RANCANG BANGUN APLIKASI PENANGANAN BERKAS
PERKARA DI POLRES JEMBER
TUGAS AKHIR
Program Studi S1 Sistem Informasi
Oleh:
DWI YUNIAR PRADOKO 09.41010.0175
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 9
2.2 Pelayanan Publik ... 9
2.3 Pelayanan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana ... 14
2.4 Berkas Perkara ... 14
2.5 Penyidik ... 14
2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 15
2.7 Aplikasi ... 16
xi
Halaman
2.9 Data dan Basis Data ... 21
2.10 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 22
2.11 Database Management System (DBMS) ... 22
2.12 Data Flow Diagram ... 25
2.13 Web ... 26
2.14 PHP ... 27
2.15 MySQL ... 28
2.16 Unit Testing ... 29
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 30
3.1 Analisis Sistem... 30
3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan ... 30
3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna ... 39
3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem ... 41
3.2 Perancangan Sistem ... 78
3.2.1 Merancang Sistem yang Direkomendasikan ... 78
3.2.2 Merancang Uji Coba Fungsional ... 89
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 99
4.1 Implementasi ... 99
4.1.1 Kebutuhan Aplikasi ... 99
4.1.2 Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak ... 101
4.2 Evaluasi ... 115
4.2.1 Menguji dan Mempertahankan Sistem ... 116
xii
Halaman
BAB V PENUTUP ... 145
5.1 Kesimpulan ... 145
5.2 Saran ... 145
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah ... 38
Tabel 3.2 Anggota ... 73
Tabel 3.3 Laporan Polisi ... 74
Tabel 3.4 Berkas Perkara ... 74
Tabel 3.5 Saksi ... 75
Tabel 3.6 Terlapor ... 75
Tabel 3.7 Pusinafis ... 76
Tabel 3.8 Catatan kriminal ... 77
Tabel 3.9 SKCK ... 77
Tabel 3.10 Data Anggota ... 90
Tabel 3.11 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 90
Tabel 3.12 Rancangan Uji Coba Halaman Login... 91
Tabel 3.13 Data Laporan Polisi ... 91
Tabel 3.14 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 92
Tabel 3.15 Rancangan Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 93
Tabel 3.16 Data Berkas Perkara ... 94
Tabel 3.17 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 94
Tabel 3.18 Data PUSINAFIS ... 95
Tabel 3.19 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 96
Tabel 3.20 Data SKCK ... 97
Tabel 3.21 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 97
xiv
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 116
Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118
Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 120
Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 124
Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 127
Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 131
Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 134
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 17
Gambar 2.2 Hirarki Data ... 22
Gambar 2.3 Sistem Basis Data ... 23
Gambar 2.4 Komponen DFD Menurut Yourdan dan DeMarco ………... 25
Gambar 2.5 Komponen DFD Menurut Gene dan Serson ... 26
Gambar 3.1 Document Flow Pengaduan Masyarakat ... 31
Gambar 3.2 Document Flow Pengaduan Masyarakat (lanjutan) ... 32
Gambar 3.3 Document Flow Identifikasi Sidik Jari ... 34
Gambar 3.4 Document Flow Pembuatan SKCK ... 36
Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK ... 37
Gambar 3.6 Diagram Blok Aplikasi Penanganan Berkas Perkara ... 41
Gambar 3.7 System Flow untuk Mengecek Keabsahan Pengguna ... 46
Gambar 3.8 System Flow untuk Pendaftaran Pengguna ... 47
Gambar 3.9 System Flow untuk Mengelola Data Pengguna ... 48
Gambar 3.10 System Flow untuk Mengelola LP ... 49
Gambar 3.11 System Flow untuk Pemilihan Penyidik ... 50
Gambar 3.12 System Flow untuk Mengelola Berkas Perkara ... 51
Gambar 3.13 System Flow untuk Mengelola PUSINAFIS ... 53
Gambar 3.14 System Flow untuk Menambah Catatan Kriminal ... 54
Gambar 3.15 System Flow untuk Penerbitan SKCK ... 55
Gambar 3.16 System Flow untuk Melihat Laporan SKCK ... 56
xvi
Halaman
Gambar 3.18 Diagram Jenjang Aplikasi Penanganan Berkas Perkara Di
Polres Jember ... 59
Gambar 3.19 DFD Level Context ... 61
Gambar 3.20 DFD Level 0 ... 62
Gambar 3.21 DFD Level 1 Melakukan Register, Login, dan Mengelola Data Pengguna …….. ... 63
Gambar 3.22 DFD Level 2 Melakukan Register untuk Pengguna ... 63
Gambar 3.23 DFD Level 2 Melakukan Login untuk Pengguna ... 64
Gambar 3.24 DFD Level 2 Mengelola Data Pengguna ... 65
Gambar 3.25 DFD Level 1 Mengelola LP ... 66
Gambar 3.26 DFD Level 1 Memilih penyidik ... 66
Gambar 3.27 DFD Level 1 Mengelola berkas perkara ... 67
Gambar 3.28 DFD Level 1 Mengelola PUSINAFIS ... 67
Gambar 3.29 DFD Level 1 Menambah catatan kriminal ... 68
Gambar 3.30 DFD Level 1 Mengelola SKCK ... 69
Gambar 3.31 DFD Level 1 Menampilkan laporan... 69
Gambar 3.32 DFD Level 2 Menampilkan laporan kriminalitas ... 70
Gambar 3.33 DFD Level 2 Menampilkan laporan SKCK ... 70
Gambar 3.34 CDM ... 71
Gambar 3.35 PDM ... 72
Gambar 3.36 Desain Interface - Tampilan Halaman Login ... 79
Gambar 3.37 Desain Interface – Halaman Mengelola DataPengguna ... 80
Gambar 3.38 Desain Interface– Halaman Tambah Laporan Polisi ... 80
xvii
Halaman
Gambar 3.40 Desain Interface– Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 81
Gambar 3.41 Desain Interface– Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 82
Gambar 3.42 Desain Interface– Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 83
Gambar 3.43 Desain Interface– Halaman Mengelola Data SKCK ... 84
Gambar 3.44 Desain Keluaran – Laporan Polisi ... 85
Gambar 3.45 Desain Keluaran – Tanda Bukti Lapor ... 86
Gambar 3.46 Desain Keluaran – Laporan Kriminalitas ... 87
Gambar 3.47 Desain Keluaran – Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 88
Gambar 3.48 Desain Keluaran – Laporan SKCK Yang Diterbitkan ... 89
Gambar 3.49 Desain Keluaran – Dokumen Berkas Perkara ... 89
Gambar 4.1 Tampilan Halaman Login ... 102
Gambar 4.2 Tampilan Halaman Administrator ... 102
Gambar 4.3 Tampilan Halaman SPKT ... 102
Gambar 4.4 Tampilan Halaman Kasat ... 103
Gambar 4.5 Tampilan Halaman Penyidik ... 103
Gambar 4.6 Tampilan Halaman Unit Identifikasi ... 103
Gambar 4.7 Tampilan Halaman Unit SKCK ... 104
Gambar 4.8 Tampilan HalamanMengelola Data Pengguna ... 105
Gambar 4.9 Tampilan Halaman Tambah dan Ubah Data Pengguna ... 105
Gambar 4.10 Tampilan Halaman Tambah Laporan Polisi... 106
Gambar 4.11 Tampilan Halaman Cetak Laporan Polisi ... 107
Gambar 4.12 Tampilan Halaman Cetak Bukti Lapor ... 108
xviii
Halaman
Gambar 4.14 Tampilan Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 109
