• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gerakan Perlawanan terhadap Indomart: Studi Gerakan Sosial Pedagang Pasar Tradisional Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga T1 BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1Gerakan Sosial

Masyarakat merupakan sekumpulan individu yang dibentuk berdasarkan kesamaan pandangan, aturan, dan tujuan yang sama. Dalam perkembangan dinamika kehidupan masyarakat sering kali terdapat fenomena menarik yang muncul dimasyarakat, fenomena tersebut dikenal dengan istilah konflik sosial.

Konflik sosial seringkali muncul akibat dari pertentangan atau pun perjuangan atas nilai-nilai dan klaim-klaim atas status, kekuasaan, dan sumber daya. (Harskamp, 1996:5).

Konflik sosial seringkali di maknai sebagian masyarakat sebagai hal yang patologis. Namun, secara fungsional konflik sosial dapat membawah pengaruh positif, dimana dengan adanya konflik sosial akan terbangun dan menguat adaptasi atau penyusuaian hubungan-hubungan sosial atau kelompok. (Coser, 1964, Harskamp 1996). Dalam masyarakat Kepentingan-kepentingan yang diperjungankan oleh setiap individu atau kelompok akan menempuh langkah serta membentuk pola-pola strategis demi pencapaian tujuan yang ingin dicapai, dalam konteks ini gerakan sosial sering kali digunakan sebagai instrumen yang efektif untuk menunjang suatu tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Abdul Wahid Situmorang (Tarrow, 1998: xiii), gerakan sosial adalah tantangan kolektif yang di ajukan sejumlah orang yang memiliki tujuan dan solidaritas yang sama, dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan kelompok elite, lawan, dan penguasa. Tarrow menambahkan, dalam gerakan terdapat lima aspek penting yang teringklut pada setiap gerakan sosial. Kelima aspek tersebut antara lain: (a) Setiap gerakan sosial terdapat penekanan pada gerakan-gerakan, (b) Menyusun aksi mengacau (distruptive) melawan

(2)

garis besar gerakan sosial diikuti oleh sejumlah individu yang memiliki tujuan dan identitas kolektif yang sama yang secara bersama-sama terlibat dalam aksi kolektif yang bertujuan mengacau. (Bert, 2005: xii).

Sedangkan menurut Klandermans (2005: 366), gerakan sosial adalah epifenomena dari perubahan sosial dan dari kerusakan tatanan sosial serta kerusakan pertalian yang berhubungan dengan perubahan sosial. Dalam kajian

ini Klandermans mengungkapkan bahwa gerakan sosial lahir di dasari oleh beberap faktor yang muncul di dalam suatu komunitas masyarakat, dimana

faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya gerakan sosial tersebut antara lain: strain (ketegangan), stress (stres), mass society (massa), emotion (emosi), irrasoinality (ketidakrasionalan), contagion (penularan perasaan), alenation (keterasingan), frustration (prustasi) atau, relative deprivation (deprivasi relatif).

Dalam deskripsi Tarrow dan Klandermans atas konsep gerakan sosial di atas, maka secara jelas dapat dilihat bahwa, gerakan sosial merupakan gerakan atas perjuangan kelompok dalam memperjungkan kepentingan kelompok, dimana kepentingan-kepentingan tersebut lahir atas pertimbangan rasional dari setiap kelompok atas kondisi tertentu (mengacau atau mengancam eksistensi) kepentingan bersama, sehingga lahir solidaritas kolektif untuk melawan serta memperjuangkan kepentingannya. Perjungan atas kepentingan bersama tersebut berakhir ketika tuntutan dari kelompok yang melakukan gerakan sosial telah terpenuhi oleh para elite, korporasi maupun pemerintah yang menjadi objek atau sasaran dari gerakan sosial. Dan selama tuntutan itu belum terpenuhi, maka gerakan-gerakan serupa berupa pengacauan-pengacauan yang sifatnya mengganggu atau memperhambat tujuan dari kelompok elite, korporasi maupun pemerintah akan terus

dilakuakan.

(3)

wujud suatu gerakan sosial. Sehingga pada pembahasan ini perlu dibatasi secara prinsip konsep gerakan sosial yang dapat dipakai untuk menunjang analisis dalam penulisan ini, sehingga berangkat dari alasan tersebut penulis memilih menggunakan teori gerakan sosial Sidney Tarrow, yakni teori dinamika protes kolektif, dimana dalam pembahasan teori ini lebih dominan menjelaskan hubungan dari beberapa aspek pemicu gerakan dan strategi serta

analisis-analisis atas lemah dan kuatnya suatu gerakan sosial (Situmorang: 2013:30).

