• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Video Pariwisata Kabupaten Pacitan Bergenre Mockumentary Laporan Perjalanan dengan Judul Hidden Paradise.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Video Pariwisata Kabupaten Pacitan Bergenre Mockumentary Laporan Perjalanan dengan Judul Hidden Paradise."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

BERGENRE MOCKUMENTARY LAPORAN PERJALANAN DENGAN JUDUL HIDDEN PARADISE

TUGAS AKHIR

Nama : Yohana Dwi Astuti

NIM : 09.51016.0017

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

iv ABSTRAK

PEMBUATAN VIDEO PARIWISATA KABUPATEN PACITAN BERGENRE MOCKUMENTARY LAPORAN PERJALANAN DENGAN

JUDUL HIDDEN PARADISE Yohana Dwi Astuti (2009)1

(Thomas Hanandry D,M.T. Pembimbing I, Sutikno, S.Kom. Pembimbing II)

1

Program Studi DIV Komputer Multimedia STIKOM Kata Kunci: Video pariwisata, Pacitan, Mockumentary, Laporan perjalanan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini adalah dapat membuat video pariwisata Kabupaten Pacitan. Video pariwisata bergenre mockumentary laporan perjalanan yang berisi tentang informasi destinasi wisata alam yang ada di Kabupaten Pacitan.

Pacitan terdapat banyak sekali wisata alam yang bisa dikembangkan. Wisata alam yang mempunyai potensi tinggi untuk menarik wisatawan asing maupun domestik adalah goa-goa purbakala unik, wisata pantai, dan pemandian air hangat. Dengan berbagai potensi wisata yang telah disebutkan, Kabupaten Pacitan seharusnya mempunyai banyak wisatawan.

Sejauh ini wisatawan yang singgah ke Pacitan belum sebanyak kota-kota lain. Hal ini dikarenakan Pacitan masih kalah dalam hal promosi Pariwisata. Media promosi tidak hanya brosur dan stiker saja namun bisa bermacam-macam wujudnya, seperti iklan dalam bentuk film atau video.

Video merupakan media publikasi yang paling informatif, sebab video merupakan media publikasi yang dapat menyampaikan pesan secara textual, audio maupun visual. Kemampuan media video dalam hal menyampaikan pesan cukup luas jika dibandingkan dengan media publikasi lainnya seperti radio ataupun cetak.

Video sebaiknya memiliki nilai pembeda yang unik agar dapat menarik minat penonton tanpa mengesampingkan nilai informatif yang terkandung dalam video tersebut. Hal ini memungkinkan untuk menggabungkan video yang digunakan untuk memperkenalkan pariwisata dengan genre film yang sudah ada seperti dokumenter laporan perjalanan.

Film dokumenter laporan perjalanan awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya film ini bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang ringan, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Film dokumenter laporan perjalanan dapat di gabungkan dengan beberapa genre lain seperti mockumentary.

(3)
(4)

v

2.10 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle) ... 31

2.10.1 Shot Sizes ... 32

2.10.2 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Obyek ... 36

2.10.3 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Subyek ... 36

2.10.4 Point of View Camera Angle ... 37

2.10.5 Kontinuitas Film (Continuity) ... 37

2.10.6 Komposisi Gambar ... 38

2.11 Editing Gambar ... 40

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 41

3.1 Metodologi Penelitian ... 41

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.1.2 Analisis Data ... 50

3.1.3 Keyword ... 52

3.1.4 Waktu Penelitian ... 53

3.1.5 STP ... 53

3.2 Perancangan Karya ... 54

3.2.1 Perancangan Konsep Cerita ... 55

3.2.2 Sinopsis Cerita ... 56

3.2.3 Karakter Tokoh ... 60

3.2.4 Perancangan Skenario ... 60

3.2.5 Treatment ... 62

(5)

vi

3.3 Publikasi ... 66

3.3.1 Poser ... 66

3.3.2 Sampul Cakram DVD ... 68

3.3.3 Sampul Cover DVD ... 68

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 69

4.1 Pra Produksi ... 69

4.2 Produksi ... 71

4.3 Pasca Produksi ... 79

BAB V PENUTUP ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

BIODATA PENULIS ... 91

(6)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Pacitan ... 12

Gambar 2.2 Camera Shots, Angles and Movement ... 35

Gambar 3.1 Jumlah Pengunjung Perbulan Di Pacitan ... 44

(7)

viii

Gambar 4.10 Scene Enam ... 75

Gambar 4.11 Scene Tujuh ... 75

Gambar 4.12 Scene Delapan ... 76

Gambar 4.13 Scene Sembilan ... 76

Gambar 4.14 Scene Sepuluh ... 77

Gambar 4.15 Scene Sebelas ... 77

Gambar 4.16 Scene Dua Belas ... 77

Gambar 4.17 Scene Tiga Belas ... 78

Gambar 4.18 pemilihan stock gambar ... 79

Gambar 4.19 Proses Penataan Stock Shoot ... 80

Gambar 4.20 Pembuatan Motion Graphic ... 81

Gambar 4.21 Pengaplikasian Motion Graphic ... 81

Gambar 4.22 Proses Sound Editing ... 82

Gambar 4.23 Penggunaan Light Leak ... 82

Gambar 4.24 Warna Charming ... 83

Gambar 4.25 Proses Colouring ... 83

Gambar 4.26 Proses rendering ... 84

Gambar 4.27 Poster Hidden Paradise ... 84

Gambar 4.28 Cakram DVD ... 85

Gambar 4.29 Sampul Cover DVD ... 86

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Lokasi Pariwisata Kabupaten Pacitan ... 2

Tabel 2.1 Karakter Penonton Berdasarkan Status Ekonomi ... 21

Tabel 3.1 Daftar Narasumber ... 42

Tabel 3.2 Daftar Foto Destinasi Tempat Wisata di Pacitan ... 45

Tabel 3.3 Perancangan Waktu Penelitian ... 53

Tabel 3.4 Perancangan Skenario ... 60

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skenario ... 92 Lampiran 2. Storyboard ... 116

(10)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini adalah dapat membuat video pariwisata Kabupaten Pacitan. Video pariwisata bergenre mockumentary laporan perjalanan yang berisi tentang informasi destinasi wisata alam yang ada di Kabupaten Pacitan. Hal ini dilatar belakangi oleh alumni program studi DIV Komputer Multimedia dari angkatan 2007 hingga kini belum ada yang membuat Tugas Akhir video pariwisata bergenre mockumentary laporan perjalanan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Kabupaten Pacitan berada dibagian barat daya dari Propinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pacitan selama ini dikenal sebagai kota yang tandus karena sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan kapur yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan kidul. Namun menurut Achyaruddin (Waskito, 2012) selaku Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif mengatakan bahwa belum banyak orang yang mengetahui adanya wisata alam yang sangat potensial untuk di kembangkan didalamnya.

(11)

web Pesona Wisata Pacitan (Dinas Pariwisata, 2011) daftar pariwisata yang ada di Kabupaten Pacitan seperti pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Daftar Lokasi Pariwisata Kabupaten Pacitan

No. JENIS WISATA NAMA LOKASI WISATA

1. Objek Wisata Industri •Pasar Batu Mulia

Handycraft (Wood, Grabah, Batik)

•Sekolah Menengah Industri Kerajinan (Handycraft Industry High School)

2. Wisata Spiritual •Makam Kanjeng Jimat

•Petilasan Ki Ageng Buwono Keling •Petilasan Ki Ageng Petung

•Petilasan Sentono Gentong •Pertapaan Gunung Limo 3. Wisata Pantai •Pantai Teleng Ria

•Pantai Srau •Pantai Klayar •Pantai Bawur

•Pantai Sidomulyo (di Kecamatan Ngadirojo) •Pantai Jetak

•Pantai Wawaran

•Pantai Bakung (di Kecamatan Tulakan) •Pantai Watu Karung (di Kecamatan

(12)

•Goa Somopuro 6. Wisata Rekreasi •Pemandian Air Hangat

7. Wisata Budaya •Upacara adat bersih desa “Ceprotan” •Tari Lekoh

•Tari Rung Sarung

8. Wisata Sejarah •Monumen Jenderal Sudirman •Monumen Palagan Tumpak Rinjing •Peninggalan Prasejarah

Namun menurut Siswoyo (Siswoyo, 2012) dari sekian banyak potensi wisata alam yang ada di Kabupaten Pacitan, hanya beberapa lokasi wisata alam yang sudah di komersilkan dan diunggulkan. Lokasi ini meliputi: wisata pantai (Pantai Teleng Ria, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata pemandian air hangat Tirta Husada wisata goa (Goa Gong dan Goa Tabuhan).

(13)

Disbudparpora Kabupaten Pacitan, M.Fathony mengatakan karst yang ada di Pacitan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh negara lain dan memenuhi kriteria Geopark yaitu unik, asli, langka, indah, dan memikat (Eyato, 2011). Dari banyak goa yang ada, terdapat beberapa goa yang terkenal dan sudah di komersilkan yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan. Disamping goa-goa yang sudah di buka untuk umum tersebut, terdapat pula beberapa goa yang hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai minat khusus, yaitu goa luweng jaran dan goa luweng ombo.

