PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN
KEMAMPUAN AWAL TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMP SULTAN ISKANDAR MUDA
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh:
V I N A
NIM: 8106122040
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
ABSTRAK
Vina, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Tahun 2016.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Kontesktual dan hasil belajar Matematika yang diajar dengan model pembelajaran Ekspositori, (2) untuk mengetahui hasil belajar Matematika antara siswa dengan kemampuan awal tinggi dan hasil belajar Matematika siswa dengan kemampuan awal rendah, dan (3) untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal peserta didik terhadap hasil belajar Matematika.
Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMP Sultan Iskandar Muda Kota Medan dengan jumlah 168 siswa. Kelas yang dipilih adalah kelas VIII. Sampel penelitian ditetapkan kelas VIII-C menggunakan model pembelajaran Kontekstual dan kelas VIII-B menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Instrumen penelitian untuk mengukur hasil belajar digunakan tes berbentuk pilihan berganda dengan 4 pilihan jawaban dengan jumlah soal sebanyak 25 dengan koefisian reliabilitas 0,948. Sedangkan untuk mendapatkan data tentang kemampuan awal peserta didik digunakan pretest dengan jumlah 15 butir soal essay . Uji normalitas dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas dengan uji Fisher dan uji Bartlett. Teknik analisis data adalah Anava dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05
Hasil penelitiannya adalah : (1) rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kontekstual X = 67,2 lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran Ekpositori X = 58,6 dengan Fhitung = 4,00 > Ftabel = 3,978, (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi X = 66,60 lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan kemampuan awal rendah X = 60,00 dengan Fhitung = 5,7 > Ftabel = 2,376, dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal terhadap hasil belajar Matematika dengan Fhitung = 8,6 > Ftabel = 3,978.
Dari hasil analisis data disimpulkan bahwa model pembelajaran yang tepat digunakan pada peserta didik dengan karakteristik kemampuan awal tinggi adalah model pembelajaran Kontekstual sedangkan peserta didik dengan kemampuan awal rendah lebih tepat menggunakan model pembelajaran Ekspositori. Implikasi dari penelitian ini secara khusus ditujukan kepada guru Matematika yaitu dalam penerapan model pembelajaran harus memperhatikan karakteristik siswa khususnya karakteristik kemampuan awal peserta didik.
ii
ABSTRACT
Vina, Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Sultan Iskandar Muda Medan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Tahun 2016.
This study aims to : ( 1 ) to assess the learning outcomes of Mathematics learners taught by learning model contextual learning and the outcomes of Math taught by learning model Expository , ( 2) to assess the results of learning mathematics among students with prior knowledge of high and learning mathematics among students with lower initial ability , and ( 3 ) to understand the interaction between the learning model and the initial ability of students to learn mathematics results .
The study population was students of SMP Sultan Iskandar Muda Medan with the number of 168 students. The selected class is a class VIII. The research sample set of class VIII - C using contextual learning model and VIII- B using Expository learning model. The sampling technique was done by cluster random sampling. The research instrument was used to measure learning outcomes in the form of multiple choice test with four possible answers to the question number as many as 25 with reliability coefficients 0.948 . Meanwhile, to obtain data on the ability of early learners used pretest with the number of 15-point essay questions. Normality test with the test Liliefors while homogeneity test with Fisher's exact test and Bartlett's test. The data analysis technique is Anava two lanes at significance level α = 0.05
The results of the research are : ( 1 ) the average student learning outcomes are taught using learning models Contextual = 67.2 higher than average learning outcomes of students who are taught by learning model Ekpositori = 58.6 with F test = 4.00 > Ftabel = 3,978 , ( 2 ) the average student learning outcomes with high initial capability = 66.60 higher than the learning outcomes of students with lower initial ability = 60.00 with Fhitung = 5.7 > F table = 2.376 , and ( 3) there interaction between the learning model and ability early on learning outcomes Mathematics with Fhitung = 8.6 > F table = 3.978 .
Data analysis concluded that the appropriate learning models used on the learner with the characteristics of high initial capability is a Contextual learning model, while students with lower initial ability to more precisely using the Expository learning model. The implication of this research is specifically aimed at teachers of Mathematics, namely the application of learning models must consider the characteristics of students, especially the characteristics of the initial capabilities of learners .