2.2Dinamika Protes-Protes Kolektif

Teori dinamika protes-protes kolektif adalah salah satu teori gerakan sosial yang diperkenalkan oleh Sidney Tarrow dalam menganalisis gerakan-gerakan kolektif yang terjadi di Italia dari tahun 1965 sampai dengan 1974.Teori dinamika ini kemudian berkembang dan dipergunakan di beberapa studi untuk memahami dinamika dan pola-pola protes kolektif serta gerakan sosial di sejumlah Negara terutama Eropa Barat dan Amerika Utara dalam periode waktu tertentu (Situmorang, 2013: 29).

Secara rasional argumentasi pemakaian teori Sidney Tarrow, yakni teori dinamika protes kolektif sebagai pisau analisis untuk melihat gerakan perlawanan pedagang pasar tradisional Cengek terhadap Indomart di Kelurahan Tengah Kota Salatiga. hal ini dikarenakan dalam teori dinamika protes kolektif, teori ini dapat mendeskripsikan secara jelas pola-pola gerakan yang berdasarkan motivasi serta faktor-faktor pendukung yang melatarbelakangi gerakan protes kolektif. Walaupun dalam kaitannya dengan penelitian ini terdapat perbedaan dalam konteks unit amatan, dimana unit amatan dalam teori Sidney Tarrow berbeda halnya dengan apa yang menjadi unit amatan penulis, namun dari aspek analisa gerakan. teori ini mempunyai

kesamaan, yakni melihat suatu gerakan kolektif yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat.

(4)

berbagai konsep utama yang menjelaskan tumbuh, berkembang dan menurunya protes-protes kolektif yang disebabkan oleh faktor-faktor struktur kesempatan politik, struktur-struktur mobilisasi, kerangka gerakan dan bentuk-bentuk perlawanan, sehingga dari keempat faktor tersebut memunculkan upaya-upaya perlawanan dari sekelompok orang yang merasa di rugikan, atau disingkirkan atas status quo yang sebelumnya telah terbangun

secara mapan.

2.2.1 Faktor Struktur Kesempatan Politik

Asumsi-asumsi pokok dari konsep struktur dan kesematan politik, menurut Abdul Situmorang (Tarrow dan DoucgMcA, 2013:31):

“faktor kesempatan politik dapat dipergunakan sebagai variabel utama berkaitan dengan dua prinsip variabel dependent, yaitu, momentum aksi kolektif dan hasil aktivitas sebuah gerakan”.

McAdam dan Tarrow menambahkan dengan empat variabel tambahan dalam menjelaskan teori struktur kesempatan politik, pertama, gerakan sosial muncul ketika tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan. Kedua, ketika keseimbangan politik sedang tercerai beraikan sedangkan keseimbangan politik baru belum terbentuk. Ketika, para elite politik mengalami konflik besar dan konflik ini dipengaruhi oleh para pelaku perubahan sebagai kesempatan. Keempat, ketika para pelaku perubahan menggalang dukungan para elite yang berada di dalam sistem untuk melakukan perubahan.(Situmorang, 2013:31).

Seperti yang dijelaskan pada pembahasan di atas gerakan sosial lahir atas suatu kondisi kontra produktif antara sebagian individu atau kelompok dengan para elite atau pemerintah yang memiliki sumber daya yang mumpuni. Mengacu pada hal ini studi kasus yang bisa dilihat sebagai acuan dalam menganalisis aspek-aspek dalam gerakan sosial adalah gerakan penolakan

(5)

alasan mendasar yakni, kehadiran Indomart dianggap akan mengancam pendapatan pedagang, mengingat sistem yang ditawarkan Indomart sangat mengedepankan aspek efisien dan efektivitas sehingga keberadaan Indomart sangat mudah untuk menarik konsumen untuk datang dan membelanjakan segala kebutuhannya di Indomart.