Keindahan dan keunikan yang dimiliki Kabupaten Pacitan selain goa adalah wisata pantai. Kepala Dinas Pariwisata D.I.Y, M.Tazbir Abdullah mengakui pantai-pantai yang berada di Kabupaten Pacitan tidak kalah indah dengan pantai yang berada di Yogyakarta (Tempo, 2012). Air yang jernih, pasir putih, ombak yang tinggi, serta pemandangan yang indah merupakan salah satu yang di unggulkan oleh Pariwisata Kelautan Kabupaten Pacitan. Bahkan pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Juli-Septermber banyak wisatawan asing yang datang ke beberapa pantai di Pacitan untuk Surfing atau berselancar. Beberapa lokasi pantai yang terkenal di Kabupaten Pacitan adalah Pantai Teleng Ria, Pantai Srau, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan lain-lain.

(14)

Dengan berbagai potensi wisata yang telah disebutkan, Kabupaten Pacitan seharusnya mempunyai banyak wisatawan. Sejauh ini wisatawan yang singgah ke Pacitan belum sebanyak kota-kota lain. Menurut Operation Manager El John Indonesia di Kabupaten Pacitan, Andre Hermansyah mengatakan jumlah wisatawan setiap harinya ada sebanyak 500 orang, di akhir pekan ada sebanyak 5.000 orang perhari dan jika pada Tahun Baru ataupun lebaran bisa mencapai 23 ribu orang. Kurangnya minat wisatawan domestik maupun wisatawan asing datang ke Kabupaten Pacitan dinilai karena akses menuju tempat wisata yang kurang terjangkau. Kendala lain yang dihadapi oleh Pacitan adalah infrastruktur dan sumber daya manusia di sektor pariwisatanya (Hermansyah, 2011).

Selain masalah infrastruktur dan sumber daya manusia, jika di bandingkan dengan Kabupaten lainnya, Pacitan masih kalah dalam hal promosi Pariwisata. Humas Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan kurang begitu meluas, hanya menggunakan brosur dan stiker, bentuk publikasi dan promosinya dalam meningkatkan pengunjung masih belum jelas (Tjiptian, 2008). Media promosi tidak hanya brosur dan stiker saja namun bisa bermacam-macam wujudnya, seperti iklan dalam bentuk film atau video.

(15)

Belitung sejak adanya film Laskar Pelangi”. Hal ini membuktikan bahwa promosi melalui film atau video dapat mengangkat derajat kepariwisataan Indonesia di mata Internasional.

Film ataupun video mempunyai peran yang besar untuk mengangkat sebuah lokasi wisata. Sebuah film adalah bagian dan gaya hidup remaja perkotaan. Cara bertutur kata dalam film Indonesia tidak berbeda jauh dengan gaya hidup masyarakat kita (Handry, 2006). Oleh karena itu, tidak salah jika salah satu media promosi yang bisa dilakukan adalah dengan membuat film atau video tentang budaya dan pariwisata Indonesia.

Menurut Sean Cubbit (Cubbit, 1993) video merupakan media publikasi yang paling informatif, sebab video merupakan media publikasi yang dapat menyampaikan pesan secara textual, audio maupun visual. Kemampuan media video dalam hal menyampaikan pesan cukup luas jika dibandingkan dengan media publikasi lainnya seperti radio ataupun cetak. Seiring dengan perkembangan teknologi, fleksibilitas yang dimiliki oleh video menempatkannya sebagai media multi device. Video tidak hanya dapat disalurkan melalui televisi namun juga dapat diunggah ke berbagai situs popular internet. Sehingga mampu dengan cepat memperkenalkan objek-objek yang terekam dalam video kepada audiens.

(16)

(Cubbit, 1993: 93). Keunikan yang ada dalam video akan digunakan sebagai pembeda sekaligus memberi nilai tambah dan dapat memberikan citra yang baik bagi isi video. Dan menurut Sapta Nirwandar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Budpar, 2012), video merupakan media yang sangat memungkinkan untuk mengenalkan budaya dan cara hidup suatu bangsa secara nyata. Hal ini memungkinkan untuk menggabungkan video yang digunakan untuk memperkenalkan pariwisata dengan genre film yang sudah ada seperti dokumenter.

Menurut Grierson (Javandalasta, 2011) film dokumenter merupakan cara kreatif untuk merepresentasikan realitas, menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai tujuan. Film dokumenter tidak lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal yang senyata mungkin.

Menurut Gerzon R. Ayawaila (Ayawaila, 2008) Dalam perkembangannya film dokumenter mempunyai banyak jenis. Beberapa jenis itu kemudian dikelompokkan lagi menjadi beberapa genre yang populer, antara lain: dokumenter drama, sejarah, ilmu pengetahuan atau sains, biografi, dan laporan perjalanan.

(17)

untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film.

Dalam perkembangannya film dokumenter laporan perjalanan dapat di gabungkan dengan beberapa genre lain seperti mockumentary. Genre mockumentary merupakan genre film televisi dimana peristiwa fiktif disajikan

dalam format dokumenter. Mockumentary digunakan untuk mengkomentari atau menganalisis peristiwa yang akan di filmkan. Tayangan ini pun saat ini menjadi ajang promosi suatu tempat yang sangat populer karena kemasan acaranya yang sesuai dengan gaya hidup orang masa kini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dibuatlah video pariwisata yang dijadikan untuk mempromosikan Kabupaten Pacitan digunakan sebagai Tugas Akhir dan diberi judul “Pembuatan video pariwisata Kabupaten Pacitan bergenre mockumentary laporan perjalanan berjudul Hidden Paradise.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat video pariwisata Kabupaten Pacitan bergenre mockumentary laporan perjalanan?

(18)

3. Bagaimana membuat video pariwisata Kabupaten Pacitan bergenre mockumentary laporan perjalanan yang berisi tentang potensi wisata alam

yaitu goa, pantai, dan pemandian air panasnya?

4. Bagaimana membuat video pariwisata Kabupaten Pacitan bergenre mockumentary laporan perjalanan yang bercerita tentang pemuda pemudi

perkotaan yang tertarik datang berkunjung untuk melihat eksotisme alam di Pacitan?

I.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan penulis bahas yaitu sebagai berikut: 1. Daerah yang digunakan sebagai objek promosi adalah Kabupaten Pacitan. 2. Promosi pariwisata yang di eksplor dari Kabupaten Pacitan adalah wisata

pantai (Pantai Teleng Ria, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung dan Pantai Srau), wisata goa (Goa Gong dan Goa Tabuhan), dan wisata air hangat Tirta Husada.

3. Jenis film yang digunakan dalam pembuatan promosi Kabupaten Pacitan adalah dokumenter - laporan perjalanan.

4. Film dokumenter laporan perjalanan bergenre mockumentary.

(19)

I.4 Tujuan

Dari batasan masalah diatas, maka beberapa batasan masalah yang ingin dicapai yaitu:

1. Membuat video pariwisata mockumentary laporan perjalanan sebagai media promosi pariwisata alam di Kabupaten Pacitan.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi dan keindahan wisata alam yang berada di wilayah Kabupaten Pacitan.

I.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan video pariwisata ialah: 1. Manfaat Keilmuan

Temuan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang pariwisata alam yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan.

2. Manfaat Empiris

(20)

11

Untuk mendukung pembuatan karya tugas akhir yang berjudul “pembuatan video pariwisata Kabupaten Pacitan bergenre mockumentary laporan perjalanan dengan judul “Hidden Paradise” maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain: Georafis Kabupaten Pacitan, film, film sebagai media promosi, video pariwisata, mockumentary, genre film, film dokumenter, dokumenter laporan perjalanan.

2.1 Kabupaten Pacitan

Dalam web Pesona Wisata Pacitan (Dinas Pariwisata, 2011) Secara umum dijelaskan mengenai letak Geografis Pacitan yang merupakan bagian terbarat dari wilayah Propinsi Jawa Timur, yang berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah. Terletak 276 km sebelah barat daya kota Surabaya dengan letak geografis 405’ bujur timur dan 755’ 817’ lintang selatan. Batas-batas wilayah kabupaten Pacitan adalah:

Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo

Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah) Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

(21)

Kabupaten Daerah Tingkat II Pacitan merupakan daerah bergelombang, berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan luas wilayah 1.389,87 km. Dalam struktur Pemerintahan Wilayah Administratif, Kabupaten Pacitan terbagi menjadi: 12 Kecamatan, 166 Desa dan 5 Kelurahan.

Gambar 2.1 Peta Pacitan

(22)

Dengan kondisi alam yang mempunyai banyak gunung kapur membuat keunikan tersendiri bagi sejumlah tempat wisata di Pacitan (Siswoyo, 2012). Gunung-gunung membentuk goa-goa purbakala yang tidak kalah uniknya. Banyaknya goa yang berada di Pacitan membuat kota ini mempunyai slogan “Pacitan 1001 Goa”. Menurut Kepala Disbudparpora Kabupaten Pacitan, M.Fathony mengatakan karst yang ada di Pacitan memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh negara lain. Memenuhi kriteria Geopark yaitu unik, asli, langka, indah, dan memikat (Eyato, 2011).