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 9 1.3. Pembatasan Masalah 10 1.4. Perumusan Masalah 11 1.5. Tujuan Penelitian 11 1.6. Manfaat Penelitian 12 BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 KAJIAN TEORITIS 13 2.1.1 Hakikat Belajar Matematika ... 13
2.1.2 Hakikat Matematika 17 2.1.3 Pembelajaran Matematika 20
2.1.4 Belajar dan Pembelajaran Matematika ...22
2.1.5 Model Pembelajaran Matematika ... 24
2.1.6 Model Pembelajaran Kontekstual 28 2.1.7 Model Pembelajaran Ekspositori 41 2.1.8 Teori Pendukung Model Kontekstual ... 45
2.1.9 Kemampuan Awal dalam belajar Matematika ... 49
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan 51 2.3 Kerangka Berpikir ... 53
vii BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 59
B. Populasi Dan Sampel Penelitian 59
1. Populasi 59
2. Sampel Penelitian 60
C. Metode Dan Rancangan Penelitian 61 D. Variabel Dan Defenisi Operasional Variabel
Penelitian 62
E. Prosedur Dan Pelaksanaan Perlakuan 65 1. Prosedur Pelaksanaan ……….65 2. Pelaksanaan Perlakuan ……….. 65 F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 69
G. Teknik Analisis Data 77
H. Hipotesis Penelitian ... 78 I. Hipotesis Statistik ... 80 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data peneliian ... 81 1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran Kontekstual ... 81 2. Hasil Belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran Ekspositori ... 82 3. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang
Memiliki kemampuan awal tinggi ... 83 4. Hasil belajar matematika peserta didik yang
Memiliki kemampuan awal rendah ... 84 5. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran kontekstual dan
Memiliki kemampuan awal tinggi ... 86 6. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran kontekstual dan
viii
Dengan model pembelajaran ekspositori dan
Memiliki kemampuan awal tinggi ... 88 8. Hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
Dengan model pembelajaran ekspositori dan
Memiliki kemampuan awal rendah ... 90 B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 91 1. Uji Normalitas ... 91
a. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran ... 91 b. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran ... 92 c. Pengujian Normalitas data untuk kelompok
Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal ... 93 2. Uji Homogenitas Varians ... 96 C. Pengujian Hipotesis ... 98
1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Kontekstual lebih tinggi
dari pembelajaran Ekspositori ... 99 2. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang memiliki
Kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari
Kemampuan awal rendah ... 100 3. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan
Kemampuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar Matematika ... 100 D. Pembahasan dan Diskusi Hasil Penelitian ... 104
1. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran Kontekstual lebih tinggi
dari pembelajaran Ekspositori... 104 2. Hasil Belajar Matematika Peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari
ix
3. Terdapat Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar
Matematika ... 108
E. Keterbatasan Penelitian ... 109
BAB V SIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN ... 112
B. IMPLIKASI ... 113
C. SARAN ... 117
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII Semester I
SMP Sultan Iskandar Muda Tahun Pelajaran 2015 / 2016 ………. 5 Tabel 2. Fase Pembelajaran Ekspositori ………. 44 Tabel 3.1. Data siswa SMP Sultan Iskandar Muda kelas VIII
Tahun Pelajaran 2015 / 2016 ………. 60 Tabel 3.2. Desain Faktorial 2 X 2 ……… 62 Tabel 3.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dengan model
Pembelajaran Ekspositori ……… 69 Tabel 3.4. Kisi – kisi Instrumen Kemampuan Awal Peserta Didik …………. 71 Tabel 3.5. Tabel Penolong ANAVA 2 jalu ……….. 80 Tabel 4.1. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……… 82 Tabel 4.2. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……… 83 Tabel 4.3. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Tinggi ………. 85 Tabel 4.4. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Rendah ………. 86 Tabel 4.5. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Tinggi ……….. ………. 87 Tabel 4.6. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal Rendah ……….. ……… . 89 Tabel 4.7. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal Tinggi ……….. ……… 90 Tabel 4.8. Distrbusi Frekwensi Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
xi
Tabel 4.9 Data Pengujian Normalitas Data untuk kelompok Model
Pembelajaran ………. 93 Tabel 4.10. Data Pengujian Normalitas Data untuk kelompok kemampuan
Awal ……….. 93 Tabel 4.11. Hasil pengujian Normalitas untuk model pembelajaran dan
Kemampuan Awal ……… 94 Tabel 4.12. Rekapitulasi hasil perhitungan Normalitas ……….. 96 Tabel 4.13. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians antar
Kelompok sampel model pembelajaran ………... 97 Tabel 4.14. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians antar
Kelompok sampel kemampuan awal ……… 98 Tabel 4.15. Rangkuman hasil Pengujian Homogenitas varians sampel
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……… 82
Gambar 4.2. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang diajar dengan Model Pembelajaran Kontekstual ……… 83
Gambar 4.3. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Tinggi ………. 85
Gambar 4.4. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Yang memiliki kemampuan awal Rendah ………. 86
Gambar 4.5. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Tinggi ……….. ………. 87
Gambar 4.6. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Kontekstual dan kemampuan awal
Rendah ……….. ……… . 89
Gambar 4.7. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Tinggi ……….. ……… 90
Gambar 4.8. Histogram Hasil belajar Matematika Peserta didik
Dengan model pembelajaran Ekspositori dan kemampuan awal
Rendah ……….. ……… 91
Gambar 4.9. Model Interaksi antara Model Pembelajaran dan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Program Pengajaran Kelas Eksperimen 1 ... 126
Lampiran 2. Rencana Program Pengajaran Kelas Eksperimen 1 ... 162
Lampiran 3. Soal Kemampuan Awal Matematika ... 177
Lampiran 4. Uji Coba Instrumen ... 180
Lampiran 5. Data Uji Coba Isntrumen ... 186
Lampiran 6. Indeks Kesukaran tes hasil belajar ... 187
Lampiran 7. Daya Pembeda Soal ... 188
Lampiran 8. Tes hasil Belajar ... 189
Lampiran 9. Data Kemampuan Awal Kontekstual ... 194
Lampiran 10. Data Kemampuan Awal Ekspositori ... 195
Lampiran 11. Data hasil belajar Matematika model Kontekstual ... 196
Lampiran 12. Data hasil belajar Matematika model Ekspositori ... 197
Lampiran 13. Data tes hasil belajar Matematika ... 198
Lampiran 14. Uji Validasi Tes Hasil Belajar ... 199
Lampiran 15. Uji reliabilitas ... 200
Lampiran 16. Perhitungan Statistik ... 201
Lampiran 17. Harga Chi Kuadrat ... 247
Lampiran 18. Nilai Kritis Distribusi F ... 248
1 BABBIB
PENDAHULUANB
B
1.1.LatarBBelakangBMasalahB
Matematika merupakan ilmu unimersal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dengan belajar matematika peserta didik dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya. Matematika menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat seseorang harus menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan analisa dan perhitungan.
