• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Void Dan Taman Interior Pada Kenyamanan Termal Di Dalam Ruang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Void Dan Taman Interior Pada Kenyamanan Termal Di Dalam Ruang"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS VOID DAN TAMAN INTERIOR PADA

KENYAMANAN TERMAL DI DALAM RUANG

LUQMANUL HAKIM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Efektifitas Void dan Taman Interior Pada Kenyaman Termal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Luqmanul Hakim

(4)

RINGKASAN

LUQMANUL HAKIM. Efektifitas Void dan Taman Interior Pada Kenyamanan Termal di Dalam Ruang . Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN and BAMBANG SULISTIYANTARA

Kenyamanan di sebuah tempat merupakan dambaan semua orang dalam melakukan segala macam aktivitasnya, sehingga semua faktor yang mendukung kenyamanan beraktifitas akan diusahakan untuk dipenuhi. Faktor-faktor tersebut antara lain ruang gerak yang cukup, fasilitas yang memadai, penerangan yang cukup, pengudaraan yang nyaman, keamanan, keindahan, harga diri dan lain sebagainya.

Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana kenyamanan itu bisa dicapai dengan cara menggabungkan faktor alam berupa tanaman dengan faktor lingkungan buatan yang berupa void (bukaan vertikal) di dalam desain rumah sederhana. Dengan dua faktor ini diharapkan mampu meningkatkan kenyamanan di dalam rumah sederhana, yaitu adanya perubahan pada factor-faktor kenyamanan termal yang berupa aliran dan kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara di dalam ruang. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen (percobaan), yaitu dengan membuat 2 (dua) ruang dengan luas yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda, yaitu ruang dengan void dan ruang tanpa void.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). keberadaan void dalam sebuah ruang sangat signifikan dalam meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruang. Pemberian void dalam ruang akan meningkatkan kecepatan aliran udara, 2) keberadaan tanaman sebagai unsur taman kurang signifikan dalam meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruang, 3) interaksi antara void dengan taman tidak memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruang.

Penelitian ini memberikan solusi desain void dan taman yang mampu memberikan faktor kenyamanan terutama pada pengudaraan di dalam ruang dengan meminimalkan penggunaan energi buatan seperti listrik dan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam.

(5)

SUMMARY

LUQMANUL HAKIM. Effectivity of Void and Indoor Garden for Thermal Comfort Within the Room. Supervised by ANDI GUNAWAN and BAMBANG SULISTIYANTARA

Comfort in a place is a dream shared by all people while doing all kinds of activities, consequently all the factors that promote comfort activity will be attempted to be met, such as sufficient space, adequate facilities, adequate lighting, comfortable aeration, safety, beauty, self-esteem and so forth.

The concern of this study is how comfort can be achieved by combining natural factors with environmental factors such as plant-made form void (vertical openings) in the design of a simple house. Combination of the two factors is expected to increase comfort in the simple house, that is a change in thermal comfort factors such as the flow of wind speed, air humidity and air temperature in the room. The study was conducted as utilizing experimental method (experimental), is that creating two (2) rooms of the same size but with different treatment, one room (a) with voids and one other room (b) without voids.

This study found that, 1). the existence of voids in a room are very significant in improving thermal comfort of the room, 2). the existence of plants as an element of the interior garden are less significant in improving thermal comfort of the room 3). the interaction between the void and garden does not make a significant contribution in improving the thermal comfort of the room. Provision of void in a room will increase the speed of air flow.

This study provides voids and garden design solutions that can provide the convenience factor, especially the aeration of space by minimizing the use of artificial energy such as electricity and maximize the use of natural resources.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

EFEKTIFITAS VOID dan TAMAN INTERIOR pada

KENYAMANAN TERMAL di DALAM RUANG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)

Judul Tesis : Efektifitas Void dan Taman Interior Pada Kenyamanan Termal di Dalam Ruang

Nama : Luqmanul Hakim NIM : A451120111

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Andi Gunawan, M.Agr Sc Ketua

Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap

Dr Ir Nizar Nasrullah, M.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Tiada kata yang pantas diucapkan selain puji syukur ke hadirat Allah

subhanahu wa ta’ala yang telah memberi kekuatan dan rahmatnya sehingga tesis ini dapat saya selesaikan. Tesis ini berjudul Efektifitas Void dan Taman Interior Pada Kenyamanan Termal, merupakan respon saya sebagai penulis terhadap manfaat tanaman terhadap lingkungan dan permasalahan mendasar yang kerap kali muncul di kompleks perumahan sederhana di Indonesia dengan iklim tropisnya, khususunya ketika tiap unit hunian tersebut dikembangkan. Hal inilah yang mendorong penulis untuk dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dalam membuat kebijakan, dan pihak-pihak terkait untuk memanfaatkan hasil penelitian ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.Sc. dan Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. sebagai pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penyusunan tesis ini. Selanjutnya, kepada Istriku dan anakku tercinta, rekan-rekan Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Bogor, September 2016

(11)

DAFTAR ISI

MRT (Mean Radient Temperature) 10

Presipitasi Hujan 11

Interaksi Void dengan Taman di Dalam Ruang 43

(12)

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

(13)