Sedangkan, studi kasus yang bisa menggambarkan fenomena munculnya gerakan sosial atau colective action berdasarkan variabel-variabel pada

pandangan Tarrow mengenai teori struktur kesempatan politik dalam konteks yang lebih makro (negara), adalah gerakan reformasi pada tahun 1998. gerakan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh sistem pemerintahan secara internal yang mulai rapuh, dimana banyak orang-orang dekat Soeharto yang mulai membangkang. Hal ini lah yang dimanfaatkan para aktivis yang sudah lama geram dengan pemerintahan Soeharto untuk menumbangkan pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Meskipun pendekatan dinamika protes kolektif menekankan saling keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya, struktur kesempatan politik memainkan peran penting mendorong terjadinya perubahan dari tahap pertumbuhan protes-protes kolektif menuju tahap perkembangan atau peningkatan protes-protes kolektif dalam sebuah siklus protes kolektif dan gerakan sosial seperti yang diutarakan oleh Tarrow (1998),

“itu adalah peluang politik dan kendala yang menterjemahkan mereka ke dalam tindakan. mereka menghasilkan gerakan sosial dengan mengembangkan kerangka tindakan kolektif dan identitas dan dengan membangun memobilisasi struktur sekitar jaringan sosial dan organisasi”

Menurut Tarrow (1998), terlepas dari peran penting struktur kesempatan

(6)

Sumber daya internal organisasi berupa materi maupun non materi yang terdapat dalam organisasi tersebut, misalnya sumber daya finansial, sumber daya ideologi, dan manusia, yakni anggota organisasi yang menjadi sumberdaya sekaligus unsur penting dalam menjalankan gerakan-gerakan protes kolektif.

2.2.2 Faktor Struktur Mobilisasi

Selain struktur kesempatan politik, faktor lain yang berperan penting

sebagai pendukung dalam protes-protes kolektif adalah faktor struktur mobilisasi dan strategi ataupun kerangka gerakan dalam mendukung protes-protes kolektif. Aspek struktur mobilisasi menurut penjelasan Tarrow (1998) adalah sebagai berikut:

"Gerakan kolektif informal serta formal, di mana orang memobilisasi dan terlibat dalam aksi kolektif. Fokus pada kelompok tingkat meso, organisasi, dan jaringan informal yang terdiri dari blok bangunan kolektif gerakan sosial dan revolusi "(Situmorang, 2013: 33).

Berdasarkan definisi di atas, aktor-aktor gerakan sosial tidak hanya mempergunakan organisasi gerakan sosial yang terstruktur, sumber daya pendanaan formal, memiliki jaringan sampai ke bawah dengan pola rekrutmen yang sistematis dan teratur tetapi juga organisasi informal seperti

jaringan pertemanan, lingkungan perumahan, etnis dan kekerabatan. Situmorang, (Kriesi, 1998: 152-154).

Dengan demikian, dalam rangka mengwujudkan keberhasilan gerakan kolektif para aktor-aktor intelektual yang bertugas merancang gerakan serta berupaya sekuat mungkin untuk mengakomodir mobilisasi dari berbagai jaringan, demi tercapainya tujuan dari gerakan kolektif yang di perjungankan.

(7)

telah dijelaskan di atas terdiri dari jaringan pertemanan, lingkungan perumahan, etnis dan kekerabatan.

2.2.3 Faktor Struktur Kerangka Gerakan

Pada tahap perkembangan protes kolektif, kerangka gerakan menjadi sangat inklusif. Kerangka yang inklusif disini merujuk kepada gagasan, isu atau ide disebarkan, dijelaskan, diperluas dan ditrasformasikan kepada organisasi dan jaringan informal yang memiliki potensi bergabung dalam

protes kolektif atau gerakan sosial. Situmorang, (Snow, dkk,1997: 152-154)

Konsep kerangka gerakan yang dimaksudkan sebagai salah satu indicator protes kolektif sesuai dengan apa yang didefinisikan Snow dkk (1997) adalah sebagai berikut:

"Untuk hubungan organisasi gerakan individu dan sosial (SMO) orientasi interpretatif, sehingga beberapa set kepentingan individu, nilai kegiatan keyakinan dan SMO, tujuan, dan ideologi adalah kongruen dan saling melengkapi"

Dengan demikian kata kerangka disini dipergunakan oleh para aktor dalam suatu gerakan sosial untuk menentukan dan memaknai peristiwa dan situasi yang relevan dengan sejumlah cara, sehingga potensi partisipan dan pendukung ikut terlibat di dalam protes, menggugah individu-individu yang hanya bersifat pasif menjadi aktif dan demobilisasi para aktor dan kelompok masyarakat yang sesunggunya baik secara pasif maupun aktif menentang protes dan gerakan sosial. Situmorang (McAdam dan Snow 2013:34).

(8)

pemahaman-pemahaman lama dengan cara menghasilkan makna dan pemahaman yang baru kepada potensi pengikut protes dan gerakan sosial. Situmorang( McAdam dan Snow 2013:35).

