KONSEP DAN ISU PEMBANGUNAN
Prof. Dr. M. Baiquni, MAREVIEW
BEYOND THE SEARCH FOR A PARADIGM ? POST – DEVELOPMENT AND BEYOND
Arturo Escobar
Nama : Karel M. Amfotis NIM : 13/359861/PSP/4987 Program Studi : Magister Administrasi Publik
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
BEYOND THE SEARCH FOR A PARADIGM ?
POST – DEVELOPMENT AND BEYOND
Arturo Escobar
PENDAHULUAN
Kritik tajam yang dikemukakan oleh penulis mendapat tanggapan yang luas dari berbagai kalangan. Telah banyak karya yang ditulis sebagai penguatan atas kegelisahannya dengan yang terjadi pada berkembang di negara-negara berkembang. Arturo Escobar sendiri berasal dari Colombia, salah satu negara di Amerika Latin yang menjadi titik tolak awal lahirnya gerakan anti kapitalisme yang menganggap dominasi negara maju yang berlebihan dalam penguasaan sumber daya, kapital, teknologi, infrastruktur dll.
Pembangunan (developmentalism) dianggap sebagai siasat negara-negara maju untuk memuluskan jalan mereka
mendominasi perekonomian dunia pasca berakhirnya era kolonialis. Anti kapitalisme yang diserukan pada era perang dingin kemudian digantikan dengan aliran baru yaitu
developmentalism yang sesungguhnya cover baru dari kapitalisme modern.
Post-development sejatinya menawarkan solusi baru yakni dengan mendengarkan suara negara-negara pinggiran yang selama ini hanya dieksploitasi. Metode ini bukan untuk
menghentikan pembangunan yang telah terjadi sekarang melainkan merubah metode pembangunan yang agar tidak berlandaskan pertumbuhan tetapi pada keadilan merata dan berlandaskan pluralisme tatanan sosial budaya setempat. Perdebatan tentang konsep ini masih dipertentangkan oleh
penganut kapitalis namun yang pasti wujud nyata dari konsep ini adalah pembangunan berdasarkan kebutuhan, berkelanjutan dan
green growth.
DARI PEMBANGUNAN MENUJU GLOBALISASI
Berbicara tentang pembangunan tidak terlepas dari pengaruh sejarah dominasi eksploitasi terhadap manusia dan perkembangan industri yang terjadi di Eropa. Era kapitalisme yang terjadi di Eropa pada abad XVIII yang ditandai dengan pembangunan industri besar-besaran dan reformasi Gereja yang melahirkan protestant ethic merupakan kiblat awal lahirnya kapitalisme dunia. Masa penaklukan dunia oleh negara-negara di Eropa pada era kolonial semakin memperkokoh penguatan
antara sosialis dan kapitalis berusaha menarik simpati negara-negara dunia ketiga untuk bergabung dengan kubu tertentu.
Proses sejarah dominasi ini menurut Mansour Fakih (2001) dapat dibagi dalam 3 (tiga) periode formasi sosial. Fase pertama adalah periode kolonialisme yakni fase perkembangan
kapitalisme di Eropa yang mengharuskan ekspansi secara fisik untuk memastikan perolehan bahan baku mentah. Berakhirnya kolonialisme telah memasukkan dunia pada era neo kolonialisme, ketika modus dominasi dan penjajahan tidak lagi fisik dan secara langsung, melainkan melalui penjajahan teori dan ideologi. Fase kedua ini dikenal sebagai era pembangunan atau era
developmentalism. Pada fase ini secara fisik ditandai dengan kemerdekaan negara dunia ketiga, namun kontrol negara jajahan atau kolonial tetap dilakukan melalui teori dan proses perubahan sosial yang terjadi. Disinilah hegemoni ideologi pembangunan dan pengetahuan memainkan peranan penting dalam
meletakkan dasar pembangunan negara-negara berkembang. Fase ketiga terjadi menjelang abad duapuluh satu , ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui
structural adjustment program oleh lembaga finasial global, yaitu GATT dan perdagangan bebas atau lebih dikenal dengan World Trade Organization (WTO). Sejak saat itulah proses integrasi sistem ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia dimulai, sekat-sekat antara negara mulai dihilangkan dan secara
langsung dikuasai oleh lembaga-lembaga internasional.
Lantas apa yang menjadi masalah sehingga menggugah Escobar dkk melakukan kritik terhadap paham developmentalism
dan globalisasi terhadap negara dunia ketiga ? lantas apakah paham baru yang dibawakan benar menginspirasikan metode pembangunan yang diidamkan dan mengurangi dampak negatif dari pembangunan yang selama ini dikemukakan oleh Dudley Seers (1973) kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan kemudian dilengkapi oleh Prof. Baiquni yaitu masalah kemaksiatan yang merajalela dan kerusakan lingkungan ?
