• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengembangan Kualitas Sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pengembangan Kualitas Sistem"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUPAN NUTRISI AKIBAT KEHILANGAN

SEBAGIAN GIGI PADA MASYARAKAT YANG

TIDAK DAN MENGGUNAKAN GIGITIRUAN

SEBAGIAN LEPASAN DI KELURAHAN

TANJUNG REJO KECAMATAN

MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

OKTAVINA MANIK NIM : 080600038

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 22 September 2012

Pembimbing : Tanda tangan

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 22 September 2012

TIM PENGUJI

KETUA :Eddy dahar, drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Prof .Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D.,Sp.Pros (K) 2. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2012

Oktavina Manik

Pola Asupan Nutrisi akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak dan Menggunakan gigitiruan sebagian lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal

vii + 56 halaman

Kehilangan sebagian gigi disebabkan oleh beberapa hal terutama oleh penyakit periodontal, karies gigi, dan trauma. Kehilangan sebagian maupun seluruh gigi juga memiliki dampak, yaitu emosional, sistemik, dan fungsional. Dampak fungsional dapat berupa gangguan bicara dan gangguan mengunyah sehingga masyarakat yang sudah mengalami kehilangan gigi memiliki kesulitan untuk mengunyah dan memakan makanan keras. Hal ini berdampak pada pola asupan nutrisi masyarakat. Penggunaan gigitiruan sebagian lepasan diharapkan dapat membantu memperbaiki kemampuan fungsional sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

(5)

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL, kemudian dilanjutkan dengan analisis data untuk mengamati hubungan antara pola asupan nutrisi dengan jumlah dan daerah gigi yang hilang.

(6)

Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perubahan pola asupan nutrisi secara keseluruhan dengan jumlah dan daerah gigi yang hilang pada masyarakat yang tidak dan menggunakan GTSL.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

2.2 Klasifikasi Kehilangan Sebagian Gigi ... 9

2.2.1 Daerah Gigi yang Hilang ... 9

2.2.2 Jumlah Gigi yang Hilang ... 9

2.3 Nutrisi ... 9

2.3.1 Jenis-jenis Zat Gizi ... 10

(8)

2.3.1.2 Protein ... 11

2.3.1.3 Lemak ... 12

2.3.1.4 Vitamin ... 12

2.3.1.5 Mineral ... 13

2.4 Pola Asupan Nutrisi ... 13

2.5 Dampak Perubahan Pola Asupan Nutrisi ... 13

2.6 Hubungan Penggunaan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 14

2.6.1 Hubungan Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 14

2.6.2 Hubungan Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan dengan Pola Asupan Nutrisi ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 16 4.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 22

4.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 24

(9)

4.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 26 4.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 28 4.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 31 4.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 35 4.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 35 4.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 37 4.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 40 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 44 5.2 Karakteristik Masyarakat yang Kehilangan Sebagian Gigi yang

Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 45 5.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 46 5.3.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

(10)

Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 46 5.3.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 47 5.3.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Tidak Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior dan Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 48 5.4 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 49 5.4.1 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Anterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang ... 49 5.4.2 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

Masyarakat yang Menggunakan Gigitiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Berdasarkan Daerah (Posterior) dan Jumlah Gigi yang Hilang .... 50 5.4.3 Pola Asupan Nutrisi Akibat Kehilangan Sebagian Gigi pada

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi

yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 23 2. Persentase distribusi karakteristik masyarakat yang kehilangan sebagian gigi

yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. ... 25

3. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 27

4. Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 28

5. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 30

6. Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 31

(12)

8. Uji chi-square antara daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang tidak menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 34

9. Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 36

10.Uji chi-square antara daerah (anterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 37

11.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 39

12.Uji chi-square antara daerah (posterior) dan jumlah gigi yang hilang dengan pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal ... 40

13.Persentase pola asupan nutrisi akibat kehilangan sebagian gigi pada masyarakat yang menggunakan GTSL di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal berdasarkan daerah (anterior dan posterior) dan jumlah gigi yang hilang. ... 42

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kerangka Konsep Skripsi

2. Kerangka Operasional

3. Lembar Persetujuan Responden

4. Kuesioner Penelitian

5. Perhitungan Statistik

6. Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

7. Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan

8. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Medan Sunggal

(14)

ABSTRAK

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGEMBANGAN KUALITAS SISTEM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi proses pengembangan kualitas sistem pada PT. Bank Danamon, Tbk yang berada di Gunungsitoli- Nias. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitas sistem yang diproksikan dengan partisipasi pengguna sistem, pelatihan pemakai, keahlian pemakai sistem, dan konflik pengguna sistem.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan PT.Bank Danamon,Tbk Gunungsitoli- Nias.

Hasil penelitian ini adalah dimana pelatihan pemakai dan pengalaman pemakai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem, sedangkan partisipasi pemakai, dan konflik pemakai tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem dalam uji parsial. Namun secara uji simultan, faktor- faktor ini dapat menjadi pengaruh positif terhadap kualitas sistem.

(15)

ABSTRACK

THE INFLUENCE OF ANALYSIS FACTOR DEVELOPMENT PROCESS QUALITY SYSTEM

The purpose of this research is to know the influence quality system in PT. Bank Danamon,Tbk Gunungsitoli- Nias. Variables that used in this research show that quality system which is user participation, user train, user skill, and user conflict variable.

Analysis method that used in this research is kuantitatif method, with testing assumptions of classical, and then used statistical analysis which is multiple linear regression. The population of this research is PT. Bank Danamon, Tbk Gunungsitoli- Nias.

The result of this research were user participation and user conflick independent variables had no influence on company’s performance either partially or simultaneously while user train and user skill. But all of the variable in simultan test have the positive output.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang sangat pesat saat ini memberikan banyak kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis. Peranan TI dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, TI dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat. Penerapan TI bagi perusahaan mempunyai peranan penting dan dapat menjadi pusat strategi bisnis untuk memperoleh keunggulan bersaing.

Menurut Bodnar dan Hopwood (Nasution, 2004) terdapat tiga hal yang berkaitan dengan penerapan TI berbasis komputer yaitu ; (a) Perangkat keras

(hardware); (b)Perangkat lunak (software), dan; (c) Pengguna (brainware).

