39
B. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman ... 41
1. Dasar Keberadaan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman ... 41
2. Visi Misi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman ... 43
3. Tugas Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman... 43
4. Susunan Organisasi dan Tugasnya Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman ... 44
5. Standar Operasional Prosedur Penanganan Pengguna Narkoba ... 47
BAB III ... 51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Kebijakan Penanganan Penggunaan Narkoba Kabupaten Sleman ... 51
1. Data kasus Narkoba ... 52
2. Faktor Psikologi Sosial ... 53
3. Mengantisipasi dan Pencegahan ... 64
4. Pendekatan Organisasi ... 69
5. Narkotika ... 75
B. Kendala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman Dalam Merehabilitasi Pengguna Narkoba ... 80
BAB IV ... 82
PENUTUP ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kasus Narkoba di Kabupaten Sleman Tahun 2012 - 2014…………..8
Tabel 1.2 Definisi Konsep dan Operasional………...28
Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman……….….35
Tabel 2.2 Penduduk dan Angkatan Kerja………. ….39
Tabel 2.3 Data PMKS Kabupaten Sleman……….40
Tabel 3.1 Data Kasus Narkoba di Kabupaten Sleman Tahun 2012 –2014……...54
Tabel 3.2 Data kasus Narkoba di Kabupaten Sleman Tahun 2015 – 2016………...55
Tabel 3.3 Daftar Nama Sekolah……….57
Tabel 3.4 Daftar Tempat Kerja Yang Dilakukan Sosialisasi……….61
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PENGGUNA NARKOBA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014
Oleh :
NELSON YUDHA HERDANTA 20120520244
Telah dipertahankan dan disahkan didepan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 26 Agustus 2016 Tempat : Ruang Sidang FISIPOL UMY Jam : 12:40 WIB
SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua Penguji
Dr. Zuli Qodir, M.Si.
Penguji I Penguji II
Dr. Inu Kencana Syafiie,M.Si. Ane Permatasi, S.IP., M.A
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
ABSTRAK
Penyalahgunaan Narkoba saat ini adalah salah satu problem yang dihadapi masyarakat
indonesia, diketahui saat ini penyalahgunaan tidak lagi digunakan oleh orang – orang
dewasa melainkan sudah sampai kegenerasi muda bangsa Indonesia, pada tahun 2014
tercatat bahwa pengguna Narkoba yang ada di Indonesia mencapai sekitar 4.022.702
jiwa, kemudian khususnya penyalahgunaan Narkoba yang ada di provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mencapai 62.028 jiwa. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Sleman, Kabupaten Sleman adalah sebuah daerah yang terletak di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tetapi dengan adanya masalah tersebut tentu Badan Narkotika
Nasional Kabupaten Sleman dengan sigap mengambil langkah untuk menangani
penyalahgunaan narkoba yang terjadi di Kabupaten Sleman. Salah satu langkah
kebijakan yang dibuat oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman adalah
merehabilitasi para pemakai narkoba, dengan cara memasukkan pemakai yang sudah
tertangkap ke rumah sakit kemudian diberikan fasilitas rehabilitasi. Ternyata dengan
cara tersebut sangat efektif hal tersebut terlihat dari data pada tahun 2012 terdapat 73
orang, tahun 2013 terdapat 67 orang dan 2014 terdapat 30 orang. Penelitian ini
dilakukan di Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman. metode penelitian yang
dilakukan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif Teknik – teknik pengumpulan
data yang digunakan seperti interview yaitu memberikan secara langsung kepada
informan dan narasumber dalam rangka mencari data tentang kebijakan pencegahan
dan penanganan pengguna narkoba kabupaten sleman tahun 2014, kemudian
wawancara kepada kepala BNNK Sleman dan dokumentasi. Teknik analisa data yang
digunakan adalah analisa kualitatif, dimana data yang diperoleh di klasifikasikan,
digambarkan dengan kata – kata atau kalimat menurut kategori untuk memperoleh
kesimpulan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan narkoba yang saat ini sangat marak dan cepat perkembangannya
ditengah masyarakat indonesia, seakan menjadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan
Pemerintah Indonesia dalam menangani perkembangan narkoba yang sekarang ini
tengah berjamur dimasyarakat Indonesia khususnya di generasi bangsa. Perkembangan
atau penyebaran Narkoba sangat cepat dan sulit untuk di hentikan. Narkoba saat ini
sudah menjadi seperti kebutuhan untuk para pemakai atau pencandu dan telah banyak
orang yang masuk penjara, di Rehabilitasi sampai meninggal dunia akibat
mengkonsumsi narkoba secara berlebihan1. Pengguna narkoba pada akhir – akhir ini di
rasa meningkat. Dapat kita lihat dari pemberitaan–pemberitaan baik di madia cetak
maupun media elektronik yang hampir setiap hari memberitakaan penangkapan pelaku
pengguna Narkoba oleh aparat keamanan.
Semua orang pasti sudah sering mendengar kata narkoba bahkan sudah banyak
yang telah menggunakannya. Tapi banyak di antara kita yang belum mengerti apa
penyebab seseorang mau menggunakan narkoba. Ada beberapa faktor yang membuat
1
seseorang ingin menggunakan Narkoba yaitu faktor diri sendiri, faktor lingkungan, dan
adanya Narkoba di sekitar kita2.
Dalam hidup di dunia ini manusia pasti punya masalah tidak ada manusia yang
tidak punya masalah. Salah satu masalah yang di hadapi adalah sebagian dari mereka
banyak yang menjadi pengedar/penjual narkoba karena alasan ekonomi dan secara
sadar melibatkan diri dalam pengguna dan peredaran gelap narkotika sampai pada
tingkat yang lebih tinggi (pemakai-penjual). Disamping dirinya menjadi korban
narkoba tersebut juga menjadi objek hukum yang artinya walaupun pelaku menderita
akibat dari pengguna narkoba,maka yang bersangkutan juga diancam dengan hukuman
sesuai undang-undang yang berlaku3.
