• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN KETINGGIAN PERANGKAP WARNA KUNING TERHADAP PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN MANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEEFEKTIFAN KETINGGIAN PERANGKAP WARNA KUNING TERHADAP PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN MANGGA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 KEEFEKTIFAN KETINGGIAN PERANGKAP WARNA KUNING TERHADAP

PENGENDALIAN SERANGGA HAMA TANAMAN MANGGA Eko Apriliyanto1* dan Bondan Hary Setiawan2

1*Dosen Program Studi D III Agroteknologi Politeknik Banjarnegara Email : okeapriliyanto@gmail.com.

2Dosen Program Studi D III Agroteknologi Politeknik Banjarnegara Email : primagila@gmail.com.

Received date: 16/09/2016, Revised date: 14/11/2016, Accepted date: 02/10/2017

ABSTRACT

The aim of the study is to know the effectiveness of yellow trap height toward mango pest control. Time to study in October 2015. The determination of the sampling was using sampling purposive technique. The instalation of yellow trap was conducted at three high levels, they were at the top, middle, and lower plant canopy of mango. Observations of insect pest populations caught in the trap yellow conducted for 24 hours after installation. The data analysis was done by Shannon-Weaver diversity index (H') and relative abundance. Pests population based on height level was analyzed by using the F test, if significantly different continued with DMRT level of 5%. Difference in height trapping has not showed the effectiveness of insect pest population control which were trapped in the upper, middle, and lower plant canopy of mango. Insect pests which were caught including order Colepotera, Diptera, Lepidoptera and Hemiptera. Insect pest populations which were caught in yellow trapp at the top, middle, and lower plant canopy of mango in a row 36, 48, and 46 individuals.

Keywords : Control, mango, pests, yellow traps

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keefektifan ketinggian perangkap warna kuning terhadap pengendalian hama tanaman mangga. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2015. Penentuan pengambilan contoh menggunakan teknik sampling purposive. Pemasangan perangkap warna kuning dilakukan pada tiga ketinggian tempat yaitu, di atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga. Pengamatan populasi serangga hama yang tertangkap perangkap warna kuning dilakukan setelah pemasangan selama 24 jam. Analisis data dilakukan dengan menghitung indeks keragaman Shannon-Weaver (H’) dan kelimpahan relatif (KR). Populasi hama berdasarkan ketinggian perangkap warna kuning dianalisis menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%. Perbedaan ketinggian tempat pemasangan perangkap belum menunjukkan tingkat keefektifan terhadap pengendalian populasi serangga hama yang terperangkap pada bagian atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga. Serangga hama yang tertangkap meliputi ordo Colepotera, Diptera, Lepidoptera dan Hemiptera. Populasi serangga hama yang tertangkap warna kuning pada bagian atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga berturut-turut 36, 48 dan 46 individu.

Kata kunci : Hama, mangga, pengendalian, perangkap kuning PENDAHULUAN

Mangga (Mangifera indica) merupakan komoditi hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain dibudidayakan dalam skala luas, seringkali masyarakat menjadikan jenis tanaman ini sebagai tanaman pekarangan rumah. Kendala dalam budidaya tanaman mangga antara lain jumlah produksi yang berfluktuasi dan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). OPT yang menyerang tanaman mangga diantaranya jenis hama. Kerusakan oleh hama tanaman mangga dapat

(2)

2 melalui serangan di bagian akar, batang, daun, bunga, bahkan buah yang telah dipanen juga memungkinkan terserang hama.

Pengamatan berupa populasi hama yang menyerang komoditi pertanian sangat perlu sebagai informasi tentang tingkat serangan dan jenis hama yang menyerangnya. Salah satu upaya pengendalian yang ramah lingkungan dalam menekan populasi hama yaitu dengan memanfaatkan perangkap fisik diantaranya adalah penggunaan warna kuning. Informasi tentang perangkap warna telah dipublikasikan oleh Mas’ud (2011), namun belum mengkaji pada tanaman mangga dan penelitian Sihombing et al., (2013) bahwa perangkap warna kuning paling banyak dapat menangkap populasi hama.

