• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas Perkara di Polres Jember.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas Perkara di Polres Jember."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN APLIKASI PENANGANAN BERKAS

PERKARA DI POLRES JEMBER

TUGAS AKHIR

Program Studi S1 Sistem Informasi

Oleh:

DWI YUNIAR PRADOKO 09.41010.0175

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia ... 9

2.2 Pelayanan Publik ... 9

2.3 Pelayanan Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana ... 14

2.4 Berkas Perkara ... 14

2.5 Penyidik ... 14

2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 15

2.7 Aplikasi ... 16

(3)

xi

Halaman

2.9 Data dan Basis Data ... 21

2.10 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 22

2.11 Database Management System (DBMS) ... 22

2.12 Data Flow Diagram ... 25

2.13 Web ... 26

2.14 PHP ... 27

2.15 MySQL ... 28

2.16 Unit Testing ... 29

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 30

3.1 Analisis Sistem... 30

3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan ... 30

3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna ... 39

3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem ... 41

3.2 Perancangan Sistem ... 78

3.2.1 Merancang Sistem yang Direkomendasikan ... 78

3.2.2 Merancang Uji Coba Fungsional ... 89

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 99

4.1 Implementasi ... 99

4.1.1 Kebutuhan Aplikasi ... 99

4.1.2 Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak ... 101

4.2 Evaluasi ... 115

4.2.1 Menguji dan Mempertahankan Sistem ... 116

(4)

xii

Halaman

BAB V PENUTUP ... 145

5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 145

(5)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah ... 38

Tabel 3.2 Anggota ... 73

Tabel 3.3 Laporan Polisi ... 74

Tabel 3.4 Berkas Perkara ... 74

Tabel 3.5 Saksi ... 75

Tabel 3.6 Terlapor ... 75

Tabel 3.7 Pusinafis ... 76

Tabel 3.8 Catatan kriminal ... 77

Tabel 3.9 SKCK ... 77

Tabel 3.10 Data Anggota ... 90

Tabel 3.11 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 90

Tabel 3.12 Rancangan Uji Coba Halaman Login... 91

Tabel 3.13 Data Laporan Polisi ... 91

Tabel 3.14 Rancangan Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 92

Tabel 3.15 Rancangan Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 93

Tabel 3.16 Data Berkas Perkara ... 94

Tabel 3.17 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 94

Tabel 3.18 Data PUSINAFIS ... 95

Tabel 3.19 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 96

Tabel 3.20 Data SKCK ... 97

Tabel 3.21 Rancangan Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 97

(6)

xiv

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota ... 116

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118

Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Laporan Polisi ... 120

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Halaman Memilih Penyidik ... 124

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 127

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola PUSINAFIS ... 131

Tabel 4.7 Hasil Uji Coba Halaman Mengelola SKCK ... 134

(7)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem ... 17

Gambar 2.2 Hirarki Data ... 22

Gambar 2.3 Sistem Basis Data ... 23

Gambar 2.4 Komponen DFD Menurut Yourdan dan DeMarco ………... 25

Gambar 2.5 Komponen DFD Menurut Gene dan Serson ... 26

Gambar 3.1 Document Flow Pengaduan Masyarakat ... 31

Gambar 3.2 Document Flow Pengaduan Masyarakat (lanjutan) ... 32

Gambar 3.3 Document Flow Identifikasi Sidik Jari ... 34

Gambar 3.4 Document Flow Pembuatan SKCK ... 36

Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK ... 37

Gambar 3.6 Diagram Blok Aplikasi Penanganan Berkas Perkara ... 41

Gambar 3.7 System Flow untuk Mengecek Keabsahan Pengguna ... 46

Gambar 3.8 System Flow untuk Pendaftaran Pengguna ... 47

Gambar 3.9 System Flow untuk Mengelola Data Pengguna ... 48

Gambar 3.10 System Flow untuk Mengelola LP ... 49

Gambar 3.11 System Flow untuk Pemilihan Penyidik ... 50

Gambar 3.12 System Flow untuk Mengelola Berkas Perkara ... 51

Gambar 3.13 System Flow untuk Mengelola PUSINAFIS ... 53

Gambar 3.14 System Flow untuk Menambah Catatan Kriminal ... 54

Gambar 3.15 System Flow untuk Penerbitan SKCK ... 55

Gambar 3.16 System Flow untuk Melihat Laporan SKCK ... 56

(8)

xvi

Halaman

Gambar 3.18 Diagram Jenjang Aplikasi Penanganan Berkas Perkara Di

Polres Jember ... 59

Gambar 3.19 DFD Level Context ... 61

Gambar 3.20 DFD Level 0 ... 62

Gambar 3.21 DFD Level 1 Melakukan Register, Login, dan Mengelola Data Pengguna …….. ... 63

Gambar 3.22 DFD Level 2 Melakukan Register untuk Pengguna ... 63

Gambar 3.23 DFD Level 2 Melakukan Login untuk Pengguna ... 64

Gambar 3.24 DFD Level 2 Mengelola Data Pengguna ... 65

Gambar 3.25 DFD Level 1 Mengelola LP ... 66

Gambar 3.26 DFD Level 1 Memilih penyidik ... 66

Gambar 3.27 DFD Level 1 Mengelola berkas perkara ... 67

Gambar 3.28 DFD Level 1 Mengelola PUSINAFIS ... 67

Gambar 3.29 DFD Level 1 Menambah catatan kriminal ... 68

Gambar 3.30 DFD Level 1 Mengelola SKCK ... 69

Gambar 3.31 DFD Level 1 Menampilkan laporan... 69

Gambar 3.32 DFD Level 2 Menampilkan laporan kriminalitas ... 70

Gambar 3.33 DFD Level 2 Menampilkan laporan SKCK ... 70

Gambar 3.34 CDM ... 71

Gambar 3.35 PDM ... 72

Gambar 3.36 Desain Interface - Tampilan Halaman Login ... 79

Gambar 3.37 Desain Interface – Halaman Mengelola DataPengguna ... 80

Gambar 3.38 Desain Interface– Halaman Tambah Laporan Polisi ... 80

(9)

xvii

Halaman

Gambar 3.40 Desain Interface– Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 81

Gambar 3.41 Desain Interface– Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 82

Gambar 3.42 Desain Interface– Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 83

Gambar 3.43 Desain Interface– Halaman Mengelola Data SKCK ... 84

Gambar 3.44 Desain Keluaran – Laporan Polisi ... 85

Gambar 3.45 Desain Keluaran – Tanda Bukti Lapor ... 86

Gambar 3.46 Desain Keluaran – Laporan Kriminalitas ... 87

Gambar 3.47 Desain Keluaran – Surat Keterangan Catatan Kepolisian ... 88

Gambar 3.48 Desain Keluaran – Laporan SKCK Yang Diterbitkan ... 89

Gambar 3.49 Desain Keluaran – Dokumen Berkas Perkara ... 89

Gambar 4.1 Tampilan Halaman Login ... 102

Gambar 4.2 Tampilan Halaman Administrator ... 102

Gambar 4.3 Tampilan Halaman SPKT ... 102

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Kasat ... 103

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Penyidik ... 103

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Unit Identifikasi ... 103

Gambar 4.7 Tampilan Halaman Unit SKCK ... 104

Gambar 4.8 Tampilan HalamanMengelola Data Pengguna ... 105

Gambar 4.9 Tampilan Halaman Tambah dan Ubah Data Pengguna ... 105

Gambar 4.10 Tampilan Halaman Tambah Laporan Polisi... 106

Gambar 4.11 Tampilan Halaman Cetak Laporan Polisi ... 107

Gambar 4.12 Tampilan Halaman Cetak Bukti Lapor ... 108

(10)