Lebih lanjut menurut Agus Siswoyo, wisata alam di Pacitan bukan hanya goa saja namun juga ada wisata pantai yang eksotis. Pemandangan alam pantai, karang dan ombak yang ditawarkan begitu mempesona. Bahkan untuk bulan-bulan tertentu, ombak di beberapa pantai Pacitan dapat digunakan untuk berselancar.

(23)

Kendala utama yang berkaitan dengan terhambatnya kemajuan pariwisata Pacitan adalah media promosi kota yang kurang. Humas Dinas Pariwisata Pacitan kurang begitu meluas, hanya menggunakan brosur dan stiker, bentuk publikasi dan promosinya dalam meningkatkan pengunjung masih belum jelas (Tjiptian, 2008). Media promosi saat ini sudah banyak berkembang bentuk dan macamnya. Tidak hanya dalam bentuk media cetak saja, namun media elektronik pun banyak yang digunakan untuk promosi. Sehingga dalam mempromosikan potensi wisata alamnya diperlukan media promosi lain yang mudah di akses dan mudah dalam penyerapan informasinya seperti media film ataupun video.

2.2 Film Sebagai Media Informasi dan Promosi

Film digunakan untuk menyampaikan sesuatu, sehingga film banyak digunakan sebagai media informasi bagi remaja masa kini. Sebuah film yang baik dapat mempengaruhi penontonnya. Karena fenomena inilah yang membuat film banyak digunakan bukan hanya sebagai media informasi namun juga media promosi.

(24)

Lebih lanjut menurut Mari Elka Pangestu (Budpar, 2012) mengatakan jika promosi yang dilakukan di Indonesia masih sangat kurang dan tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena lemahnya media promosi yang dilakukan Indonesia khususnya di bidang pariwisatanya.

Banyak sekali lokasi-lokasi pariwisata yang indah gagal menjadi magnet bagi wisatawan untuk singgah ke Indonesia. Beberapa lokasi dan kota-kota besar seperti Bali memang sudah mendunia, namun pesona alam di pelosok negeri Indonesia yang lain tidak kalah menariknya.

2.3 Film

Film hingga saat ini banyak yang telah beredar, dengan berbagai jenis, isi, makna dan lain-lain. Menurut Handry T.M (TM, 2006) dalam bukunya menjelaskan film adalah bagian dan gaya hidup remaja perkotaan. Cara bertutur kata dalam film Indonesia tidak berbeda jauh dengan gaya hidup masyarakat kita. Sehingga film sangat efisien untuk digunakan sebagai media komunikasi masal.

Rayya Makarim (Makarim, 2003) dijelaskan bahwa film adalah salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi utnuk diperlihatkan pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara entah dalam drama, horor, komedi, dan action.

(25)

itu. Film akan menunjukan kehidupan masyarakat saat itu, seperti kehidupan sosial suatu masyarakat, impian suatu masyarakat, dan lain-lain.

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Film dokumenter yang memiliki konsep realisme (nyata) berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep dua kutub tersebut.

Film yang dalam bahasa Inggris disebut motion picture (gambar hidup), merupakan media komunikasi yang lengkap dan hasil karya bersama yang melibatkan ilmu teknologi dan seni, (Andries, 1984:7). Film bila dianalisis memiliki beberapa sifat dasar, antara lain film bersifat teknis, film bersifat sosiologis, film bersifat secara umum.

1. Film Bersifat Teknis

Mac Millan (dalam Andries,1984:7) menjelaskan bahwa film memiliki sifat teknis karena melalui suatu proses teori dari penggunanaa alat sampai penggunaannya. Hal ini menjelaskan sebagai gambar demi gambar yang dipergantikan dengan sangat cepat diantara suatu sumber cahaya dan suatu bidang proyeksi. Pergantian itu sedemikian cepatnya, sehingga mata tidak menyadari pergantian gambar, sebaliknya, hanya akan menyaksikan gerak yang seolah-olah menerus dari perbedaan-perbedaan gambar tersebut.

2. Film Bersifat Sosiologis

(26)

dampak dalam arti sosiologis, film berakar pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu antaralain telah mengembangkan berbagai teknik perfilman, seperti pembuatan film berwarna, pengaburan dan perbesaran gambar, pengaturan jarak dengan sasaran, peningkatan waktu dengan cara pemotongan atau penyambungan film, dan sebagainya.

3. Film Bersifat Umum

Meyer T (Andries, 1984:9), menjelaskan tentang seni ekspresi dimana dalam film harus memiliki kualitas unsur visual, tata suara, dan cerita sehingga dapat menghibur audiens.

Berdasarkan kutipan-kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa film adalah urutan gerak dari gambar hidup yang membentuk seni visual baru melalui media komunikasi yang lengkap, ditujukan kepada mata juga pendengaran, yang berakar kepada seni ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi suatu bagian dari kehidupan modern perilaku komunikasi.

(27)

2.4 Mekanisme Produksi Karya Film

Mekanisme produksi film adalah sebuah proses yang lazim diterapkan dalam proses pengerjaan film pada umumnya (Mabruri, 2010). Mekanisme tersebut meliputi pra produksi, produksi dan pasca produksi. Persentase pembagian pengerjaan karya film adalah 70% di bagian pra produksi, 20% dalam tahap produksi sedangkan 10% tahap pasca produksi.

Pengerjaan sebuah film tidak lepas dari kerja sama 3 pihak yaitu penulis scenario, sutradara dan produser. Penulis skenario adalah orang yang menuangkan ide atau gagasan ke dalam bentuk tulisan yng sesuai dengan kaidah penulisan naskah. Sutradara adalah orang yang mewujudkan gagasan yang tertuang dalam sebuah skenario menjadi rekaman audio visual. Sedangkan produser adalah orang yang membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan film (Tino, 2008) Pada umumnya tim kerja produksi film terdiri dari beberapa bagian yaitu manajer produksi, asisten sutradara, sinematografer, perekan suara, pengarah artistic, penyunting gambar.

2.5 Bahasa Film

(28)

efektif namun terkadang tidak. Beberapa hal yang berhubungan dengan bahasa film adalah sebagai berikut:

1. Media Visual

Media visual atau media gambar adalah segala sesuatu yang diinformasikan untuk mata. Unsur-unsur media visual dalam rangka penyajian cerita adalah pelaku (actor) set (tempat kerjadian), properti dan cahaya. Informasi cerita yang akan disampaikan kepada mata penonton adalah dengan penampilan acting pelaku dihubungkan dengan set atau pelaku dengan cahaya dan

menurut penataan tertentu (Biran, 2006).

Kelemahan media visual adalah terbatasnya pengalaman setiap audien terhadap konsep cerita yang ditampilkan dalam bentuk visual yang menjadikan setiap audien akan menangkap informasi yang berbeda dan dikaitkan dengan persepsi setiap audian namun dalam film yang sama. Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan bahasa gambar maka penggunaannya akan lebih tepat, lebih efektif, dan perlu melakukan penambahan agar unsur gambar yang belum dikenal menjadi bisa dipahami (Kristanto, 2005).

2. Pelaku (Aktor)

(29)

media didalam cerita sebuah film yang dapat memberikan informasi kepada audien. Informasi yang akan diterima audien mengenai karakter, watak, gangguan yang dialami, akhlak, falsafah, serta perubahan yang terjadi karena faktor lingkungan (Bare, 1971).

Audien dapat menerima informasi secara baik dengan cara memberikan tekanan pada ciri khas tokoh pelaku yang akan memunculkan tokoh yang baru tetapi bukan tokoh yang fiktif. Dalam peran pelaku dalam sebuah film yang perlu ditekankan adalah menciptakan daya tarik dari pelaku disertai dengan adegan yang manusiawi (Biran, 2006).

3. Set (Venue)

Pengertian set dalam film akan dapat bermakna sebagai kamar, ruang duduk, lapangan, geladak kapal, ruang kabin pesawat, dan sebagainya. Set akan berfungsi seperti pelaku yang akan memberikan informasi karakteristik pelaku. Selain dapat menjelaskan karakteristik pelaku, unsur set juga dapat menjelaskan tentang kepemilikan atau yang berdomisili di set tersebut, tentang tingkat ekonomi, sosial budaya, suasana lingkungan, dan sebagainya (Biran, 2006).

4. Status Ekonomi

(30)

Tabel 2.1 Karakter Penonton Berdasarkan Status Ekonomi

Kelas A Penonton yang mempunyai tingkat pendapatan sangat tinggi dengan pengeluaran yang tinggi juga, kelas ini disebut kelas menengah ke atas.

Kelas B Penonton yang mempunyai pekerjaan yang cukup mapan, berpendapatan di atas rata-rata dan cukup konsumtif dalam mengeluarkan anggaran belanja, kelas ini disebut kelas menengah.