Pengguna narkoba adalah pemakain obat-obatan atau zat-zat berbahaya dengan
tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan
atau dosis yang benar. Kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkan dalam
dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus akan
mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan. Pengguna narkoba
juga berpengaruh pada tubuh dan mental–emosional para pemakaianya. Jika semakin
sering dikonsumsi, apalagi dalam jumlah berlebih maka akan mempengaruhi Fisik,
psikologis, maupun lingkungan sosial. Di lingkungan remaja saat ini pun banyak yang
memakai narkoba dan berakibat berubahnya fisik, psikologi dan prilaku sosial mereka
di karenakan ketergantungan dari narkoba.
Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena
menghambat perkembangan kepribadianya. Narkoba dapat merusak potensi diri, sebab
dianggap sebagai cara yang wajar bagi seseorang dalam menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan hidup sehari-hari. Banyak sekali jenis narkoba yang
beredar di indonesia dengan berbagai macam bentuk dan berbagai tingkatan efeknya,
jenis – jenis narkoba tersebut dimulai dari sabu–sabu, kokain, morfin, ganja dan lain–
lain4.
Orang biasanya menjadi pengguna Narkoba mempunyai sebuah alasan
mengapa dia ingin mengkonsumsi dan memakai Narkoba, itu biasanya akibat dari
lingkungan sekitar, diri sendiri maupun penyebab lainnya, tentu inilah yang menjadi
masalah besar bagi orang tua, pemerintah maupun aparat kepolisian untuk mengetahui
apa penyebab orang menggunakan narkoba yang tentu hal tersebut tidak baik bagi
kesehatan para pemakai.
Pengguna Narkoba saat ini adalah salah satu problem yang dihadapi masyarakat
indonesia, diketahui saat ini penyalahgunaan tidak lagi digunakan oleh orang – orang
dewasa melainkan sudah sampai kegenerasi muda bangsa Indonesia, pada tahun 2014
tercatat bahwa pengguna Narkoba yang ada di Indonesia mencapai sekitar 4.022.702
jiwa, kemudian khususnya pengguna narkoba yang ada di provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mencapai 62.028 jiwa5.
Saat ini pemerintah dan kepolisian yang selama ini sudah banyak melakukan
segala cara untuk mengatasi penyebaran Narkoba. Tetapi untuk penyebaran Narkoba
sangat banyak. Peredaran dan penggunaan narkoba dilakukan dengan segala cara oleh
seorang pengedar sehingga penyebaran narkoba masih banyak beredar di indonesia.
Tentu hal ini jika tidak adanya penanganan serius dan cepat baik dari pemerintah,
aparat kepolisian, maupun pihak lain yang terkait akan berdampak hancurnya generasi
muda bangsa Indonesia. Bahaya dampak penyalahgunaan narkoba bagi tubuh dan
kesehatan manusia bahwa dalam hal ini secara umum akibat penggunaan narkotika ini
akan memberikan dampak sebagai berikut :
1. Depresan. Dalam hal ini para pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.
2. Halusinogen. Dalam hal ini para pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu
yang sebenarnya tidak ada).
3. Stimulan. Akibat pengaruh stimulan pada narkotika dan obat-obatan terlarang
bagi organ tubuh antara lain adalah mempercepat kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara
waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal,
lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.
5
4. Adiktif (Kecanduan). Dampak pengaruh negatif kepada para pemakai dalam hal
ini adalah akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar
terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya,
tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakaw)6.
Kabupaten Sleman adalah sebuah daerah yang terletak di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kabupaten Sleman yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta
tentu rentan dengan adanya penyalahgunaan Narkoba baik itu pemakai dewasa hingga
pemakai anak – anak yang dibawah umur. Tetapi dengan adanya masalah tersebut tentu
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman dengan sigap mengambil langkah untuk
menangani pengguna narkoba yang terjadi di Kabupaten Sleman. Salah satu langkah
kebijakan yang dibuat oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman adalah
merehabilitasi para pemakai narkoba, dengan cara memasukkan pemakai yang sudah
tertangkap ke rumah sakit kemudian diberikan fasilitas rehabilitasi.
Ternyata dengan cara tersebut sangat efektif bagi Badan Narkotika Nasional
Kabupaten Sleman dalam menangani atau meminimalisir pengguna Narkoba yang
terjadi dimasyarakat kabupaten sleman. Hal tersebut terlihat dari data dibawah ini7 :
6http://hamizanupdate.blogspot.co.id/2014/02/bahaya-penyalahgunaan-narkotika-bagi.html (1 desember 2015 23:52)
Tabel 1.1
Data Kasus Narkoba di Kabupaten Sleman Tahun 2012 - 2014
NO TAHUN DATA
TERSANGKA
1 2012 73 Orang
2 2013 67 Orang
3 2014 30 Orang
Sumber: BNNP DIY
Terlihat pada tabel diatas terjadi penurunan pengguna narkoba yang cukup
signifikan dari tahun ke tahunnya di Kabupaten Sleman tersebut tidak terlepas dari
kebijakan yang dibuat oleh Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman untuk
menangani atau meminimalisir pengguna Narkotika yang ada di Sleman.
Oleh sebab itu dengan adanya penurunan tersebut sangat menarik perhatian
peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana penanganan pengguna narkoba
di Kabupaten Sleman.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas penelitian akan melakukan penelitian tentang
1. BagaimanaBadan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman merehabilitasi
para pengguna atau pencandu Narkotika?
2. Apa kendala Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman dalam
merehabilitasi para pengguna Narkotika?
1. Untuk Mengetahui bagaimana cara Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sleman dalam merehabilitasi para pengguna atau pencandu narkotika di
Kabupaten Sleman.
2. Untuk mengetahui apa kendala Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sleman dalam merehabilitasi para pengguna Narkotika.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan gambaran dari teori-teori yang berhubungan erat
dengan masalah yang di teliti sehingga kegiatan menjadi jelas, sistematis dan ilmiah.
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi dan preposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
perhatian8. Sehingga teori menjadi titik tolak berpijak bagi langkah selanjutnya agar
pembahasan tidak lepas dari topik yang akan di teliti. Unsur yang paling fital dalam
penelitian yaitu terletak pada teori yang digunakan oleh peneliti yang bersangkutan.
Karena melalui teori inilah peneliti dapat menjelaskan permasalahan yang terjadi.