(17)

(operator) masukan (input) dan sekaligus penerima keluaran (output) sebagai pengguna sistem (user). Pengguna sistem adalah manusia (man) yang secara psikologi memiliki suatu perilaku (behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga aspek keprilakuan dalam konteks manusia sebagai pengguna(brainware). TI menjadi penting sebagai faktor penentu pada setiap orang yang menjalankan TI.

Saat ini teknologi informasi menjadi faktor penentu keberhasilan dalam suatu organisasi, oleh sebab itu tingkat kepuasan end user juga merupakan salah satu tolok ukur dari keberhasilan suatu sistem. Untuk dapat mewujudkan stabilitas kerja yang baik dari penggunanya, harus didukung oleh ketahanan sistem yang handal dan merupakan sistem yang sudah diimplemtasikan secara optimal, sehingga dapat memberikan kepuasan dan rasa percaya pemakai terhadap sistem yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Baik buruknya kinerja dari sebuah sistem dapat dilihat melalui kepuasan pemakai sistem dan pemakaian dari sistem itu sendiri. Walaupun upaya dalam meningkatkan pengembangan sistem perangkat lunak terus-menerus dilakukan, namun untuk mendapatkan perangkat lunak yang berkualitas, diantara sekian banyak perangkat lunak yang ada sekarang ini tetaplah sangat sulit.

(18)

Ketidakcukupan dan kekurangan studi empiris mengenai kualitas perangkat lunak ini yang membuat sulit para manajer proyek untuk menggunakan perangkat lunak yang ada secara efektif begitu juga strategi-strategi di dalam manajemen dan kualitas kontrolnya.

Pentingnya kualitas sistem tidak dapat dinilai dari jumlah sember daya perusahaan yang dihabiskan untuk pengembangan sistem-sistem informasi dan tingkat keyakinan perusahaan pada penambahan koleksi aplikasi-aplikasi sistem tersebut. Kualitas sistem seharusnya diartikan sebagai suatu pengganti dasar untuk keberhasilan sebuah sistem. Istilah kualitas sendiri sudah sangat banyak diartikan dan didefinisikan dengan berbagai cara. James Martin salah seorang pakar konsultan komputer yang terkenal mendeskripsikan kualitas perangkat lunak sebagai sesuatu yang tepat waktu, sesuai dengan anggaran, dan memenuhi kebutuhan pemakai. Oleh sebab itu kualitas buakan hanyan sejumlah kriteria yang ditetapkan suatu perusahaan atau instasi, sebaliknya kualitas adalah pemenuhan kriteria kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor atau ukuran keberhasilan bagi setiap pengembangan dan implementasi dan sistem informasi dalam suatu perusahaan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas sistem yang dimiliki perusahaan merupakan penilaian yang menyeluruh.

(19)

dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengembangan Kualitas

Sistem.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti sebagai berikut:

1. Apakah partisipasi pemakai berpengaruh dalam proses

pengembangan kualitas sistem pada PT.Bank Danamon,Tbk di Gunungsitoli?

2. Apakah pelatihan pemakai sistem berpengaruh dalam proses pengembangan kualitas sistem pada PT.Bank Danamon,Tbk di Gunungsitoli?

3. Apakah keahlian pemakai sistem berpengaruh dalam proses pengembangan kualitas sistem pada PT.Bank Danamon,Tbk di Gunungsitoli?

4. Apakah adanya konflik berpengaruh dalam proses pengembangan

(20)

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris mengenai:

1. Pengaruh patisipasi pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem,

2. Pengaruh pelatihan pemakai dalam proses pengembangan kualitas

sistem,

3. Pengaruh pengalaman pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem,

4. Pengaruh adanya konflik dalam proses pengembangan kualitas sistem.

1.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Akademis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan pentinganya kualitas sistem dan faktor- faktor yang mempengaruhi proses pengembangan kualitas sistem.

2. Peneliti

(21)

pengetahuan dengan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai kesesuaian sebuah sistem informasi.

3. Perusahaan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Sistem

Sistem merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Jerry Fith Gerald mendefinisikan sistem sebagai berikut:

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

Elemen dan karakterisitik suatu sistem menurut Jerry Fith Gerald terdiri atas :

• Memiliki komponen

(23)

tidak melihat kecilnya ukuran, mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem dan mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu juga mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar yang dikenal dengan supra sistem, misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat disebut dengan supra sistem. Jika dalam industri dipandang sebagai suatu sistem, maka perusahaan dapat menyebutnya sebagai subsistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

• Batas sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

• Lingkungan luar sistem (environment)

Merupakan suatu hal yang berada diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem.

• Penghubung sistem (interface)

(24)

• Masukan sistem (input)

Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi sedangkan signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran misalkan didalam sistem komputer, program adalah maintanance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

• Keluaran sistem (output)

Merupakan hasil dari energi yang diolah oleh sistem.

• Pengolah sistem (process)

Merupakan bagian yang memproses masukan untuk menjadi keluaran yang diinginkan.

• Sasaran sistem

(25)

Adapun sistem diklasifikasikan Jerry F. Gerald menjadi:

• Sistem abstrak: sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak

tampak secara fisik (sistem teologia)

Sistem fisik: merupakan sistem yang ada secara fisik (sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dll.)

• Sistem alamiah: sistem yang terjadi melalui proses alam. (sistem matahari,

(26)

Sistem buatan manusia: sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut human-machine system (contoh ; sistem informasi)

• Sistem tertentu (deterministic system): beroperasi dengan tingkah laku

yang sudah dapat diprediksi. Interaksi bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan (contoh ; sistem komputer)

Sistem tak tentu (probabilistic system): sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

• Sistem tertutup (close system): sistem yang tidak berhubungan dan tidak

terpengaruh dengan sistem luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup).

Sistem terbuka (open system): sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.

Dan membagi pelaku sistem yang terdiri dari 7 kelompok:

1. Pemakai sistem

(27)

2. Manajemen

Umumnya terdiri dari 3 jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai yang bertugas menangani pemakaian dimana sistem baru diterapkan, manajemen sistem yang terlibat dalam pengembangan sistem itu sendiri dan manajemen umum yang terlibat dalam strategi perencanaan sistem dan sistem pendukung pengambilan keputusan. Kelompok manajemen biasanya terlibat dengan keputusan yang berhubungan dengan orang, waktu dan uang.