Kelas C dan D

Penonton yang bekerja disektor informal dengan pendapatan yang dibawah rata-rata, kelas ini disebut kelas menengah kebawah.

Kelas E Penonton yang berada dibawah garis kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

5. Status Lingkungan dan Sosial Budaya

Dengan memperlihatkan tanda-tanda tertentu dari waktu, tempat, audien akan segera mengetahui pesan yang ingin disampaikan dalam cerita film. Pengamatan diperlukan sebagai ciri khas dari sebuah lingkungan dan kondisi sosial budaya di sebuah daerah. Dengan menggunakan tanda-tanda budaya yang unik sebuah daerah dapat menjadikan daya tarik yang unik dari audien (Mabruri, 2010).

6. Atmosfer (Mood)

(31)

7. Properti

Kata properti dalam dunia film terbatas pengertiannya hanya pada segala macam perlengkapan yang ditambahkan pada pelaku atau tempat. Perlengkapan untuk shoting tidak dianggap sebagai properti (Biran, 2006). 8. Waktu

Sebuah zaman atau waktu dapat ditunjukan dengan menggunakan properti yang mendukung waktu dengan ditampilkannya benda atau set lokasi tersebut. Penggunaan properti akan memeperngaruhi waktu dan zaman film tersebut dibuat dan dapat memperngaruhi kondisi mood audien (Biran, 2006).

9. Cahaya (Lighting)

Cahaya adalah unsur media visual, karena cahayalah sebuah informasi dapat dilihat. Cahaya pada mulanya adalah unsur teknis yang membuat benda dapat dilihat maka penyajian film pada mulanya disebut sebagai “painting with light”, melukis dengan cahaya. Cahaya dalam perkembangan waktu dapat

menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosphere, set dan bisa menunjang dramatik adegan (Ross, 1999)

10.Media Audio

(32)

11.Informasi (Massage)

Informasi dari ucapan pelaku adalah sarana paling efektif dari unsur informasi audio. Terutama dalam menjelaskan pikiran atau perasaan pelaku. Informasi didalam dialog dapat berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara langsung atau pun hanya sekedar tersirat. Di dalam dialog dapat menghasilkan pengertian tersirat dan mengandung pengertian filosofik (Edmonds, 1978).

2.6 Video Pariwisata

Menurut Sean Cubbit (Cubbit, 1993) video merupakan media publikasi yang paling informatif, sebab video merupakan media publikasi yang dapat menyampaikan pesan secara textual, audio maupun visual. Kemampuan media video dalam hal menyampaikan pesan cukup luas jika dibandingkan dengan media publikasi lainnya seperti radio ataupun cetak. Seiring dengan perkembangan teknologi, fleksibilitas yang dimiliki oleh video menempatkannya sebagai media multi device. Video tidak hanya dapat disalurkan melalui televisi namun juga dapat diunggah ke berbagai situs popular internet. Sehingga mampu dengan cepat memperkenalkan objek-objek yang terekam dalam video kepada audiens.

(33)

Nirwandar Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Budpar, 2012), video merupakan media yang sangat memungkinkan untuk mengenalkan budaya dan cara hidup suatu bangsa secara nyata. Hal ini memungkinkan untuk menggabungkan video yang digunakan untuk memperkenalkan pariwisata dengan genre film yang sudah ada seperti dokumenter.

2.7 Mockumentary

Mockumentary yang juga dikenal sebagai dokumenter bohongan adalah genre film dan televisi di mana peristiwa fiktif disajikan dalam format dokumenter. Produksi ini sering digunakan untuk menganalisis atau mengomentari peristiwa saat ini dan isu-isu dengan menggunakan pengaturan fiktif, atau parodi dokumenter membentuk sendiri. Mockumentary bisa berupa komedi atau dramatis, meskipun mockumentaries komedi yang lebih umum. Sebuah mockumentary dramatis tidak harus bingung dengan dokudrama, sebuah genre yang dokumenter dan dramatis teknik digabungkan untuk menggambarkan peristiwa nyata.

Mockumentaries berbagi banyak dengan genre dokumenter karena mockumentary menggunakan kode yang sama dan konvensi sebagai dokumenter,

(34)

Mock-dokumenter 'pekerjaan' karena asumsi dan harapan yang kita miliki

dokumenter. Ketika kita melihat teks yang terlihat dan terdengar nyata, kita cenderung mengalami dan percaya.

2.8 Genre Film

Dalam pembuatan film sineas memiliki sebuah idealisme dalam menentukan tema untuk “membungkus” cerita agar dapat diterima oleh penontonnya. Beberapa genre tersebut antara lain:

1. Film Drama

Genre film ini memberikan alur cerita mengenai kehidupan. Keharuan lebih ditonjolkan dalam film ini agar penonton bisa ikut merasakan apa yang dirasakan para tokohnya. Seperti Romeo and Juliet, Haciko.

2. Film Laga atau action

Genre film ini banyak menampilkan unsur pertarungan dalam setiap scene.Sehingga penonton dibawa ke dalam kecepatan dan ketegangan gerak

tubuh para tokoh yang tengah berkelahi. 3. Film Horor

(35)

4. Film Thiller

Genre film ini selalu mengedepankan ketegangan yang dibuat tak jauh dari unsur logika. Karena sepanjang jalan cerita penonton akan disuguhkan dengan peristiwa pembunuhan. Hal ini memacu ketakutan tersendiri dalam diri.

5. Film Fantasi

Genre film ini mempunyai alur cerita yang diluar nalar manusia. Sesuatu yang tidak mungkin, akan terjadi di film ini. Kelebihannya, film ini akasn selalu menyodorkan sesuatu yang membuat decak kagum penonton akanmakhluk dan benda-benda yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Contoh Harry Potter, Golden Compas dan sebagainya.

6. Film Perang

Genre film ini sering juga disebut dengan film kolosal.Film yang alur ceritanya dibuat bedasarkan sejarah atau hanya sebuah imajinasi belaka. Contoh 300, The Last Samurai, dan sebagainya.

7. Film Ilmiah

Genre film ini biasa disebut dengan sci-fi. Ilmuan akan selalu ada dalam genre film ini karna apa yang sesuatu mereka hasilkan akan menjadi konflik utama dalam alur.Contoh Jurassic Park, Splice dan sebagainya.

8. Film Dokumenter

(36)

Dokumenter dapat diambil di lokasi apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.

Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari ‘aktualitas’ atau potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media perantara. Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas yang tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentisitas peristiwa yang akan direkam.

Kebanyakan penonton film/video dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi. Sehingga, mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut.

Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara (voice over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat. Demikian pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-potongan gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.

(37)

pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan film/video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada kecenderungan kuat di kalangan para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik. Pengertian tentang ‘kebenaran’ dan ‘keaslian’ suatu film dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan, dan diubah, mengacu pada pendekatan segi estetik film dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya.

Namun dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu sama lain (mix genre) seperti horror-comedy, western-comedy, horror-science fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan subgenre, contohnya dalam genre komedi dikenal subgenre seperti screwball comedy, situation comedy (sit-com), slapstick, black comedy atau komedi satir dan sebagainya. Demikian pula dalam film dokumenter.

2.9 Film Dokumenter

(38)

Hal ini mengacu pada teori-teori sebelumnya seperti, Stave Blandford, Barry Grant dan Jim Hillier, dalam buku The Film Studies Dictionary menyatakan bahwa film dokumenter memiliki subyek yang berupa masyarakat, peristiwa, atau situasi yang benar-benar terjadi didunia realita dan di luar dunia sinema.

Kesimpulannya film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan atau mempresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter menampilkan kembali fakta yang ada dalam suatu kehidupan dengan berbagai sudut pandang yang diambil. Gerzon juga menyebutkan, dalam pembuatan film dokumenter gaya atau bentuk dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar. Pembagian ini merupakan ringkasan dari aneka ragam bentuk film dokumenter yang berkembang sepanjang sejarah.

Bila di atas menjelaskan bentuk film dokumenter menurut perkembangan sejarah, Grezon juga membagi genre dokumenter menjadi dua belas jenis yang di kelompokan lagi menurut tingkat kepopulerannya, antara lain:

a. Dokumenter Drama

Film jenis ini merupakan penafsiran ulang terhadap kejadian nyata, bahkan selain peristiwanya hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan waktu) cenderung direkonstruksi ulang.

b. Sejarah

(39)

yang salah baik pemaparan datanya maupun penafsirannya. Film dokumenter jenis ini biasanya menjadi acuan tambahan untuk anak-anak sekolah yang kurang berminat membaca ulang buku sejarah.

c. Ilmu pengetahuan atau Sains

Film ini dirancang khusus untuk mengajari audience bagaimana mempelajari dan melakukan berbagai macam hal mereka inginkan, mulai dari bermain gitar akustik atau gitar blues pada tingkat awal, memasang instalasi listrik, penanaman bungan yang dijamin tumbuh, menari perut untuk menurunkan berat badan, bermain rafting untuk mengarungi arung jeram dan sebagainya. Dalam film ilmu pengetahuan juga dibuat film tentang ilmu alam yang mendekatkan kita kepada kehidupan hewan liar, tumbuhan dan tempat-tempat tak terjamah lainnya.

d. Biografi

(40)

e. Laporan perjalanan

Jenis ini awalnya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Namun dalam perkembangannya bisa membahas banyak hal dari yang paling penting hingga yang ringan, sesuai dengan pesan dan gaya yang dibuat. Istilah lain yang sering digunakan untuk jenis dokumenter ini adalah travelogue, travel film, travel documentary dan adventures film. Tayangan ini

pun saat ini menjadi ajang promosi suatu tempat yang sangat populer karena kemasan acaranya yang sesuai dengan gaya hidup orang masa kini.