xviii

Halaman

Gambar 4.14 Tampilan Halaman Mengelola Berkas Perkara ... 109

Gambar 4.15 Tampilan Halaman Tambah Berkas Perkara ... 110

Gambar 4.16 Tampilan Halaman Dokumen Berkas Perkara ... 110

Gambar 4.17 Tampilan Halaman Mengelola Data PUSINAFIS ... 111

Gambar 4.18 Tampilan Halaman Menambah Catatan Kriminal ... 112

Gambar 4.19 Tampilan Halaman Mengelola Data SKCK ... 113

Gambar 4.20 Tampilan Halaman Mencetak Laporan SKCK ... 113

Gambar 4.21 Tampilan Halaman Mencetak SKCK ... 114

Gambar 4.22 Tampilan Halaman Laporan Kriminalitas ... 115

Gambar 4.23 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Anggota... 117

Gambar 4.24 Hasil Uji Coba Data Anggota Tersimpan ... 117

Gambar 4.25 Hasil Uji Coba Halaman Login ... 118

Gambar 4.26 Hasil Uji Coba Username dan Password Valid ... 119

Gambar 4.27 Hasil Uji Coba Username dan Password TidakValid ... 119

Gambar 4.28 Hasil Uji Coba Menu Tambah Laporan Polisi ... 121

Gambar 4.29 Hasil Uji Coba Nomor LP Otomatis ... 121

Gambar 4.30 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 121

Gambar 4.31 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan Polisi ... 122

Gambar 4.32 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Bukti Lapor ... 123

Gambar 4.33 Hasil Uji Coba Menu Pilih Penyidik ... 125

Gambar 4.34 Hasil Uji Coba Daftar Penyidik Dengan Status Aktif ... 125

Gambar 4.35 Hasil Uji Coba Data Laporan Polisi Tersimpan ... 125

(11)

xix

Halaman

Gambar 4.37 Hasil Uji Coba Menu Kasus Sedang Ditangani ... 126

Gambar 4.38 Hasil Uji Coba Menu Daftar Semua Kasus ... 127

Gambar 4.39 Hasil Uji CobaDaftar Kasus Yang Sedang Ditangani ... 129

Gambar 4.40 Hasil Uji Coba Pencarian Laporan Polisi Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 129 ...

Gambar 4.41 Hasil Uji Coba Halaman Ubah Laporan Polisi ... 129

Gambar 4.42 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Berkas Perkara ... 130

Gambar 4.43 Hasil Uji Coba Data Tersimpan ... 130

Gambar 4.44 Hasil Uji Coba Daftar Semua Kasus ... 130

Gambar 4.45 Hasil Uji Coba Halaman Daftar PUSINAFIS ... 132

Gambar 4.46 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 132 ...

Gambar 4.47 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 133

Gambar 4.48 Hasil Uji Coba Halaman Ubah PUSINAFIS ... 133

Gambar 4.49 Hasil Uji Coba Data PUSINAFIS Tersimpan ... 133

Gambar 4.50 Hasil Uji Coba Halaman Tambah Catatan Kriminal ... 134

Gambar 4.51 Hasil Uji Coba Halaman Daftar SKCK... 136

Gambar 4.52 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Berdasarkan Kata Kunci ………...………... 136 ...

Gambar 4.53 Hasil Uji Coba Pencarian PUSINAFIS Jika Data Tidak Ada .... 137

Gambar 4.54 Hasil Uji Coba Nomor SKCK Otomatis ... 137

Gambar 4.55 Hasil Uji Coba Data SKCK Tersimpan... 137

Gambar 4.56 Hasil Uji Coba Halaman Cetak SKCK ... 138

Gambar 4.57 Hasil Uji Coba Halaman Cetak Laporan SKCK ... 139

(12)

xx

Halaman

Gambar 4.59 Hasil Uji Coba Filter Laporan Kriminalitas ... 140

(13)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Uji Coba Administrator ... 150

Lampiran 2 Kuesioner Uji Coba SPKT ... 151

Lampiran 3 Kuesioner Uji Coba Kasat ... 153

Lampiran 4 Kuesioner Uji Coba Penyidik ... 154

Lampiran 5 Kuesioner Uji Coba Unit Identifikasi ... 155

Lampiran 6 Kuesioner Uji Coba SKCK ... 156

(14)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi sudah merambah semua bidang, mulai dari bidang

ekonomi, sosial, budaya, politik bahkan bidang medis. Salah satu bidang yang juga

terambah adalah bidang yang bergerak pada pelayanan masyarakat, bidang yang

melayani semua lapisan masyarakat, dan dikelola oleh badan milik pemerintah.

Salah satu badan pemerintah yang melayani pelayanan masyarakat ini adalah

Kepolisian.

Kepolisian Resort (Polres) Jember adalah struktur komando Polri di

kabupaten/kota Jember. Berdasarkan Peraturan No 23 Tahun 2010/Bab 2/Paragraf

2/Pasal 5 berbunyi;

“Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan

melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.”

Namun yang paling ditekankan dalam hal ini adalah pada pasal ke 6 A

yang berbunyi;

“Pemberian pelayanan kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan Polri

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Terkait dengan pelayanan publik, Polres Jember tidak terlepas dari

(15)

2

(SKCK). Pada saat ini di Polres Jember penanganan berkas perkara dan penerbitan

SKCK dilakukan secara manual. Proses penanganan berkas perkara dimulai dari

diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian Sentra Pelayanan Kepolisian

Terpadu (SPKT). SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada

masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama

laporan/pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan kepolisian, bersama fungsi

terkait mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk melaksanakan kegiatan

pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

SPKT terdiri dari 3 (tiga) unit dan disusun berdasarkan pembagian waktu (ploeg).

Masing-masing Unit SPKT dipimpin oleh Kepala SPKT dan dibantu oleh 3 (tiga)

Kepala unit dan 12 (duabelas) Bagian unit. Pembagian waktu piket SPKT

dilaksanakan selama 12 jam mulai pukul 08.00 – 20.00 dan pukul 20.00 – 08.00.

Setelah diterimanya pengaduan masyarakat oleh bagian SPKT, lalu

dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan diregistrasi pada buku register B-1, setelah itu

Laporan Polisi diserahkan kepada Kepala Satuan (Kasat) guna penunjukan

penyidik. Penyerahan Laporan Polisi kepada Kasat hanya dilakukan pada pukul

08.00. Setelah Laporan Polisi diterima oleh penyidik akan dilakukan proses

penyidikan dan melengkapi administrasi penyidikan sampai berkas perkara

diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU). Penyidik yang ditempatkan pada

Unit Resum adalah 10 (sepuluh) petugas.

Adapun permasalahan yang terjadi antara lain, setiap harinya terdapat 5

(lima) pengaduan masyarakat atau Laporan Polisi yang masuk. Setiap Laporan

Polisi yang masuk, SPKT mendistribusikan kepada Kasat secara manual.

(16)

langsung akan menimbulkan resiko keterlambatan penyampaian. Di bagian Kasat,

selama ini melakukan penunjukan penyidik dengan cara manual, sehingga Kasat

tidak dapat mengetahui beban perkara yang ditangani penyidik dan juga tidak

dapat melakukan pemantauan secara langsung penanganan perkara yang ditangani

oleh masing-masing penyidik, biasanya penyidik bisa mengulur waktu untuk

segera melengkapi administrasi penyidikan, sehingga penanganan kasus menjadi

semakin lama.

Pada penerbitan SKCK, setiap harinya terdapat 82 (delapan puluh dua)

SKCK yang diterbitkan yang dilayani oleh 3 (tiga) petugas. Permasalahan yang

terjadi terletak pada proses penyimpanan (rekaman/pencatatan dan pengarsipan).

Selama ini proses penyimpanan data pemohon SKCK dan data pelaku kriminal

masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus.