Adapun kerangka teori dalam penelitian skripsi ini sebagai berikut:
1. Kebijakan publik
a. Pengertian kebijakan publik
Menurut Harold Las Harold Laswell dan Abraham Kaplan mendefinisikan
kebijakan publik sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan
tertentu dan praktik-praktik tertentu9.
Carl I. Friedrick mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan
yang di usulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada. Kebijakan yang di usulkan tersebut
ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam
rangka mencapai tujuan tertentu10.
Dalam bukunya, Riant Nugroho D memperkenalkan beberapa nilai pokok bagi
kebijakan publik agar dapat di kategorikan sebagai kebijakan publik di antaranya:
1. Kebijakan bersifat cerdas, dalam arti memecahkan masalah pada inti
permasalahannya.
2. Kebijakan bersifat kebijakan dalam arti tidak menghasilkan masalah
dan yang lebih benar dari pada masalah yang di pecahkan.
3. Kebijakan publik tersebut memberikan harapan pada seluruh warga
negara bahwa mereka dapat memasuki hari esok dan hari ini.
4. Kebijakan publik adalah kebijakan untuk kepentingan publik dan
kepentingan negara, pemerintah atau birokrasi. Ini dikarenakan
pada masa lalu yang di kenal adalah hukum publik yaitu
9 Nugroho, Riant,2009.Public Policy.Jakarta Pusat,Hal 83
hukum yang lebih berkenaan dan batas-batas karena mengatur
ketertiban publik. Sementara pada saat ini dan kedepan lebih
diperlukan kebijakan publik yaitu batas dan ruang bagi publik
sebagai instrumen bagi publik untuk mengembangkan dirinya
sebagai individu warga masyarakat dengan warga negara.
5. Kebijakan publik harus mampu memotivasi semua pihak yang
terkait untuk melaksanakan kebijakan publik harus mendorong
terbangunnya efisiensi dan efektivitas kehidupan bersama. Dalam
bahasa manajemen muatan yang mendorong produktivitas
kehidupan bersama karena produktivitas adalah ketika efisiensi dan
efektivitasnya tercapai.
Dari definisi-definisi kebijakan publik di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai
pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat dimana
penyusunannya melalui berbagai tahapan11.
b. Tahap – tahap kebijakan
Suatu kebijakan pemerintah atau negara menjadi efektif apabila dilaksanakan
dan mempunyai dampak positif bagi anggota masyarakat. Dengan kata lain tindakan
atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu sesuai dengan apa yang
di inginkan oleh pemerintah atau negara. Dengan demikian apabila apa yang di
inginkan tidak sesuai dengan keinginan pemerintah maka kebijakan tersebut tidak
efektif.
Ketidak efektifan dari sebuah kebijakan sebenarnya dapat di antisipasi oleh
analisis kebijakan dengan melihat tahap – tahap dari kebijakan itu sendiri. Dimana
tahap – tahap kebijakan menurut Budi Winarno adalah sebagai berikut:
1. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang di pilih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Sebelum masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat
masuk kedalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke
agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin
tidak di sentuh sama sekali dan beberapa pembahasan lain untuk masalah tersebut
di tunda untuk waktu yang lama.
2. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian di bahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian di cari
pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari alternatif
yang ada. Sama halnya dalam berjuang suatu masalah untuk masuk ke dalam
agenda kebijakan. Dalam tahap perumusan kebijakan masing – masing alternatif
permasalahan. Pada tahap ini, masing – masing aktor akan bermain untuk
mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
3. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut di adopsi
dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan
Semua program kebijakan hanya akan menjadi catatan – catatan elit jika
program tersebut tidak di implementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan
yang telah di ambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus di
implementasikan, yakni di laksanakan oleh badan – badan administrasi yang
memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia pada tahap implementasi ini
berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan di
tentang oleh para pelaksana.
Pada tahap ini, kebijakan yang telah di jalankan akan di nilai atau di evaluasi
untuk melihat sejauh mana kebijakan yang di buat telah mampu memecahkan
masalah. Kebijakan publik pada dasarnya di buat untuk meraih dampak
masyarakat. Oleh karena itu, di tentukanlah ukuran – ukuran atau kriteria – kriteria
yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak
yang di inginkan12.
2. Psikologi Sosial
Perkataan Psikolgi berasal dari kata Yunani psycheyang berarti jwa dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan
mempelajari penghayatan serta tingkah laku manusia.
Pada definisi di atas terdapat kata penghayatan yang berarti sekumpulan gejala
jiwa yang bersangkut paut dan saling bertalian.Gejala – gejala itu terwujud
menanggapi, mengingat, memikir, merasa, menghendaki dan sebagainya.
Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa psikologi menyelidiki keseluruhan
penghayatan manusia serta tingkah lakunya.
Objek psikologi ialah manusia serta kegiatan – kegiatan dalam hubungan
dengan lingkungannya. Kegiatan tersebut di golongkan menjadi tiga, yaitu kegiatan
yang bersifat individual, sosial dan berketuhanan.
Psikologi Sosial merupakan bagian dari cabang psikologi khusus, berarti ilmu
ini secara teoritis mempelajari dan menerangkan kegiatan – kegiatan manusia dalam
hubungannya dengan situasi – situasi sosial. Situasi sosial adalah situasi tempat
terdapat interaksi (hubungan timbal balik) antar manusia atau antara manusia dengan
hasil kebudayaan.
Banyak definisi psikologi sosial dikemukakan oleh para ahli, namun disini
diambil salah satu di antaranya yaitu pendapat W.A Gerungan.Psikologi sosial ialah
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah
laku individu manusia seperti yang di pengaruhi atau di timbulkan oleh situasi – situasi
sosial.
Setiap ilmu pengetahuan mempunyai dua macam objek yaitu objek material
dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang di bicarakan, di pelajari dan di
selidiki oleh ilmu pengetahuan itu. Objek formal adalah objek yang di bicarakan khusus
oleh ilmu tertentu dan yang dapat membedakan ilmu pengetahuan yang satu dengan
yang lain. Jadi suatu ilmu pengetahuan dapat di bedakan dengan ilmu pengetahuan
yang lain karena objek formalnya berbeda. Manusia dapat menjadi objek material ilmu
Sosiologi, Psikologi sosial dan Ilmu hukum, tetapi objek formal sosiologi adalah
tingkah laku manusia dalam kelompok dan antar kelompok.