2.10 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)

Di dalam pembuatan film terdapat beberapa sudut pandang kamera yang digunakan dalam shoting, beberapa sudut pandang kamera, kontinuitas, komposisi dan editing. Sudut pandang kamera (Angle Camera) adalah sudut pandang penonton. Mata kamera adalah mata penonton. Sudut pandang kamera mewakili sudut pandang penonton. Dengan demikian penempatan kamera ikut menentukan sudut pandang penonton dan wilayah yang dilihat oleh penonton atau oleh kamera pada suatu shot. Pemilihan sudut pandang kamera yang tepat akan mempertinggi visualisasi dramatik dari suatu cerita (Biran, 2006).

(41)

mengenai kamera. Diantaranya adalah karakteristik shot, dan berbagai macam perpindahan kamera.

2.10.1 Shot Sizes

Dalam dunia pertelevisian dan perfilman terdapat beberapa ukuran shot yang dikenal sebagai komposisi dasar dari sebuah pembingkaian gambar. Beberapa shot sizes itu adalah:

1. Extreme Long Shot (ELS)

Komposisi: Sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar.

Tujuan: Memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita, menampilkan keindahan suatu tempat.

2. Very Long Shot (VLS)

Komposisi: Panjang, jauh dan luas tetapi lebih kecil daripada ELS. Tujuan: Untuk menggambarkan adegan kolosal atau obyek yang banyak. 3. Long Shot (LS)

Komposisi: Total, dari ujung kepala hingga ujung kaki, gambaran manusia seutuhnya.

Tujuan: Memperkenalkan tokoh utama atau seorang pembawa acara lengkap dengan setting latarnya yang menggambarkan di mana dia berada dan suasana. LS biasanya digunakan sebagai opening shot, dilanjutkan dengan zoom in hingga ke medium shot yang menggambarkan wajah tokoh yang bersangkutan secara lebih detail.

4. Medium Long Shot (MLS)

(42)

menjadi lebih padat, maka kita akan memasuki Medium Long Shot (MLS). Komposisi seperti ini sering dipakai untuk memperkaya keindahan gambar. 5. Medium Shot (MS)

Komposisi: Memperlihatkan subjek orang dari tangan hingga ke atas kepala sehinggapenonton dapat melihat jelas ekspresi dan emosi yang meliputinya. Tujuan: Untuk shoting wawancara.

6. Medium Close Up (MCU)

MS dikategorikan sebagai komposisi “potret setengah badan” dengan background yang masih bisa dinikmati, MCU justru memperdalam gambar dengan dengan lebih menunjukkan profil dari obyek yang direkam. Latar belakang itu nomer dua, yang penting adalah profil, bahasa tubuh, dan emosi obyek bisa terlihat lebih jelas.

7. Close Up (CU)

Komposisi: Obyek (seseorang) direkam gambarnya penuh dari leher hingga ke ujung batas kepala. Fokus kepada wajah.

(43)

8. Big Close Up (BCU)

Komposisi: Lebih tajam daripada Close up.

Tujuan: Menampilkan kedalaman pandangan mata, ekspresi kebencian pada wajah, emosi, keharuan. Untuk penyutradaraan non drama , BCU adalah tata bahasa yang berlaku untuk produksi talk show dan kuis, terutama untuk menggambarkan rekasi dari penonton yang sedang larut dalam pembicaraan. Tanpa kata-kata, tanpa bahasa tubuh, tanpa intonasi, BCU sudah mewujudkan semuanya itu. BCU dapat juga digunakan untuk objek berupa benda seperti: wayang, batu cincin ataupun makanan.

9. Extreme Close Up (ECU)

ECU adalah pengambilan gambar close up secara lebih berani dengan menampilkan salah satu bagian tubuh/ wajah (mata, bibir, hidung) dengan frame yang sungguh-sungguh padat. Kekuatan ECU adalah pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu bagian objek saja. Komposisi macam ini banyak dibutuhkan dalam video musik dan kerapkali digunakan sebagai transisi gambar menuju shot berikutnya dengan komposisi dan angle yang berbeda.

10.Over Shoulder Shot (OSS)

Over Shoulder Shot adalah pengambilan gambar subject/object yang diambil

(44)

11.Two Shot

Ada beberapa variasi untuk Two Shot, tetapi ide dasarnya adalah untuk mendapatkan pengambilan gambar yang pas untuk dua subject. Biasa digunakan dalam wawancara atau ketika presenter sedang melakukan show. Two-shot sangat dianjurkan untuk menetapkan relasi antara kedua subject

yang diambil. Komposisi two-shot dapat juga disertai gerakan atau atau aksi. Ini adalah cara yang bagus untuk mengikuti interaksi antara kedua orang yang bersangkutan tanpa merasa terganggu dengan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Gambar 2.2 Camera Shots, Angles and Movement

(45)

2.10.2 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Obyek 1. High Angle

Kamera ditempatkan lebih tinggi daripada subjek untuk mendapatkan kesan bahwa subjek yang diambil gambarnya memiliki status social yang rendah, kecil, terabaikan, lemah dan berbeban berat.

2. Eye Level

Kamera ditempatkan sejajar sejajar dengan mata subjek. Pengambilan gambar dari sudut eye level hendak menunjukkan bahwa kedudukan subjek dengan penonton sejajar.

3. Low Angle

Kamera ditempatkan lebih rendah daripada subjek,untuk menampilkan kedudukan subjek yang lebih tinggi daripada penonton, dan menampilkan bahwa si subjek memiliki kekuasaan, jabatan, kekuatan, dan sebagainya.

2.10.3 Penempatan Kamera dari Sudut Pandang Subyek 1. Objective Camera Angle

Angle ini menempatkan kamera dari sudut pandang penonton yang

(46)

2. Subyective Camera Angle

Kamera ditempatkan dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya pemain melihat ke arah penonton. Kamera dapat juga ditempatkan dari sudut pandang pemain yang memperhatikan pemain lainnya dalam suatu adegan.

2.10.4 Point of View Camera Angle

Point of View Camera Angle adalah gabungan antara obyektif dengan

subyektif yang merekam adegan dari titik pandang pemain tertentu (Marner, 1972). Cara pengambilannya dengan meletakkan kamera sedekat mungkin dengan pemain yang titik pandangnya digunakan sehingga mendapat kesan kamera menempel di pipinya. Dalam hal ini penonton menyaksikan peristiwa yang terjadi dari sisi pemain tersebut.

2.10.5 Kontinuitas Film (Continuity)

(47)

Membuat film harus direncanakan dengan baik dan detail. Hanya dengan cara itu continuity bisa terjaga dengan baik. Di dalam tahap perencanaan (pra-produksi) baik berupa catatan-catatan ide, corat-coret outline, design story board, ataupun shoting script, pertimbangan continuity ini harus dimasukkan (Mabruri, 2010). Jika tidak, film yang kita buat hanya merupakan kumpulan shot-shot yang tidak jelas. Continuity adalah logika sebuah film yang membuat film tersebut terkesan realistis dan meyakinkan sehingga membuat penonton bertahan dan hanyut dalam penuturan film dari awal sampai akhir.

2.10.6 Komposisi Gambar

(48)

1. Wujud (Shape)

Tatanan dua dimensional, mulai dari titik, garis lurus, poligon (garis lurus majemuk/terbuka/tertutup), dan garis lengkung (terbuka, tertutup, lingkaran). 2. Bentuk (Form)

Tatanan yang memberikan kesan tiga dimensional, seperti kubus, balok, prisma, dan bola.

3. Pola (Pattern)

Tatanan dari kelompok sejenis yang diulang untuk mengisi bagian tertentu di dalam bingkai foto, sehingga memberikan kesan adanya keseragaman.

4. Tekstur (texture)

Tatanan yang memberikan kesan tentang keadaan permukaan suatu benda (halus, kasar, beraturan, tidak beraturan, tajam, lembut, dan seterusnya).

5. Kontras (contrast)

Kesan gelap atau terang yang menentukan suasana (atmosphere/mood), emosi, dan penafsiran sebuah citra.