Selain itu manfaat lain dari belajar matematika menurut Ruseffendi (2000:208) adalah :1) Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya.2) Dengan belajar matematika kita memiliki persyaratan untuk belajar bidang studi lain. 3) Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis. 4) Dengan belajar matematika diharapkan kita menjadi manusia yang tekun, kritis, logis, bertanggung jawab, mampu menyelesaikan permasalahan.
2
matematika tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu, juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan dalam pengembangan dan operasionalnya (Suherman, dkk, 2008: 25).
Dari pernyataan diatas manfaat matematika disadari sangat penting, namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika peserta didik. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar peserta didik pada bidang studi matematika masih rendah, kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan standar minimal nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun kenyataan yang terjadi saat ini, semua usaha belum menampakkan hasil yang memuaskan.
3
Indonesia menempati peringkat 109, dibandingkan dengan Brunei ke-27, Singapura ke-28, Malaysia ke-63, Thailand ke-81 dan Srilangka ke-104.
Berdasarkan hasil pengamatan awal di lapangan diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran yang terjadi masih saja berpusat pada guru ( teacher center ) dimana kegiatan pembelajaran diawali dengan penjelasan materi, selanjutnya demonstrasi penyelesaian contoh soal Model yang digunakan tidak bermariasi lebih bersifat ekspositori, guru lebih mendominasi proses aktifitas kelas, peserta didik banyak menyelesaikan latihan yang diberikan oleh guru dan terakhir guru meminta siswa menyelesaikan latihan dalam bentuk soal. Peserta didik tidak banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya, hanya menerima saja informasi yang disampaikan searah dari guru. Seringkali peserta didik tidak mampu menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan terlebih soal yang berbentuk soal cerita. Hal ini dikarenakan peserta didik hanya mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan mengerjakan latihan mengikuti pola yang diberikan guru, bukan dikarenakan peserta didik memahami konsepnya.
4
peserta didik tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Pembelajaran yang terjadi di kelas cenderung berpusat pada guru (teacher oriented) dan tidak berorientasi pada keaktifan peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.
Fenomena seperti ini mungkin dapat terjadi di beberapa sekolah khususnya SMP Sultan Iskandar Muda bahwa dimana guru asyik sendiri menjelaskan materi yang telah dipersiapkan sementara peserta didik asyik sendiri menjadi penerima informasi yang baik dari guru. Sehingga peserta didik hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru dan mengingat rumus-rumus dan menghapal cara pengerjaan soal (prosedur) yang dilakukan guru tanpa makna dan pengertian dari peserta didik. Oleh karena itu peserta didik beranggapan bahwa menyelesaikan suatu soal atau permasalahan matematika cukup dengan mengikuti atau mencontoh apa yang dikerjakan oleh guru yang menyebabkan pembelajaran yang kurang bermakna sehingga mengakibatkan hasil belajar peserta didik cenderung rendah dan pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Dari hasil obsermasi data awal yang dilakukan peneliti ada beberapa masalah yang ditemukan ketika pembelajaran berlangsung yaitu :
Pertama, Karakteristik peserta didik. 1.)Ketika pembelajaran dimulai , guru
5
menggubris pertanyaan dan materi yang disampaikan. 3.)Peserta didik kurang berminat dan termotimasi untuk belajar matematika
Kedua, Belum maksimalnya hasil belajar peserta didik, dimana peneliti
memperoleh informasi mengenai hasil belajar peserta didik yang sebagian belum tuntas. Data tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 1. Data Hasil Belajar Matematika peserta didik kelas VIII Semester I SMP Sultan Iskandar Muda Medan – Sunggal Tahun Pelajaran 2015/2016
N
O KELAS JUM LAH KKM TUNTAS PERSENTASE TUNTAS BELUM PERSENTASE 1 VIII A 45 75 27 67,50 % 18 32,50 % 2 VIII B 40 75 20 50,00 % 20 50,00 % 3 VIII C 42 75 22 52,38 % 20 47,62 % 4 VIII D 41 75 30 75,00 % 10 25,00 %
Ketiga, model pembelajaran yang digunakan guru kurang bermariasi, guru
cenderung menggunakan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru membuat respon peserta didik menjadi kurang baik terhadap pembelajaran matematika yang mengakibatkan peserta didik kurang menyenangi pelajaran matematika dan peserta didik menjadi kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil pengamatan aktimitas belajar peserta didik di kelas, terlihat peserta didik hanya menjadi pendengar saja, sedikit tanya jawab, mencatat dari papan tulis, mengerjakan latihan yang diberikan guru dan hasilnya ditulis di papan tulis serta jawaban peserta didik yang benar diterima saja tanpa adanya penjelasan terhadap hasil yang diperoleh kepada teman lain.
6
paket, memberikan informasi pengertian konsep secara langsung dengan cara mendiktekan kepada peserta didik, memberikan contoh penerapan rumus-rumus matematika, mengerjakan latihan-latihan dan langkah-langkah penyelesaikan soal serta kurang mengaitkan fakta real dalam kehidupan nyata dengan persoalan matematika.
Aktimitas pembelajaran tersebut dapat mengakibatkan pembelajaran mekanistik, akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapakan tidak terjadi. Tidak heran belajar dengan cara menghafal tersebut tingkat kemampuan kognitif anak yang terbentuk hanya pada tataran tingkat rendah. Kecenderungan anak terperangkap dalam pemikiran menghafal karena iklim yang terjadi dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah. Cara-cara menghafal semakin intensif dilakukan anak menjelang ujian. Anak belajar mengingat atau menghapal materi, rumus – rumus, defenisi unsur-unsur dan sebagainya. Namun, ketika waktu ujian berlangsung anak seperti menghadapi kertas buram, anak tak mampu mengoperasionalkan rumus- rumus yang dihafalkan untuk menjawab pertanyaan.