3. Pemeriksa

Ukuran dan kerumitan sistem yang dikerjakan dan bentuk alami organisasi dimana sistem tersebut diimplementasikan dapat menentukan kesimpulan perlu tidaknya pemeriksa. Pemeriksa biasanya menentukan segala sesuatunya berdasarkan ukuran-ukuran standar yang dikembangkan pada banyak perusahaan sejenis.

4. Penganalisa sistem

(28)

- Arkeolog, yaitu orang yang menelusuri bagaimana sebenarnya sistem lama berjalan, bagaimana sistem tersebut dijalankan dan segala hal yang menyangkut sistem lama.

- Inovator, yaitu orang yang membantu mengembangkan dan membuka

wawasan pemakai bagi kemungkinan-kemungkinan lain.

- Mediator, yaitu orang yang menjalankan fungsi komunikasi dari semua level, antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa dan pelaku sistem yang lainnya yang mungkin belum punya sikap dan cara pandang yang sama.

- Pimpinan proyek, dimana penganalisa sistem merupakan personil yang lebih berpengalaman dari programmer atau desainer.

5. Pendesain sistem

Pendesain sistem menerima hasil penganalisa sistem berupa kebutuhan pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu, yang kemudian ditransformasikan ke desain arsitektur tingkat tinggi dan dapat diformulasikan oleh programmer.

6. Programmer

Mengerjakan kegiatan dalam bentuk program dari hasil desain yang telah diterima dari pendesain.

7. Personel pengoperasian

(29)

backup. Pelaku ini dapat saja tidak diperlukan apabila sistem yang berjalan

tidak cukup besar dan tidak membutuhkan klasifikasi khusus untuk menjalankan sistem.

Beberapa jenis teknologi informasi yang dikembangkan berdasarkan lini manajerial, yang memiliki fungsi dan manfaat bagi tiap tingkatan manajerial. Adapun tingkatan sistem informasi tersebut adalah :

1. Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing Sytems-TPS).

Transaction Processing System merupakan hasil perkembangan dari

pembentukan kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. Pada, Transaction Processing System data yang dimasukkan merupakan data-data

transaksi yang terjadi.

(30)

3. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari sistem informasi manajemen dengan penyediaan prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam memperoleh alternative keputusan.

4. Sistem Informasi e-Business dibentuk untuk menjawab tantangan pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet. Sistem terotomasi mempunyai sejumlah komponen yaitu:

 Perangkat keras (CPU, disk, printer, tape).

 Perangkat lunak (sistem operasi, sistem database, program pengontrol

komunikasi, program aplikasi).

 Personil (yang mengoperasikan sistem, menyediakan masukan,

mengkonsumsi keluaran dan melakukan aktivitas manual yang mendukung sistem).

 Data (yang harus tersimpan dalam sistem selama jangka waktu tertentu).  Prosedur (instruksi dan kebijakan untuk mengoperasikan sistem).

Sistem terotomasi terbagi dalam sejumlah katagori :

On-line systems. Sistem on-line adalah sistem yang menerima langsung

(31)

Biasanya digunakan bagi reservasi angkutan udara, reservasi kereta api, perbankan dll.

Real-time systems. Sistem real-time adalah mekanisme pengontrolan,

perekaman data, pemrosesan yang sangat cepat sehinga output yang dihasilkan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama. Perbedaan dengan sistem on-line adalah satuan waktu yang digunakan real-time biasanya seperseratus atau seperseribu detik sedangkan on-line masih dalah skala detik atau bahkan kadang beberapa menit. Perbedaan lainnya, on-line biasanya hanya berinteraksi dengan pemakai, sedangkan real-time

berinteraksi langsung dengan pemakai dan lingkungan yang dipetakan.

Decision support system + strategic planning system. Sistem yang

memproses transaksi organisasi secara harian dan membantu para manajer mengambil keputusan, mengevaluasi dan menganalisa tujuan organisasi. Digunakan untuk sistem penggajian, sistem pemesanan, sistem akuntansi dan sistem produksi. Biasanya berbentuk paket statistik, paket pemasaran dll. Sistem ini tidak hanya merekam dan menampilkan data tetapi juga fungsi-fungsi matematik, data analisa statistik dan menampilkan informasi dalam bentuk grafik (tabel, chart) sebagaimana laporan konvensional.

Knowledge-based system. Program komputer yang dibuat mendekati

(32)

2.1.2 Pengertian Informasi

Informasi merupakan data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi (input - proses – output).

Kualitas informasi sesuatu yang bias terhadap error, baik karena kesalahan cara pengukuran dan pengumpulan, kegagalan mengikuti prosedur prmrosesan, kehilangan atau data tidak terproses, kesalahan perekaman atau koreksi data, kesalahan file histori/master, kesalahan prosedur pemrosesan ketidak berfungsian sistem.

Suatu informasi juga memiliki umur, atau lamanya informasi yang didapat, kapan atau sampai kapan sebuah informasi memiliki nilai atau arti bagi penggunanya. Ada informasi yang mengacu pada titik waktu tertentu (condition informasion) dan ada juga informasi yang menyatakan suatu perubahan pada jangka waktu tertentu (operating information).

Informasi yang di dapat juga memiliki kualitas informasi yang bergantung pada 3 hal, yaitu:

• Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

(33)

• Tetap pada waktunya, berarti informasi yang datang pada penerima tidak

boleh terlambat.

• Relevan, berarti informasi tersebut menpunyai manfaat untuk pemakainya.

Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.

2.1.3 Pengembangan Sistem Informasi

Henry C. Lucas dan Jogiyanto H.M (2001:35) mengartikan sisitem

informasi sebagai:

Suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana

dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan

keputusan dan pengendalian dalam organisasi.

Menurut John F. Nash dan Martin B. Roberts (2001:35-36) bahwa

sistem informasi merupakan bagian dari orang-orang, teknologi, media,

prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan

jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu,

memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap

kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan yang menyediakan suatu

dasar untuk pengambilan keputusan yang cerdik.

(34)

strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.

Definisi Whitten et al, (2001) sistem informasi adalah satu set aktivitas, metode, praktek, dan peralatan terotomasi yang dipergunakan stakeholders untuk mengembangkan sistem informasi dan perangkat lunak dan kemudian memperbaikinya secara berkesinambungan.