Sehingga untuk menghasilkan laporan masih kurang efisien. Petugas harus

mengecek, memilah, dan mengelompokkan data kriminal satu per-satu sesuai jenis

pelanggaran. Begitu pula pada penyimpanan data pemohon SKCK menimbulkan

kesulitan dalam proses pencarian. Pemohon yang pernah memiliki catatan atau

keterlibatan dalam kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik, sehingga SKCK

yang dihasilkan kurang valid.

Dengan demikian solusi yang akan digunakan dalam mengatasi

permasalahan yang ada yaitu tetap mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang

Penyidikan Sat Reskrim Polres Jember Tahun 2009 dan Peraturan Kepala

Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara

Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian dengan memanfaatkan teknologi

(17)

4

memantau (monitoring) sebuah berkas perkara, sehingga dapat diketahui status

perkara misalnya : penyidik yang menangani dan status terakhir dari perkara

tersebut. Aplikasi juga dapat mengarsipkan berkas-berkas perkara pidana serta

dapat menghasilkan laporan terkait dengan data kriminalitas berdasarkan periode

dan berdasarkan daerah di wilayah Jember. Aplikasi juga dapat membantu petugas

SKCK dalam melakukan proses penyimpanan serta pencarian data pemohon

SKCK dan pemberian nomor SKCK otomasi sehingga proses pembuatan SKCK

akan lebih mudah dan cepat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember?

2. Bagaimana membuat aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka ruang

lingkup dalam ini adalah sebagai berikut:

1. Proses penyidikan mengacu pada SOP Transparansi Di Bidang Penyidikan Sat

Reskrim Polres Jember Tahun 2009.

2. Aplikasi yang dibuat hanya menangani laporan polisi / pengaduan masyarakat

di SPKT Polres Jember dan merupakan tindak pidana umum.

3. Proses penerbitan SKCK mengacu pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat

(18)

4. SKCK yang diterbitkan oleh Polres Jember hanya diperuntukan bagi seluruh

komponen masyarakat yang berada di Wilayah Hukum Polres Jember sebagai

kelengkapan / persyaratan pembuatan :

a. Melamar Pekerjaan

b. Melanjutkan Pendidikan

c. Pendaftaran Calon Siswa TNI / POLRI

d. Persyaratan Pernikahan Anggota TNI / POLRI

e. Persyaratan Wali Nikah Anggota TNI / POLRI

f. Persyaratan Seleksi CPNS

g. Persyaratan Beasiswa

h. Persyaratan pengajuan Izin Usaha.

5. Penelitian ini tidak membahas proses perumusan sidik jari.

1.4 Tujuan

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Terbentuknya aplikasi penanganan berkas perkara di Polres Jember.

2. Terbentuknya aplikasi penerbitan SKCK di Polres Jember.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki beberapa nilai manfaat

penelitian, antara lain:

1. Dapat membantu dan mempermudah petugas dalam menangani berkas

(19)

6

2. Sebagai transparansi kinerja penyidik agar Kasat dapat mengetahui beban

perkara yang ditangani penyidik, sampai dimana kasus yang ditangani

penyidik dan seberapa lama kasus yang ditangani.

3. Membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan

pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang

lebih cepat.

4. Memberikan laporan pada Kasat terkait data kriminalitas berdasarkan periode

dan berdasarkan daerah, dan laporan SKCK yang diterbitkan di Polres

Jember.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan penelitian ini digunakan untuk menjelaskan

penulisan laporan per bab. Di dalam penulisan laporan penelitian ini secara

sistematika diatur dan disusun dalam lima bab, yaitu pendahuluan, landasan teori,

analisis dan perancangan sistem, implementasi dan evaluasi, dan penutup.

Sistematika penulisan penelitian dapat dijelaskan pada alinea di bawah ini. sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas tentang latar belakang yang

mendasari studi kasus ini serta perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan yang mendeskripsikan semuanya sebagai pengantar.

BAB II : LANDASAN TEORI

(20)

permasalahan yang ada. Landasan teori mempunyai beberapa

pokok bahasan diantaranya yaitu Kepolisian Negara Republik

Indonesia, pelayanan publik, Standar Operasional Prosedur

(SOP) Laporan Polisi / pengaduan masyarakat yang merupakan

tindak pidana, berkas perkara, penyidik, surat keterangan

catatan kepolisian, aplikasi, siklus hidup pengembangan sistem

(SHPS), data dan basis data, data flow diagram (DFD), entity

relationship diagram (ERD), database management system

(DBMS), web, Hypertext Preprocessor (PHP), MySQL, dan

unit testing.

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang semua pekerjaan yang dilakukan

pada pengerjaan Tugas Akhir yaitu meliputi analisis sistem

(identifikasi masalah, peluang dan tujuan, menentukan

kebutuhan informasi pengguna, menganalisis kebutuhan sistem)

dan perancangan sistem (merancang sistem yang

direkomendasikan dan merancang uji coba fungsional).

BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi (kebutuhan

aplikasi dan mengembangkan dan mendokumentasikan

perangkat lunak) dan evaluasi (menguji dan mempertahankan

sistem dan analisis hasil uji coba) yang telah dilakukan.

BAB V : PENUTUP

(21)

8

akhir metodologi penelitian yang Penulis gunakan. Saran yang

dimaksud adalah saran terhadap kekurangan dari aplikasi yang

ada kepada pihak lain yang ingin meneruskan topik Tugas

Akhir ini. Tujuannya adalah agar pihak lain tersebut dapat

menyempurnakan aplikasi sehingga bisa menjadi lebih baik dan

(22)

9

LANDASAN TEORI

2.1 Kepolisian Negara Republik Indonesia

Menurut UU Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut

Polri adalah Alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri.

2.2 Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63

Tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk

atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik. Penyelenggara

Pelayanan Publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik Pemerintah

Daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan

publik. Dengan Penerima Layanan Publik adalah perseorangan atau kelompok

orang dan atau badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban terhadap suatu

(23)

10

2.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat Yang Merupakan Tindak Pidana

Sesuai dengan SOP transparansi di bidang penyidikan Sat Reskrim Polres Jember adalah :

a. Prosedur tindakan :

1. Lakukan penelitian, pelajari dan analisa LP dan atau pengaduan

masyarakat untuk kemudian melakukan tindakan penyelidikan.

2. Membuat rencana penyelidikan sehari setelah LP / pengaduan masyarakat

sampai / diterima oleh penyelidik.

3. Membuat Laporan Hasil Penyelidikan dan melaporkan kepada Kanit /

Kasat sesuai dengan ketentuan :

a) Untuk tahap penerimaan dan penelitian laporan maka SP2HP diberikan

paling lambat 3 hari setelah laporan diterima.

b) Untuk kasus biasa dan sedang dengan waktu penyelidikan 14 hari maka

pengiriman SP2HP paling lambat pada hari terakhir pelaksanaan

penyelidikan.

c) Untuk kasus sulit dan sangat sulit dengan waktu penyelidikan 30 hari

maka pengiriman SP2HP pada hari ke 15 dan hari 30.

4. Gelarkan hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan

ke proses penyidikan.

5. Menilai dan meneliti serta menganalisa perlu / tidaknya tindakan pertama

di TKP, jika perlu dapat dilakukan sesaat setelah menerima LP / pengaduan

(24)

6. Sehari setelah gelar penyelidik mengirimkan SP2HP form III (penyelidikan

dapat ditingkatkan ke proses penyidikan) kepada pelapor dan disertai

dengan permintaan agar pelapor untuk datang ke Polres dengan membawa

bukti-bukti yang dimiliki.

7. Membuat rencana penyidikan yang ditempatkan di belakang sampul map

berkas perkara.

8. Membuat administrasi penyidikan (Surat Perintah Tugas, Surat Perintah

Penyidikan).

9. Membuat Surat Panggilan dan melakukan pemeriksaan saksi-saksi, dan

atau saksi ahli.

10. Setelah mendapatkan keterangan saksi-saksi secara maksimal lakukan

analisa terhadap barang bukti untuk dapat menentukan tersangkanya.