Kerangka gerakan merupakan aspek penting yang dipakai aktor-aktor gerakan sebagai instrumen utama dalam melakukan protes kolektif, kerangka gerakan ini lahir dari hasil interprestasi atau pembacaan secara mendalam

bagaimana dan seharusnya gerakan protes kolektif tersebut harus dilakukun sehingga mampu mengwujudkan tujuan dari gerakan tersebut, berangkat dari deskripsi Tarrow atas hal ini, muatan yang terdapat dalam kerangka gerakan juga dapat memobilisasi massa protes, dikarenakan kerangka gerakan diwujudkan pada komunikasi-komunikasi intensif dalam proses penggambaran makna dari gerakan tersebut yang tidak menutup kemungkinan terjadi proses rasionalisasi motivasi gerakan melalui pembaharuan-pembaharuan pemikiran yang secara output akhirnya adalah mencari dukungan dari kelompok lain yang sebelumnya masih berada pada wilayah apitisme dalam mendukung gerakan protes-protes kolektif tersebut.

2.2.4 Faktor Devrifasi Relatif

Dalam rangka menjelaskan kerangka gerakan protes-protes kolektif, diperlukan salah satu pendekatan yang komperhensif untuk mengambarkan secara mendasar bagaimana suatu gerakan protes kolektif tersebut bisa dilakukan oleh sekelompok orang. pertanyaan yang kemudian muncul pada aspek ini adalah bagaimana motivasi gerakan serta apa pertimbangan rasional suatu gerakan dilakukan.

Sehingga dalam menjawab kekurangan dari pandangan Tarrow yang tidak secara gambalang menjelaskan mengenai dua aspek penting yang sering

(9)

hal ini adalah mengacu pada Situmorang (Robert Gur,1997:369), yakni konsep devrifasi relative.

Konsep ini menjelaskan tentang mengapa sekelompok orang melakukan sutu protes kolektif (sosial movment). Konsep defrivasi relative merujuk pada para aktor melakukan protes kolektif sebagai “Respon ketidakpuasan terhadap ketidakadilan yang dirasakan atau diterima meskipun

ketidakpuasan sebagai salah satu bentuk devripasi relative bukan satu-satunya faktor orang melakukan protes. Ketidakpuasan ini seringkali berasal dari perubahan sosial yang terjadi di masyarakat yang menyebabkan ketimpangan dan ketidakseimbangan sosial. (Gurr di dalam Kladermans 1997: 369).

Ketimpangan yang terjadi dalam suatu kelompok yang berasal dari suatu kondisi tatanan sosial, ekonomi, maupun politik yang berimbas pada perubahan suatu tatanan sosial serta memberikan impact yang negative terhadap masyarakat yang telah lama berjalan pada tatanan-tatanan tersebut, disini menurut Gurr merupakan salah satu pemicu dalam gerakan sosial.

Joe Fowerker mengutip Mouffe mengatakan faktor keluhan berupa perampasan, kehilangan, kerugian dan kerusakan dalam bentuk baru yang dialami secara kolektif, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya gerakan sosial. (Situmorang, 2013: 38)

Berdasarkan pada premis-premis mendasar dari konsep Robert Gur terkait dengan konsep Devripasi relative, ketika konsep tersebut di turunkan dalam konteks penolakan Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga, maka dapat dilihat secara jelas ketika menggunakan pendekatan Devrivasi Relatif.

Terdapat suatu inteprestasi maupun suatu pertimbangan rasional yang

(10)

lebih banyak melakukan proses belanja di Indomart bila dibandingkan ke pasar tradisional, asumsi ini lahir atas kondisi keberhasilan Indomart dalam menarik konsumen di wilayah-wilayah lain di Kota Salatiga.

Berdasarkan studi kasus dinamika gerakan kolektif dan gerakan penolakan Indomart di Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. Teori dinamika protes kolektif dipakai berdasarkan beberapa pertimbangan, dimana

teori ini mampu menjadi pisau analisis yang memadai dalam menjelaskan bagaimana munculnya suatu gerakan, serta faktor mobilisasi dan pola-pola aktor dalam gerakan penolakan tersebut.

2.3 Indomart dan Sistem Kapitalisme

Manusia sebagai mahluk sosial dalam kenyataan kesehariannya tidak akan bisa lepas dari kebutuhan sosial ekonomi, dimana aktifitas sosial ekonomi merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain; sandang, pangan, tingkat pendapatan, mata pencaharian, dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan.

Berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan, maka keberadaan pasar merupakan wadah yang secara fungsional dapat menunjang sosial ekonomi masyarakat, dan mempunyai peran penting didalam masyarakat

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia pasar berarti tempat orang berjual beli, secara umum merupakan sarana atau tempat bertemunya antara penjual dan pembeli untuk melakukan proses transaksi jual beli barang maupun jasa. Berdasarkan pengertian tersebut dalam kehidupan sehari-hari

pasar dibagi berdasarkan pasar tradisional dan pasar moderen

Klasifikasi pertama yakni pasar tradisional adalah tempat orang barjual

(11)

jadikan masyarakat sebagai tempat untuk melakukan pertukaran barang dan jasa dengan menggunakan instrumen uang sebagai instrumen utama. Tradisional dalam konteks ini merupakan pemahaman berdasarkan landasan nilai dan norma yang telah menjadi konsensus bersama dan dipegang secara turun temurun atau konsep tradisional yang melekat pada status pasar tradisional di maknai berdasarkan sikap dan cara berfikir serta bertindak

yang selalu berpegang kepada norma dan adat kebiasaan.

Kalsifikasi kedua, yaitu pasar moderen adalah pasar yang tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Perbedaan antara dua konsep pasar tersebut berada pada sistem yang diterapkan, dimana pasar tradisional menerapkan konsep yang fleksibel dalam harga barang yang diperdagangkan, berbeda dengan sistem, dari pasar moderen yang menerapkan konsep penjualan yang paten, dimana harga sudah ditentukan melalui pelebelan pada produk. berangkat dari hal tersebut, di Kota Salatiga sendiri memiliki beberapa pasar moderen, yaitu Mal Taman Sari Ramayana, Departement Store, Mal Ada Baru City Walk, Roma Laris Swalayan, Matahari Department StoreSuper Indo Hypermart. Serta ada pula minimarket seperti Indomart, Alfamart, Bright, dan Smesco.

Sesuai dengan klasifikasi pasar yang telah dijelaskan di atas, di dalam masyarakat dikenal dengan dua jenis pasar, yakni pasar tradisional dan pasar moderen. Sesuai dengan ciri-cirinya pasar moderen sangat indentik dengan dengan sistem penjualan yang rapi dan sistematis selain itu beberapa point

(12)

Berdasarkan kualifikasi pasar moderen di atas, maka Indomart dan alfamart yang masuk dalam kategori pasar moderen berdasarkan indikator-idikator di atas, pada dewasa ini menjadi bagian pasar moderen yang paling pesat perkembangannya. Sesuai dengan data pertumbuhan Indomart di Indonesia, diketahui pada tahun 2011 jumlah garai Indomart di Indonesia sudah mencapai 4.110 gerai yang terdiri dari 2.374 berformat reguler dan

1.783 gerai berformat waralaba, dimana Indomart dengabn format waralaba merupakan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan

usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Berdirinya kedua minimarket (Indomart dan alfamart) yang sangat populer tersebut, terutama Indomart dalam kronologisnya Indomart berawal dariPT. Indomarco Prismatama (Indomart) adalah perusahaan swasta nasional pengelola jaringan minimarket Indomart dengan akta notaries No. 207 dan SIUP No.789/0902/PB/XII/88. Indomart merupakan salah satu jaringan minimarket di Indonesia yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Awal terbentuknya perusahaan ini dimulai dari sebuah toko Indomart yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari yang pertama kali dibuka pada tahun 1987.

PT. Indomarco Prismatama mulai memperkenalkan sistem kemitraan kepemilikan dan pengelolaan gerai dengan cara waralaba dan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia.

(http://Indomart.co.id/ sejarah-dan-visi/).

(13)

untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif (Milton H. Spencer;1990).Selajutnya pengertian sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem yang memberikan kebebasan yang cukup besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual atas sumberdaya-sumberdaya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Pada sistem ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki

sumberdaya, seperti kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam dalam mencari keuntungan.

Prinsif keadailan yang dianut oleh system ekonomi kapitalis adalah setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hal ini campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan sebagai “pengamat” dan “pelindung” dalam ekonomi (Subandi;2005) secara historis system tersebut lahir dari dari seorang Adam Smith, bukunya yang terbit pada tahun 1776 dengan judul An Inquiry the nature and Cause of the wealth of nation yang menghendaki setiap orang diberi kebebasan untuk bekerja dan berusaha dalam persaingan sempurna dengan meniadakan sama sekali intervensi pemerintah.