Data dan informasi tentang keberadaan spesies hama tanaman mangga masih kurang, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana keefektifan perangkap warna kuning pada beberapa ketinggian tempat. Hal ini akan bermanfaat sebagai informasi tentang keragaman populasi hama tertentu sebagai dasar dalam pengendalian hama efektif dan efesien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan ketinggian perangkap warna kuning terhadap pengendalian hama tanaman mangga.

BAHAN DAN METODE

Waktu penelitian pada bulan Oktober 2015. Penentuan pengambilan contoh menggunakan Teknik Sampling Purposive yaitu contoh pertanaman mangga dipilih dengan pertimbangan ukurannya seragam. Jumlah contoh tanaman yang digunakan dalam penelitian yaitu 10 tanaman. Umur tanaman mangga yang digunakan dalam penelitian sekitar 5 tahun. Penelitian dilakukan di lahan Politeknik Banjarnegara dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan, sehingga terdapat 30 unit percobaan. Pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

1. Pembuatan perangkap warna kuning

a. Kertas asturo ukuran 30 cm x 20 cm dengan warna kuning bagian depan dan belakang b. Kertas dibungkus dengan plastik transparan

c. Bagian plastik transparan diolesi dengan minyak goreng dan ditopang menggunakan bambu agar lebih kokoh

d. Pemasangan perangkap warna dilakukan pada tiga ketinggian tempat yaitu, di bawah tajuk, pada tajuk dan di atas tajuk tanaman mangga

2. Pengamatan keefektifan ketinggian perangkap warna

a. Analisis data dilakukan dengan menghitung indeks keragaman Shannon-Weaver (H’) dan kelimpahan relatif (KR) dengan rumus:

Indeks keragaman (H’) sebagai berikut: H′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖

𝑛

𝑖=1 pi =ni

N

H’ = Indeks Keragaman Shannon-Weaver

pi = Proporsi jumlah individu ke-1 dengan jumlah total individu ni = Spesies ke-i

N = Jumlah total individu

Rumus kelimpahan relative (KR) sebagai berikut: 𝐾𝑅 =𝑛𝑖

𝑁𝑥 100%

KR = Kelimpahan relatif (%)

ni = Jumlah individu dan spesies ke-i N = Jumlah total individu

b. Pengamatan populasi serangga hama yang tertangkap perangkap warna kuning dilakukan setelah pemasangan selama 24 jam. Data dianalisis menggunakan Uji F, apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan DMRT taraf 5%.

(3)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan dari hasil perangkap warna kuning diperoleh tujuh ordo serangga yaitu Hymenoptera, Colepotera, Diptera, Trichoptera, Lepidoptera, Hemiptera dan Mantodea. Jenis serangga yang terperangkap yaitu serangga dewasa. Selain serangga, jenis organisme lain yang terperangkap yaitu laba-laba (Ordo Araneae) dan jenis siput (Mollusca) tanpa cangkang ordo Stylommatophora. Peran serangga yang tertangkap meliputi hama, musuh alami dan serangga netral atau penyerbuk. Serangga hama meliputi Colepotera, Diptera, Lepidoptera dan Hemiptera. Ordo serangga musuh alami yaitu Mantodea. Organisme bukan serangga yang tertangkap warna kuning yaitu laba-laba sebagai musuh alami. Trichoptera berperan sebagai serangga netral. Adapun Mollusca yang tertangkap warna kuning berperan sebagai hama.

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan ordo Hymenptera merupakan populasi tertinggi yang terperangkap warna kuning. Jumlah ordo Hymenoptera yang tertangkap pada atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga masing-masing yaitu 12,10; 15,10 dan 25,30 individu. Diduga jenis tawon ini menjadikan warna kuning seperti warna bunga yang dimanfaatkan nektarnya, sehingga populasi yang tertangkap jumlahnya tertinggi. Menurut Mas’ud (2011) warna kuning menarik perhatian serangga karena warna tersebut memberikan stimulus makanan yang disukai serangga. Syofia et al., (2012) menambahkan bahwa perangkap warna kuning sangat cerah dan mencolok yang kebanyakan sangat disukai oleh berbagai jenis serangga.