11. Lakukan pemanggilan / membawa / menangkap dengan dilengkapi

dokumen atau administrasi upaya hukum paksa terhadap tersangka

tersebut.

12. Apabila memenuhi alasan penahanan terhadap tersangka maka dapat

lakukan penahanan dengan memperhatikan prosedur penahanan dalam

KUHAP.

13. Penggeledahan dan penyitaan untuk menemukan dan mendapatkan barang

bukti dan lakukan tindakan tersebut dengan dilengkapi administrasi upaya

hukum paksa tersebut.

14. Pemberian informasi kepada masyarakat selaku pelapor atas penanganan

(25)

12

a) Kasus biasa dengan waktu 30 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 15 dan hari ke 30.

b) Kasus mudah dengan waktu 60 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, dan hari ke 60.

c) Kasus sulit dengan waktu 90 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 15, hari ke 30, hari ke 45, hari ke 60,

hari ke 75, dan hari ke 90.

d) Kasus sulit dengan waktu 120 hari dan pengiriman SP2HP kepada

pelapor dilakukan pada hari ke 20, hari ke 40, hari ke 60, hari ke 80,

hari ke 100, dan hari ke 120.

15. Dalam hal penyidik menemui kendala dalam proses penyidikan baik

menyangkut materiil atau formili penyidikan, dan atau penyidikan telah

melampaui batas waktu yang ditentukan atau direncanakan maka penyidik

melaporkan hal tersebut kepada Kasat dan bila dipandang perlu maka

dilakukan gelar perkara secara berjenjang dengan mengundang pihak

terkait dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan saran dan

perimbangan atau masukan terhadap kelancaran proses penyidikan perkara.

16. Paling lambat 2 hari setelah pengiriman berkas perkara dikirimkan SP2HP

kepada pelapor yang memberitahukan bahwa berkas perkara telah

diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.

17. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor atas perkembangan

perkara / berkas perkara terhadap adanya pengembalian berkas dari Jaksa

Penuntut Umum untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun pada waktu

(26)

18. Membuat dan mengirimkan SP2HP kepada pelapor apabila berkas perkara

telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.

19. Paling lambat 2 hari setelah penyerahan tersangka dan barang bukti

(penyerahan tahap II) penyidik membuat dan mengirimkan SP2HP kepada

pelapor yang isinya memberitahukan hal tersebut.

b. Administrasi

Petugas melengkapi administrasi penyidikan yang terdiri dari :

1. Laporan Polisi

2. Rencana penyidikan dengan mencantumkan lamanya penyidikan yang akan

dilakukan dan bobot perkara serta biaya penyidikan.

3. SP2HP dibuat dan disampaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

untuk proses penyidikan yaitu :

a) Rencana Penyidikan

b) Surat Perintah Tugas

c) Surat Perintah Penyidikan

d) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan

e) Surat Panggilan

f) Surat Perintah Penggeledahan

g) Surat Perintah Penyitaan

h) Surat Serah Terima Barang Bukti

i) Surat Perintah Membawa Saksi dan atau Tersangka

j) Surat Perintah Penangkapan

(27)

14

l) Berita Acara (pemeriksaan saksi, membawa saksi dan atau tersangka,

pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penyitaan,

penggeledahan).

2.4 Berkas Perkara

Berkas perkara adalah kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau

keterangan yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam

bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu

(Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Sumatera Selatan, 2011).

2.5 Penyidik

Di dalam buku KUHAP BAB I ketentuan umum, pasal 1 ayat (1),

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

melakukan penyidikan.

Di dalam buku KUHAP BAB III dasar peradilan, pasal 7 ayat (1)

Penyidik kewajibanya mempunyai wewenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memriksa tanda pengenal diri

tersangka.

d. Melakukan penangkapan, penahan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.

(28)

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara.

i. Mengadakan penghentian penyidikan.

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Di dalam buku KUHAP pasal 8 ayat (1), penyidik membuat berita acara

tentang pelaksanaan tindakan dalam pasal 75 dengan tidak mengurangi ketentuan

lain dalam undang-undang ini, ayat (2) penyidik menyerahkan berkas perkara

kepada penuntut umum. Ayat (3) huruf b, dalam hal penyidikan sudah dianggap

selesai, penyidik menyerahkan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti

kepada penuntut umum.

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan

bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

2.6 Surat Keterangan Catatan Kepolisian

Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Catatan

Kepolisian, Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang selanjutnya disingkat

SKCK adalah surat keterangan resmi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang

warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari yang bersangkutan atau

suatu keperluan karena adanya ketentuan yang mempersyaratkan, berdasarkan

hasil penelitian biodata anteseden orang tersebut. Adapun yang dimaksud dengan

anteseden adalah data tentang perilaku seseorang dalam kaitannya dengan tindak

(29)

16

norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat, termasuk keterkaitannya

dengan organisasi terlarang.

Adapun tata cara membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian sebagai

berikut :

1. Membuat SKCK baru :

a. Membawa Surat Pengantar dari Polsek dan Kantor Kelurahan tempat

domisili pemohon.

b. Membawa fotokopi KTP sesuai dengan domisili yang tertera di Surat

Pengantar dari Kantor Kelurahan.

c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.

d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.

e. Membawa Pas Foto terbaru dan berwarna ukuran 4×6 sebanyak 5 lembar.

f. Mengisi Formulir Daftar Riwayat Hidup yang telah disediakan dikantor

Polisi dengan jelas dan benar.

g. Pengambilan Sidik Jari oleh petugas.

2. Memperpanjang masa berlaku SKCK :

a. Membawa lembar SKCK lama yang asli/legalisir dan masih berlaku

b. Membawa fotokopi KTP.

c. Membawa fotokopi Kartu Keluarga.

d. Membawa fotokopi Akta Kelahiran/Kenal Lahir.

e. Membawa pas foto terbaru yang berwarna ukuran 4×6 sebanyak 3 lembar.

2.7 Aplikasi

Aplikasi adalah satu unit perangkat lunak yang dibuat untuk melayani

(30)

pelayanan masyarakat, periklanan, atau semua proses yang hampir manusia

lakukan (Pramana, 2005).

2.8 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS)

Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS) atau dalam bahasa asing

disebut System Development Life Cycle (SDLC) adalah sebuah pendekatan,

tentunya melalui beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang

telah dikembangkan dengan baik melalui penggunaan siklus kegiatan penganalisis

dan pemakai secara spesifik (Kendall & Kendall, 2008).

Gambar 1. Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Kendall & Kendall, 2008)

SHPS terbagi menjadi tujuh tahap seperti yang ditunjukkan pada gambar

1 di atas. Menurut Kendall & Kendall (2008), masing-masing tahap ditampilkan

secara terpisah, namun tidak pernah tercapai sebagai satu langkah terpisah.

Melainkan, beberapa aktivitas muncul secara simultan, dan aktivitas tersebut

dilakukan berulang-ulang. Pernyataan tersebut berkesimpulan bahwa dalam

(31)

18

akan tetapi pada kenyataannya, proses yang dilakukan oleh tahap tersebut

dilakukan secara bertahap dan ada keterkaitan antara tahap satu dengan lainnya,

tentunya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Berikut penjelasan

lebih lanjut mengenai tujuh tahap yang terdapat pada gambar 9 di atas:

a. Mengidentifikasi Masalah, Peluang, dan Tujuan

Tahap ini merupakan tahap yang berpengaruh pada keberhasilan proyek, karena

jika ada kekeliruan menentukan masalah, peluang, dan tujuan maka proyek

tersebut akan sia-sia jika dikerjakan. Pada tahap identifikasi masalah terdapat

beberapa langkah, yaitu diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam

bisnis. (2) Menentukan masalah dengan tepat.

Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan peluang yang

ada pada bisnis tersebut. peluang disini dimaksudkan bahwa penganalisis

sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem informasi

yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang, langkah

selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga mempunyai

beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang terjadi dalam

bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem informasi. (3)

Menyebutkan problem atau peluang-peluang tertentu.

Ada beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya yaitu :

1. Wawancara terhadap manajemen pengguna.

2. Menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh.

3. Mengestimasi cakupan proyek.

(32)

Output dari tahap ini laporan feasible yang berisikan definisi problem dan

ringkasan tujuan.

b. Menentukan Syarat-Syarat Informasi

Pada tahap ini penganalisis menentukan syarat-syarat informasi untuk

pengguna yang terlibat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

menentukan syarat-syarat informasi yaitu: (1) Menentukan sampel dan

memerikas data mentah. (2) Wawancara. (3) Mengamati perilaku pembuat

keputusan dan lingkungan kantor. (4) Prototyping. Tahap ini mempunyai tujuan

untuk menampilkan informasi yang dibutuhkan dalam bisnis terkait serta

membentuk kerangka pendekatan untuk memikirkan ulang bisnis dengan cara

lebih kreatif. Penganalisis akan bisa memahami fungsi-fungsi bisnis dan

melengkapi informasi tentang masyarakat, tujuan, data, dan prosedur yang

terlibat.

c. Menganalisis Kebutuhan Sistem

Menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem dapat menggunakan sebuah

perangkat untuk menentukan kebutuhan. Perangkat tersebut dapat berupa

diagram alir data dan kamus data. Maksud dari perangkat tersebut yaitu untuk

menggambarkan dan menyusun input, proses, dan output.

d. Merancang Sistem yang Direkomendasikan

Pada tahap ini penganalisis merancang sistem yang direkomendasikan setelah

mengumpulkan data yang didapat. Langkah-langkahnya diantaranya: (1)

Merancang data entry. Pada tahap ini penganalis mendata seluruh input yang

akan dimasukkan dalam Graphical User Interface (GUI) agar informasi yang

(33)

20

data. Tahap ini berfungsi sebagai penyimpanan data agar data terorganisir serta

dapat melakukan pengelolaan keluaran yang bermanfaat. (3) Meracancang

prosedur-prosedur back up dan kontrol. Fungsinya agar data dan informasi yang

tersimpan dapat terselamatkan jika terjadi sesuatu bencana atau hal-hal yang

tidak diinginkan. (4) Membuat paket spesifikasi program bagi pemrogram.

Paket tersebut bisa digambarkan dengan flowchart sistem, diagram alir data,

dan lain sebagainya.

e. Mengembangkan dan Mendokumentasikan Perangkat Lunak

Penganalisis perlu menggunakan salah satu teknik terstruktur dalam

mengembangkan perangkat lunak. Teknik tersebut yaitu rencana terstruktur,

Nassi-Shneiderman charts, dan pseudocode. Pendokumentasian dilakukan

untuk menjelaskan pengembangan dan kode program serta bagian-bagian

kompleks dari program.

f. Menguji dan Mempertahankan Sistem

Tahap ini merupakan tahap yang dilakukan secara berkesinambungan ketika

program sudah dibuat dan diuji yaitu diperthankan dengan cara memperbaharui

program. Pengujian juga diperlukan untuk menemukan adanya kendala maupun

masalah yang terjadi ketika adanya pengujian.

g. Mengimplementasikan dan Mengevaluasi Sistem

Penganalisis bekerjasama dengan pengguna dalam melakukan implementasi

sistem. Keterlibatan tersebut yakni dalam hal pelatihan dalam mengendalikan

sistem serta perencanaan konversi sistem lama ke sistem yang baru. Setelah

(34)

mengetahui pemenuhan kriteria bahwa pengguna benar-benar menggunakan

sistem.

2.9 Data dan Basis Data

Menurut Ramez Elmasri dan Shamkant B. Navathe (2000), data

merupakan fakta mengenai suatu objek seperti manusia, benda, peristiwa, konsep,

keadaan dan sebagainya yang dapat dicatat dan mempunyai arti secara implisit.

Data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, karakter atau simbol, sehingga bila

data dikumpulkan dan saling berhubungan maka dikenal dengan istilah basis data

(database).

Elmasri mendefinisikan basis data lebih dibatasi pada arti implisit yang

khusus, yaitu:

a. Basis data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata (real world).

b. Basis data merupakan kumpulan data dari berbagai sumber yang secara logika

mempunyai arti implisit, sehingga data yang terkumpul secara acak dan tanpa

mempunyai arti, tidak dapat disebut basis data.

c. Basis data perlu dirancang, dibangun dan data dikumpulkan untuk suatu

tujuan. Basis data dapat digunakan oleh beberapa user dan beberapa aplikasi

yang sesuai dengan kepentingan user.

Dari beberapa definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa basis data

mempunyai berbagai sumber data dalam pengumpulan data, bervariasi derajat

interaksi kejadian dari dunia nyata, dirancang dan dibangun agar dapat digunakan

(35)

22

2.10 Entity Relationship Diagram (ERD)

Menurut Oetomo (2002), ERD berfungsi untuk menggambarkan relasi

dari dua file atau dua tabel yang dapat digolongkan dalam tiga macam bentuk

relasi, yaitu satu-satu, satu-banyak, dan banyak-banyak. ERD menggunakan

sejumlah notasi dan simbol untuk menggambarkan struktur dan hubungan antar

data.

Pada dasarnya ada tiga macam simbol yang digunakan yaitu :

a. Entiti : adalah suatu obyek yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan

pemakai, sesuatu yang penting bagi pemakai dalam konteks sistem yang akan

dibuat.

b. Atribut : Atribut berfungsi untuk mendeskripsikan karakter entiti.

c. Hubungan : Entiti dapat berhubungan satu sama lain. Hubungan ini

dinamakan relationships (relasi).

Gambar 2. Hirarki Data (Waliyanto, 2000)

2.11 Database Management System (DBMS)

Menurut Waliyanto (2000), gabungan antara basis data dan perangkat

lunak Sistem Manajemen Basis Data (SMBD) termasuk di dalamnya program

aplikasi yang dibuat dan bekerja dalam satu sistem disebut dengan Sistem Basis

(36)

Gambar 3.Sistem Basis Data (Waliyanto, 2000)

DBMS dapat diartikan sebagai program komputer yang digunakan untuk

memasukkan, mengubah, menghapus, memodifikasi dan memperoleh

data/informasi dengan praktis dan efisien.

Kelebihan dari DBMS antara lain adalah:

a. Kepraktisan. DBMS menyediakan media penyimpan permanen yang

berukuran kecil namun banyak menyimpan data jika dibandingkan dengan

menggunakan kertas.

b. Kecepatan. Komputer dapat mencari dan menampilkan informasi yang

dibutuhkan dengan cepat.

c. Mengurangi kejemuan. Pekerjaan yang berulang-ulang dapat menimbulkan

kebosanan bagi manusia, sedangkan mesin tidak merasakannya.

d. Update to date. Informasi yang tersedia selalu berubah dan akurat setiap

(37)

24

Merupakan alat dokumentasi program yang dikembangkan dan didukung

oleh IBM. Tetapi kini HIPO juga telah digunakan sebagai alat bantu untuk

merancang dan mendokumentasikan siklus pengembangan sistem.

a. Sasaran HIPO

HIPO telah dirancang dan dikembangkan secara khusus untuk

menggambarkan suatu struktur bertingkat guna memahami fungsi-fungsi dari

modul-modul suatu sistem, dan HIPO juga dirancang untuk menggambarkan

modul-modul yang harus diselesaikan oleh pemrogram. HIPO tidak dipakai

untuk menunjukkan instruksi-instruksi program yang akan digunakan,

disamping itu HIPO menyediakan penjelasan yang lengkap dari input yang

akan digunakan, proses yang akan dilakukan serta output yang diinginkan.

b. Diagram HIPO

HIPO menggunakan tiga macam diagram untuk masing-masing tingkatannya,

yaitu sebagai berikut :

1. Visual table of contents : Diagram ini menggambarkan hubungan dari

modul-modul dalam suatu sistem secara berjenjang.