Anak akan cenderung suka mencari gampangnya saja dalam belajar. Anak kehilangan sense of learning, kebiasaan yang membuat anak bersikaf pasif atau menerima begitu saja apa adanya mengakibatkan anak tidak terbiasa untuk berfikir kritis.
7
mengakibatkan pandangan masyarakat pada umumnya tentang pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan adalah hal yang cukup beralasan. Pendidikan matematika kita selama ini tidak berhasil meningkatkan pemahaman matematika yang baik pada peserta didik, tetapi berhasil menumbuhkan perasaan takut, persepsi terhadap matematika sebagai ilmu yang sukar dikuasai, tidak bermakna, membosankan, menyebabkan stres pada diri peserta didik. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa bagi sebagian besar peserta didik, pembelajaran matematika selama ini belum mampu mengubah ranah afektif (sikap, minat, nilai-nilai, pilihan, kepercayaan diri akademik, fokus kendali, kecemasan dan motimasi) dan kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan emaluasi) peserta didik menuju yang lebih baik.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya antara lain perbaikan terhadap model dalam pembelajaran matematika yang dilakukan guru saat ini. Dengan demikian pemilihan model pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan mendorong timbulnya aktimitas peserta didik sehingga meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi matematika.Dari model pembelajaran matematika yang berorientasi pada guru menjadi model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik. Maka pekerjaan mendidik bagi seorang guru bukan sekedar menyelesaikan sejumlah materi pelajaran tetapi guru harus benar-benar mampu menanamkan pemahaman yang baik dengan harapan dapat dikuasai peserta didik. Salah satu dari beberapa model pembelajaran yang diduga dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah model kontekstual.
8
kebebasan peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya, mengaitkan pengalaman kehidupan sehari-hari dan hal yang nyata dari peserta didik dengan materi pelajaran matematika yang dipelajari, dan pembuatan model yang dapat memudahkan peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Dalam pembelajaran dengan model kontekstual mengajak peserta didik dan guru aktif, pembelajaran berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator, menyajikan permasalahan yang kontekstual dan guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyelesaikan masalah secara mandiri sehingga pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.
Model ini suatu model pembelajaran yang dimulai dari konteks dunia nyata peserta didik (daily life). Model kontekstual juga model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, peserta didik yang berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri pemahamannya terhadap materi pelajaran.
Dalam model pembelajaran kontekstual peserta didik diarahkan untuk mengkonstruksi sendiri konsep yang ingin dicapai. Pengkonstruksian diawali dengan memberikan permasalahan yang bersumber dari situasi dunia nyata yang pernah dialami peserta didik atau telah dikenal dan mampu dipahami peserta didik. Guru bertindak sebagai fasilitator dalam mengarahkan pola berfikir peserta didik. Dalam model ini peserta didik aktif mengkonstruksi pengetahuannya, sehingga hasil belajar yang ingin dicapai merupakan hasil temuan dari proses kerja peserta didik itu sendiri.
9
diberikan, mengaitkan masalah yang akan diselidiki dengan meninjau masalah itu dari banyak segi, melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata, membuat produk berupa laporan, model fisik untuk di demonstrasikan kepada teman-teman lain, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan keterampilan berpikir.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin melakukan suatu penelitian yang difokuskan pada “ PengaruhB modelB pembelajaranB danB kemampuanB awalB terhadapB hasilB belajarB matematikaB
pesertaBdidikBSMPBSultanBIskandarBMuda.BB
B
1.2.BIdentifikasiBMasalahB
B Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi bahwa terdapat beberapa komponen seperti guru, peserta didik, sarana dan prasarana yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, maka beberarapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran yang digunakan selama ini?
2. Bagaimana minat dan motimasi belajar peserta didik mengenai mata pelajaran matematika ?
3. Bagaimana sikap peserta didik terhadap matematika ?
4. Bagaiamana kemampuan awal yang dimiliki sebagian peserta didik untuk mempelajari matematika ?
10
6. Bagaimana tanggapan peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran kontekstual ?
7. Apakah kemampuan awal siswa mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik ?
1.3.BPembatasanBMasalahB
11
1.4.BRumusanBMasalahB
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah kelompok peserta didik yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi hasil belajar matematika dibanding dengan model pembelajaran Ekspositori ?
2. Apakah kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi akan berbeda hasil belajar matematika dibanding dengan kemampuan awal peserta didik rendah ?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran matematika ( Model kontekstual dan ekspositori ) dengan kemampuan awal ( tinggi dan rendah) dalam mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik?
1.5.BTujuanBPenelitianB
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari model pembelajaran ekspositori .
2. Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik yang berbeda akan menghasilkan hasil belajar yang berbeda pula.
12
1.6.BManfaatBPenelitianB
Secara keseluruhan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak berupa manfaat teoritis maupun praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan disiplin ilmu pengetahuan dalam memberikan sumbangan pemikiran teoritik guna pengembangan ilmu pendidikan mengenai model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar matematika.