Gambar 4.15 Tampilan Halaman Tambah Berkas Perkara ... 110
Gambar 4.16 Tampilan Halaman Dokumen Berkas Perkara ... 110
Gambar 4.17 Tampilan Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 111
Gambar 4.18 Tampilan Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 112
Gambar 4.19 Tampilan Halaman Mengelola Data SKCK ... 113
Gambar 4.20 Tampilan Halaman Mencetak Laporan SKCK ... 113
Gambar 4.21 Tampilan Halaman Mencetak SKCK ... 114
Gambar 4.22 Tampilan Halaman Laporan Kriminalitas ... 115
Gambar 4.23 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota... 117
Gambar 4.24 Hasil Uji Coba Data Anggota Tersimpan ... 117
Gambar 4.25 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118
Gambar 4.26 Hasil Uji Coba Username dan Password Valid ... 119
Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Username dan Password TidakValid ... 119
Gambar 4.28 Hasil Uji Coba Menu Tambah Laporan Polisi ... 121
Gambar 4.29 Hasil Uji Coba Nomor LP Otomatis ... 121
Gambar 4.30 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 121
Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan Polisi ... 122
Gambar 4.32 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Bukti Lapor ... 123
Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Menu Pilih Penyidik ... 125
Gambar 4.34 Hasil Uji Coba Daftar Penyidik Dengan Status Aktif ... 125
Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 125
xix
Halaman
Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Menu Kasus Sedang Ditangani ... 126
Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Menu Daftar Semua Kasus ... 127
Gambar 4.39 Hasil Uji CobaDaftar Kasus Yang Sedang Ditangani ... 129
Gambar 4.40 Hasil Uji Coba Pencarian Laporan Polisi Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 129 ...
Gambar 4.41 Hasil Uji Coba Halaman Ubah Laporan Polisi ... 129
Gambar 4.42 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Berkas Perkara ... 130
Gambar 4.43 Hasil Uji Coba Data Tersimpan ... 130
Gambar 4.44 Hasil Uji Coba Daftar Semua Kasus ... 130
Gambar 4.45 Hasil Uji Coba Halaman Daftar PUSINAFIS ... 132
Gambar 4.46 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 132 ...
Gambar 4.47 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 133
Gambar 4.48 Hasil Uji Coba Halaman Ubah PUSINAFIS ... 133
Gambar 4.49 Hasil Uji Coba Data PUSINAFIS Tersimpan ... 133
Gambar 4.50 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Catatan Kriminal ... 134
Gambar 4.51 Hasil Uji Coba Halaman Daftar SKCK... 136
Gambar 4.52 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 136 ...
Gambar 4.53 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 137
Gambar 4.54 Hasil Uji Coba Nomor SKCK Otomatis ... 137
Gambar 4.55 Hasil Uji Coba Data SKCK Tersimpan... 137
Gambar 4.56 Hasil Uji Coba Halaman Cetak SKCK ... 138
Gambar 4.57 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan SKCK ... 139
xx
Halaman
Gambar 4.59 Hasil Uji Coba Filter Laporan Kriminalitas ... 140
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Administrator ... 150
Lampiran 2 Kuesioner Uji Coba SPKT ... 151
Lampiran 3 Kuesioner Uji Coba Kasat ... 153
Lampiran 4 Kuesioner Uji Coba Penyidik ... 154
Lampiran 5 Kuesioner Uji Coba Unit Identifikasi ... 155
Lampiran 6 Kuesioner Uji Coba SKCK ... 156
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang
ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan bidang medis. Salah satu bidang yang juga
terambah adalah bidang yang bergerak pada pelayanan masyarakat, bidang yang
melayani semua lapisan masyarakat, dan dikelola oleh badan milik pemerintah.
Salah satu badan pemerintah yang melayani pelayanan masyarakat ini adalah
Kepolisian.
Kepolisian Resort (Polres) Jember adalah struktur komando Polri di
kabupaten/kota Jember. Berdasarkan Peraturan No 23 Tahun 2010/Bab 2/Paragraf
2/Pasal 5 berbunyi;
“Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam
rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan
melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.”
Namun yang paling ditekankan dalam hal ini adalah pada pasal ke 6 A
yang berbunyi;
“Pemberian pelayanan kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan Polri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Terkait dengan pelayanan publik, Polres Jember tidak terlepas dari
2
(SKCK). Pada saat ini di Polres Jember penanganan berkas perkara dan penerbitan
SKCK dilakukan secara manual. Proses penanganan berkas perkara dimulai dari
diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian Sentra Pelayanan Kepolisian
Terpadu (SPKT). SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada
masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama
laporan/pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan kepolisian, bersama fungsi
terkait mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
SPKT terdiri dari 3 (tiga) unit dan disusun berdasarkan pembagian waktu (ploeg).
Masing-masing Unit SPKT dipimpin oleh Kepala SPKT dan dibantu oleh 3 (tiga)
Kepala unit dan 12 (duabelas) Bagian unit. Pembagian waktu piket SPKT
dilaksanakan selama 12 jam mulai pukul 08.00 – 20.00 dan pukul 20.00 – 08.00.
Setelah diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian SPKT, lalu
dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan diregistrasi pada buku register B-1, setelah itu
Laporan Polisi diserahkan kepada Kepala Satuan (Kasat) guna penunjukan
penyidik. Penyerahan Laporan Polisi kepada Kasat hanya dilakukan pada pukul
08.00. Setelah Laporan Polisi diterima oleh penyidik akan dilakukan proses
penyidikan dan melengkapi administrasi penyidikan sampai berkas perkara
diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU). Penyidik yang ditempatkan pada
Unit Resum adalah 10 (sepuluh) petugas.
Adapun permasalahan yang terjadi antara lain, setiap harinya terdapat 5
(lima) pengaduan masyarakat atau Laporan Polisi yang masuk. Setiap Laporan
Polisi yang masuk, SPKT mendistribusikan kepada Kasat secara manual.
langsung akan menimbulkan resiko keterlambatan penyampaian. Di bagian Kasat,
selama ini melakukan penunjukan penyidik dengan cara manual, sehingga Kasat
tidak dapat mengetahui beban perkara yang ditangani penyidik dan juga tidak
dapat melakukan pemantauan secara langsung penanganan perkara yang ditangani
oleh masing-masing penyidik, biasanya penyidik bisa mengulur waktu untuk
segera melengkapi administrasi penyidikan, sehingga penanganan kasus menjadi
semakin lama.