6. Warna (Colour)

(49)

2.11 Editing Gambar

Editing adalah jiwa dari sebuah film / video. Editing adalah suatu proses memilih, mengatur dan menyusun shot-shot menjadi satu scene, menyusun dan mengatur scene-scene menjadi satu sequence, hingga akhirnya menjadi rangkaian shot-shot yang bertutur tentang suatu cerita yang utuh. Editing yaitu suatu proses

(50)

41

Langkah-langkah metodologi dan perancangan karya yang digunakan dalam menyelesaikan karya tugas akhir ini adalah:

3.1. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Penelitian deskriptif berarti penelitian yang digunakan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat. Dimana dalam penelitian ini lebih spesifik dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antar variabel. Metode deskriptif dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan. Cara ini digunakan untuk melihat objek yang akan diteliti tanpa memberikan perlakuan pada objek sehingga tidak merubah objek tersebut.

(51)

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Untuk memperoleh informasi secara akurat dari narasumber langsung sebagai data primer, digunakan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai orang yang mengajukan pertanyaan dan narasumber sebagai orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang dalam pelaksanaannya mengadakan tanya jawab terhadap orang-orang yang erat kaitannya dengan permasalahan, baik secara tertulis maupun lisan guna memperoleh keterangan atau masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan anggota Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Pacitan. tabel 3.1 berikut adalah data informan yang telah berhasil di wawancarai:

Tabel 3.1 Daftar Narasumber

No. NAMA TEMPAT DAN JAM KETERANGAN DATA

Data diambil pada 27 Desember 2012 pukul

Data yang dapat diambil dari keterangan Bp. Hartoko selaku kepala bidang promosi

adalah tempat-tempat pariwisata yang di kelola

(52)

2. Bp. Suratno (Humas Dinas

Pariwisata Kabupaten Pacitan)

Data diambil pada 27 Desember 2012 pukul

Data yang diambil dari Bp. Suratno selaku Humas Pariwisata adalah jumlah pengunjung perbulan selama satu tahun terakhir di tiap-tiap

lokasi wisata.

Dan hasil wawancara dengan Pak Hartoko selaku Kepala Bidang Promosi Pariwisata di Kabupaten Pacitan pada tanggal 27 Desember 2012 menghasilkan:

“Beberapa destinasi wisata yang telah dikelola oleh dinas antara lain Pantai Pancer Dor, Pantai Tamperan, Pantai Srau, Pantai Klayar dan Pantai Watu

Karung. Selain pantai juga ada goa yaitu Goa Gong dan Goa Tabuhan yang

lainnya adalah pemandian air hangat Tirta Husada. Promosi yang dilakukan

selama ini oleh dinas selain dengan media brosur, stiker juga melalui

pameran dan road show yang dilakukan di beberapa kota besar seperti

Jakarta, Jogja, Surabaya, dan kabupaten-kabupaten perbatasan lainnya.”

(53)

Gambar 3.1 Jumlah Pengunjung Perbulan Di Pacitan

2. Observasi

(54)

Kabupaten Pacitan. Pada tabel 3.2 berikut adalah foto dan data hasil observasi yang dilakukan:

Tabel 3.2 Daftar Foto Destinasi Tempat Wisata di Pacitan

No. LOKASI DAN ALAMAT KETERANGAN FOTO

1. Goa Gong

(30 Km dari pusat Kota Pacitan) Keunikan:

Batu-batuan di dalamnya berbunyi mirip gong.

2.

Goa Tabuhan

(Kecamatan Punung, 40 Km dari pusat Kota Pacitan)

Keunikan:

Bebatuan di dalamnya dapat berbunyi mirip gamelan.

3. Pantai Teleng Ria (3 Km dari pusat Kota Pacitan)

Keunikan:

Pantai keluarga yang paling dekat dengan kota.

4. Pantai Srau

(Kecamatan Pringkuku, 25 Km dari pusat Kota Pacitan)

Keunikan:

Adanya mancing samudera di atas karang.

(55)

5. Pantai Watu Karung

(Kecamatan Pringkuku, 30 Km dari pusat Kota Pacitan)

Keunikan:

Pantai yang digunakan untuk selancar para turis.

6. PantaiKlayar

(Kecamatan Donorojo, 35 Km dari pusat Kota Pacitan)

Keunikan:

Adanya seruling samudra dan palung laut.

7. Air Hangat Tirta Husada (Kecamatan Arjosari, 15 Km dari

pusat Kota Pacitan) Keunikan:

Air panas yang keluar bukan berasal dari gunung berapi. Kandungan belerang yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit.

3. Kepustakaan

(56)

Berikut merupakan beberapa buku yang digunakan dalam proses Tugas Akhir yaitu:

Sumber buku:

a. Babad Tanah Pacitan Dan Perkembangannya (2004) oleh Qomaruddin Sartono yang berisi tentang sejarah Pacitan dan beberapa lokasi wisata di Kabupaten Pacitan.

b. Lima Hari Mahir Bikin Film (2011) oleh Panca Javandalasta yang berisi tentang cara dan beberapa tahapan dalam pembuatan film.

c. Dokumenter: Dari Ide sampai Produksi (2008) oleh G.R. Ayawaila yang berisi tentang deskripsi mengenai dokumenter dan cara pembuatannya.

d. Yok Bikin Film Gitu Loh! (2006) oleh Handry yang berisi tentang cara-cara membuatfilm dari awal sampai akhir.

Sumber internet:

a. Pesona Wisata Kabupaten Pacitan diakses pada 24-03-2011 oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan yang berisi data-data tentang Pacitan. b. Strategi Humas Pariwisata Pacitan diakses pada 20-07-2005 oleh

Tjiptian yang berisi tentang kendala-kendala promosi di Kabupaten Pacitan.

4. Analisa Eksisting dan Kompetitor

(57)

acuan adalah video dokumenter yang diproduksi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan yang berjudul “Pacitan Is The Paradise Of Java” pada tahun 2011. Sedangkan eksisting yang akan di pakai adalah film

dokumenter yang produksi oleh valadoo berjudul “Jalan-Jalan Men Eps. Jogja”

a. Pacitan Is The Paradise Of Java

Gambar 3.2 Pacitan Is The Paradise Of Java

Pacitan Is The Paradise Of Java adalah video dokumenter buatan Dinas Pariwisata Kebudayaan Dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan. Video dokumenter buatan Disbudparpora ini di produksi pada tahun 2011. Tayangan ini mengulas semua hal mengenai potensi wisata di Kabupaten Pacitan. Bukan hanya wisata alamnya saja, namun dari segi kebudayaan, souvenir, hingga makanan khas dan oleh-oleh dari Kabupaten Pacitan juga di bahas di dalamnya.

(58)

disampaikan begitu lengkap dan mendetail. Narasi dan informasi yang di berikan mudah dimengerti. Namun dengan durasi video selama 07:37 menit ini dinilai monoton karena voice over yang dilakukan dari awal hingga akhir. Screen shot Pacitan Is The Paradise Of Java dapat dilihat di gambar 3.2.

b. Jalan-Jalan Men Episode Jogja

Gambar 3.3 Jalan-Jalan Men Episode Jogja (www.malesbanget.com)

(59)

di Yogyakarta. Setiap akhir episode Jebraw menceritakan kembali perjalanannya pada episode tersebut dalam sebuah lagu. Screen shot Jalan-Jalan Men Episode Jogja dapat dilihat di gambar 3.3.

c. Malam Minggu Miko

Gambar 3.4 Malam Minggu Miko

Malam Minggu Miko berkisah tentang malam-malam minggu cowok yang bernama Miko. Tiap malam minggu Miko menghabiskan malamnya dengan mencari seorang pacar. Film pendek ini dikemas dengan gaya anak muda yang mudah dimengerti. Hal yang diserap dari eksisting Malam Minggu Miko adalah genre mockumentary yang jarang di temui di film-film pendek lainnya. Screen shot Malam Minggu Miko dapat dilihat pada gambar 3.4 diatas.

3.1.2 Analisis Data

(60)

memilah-milah data yang ada sesuai dengan jenisnya. Setelah di klasifikasikan lalu kumpulan data tersebut di jabarkan dalam satu teks secara lengkap dan berurutan. Kemudian ditarik kesimpulan atau kata kunci dari seluruh jabaran tersebut. Kesimpulan data inilah yang menciptakan sebuah ide atau konsep.

Dari data-data yang di dapat baik berupa data wawancara, observasi, literatur dan eksisting, maka dapat di tarik kesimpulan untuk menjadikan kata kunci yaitu destinasi wisata di Pacitan seperti pemandian air hangat yang unik karena bukan bersumber dari gunung berapi serta terkenal dengan kandungan belerang yang dapat digunakan untuk kesehatan, goa-goa di Pacitan yang memiliki keunikan di dalamnya seperti goa gong dan goa tabuhan yang jika dipukul batu-batuannya dapat mengeluarkan bunyi-bunyian, serta pantai yang memiliki beberapa keunikan seperti palung laut, seruling samudra dan mancing samudra. Jika digabungkan dan di tarik kesimpulan dari beberapa data tersebut maka akan mengerucut menjadi kata “amazing” yang artinya luar biasa.

(61)

sukses berpetualang jika tidak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kemudian ditarik kesimpulan kembali antara kata kunci amazing, familiar dan rasa ingin tahu menjadi satu kata kunci utama yaitu “Charming” yang artinya menarik atau enak dilihat.