Stakeholders yang merupakan pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengembangan sistem informasi dan implementasinya, yaitu:

• Pemilik sistem ( system owner), sponsor sistem dan pemimpin eksekutif

biasanya bertanggung jawab atas pendanaan proyek pengembangan, pengoperasian, dan pemeliharaan sistem informasi.

• Pengguna sistem ( system user), pihak yang menggunakan atau

terpengaruh oleh sistem informasi pada basis reguler (memvalidasi, memasukkan, merespon, menyimpan, dan bertukar data juga informasi). • Perancang sistem (system designer), yaitu spesialis teknis yang

(35)

• Pembangun sistem ( system builder), spesialis teknis yang membangun

sistem informasi dan komponen- komponen yang didasarkan pada spesifikasi disain yang dihasilkan oleh disainer sistem.

• Analisis sistem (system analyst), spesialis yang mempelajari masalah dan

kebutuhan sebuah organisasi untuk menentukan bagaimana orang, data, proses, dan tekhnologi informasi dapat mencapai kemajuan terbaik untuk bisnis.

Wilkinson (1991) menyebutkan bahwa ada tiga faktor penyebab utama perlunya perubahan pada sistem informasi yang sedang digunakan, yaitu:

- Adanya perubahan internal atau lingkungan - Perkembangan tekhnologi dan,

- Adanya berbagai kelemahan dalam sistem informasi yang sedang

digunakan.

Menurut Bodnar dan Hapwood (1995) sistem pengembangan sistem informasi ini sendiri terdiri dari tiga fase, fase perencanaan dan analisis, fase perancangan, dan fase implementasi.

(36)

mungkin saja direvisi jika dirasa terlalu besar atau terlalu kecil. Setelah proyek dan tujuan proyek ditentukan, kemudian kebutuhan- kebutuhan dan harapan- harapan pengguna pada sistem baru diidentifikasikan.

Fase selanjutnya adalah mendesain sistem. Pada sistem ini manajer proyek, analisis sistem, bersama desainer sistem akan mengeksplorasi berbagai solusi teknis alternatif yang mungkin untuk mengatasi berbagai kebutuhan dan masalah yang ada dan memenuhi harapan- harapan pengguna. Kemudian setelah itu, solusi alternatif terbaik dipilih berdasarkan kesepakatan dan selanjutnya dibuatlah cetak biru ( blue print) dan spesifikasi teknis sistem yang diperlukan untuk mengimplementasikan database, aplikasi, user interface, dan jaringan untuk sistem tersebut.

Fase terakhir adalah implementasi sistem. Pada tahap ini sistem baru dikonstruksi dan ditempatkan dalam operasi. Selama implementasi sistem, perangkat lunak dan perangkat keras sistem baru diinstal dan diuji. Semua perangkat lunak, aplikasi, dan database yang dibeli akan diinstal dan dikonfigurasi. Semua perangkat lunak dan database akan dikonstruksi menggunakan cetak biru dan spesifikasi teknis yang dikembangkan selama desain sistem.

2.1.4 Pengguna Pengembang Sistem Informasi

• Pemakai Akhir (end-user)

Orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan sistem dalam organisasi, dapat diklasifikasikan menjadi :

(37)

2. Manajer tingkat rendah

3. Manajer tingkat menengah

4. Manajer tingkat atas, dan

5. Pekerja berpengetahuan

Orang- orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan operasi dan pengembangan sistem informasi umumnya adalah orang- orang yang berada dalam bagian atau departemen Pengolahan Data Elektronik (PDE). Tugas personil yang berperan dalam pengembangan dan operasi sistem informasi tersebut adalah:

1. Operator, bertugas mengoperasikan komputer dan peralatan

pendukung.

2. Analis Sistem (system analyst), bertugas sebagai perantara

antara pemakai informasi dan sistem informasi. Bertanggung jawab menerjemahkan kebutuhan pemakai menjadi rancangan basis data dan aplikasi.

3. Pemrogram Aplikasi (application programmer), bertugas membuat suatu aplikasi atau program komputer yang dibuat berdasarkan spesifikasi yang dibuat oleh analis sistem.

4. Analis Pemrograman (programmer), bertugas sebagai

(38)

5. Pemrogram sistem (system programmer), mempunyai tugas khusus yaitu membuat program yang berhubungan dengan operasi internal komputer dan periferal.

6. Administrator Basis Data (database administrator), bertanggung jawab terhadap struktur data dalam basis data yg digunakan dalam organisasi.

7. Teknisi Komunikasi Data, bertanggung jawab terhadap

masalah komunikasi data dan jaringan komputer.

8. Teknisi Perawatan Sistem, bertanggung jawab terhadap

kelangsungan operasi perangkat keras disebut juga hardware engineer.

9. Webmaster, bertangung jawab terhadap halaman web yang

dimiliki organisasi.

10. Auditor PDE (EDP Auditor), bertanggung jawab memastikan bahwa sistem informasi yang berbasis kompute rmemenuhi asas- asas akuntansi dan pengauditan sehingga keamanan data dalam sistem terjamin.

2.1.5 Kualitas Sistem

(39)

“the totality of features and characteristics of a product or service that

bears on its ability to satisfy given needs” (ANSI, 1978 dalam Guimaraes

et al.,2003), atau “keseluruhan dari keistimewaan dan karakter suatu produk atau pelayanan, hal itu menunjang pada kemampuannya untuk memberikan kepuasan bagi para pemakai yang membutuhkan”.

Dari sudut teknik, kualitas suatu produk atau jasa umumnya diukur berdasarkan ketepatannya, dengan maksud atau tujuan digunakannya produk atau jasa tersebut, maka suatu aplikasi harus sesuai dengan apa yang dikehendaki pengguna (Dilworth, 1998 dalam Guimaraes et al.,2003).

Perusahaan- perusahaan yang telah mencapai tingkat kualitas yang tinggi menyatakan bahwa ukuran utama kualitas adalah pencapaian kepuasan pelanggan akan kebutuhan- kebutuhan dan harapan- harapan secara maksimal. Kepuasan pengguna terhadap sistem adalah bagaimana cara pemakai memandang sistem informasi secara nyata tetapi tidak pada kualitas sistem secara teknik, atau dengan kata lain pemakai lebih memandang dari sudut ketersediaan layanan informasi, daripada menilai langsung kemampuan fungsi dari suatu sistem.