Tabel 1. Ordo serangga dan organisme lain yang terperangkap warna kuning

Ordo Peran Atas tajuk Tengah tajuk Bawah tajuk

Hymenoptera Netral/ Penyerbuk 12,10 b 15,10 b 25,30 b

Diptera Hama 1,60 a 2,70 a 2,60 a

Coleoptera Hama 1,20 a 1,60 a 0,90 a

Hemiptera Hama 0,60 a 0,50 a 0,50 a

Mantodea Musuh alami 0,00 a 0,10 a 0,00 a

Trichoptera Netral 0,00 a 0,00 a 0,50 a

Lepidoptera Hama 0,20 a 0,00 a 0,60 a

Araneae Musuh alami 0,10 a 0,20 a 0,20 a

Stylommatophora Hama 0,30 a 0,00 a 0,20 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. Data ditransformasi pada √(x+0,5).

Ordo Diptera, Coleoptera, Hemiptera, Mantodea, Lepidoptera, Trichoptera, Araneae dan Stylommatophora menunjukkan jumlah populasi individu yang terperangkap warna kuning tidak berbeda nyata (Tabel 1). Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa ordo Diptera yang terperangkap famili Tephritidae. Penelitian Ravikumar dan Viraktamath (2007) menjelaskan bahwa perangkap warna yang dapat menangkap serangga hama tidak hanya warna kuning. Perangkap berwarna hitam yang dipasang pada ekosistem mangga dapat menarik Bactrocera dorsalis sebanyak 3,88 lalat buah/perangkap/minggu). Sedangkan perangkap berwarna merah dapat menarik B. zonata sebanyak 3,75 lalat buah/jebakan/minggu. Zahara (2002) menyebutkan bahwa aktivitas terbang lalat buah sangat dipengaruhi oleh keadaan waktu, cuaca dan lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut Sudarsono (2000) menjelaskan bahwa perbedaan populasi di lokasi tanam juga berhubungan dengan suhu lingkungan pertanaman.

(4)

4 Tabel 2. Indeks keragaman serangga dan organisme lain terperangkap warna kuning

Ordo Atas tajuk Tengah tajuk Bawah tajuk

Hymenoptera 0,21 0,22 0,16 Diptera 0,23 0,27 0,21 Coleoptera 0,19 0,20 0,10 Hemiptera 0,07 0,00 0,03 Mantodea 0,03 0,05 0,03 Trichoptera 0,05 0,00 0,08 Lepidoptera 0,00 0,00 0,07 Araneae 0,12 0,09 0,07 Stylommatophora 0,00 0,03 0,00

Ordo serangga musuh alami yang terperangkap warna kuning yaitu Mantodea. Rendahnya jenis musuh alami yang terperangkap warna kuning diduga saat pengamatan yang dilakukan, bahwa jenis musuh alami populasinya masih masih sedikit. Aminatun (2012), konservasi musuh alami dapat dilakukan dengan menyediakan tanaman alternatif sebagai habitat musuh alami maupun sebagai inang alternatif bagi serangga hama. Dalam aplikasinya di lapang, masih perlu kajian lebih lanjut untuk mementukan jenis gulma agar terhindar dari dampak negatif dari kompetisinya dengan tanaman yang dibudidayakan. Lebih lanjut Suputa et al., (2007), rendahnya parasitisasi oleh musuh alami jenis parasitoid diduga disebabkan oleh fekunditas parasitoid yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan fekunditas OPTnya.