Pada penerbitan SKCK, setiap harinya terdapat 82 (delapan puluh dua)
SKCK yang diterbitkan yang dilayani oleh 3 (tiga) petugas. Permasalahan yang
terjadi terletak pada proses penyimpanan (rekaman/pencatatan dan pengarsipan).
Selama ini proses penyimpanan data pemohon SKCK dan data pelaku kriminal
masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus.
Sehingga untuk menghasilkan laporan masih kurang efisien. Petugas harus
mengecek, memilah, dan mengelompokkan data kriminal satu per-satu sesuai jenis
pelanggaran. Begitu pula pada penyimpanan data pemohon SKCK menimbulkan
kesulitan dalam proses pencarian. Pemohon yang pernah memiliki catatan atau
keterlibatan dalam kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik, sehingga SKCK
yang dihasilkan kurang valid.
Dengan demikian solusi yang akan digunakan dalam mengatasi
permasalahan yang ada yaitu tetap mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang
Penyidikan Sat Reskrim Polres Jember Tahun 2009 dan Peraturan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian dengan memanfaatkan teknologi
4
memantau (monitoring) sebuah berkas perkara, sehingga dapat diketahui status
perkara misalnya : penyidik yang menangani dan status terakhir dari perkara
tersebut. Aplikasi juga dapat mengarsipkan berkas-berkas perkara pidana serta
dapat menghasilkan laporan terkait dengan data kriminalitas berdasarkan periode
dan berdasarkan daerah di wilayah Jember. Aplikasi juga dapat membantu petugas
SKCK dalam melakukan proses penyimpanan serta pencarian data pemohon
SKCK dan pemberian nomor SKCK otomasi sehingga proses pembuatan SKCK
akan lebih mudah dan cepat.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember?
2. Bagaimana membuat aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka ruang
lingkup dalam ini adalah sebagai berikut:
1. Proses penyidikan mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang Penyidikan Sat
Reskrim Polres Jember Tahun 2009.
2. Aplikasi yang dibuat hanya menangani laporan polisi / pengaduan masyarakat
di SPKT Polres Jember dan merupakan tindak pidana umum.
3. Proses penerbitan SKCK mengacu pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat
4. SKCK yang diterbitkan oleh Polres Jember hanya diperuntukan bagi seluruh
komponen masyarakat yang berada di Wilayah Hukum Polres Jember sebagai
kelengkapan / persyaratan pembuatan :
a. Melamar Pekerjaan
b. Melanjutkan Pendidikan
c. Pendaftaran Calon Siswa TNI / POLRI
d. Persyaratan Pernikahan Anggota TNI / POLRI
e. Persyaratan Wali Nikah Anggota TNI / POLRI
f. Persyaratan Seleksi CPNS
g. Persyaratan Beasiswa
h. Persyaratan pengajuan Izin Usaha.
5. Penelitian ini tidak membahas proses perumusan sidik jari.
1.4 Tujuan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Terbentuknya aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember.
2. Terbentuknya aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa nilai manfaat
penelitian, antara lain:
1. Dapat membantu dan mempermudah petugas dalam menangani berkas
6
2. Sebagai transparansi kinerja penyidik agar Kasat dapat mengetahui beban
perkara yang ditangani penyidik, sampai dimana kasus yang ditangani
penyidik dan seberapa lama kasus yang ditangani.
3. Membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan
pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang
lebih cepat.
4. Memberikan laporan pada Kasat terkait data kriminalitas berdasarkan periode
dan berdasarkan daerah, dan laporan SKCK yang diterbitkan di Polres
Jember.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
penulisan laporan per bab. Di dalam penulisan laporan penelitian ini secara
sistematika diatur dan disusun dalam lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teori,
analisis dan perancangan sistem, implementasi dan evaluasi, dan penutup.
Sistematika penulisan penelitian dapat dijelaskan pada alinea di bawah ini. sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang yang
mendasari studi kasus ini serta perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan yang mendeskripsikan semuanya sebagai pengantar.
BAB II : LANDASAN TEORI
permasalahan yang ada. Landasan teori mempunyai beberapa
pokok bahasan diantaranya yaitu Kepolisian Negara Republik
Indonesia, pelayanan publik, Standar Operasional Prosedur
(SOP) Laporan Polisi / pengaduan masyarakat yang merupakan
tindak pidana, berkas perkara, penyidik, surat keterangan
catatan kepolisian, aplikasi, siklus hidup pengembangan sistem
(SHPS), data dan basis data, data flow diagram (DFD), entity
relationship diagram (ERD), database management system
(DBMS), web, Hypertext Preprocessor (PHP), MySQL, dan
unit testing.
BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini menjelaskan tentang semua pekerjaan yang dilakukan
pada pengerjaan Tugas Akhir yaitu meliputi analisis sistem
(identifikasi masalah, peluang dan tujuan, menentukan
kebutuhan informasi pengguna, menganalisis kebutuhan sistem)
dan perancangan sistem (merancang sistem yang
direkomendasikan dan merancang uji coba fungsional).
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi (kebutuhan
aplikasi dan mengembangkan dan mendokumentasikan
perangkat lunak) dan evaluasi (menguji dan mempertahankan
sistem dan analisis hasil uji coba) yang telah dilakukan.
BAB V : PENUTUP
8
akhir metodologi penelitian yang Penulis gunakan. Saran yang
dimaksud adalah saran terhadap kekurangan dari aplikasi yang
ada kepada pihak lain yang ingin meneruskan topik Tugas
Akhir ini. Tujuannya adalah agar pihak lain tersebut dapat
menyempurnakan aplikasi sehingga bisa menjadi lebih baik dan
9
LANDASAN TEORI
2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia
Menurut UU Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Polri adalah Alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
2.2 Pelayanan Publik
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63
Tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk
atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Penyelenggara
Pelayanan Publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik Pemerintah
Daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan
publik. Dengan Penerima Layanan Publik adalah perseorangan atau kelompok
orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu
10
2.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana
Sesuai dengan SOP transparansi di bidang penyidikan Sat Reskrim Polres Jember adalah :
a. Prosedur tindakan :
1. Lakukan penelitian, pelajari dan analisa LP dan atau pengaduan
masyarakat untuk kemudian melakukan tindakan penyelidikan.
2. Membuat rencana penyelidikan sehari setelah LP / pengaduan masyarakat
sampai / diterima oleh penyelidik.
3. Membuat Laporan Hasil Penyelidikan dan melaporkan kepada Kanit /
Kasat sesuai dengan ketentuan :
a) Untuk tahap penerimaan dan penelitian laporan maka SP2HP diberikan
paling lambat 3 hari setelah laporan diterima.
b) Untuk kasus biasa dan sedang dengan waktu penyelidikan 14 hari maka
pengiriman SP2HP paling lambat pada hari terakhir pelaksanaan
penyelidikan.
c) Untuk kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari
maka pengiriman SP2HP pada hari ke 15 dan hari 30.
4. Gelarkan hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan
ke proses penyidikan.