W.A Gerungan dalam bukunya Psychologi Sosial merumuskan interaksi sosial
sebagai suatu hubungan antara dua manusia atau lebih di mana kelakuan individu yang
yang membutuhkan interaksi sosial dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan hidupnya.
Interaksi sosial yang dimaksud disini ialah interaksi sosial individu manusia
bukan interaksi sosial hewan. Dalam pengertian ini yang menjadi titik tolak adalah
manusia sebagai individu yang berinteraksi karena dengan interaksi sosial itu manusia
mewujudkan sifat sosialnya.
Manusia senantiasa hidup dalam suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis
maupun spiritual. Di dalam lingkungan – lingkungan itu, sejak dilahirkan manusia
mengadakan hubungan timbal balik. Dalam hubungan timbal balik itu tentu terjadi
saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungannya. Faktor – faktornya ialah
sebagai berikut:
1. Lingkungan Keluarga
2. Lingkungan Sekolah
3. Lingkungan Kerja
4. Lingkungan Kelompok Masyarakat
Penyalahgunaan Narkoba adalah termasuk masalah psikologi sosial yang perlu
penanganan khusus dalam tingkah laku manusia.
Mengamati faktor bermacam – macam tingkah laku ialah berusaha mengetahui
hal – hal yang bisa menentukan terjadinya bermacam – macam tingkah laku.
Bermacam – macam tingkah laku inilah yang akan di bahas, oleh karena itu perlu
Menganalisis tingkah laku ialah mempelajari dengan mendalam sebab akibat
dari tingkah laku seseorang untuk memperkirakan kemungkinan – kemungkinan yang
dapat terjadi agar hal – hal yang tidak di inginkan dapat di cegah.
Untuk mendapatkan gambaran mengenai bermacam – macam tingkah laku ini,
kita perlu mengingat kembali definisi psikologi yang dikemukakan dimuka (psikologi
ialah ilmu yang mempelajari penghayatan dan tingkah laku manusia). Penghayatan
ialah kumpulan gejala psikis yang saling bersangkut paut. Gejala – gejala psikis ialah
pernyataan atau ungkapan segala yang terjadi di dalam diri manusia seperti tanggapan,
pengamatan, pemikiran, perasaan, kehendak, dan sebagainya.
G.W Allport di dalam bukunya yang berjudul personality mengartikan
kepribadian kepribadian sebagai kesatuan dinamis individu sebagai sistem psikologi
yang secara khas menentukan cara penyesuaian diri terhadap lingkungan.
R.S Woodworth, D.G Marquis dan I. Ruchimad dalam buku psychologi, suatu
pengantar kedalam ilmu jiwa, mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan kualitas
tingkah laku individu seperti tampak dalam cara dan corak berpikir, merasa dalam
sikap, minat dan cara bertindak serta dalam filsafat hidupnya.
Setiap orang yang berinteraksi sosial perlu mengetahui dan memahami
bermacam – macam tingkah laku karena semua orang hidup didalam masyarakat dan
tidak dapat lepas dari pergaulan. Agar kita tidak terisolasi atau terpencil di dalam
masyarakat, kita perlu mengetahui cara menyesuaikan diri dengan bermacam – macam
orang yang memiliki tingkah laku yang berbeda. Tetapi dalam menyesuaikan diri
tidak baik. Disinilah kita perlunya kepribadian yang baik dan kokoh sebagai pegangan
dan teladan bagi orang – orang yang tidak berkepribadian.
Masalah – masalah sosial ialah masalah yang timbul karena adanya kebutuhan
– kebutuhan sosial yang tidak atau belum terpenuhi. Masalah–masalah tersebut antara
lain kenakalan remaja, mencari pekerjaan. Untuk memecahkan masalah–masalah
sosial ini perlu diperhatikan hal – hal berikut:
Secara garis besar dapat di katakan bahwa persiapan mental yang di maksud
disini antara lain:
a. Memiliki mental yang sehat. Orang yang bermental sehat mempunyai beberapa ciri
seperti:
1. Berpandangan yang sehat terhadap kenyataan dan mempunyai
kecakapanmenyesuaikan diri terhadap segala kemungkinan dalam lingkungan.
2. Dapat mencapai kepuasaan pribadi, memiliki kesenangan tanpa merugikan orang
lain
3. Bijaksana dalam memecahkan persoalan
b. Memahami dan mengerti secara sadar bahwa kita sedang menghadapi persoalan
sehingga kita berusaha memecahkan atau mengatasinya.
c. Merumuskan secara teoritis langkah – langkah yang akan di tempuh dalam
memecahkan persoalan. Usaha melaksanakan langkah – langkah yang tepat
d. Jalan terakhir jika segala usaha ternyata gagal ialah mengakui realitas, menyerahkan
persoalan itu kepada kekendak tuhan, tidak berputus-asa atau frustasi.
3. Pendekatan – Pendekatan
Pemahaman akan teori – teori organisasi, memungkinkan kita dapat secara
lebih baik mempelajari bidang manajemen dan perilaku organisasional. Berikut ini
sebagai rangkuman akan di bahas pendekatan – pendekatan manajemen, yaitu
pendekatan – pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, sistem dan contingency
(situasional).