Secara praktis , hasil penelitian tersebut dapat menjadi bahan acuan bagi guru-guru matematika tentang penerapan model kontekstual sebagai alternatime untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik, memberikan alternatif pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik dengan cara memperbaiki kelemahan dan kekurangannya serta mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik. Selain itu guru dapat mengetahui pengaruh keammpuan awal peserta didik dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
112
BABBVB
SIMPULAN,BIMPLIKASI,BDANBSARANB
B
A. SimpulanB
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Sultan Iskandar
Muda Medan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil Belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar
matematika yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kontekstual memperoleh
nilai rata-rata hitung = 67,2 sedangkan peserta didik yang diajar dengan
model pembelajaran ekspositori memperoleh nilai rata-rata hitung ( ) = 58,6.
2. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar matematika peserta didik yang
memiliki kemampuan awal rendah. Peserta didik yang memiliki kemampuan
awal tinggi memperoleh nilai rata-rata hitung ( ) = 66,6 sedangkan peserta
didik yang memiliki kemampuan awal rendah memperoleh nilai rata-rata
hitung ( ) = 60,0.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal peserta
didik dalam mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik. Hasil
belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual diperoleh
113
kemampuan awal rendah yang diajar dengan model pemberlajaran kontekstual
diperoleh rata-rata ( ) = 59,0. Hasil belajar matematika peserta didik yang
memiliki kemampuan awal tinggi yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran ekspositori diperoleh rata-rata ( ) = 55,4 dan hasil belajar
matematika peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran ekspositori diperoleh rata-rata ( )
=60,8.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh diketahui bahwa untuk peserta didik
yang memiliki kemampuan awal tinggi akan lebih meningkat hasil belajar
matematikanya jika diajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual,
sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah lebih
efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematikanya jika diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran ekspositori.
B.ImplikasiB
Berdasarkan simpulan pertama hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajar dengan model
pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika peserta
didik yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Dengan demikian
para guru di SMP Sultan Iskandar Muda selayaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman serta wawasan yang luas dalam mimilih dan menyusun model
pembelajaran, khususnya model pembelajaran yang akan diterapkan pada mata
114
merancang suatu model pembelajaran matematika yang akan memaksimalkan
pencapaian hasil belajar peserta didik pada suatu materi pelajaran tertentu.
Dalam pembelajaran matematika banyak terdapat materi-materi pelajaran,
yang mana setiap materi pelajaran tersebut memiliki karakteristik dan kesulitan
tersendiri. Sehingga sudah selayaknyalah seorang guru matematika memilih
model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi tertentu. Model pembelajaran
kontekstual lebih mengedepankan keaktifan peserta didik secara personal
sehingga peserta didik akan cenderung memiliki hasil belajar yang tinggi apabila
dilakukan dengan baik. Model pembelajaran kontekstual mengharuskan guru
harus memonitoring dan menilai keterlibatan setiap peserta didik dalam diskusi
dan senantiasa mendorong peserta didik untuk berpartisipasi dalam kelompoknya,
sehingga peserta didik lebih mudah dalam menguasai materi pelajaran
matematika. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hendaknya guru lebih
menggunakan model pembelajaran kontekstual dari pada model pembelajaran
ekspositori, karena terbukti lebih dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik.
Selain faktor dari luar diri seperti model pembelajaran faktor dari dalam
diri peserta didik seperti kemampuan awal juga mempengaruhi hasil belajar
matematika yang akan diperoleh peserta didik. Kemampuan awal merupakan
pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik untuk memahami materi
matematika yang sedang di pelajari. Sehingga peserta didik yang memiliki
115
Berdasarkan simpulan kedua, bahwa kemampuan awal peserta didik
terbukti memberi pengaruh dalam perolehan hasil belajar matematika peserta
didik. Hasil belajar peserta didik yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih
tinggi dari pada hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan
awal rendah. Hasil penelitian ini menjadi pertimbangan bagi guru untuk
memahami kondisi peserta didik agar peserta didik yang memiliki kemampuan
awal tertentu dapat memperoleh hasil pembelajaran yang lebih meningkat dengan
cara mengupayakan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan cocok untuk
peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah maupun tinggi.
Hasil simpulan ketiga menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar yang tinggi juga, apabila diajar
dengan model pembelajaran kontekstual dibandingkan dengan peserta didik yang
diajar dengan model pembelajaran ekspositori. Demikian juga hasil belajarpeserta
didik yang memiliki kemampuan awal rendah yang diajar dengan model
pembelajaran ekspositori lebih tinggi dibandingkan hasil belajar peserta didik
yang memiliki kemampuan awal rendah yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran ekspositori.
Dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
kemampuan awal peserta didik maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna
sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih efektif, efisien dan memiliki daya
tarik. Namun perlu disadari bahwa tidak ada satu model pembelajaran manapun
yang paling sesuai untuk setiap karakteristik peserta didik maupun karakteristik
116
matematika untuk memilih model pembelajaran yang sesuai dalam
membelajarkan peserta didiknya. Sesuai dengan hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam merancang pembelajaran di sesuaikan dengankemampuan
awal peserta didik dalam belajar.
Dengan mempertimbangkan kemampuan awal peserta didik dalam
merancang model pembelajaran, guru dapat memaksimalkan kelebihan peserta
didik dan meminimalkan hal-hal yang menghambat proses belajar peserta didik.
Dengan melihat kemampuan awal peserta didik, guru dapat merancang model
pembelajaran yang sesuai. Misalnya untuk peserta didik dengan kemampuan awal
tinggi model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik, banyak melibatkan peserta didik dalam aktivitas
kelas. Salah satu model yang dapat dipilih adalah model pembelajaran
kontekstual.