2.1.6 Partisipasi Pemakai

(40)

dapat meningkatkan kualitas sistem, dengan menyediakan penafsiran kebutuhan- kebutuhan informasi pemakai secara akurat dan lengkap. Selain itu juga mendorong pemakai untuk ikut merasa memiliki sistem tersebut, mengurangi resistensi atau penolakan terhadap perubahan, serta membuat pemakai memiliki komitmen terhadap sistem.

Partisipasi pemakai merupakan perilaku, pekerjaan, dan aktivitas yang dilakukan oleh pengguna yang berkaitan dengan proses pengembanggan sistem informasi. Dengan menggunakan teknik meta analisis, Hwang dan Thorn (1999) mereview literatur sistem informasi dan menyimpulkan bahwa partisipasi pemakai berkolerasi positif dengan kesuksesan sistem yang diukur dengan ukuran kualitas sistem, penggunaan (use), dan kepuasan pengguna.

2.1.7 Pelatihan Pemakai

(41)

2.1.8 Keahlian Pemakai

Keahlian (expertise) sering dikaitkan dengan pengetahuan (knowledge ) dan keterampilan (skill). Karena orang baru akan dikatakan ahli bila didukung dengan pengetahuan dan keterampilan. Keahlian pemakai adalah tingkat pengalaman dan keterampilan yang diperoleh pemakai dalam hal penggunaan komputer dan pengembangannya. Tidak semua pemakai sama kemampuannya berpartisipasi dalam proses pegembangan sistem. Tingkat keahlian intuisi dalam pengembangan sistem sangatlah penting. Keahlian pemakai bertambah seiring dengan upaya atau usaha pengembangan dan seiring latihan dalam mempersiapkan kemampuan para pemakai dalam melaksanakan tugas yang mereka peroleh.

2.1.9 Konflik Pemakai

Hartwick dan Barki (1994) menyatakan terdapat berbagai definisi konflik. Definisi- definisi ini terbagi atas tiga bentuk, yaitu: konflik antara pihak- pihak yang saling berinteraksi, divergensi atau perbedaan kepentingan, opini, atau tujuan diantara masing- masing pihak, dan ketidakcocokan antara pihak- pihak tersebut yang disebabkan adanya perbedaan.

(42)

memperlemah partisipasi pemakai, dan mnyebabkan perilaku yang merugikan. Guimaraes, et al (2003) tidak menemukan adanya hubungan langsung yang signifikan antara konflik pemakai dengan kualitas sistem. Namun selanjutnya, dikemukakan bahwa konflik pemakai kemungkinan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kualitas sistem.

2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan sintesis atau eksrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004:13).

Penelitian ini berpengaruh langsung antara variabel partisipasi pemakai, pelatihan pemakai, keahlian pemakai, komunikasi pemakai-pengembang, pengaruh pemakai, konflik pemakai (variabel independen) terhadap kualitas sistem (variabel dependen).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Partisipasi Pemakai ( )

Pelatihan Pemakai ( )

Konflik Pemakai (X4) Keahlian Pemakai ( )

(43)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum merupakan jawaban yang empiris (Sugiyono 2006:51).

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 :Partisipasi pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem.

H2 :Pelatihan pemakai dalam proses pengembangan kualitas sistem berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas sistem.

(44)
(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu prosedur atau tata cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah- langkah sistematis. Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta- fakta. Dengan demikian metode penelitian adalah langkah- langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif yaitu melakukan analisis satu atau lebih variabel tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dan jenis penelitian komparatif yaitu membandingkan antara sampel yang satu dengan sampel yang lainnya.

3.2 Populasi dan Sampel

(46)

Populasi penelitian ini adalah PT. Bank Danamon, Tbk yang berada di Gunungsitoli-Nias. Pemilihan populasi ini menggunakan pertimbangan karena adanya kesamaan pada budaya kerja dan karakteristik serta penggunaan sistem informasi.

Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di PT. Bank Danamon, Tbk Gunungsitoli- Nias khususnya dibagian keuangan, pelanggan, pengembangan sumber daya manusia (HRD) dan bagian internal perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner terhadap karyawan yang bekerja di PT. Bank Danamon, Tbk Gunungsitoli- Nias. Wawancara dan kuesioner di data dan disebar langsung ke alamat responden. Menurut Hair, dkk., (2000:365), “jumlah sampel dalam analisis faktor adalah 5 x n”. Penelitian ini mengunakan 20 variabel (n), sehingga yang menjadi sampel penelitian adalah 5 x 20 = 100 orang.

Rincian jumlah kuesioner yang dikirim dan diterima dapat dilihat pada table berikut ini:

KETERANGAN JUMLAH

Kuesioner yang didistribusikan 100

Kuesioner yang kembali 65

Kuesioner yang rusak 10

Kuesioner yang tidak kembali 25 Kuesioner yang dapat digunakan 65

(47)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yang merupakan data yang kelak akan diproses untuk tujuan- tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan, misalnya dari individu maupun perseorangan. Data primer dalam penelitian ini adalah data kuesioner.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, teknik wawancara, dan teknik kuesioner.

1. Dokumentasi, yaitu memperoleh data dengan cara pengamatan tidak langsung terhadap objek yang diteliti, seperti melalui pencatatan dan pengumpulan laporan- laporan, dokumen- dokumen, catatan perusahaan, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul yang diteliti.

2. Wawancara, yaitu dengn melakukan tanya jawab secara langsung dengan karyawan PT. Bank Danamon,Tbk di Gunungsitoli.

3. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data secara langsung yang

dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada beberapa responden.