a. Pendekatan Proses
Pendekatan proses dalam manajeman juga di sebut pendekatan fungsional,
operasional, universal, tradisional atau klasik. Hendri Fayol adalah ahli yang paling
erat di hubungkan dengan proses klasik. Kemudian Fayol mengemukakan lima fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, koordinasi, dan
pengawasan. Para ahli proses lainnya mengidentifikasi fungsi – fungsi yang secara
esensial sama tetapi dengan nama sedikit berbeda. Sebagai contoh, Luther Gulick
menguraikan proses manajemen sebagai POSDCORB. Akronim ini berarti Perencaaan
(planning), Pengorganisasian (organizing), Penyusunan Personalia (staffing),
Pengarahan (directing), Pengkoordinasian (coordinating), Pelaporan (reporting), dan
Dalam bukunya yang berjudul The Elements of Administration, Lyndall Urwick
menyebutkan dua puluh sembilan prinsip, sedangkan Fayol mengemukakan empat
belas prinsip.Prinsip – prinsip ini dinyatakan kedua tokoh ini hampir mencakup semua
prinsip pendekatan klasik. Empat prinsip pendekatan proses klasik yang penting adalah
: 1) kesatuan perintah, 2) persamaan wewenang dan tanggung jawab, 3) rentang kendali
yang terbatas, dan 4) delegasi pekerjaan – pekerjaan rutin.
b. Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan keperilakuan (behavior approach) muncul karena ketidakpuasan
terhadap pendekatan klasik. Pendekatan ini sering disebut pendekatan hubungan
manusiawi (human relation approach), mengemukakan bahwa pendekatan klasik tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja, karena
mengabaikan faktor perilaku masing – masing individu yang berbeda – beda dalam
organisasi.
Pendekatan hubungan manusiawi, dalam usahanya melengkapi pendekatan
klasik, banyak menggunakan pandangan sosiologi dan psikologi. Oleh karena itu, pusat
bahas pendekatan ini adalah perhatian terhadap para karyawan secara individu dan
kelompok kerja.
c. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif (quantitative approach) sering dinyatakan dengan istilah
memandang manajemen dari perspektif model – model matematis dan proses – proses
kuantitatif.
Menurut pendekatan kuantitatif, masalah – masalah manajemen dapat
dirumuskan dan dijabarkan dalam berbagai bentuk model matematis dan kemudian
dianalisis serta dipecahkan dengan menggunakan berbagai teknik atau metode
kuantitatif untuk memperoleh hasil optimum. Penggunaan teknik – teknik kuantitatif
untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti banyak berguna
dalam praktek manajemen, seperti dalam penyusunan anggaran, sceduling produksi,
penentuan tingkat persediaan yang optimal, pemilihan lokasi dan sebagainya.
d. Pendekatan Sistem
Pendekatan ini memberikan kepada manajemen cara memandang organisasi
sebagai keseluruhan dan sebagai bagian lingkungan eksternal yang lebih luas.
Organisasi di pandang sebagai sistem terbuka dan pada hakekatnya merupakan proses
transformasi berbagai masukan yang menghasilkan berbagai keluaran.
Sebagai suatu pendekatan dalam manajemen, sistem – sistem mencakup baik
sistem umum dan terspesialisasi maupun anlisis terbuka dan tertutup. Analisis berbagai
sistem manajemen khusus meliputi bidang – bidang seperti struktur organisasi, desain
pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme – mekanisme perencanaan dan
Pendekatan sistem tertutup ini memusatkan pada hubungan – hubungan dan
konsistensi internal yang dicerminkan oleh prinsip – prinsip seperti kesatuan perintah,
rentang kendali dan persamaan wewenang dan tanggung jawab.Pendekatan sistem
tertutup mengabaikan pengaruh – pengaruh lingkungan.
e. Pendekatan Contingency (situasional)
Pendekatan contingency muncul karena ketidakpuasan atas anggapan
keuniversalan dan kebutuhan untuk memasukkan berbagai variabel lingkungan ke
dalam teori dan praktek manajemen.
Pendekatan contingency menggunakan hubungan – hubungan fungsional
menunjukan variabel – variabel lingkungan dan terdiri atas konsep – konsep dan teknik
– teknik manajemen yang mengarahkan kepencapaian tujuan organisasi. Ada tiga
komponen pokok dalam kerangka konsepsual untuk pendekatan contingency
:lingkungan, konsep – konsep dan teknik – teknik manajemen dan hubungan
kontingensi antara keduanya13.
4. Pengertian Narkoba
Berdasarkan undang – undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkoba, pasal 1
angka 1 pengertian Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik
sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang di bedakan ke dalam golongan – golongan
sebagaimana terlampir dalam undang – undang ini.
Dalam undang – undang No 35 tahun 2009, narkoba di golongkan dalam tiga
golongan:
1. Narkoba golongan I
Narkoba ini hanya dapat di gunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak di
gunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
2. Narkoba golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat di
gunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
3. Narkoba golongan III
Berkhasiat untuk pengobatan dan banyak di gunakan dalam terapi atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan14.
5. Definisi konseptual
Yang dimaksud dengan definisi konseptual adalah bahwa dalam tahapan ini
berusaha untuk dapat menjelaskan mengenai pembatasan suatu konsep dengan yang
lainnya yang merupakan suatu abstraksi dari hal – hal yang diamati agar tidak terjadi
kesalahpahaman. Dengan demikian definisi konsepsional adalah definisi yang
menggambarkan suatu abstraksi dari hal – hal yang perlu diamati.
1. Kebijakan Publik
kebijakan publik sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan
tujuan-tujuan tertentu dan praktik-praktik tertentu.
2. Psikologi Sosial
Psikologi sosial ialah ilmu jiwa atau ilmu yang menyelidiki dan mempelajari
penghayatan serta tingkah laku manusia.
Dalam mempelajari ilmu tentang psikologi sosial ada beberapa hal yang perlu
di amati. Hal ini sangat berguna untuk mengamati suatu prilaku yang dilakukan dan
cara menyelesaikan suatu masalah yang di akibatkan dari psikologi sosial seseorang
atau perilaku seseorang, yaitu:
a. Interaksi Sosial
b. Pengaruh Lingkungan Dan Individu Terhadap Perkembangan Sosial
c. Identifikasi Tingkah Laku Manusia Terhadap Masalah – Masalah Sosial Dan
3. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika digolongkan kedalam tiga golongan:
1. Narkotika golongan I
2. Narkotika golongan II
3. Narkotika golongan II
6. Definisi Operasional
Pengertian definisi operasional menurut Koentjaraningrat adalah suatu usaha
mengubah konsep yang berupa konstrak dengan kata – kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat di uji dan di tentukan kebenarannya oleh orang lain15.