Selanjutnya, peserta didik yang memiliki kemampuan awal rendah sesuai
dengan karakteristiknya lebih cocok dengan model pembelajaran yang
berorientasi pada guru atau kelompok yang mengedepankan kekompakan antar
teman sebaya seperti model pembelajaran eskpositori, karena peserta didik lebih
suka mendapat bimbingan dan mengamati apa yang dilakukan orang lain. Mereka
lebih cocok dengan model yang tidak banyak menuntut mereka untuk melakukan
aktivitas kelas, hal tersebut terjadi karena kemampuan awal mereka dalam belajar
yang dibawah rata-rata temannya sehingga mereka lebih mudah untuk memahami
117
C. SaranB
Berdasarkan hasil penelitian, simpulan, dan keterbatasan penelitian, maka
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Disarankan bagi guru khususnya guru mata pelajaran matematika untuk
menggunakan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil
belajar matematika peserta didik.
2. Guru menerapkan model pembelajaran kontekstual bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan awal tinggi sedangkan peserta didik yang memiliki
kemampuan awal rendah lebih cocok untuk model pembelajaran ekspositori
sehingga memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta
didik dengan lebih maksimal.
3. Karakteristik peserta didik yang dijadikan variabel moderator dalam
penelitian ini adalah kemampuan awal peserta didik. Disarankan untuk
penelitian lanjut, melibatkan karakteristik peserta didik yang lain.Guna
melengkapi kajian penelitian ini, seperti kemandirian, minat, bakat, tingkat
kreativitas, dan lain sebagainya.
4. Diadakannya pelatihan bagi guru dalam peningkatan kemapuan penguasaan
materi, merancang model pembelajaran sangat diperlukan
5. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut dalam penggunaan model
pembelajaran untuk mengetahui hasil yang lebih akurat.
6. Guna penelitian lanjutan pada penerapan model pembelajaran disamping
118
dahulu kepada peserta didik bagaimana tahap-tahap model pembelajaran
kontekstual dan model pembelajaran ekspositori agar saat pembelajaran
berlangsung kegagalan dalam proses pembelajaran dapat dihindari dan
119
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU Melalui Strategi Think, Talk, Write, Studi
Eksperimen pada siswa kelas I SMU di Kota Bandung. Dalam
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1208105-112553/ (diakses tgl 18 – 10- 2015)
Anwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Anzelmo, N. 2006. Learning Style, Strategy Use Personalization of Mathematical Word Problem and Response of Students with Learning Disabities.
Dalam http://www.mirifica.net . (diakses tgl 14 Januari 2012)
Arends, R. I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua.
Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar. Jakarta : Edisi Ketujuh Pustaka Belajar
Arikunto, S 2003. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Pelajar Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian Sebuah Pendekatan
Praktek. Jakarta ; Rineka Cipta.
Armanto, D (2009). Pembelajaran Matematika Berkualitas ? Revolusi
Kompetensi Guru !. Makalah Seminar Pendidikan Nasional, FKIP
UNA-Sumatera Utara
Aryan, B. (2007) Kemampuan Membaca dalam Pembelajaran Matematika.
(online) Tersedia
Asyril & Mahmudi. 2008. Diagnosis Kesulitan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Mulawarman Dalam Memahami Konsep Limit untuk Menyelesaikan Soal – soal Kalkulus
Dasar.Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi
Pembelajaran, 9(3), 301 – 320).
Bacon .Needham Heights,Massachusetts.
Balitbang Source 2002: Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia.
Jakarta. Depdiknas.
Basri. H. 2010. Seminar Nasional. “Peran LPTK dan Sertifikasi Guru dalam
Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan” UNIMED
Bell, F.H. (1981). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary
School). Lowa.Wm.C Brown Company Publisher
Bloom, B.S (1971). Handbook on Formative and Sumative Evaluation of
Student Learning. New York : Mc. Graw Hill Book Company.
Budiyono, 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Surakarta Press.
120
Buryukov, P. 2004. Aspek Metakognitif Memecahkan Masalah. Jurnal
International Belajar Mengajar Matematika. Maret 2004. dalam
.http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/default.htm (diakses tanggal 16 Januari 2012)
Chatib, M. 2012. Sekolah Anak – anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan
Pendidikan Berkeadilan. Bandung : Kaifa, 2012. Hal - 8
Copi, I.M. (1978). Introduction to Logic. New York: Macmillan
Dahar, Ratna. (2008). Teori-Teori belajar. Bandung: PT Gelora Aksara Pratama Davis. (1996). One Very Complete View (Though Only One) of How Children
Learn Mathematics. Journal for Research in Mathematics Education
Vol.27. No.1 January 1996
De Lange. J. (1996). Assesment : No Change Without Problems. The
Netherlands : Frudenthal Institute
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Jakarta : Depdiknas
Departemen Pendidikan Nasional, (2002). Standard Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Depdikbud. (2013). Kurikulum Sekolah Mengengah Pertama. Jakarta: Depdikbud. Depdikbud. (2008). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)SMP Kelas VIII. Jakarta : Depdikbud
Dewi, I (2008). Membaca Pikiran Siswa Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008. Djamarah, B.S. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta : Rineka Cipta Erman, Suherman. (2008). Strategi Pembelajaran Matematika
kontemporer.Bandung : UPI.
Gagne dan Briggs,1979.Principles of Instructional Design.New York: Holt, Rinehart and Winston
Gagne.RM. (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction,
Fourth Edition. New York : Holt, Rine Hart and Winston. (1999).
Manulis Jurnal Sebagai Strategi Dalam Proses Pembelajaran
Matematika di SMP, Makalah, Surabaya.
Gravemeijer. K.P.E. (1994). Developing Realistic Mathematics Education.