Indomart sebagai bagian dari pasar moderen, berdasarkan sistem yang di tawarkan dan cukup berhasil, menghasilkan implikasi positif yakni mampu menarik banyak konsumen. Konsekuensi dari fenomena tersebut, pasar tradisional ataupun sejenisnya mengalami penurunan konsumen. Hal dilatarbelakangi oleh beberapa hal, diantaranya pertimbangan rasional masyarakat, dimana menganggap pasar tradisional tidak senyaman dan sepraktis pasar-pasar moderen. selain itu menurut hasil penelitian Wiboonpongse dan Sriboonchitta dalam Dewi (2013) mengemukakan minat masyarakat berkurang untuk berbelanja di pasar tradisional disebabkan

kurang berkembangnya pasar tradisional dan juga dipengaruhi oleh minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional.

(14)

adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Berdaraskan poin-poin di atas maka dapat rangkum tiga faktor utama yang mendorong meresotnya pasar tradisional terhadap pasar moderen.ketiga faktor tersebut antara lain: (a)minimnya daya dukung pasar (kelengkapan fasilitas umum), (b) lemahnya manajemen pasar tradisional, dan (c) pertimbangan aspek kenyamanan pasar.

Dengan demikian berdasarkan system yang ditawarkan Indomart yang

cenderung efektif dan efisien serta di dukung oleh kekuatan finansial yang cukup, Indomart hadir sebagai konsep sistem ekonomi kapitalis, dimana terdapat kebebesan untuk bersaing dari segi kualitas dan kuantitas produk untuk mengembangkan system Indomart yang cenderung kapitalistik. Berangkat dari hal tersebut keberadaan pasar-pasar tradisional cenderung akang kalah bersaing dengan Indomart, dikarenakan alasan sederhana yakni kurangnya sumber daya finansial, alat dan lainya yang tidak sebanding dibandingkan dengan sumber daya yang di miliki Indomart.

2.4Kerangka Pikir Penelitian

Fenomena Pasar Moderen di Kota

Salatiga

Fenomena Indomart di Salatiga

Konflik Sosial

Gerakan Perlawanan Terhadap aktifitas

(15)

Kerangka berfikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejalah yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berfikir juga merupakan suatu argumentasi dalam merumuskan hipotesis (www. Inforahl.com). Berdasarkan pada gambaran kerangka pikir di atas maka secara umum alur konseptual dari penelitian ini adalah bagaimana melihat fenomena menjamurnya pasar modern di Kota Salatiga yaitu Indomart dan alfamart.

Selain itu melihat secara mendalam beberapa persoalan yang muncul di

Kota Salatiga berdasarkan fenomena Indomart dan alfamart tersebut, serta melihat gerakan penolakan atas di bangunnya Indomart di daerah Cengek, Kelurahan

Tingkir Lor Kota Salatiga. Berdasarkan gerakan penolakan tersebut melalui kerangka berfikir di atas penulis mencoba untuk melihat bagaimana upaya gerakan penolakan Indomart, peran aktor dalam gerakan penolakan serta, faktor-faaktor pendukung dalamgerakan penolakan, dimana penulis menggunakan teori gerakan sosial sebagai pisau analisisnya.

Faktor-Faktor Pendukung Gerakan Perlawanan Indomart di Cengek Kota Salatiga

Referensi

Dokumen terkait

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA MASA PRAAKSARA, HINDU-BUDHA, DAN ISLAM1. Di Susun oleh:

Berdasarkan wawancara dengan Fx Supriyadi dalam proses penegakan hukum pidana terhadap pelaku penyebaran gambar pornografi polwan polda Lampung melalui media

Maula Alimudin, “ Pengaruh Metode Pembelajaran SAVI Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung Pada Materi

Praktikum pengukuran daya suka ternak domba atau palatabilitas terhadap beberapa jenis pakan dapat diukur dengan menguji palatabilitas dari domba yang dilakukan untuk mengetahui

[r]

langsung dari sumbernya. Data primer pada penelitian ini yaitu nilai hasil belajara. matematika siswa kelas VIII A dan VIII B MTs Assyafi’iyah

adalah bagaimanakah penggunaan alat bantu pendeteksi kebohongan( lie detector ) dalam proses penyidikan dan apakah yang menjadi faktor penghambat penggunaan alat pendeteksi

Lebih lanjut Escobar mengemukakan bahwa masa depan post-development akan banyak dipengaruhi oleh terjadinya gerakan-gerakan sosial yang berkembang sebagai akibat