2. Overview diagrams : Overview diagrams digunakan untuk menunjukkan

secara garis besar hubungan dari input, proses dan output, dimana bagian

input menunjukkan item-item data yang akan digunakan oleh bagian

proses berisi langkah-langkah yang menggambarkan kerja dari fungsi

atau modul dan bagian output berisi hasil pemrosesan data.

3. Detail Diagram : berisi elemen-elemen dasar dari paket yang

(38)

2.12 Data Flow Diagram

Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang

memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu

jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik

secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama

Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model

fungsi.

DFD ini adalah salah satu alat pembuatan model yang sering digunakan,

khususnya bila fungsi-fungsi sistem merupakan bagiann yang lebih penting dan

kompleks dari pada data yang dimanipulasi oleh sistem. Dengan kata lain, DFD

adalah alat pembuatan model yang memberikan penekanan hanya pada fungsi

sistem.

DFD ini merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur

data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisis

maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem

kepada pemakai maupun pembuat program.

Komponen Data Flow Diagram :

a. Menurut Yourdan dan DeMarco

(39)

26

b. Menurut Gene dan Sarson

Gambar 5. Komponen DFD Menurut Gene dan Serson (Febriani, 2003)

2.13 Web

Menurut Simamarta (2010), aplikasi web adalah sebuah sistem informasi

yang mendukung interaksi pengguna melalui antarmuka berbasis web. Fitur-fitur

aplikasi web biasanya berupa data persistence, mendukung transaksi dan

komposisi halaman web dinamis yang dapat dipertimbangkan sebagai hibridisasi,

antara hipermedia dan sistem informasi.

Aplikasi web adalah bagian dari client-side yang dapat dijalankan oleh

browser web. Client-side mempunyai tanggung jawab untuk pengeksekusian

proses bisnis. Interaksi web dibagi ke dalam tiga langkah yaitu:

1. Permintaan

Pengguna mengirimkan permintaan ke server web, biasanya via halaman web

yang ditampilkan pada browser web.

2. Pemrosesan

Server web menerima permintaan yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian

memproses permintaan tersebut.

3. Jawaban

(40)

Halaman web bisa terdiri dari beberapa jenis informasi grafis (tekstual

dan multimedia). Kebanyakan komponen grafis dihasilkan dengan tool khusus,

menggunakan manipulasi langsung dari editor WYSIWYG.

2.14 PHP

Menurut Firdaus (2007), PHP merupakan singkatan dari Hypertext

Preprocessor, adalah sebuah bahasa scripting berbasis server side scripting yang

terpasang pada HTML dan berada di server dieksekusi di server dan digunakan

untuk membuat halaman web yang dinamis. Sebagian besar sintaksnya mirip

dengan bahasa C atau java, ditambah dengan beberapa fungsi PHP yang spesifik.

Tujuan utama bahasa ini adalah untuk memungkinkan perancang web menulis

halaman web dinamik dengan cepat.

Halaman web biasanya disusun dari kode-kode HTML yang disimpan

dalam sebuah file berekstensi .html. File HTML ini dikirimkan oleh server (atau

file) ke browser, kemudian browser menerjemahkan kode-kode tersebut sehingga

menghasilkan suatu tampilan yang indah. Lain halnya dengan program PHP,

program ini harus diterjemahkan oleh web server sehingga menghasilkan kode

html yang dikirim ke browser agar dapat ditampilkan. Program ini dapat berdiri

sendiri ataupun disisipkan di antara kode-kode HTML sehingga dapat langsung

ditampilkan bersama dengan kode-kode HTML tersebut. Program php dapat

ditambahkan dengan mengapit program tersebut di antara tanda <?dan ?>.

Tanda-tanda tersebut biasanya digunakan untuk memisahkan kode php dari kode HTML.

File HTML yang telah dibubuhi program php harus diganti ekstensi-nya menjadi

(41)

28

2.15 MySQL

Menurut Nugroho (2005), adalah sebuah perangkat sistem manajemen

basis data SQL atau yang dikenal dengan DBMS (Database management system)

yang dapat multithread dan multi-user.

Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul daripada

database server lainnya, terutama dalam kecepatan. Berikut ini keunggulan

MySQL antara lain:

1. Portability

MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows,

Linux, FreeBSD, Mac Os X Server dan solaris.

2. Multiuser

MySQL dapat digunakan oleh beberapa user dalam waktu yang bersamaan

tanpa mengalami masalah atau konflik.

3. Security

MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask, nama

host, dan izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta

password terenkripsi.

4. Scalability dan limit

MySQL mampu menangani database dalam skala besar, dengan jumlah record

lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas indeks

yang dapat ditampung mencapai 32 indeks pada tiap tabelnya.

(42)

2.16 Unit Testing

Menurut Fatta (2007), pengujian unit digunakan untuk menguji setiap

modul untuk menjamin setiap modul menjalankan fungsinya dengan baik. Ada 2

metode untuk melakukan unittesting, yaitu:

1. BlackBoxTesting

Terfokus pada unit program yang memenuhi kebutuhan (requirement) yang

disebutkan dalam spessifikasi. Pada black box testing, cara pengujian hanya

dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul, kemudian

diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses bisnis yang diinginkan.

2. WhiteBoxTesting

Whiteboxtesting adalah cara pengujuan dengan melihat ke dalam modul untuk

meneliti kode-kode program yang ada, dan menganalisis terdapat kesalahan

(43)

30

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini dijelaskan tentang analisis dan perancangan dari sistem atau

aplikasi yang akan dibuat, yaitu Rancang Bangun Aplikasi Penanganan Berkas

Perkara Di Polres Jember. Analisis dan perancangan diadaptasi dari teori siklus

hidup pengembangan sistem sesuai dengan sub bab 2.8.

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem terbagi menjadi tiga bagian yaitu, identifikasi masalah,

peluang dan tujuan, menentukan kebutuhan informasi pengguna, dan menganalisis

kebutuhan sistem. Tiga bagian tersebut sesuai dengan teori siklus hidup

pengembangan sistem sesuai sub bab 2.8.

3.1.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan

Pada tahap identifikasi masalah terdapat beberapa langkah, yaitu

diantaranya: (1) Melihat apa yang terjadi didalam bisnis. (2) Menentukan masalah

dengan tepat. Setelah masalah didapat maka langkah selanjutnya menentukan

peluang yang ada pada bisnis tersebut. Peluang disini dimaksudkan bahwa

penganalisis sistem yakin bahwa dengan akan ada peningkatan jika ada sistem

informasi yang terkomputerisasi. Jika sudah menemukan masalah dan peluang,

langkah selanjutnya yaitu menentukan tujuan. Menentukan tujuan juga

mempunyai beberapa langkah diantaranya: (1) Menemukan apa yang sedang

terjadi dalam bisnis. (2) Menentukan aspek dalam aplikasi-aplikasi sistem

(44)

Selama ini penanganan berkas perkara dan penerbitan SKCK di Polres

Jember adalah sebagai berikut :

Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK

Penyidik

Tanda terima LP

LP

Gelar Hasil Penyelidikan

Tingkatkan ke proses penyidikan

Membuat SP2HP form

II

SP2HP form II

SP2HP form II

tidak

Membuat SP2HP form

III

SP2HP form III

SP2HP form III

Ya

a b

(45)

32

Laporan Polisi / Pengaduan Masyarakat di SPK

Jaksa Sprint tugas

& sprint penyidikan Mendatangi

Polres dengan membawa bukti yg dimiliki

Ttd

Membuat SPDP, Sprint tugas

& Sprint penyidikan Sprint tugas

& sprint penyidikan

SPDP, Sprint tugas & sprint penyidikan

BA Pemeriksaan

saksi SPDP,

Sprint tugas & sprint penyidikan

Membuat BA penangkapan Tidak hadir

BA penangkapan

Membuat BA pemeriksaan

(46)

Proses penanganan pengaduan masyarakat pada Polres Jember diawali

dengan pelapor melaporkan, memberitahukan dan mengadukan akan, sedang dan

telah terjadinya peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana pada petugas

SPKT. Kemudian SPKT mengidentifikasi masalah/laporan apakah diperlukan

tindakan pertama di TKP. Apabila diperlukan maka petugas SPKT, piket fungsi

dan piket unit identifikasi segera melakukan olah TKP guna mencatat dan

mengumpulkan bukti permulaan tentang adanya dugaan akan, sedang dan telah

terjadinya tindak pidana. Apabila tidak diperlukan tindakan pertama di TKP,

maka dibuatkan Laporan Polisi (LP) dan memberikan tanda terima LP pada

pelapor.