Utrecht : CD-b Press. The Netherlands
Gulo, F.S (2009),Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Dan Kreatif Siswa
SMP Dalam Matematika Melalui Pendekatan Advokasi. Tesis UPI
bandung : tidak diterbitkan
Haji, S. (2005). Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap
Matematika di Sekolah Dasar. Disertasi Doktor pada PPS UPI :
Tidak diterbitkan
Haji, S. 2008. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas VII SMPN Kotamadya Bengkulu. Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran. 9.(3). 291 – 300.
Haryono, Joko Bekti. (2005). Pembelajaran Matematika Realistik Pokok BahasanRelasi dan Pemetaan Pada Siswa Kelas II SMP Negeri Di
121
Hasratuddin, (2002). Pembelajaran Matematika Unit Geometri dengan
Pendekatan Realistik di SLTP 6 Medan. Tesis Magister Pendidikan.
Surabaya : PPs Universitas Negeri Surabaya
Hasratuddin. (2008). Pengajaran Matematika Dengan Pendekatan Interaktif. Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008. Hergenhahn.B.R & Olson. H.M, 2008. Theories Of Learning. Edisi Ketujuh.
Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Hudojo, Herman. (1988). Mengajar Belajar Matematika, Jakarta : P2LPTK Hudojo, Herman. (2005). Pengembangan Kurikulum Matematika
&Pelaksanaannya Di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Indrawati, Y. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Matematika dalam Pelaksanaan KBK pada SMA Kota Palembang. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 4, No 7 Juni 2006.
Jhonshon, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning. California: CROWIN PRESS, INC.
Jhonshon, E.B. (2002). CTLContextual Teaching and Learning Menjadikan
kegiatan belajar mengajar Bermakna. Bandung : Kaifa.
Jihad, A 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika.Yogyakarta : Multi Pressindo
Joyce . B & Marsha Weil. 2009. Strategis of Theacing. New Jersey: Prentice Hall, Fifth Edition.
Kemdikbud. 2013. Elemen Perubahan Kurikulum 2013. Bahan Tayang, bahan Diklat Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta ; Kemendikbud
Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Krulik S and Jesse A. R,(1996). The New Sourcebook For Teaching Reasoning
Makmur, Agus. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kreativitas Siswa SMP Dengan Menerapkan Model Pencapaian
Konsep. Tesis PPs UNIMED : Tidak Dipublikasikan
Manurung, Rudol Barmen(2009). Meningkatkan Penalaran Formal Siswa SMP Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR). Tesis PPs UNIMED : Tidak Dipublikasikan.
Margaret, W & Adams, R. 2006. Modelling Mathematics Problem Solving Item Response Using a Multidimensional IRT Model. Mathematics Eduction
Research Journal. 18 (2). 93 – 113.
Marlina, Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Think Talk Write Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis pada Siswa.
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas 2H SMP Negeri 15 Bandung). Dalam http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0119106-102929/ (diakses tanggal 18 – 10 Januari 2012)
Marpaung, Y. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah PelatihanGuru SD di P3G Matematika pada 25 November 2006.
Marzuki, A,(2006), Implementasi Pembelajaran Kooperatif Dalam Upaya
Marzuki. A (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah
122
Matematika Siswa, UPI, Bandung
Mawengkang, H (2007). Kompetensi Pemodelan Matematika, Makalah Seminar Nasional Dan Pengukuhan Assosiasi Guru Matematika SMA/MA.Universitas Negeri Medan. Sumatera Utara.
MeningkatkanKemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah
Meyers, M.E. 2007. What is Activity Theory?. (Online).
Mujis, dan Reynold, D. 2008. Effective Teaching.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Mukhayat, T. (2005). Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak.
Yogyakarta: FMIPA. UGM.
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual
Jakarta : PT.Bumi Aksara.
National Council of Teacher of Mathematics. (2005). Principles and Standards
for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.
Nuharini, D. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VI
SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan.
Nurhadi. (2005). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Nurhadi. (2004). Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Panjaitan, A. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Pascasarjana UNIMED. Panjaitan, Asmin, (2005). Pengaruh Ragam Bentuk Tes Objektif dan Gaya
Berpikir Terhadap Fungsi Informasi Butir Tes. Program Pasca
Sarjana : Universitas Negeri Jakarta. Persada
Poerwadarminta.W.S. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Poerwadarmita, W.J.S. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
Polya, G (1985). How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New
Jersey : Princeton University Press.
Puskur. (2005).Kurikulum 2006 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
danPenilaian. Jakarta : Depdiknas.
Putri, Finola Marta. (2012). Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematis Siswa SMP. Tesis Pps UPI
Rahayu. (2005). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI Memang Beda: Buletin PMRI/VI/Peb/2005. http://www.pmri.or.id/main.php didownload 20 Pebruari 2009
Ramirez, M.C. Strategi Perumusan Masalah Matematika. Jurnal Internasional
untuk Belajar Mengajar Matematika.Desember 2006. dalam
123
Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan
Peneliti Pemula. Bandung Alfabeta
Riyard, L.P. & Straw, Stanley.B.. 2000. The Effect of Talk and Writing on. John Willey & Son, Inc.Sci Ed 84 : 566 – 593
Royley, S. (1998). Teory of Measurement (Manuscript). Monas, University Ruseffendi, E.T. (2005).Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan,
Bandung : IKIP Bandung Press
Ruseffendi, E.T. (2001). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non Eksakta Lainnya. Semarang : IKIP Semarang Press.
Ruseffendi, E.T. (2000). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Rusgianto, H.S. (2002). “Contextual Teaching and Learning”. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika 3 Nopember 2002 UNY, Yogyakart Pendidikan.Jakarta. Kencana, Prenada Media Group.