3.5 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

(48)

3.5.1 Variabel Independen

3.5.1.1 Partisipasi Pemakai

Partisipasi pemakai merupakan perilaku, pernyataan dan aktivitas yang dilakukan pengguna akhir dalam proses pengembangan kualitas sistem. Dengan adanya sistem maka pengguna akhir dapat dinilai melalui aktivitasnya sehari- hari dalam menggunakan sistem yang ada. Indikator pengukurannya adalah:

a. Kontribusi pemakai sistem, yaitu kontribusi yang

diberikan pegawai baik secara lisan maupun tulisan yang digunakan perusahaan dalam melakukan perancangan sistem.

b. Penggunaan sistem, yaitu dengan keahlian dan kemampuan karyawan, dapat memberikan kontribusi yang baik bagi perusahaan.

c. Komunikasi, yaitu keahlian yang dimiliki karyawan dapat dikomunikasikan baik secara langsung ataupun tidak langsung demi kebaikan perusahaan.

d. Tanggung jawab, yaitu karyawan harus memiliki rasa

(49)

3.5.1.2 Pelatihan Pemakai

Pelatihan pemakai merupakan kemampuan pengguna dalam menggunakan teknologi komputer atau sistem yang ada dalam pengembangan kualitas sistem. Pelatihan yang diberikan dimaksudkan untuk melatih dan memberi bekal keterampilan bagi karyawan baru maupun karyawan yang sudah lama dalam bidangnya. Pelatihan dipersiapkan dengan baik agar hasil yang dicapai tidak menyimpang dari yang diharapkan. Indikator pengukurannya adalah:

a. Pelatihan, yaitu karyawan memiliki hak untuk mendapatkan pelatihan penuh terutama dalam menggunakan sistem yang digunakan. Pelatihan dapat dilakukan dua minggu sekali, atau sekali dalam sebulan untuk membantu daya ingat dan keahlian karyawan.

b. Evaluasi, yaitu pelatihan yang diberikan kepada karyawan harus dievaluasi guna untuk meningkatkan mutu latihan secara keseluruhan.

c. Metode pelatihan, yaitu cara atau sifat latihan yang diselenggarakan oleh perusahaan dengan jenis latihan yang diinginkan, seperti: diskusi, job rotation, coaching.

(50)

digunakan adalah peralatan yang modern dan bukan lagi peralatan sederhana terlebih karena menggunakan sistem pada komputer.

3.5.1.3 Keahlian Pemakai

Keahlian pemakai merupakan kemampuan, tingkat pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh pengguna komputer dengan sistem yang sudah ada. Keahlian ini tidak dapat dimiliki dengan waktu yang singkat, terdapat proses di dalamnya untuk menghasilkan hasil yang baik dan berguna. Indikator pengukurnya adalah:

a. Kemampuan, yaitu dalam melaksanakan pekerjaan karyawan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan sistem yang ada.

b. Keterampilan, yaitu selain memiliki kemampuan,

keterampilan digunakan dalam proses pengembangan sistem.

c. Penguasaan fitur, yaitu kemampuan, dan keahlian yang

dimiliki mempengaruhi karyawan dalam menguasai fitur- fitur komputer yang ada dalam perusahaan sehingga dapat menghasilkan hasil yang baik.

(51)

percaya diri karyawan mendapatkan nilai tambah dari keterampilan yang memang sudah dimilikinya.

3.5.1.4 Konflik Pemakai

Konflik pemakai merupakan konflik antara anggota, karyawan yang pernah terjadi di dalam organisasi yang mungkin dapat merusak komunikasi dalam proses pengembangan kualitas sistem. Indikatornya adalah:

a. Tujuan, yaitu dalam perusahaan karyawan memiliki visi dan misi yang sama. Oleh sebab itu penting untuk menyatukan tujuan melaksanakan pekerjaan yang ada untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai.

b. Bekerjasama, yaitu perusahaan yang besar memiliki

karyawan yang cukup banyak. Dengan bekerjasama maka pekerjaan dapat berlangsung dengan cepat karena memiliki sikap gotong- royong.

c. Penghormatan, yaitu karyawan memiliki kewajiban untuk menghargai sesama karyawan lainnya. Penghormatan yang diberikan dapat memberikan rasa bangga terhadap orang lain dlam melaksanakan pekerjaannya.

(52)

3.5.2 Variabel Dependen

3.5.2.1 Kualitas Sistem

Kualitas sistem merupakan skala atau ukuran untuk mengetahui kepuasan pengguna akhir (user) dalam menggunakan sistem yang dipakai. Jika sistem yang ada memiliki kualitas yang baik, maka pengguna akhir akan mendapatkan kepuasan dari sistem yang digunakannya. Sebaliknya jika sistem yang digunakan adalah sistem yang kurang menarik, tidak dapat digunakan, sistem yang tidak ter-update, maka kepuasan pengguna tentu saja akan menurun.

Tabel 3.4

Definisi Operasional Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Operasional Skala Sumber

Data

Instrumen

Partisipasi Pemakai (X1)

Perilaku, pernyataan dan aktivitas yang dilakukan pemakai akhir dalam proses pengembangan kualitas sistem.

Rasio Sekunder Likert

Pelatihan Pemakai (X2)

Gambaran latar belakang pemakai dengan penggunaan umum teknologi komputer, proses dari pengembangan kualitas sistem.

Rasio Sekunder Likert

Pengalaman Pemakai (X3)

Tingkat pengalaman dan keterampilan

yang diperoleh pemakai dalam hal penggunaan komputer dan pengembangannya.

(53)

Konflik Pemakai (X4)

Pertentangan diantara pihak- pihak yang saling berinteraksi.

Rasio Sekunder Likert

3.6 Metode Analisis Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh responden penelitian, agar peneliti memperoleh data lapangan/empiris untuk memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu model pertanyaan dimana pertanyaan tersebut telah tersedia jawaban, sehingga responden hanya memilih dari alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat atau pilihannya. Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisi untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang menggunakan regresi linier berganda dan menggunakan software SPSS. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.6.1.1 Uji Normalitas

(54)

Pengujian normalitas dalam pnelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot. Yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Ghozali, 2001):

Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang

data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali, 2005:115).

3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108),”jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoroskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas.”

(55)

heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005:105).

3.6.1.3 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2006) uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari Tolerance Value atau Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai

(56)

1. Jika nilai tolance > 10 persen dan nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

2. Jika nilai tolerance <10 persen dan nilai VIF >10, maka

dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3.6.2 Analisis Regresi

Menurut Sugiono (2005:250) analisis regresi ganda dilakukan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.

Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Keterangan:

(57)

b1-b4 = Koefisien regresi variabel independen e = Faktor pengganggu (error)

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda, yakni model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi linier berganda dikatakan baik apabila memenuhi asumsi normalitas data serta bebas dari asumsi – asumsi klasik statistik baik multikolinearitas, autokolerasi dan heterokedastisitas.