Sebelum LP diserahkan ke Kasat, LP ditulis di buku register terlebih

dahulu. Setelah itu Kasat menunjuk penyidik untuk menangani perkara atau kasus

tersebut. Penyidik yang ditunjuk tersebut membuat rencana penyelidikan dan

membuat laporan hasil penyelidikan untuk dilaporkan kepada Kasat. Setelah itu

dilakukan gelar hasil penyelidikan untuk menentukan apakah dapat ditingkatkan

ke proses penyidikan. Apabila dapat ditingkatkan maka mengirimkan Surat

Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) form III kepada pelapor

dan disertai dengan permintaan agar pelapor datang ke Polres dengan membawa

bukti-bukti yang dimilki. Apabila tidak dapat ditingkatkan maka mengirimkan

SP2HP form II dengan disertai alasan yuridis kepada pelapor.

Selanjutnya penyidik melakukan proses penyidikan dan melengkapi

administrasi penyidikan. Setelah melengkapi administrasi penyidikan, berkas

perkara diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan mengirim SP2HP

(47)

34

kepada JPU. SP2HP juga dikirim kepada pelapor apabila terdapat adanya

pengembalian berkas perkara dari JPU untuk dilengkapi oleh penyidik, maupun

apabila berkas perkara telah dinyatakan lengkap (P-21) oleh JPU.

Document flow identifikasi sidik jari pada Gambar 3.3 yaitu

menggambarkan proses identifikasi sidik jari di Polres Jember. Identifikasi sidik

jari dilakukan sebelum tersangka diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.

Proses ini diawali dengan petugas unit identifikasi mengisi lembar PUSINAFIS

yang berisi data diri dan ciri-ciri fisik tersangka. Kemudian tersangka melakukan

cap sidik jari pada lembar PUSINAFIS. Setelah sidik jari terisi, petugas

melakukan perumusan sidik jari untuk mendapatkan rumus sidik jari. Selanjutnya

lembar PUSINAFIS dan rumus sidik jari disimpan sebagai arsip.

Identifikasi Sidik Jari

Unit Identifikasi Tersangka

Mulai

Mengisi lembar PUSINAFIS

PUSINAFIS

PUSINAFIS

Melakukan cap sidik jari

PUSINAFIS + sidik jari

PUSINAFIS + sidik jari

Melakukan perumusan sidik jari

Rumus sidik jari

Selesai

(48)

Document flow pembuatan SKCK pada Gambar 3.4 yaitu

menggambarkan proses pembuatan atau penerbitan SKCK di Polres Jember.

Proses ini diawali dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres

Jember dengan membawa berkas persyaratan, lalu menyerahkan berkas

persyaratan tersebut ke petugas SKCK. Kemudian petugas SKCK memeriksa

kelengkapan berkas persyaratan. Jika berkas persyaratan tidak lengkap maka

petugas memberitahukan bahwa berkas persyaratan tidak lengkap dan

menyarankan ke pemohon untuk melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu.

Jika berkas persyaratan tersebut lengkap maka petugas memberikan

formulir SKCK beserta tanda terima. Pemohon mengisi formulir SKCK kemudian

ke loket sidik jari dengan menunjukkan tanda terima untuk proses identifikasi

sidik jari. Setelah proses identifikasi sidik jari selesai, pemohon menyerahkan

formulir SKCK yang sudah terisi dan hasil identifikasi sidik jari ke loket SKCK.

Selanjutnya petugas SKCK melakukan proses pengerjaan penerbitan SKCK.

Setelah proses pengerjaan selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada

pemohon dan meminta biaya administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh

petugas sebagai arsip.

Document flow perpanjangan SKCK pada Gambar 3.5 yaitu

menggambarkan proses perpanjangan SKCK di Polres Jember. Proses ini diawali

dengan pemohon datang ke loket SKCK yang tersedia di Polres Jember dengan

membawa berkas persyaratan berupa SKCK lama (asli atau legalisir) yang masih

berlaku dan foto berwarna 4x6 3 lembar, lalu menyerahkan ke loket SKCK.

Petugas SKCK akan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi dari berkas

(49)

36

Jika berkas persyaratan sudah lengkap dan sesuai maka petugas SKCK

melakukan proses pengerjaan perpanjangan SKCK. Setelah proses pengerjaan

selesai, petugas menyerahkan SKCK asli kepada pemohon dan meminta biaya

administrasi. SKCK salinan akan disimpan oleh petugas sebagai arsip.

Pembuatan SKCK

Loket Sidik Jari Loket SKCK

Meminta form sidik jari dengan

menunjukkan tanda terima

Form sidik jari terisi

Identifikasi sidik jari Rumus sidik jari

Menyerahkan form SKCK terisi dan Rumus sidik jari

Form SKCK terisi dan Rumus sidik jari Memeriksa

Memberi form SKCK dan tanda

terima

Rumus sidik jari

Menyerahkan rumus sidik jari ke pemohon Melengkapi Form sidik jari

terisi ke petugas Form sidik jari

terisi Mengisi

form sidik jari Form sidik jari

(50)

Perpanjangan SKCK legalisir ) yang masih berlaku

dan foto berwarna 4X6 3 lembar SKCK lama ( asli atau legalisir )

yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6 3 lembar

Mulai

Menyerahkan SKCK Menyerahkan SKCK

lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto berwarna 4X6

3 lembar

SKCK

SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih berlaku dan foto

berwarna 4X6 3 lembar

SKCK salinan SKCK

Mengembalikan SKCK lama ( asli atau legalisir ) yang masih

berlaku dan foto berwarna 4X6 3

lembar

Gambar 3.5 Document Flow Perpanjangan SKCK

Penjabaran proses bisnis di atas mempunyai beberapa kelemahan,

(51)

38

Tabel 3.1 Tabel Identifikasi Penyebab Masalah

No Masalah Penyebab Solusi yang

ditawarkan

1 Pendistribusian laporan

polisi / pengaduan

masyarakat dari SPKT

kepada Kasat

membutuhkan waktu

lama, yaitu hanya

dilakukan pada pukul 08.00 atau pada saat pergantian piket.

Distribusi yang masih manual dengan cara

mendatangi stakeholder

secara langsung akan

menimbulkan resiko

keterlambatan penyampaian.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk

mendistribusian

laporan polisi /

pengaduan

masyarakat secara

cepat, sehingga

dapat mengurangi

resiko keterlambatan penyampaian.

2 Pemantauan terhadap

penanganan perkara

tidak dapat terlaksana dengan baik.

Kasat tidak dapat

melakukan pemantauan secara langsung sampai

manakah penanganan

perkara yang ditangani

oleh masing-masing

penyidik.

Sebuah aplikasi yang

dapat memantau

status terakhir dari suatu perkara.

3 Kasat tidak dapat

mengetahui beban

perkara yang sedang ditangani oleh penyidik.