5. Menilai dan meneliti serta menganalisa perlu / tidaknya tindakan pertama
di TKP, jika perlu dapat dilakukan sesaat setelah menerima LP / pengaduan
6. Sehari setelah gelar penyelidik mengirimkan SP2HP form III (penyelidikan
dapat ditingkatkan ke proses penyidikan) kepada pelapor dan disertai
dengan permintaan agar pelapor untuk datang ke Polres dengan membawa
bukti-bukti yang dimiliki.
7. Membuat rencana penyidikan yang ditempatkan di belakang sampul map
berkas perkara.
8. Membuat administrasi penyidikan (Surat Perintah Tugas, Surat Perintah
Penyidikan).
9. Membuat Surat Panggilan dan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, dan
atau saksi ahli.
10. Setelah mendapatkan keterangan saksi-saksi secara maksimal lakukan
analisa terhadap barang bukti untuk dapat menentukan tersangkanya.
11. Lakukan pemanggilan / membawa / menangkap dengan dilengkapi
dokumen atau administrasi upaya hukum paksa terhadap tersangka
tersebut.
12. Apabila memenuhi alasan penahanan terhadap tersangka maka dapat
lakukan penahanan dengan memperhatikan prosedur penahanan dalam
KUHAP.
13. Penggeledahan dan penyitaan untuk menemukan dan mendapatkan barang
bukti dan lakukan tindakan tersebut dengan dilengkapi administrasi upaya
hukum paksa tersebut.
14. Pemberian informasi kepada masyarakat selaku pelapor atas penanganan
12
a) Kasus biasa dengan waktu 30 hari dan pengiriman SP2HP kepada
pelapor dilakukan pada hari ke 15 dan hari ke 30.
b) Kasus mudah dengan waktu 60 hari dan pengiriman SP2HP kepada
pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, dan hari ke 60.
c) Kasus sulit dengan waktu 90 hari dan pengiriman SP2HP kepada
pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, hari ke 60,
hari ke 75, dan hari ke 90.
d) Kasus sulit dengan waktu 120 hari dan pengiriman SP2HP kepada
pelapor dilakukan pada hari ke 20, hari ke 40, hari ke 60, hari ke 80,
hari ke 100, dan hari ke 120.
15. Dalam hal penyidik menemui kendala dalam proses penyidikan baik
menyangkut materiil atau formili penyidikan, dan atau penyidikan telah
melampaui batas waktu yang ditentukan atau direncanakan maka penyidik
melaporkan hal tersebut kepada Kasat dan bila dipandang perlu maka
dilakukan gelar perkara secara berjenjang dengan mengundang pihak
terkait dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan saran dan
perimbangan atau masukan terhadap kelancaran proses penyidikan perkara.
16. Paling lambat 2 hari setelah pengiriman berkas perkara dikirimkan SP2HP
kepada pelapor yang memberitahukan bahwa berkas perkara telah
diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.
17. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor atas perkembangan
perkara / berkas perkara terhadap adanya pengembalian berkas dari Jaksa
Penuntut Umum untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun pada waktu
18. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor apabila berkas perkara
telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.
19. Paling lambat 2 hari setelah penyerahan tersangka dan barang bukti
(penyerahan tahap II) penyidik membuat dan mengirimkan SP2HP kepada
pelapor yang isinya memberitahukan hal tersebut.
b. Administrasi
Petugas melengkapi administrasi penyidikan yang terdiri dari :
1. Laporan Polisi
2. Rencana penyidikan dengan mencantumkan lamanya penyidikan yang akan
dilakukan dan bobot perkara serta biaya penyidikan.
3. SP2HP dibuat dan disampaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
untuk proses penyidikan yaitu :
a) Rencana Penyidikan
b) Surat Perintah Tugas
c) Surat Perintah Penyidikan
d) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan
e) Surat Panggilan
f) Surat Perintah Penggeledahan
g) Surat Perintah Penyitaan
h) Surat Serah Terima Barang Bukti
i) Surat Perintah Membawa Saksi dan atau Tersangka
j) Surat Perintah Penangkapan
14
l) Berita Acara (pemeriksaan saksi, membawa saksi dan atau tersangka,
pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penyitaan,
penggeledahan).
2.4 Berkas Perkara
Berkas perkara adalah kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau
keterangan yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam
bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu
(Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatera Selatan, 2011).
2.5 Penyidik
Di dalam buku KUHAP BAB I ketentuan umum, pasal 1 ayat (1),
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk
melakukan penyidikan.
Di dalam buku KUHAP BAB III dasar peradilan, pasal 7 ayat (1)
Penyidik kewajibanya mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memriksa tanda pengenal diri
tersangka.
d. Melakukan penangkapan, penahan, penggeledahan dan penyitaan.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Di dalam buku KUHAP pasal 8 ayat (1), penyidik membuat berita acara
tentang pelaksanaan tindakan dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan
lain dalam undang-undang ini, ayat (2) penyidik menyerahkan berkas perkara
kepada penuntut umum. Ayat (3) huruf b, dalam hal penyidikan sudah dianggap
selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti
kepada penuntut umum.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian
Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian, Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang selanjutnya disingkat
SKCK adalah surat keterangan resmi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang
warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari yang bersangkutan atau
suatu keperluan karena adanya ketentuan yang mempersyaratkan, berdasarkan
hasil penelitian biodata anteseden orang tersebut. Adapun yang dimaksud dengan
anteseden adalah data tentang perilaku seseorang dalam kaitannya dengan tindak
16
norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat, termasuk keterkaitannya
dengan organisasi terlarang.
Adapun tata cara membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian sebagai
berikut :
1. Membuat SKCK baru :
a. Membawa Surat Pengantar dari Polsek dan Kantor Kelurahan tempat
domisili pemohon.
b. Membawa fotokopi KTP sesuai dengan domisili yang tertera di Surat
Pengantar dari Kantor Kelurahan.
c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.
d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
e. Membawa Pas Foto terbaru dan berwarna ukuran 4×6 sebanyak 5 lembar.
f. Mengisi Formulir Daftar Riwayat Hidup yang telah disediakan dikantor
Polisi dengan jelas dan benar.
g. Pengambilan Sidik Jari oleh petugas.
2. Memperpanjang masa berlaku SKCK :
a. Membawa lembar SKCK lama yang asli/legalisir dan masih berlaku
b. Membawa fotokopi KTP.
c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.
d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.
e. Membawa pas foto terbaru yang berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3 lembar.
2.7 Aplikasi
Aplikasi adalah satu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani
pelayanan masyarakat, periklanan, atau semua proses yang hampir manusia
lakukan (Pramana, 2005).
2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS)
Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS) atau dalam bahasa asing
disebut System Development Life Cycle (SDLC) adalah sebuah pendekatan,
tentunya melalui beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang
telah dikembangkan dengan baik melalui penggunaan siklus kegiatan penganalisis
dan pemakai secara spesifik (Kendall & Kendall, 2008).
Gambar 1. Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Kendall & Kendall, 2008)
SHPS terbagi menjadi tujuh tahap seperti yang ditunjukkan pada gambar
1 di atas. Menurut Kendall & Kendall (2008), masing-masing tahap ditampilkan
secara terpisah, namun tidak pernah tercapai sebagai satu langkah terpisah.