3.6.3.1 Uji Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Uji parsial ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel berdasarkan kriteria berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, pada α =

5%

H0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, pada α =

5%

3.6.3.2 Uji Simultan (F-test)

(58)

variabel dependen (Ghozali, 2005 :84). Uji F-test dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak apabila Fhitung < F tabel, pada α = 5%

(59)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hasil Penelitian

4.1.1 Uji Validitas dan Realibilitas

(60)

Untuk menguji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antaraa skor butir pertanyaan dengan sor totalnya. Masing – masing item (skor butir) dilihat harga korelasinya. Bila harga korelasi positif dan r>= 0.3 maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid. Jika menggunakan teknik alpha dala SPSS maka nilai corrected item – total correlation > r tabel (0.05; N=jumlah sampel). Dan jika suatu instrumen dikatakan reliable maka nilai cronbach alpha >0,6 (Ghozali,2005).

4.1.1.1 Variabel Partisipasi Pemakai

a. Uji Validitas

Dari hasil output spss diatas pertanyan pada kuesioner nomer 1,2,3, dan 4 sudah valid dikarenakan nilai corrected item- total correlation > rtabel sebesar 0.24.

b. Uji Realibilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(61)

Dari hasil output spss terlihat nilai cronbach alpha sebesar 0.808> 0.6. Maka dapat disimpulkan kuesioner pertanyaan nomer 1,2,3, dan 4 telah memiliki realiabel yang baik sehingga setiap pertanyaan telah layak untuk dijadikan instrumen penelitian.

4.1.1.2 Variabel Pelatihan Pemakai

a. uji validitas

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00005 10.3385 4.946 .639 .720

VAR00006 10.2000 5.225 .593 .743

VAR00007 10.3692 5.549 .595 .744

VAR00008 10.4000 5.244 .578 .751

Dari hasil output spss diatas pada kuesioner pertanyan nomer 5,6,7, dan 8 sudah valid dikarenakan nilai corrected item- total correlation > rtabel sebesar 0.24.

b. Uji Realibilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.791 4

(62)

nomer 5,6,7, dan 8 telah memiliki realiabel yang baik sehingga kuesioner pertanyaan ini sudah layak dijadikan sebagai instrumen penelitian.

4.1.1.3 Variabel Pengalaman Pemakai

a.Uji Validitas

Dari hasil output spss diatas pertanyan pada kuesioner untuk nomer 9,10,11, dan 12 sudah valid dikarenakan nilai corrected item- total correlation > rtabel sebesar 0.24.

b. Uji Realibilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.784 4

(63)

4.1.1.4 Variabel Konflik pemakai

Dari hasil output spss diatas pada kuesioner pertanyan nomer 13, 14, 15, dan 16 sudah valid dikarenakan nilai corrected item- total correlation > rtabel sebesar 0.24.

b. Uji Realibilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.729 4

(64)

4.1.1.5 Variabel kualitas System

Dari hasil output spss diatas kuesioner pertanyan untuk nomer 17,18,19 dan 20 telah valid karena nilai corrected item- total correlation > rtabel sebesar 0.24.

b. Uji Reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.903 4

Dari hasil output spss diatas nilai cronbach alpha sebesar 0.903 > 0.6. Maka untuk kuesioner pertanyaan nomer 17, 18, 19, dan 20 telah memiliki realiabel yang baik sehingga item pertanyaan ini sudah layak dijadikan sebagai instrumen penelitian.

(65)

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

4.1.2.1 Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Menurut Ghozali (2005:110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis statistik. Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

1. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka

distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka

distribusi data adalah normal (Ghozali, 2005:115).

(66)

a. Uji kolmogorov Smirnov

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 65

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.23161299

Most Extreme Differences Absolute .094

Positive .045

Negative -.094

Kolmogorov-Smirnov Z .758

Asymp. Sig. (2-tailed) .613

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(67)

b. Pendekatan Histogram

Gambar 4.1 Histogram

Pada tampilan grafik histogram diatas, dapat dilihat bahwa grafik memberikan pola distribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari kemiringan kurva yang memiliki kemiringan cenderung seimbang, baik sisi kiri maupun sisi kanan, sehingga data ini memiliki distribusi normal.

c. Pendekatan Grafik

(68)

4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Erlina (2007:108),”jika Varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoroskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas.”

(69)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005:105).

Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.

Gambar 4.3

Scatterplot

(70)

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, karena memiliki persamaan yang layak atau bagus.

4.1.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk meneliti apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regrasi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Batasan umum yang dipakai untuk menunjukkan adanaya multikolinieritas adalah nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10 (Ghozali,2005:91). Berikut disajikan tabel hasil pengujian sebagai berikut:

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1= Partisipasi Pemakai .572 1.749

X2 = Pelatihan Pemakai .474 2.112

X3 =Pengalaman Pemakai .495 2.019

X4= Konflik pemakai .429 2.330

a. Dependent Variable: Y = Kualitas System

Tabel 4.4

(71)

Dari hasil diatas dapat dijelaskan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada seluruh variabel independen penelitian, yaitu partisipasi pemakai, pelatihan, pengalaman, dan konflik pengguna. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance semua variabel yang lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10. 1. Variabel partisipasi pemakai tidak terjadi multikolieneritas karena memiliki nilai tolerance sebesar 0.572 >0.1 dan nilai VIF sebesar 1.749<10.

2. Variabel pelatihan pemakai tidak terjadi multikolieneritas karena memiliki nilai tolerance sebesar 0.474 >0.1 dan nilai VIF sebesar 2.112<10.

3. Variabel pengalaman pemakai tidak terjadi multikolieneritas karena memiliki nilai tolerance sebesar 0.495 >0.1 dan nilai VIF sebesar 2.019<10.

4. Variabel konflik pemakai tidak terjadi multikolieneritas karena memiliki nilai tolerance sebesar 0.429 >0.1 dan nilai VIF sebesar 2.330<10.

Maka dari hasil tersebut semua variabel independent terbebas dari multikolieneritas sehingga persamaan regresi ini dapat dikatakan baik.