Peneliti akan melakukan penelitian tentang kebijakan BNNK (badan narkotika
nasional kabupaten) sleman bagaimana mereka membuat kebijakan untuk mengurangi
kasus narkoba yang ada dikabupaten sleman. Target dari penelitian ini sendiri untuk
mengetahui angka kasus narkoba dan kebijakan apa saja yang telah dilakukan untuk
menangani pengguna narkoba di kabupaten sleman.
Dalam kasus Narkoba itu sendiri ada beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang menggunakan narkoba seperti faktor lingkungan, faktor diri sendiri dan
adanya Narkoba di sekitar kita. Penyebab seseorang menggunakan Narkoba dari segi
lingkungan yakni karena lingkungan sekolah, pergaulan dan keluarga yang
mengkonsumsi Narkoba, dari segi diri sendiri yakni keinginan yang ada dalam diri
yang biasanya di mulai dengan mencoba yang kemudian menjadikan seseorang jadi
pemakai Narkoba, dan adanya Narkoba di sekitar kita yang di maksud di sini adalah
daerah atau lingkungan sosial kita banyak yang mengkonsumsi Narkoba yang
menyebabkan seseorang ingin mengkonsumsinya.
Dalam Teori modern diberlakukan pendekatan
a. Pendekatan Proses
Pendekatan proses dalam manajeman juga di sebut pendekatan fungsional,
operasional, universal, tradisional atau klasik.
b. Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan ini sering disebut pendekatan hubungan manusiawi (human relation
approach).
Penggunaan teknik – teknik kuantitatif untuk pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan telah terbukti banyak berguna dalam praktek manajemen, seperti
dalam penyusunan anggaran, sceduling produksi, penentuan tingkat persediaan yang
optimal, pemilihan lokasi dan sebagainya.
d. Pendekatan Sistem
Sebagai suatu pendekatan dalam manajemen, sistem – sistem mencakup baik
sistem umum dan terspesialisasi maupun anlisis terbuka dan tertutup. Analisis berbagai
sistem manajemen khusus meliputi bidang – bidang seperti struktur organisasi, desain
pekerjaan, akuntansi, sistem informasi dan mekanisme – mekanisme perencanaan dan
pengawasan.
e. Pendekatan Contingency
Pendekatan contingency muncul karena ketidakpuasan atas anggapan
keuniversalan dan kebutuhan untuk memasukkan berbagai variabel lingkungan ke
dalam teori dan praktek manajemen.
Pendekatan contingency menggunakan hubungan – hubungan fungsional
menunjukan variabel – variabel lingkungan dan terdiri atas konsep – konsep dan teknik
– teknik manajemen yang mengarahkan kepencapaian tujuan organisasi. Ada tiga
lingkungan, konsep – konsep dan teknik – teknik manajemen dan hubungan
kontingensi antara keduanya.
Untuk lebih jelasnya definisi konsep penulis operasionalkan sebagai berikut:
Tabel 1.2
Definisi Konsep Dan Operasional
No Definisi konsep Definisi operasional Instrumen Wawancara
1 Psikologi social 1.Pengaruh Lingkungan
2. Tingkah Laku
2 Mengantisipasi dan
Metode penelitian merupakan cara untuk melaksanakan taraf pengetahuan
ilmiah yang menyimpulkan fakta – fakta atau prinsip – prinsip untuk mencapai
kepastian mengenai suatu masalah.
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan, menggambarkan secara
sistematis faktual dan aktual mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki16.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di BNNK (badan narkotika nasional kabupaten
sleman). Hal ini dilakukan karena dari data yang diperoleh kalau kasus narkoba di
kabupaten sleman dari tahun ketahun menurun dibandingkan kabupaten lain yang ada
di provinsi DI. Yogyakarta
3. Unit analisis
Unit analisis diartikan sebagai obyek nyata yang akan diteliti, sesuai dengan
permasalahan yang ada dan pokok pembahasan masalah dalam penelitian ini maka
peneliti akan melakukan penelitian pada BNNK sleman. Yang merupakan pihak yang
paling relevan dan tepat dengan pembahasan untuk dijadikan sumber data yang
diperlukan dalam menyusun penelitian ini.
4. Data yang dibutuhkan
Ada dua data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara
dengan sumber data dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Badan
Narkotika Nasional kabupaten (BNNK) sleman.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari penelitian yang dilakukan dan
berupa informasi – informasi, dokumen, arsip, buku, dan dokumen lainya yang
berkaitan dengan kabijakan penanganan pengguna narkoba di kabupaten sleman.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Interview merupakan salah satu cara mengumpulkan data dengan tanya jawab
Interview dilakukan kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman
(BNNK sleman) yaitu Kepala Drs. Kuntadi, M.Si, Seksi Umum Dra Giyarni, Seksi
Rehabilitasi dr. Sekar Larasati, Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat
Laminem, SH.
b. Dokumentasi
Dalam teknik ini, peneliti berusaha mengumpulkan data yang berasal dari buku
– buku, arsip – arsip, agenda, catatan – catatan maupun media online lainnya yang
relevan dengan permasalahan penelitian. Dokumentasi tersebut berasal dari
perpustakaan, instansi tempat penelitian dan dari berbagai literatulnya.
Peneliti akan melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi yang ada di
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman (BNNK Sleman) selaku institusi yang
menjadi target penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis data. Data yang
diperoleh melalui wawancara kepada Badan Narkotika Nasional Kabuopaten Sleman
(BNNK Sleman) dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Badan
Narkotika Nasional Kabupaten Sleman (BNNK Sleman) dideskritifkan secara
menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah sumber data utama yang
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara dengan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten Sleman (BNNK Sleman). Setelah melakukan wawancara,
selanjutnya peneliti membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data
yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.
Penelitian deskriptif harus memiliki kredibilitas sehingga dapat dipertanggung
BAB II
PROFIL DAERAH KABUPATEN SLEMAN & BADAN
NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN SLEMAN
A. Profil Daerah Kabupaten Sleman
1.