Melainkan, beberapa aktivitas muncul secara simultan, dan aktivitas tersebut
dilakukan berulang-ulang. Pernyataan tersebut berkesimpulan bahwa dalam
18
akan tetapi pada kenyataannya, proses yang dilakukan oleh tahap tersebut
dilakukan secara bertahap dan ada keterkaitan antara tahap satu dengan lainnya,
tentunya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Berikut penjelasan
lebih lanjut mengenai tujuh tahap yang terdapat pada gambar 9 di atas:
a. Mengidentifikasi Masalah, Peluang, dan Tujuan
Tahap ini merupakan tahap yang berpengaruh pada keberhasilan proyek, karena
jika ada kekeliruan menentukan masalah, peluang, dan tujuan maka proyek
tersebut akan sia-sia jika dikerjakan. Pada tahap identifikasi masalah terdapat
beberapa langkah, yaitu diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam
bisnis. (2) Menentukan masalah dengan tepat.
Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan peluang yang
ada pada bisnis tersebut. peluang disini dimaksudkan bahwa penganalisis
sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem informasi
yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang, langkah
selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga mempunyai
beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang terjadi dalam
bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem informasi. (3)
Menyebutkan problem atau peluang-peluang tertentu.
Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya yaitu :
1. Wawancara terhadap manajemen pengguna.
2. Menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh.
3. Mengestimasi cakupan proyek.
Output dari tahap ini laporan feasible yang berisikan definisi problem dan
ringkasan tujuan.
b. Menentukan Syarat-Syarat Informasi
Pada tahap ini penganalisis menentukan syarat-syarat informasi untuk
pengguna yang terlibat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
menentukan syarat-syarat informasi yaitu: (1) Menentukan sampel dan
memerikas data mentah. (2) Wawancara. (3) Mengamati perilaku pembuat
keputusan dan lingkungan kantor. (4) Prototyping. Tahap ini mempunyai tujuan
untuk menampilkan informasi yang dibutuhkan dalam bisnis terkait serta
membentuk kerangka pendekatan untuk memikirkan ulang bisnis dengan cara
lebih kreatif. Penganalisis akan bisa memahami fungsi-fungsi bisnis dan
melengkapi informasi tentang masyarakat, tujuan, data, dan prosedur yang
terlibat.
c. Menganalisis Kebutuhan Sistem
Menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem dapat menggunakan sebuah
perangkat untuk menentukan kebutuhan. Perangkat tersebut dapat berupa
diagram alir data dan kamus data. Maksud dari perangkat tersebut yaitu untuk
menggambarkan dan menyusun input, proses, dan output.
d. Merancang Sistem yang Direkomendasikan
Pada tahap ini penganalisis merancang sistem yang direkomendasikan setelah
mengumpulkan data yang didapat. Langkah-langkahnya diantaranya: (1)
Merancang data entry. Pada tahap ini penganalis mendata seluruh input yang
akan dimasukkan dalam Graphical User Interface (GUI) agar informasi yang
20
data. Tahap ini berfungsi sebagai penyimpanan data agar data terorganisir serta
dapat melakukan pengelolaan keluaran yang bermanfaat. (3) Meracancang
prosedur-prosedur back up dan kontrol. Fungsinya agar data dan informasi yang
tersimpan dapat terselamatkan jika terjadi sesuatu bencana atau hal-hal yang
tidak diinginkan. (4) Membuat paket spesifikasi program bagi pemrogram.
Paket tersebut bisa digambarkan dengan flowchart sistem, diagram alir data,
dan lain sebagainya.
e. Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak
Penganalisis perlu menggunakan salah satu teknik terstruktur dalam
mengembangkan perangkat lunak. Teknik tersebut yaitu rencana terstruktur,
Nassi-Shneiderman charts, dan pseudocode. Pendokumentasian dilakukan
untuk menjelaskan pengembangan dan kode program serta bagian-bagian
kompleks dari program.
f. Menguji dan Mempertahankan Sistem
Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan secara berkesinambungan ketika
program sudah dibuat dan diuji yaitu diperthankan dengan cara memperbaharui
program. Pengujian juga diperlukan untuk menemukan adanya kendala maupun
masalah yang terjadi ketika adanya pengujian.
g. Mengimplementasikan dan Mengevaluasi Sistem
Penganalisis bekerjasama dengan pengguna dalam melakukan implementasi
sistem. Keterlibatan tersebut yakni dalam hal pelatihan dalam mengendalikan
sistem serta perencanaan konversi sistem lama ke sistem yang baru. Setelah
mengetahui pemenuhan kriteria bahwa pengguna benar-benar menggunakan
sistem.
2.9 Data dan Basis Data
Menurut Ramez Elmasri dan Shamkant B. Navathe (2000), data
merupakan fakta mengenai suatu objek seperti manusia, benda, peristiwa, konsep,
keadaan dan sebagainya yang dapat dicatat dan mempunyai arti secara implisit.
Data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, karakter atau simbol, sehingga bila
data dikumpulkan dan saling berhubungan maka dikenal dengan istilah basis data
(database).
Elmasri mendefinisikan basis data lebih dibatasi pada arti implisit yang
khusus, yaitu:
a. Basis data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata (real world).
b. Basis data merupakan kumpulan data dari berbagai sumber yang secara logika
mempunyai arti implisit, sehingga data yang terkumpul secara acak dan tanpa
mempunyai arti, tidak dapat disebut basis data.
c. Basis data perlu dirancang, dibangun dan data dikumpulkan untuk suatu
tujuan. Basis data dapat digunakan oleh beberapa user dan beberapa aplikasi
yang sesuai dengan kepentingan user.
Dari beberapa definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa basis data
mempunyai berbagai sumber data dalam pengumpulan data, bervariasi derajat
interaksi kejadian dari dunia nyata, dirancang dan dibangun agar dapat digunakan
22
2.10 Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Oetomo (2002), ERD berfungsi untuk menggambarkan relasi
dari dua file atau dua tabel yang dapat digolongkan dalam tiga macam bentuk
relasi, yaitu satu-satu, satu-banyak, dan banyak-banyak. ERD menggunakan
sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar
data.
Pada dasarnya ada tiga macam simbol yang digunakan yaitu :
a. Entiti : adalah suatu obyek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan
pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan
dibuat.
b. Atribut : Atribut berfungsi untuk mendeskripsikan karakter entiti.
c. Hubungan : Entiti dapat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini
dinamakan relationships (relasi).
Gambar 2. Hirarki Data (Waliyanto, 2000)
2.11 Database Management System (DBMS)
Menurut Waliyanto (2000), gabungan antara basis data dan perangkat
lunak Sistem Manajemen Basis Data (SMBD) termasuk di dalamnya program
aplikasi yang dibuat dan bekerja dalam satu sistem disebut dengan Sistem Basis
Gambar 3.Sistem Basis Data (Waliyanto, 2000)
DBMS dapat diartikan sebagai program komputer yang digunakan untuk
memasukkan, mengubah, menghapus, memodifikasi dan memperoleh
data/informasi dengan praktis dan efisien.