Sabarni, B. (2008). Standar Proses Pembelajaran Matematika. (online) Tersedia http://bambangsarbani.blogspot.com, (diakses 10 Oktober 2009). Safari. (2005). Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non tes dengan
manual, kalkulator, dan komputer. Jakarta: APSI Pusat.
Safari. 2005. Tehnik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta : Depdiknas
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.. Erlangga.
Sanjaya, W. (2009). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W.(2006).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta. Kencana, Prenada Media Group.
Saptono. (2005) Strategi Belajar Mengajar Matematika.Jakarta : Rajawali
Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir logis dan Komunikasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui
Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan.
Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.
Saragih, Sahat. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis Dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui
Pendekatan Matematika Realistik, FPS IKIP Bandung
Shadiq, Fadjar "APA DAN MENGAPA MATEMATIKA BEGITU PENTING? (fadjar_p3g@yahoo.com&www.fadjarp3g.wordpress.com/apa dan mengapa matematika begitu penting / diakses tanggal 23 Februari 2009) Singleton, A & Newman, K 2009. Empowering Students to Think Deeply,
Discuss Engagingly and Write Definitively in University Classroom.
International Journal of Teaching and Learning in Higher Education,
247 – 250.
Sitompul, H (2009) Teori Pembelajaran Dan Revolusi Cara Belajar. Makalah Seminar Pendidikan Nasional. FKIP UNA – Asahan Sumatera Utara Slavin, R. (1997). Educational Psychlogy Theory and Practice. Fifth Edition.
124
Slavin, R.E (1995). Cooperatif Learning : Theory, Reserch and Practice. Boston Ally and Bacon
Sobel , M (2003) Teaching Mathematics, Terjemahan Suyono. Jakarta
Soedjadi, R. (2009). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Konstatasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta : Dirjen
Dikti, Depdiknas.
Soehardjo. (2012). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta : UNS Press. Makalah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Bidang Pendidikan MIPA FKIP Universitas Sebelas Maret
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika. 2008. Sosialisasi
Penilaian Standar Buku Teks Pelajaran 2008. Jawa Tengah. Pusat
Perbukuan Depdiknas BNSP dan IKAPI Daerah Jawa Tengah. Sudijono, A.2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
Bandung : Remaja Rosda Karya
Sudjana,N. 2005. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. (2006). Metoda Statiska, Bandung : Taristo
Sugionjo.2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suherman, (1994). Evaluasi Pendidikan Matematika, Bandung : Wijaya Kesuma Sulastri, Y. L. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui
Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic
Siswa Sekolah Menengah. Tesis Upi (tidak dipublikasikan).
Sumarmo, U. (2005). “Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah”.Makalah pada Seminar
Pendidikan Matematika 7 Agustus 2005 Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Sumarmo, U. (2005). “Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan
Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah”.Makalah pada Seminar
Pendidikan Matematika 7 Agustus 2005 Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berfikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU serta Mahasiswa Strata Satu (S1) melalui Berbagai
Pendekatan Pembelajaran. Laporan Penelitian Lemlit UPI.: Tidak
Diterbitkan.
Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik tingkat SLTP dan SMU
serta Mahasiswa Strata 1 melalui Beberapa Pendekatan Pembelajaran.
Laporan Penelitian. LEMLIT UPI. Tidak Dipublikasikan.
Suparman, A. (1993). Desain Instructional. Jakarta : PAU Dikti Depdikbud. Suparno, P. (2007). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.Yogyakarta:
Karnisius.
Surakhmad.W. (2005). Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito, Bandung. Surya. (2011). Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta : Elex
Media Komputindo
125
Taher, I dan Enceng. Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar pada
Pendidikan Jarak Jauh.Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. 91 –
101.
Tim Penyusun 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Tim PLPG. (2008). Metodologi Pembelajaran Matematika Modul Pelatihan
Pendidikan Guru. Medan: Jurusan Pendidikan Matematika. UNIMED (tidak
dipublikasikan)
TIMSS. (2009). Trens in Mathematics Sciens Study. Tersedia online
http://nces.ed.gov/timss/table03.asp (diakses 12 Oktober 2015)
TIMSS. (2011). Trens in Mathematics Sciens Study. Tersedia online
http://nces.ed.gov/timss/table03.asp (diakses 12 Oktober 2015)
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Trianto.2009, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek . Surabaya: Prestasi Pustaka
Undang – undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
UNDP Source. Human Development Report. 2004
Usman, Husain dan Akbar, Purnomo Setiady. (2008). Pengantar
Statistika, Jakarta : Bumi Aksara
Wagiyo, A. (2008). Pegangan Belajar Matematika 1 : untuk SMP/MTs Kelas VII.
Jakarta : Pusat Perbukuan
Wasid, I dan Sunendar, D. 2008. Strategi Belajar Bahasa. Bandung : Rosdakarya. Wintarti. A. dkk. (2008). Contextual Teaching and Learning Matematika: Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4. Jakarta:
Pusat Perbukuan.
Yamin, M dan Ansari, B. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press
Yein, C. K & Mousley, Y 2005. Procendings of the 29 th Converence of
International Group for the Psychology of Mathematics Education. In Chick H. L (Eds). Using Word Problem in Malaysian Mathematics
education : Looking Beneath The Surfaca. (2nd ed).(pp.217 – 224)
Yeo, K.K.J 2009. Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Non Rutin.
Jurnal Internasional Untuk Belajar Matematika. Oktober.2009 dalam
http://www.cimt.plymouth.ac.uk/jounal.default.htm Diakses tanggal 14 Desember 2011
Zulharman. 2009. Model Kemandirian Belajar dan Peran