Selama ini Kasat

melakukan penunjukan penyidik secara manual.

Sebuah aplikasi yang

dapat menyajikan

informasi beban

perkara yang sedang

ditangani oleh

penyidik.

4 Pemohon yang akan

melakukan

perpanjangan SKCK

karena masa berlaku

SKCK sudah habis,

mereka harus mengikuti

semua prosedur

pembuatan SKCK mulai

dari awal seperti

mengisi formulir dan perumusan sidik jari, padahal mereka sudah pernah mengisi formulir tersebut.

Penyimpanan data

pemohon SKCK masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak khusus.

Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data

pemohon SKCK,

sehingga proses

perpanjangan SKCK akan lebih mudah dan cepat.

5 Pemohon yang pernah

memiliki catatan atau

keterlibatan dalam

kegiatan kriminal tidak terdeteksi dengan baik.

Penyimpanan data

pelaku kriminal masih dalam bentuk kertas yang dibukukan dan disimpan pada rak-rak

Sebuah aplikasi yang dapat mengelola data

pelaku kriminal,

(52)

No Masalah Penyebab Solusi yang ditawarkan

khusus. kesalahan dan

keterlambatan dalam memberikan

informasi data.

6 Pemberian nomor

SKCK rentan

mengalami kesalahan.

Pemberian nomor

SKCK dilakukan secara manual.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk pemberian

nomor SKCK.

7 Untuk dapat

menghasilkan laporan

dari data kriminal

maupun data SKCK

masih kurang efisien.

Petugas harus

mengecek, memilah,

dan mengelompokkan data kriminal satu

per-satu sesuai jenis

pelanggaran. Begitu

pula pada laporan

penerbitan SKCK,

petugas harus menyalin kembali data pemohon

berdasarkan periode

tertentu.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

untuk menghasilkan laporan kriminalitas dan laporan SKCK.

8 Penyimpanan arsip

berkas perkara

menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaannya.

Selama ini

penyimpanan arsip

berkas perkara dalam

bentuk hardcopy.

Sebuah aplikasi yang

dapat membantu

dalam penyimpanan berkas perkara.

Adapun solusi yang ditawarkan dapat membantu dan mempermudah

petugas dalam menangani berkas perkara dan penerbitan SKCK. Selain itu, juga

membantu pihak Polres Jember untuk menunjang dan mendukung kemajuan

pelayanan yang terpadu, sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih

cepat.

3.1.2 Menentukan Kebutuhan Informasi Pengguna

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

syarat-syarat informasi atau batasan-batasan tertentu seperti siapa saja yang

(53)

40

SKCK, dan lain sebagainya. Berhubungan dengan syarat yang dicontohkan

tersebut maka ada beberapa hal batasan yaitu :

a. Pada aplikasi ini terdapat 6 (enam) user dengan hak akses yang berbeda, yaitu :

1. Admin mempunyai hak akses yang paling luas sehingga mampu

mengakses semua halaman yang ada pada aplikasi, tapi tugas utama admin

adalah untuk maintenance data-data pada master seperti master users.

2. SPKT hanya bertugas untuk menambah data LP, oleh karena itu SPKT

mempunyai hak akses pada halaman SPKT yang meliputi tambah data LP,

dan mencetak tanda bukti lapor untuk diberikan kepada pelapor.

3. Kasat mempunyai hak akses menunjuk penyidik yang menangani perkara,

melihat detail penyidik, melihat detail perkara dan melihat laporan

kriminalitas.

4. Penyidik mempunyai hak akses mengelola data LP dan melengkapi

administrasi penyidikan lalu menyimpannya kedalam aplikasi.

5. Bagian SKCK mempunyai hak akses untuk mengelola data SKCK,

mencetak SKCK, dan melihat laporan.

6. Bagian identifikasi mempunyai hak akses mengelola data PUSINAFIS dan

mengelola data catatan kriminal.

b. Pemohon yang akan membuat SKCK maupun memperpanjang SKCK wajib

melengkapi berkas persyaratan terlebih dahulu dan dikenai biaya administrasi

Rp 10.000,00 .

c. Waktu pelayanan pengaduan masyarakat di SPKT dilakukan setiap hari selama

24 jam. Waktu pelayanan penerbitan SKCK pada hari senin – kamis pukul

(54)

3.1.3 Menganalisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan sistem ini akan menjelaskan tentang beberapa hal

mengenai beberapa kebutuhan pengguna, seperti contohnya user yang terlibat

dalam sistem dan informasi yang dihasilkan oleh sistem sehingga bermanfaat bagi

users. Diagram blok pada Gambar 3.6 berguna untuk menggambarkan garis besar

yang menjadi input, process, dan output.

Proses

Mencetak tanda bukti lapor

Input Output

Menyimpan LP Data LP

Laporan Polisi Data Petugas SPKT

Proses

Data LP Terubah Mengubah Data LP

Data Berkas Perkara Data LP

Mengelola Berkas Perkara

Proses

Input Output

Data Petugas Identifikasi

Catatan Kriminal Data PUSINAFIS

Tersimpan Mengelola PUSINAFIS

Data Catatan Kriminal Data PUSINAFIS

Menambah Catatan Kriminal

Proses

Input Output

Mengelola data SKCK Data SKCK

Laporan SKCK yang Diterbikan

SKCK Data Petugas SKCK

Data PUSINAFIS

Tanda bukti lapor

Berkas Perkara Tersimpan

Data Catatan Kriminal

Menampilkan Laporan kriminalitas

(55)

42

Berikut penjelasan mengenai detail diagram blok berdasarkan kategori

input, process, dan output:

1. Input

a. Data petugas SPKT merupakan data masukan dari petugas SPKT yang

isinya biodata petugas SPKT.

b. Data LP merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya data

pelapor dan peristiwa yang dilaporkan.

c. Data terlapor merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya

biodata terlapor.

d. Data saksi merupakan data masukan dari petugas SPKT yang isinya biodata

saksi.

e. Data Kasat merupakan data masukan dari Kasat yang isinya biodata Kasat.

f. Data penyidik merupakan data masukan dari penyidik yang isinya biodata

penyidik.

g. Data berkas perkara merupakan data masukan dari penyidik yang isinya

dokumen berkas perkara.

h. Data PUSINAFIS merupakan data masukan dari petugas identifikasi yang

isinya biodata, ciri-ciri fisik, dan rumus sidik jari dari tersangka atau

pemohon SKCK.

i. Data petugas identifikasi merupakan data masukan dari petugas identifikasi

yang isinya biodata petugas identifikasi.

j. Data catatan kriminal merupakan data masukan dari petugas identifikasi

Gambar

Gambar 1. Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Kendall & Kendall, 2008)
Gambar 2. Hirarki Data (Waliyanto, 2000)
Gambar 3.Sistem Basis Data (Waliyanto, 2000)
Gambar 4. Komponen DFD Menurut Yourdan dan DeMarco (Febriani, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman entri berkas perkara perdata terdapat form entri untuk memasukkan data berkas perkara perdata yang dapat disimpan ke dalam database dengan cara menekan

- Setelah Majelis Hakim selesai mempelajari berkas perkara dan mengembalikan berkas perkara tersebut ke Kepaniteraan Pidana maka

LEBAK MUNCANG CIWIDEY KAB.. LEBAK MUNCANG

LEBAK MUNCANG CIWIDEY KAB.. KH AHMAD

SERI NAMA ALAMAT PASAL NOMOR POLISI BARANG.. BUKTI DENDA BIAYA

SARI WATES INDAH III NO.. DALEM

LEBAK MUNCANG CIWIDEY KAB.. KH AHMAD

Perbedaan ketinggian tempat perangkap warna kuning belum efektif terhadap pengendalian populasi hama yang terperangkap, baik pada atas, tengah, maupun bawah tajuk tanaman mangga