Kelebihan dari DBMS antara lain adalah:
a. Kepraktisan. DBMS menyediakan media penyimpan permanen yang
berukuran kecil namun banyak menyimpan data jika dibandingkan dengan
menggunakan kertas.
b. Kecepatan. Komputer dapat mencari dan menampilkan informasi yang
dibutuhkan dengan cepat.
c. Mengurangi kejemuan. Pekerjaan yang berulang-ulang dapat menimbulkan
kebosanan bagi manusia, sedangkan mesin tidak merasakannya.
d. Update to date. Informasi yang tersedia selalu berubah dan akurat setiap
24
Merupakan alat dokumentasi program yang dikembangkan dan didukung
oleh IBM. Tetapi kini HIPO juga telah digunakan sebagai alat bantu untuk
merancang dan mendokumentasikan siklus pengembangan sistem.
a. Sasaran HIPO
HIPO telah dirancang dan dikembangkan secara khusus untuk
menggambarkan suatu struktur bertingkat guna memahami fungsi-fungsi dari
modul-modul suatu sistem, dan HIPO juga dirancang untuk menggambarkan
modul-modul yang harus diselesaikan oleh pemrogram. HIPO tidak dipakai
untuk menunjukkan instruksi-instruksi program yang akan digunakan,
disamping itu HIPO menyediakan penjelasan yang lengkap dari input yang
akan digunakan, proses yang akan dilakukan serta output yang diinginkan.
b. Diagram HIPO
HIPO menggunakan tiga macam diagram untuk masing-masing tingkatannya,
yaitu sebagai berikut :
1. Visual table of contents : Diagram ini menggambarkan hubungan dari
modul-modul dalam suatu sistem secara berjenjang.
2. Overview diagrams : Overview diagrams digunakan untuk menunjukkan
secara garis besar hubungan dari input, proses dan output, dimana bagian
input menunjukkan item-item data yang akan digunakan oleh bagian
proses berisi langkah-langkah yang menggambarkan kerja dari fungsi
atau modul dan bagian output berisi hasil pemrosesan data.
3. Detail Diagram : berisi elemen-elemen dasar dari paket yang
2.12 Data Flow Diagram
Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang
memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu
jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik
secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama
Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model
fungsi.
DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,
khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagiann yang lebih penting dan
kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD
adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi
sistem.
DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur
data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisis
maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem
kepada pemakai maupun pembuat program.
Komponen Data Flow Diagram :
a. Menurut Yourdan dan DeMarco
26
b. Menurut Gene dan Sarson
Gambar 5. Komponen DFD Menurut Gene dan Serson (Febriani, 2003)
2.13 Web
Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi
yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur
aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukung transaksi dan
komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridisasi,
antara hipermedia dan sistem informasi.
Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh
browser web. Client-side mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian
proses bisnis. Interaksi web dibagi ke dalam tiga langkah yaitu:
1. Permintaan
Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman web
yang ditampilkan pada browser web.
2. Pemrosesan
Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian
memproses permintaan tersebut.
3. Jawaban
Halaman web bisa terdiri dari beberapa jenis informasi grafis (tekstual
dan multimedia). Kebanyakan komponen grafis dihasilkan dengan tool khusus,
menggunakan manipulasi langsung dari editor WYSIWYG.
2.14 PHP
Menurut Firdaus (2007), PHP merupakan singkatan dari Hypertext
Preprocessor, adalah sebuah bahasa scripting berbasis server side scripting yang
terpasang pada HTML dan berada di server dieksekusi di server dan digunakan
untuk membuat halaman web yang dinamis. Sebagian besar sintaksnya mirip
dengan bahasa C atau java, ditambah dengan beberapa fungsi PHP yang spesifik.
Tujuan utama bahasa ini adalah untuk memungkinkan perancang web menulis
halaman web dinamik dengan cepat.
Halaman web biasanya disusun dari kode-kode HTML yang disimpan
dalam sebuah file berekstensi .html. File HTML ini dikirimkan oleh server (atau
file) ke browser, kemudian browser menerjemahkan kode-kode tersebut sehingga
menghasilkan suatu tampilan yang indah. Lain halnya dengan program PHP,
program ini harus diterjemahkan oleh web server sehingga menghasilkan kode
html yang dikirim ke browser agar dapat ditampilkan. Program ini dapat berdiri
sendiri ataupun disisipkan di antara kode-kode HTML sehingga dapat langsung
ditampilkan bersama dengan kode-kode HTML tersebut. Program php dapat
ditambahkan dengan mengapit program tersebut di antara tanda <?dan ?>.
Tanda-tanda tersebut biasanya digunakan untuk memisahkan kode php dari kode HTML.
File HTML yang telah dibubuhi program php harus diganti ekstensi-nya menjadi
28
2.15 MySQL
Menurut Nugroho (2005), adalah sebuah perangkat sistem manajemen
basis data SQL atau yang dikenal dengan DBMS (Database management system)
yang dapat multithread dan multi-user.
Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul daripada
database server lainnya, terutama dalam kecepatan. Berikut ini keunggulan
MySQL antara lain:
1. Portability
MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows,
Linux, FreeBSD, Mac Os X Server dan solaris.
2. Multiuser
MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan
tanpa mengalami masalah atau konflik.
3. Security
MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama
host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta
password terenkripsi.
4. Scalability dan limit
MySQL mampu menangani database dalam skala besar, dengan jumlah record
lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas indeks
yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya.
2.16 Unit Testing
Menurut Fatta (2007), pengujian unit digunakan untuk menguji setiap
modul untuk menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik. Ada 2
metode untuk melakukan unittesting, yaitu:
1. BlackBoxTesting
Terfokus pada unit program yang memenuhi kebutuhan (requirement) yang
disebutkan dalam spessifikasi. Pada black box testing, cara pengujian hanya
dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul, kemudian
diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses bisnis yang diinginkan.
2. WhiteBoxTesting
Whiteboxtesting adalah cara pengujuan dengan melihat ke dalam modul untuk
meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisis terdapat kesalahan
30
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini dijelaskan tentang analisis dan perancangan dari sistem atau
aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas
Perkara Di Polres Jember. Analisis dan perancangan diadaptasi dari teori siklus
hidup pengembangan sistem sesuai dengan sub bab 2.8.
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem terbagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi masalah,
peluang dan tujuan, menentukan kebutuhan informasi pengguna, dan menganalisis
kebutuhan sistem. Tiga bagian tersebut sesuai dengan teori siklus hidup
pengembangan sistem sesuai sub bab 2.8.