POST-DEVELOPMENT
SEBAGAI ALTERNATIF
Dalam khasanah akademik global, istilah post-development kemudian muncul sebagai antitesis dari
development. Gagasan ini muncul pada era tahun 1980an sampai dengan 1990an sebagai akibat hegemoni konsep dan praktek pembangunan negara barat dan utara terhadap negara dunia ketiga.
Sebagai sebuah rumusan yang utuh, post-development
gerakan ini sebagai keinginan terhadap alternatif lain diluar pembangunan, perhatian terhadap kebudayaan dan
pengetahuan lokal, sikap kritis terhadap wacana ilmiah yang ideal dan akhirnya pembelaan terhadap gerakan-gerakan akar rumput yang bersifat lokal dan pluralistik. Lebih lanjut Escobar mengemukakan bahwa masa depan post-development akan banyak dipengaruhi oleh terjadinya gerakan-gerakan sosial yang berkembang sebagai akibat kegagalan pembangunan yang terjadi bukan saja di negara-negara dunia ketiga tetapi sebagian terjadi di negara maju yaitu masalah kesenjangan yang tinggi.
Dalam tulisannya juga Escobar menjelaskan bahwa dari sudut pandang kritik wacana, krisis pembangunan selama ini diakibatkan oleh kemandulan pemikiran kritis terhadap kekuatan-kekuatan sosia lainnya di eropa yang berkembang dan
menyediakan dasar-dasar sosial maupun intelektual bagi beroperasinya wacana pembangunan. Kekuatan sosial ini diciptakan sebagai sebuah teknologi pengaturan sosial masyarakat dunia ketiga sehingga dominasi barat dapat dikokohkan melalui lembaga-lembaga internasional mereka dalam proyek-proyek pembangunan di dunia ketiga.
Beragam kritik ditujukan pada konsep ini lebih kepada landasan teoritik yakni bagaimana konsep ini dilakukan tanpa pernah menyentuh masalah-masalah yang lebih mendasar seperti apa sebenarnya hakikat pembangunan dan dasar
pertimbangan apakah yang membuat masyarakat dunia ketiga membutuhkan konsep ini juga landasan etik bagi negara-negara maju untuk ikut terlibat dalam pembangunan
masyarakat-masyarakat miskin dan terbelakang. Namun demikian banyaknya kritik tapi nyatanya belum satupun hadir sebuah alternatif lain diluar post-development yang bisa memberikan tandingan terhadap konsep ideal di masa depan.
Pertentangan tentang konsep post-development ini
kemudian melahirkan dua kelompok aliran besar yaitu kelompok pertama disebut Neo-Populis yang mendasarkan diri pada
subsistensi sebagai alternatif masa depan, kelompok skeptis mengatakan dengan sikap kritis dan pandangan konstruktivis yang dianutnya bahwa post-development bisa menolak konsep pembangunan tanpa mengingkari hal-hal positif yang
disumbangkan pembangunan, dan untuk mengupayakan cara untuk dapat hidup berdampingan dan sekaligus melampauinya atau dengan kata lain “to transfer the power of defining
problems and goals of a society from the hands of outside expert to the members of society itself”.
KESIMPULAN
Perdebatan yang panjang mengenai konsep
post-development terjadi bukan hanya pada tataran teoritik tetapi hal ini menyangkut proses perubahan tatanan sosial yang
berdinamika sehingga memunculkan cara pandang atau paradigma yang berbeda pula terhadap pembangunan yang ideal di masa depan dengan memperbaiki segala kekurangan tetapi juga mengikutsertakan semua elemen untuk berpartisipasi di dalamnya.
Akan sangat bijak jika kita tidak melupakan segala
pembangunan yang telah terjadi dengan konsep saat ini, social movement saya pikir akan membawa kita pada dinamika
perubahan konsep pembangunan yang adil merata dan mengurangi kerusakan lingkungan demi keberlangsungan generasi mendatang.
Referensi
Arif, Sirojuddin. 2013. Paska-Pembangunan & Pertanyaan tentang Alternatif. USA: Dipublikasikan oleh Lembaga Penelitian
SMERU.
Escobar, Arturo. 2000. Beyond the Search for a Paradigm? Post-Development and beyond. London: SAGE Publications.
Escobar, Arturo. 1995. Encountering Development: The Making and Unmaking of the Third World.