3.1.3 Keyword

Dari penelitian dan penguraian judul penelitian maka kata kunci atau keyword yang di temukan yaitu charming. Kata charming dapat diartikan sebagai

sesuatu yang menarik dan mempesona. Sehingga dapat disimpulkan video yang akan dibuat adalah video yang menarik sehingga mudah diingat dan mampu menampilkan keindahan pesona alam Pacitan. Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam pencarian keyword tersusun dalam gambar bagan 3.3.

(62)

3.1.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan, bulan Februari 2013 sampai bulan Juli 2013. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada Tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3 Perancangan Waktu Penelitian

No. KEGIATAN

3.1.5 STP (Segmentating, Targeting, Positioning)

Segmentasi, targeting dan positioning dalam karya ini adalah: 1. Demografi : Kota Besar (Ibu Kota Provinsi)

2. Umur : 20 - 40 Tahun 3. Status Ekonomi : Menengah

(63)

5. Positioning : Film ini ditujukan kepada mahasiswa atau orang-orang yang berjiwa petualang dan tertarik dengan alam di daerah yang belum banyak dikunjungi orang.

3.2 Perancangan Karya

Tahap perancangan karya bertujuan untuk mencari dan menyelesaikan masalah dalam pembuatan karya sehingga dapat dipakai sebagai acuan dalam pengerjaan karya. Agar lebih memperjelas alur pembuatan film pendek tersebut dimulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksinya. Berikut langkah-langkah yang digunakan dalam pembuatan film pendek tersusun dalam gambar bagan 3.4.

(64)

Dalam pembuatan video dokumenter ini, yang akan dilakukan adalah mencari data dari sumber-sumber yang dibutuhkan. Data berupa jumlah wisata alam yang ada di Kabupaten Pacitan, potensi yang ada di tiap wisata alam, sejarah tempat pariwisata, dan hal-hal terkait yang digunakan dalam pembuatan video dokumenter ini. Setelah data yang dibutuhkan lengkap, selanjutnya masuk ke ide cerita. Di dalam ide cerita terdapat pokok-pokok yang harus dikembangkan. Diantaranya pembuatan konsep. Disini konsep yang diangkat harus kuat, agar video dokumenter yang dibuat mempunyai makna yang sesuai dengan tujuan pembuatan video tersebut. Setelah konsep dibuat, selanjutnya adalah membuat cerita. Cerita harus menceritakan secara jelas dan terperinci. Di dalam cerita ini harus terdapat rincian setting lokasi, tokoh dalam cerita tersebut, dan pesan yang akan disampaikan.

3.2.1 Perancangan Konsep Cerita

Didalam analisis konsep yang terkait dengan keyword maka menghasilkan beberapa pemikiran konsep cerita yang dapat saling terkait dengan pengambilan tema pariwisata di Pacitan. Beberapa perpaduan konsepnya yaitu:

1. Video pariwisata dengan menggunakan 2 pemain yang terlihat sedang menikmati keindahan alam di Pacitan dan mengeksplornya.

(65)

3. Video pariwisata yang menggambarkan 2 pemain yang mengeksplor Kabupaten Pacitan dengan gaya yang energik, menarik, dan mampu membawa penonton untuk ikut larut dalam petualangan.

4. Video pariwisata mockumentary laporan perjalanan yang memadukan analisis atau komentar dari pemain dan video yang di tayangkan.

5. Video pariwisata dikemas atraktif, baik itu transisinya ataupun tampilan efek warna.

3.2.2 Sinopsis Cerita

Bercerita tentang Egi dan Azka yang secara tidak sengaja menemukan brosur tentang pariwisata di Pacitan di meja sebuah kafe. Karena mereka berdua sama-sama hobi travelling, mereka tertarik untuk datang ke tempat-tempat yang ada di brosur tersebut. Keesokan harinya berangkat menggunakan bus Aneka Jaya dari terminal Purabaya Surabaya. Setelah sekitar 8 jam perjalanan malam akhirnya sampailah mereka di terminal bus Pacitan.

(66)

melihat-lihat kembali brosur serta peta Pacitan yang dibawa. Egi sangat menyukai goa-goa disana namun Azka lebih memilih ke pantai. Egi dan Azka berargumen cukup lama untuk menentukan tempat mana yang ingin di kunjungi, namun mereka tidak menemukan titik temu. Akhirnya mereka bertengkar dan memutuskan untuk pergi sendiri-sendiri ketempat-tempat yang ingin dikunjungi. Mereka membuat sebuah peraturan bahwa kemanapun mereka pergi, mereka harus jalan kaki dan semua setuju dengan peraturan itu. Keluar dari tempat Nasi Tiwul Bu Gandos mereka memutuskan berpisah dan berjalan berlainan arah. AZKA

Azka melihat brosur yang di bawanya dan mencari pantai mana yang terdekat yang akan dikunjungi. Dengan mempertimbangkan jarak, akhirnya Azka memilih pantai Teleng Ria. Pantai Teleng Ria sebenarnya sudah bukan dikelola Dinas Pariwisata Kabupaten Pacitan karena pantai ini telah di kelola oleh swasta, namun pantai ini termasuk salah satu pantai yang sangat terkenal dan lengkap fasilitasnya.

EGI

(67)

banyak penjual yang bersiap menjajakan makanan minuman dan berbagai souvenir sebagai oleh-oleh dari goa. Selain itu juga terdapat pasar batu akik yang menjual berbagai macam bentuk dan jenis akik.

AZKA

Setelah puas dengan pantai teleng, Azka melanjutkan perjalanan menuju Pantai Srau dan Watu Karung. Di pantai ini berbeda sekali dengan Pantai Teleng. Srau dan Watu Karung adalah pantai yang berpasir putih. Dan di pantai ini merupakan spot yang baik untuk olahraga surfing atau selancar. Banyak yang belum mengetahui jika di bulan-bulan tertentu kedua pantai ini memiliki ombak yang bagus untuk berselancar. Sehingga tidak heran jika pada musim ombak besar banyak wisatawan asing yang datang untuk berselancar.

EGI

Egi melihat brosur yang dibawanya lagi dan bersiap pergi ke Goa Tabuhan. Goa Tabuhan adalah goa batu kapur namun bersejarah di jaman perang dan goa yang unik karena batu-batuan disana bisa di tabuh seperti bunyi-bunyian gamelan. Setelah puas melihat dan berkeliling goa, Egi berjalan menuju pasar batu akik di seberang goa. Batu-batuan itu diambil dan diolah sendiri oleh masyarakat Pacitan. Sehingga harga yang ditawarkan relatif terjangkau dan dapat digunakan sebagai cenderamata oleh-oleh khas dari Pacitan. Karena tertarik, Egi membeli sebuah cincin couple untuk Azka.

AZKA

(68)

dua pantai sebelumnya, Klayar juga memiliki pasir putih yang menawan serta laut yang jernih dan berkarang. Di Klayar Azka menemukan beberapa tempat yang menarik yaitu palung laut dan seruling samudra. Palung laut berupa cekungan yang dibentuk oleh batu karang sehingga membawa efek ombak yang lebih banyak dan lebih besar serta dalam sehingga sangat tidak disarankan untuk berenang di palung laut. Sedangkan seruling samudra adalah muncratan air yang keluar dari celah-celah bebatuan karang sehingga menimbulkan efek semburan air dari bawah dan bunyi nyaring mirip seruling yang jarang dijumpai di pantai mana saja.

Setelah Egi dan Azka puas dengan perjalanan masing-masing mereka memutuskan untuk bertemu kembali di pemandian air hangat Tirta Husada sekedar untuk merelaksasikan badan setelah seharian berjalan-jalan. Selama berendam mereka saling bertukar cerita dan pengalaman masing-masing, bersenda gurau seolah tidak terjadi apa-apa. Kemudian Egi berdiri dan memberikan oleh-oleh batu akik untuk Azka.

(69)

3.2.3 Karakter Tokoh

Dalam video pariwisata ini hanya ada 2 karakter tokoh utama yaitu Egi dan Azka yang memiliki watak sebagai berikut:

1. Egi

Perempuan cantik tapi tomboy, sangat menyukai travelling dan menjelajah ke tempat-tempat baru namun seperti perempuan pada umumnya yang juga hobi shopping di mall atau nongkrong di kafe. Egi hobi travelling tapi lebih

menyukai gunung atau goa dari pada pantai. 2. Azka

Pria muda yang sangat menyukai dan tergila-gila pada pantai sehingga bertekad untuk menjelajah setiap pantai di Indonesia. Azka sangat suka jalan-jalan, travelling, dan berpetualang dari satu tempat ke tempat lain dengan Egi kekasihnya. Sama seperti Egi, meskipun Azka menyukai alam namun karena tinggal di tengah kota besar ia juga suka hang out di kafe.