Letak dan Luas Wilayaha. Letak Wilayah
Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110° 33 00 dan 110°
13 00 Bujur Timur, 7° 34 51 dan 7° 47 30 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten
Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi
D.I.Yogyakarta.
b. Luas Wilayah
Luas Wilayah Kabupaten Sleman adalah 57.482 Ha atau 574,82 Km2 atau sekitar 18%
dari luas Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta 3.185,80 Km2, dengan jarak terjauh
Utara – Selatan 32 Km,Timur – Barat 35 Km. Secara administratif terdiri 17 wilayah
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman
No Kecamatan
Banyaknya
Luas
(Ha)
Jml
Penduduk Kepadatan
Desa Dusun (jiwa) (Km2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Moyudan 4 65 2.762 33.595 1,216
2 Godean 7 57 2.684 57.245 2,133
3 Minggir 5 68 2.727 34.562 1,267
4 Gamping 5 59 2.925 65.789 2,249
5 Seyegan 5 67 2.663 42.151 1,583
6 Sleman 5 83 3.132 55.549 1,774
7 Ngaglik 6 87 3.852 65.927 1,712
8 Mlati 5 74 2.852 67.037 2,351
9 Tempel 8 98 3.249 46.386 1,428
10 Turi 4 54 4.309 32.544 0,755
11 Prambanan 6 68 4.135 44.003 1,064
13 Berbah 4 58 2.299 40.226 1,750
14 Ngemplak 5 82 3.571 44.382 1,243
15 Pakem 5 61 4.384 30.713 0,701
16 Depok 3 58 3.555 109.092 3,069
17 Cangkringan 5 73 4.799 26.354 0,549
Jumlah 86 1.212 57.482 850.176 1,479
Gambar 2.1
2. Karakteristik Wilayah
Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten Sleman
terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu :
a. Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang menghubungkan
kota Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan (ringbelt) sampai dengan
puncak gunung Merapi. Wilayah ini merupakan sumber daya air dan
ekowisata yang berorientasi pada kegiatan gunung Merapi dan
ekosistemnya.
b. Kawasan Timur yang meliputi Kecamatan Prambanan, sebagian
Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Wilayah ini merupakan tempat
peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya dan
daerah lahan kering serta sumber bahan batu putih.
c. Wilayah Tengah yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi
Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping.
Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.
d. Wilayah Barat meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan
Moyudan merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air
dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu serta
gerabah.
Berdasar jalur lintas antar daerah, kondisi wilayah Kabupaten Sleman dilewati
dengan kota pelabuhan (Semarang, Surabaya, Jakarta). Jalur ini melewati wilayah
Kecamatan Prambanan, Kalasan, Depok, Mlati, dan Gamping. Selain itu, wilayah
Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping juga dilalui jalan lingkar yang merupakan jalan
arteri primer. Untuk wilayah-wilayah kecamatan merupakan wilayah yang cepat
berkembang, yaitu dari pertanian menjadi industri, perdagangan dan jasa.
Berdasarkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Sleman merupakan
wilayah hulu kota Yogyakarta. Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat,
dapat dibedakan fungsi kota sebagai berikut :
a. Wilayah aglomerasi (perkembangan kota dalam kawasan tertentu). Karena
perkembangan kota Yogyakarta, maka kota-kota yang berbatasan dengan
kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Depok, Gamping serta sebagian wilayah
Kecamatan Ngaglik dan Mlati merupakan wilayah aglomerasi kota
Yogyakarta.
b. Wilayah sub urban (wilayah perbatasan antar desa dan kota). Kota
Kecamatan Godean, Sleman, dan Ngaglik terletak agak jauh dari kota
Yogyakarta dan berkembang menjadi tujuan/arah kegiatan masyarakat di
wilayah Kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan dan
merupakan wilayah sub urban.
c. Wilayah fungsi khusus / wilayah penyangga (buffer zone). Kota Kecamatan
wilayah sekitarnya dan merupakan pendukung dan batas perkembangan
kota ditinjau dari kota Yogyakarta.
3. Wilayah Administratif
Secara administratif Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan, yang memiliki
86 desa dan 1212 dusun. Wilayahnya berbatasan dengan semua kabupaten yang ada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga Propinsi Jawa Tengah1.
4. Data Ketenagakerjaan Kabupaten Sleman
Tabel 2.2
Penduduk dan Angkatan Kerja
No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013
1 Jumlah penduduk
Laki – laki 484.952 481.491 499.344 563.111 531.678
Perempuan 477.574 487.314 505.197 569.888 527.705
Jumlah 962.526 988.805 1.004.541 1.132.999 1.059.383
2 Jumlah angkatan kerja
Laki – laki 278.625 275.792 285.813 305.257 296.008
Perempuan 211.850 226.476 239.513 255.119 245.913
Jumlah 490.475 502.268 524.326 560.376 541.921
3 Angkatan kerja
Bekerja
Laki – laki 256.893 254.413 264.670 286.384 278.474
Perempuan 192.785 206.595 219.735 236.238 228.388
Jumlah 449.678 461.008 484.405 522.622 506.862
4 Tidak bekerja
Laki – laki 21.732 21.379 20.143 18.873 17.534
Perempuan 19.065 19.881 19.778 18.881 17.525
Jumlah 40.797 41.260 39.921 37.754 35.059
Sumber data: UPDATING DATA KETENAGAKERJAAN TAHUN 2009 – 2013.2
5. Data Kehidupan Sosial Kabupaten Sleman
Tabel 2.3
Data PMKS Kabupaten Sleman
No Jenis PMKS 2009 2010 2011 2012 2013
1 Anak balita terlantar 1.988 1.582 938 769 585
2 Anak terlantar 4.854 9.453 7.827 7.561 6.455
2http://nakersos.slemankab.go.id/page/75/data-ketenagakerjaan-2009-2013.aspx (09 juni
3 Anak dengan
disabilitas
917
4 Anak nakal 70 180 133
5 Anak berhadapan
hukum
64
6 Anak jalanan 68 50 19 91 19
7 Anak dengan
kekerasan
939 939
8 Anak memerlukan
perlingdungan
khusus
97 97
9 Korban tindak
kekerasan (dewasa
dan LU)
105 1.568 1.104 735 890
10 Lanjut usia terlantar 3.741 5.647 5.536 6.017 6.245
11 Penyandang cacat 8.676 8.662 8.256 7.232 6.268
12 Tuna susila 31 22 23 24 8
13 Pengemis 47 42 26 31 25
14 Gelandangan 13 58 54 54 41
15 Pemulung 4 8
17 Pekerja migran
bermasalah sosial
283 247 105 123
18 Wanita rawan sosial
ekonomi
2.309 2.768 2.403 2.512 2.466
19 Rumah tak layak
huni
4.662 4.787 5.075 4.533 4.211
20 Keluarga bermasalah
sosial psikologi
1.007 1.026 1.166 1.016 1.009
21 Keluarga fakir
miskin
5.109 5.109 76.356 60.485
22 Fakir
miskin/keluarga
miskin
15.975 15.975
23 Rentan miskin 16.332 16.332
24 Korban bencana
alam
20 101 1.545 275
25 Korban bencana
sosial
2 4 56
26 ODHA (Orang
dengan HIV AIDS)
27 Bekas warga binaan
lembaga
kemasyarakatan
1.442 1.182 1.286 1.353
Sumber: PEMUTAKHIRAN DATA PMKS DINAS SOSIAL DIY Tahun 20133
B. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman
1. Dasar Keberadaan Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman terletak di daerah perkantoran
Pemerintah Kabupaten Sleman tepatnya di Jalan Candisari No. 14, Beran Tridadi
Sleman Yogyakarta. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman di bentuk
berdasarkan:
a. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062).
b. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan
Narkotika Nasional.
c. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor : PER / 03 / V / 2015 /
BNN tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi
Dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota
3http://nakersos.slemankab.go.id/page/76/data-bidang-sosial-2009-2013.aspx (09juni 2016.
2. Visi Misi Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman juga memiliki Visi dan Misi
untuk menjadi acuan dalam melaksanakan tugasnya:
a. Visi
“ Mewujudkan masyarakat Sleman bebas dari penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba dalam rangka mendukung terciptanya Sumber
Daya Manusia yang berkualitas dan kompetitif di segala bidang ”
b. Misi
“ Menyatukan dan Mengerakkan segenap potensi masyarakat Kabupaten
Sleman dalam Upaya Pencegahan, Rehabilitasi dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba “
3. Tugas Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman
Sesuai Perka BNN No 3 Tahun 2015 Bab II Bagian Kesatu Pasal 23 dan 24
tentang tugas Badan Narkotika Nasional Kabupaten/kota sebagai berikut:
Pasal 23
BNN Kabupaten mempunyai tugas melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang
BNN dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
BNNK/Kota menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan di bidang P4GN dalam wilayahKabupaten/Kota;
b. pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pencegahan, pemberdayaan
masyarakat, rehabilitasi dan pemberantasandalam wilayah
Kabupaten/Kota;
c. pelaksanaan layanan hukum dan kerja sama dalam
wilayahKabupaten/Kota;
d. pelaksanaan koordinasi dan kerja sama P4GN denganinstansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat dalamwilayah Kabupaten/Kota;
e. pelayanan administrasi BNNK/Kota; dan
f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan BNNK/Kota.
4. Susunan Organisasi dan Tugasnya Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sleman
Susunan Organisasi dan Tugasnya Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Sleman sesuai dengan Perka BNN No 3 tahun 2015 Bab II Bagian Kedua Pasal 25, 26,
a. Susunan Organisasi
BNNK/Kota terdiri atas:
1. Kepala;
2. Subbagian Umum;
3. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat;
4. Seksi Rehabilitasi; dan
5. Seksi Pemberantasan.
b. Tugas Susunan Organisasi
Kepala BNNK/Kota mempunyai tugas :
1. Memimpin BNNK/Kota dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan wewenang
BNN dalam wilayah Kabupaten/Kota; dan
2. Mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan kerja sama P4GN
dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam
wilayah Kabupaten/Kota.
Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran, pengelolaan sarana
prasarana dan urusan rumah tangga, pengelolaan data informasi P4GN, layanan
hukum dan kerja sama, urusan tata persuratan, kepegawaian, keuangan,
kearsipan, dokumentasi, hubungan masyarakat, dan penyusunanevaluasi dan
Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana
strategis dan rencana kerja tahunan P4GN, kebijakan teknis P4GN, diseminasi
informasi dan advokasi, pemberdayaan alternatif dan peran serta masyarakat,
dan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan pemberdayaan
masyarakat dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan, kebijakan
teknis P4GN, asesmen penyalah guna dan/atau pecandu narkotika, peningkatan
kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial penyalah guna
dan/atau pecandu narkotika baik yang diselenggarakan pemerintah maupun
masyarakat, peningkatan kemampuan layanan pasca rehabilitasi dan
pendampingan, penyatuan kembali ke dalam masyarakat, dan evaluasi dan
pelaporan di bidang rehabilitasi dalam wilayah Kabupaten/Kota.
Seksi Pemberantasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan, kebijakan teknis P4GN, administrasi penyelidikan dan penyidikan
terhadap tindak pidana narkotika, pengawasan distribusi prekursor sampai pada
pengguna akhir, dan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberantasan dalam
5. Standar Operasional Prosedur Penanganan Pengguna Narkoba
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional nomor 11 tahun 2014 tentang tata
cara penanganan tersangka atau terdakwa pecandu narkotika dan korban
penyalahgunaan narkotika ke dalam lembaga rehabilitasi.
a. Prosedur Kerja Tim Asesmen Terpadu
Pasal 14
1. Permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (3) diajukan oleh
penyidik paling lama 1 x 24 jam setelah penangkapan.
2. Tim asesmen terpadu melakukan asesmen setelah menerima permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Tim asesmen terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melaksanakan
tugasnya dan memberikan rekomendasi hasil asesmen dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) hari kepada penyidik untuk dilaporkan secara tertulis
kepada pengadilan negeri setempat.
Pasal 15
1. Asesmen sebagaimana di maksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Wawancara, tentang riwayat kesehatan, riwayat penggunaan narkotika,
riwayat pengobatan dan perawatan, riwayat psikiatris, serta riwayat
keluarga dan sosial tersangka atau terdakwa.
b. Observasi atas perilaku tersangka