Tabel 3 menunjukkan bahwa kelimpahan relatif tertinggi di atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga pada ordo Hymenoptera masing-masing berturut-turut 75,16%, 74,75% dan 82,14%. Adapun kelimpahan relatif jenis serangga hama tertinggi di atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga pada Ordo Diptera masing-masing berturut-turut 9,94%, 13,37% dan 8,44%. Kelimpahan relatif ini diduga berhubungan dengan lingkungan tanaman baik biotik maupun abiotik seperti kerimbunan tanaman, suhu dan kelembapan sekitar tanaman. Sudarsono (2000) berpendapat faktor yang mempengaruhi perbedaan kepadatan populasi ini diduga berhubungan dengan jumlah buah, suhu dan kelembapan di lingkungan pertanaman.

Tabel 3. Kelimpahan relatif (KR) hama, musuh alami dan serangga netral yang terperangkap warna kuning

Ordo KR di atas tajuk KR di tengah tajuk KR di bawah tajuk

Hymenoptera 75,16 % 74,75 % 82,14 % Diptera 9,94 % 13,37 % 8,44 % Coleoptera 7,45 % 7,92 % 2,92 % Hemiptera 1,86 % 0,00 % 0,65 % Mantodea 0,62 % 0,99 % 0,65 % Trichoptera 1,24 % 0,00 % 1,95 % Lepidoptera 0,00 % 0,00 % 1,62 % Araneae 3,73 % 2,48 % 1,62 % Stylommatophora 0,00 % 0,50 % 0,00 %

Organisme bukan hama yang terperangkap warna kuning yaitu laba-laba (ordo Araneae). Kelimpahan relatif laba-laba di atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga berturut-turut 3,73%, 2,48% dan 1,62%. Laba-laba ini memiliki peran sebagai musuh alami. Dibandingkan dengan laba-laba, ordo Mantodea memiliki kelimpahan relatif lebih kecil di atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga berturut-turut 0,62%, 0,99% dan 0,65%. Diduga laba-laba tertarik pada serangga yang terperangkap warna kuning untuk dimangsanya. Wiryadiputra (2006), melalui penelitiannya bahwa laba-laba yang masuk dalam alat perangkap warna karena ingin memangsa serangga yang terperangkap.

(5)

5 Gambar 1. Populasi hama pada tajuk tanaman mangga

Data dianalisis pada Uji F dan ditransformasi dengan √(x+0,5)

Populasi serangga hama yang terperangkap warna kuning pada Gambar 1 menunjukkan bahwa populasi serangga pada atas, tengah dan bawah tajuk tidak menunjukkan berbeda nyata. Perbedaan ketinggian tempat perangkap warna kuning belum efektif terhadap pengendalian populasi hama yang terperangkap, baik pada atas, tengah, maupun bawah tajuk tanaman mangga yang masing-masing 36, 48 dan 46 individu hama. Diduga warna kuning yang berada di sekitar tanaman mangga baik di atas, tengah, maupun bawah tajuk tanaman direspon dengan baik oleh serangga hama. Diduga ketinggian tempat belum mampu mempengaruhi ketertarikan serangga hama untuk mendekatinya, karena sebaran hama baik pada atas, tengah, maupun tajuk tanaman yang lebih mempengaruhinya. Oleh karena itu, serangga hama akan mendekat ke perangkap warna kuning yang paling dekat dengan keberadaanya. Marikun et al., (2014) pada penelitiannya bahwa warna kuning pada perangkap yang digunakan berkaitan dengan kesesuaian isyarat visual ataupun isyarat kimia suatu hama untuk menemukan inangnya.

KESIMPULAN

Perbedaan ketinggian tempat pemasangan perangkap belum menunjukkan tingkat keefektifan terhadap pengendalian populasi serangga hama yang terperangkap pada bagian atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga. Serangga hama yang tertangkap meliputi ordo Colepotera, Diptera, Lepidoptera dan Hemiptera. Populasi serangga hama yang tertangkap warna kuning pada bagian atas, tengah dan bawah tajuk tanaman mangga berturut-turut 36, 48 dan 46 individu.

DAFTAR PUSTAKA

Aminatun, T. 2012. Teknik Pengendalian Serangga Hama Tanaman Padi dengan Konservasi Musuh Alami. Majalah Ilmiah Populer WUNY. September 2012.