3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan
Pada tahap identifikasi masalah terdapat beberapa langkah, yaitu
diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam bisnis. (2) Menentukan masalah
dengan tepat. Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan
peluang yang ada pada bisnis tersebut. Peluang disini dimaksudkan bahwa
penganalisis sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem
informasi yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang,
langkah selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga
mempunyai beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang
terjadi dalam bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem
Selama ini penanganan berkas perkara dan penerbitan SKCK di Polres
Jember adalah sebagai berikut :
Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK
Penyidik
Tanda terima LP
LP
Gelar Hasil Penyelidikan
Tingkatkan ke proses penyidikan
Membuat SP2HP form
II
SP2HP form II
SP2HP form II
tidak
Membuat SP2HP form
III
SP2HP form III
SP2HP form III
Ya
a b
32
Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK
Jaksa Sprint tugas
& sprint penyidikan Mendatangi
Polres dengan membawa bukti yg dimiliki
Ttd
Membuat SPDP, Sprint tugas
& Sprint penyidikan Sprint tugas
& sprint penyidikan
SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan
BA Pemeriksaan
saksi SPDP,
Sprint tugas & sprint penyidikan
Membuat BA penangkapan Tidak hadir
BA penangkapan
Membuat BA pemeriksaan
Proses penanganan pengaduan masyarakat pada Polres Jember diawali
dengan pelapor melaporkan, memberitahukan dan mengadukan akan, sedang dan
telah terjadinya peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana pada petugas
SPKT. Kemudian SPKT mengidentifikasi masalah/laporan apakah diperlukan
tindakan pertama di TKP. Apabila diperlukan maka petugas SPKT, piket fungsi
dan piket unit identifikasi segera melakukan olah TKP guna mencatat dan
mengumpulkan bukti permulaan tentang adanya dugaan akan, sedang dan telah
terjadinya tindak pidana. Apabila tidak diperlukan tindakan pertama di TKP,
maka dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan memberikan tanda terima LP pada
pelapor.
Sebelum LP diserahkan ke Kasat, LP ditulis di buku register terlebih
dahulu. Setelah itu Kasat menunjuk penyidik untuk menangani perkara atau kasus
tersebut. Penyidik yang ditunjuk tersebut membuat rencana penyelidikan dan
membuat laporan hasil penyelidikan untuk dilaporkan kepada Kasat. Setelah itu
dilakukan gelar hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan
ke proses penyidikan. Apabila dapat ditingkatkan maka mengirimkan Surat
Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) form III kepada pelapor
dan disertai dengan permintaan agar pelapor datang ke Polres dengan membawa
bukti-bukti yang dimilki. Apabila tidak dapat ditingkatkan maka mengirimkan
SP2HP form II dengan disertai alasan yuridis kepada pelapor.
Selanjutnya penyidik melakukan proses penyidikan dan melengkapi
administrasi penyidikan. Setelah melengkapi administrasi penyidikan, berkas
perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan mengirim SP2HP
34
kepada JPU. SP2HP juga dikirim kepada pelapor apabila terdapat adanya
pengembalian berkas perkara dari JPU untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun
apabila berkas perkara telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.
Document flow identifikasi sidik jari pada Gambar 3.3 yaitu
menggambarkan proses identifikasi sidik jari di Polres Jember. Identifikasi sidik
jari dilakukan sebelum tersangka diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.
Proses ini diawali dengan petugas unit identifikasi mengisi lembar PUSINAFIS
yang berisi data diri dan ciri-ciri fisik tersangka. Kemudian tersangka melakukan
cap sidik jari pada lembar PUSINAFIS. Setelah sidik jari terisi, petugas
melakukan perumusan sidik jari untuk mendapatkan rumus sidik jari. Selanjutnya
lembar PUSINAFIS dan rumus sidik jari disimpan sebagai arsip.
Identifikasi Sidik Jari
Unit Identifikasi Tersangka
Mulai
Mengisi lembar PUSINAFIS
PUSINAFIS
PUSINAFIS
Melakukan cap sidik jari
PUSINAFIS + sidik jari
PUSINAFIS + sidik jari
Melakukan perumusan sidik jari
Rumus sidik jari
Selesai
Document flow pembuatan SKCK pada Gambar 3.4 yaitu
menggambarkan proses pembuatan atau penerbitan SKCK di Polres Jember.
Proses ini diawali dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres
Jember dengan membawa berkas persyaratan, lalu menyerahkan berkas
persyaratan tersebut ke petugas SKCK. Kemudian petugas SKCK memeriksa
kelengkapan berkas persyaratan. Jika berkas persyaratan tidak lengkap maka
petugas memberitahukan bahwa berkas persyaratan tidak lengkap dan
menyarankan ke pemohon untuk melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu.
Jika berkas persyaratan tersebut lengkap maka petugas memberikan
formulir SKCK beserta tanda terima. Pemohon mengisi formulir SKCK kemudian
ke loket sidik jari dengan menunjukkan tanda terima untuk proses identifikasi
sidik jari. Setelah proses identifikasi sidik jari selesai, pemohon menyerahkan
formulir SKCK yang sudah terisi dan hasil identifikasi sidik jari ke loket SKCK.
Selanjutnya petugas SKCK melakukan proses pengerjaan penerbitan SKCK.
Setelah proses pengerjaan selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada
pemohon dan meminta biaya administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh
petugas sebagai arsip.
Document flow perpanjangan SKCK pada Gambar 3.5 yaitu
menggambarkan proses perpanjangan SKCK di Polres Jember. Proses ini diawali
dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres Jember dengan
membawa berkas persyaratan berupa SKCK lama (asli atau legalisir) yang masih
berlaku dan foto berwarna 4x6 3 lembar, lalu menyerahkan ke loket SKCK.
Petugas SKCK akan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi dari berkas
36
Jika berkas persyaratan sudah lengkap dan sesuai maka petugas SKCK
melakukan proses pengerjaan perpanjangan SKCK. Setelah proses pengerjaan
selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada pemohon dan meminta biaya
administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh petugas sebagai arsip.
Pembuatan SKCK
Loket Sidik Jari Loket SKCK
Meminta form sidik jari dengan
menunjukkan tanda terima
Form sidik jari terisi
Identifikasi sidik jari Rumus sidik jari
Menyerahkan form SKCK terisi dan Rumus sidik jari
Form SKCK terisi dan Rumus sidik jari Memeriksa
Memberi form SKCK dan tanda
terima
Rumus sidik jari
Menyerahkan rumus sidik jari ke pemohon Melengkapi Form sidik jari
terisi ke petugas Form sidik jari
terisi Mengisi
form sidik jari Form sidik jari
Perpanjangan SKCK legalisir ) yang masih berlaku
dan foto berwarna 4X6 3 lembar SKCK lama ( asli atau legalisir )
yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6 3 lembar
Mulai
Menyerahkan SKCK Menyerahkan SKCK
lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6
3 lembar
SKCK
SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto
berwarna 4X6 3 lembar
SKCK salinan SKCK
Mengembalikan SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih
berlaku dan foto berwarna 4X6 3
lembar
Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK
Penjabaran proses bisnis di atas mempunyai beberapa kelemahan,
38
Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah
No Masalah Penyebab Solusi yang
ditawarkan
1 Pendistribusian laporan
polisi / pengaduan
masyarakat dari SPKT
kepada Kasat
membutuhkan waktu
lama, yaitu hanya
dilakukan pada pukul 08.00 atau pada saat pergantian piket.