4.1.3 Analisis Regresi

(72)

4.1.3.1Persamaan Regresi

a. Dependent Variable: Y = Kualitas System

Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: X2 = Pelatihan pemakai X3 = Pengalaman pemakai X4 = Konflik pemakai a = Konstanta

b1-b4 = Koefisien regresi variabel independen

(73)

1. Nilai konstanta sebesar 7.59, dimana jika nilai variabel independent konstan atau nol maka nilai variabel kualitas sistem tetap sebesar 7.59

2. Nilai koefisien variabel partisipasi pemakai (X1) sebesar - 0.01, artinya jika nilai variabel partisipasi pemakai ditingkatkan satu satuan maka akan menurunkan nilai variabel kualitas system sebesar 0.01 dengan anggapan variabel lain nol.

3. Nilai variabel pelatihan pemakai sebesar 0.362, artinya jika nilai variabel pelatihan pemakai ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel kualitas system sebesar 0.362 dengan anggapan variabel lain nol.

4. Nilai variabel pengalaman pemakai sebesar 0.407, artinya jika nilai variabel pengalaman pemakai ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel kualitas system sebesar 0.407 dengan anggapan variabel lain nol.

5. Nilai variabel konflik pemakai sebesar 0.143, artinya jika nilai variabel konflik pemakai ditingkatkan satu satuan maka akan menaikkan nilai variabel kualitas system sebesar 0.143 dengan anggapan variabel lain nol.

(74)

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.

Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R

square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel

independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Berikut ini merupakan hasil penyajiannya sebagai berikut:

Tabel 4.6

Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), X4= Konflik pemakai, X1= Partisipasi

Pemakai, X3 =Pengalaman Pemakai, X2 = Pelatihan Pemakai

(75)

Dari model summary di atas maka diperoleh nilai koefisien R (korelasi) sebesar 0.607 menunjukkan bahwa nilai hubungan antara variabel partisipasi pemakai, variabel pelatihan pemakai, variabel pengalaman pemakai, dan konflik pemakai dengan variabel kualitas system sebesar 0.607 atau nilai ini di interpretasikan memiliki hubungan yang kuat.

Sedangkan Rsquare atau nilai koefisien determinasi sebesar 32.6% menyatakan bahwa variabel partisipasi pemakai, variabel pelatihan pemakai, variabel pengalaman pemakai, dan konflik pemakai mampu menjelaskan variabel kualitas system sebesar 32.6% dan sisanya (67.4%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak di jelaskan pada model penelitian ini.

4.1.4 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini manggunakan model regresi linier berganda, yakni model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t dan uji F.

4.1.4.1 Uji Parsial (t-test)

(76)

dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel berdasarkan kriteria berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel, pada α = 5%

H0 ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel, pada α = 5%

Berikut ini merupakan hasil pengolahan datanya

Tabel 4.7

a. Dependent Variable: Y = Kualitas System

Interpretasi hasil spss diatas:

1. Untuk variabel partisipasi pemakai tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas system secara parsial ( individu) karena variabel ini memiliki nilai thitung sebesar -0.009< ttabel

sebesar 2,00. Signifikasi penelitian atau nilai sig. menunjukkan angka sebesar 0.993>0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya partisipasi pemakai tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem.

(77)

sebesar 2,00. Signifikasi penelitian atau nilai sig. menunjukkan nilai sebesar 0.015 < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pelatihan pemakai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas sistem.

3. Untuk variabel pengalaman pemakai memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kualitas system secara parsial ( individu) karena variabel ini memiliki nilai thitung sebesar 2.751 > ttabel

sebesar 2,00. Signifikasi penelitian atau nilai sig. menunjukkan nilai sebesar 0.008 < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pengalaman pemakai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas sistem.

4. Untuk variabel konflik pemakai tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas system secara parsial ( individu) karena variabel ini memiliki nilai thitung sebesar -0.937 < ttabel

sebesar 2,00. Signifikasi penelitian atau nilai sig. menunjukkan nilai sebesar 0.352 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya konflik pemakai tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas sistem.

(78)

4.1.4.2 Uji Simultan (F-test)

Uji F-test dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi berganda memiliki pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006 :84). Uji F-test dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut:

H0 diterima dan Ha ditolak apabila Fhitung < F tabel, pada α = 5%

H0 ditolak dan Ha diterima apabila Fhitung > F tabel, pada α = 5%

Berikut ini merupakan hasil pengolahan datanya :

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 185.489 4 46.372 8.730 .000a

Residual 318.726 60 5.312

Total 504.215 64

a. Predictors: (Constant), X4= Konflik pemakai, X1= Partisipasi Pemakai, X3 =Pengalaman Pemakai, X2 = Pelatihan Pemakai

b. Dependent Variable: Y = Kualitas System

Tabel 4.8 Uji-F

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa Fhitung 8.73 > Ftabel 2.52 dan sig. sebesar 0.00<0,05. Maka dapat

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.4
tabel (0.05; N=jumlah sampel). Dan jika suatu instrumen dikatakan
Gambar 4.1 Histogram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan dengan judul “Penerapan Sanksi Pidana terhadap Anak sebagai Pelaku Penganiayaan dalam Konteks Perlindungan Hak Asasi Anak (Studi Kasus Putusan

Spektroskopi impedansi merupakan peralatan analitik yang populer didalam penelitian dan pengembangan ilmu material, karena alat ini memberikan pengukuran listrik

Pengambilan dari desand ke saluran primer digabung menjadi satu bangunan dengan pembilas agar seluruh panjang desand dapat dimanfaatkan agar supaya air tidak mengalir kembali

Tesis Program Penanggulangan Kemiskinan … Imam Chotib... ADLN Perpustakaan

Hasil penelitian dapat disimpulkan berupa faktor – faktor pendorong pelaku dalam melakukan tindak pidana pemalsuan diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor penegakan

Water quality assessment of Bulacao River Cebu, Philippines Using Fecal and Total Coliform as Indicators.. Boron AL, Wolanin AA, Jelonkiewicz L,

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kreativitas dalam mengatur waktu belajar pada siswa kelas X TKR 3 SMK

Expected value untuk suatu tindakan adalah rata-rata tertimbang pay off, yaitu jumlah dari pay off untuk setiap tindakan dikalikan probabilitas peristiwa yang