Marikun, M, A Anshary, dan Shahabuddin. 2014. Daya Tarik Jenis Atraktan dan Warna Perangkap yang Berbeda terhadap Lalat Buah (Diptera: Teprithidae) pada Tanaman Mangga (Mangifera indica) di Desa Soulove. e-J. Agrotekbis. 2 (5) : 454-459.

Mas’ud, A. 2011. Efektifitas Trap Warna terhadap Keberadaan Serangga pada Pertanaman Budidaya Cabai di Kelurahan Sulamadaha Kecamatan P. Ternate Ternate. Ekologi Ternate. 159-165. Ravikumar, P dan Sh Viraktamath. 2007. Attraction of fruit flies to different colours of methyl eugenol

traps in guava and mango orchards. J. Agric. Sci. 20(4):749-751. 36 a 48 a 46 a 0 20 40 60

Atas tajuk Tengah tajuk Bawah tajuk

P opul as i s era ng g a ha m a (i ndi v idu)

(6)

6 Sihombing, SW., Y Pangestiningsih, dan MU Tarigan. 2013. Pengaruh Perangkap Warna Berperekat terhadap Hama Capside (Cyrtopeltis tenuis Reut) (Hemiptera: Miridae) pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum L). Jurnal Online Agroteknologi. Vol. 1, No. 4, 1352-1359. Sudarsono, DS. 2000. Kajian Populasi Hama dan Tingkat Kerusakan Tanaman Cabai Merah di Tiga

Daerah di Yogyakarta. Agr UMY. Vol. VIII/1, Januari 2000. Hal. 1-6.

Suputa, AT Arminudin, P Jatuasri, IP Rahmawati, dan YA Trisyono. 2007. Tingkat Parasitisasi Fopius arianus (Hymenoptera: Braconidae) pada Lalat Buah Belimbing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. Vol. 13, No. 2, 2007: 106 - 113. Syofia, I., Nursamsi, dan H Undrian. 2012. Uji Efektifitas Beberapa Warna Perangkap Basah untuk

Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera sp) pada Tanaman Belimbing. Agrium. Vol. 7, No. 3.

Wiryadiputra, S. 2006. Penggunaan Perangkap dalam Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo, Hypothenemus hampei). Pelita Perkebunan. 22 (2), 101-118.

Zahara, F. 2002. Pemanfaatan Metal Eugenol untuk Pengendalian Lalat Buah (Bactrocera spp.) pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis). Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 37 No. 2, September 2002. Hal 40 - 44.

Referensi

Dokumen terkait

Menilai kelayakan teknis, kelayakan ekonomis, kelayakan finansial serta dampak sosial dan lingkungan dari investasi yang menggunakan software accounting Tally

Kawasan-kawasan yang dipilih adalah sekitar kawasan perniagaan China Town atau Jalan Petaling, kawasan perniagaan Little India, di Brickfield, kawasan perniagaan

Pengertian pantai migran berasal dari kata migrasi diturunkan dari kata Migrat (Latin) yang berarti ‘pergi dari satu tempat ke tempat lain’ atau juga bermakna ‘bepergian

Adapun teknik yang digunakan dalam pembuatan karya, yaitu batik tulis dengan pewarnaan sintetis yang sebelumnya sudah dilakukan tahap pembuatan desain pada kain dengan

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sensor SW-420 yang mendeteksi getaran tangan penderita lalu data tersebut distabilkan menggunakan metode complementary filter

Isi kebijakan harus jelas dan memiliki tujuan. Dalam isi kebijakan, kekurangan sumber daya-sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga

Pencatatan data – data antara lain; putaran generator, tinggi air raksa pada tabung pitot, tegangan listrik dan arus listrik dengan parameter yang divariasikan saat

Penumpukan pada metode 1 dan 3 dilakukan dengan cetakan dan disusun secara berlapis. Lapisan paling atas dan paling bawah sedapat mungkin adalah sabut