Distribusi yang masih manual dengan cara
mendatangi stakeholder
secara langsung akan
menimbulkan resiko
keterlambatan penyampaian.
Sebuah aplikasi yang
dapat membantu
untuk
mendistribusian
laporan polisi /
pengaduan
masyarakat secara
cepat, sehingga
dapat mengurangi
resiko keterlambatan penyampaian.
2 Pemantauan terhadap
penanganan perkara
tidak dapat terlaksana dengan baik.
Kasat tidak dapat
melakukan pemantauan secara langsung sampai
manakah penanganan
perkara yang ditangani
oleh masing-masing
penyidik.
Sebuah aplikasi yang
dapat memantau
status terakhir dari suatu perkara.
3 Kasat tidak dapat
mengetahui beban
perkara yang sedang ditangani oleh penyidik.
Selama ini Kasat
melakukan penunjukan penyidik secara manual.
Sebuah aplikasi yang
dapat menyajikan
informasi beban
perkara yang sedang
ditangani oleh
penyidik.
4 Pemohon yang akan
melakukan
perpanjangan SKCK
karena masa berlaku
SKCK sudah habis,
mereka harus mengikuti
semua prosedur
pembuatan SKCK mulai
dari awal seperti
mengisi formulir dan perumusan sidik jari, padahal mereka sudah pernah mengisi formulir tersebut.
Penyimpanan data
pemohon SKCK masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus.
Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data
pemohon SKCK,
sehingga proses
perpanjangan SKCK akan lebih mudah dan cepat.
5 Pemohon yang pernah
memiliki catatan atau
keterlibatan dalam
kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik.
Penyimpanan data
pelaku kriminal masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak
Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data
pelaku kriminal,
No Masalah Penyebab Solusi yang ditawarkan
khusus. kesalahan dan
keterlambatan dalam memberikan
informasi data.
6 Pemberian nomor
SKCK rentan
mengalami kesalahan.
Pemberian nomor
SKCK dilakukan secara manual.
Sebuah aplikasi yang
dapat membantu
untuk pemberian
nomor SKCK.
7 Untuk dapat
menghasilkan laporan
dari data kriminal
maupun data SKCK
masih kurang efisien.
Petugas harus
mengecek, memilah,
dan mengelompokkan data kriminal satu
per-satu sesuai jenis
pelanggaran. Begitu
pula pada laporan
penerbitan SKCK,
petugas harus menyalin kembali data pemohon
berdasarkan periode
tertentu.
Sebuah aplikasi yang
dapat membantu
untuk menghasilkan laporan kriminalitas dan laporan SKCK.
8 Penyimpanan arsip
berkas perkara
menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaannya.
Selama ini
penyimpanan arsip
berkas perkara dalam
bentuk hardcopy.
Sebuah aplikasi yang
dapat membantu
dalam penyimpanan berkas perkara.
Adapun solusi yang ditawarkan dapat membantu dan mempermudah
petugas dalam menangani berkas perkara dan penerbitan SKCK. Selain itu, juga
membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan
pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih
cepat.
3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
syarat-syarat informasi atau batasan-batasan tertentu seperti siapa saja yang
40
SKCK, dan lain sebagainya. Berhubungan dengan syarat yang dicontohkan
tersebut maka ada beberapa hal batasan yaitu :
a. Pada aplikasi ini terdapat 6 (enam) user dengan hak akses yang berbeda, yaitu :
1. Admin mempunyai hak akses yang paling luas sehingga mampu
mengakses semua halaman yang ada pada aplikasi, tapi tugas utama admin
adalah untuk maintenance data-data pada master seperti master users.
2. SPKT hanya bertugas untuk menambah data LP, oleh karena itu SPKT
mempunyai hak akses pada halaman SPKT yang meliputi tambah data LP,
dan mencetak tanda bukti lapor untuk diberikan kepada pelapor.
3. Kasat mempunyai hak akses menunjuk penyidik yang menangani perkara,
melihat detail penyidik, melihat detail perkara dan melihat laporan
kriminalitas.
4. Penyidik mempunyai hak akses mengelola data LP dan melengkapi
administrasi penyidikan lalu menyimpannya kedalam aplikasi.
5. Bagian SKCK mempunyai hak akses untuk mengelola data SKCK,
mencetak SKCK, dan melihat laporan.
6. Bagian identifikasi mempunyai hak akses mengelola data PUSINAFIS dan
mengelola data catatan kriminal.
b. Pemohon yang akan membuat SKCK maupun memperpanjang SKCK wajib
melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu dan dikenai biaya administrasi
Rp 10.000,00 .
c. Waktu pelayanan pengaduan masyarakat di SPKT dilakukan setiap hari selama
24 jam. Waktu pelayanan penerbitan SKCK pada hari senin – kamis pukul
3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem
Analisis kebutuhan sistem ini akan menjelaskan tentang beberapa hal
mengenai beberapa kebutuhan pengguna, seperti contohnya user yang terlibat
dalam sistem dan informasi yang dihasilkan oleh sistem sehingga bermanfaat bagi
users. Diagram blok pada Gambar 3.6 berguna untuk menggambarkan garis besar
yang menjadi input, process, dan output.
Proses
Mencetak tanda bukti lapor
Input Output
Menyimpan LP Data LP
Laporan Polisi Data Petugas SPKT
Proses
Data LP Terubah Mengubah Data LP
Data Berkas Perkara Data LP
Mengelola Berkas Perkara
Proses
Input Output
Data Petugas Identifikasi
Catatan Kriminal Data PUSINAFIS
Tersimpan Mengelola PUSINAFIS
Data Catatan Kriminal Data PUSINAFIS
Menambah Catatan Kriminal
Proses
Input Output
Mengelola data SKCK Data SKCK
Laporan SKCK yang Diterbikan
SKCK Data Petugas SKCK
Data PUSINAFIS
Tanda bukti lapor
Berkas Perkara Tersimpan
Data Catatan Kriminal
Menampilkan Laporan kriminalitas
42
Berikut penjelasan mengenai detail diagram blok berdasarkan kategori
input, process, dan output:
1. Input
a. Data petugas SPKT merupakan data masukan dari petugas SPKT yang
isinya biodata petugas SPKT.
b. Data LP merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya data
pelapor dan peristiwa yang dilaporkan.
c. Data terlapor merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya
biodata terlapor.
d. Data saksi merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya biodata
saksi.
e. Data Kasat merupakan data masukan dari Kasat yang isinya biodata Kasat.
f. Data penyidik merupakan data masukan dari penyidik yang isinya biodata
penyidik.
g. Data berkas perkara merupakan data masukan dari penyidik yang isinya
dokumen berkas perkara.
h. Data PUSINAFIS merupakan data masukan dari petugas identifikasi yang
isinya biodata, ciri-ciri fisik, dan rumus sidik jari dari tersangka atau
pemohon SKCK.
i. Data petugas identifikasi merupakan data masukan dari petugas identifikasi
yang isinya biodata petugas identifikasi.
j. Data catatan kriminal merupakan data masukan dari petugas identifikasi