3.2.4 Perancangan Skenario

Skenario digunakan sebagai acuan dalam pembuatan video pariwisata, tabel 3.4 berikut susunan skenario video pariwisata Kabupaten Pacitan:

Tabel 3.4 Perancangan Skenario 01. EXT – DEPAN KAFE – MALAM

(suasana keramaian kafe dari luar, parkiran)

Egi dan Azka tertawa-tawa memasuki sebuah kafe. Azka merangkul mesra Egi. (MCU ekspresi Egi Azka)

CUT TO 02. INT – DALAM KAFE – MALAM

(70)

beberapa orang yang meninggalkan salah satu meja)

Azka menunjuk satu tempat yang baru saja di tinggalkan dan mereka mendudukinya.

CUT TO (shoot keadaan meja dan brosur-brosur yang di tinggalkan)

Egi melihat-lihat tumpukan brosur dan mulai tertarik kemudian memberitahukan pada Azka.

EGI

yank kamu pernah denger tentang Pacitan gak sih? AZKA

Pacitan? Enggak pernah denger, emang Pacitan itu apaan? Nama makanan?? EGI

ihh bukan, coba lihat ini deh

(Egi sedikit memperlihatkan brosur pada Azka)

AZKA woww.. pantaii!!!!

(Azka merebut brosur dari tangan Egi) ini keren banget!

(sambil membolak balik brosur yang di bawanya)

EGI

(melihat brosur yang lainnya)

iya keren kan, ada goa nya lagi! Ini beneran ada di jawa timur?? karena penasaran, Azka mulai mencaritahu tentang pacitan (CU tab saat Azka buka Google dan mengetik p-a-c-i-t-a-n)

AZKA sebentar..

(buka tab, googling tentang Pacitan)

Ouh jadi ternyata Pacitan itu memang masih di Jawa Timur yank, tapi agak pinggiran gitu sih. Kesana kalo ga naik kendaraan pribadi, ya naik bis.

EGI

Emang kalo selain bis gak bisa? Kereta gitu? Atau pesawat? AZKA

Sayangnya gak bisa. Disana gak ada rel sama airport. Disini ditulis kalo Pacitan itu ada diantara gunung-gunung gitu deh. Kalopun mau naik kereta dari Surabaya

(71)

lagi ke Pacitannya.

Tapi menurut info sih pacitan seru banget yank. Kita harus kesana! EGI

Setuju! Aku juga penasaran banget. Gimana kalo besok lusa aja, lusa aku free kok.

AZKA

Deal, lusa kita berangkat! (mengelus lembut kepala Egi) udah, kita makan dulu aja yuk! (melambaikan tangan ke waitters)

Egi memasukkan brosur-brosur ke dalam tas. (zoom out, bluring)

DISOLVE

3.2.5 Treatment

Penyusunan plot atau treatment dalam video ini bertujuan untuk menuliskan tentang urutan adegan (scene) dan shot pada saat editing. Urutan adegan tersebut akan dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya sebagai berikut:

Babak 1:

1. Azka dan Egi adalah sepasang anak muda gaul yang hobinya nongkrong di kafe.

2. Meskipun mereka anak gaul ibukota, hobi mereka adalah travelling.

3. Secara tidak sengaja mereka menemukan brosur Pacitan dan mulai tertarik pada keindahan alamnya.

4. Setelah searching dan mencari tahu tentang Pacitan, beberapa hari kemudian mereka langsung memutuskan pergi ke Pacitan dengan bus malam.

(72)

Babak 2:

1. Azka dan Egi sampai di Pacitan pagi harinya

2. Tempat pertama yang dikunjungi adalah kediaman Pak SBY.

3. Karena lapar mereka memutuskan untuk makan di warung Nasi Tiwul Bsu Gandos.

4. Nasi tiwul adalah makanan khas Pacitan dengan berbagai macam lauk pauk ikan laut.

Babak 3:

1. Membuka ulang brosur dan melihat-lihat isi didalamnya. 2. Azka sangat menyukai pantai, namun Egi memilih goa.

3. Mereka berselisih paham dan memutuskan pergi sendiri-sendiri. 4. Di depan warung bu Gandos mereka berpisah.

5. Namun janjian bertemu lagi di kediaman SBY. Babak 4:

1. Dengan berbekal salah satu brosur, Azka memutuskan pergi ke pantai Teleng Ria

2. Pantai Teleng Ria adalah pantai yang terdekat dari pusat kota Pacitan. Babak 5:

1. Egi memutuskan pergi ke Goa Gong.

2. Goa Gong goa terbesar se-Asia Tenggara dan terindah dimana stalaktit dan stalakmitnya berasal dari batuan kristal.

(73)

4. Ditemani dengan satu tourgate disana, Egi berhasil membuktikan jika batu di Goa Gong bisa berbunyi mirip suara gong.

5. Keluar dari Goa Gong dan melihat-lihat pasar batu akik. Babak 6:

1. Azka selanjutnya memutuskan ke pantai Srau dan Watu Karung karena letaknya yang berdekatan.

2. Di pantai Srau Azka terpesona dengan pasir putihnya dan pantai yang bersih. 3. Naik ke bukit, ikut mancing samudra dengan masyarakat disana.

4. Jalan sedikit, dan menemukan lubang samudra di sisi lain tebing. 5. Azka menuju pantai Watu Karung

6. Melihat beberapa orang yang sedang surfing bebas di pantai. Babak 7:

1. Menuju ke Goa Tabuhan.

2. Goa Tabuhan terbentuk dari batu-batuan kapur.

3. Dengan ditemani satu tourgate yang menjelaskan tentang riwayat goa ini, terdengar suara gamelan.

4. Bersama beberapa tourgate yang lain sama-sama memukul-mukul bebatuan stalaktit dan stalakmit untuk membuktikan bahwa bunyinya memang mirip suara gamelan.

5. Egi bernyanyi dan menari bersama masyarakat diiringi gending jawa.

(74)

7. Egi membeli beberapa cenderamata batu akik untuk oleh-oleh dan untuk diberikan pada Azka.

Babak 8:

1. Azka melanjutkan perjalanan ke pantai Klayar.

2. Azka takjub dengan berbagai batu karang, rumput laut, kerang kecil dan beberapa batu-batuan besar lainnya disana.

3. Menyusuri sisi kiri pantai, Azka menemukan palung laut.

4. Menaiki bebatuan besar, Azka menemukan seruling samudra yang jarang ia kunjungi di pantai mana saja.

Babak 9:

1. Di tempat dan jam yang telah ditentukan, Azka dan Egi bertemu di pemandian air hangat Tirta Husada.

2. Setelah capek berjalan-jalan dan menikmati alam pacitan, mereka relaksasi sebentar dengan berendam di kolam air hangatnya.

Babak 10:

1. Menuju pasar Minulyo untuk mencari makan malam.

2. Pilihan jatuh pada kupat tahu yang jarang di jumpai di Surabaya. 3. Setelah makan malam mereka memutuskan untuk pulang ke Surabaya.

3.2.6 Perancangan Storyboard

(75)

gambaran untuk dijadikan acuan saat melakukan pengambilan gambar. Storyboard di sini meliputi gambar atau arahan sudut kamera, dan alur cerita.

Storyboard berfungsi untuk memudahkan proses pengambilan gambar. Selain itu,

storyboard juga memudahkan dalam alur proses editing. Berikut sepenggal storyboard Hidden Paradise dapat dilihat pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Perancangan Storyboard

3.3 Publikasi

Publikasi dilakukan untuk mengajak audien menjadi penasaran dengan sebuah tayangan, beberapa media yang digunakan untuk menarik audien untuk menonton video pariwisata ini dengan membuat beberapa media publikasi diantaranya adalah poster.

1. Poster

Gambar

Tabel 2.1 Karakter Penonton Berdasarkan Status Ekonomi
Gambar 2.2 Camera Shots, Angles and Movement
Gambar 3.1 Jumlah Pengunjung Perbulan Di Pacitan
Tabel 3.2 Daftar Foto Destinasi Tempat Wisata di Pacitan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa citra topografi dapat rancang juga bebera pa skena rio pencegahan dan penanggulangan pada DAS yang rawan bencana, diantaranya dengan mengeruk endapan

Perkiraan kuantitas bahan dibuat berdasarkan faktor kembang material (padat-lepas), faktor lehilangan bahan, berat jenis bahan, dan komposisi campuran untuk tiap

Penelitian serupa bahwa Pengendalian internal COSO yang diterapkan terhadap aktivitas pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) cabang

[r]

Pengasuhan dilarang bagi ibu yang tidak memenuhi syarat yang telah dijelaskan seperti gila, budak, kafir, fasik, tidak dapat dipercayai, dan menikah dengan pria lain,

Penggunaan Ca polystyrene sulfonate yang diberikan pada pasien gagal ginjal kronik hiperkalemia Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sidoarjo terkait dosis, rute,

 Aplikasi kamuflase buatan yang berupa daun kelapa dapat diterapkan untuk menggantikan cara/metode penyamaran bubu karang yang selama ini merusak, yaitu dengan

Proses produksi yang efisien dapat diartikan dengan pemakaian input yang lebih sedikit sehingga dapat menghasilkan output atau produk dalam jumlah tertentu