DAFTAR TABEL

1 Kecepatan Udara dan Kenyamanan Termal 9

2 Kemampuan material terhadap panas 11

3 Standart kenyamanan Bedford 12

4 Kenyamanan termal di indonesia 12

5 Tanaman sebagai penigkat kualitas udara 23

6 Tingkat refleksi panas pada material bangunan 24

7 Data termal hasil percobaan tanpa taman 40

8 Data termal hasil percobaan dengan taman 40

9 Hasil uji ANOVA 45

10 Hasil uji DMRT 46

11 Rekapitulasi data kenyamanan (S) ruang responden 47

12 Uji Kruskal Wallis 48

5 Efek bernoulli padatabung ventury 15

6 Efek kemiringan atap terhadap tekanan udara dan kecepatan angin 16

7 Efek Bernoulli pada sayap pesawat terbang 16

8 Efek bernoulli pada bentuk bangunan 16

9 Efek Bernoulli pada bangunan dengan lubang udara di atap 17

10 Efek cerobong asap akan membuang udara panas 17

11 Hubungan tekanan udara dengan ketinggian 17

12 Void tangga rumah 2 lantai dan cerobong matahari 18

13 Perencanaan sudut bayangan pada vegetasi 19

14 Arah aliran udara di perbukitan karena pengaruh radiasi sinar matahari 20 15 Efek pertukaran udara dari lereng dan lembah terhadap aliran angin di

sepanjang lembah 20

16 Desain bukaan yang baik(kiri) dan yang buruk(kanan) 21

17 Desain bukaan yang kurang optimal 21

18 Rasio lebar bukaan dan kedalaman ruang 22

19 Overhang dengan celah dekat bukaan 22

20 Overhang solid yang jauh diatas bukaan ventilasi 22

21 Infiltrasi hilangnya panas oleh pohon 23

22 Lokasi kasus perumahan 26

23 Lokasi rumah blok 1/27 26

24 Gambar denah dan tampak depan rumah asal 27

25 Gambar denah dan tampak depan rumah 1(satu) 28

26 Desain denah renovasi oleh Arsitek 30

27 Gambar potongan renovasi 31

(14)

29 Lokasi penelitian 32

30 Denah lokasi ruang percobaan A & B 32

31 Anemometer KW06-564 Krisbow, termometer Omron dan 4in1

Environment meter Krisbow KW0600291 33

32 Tahapan penelitian 34

33 Rumah kopel yang menjadi deret 34

34 Bukaan pintu ruang percobaan 35

35 Lubang void dan posisi ketinggian sensor anemometer 35 36 Posisi void pada ruang percobaan A di lantai 3 36

37 Denah ruang percobaan V0T0 37

38 Denah ruang percobaan V0T1 37

39 Denah ruang percobaan V1T0 37

40 Denah ruang percobaan V1T1 38

41 Perbedaan kecepatan angin pada ruang V0 dengan V1 41

42 Ilustrasi arah aliran angin horizontal 42

43 Ilustrasi arah aliran angin vertikal 42

44 Perbedan suhu atap dan ruang percobaan 43

45 Hasil uji lanjut Kolgomorov Smirnov 48

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kenyamanan di dalam ruang atau interior sering diartikan dengan gambaran berupa fasilitas dan kualitas furniture yang ada di dalamnya, termasuk anggapan bahwa pengondisian udara buatan atau air conditioning (AC) menjadi kebutuhan dan lambang bagi sebuah rumah yang nyaman. Hal ini merupakan pemborosan energi listrik dan membebani lingkungan. Pemahaman seperti ini bisa dibuktikan dengan banyaknya penggunaan AC pada rumah-rumah menengah sampai dengan yang mewah di kota-kota besar di Indonesia.

Di dalam perencanaan bangunan, khususnya hunian (rumah) memaksimalkan fungsi, unsur-unsur pembentuk ruang dan unsur alam untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan ruang, adalah hal yang paling utama. Sehingga perencanaan kenyamanan dalam ruang (interior) ini akan erat hubungannya dengan rumah sederhana, karena biasanya rumah sederhana mempunyai lahan yang terbatas, terutama ketika harus dikembangkan secara vertikal atau bertingkat untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan ruang.

Kenyamanan sebuah ruang harus dikaitkan dengan cara memaksimalkan kualitas ruang seperti bukaan untuk pemandangan, pencahayaan pada penutup dinding. Bukaan-bukaan pada penutup ruang seperti jendela merupakan faktor utama dalam menentukan kwalitas suatu ruangan (Ching 2000). Bukaan pada lantai bagian atas yang didesain sebagai bagian dari ruang yang ada dibawahnya atau

open to below (void) untuk mendapatkan pencahayaan dan view dari atasdan sebaliknya, merupakan wujud-wujud positif yang membentuk keberadaan ruang di bawah bukaan-bukaannya (Ching 2000). Hal ini merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kualitas ruang secara alami.

Selain itu, kenyamanan ruang dalam juga dipengaruhi oleh iklim mikro atau iklim sekitar bangunan yang disebut dengan kenyamanan termal yaitu, kondisi pemikiran yang mengekspresikan kepuasan atas lingkungan termalnya (Lechner 2007).Pemahaman tentang lingkungan hidup dan cara memanfaatkan sumber daya alami yang tak terbatas seperti angin, curah hujan dan cahaya matahari dengan optimal merupakan paradigma masa depan yang harus kita utamakan dalam mencapai kenyaman termal yang tentunya sangat mempengaruhi kenyamanan dalam ruang. Elemen-elemen iklim yang mempengaruhi tingkat kenyamanan didalam sebuah ruangan tertutup atau bangunan (Lippsmeier 1997), antara lain : temperatur udara, kelembaban udara, radiasi matahari, kecepatan gerakan udara, tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya pada dinding pandangan.

(16)

2

Pengetahuan tentang arsitektur ekologis, terutama yang berkaitan dengan desain arsitektur rumah tinggal sederhana, sangat membutuhkan perhatian yang lebih. Bertemunya dua kepentingan yang sama-sama mendasar yaitu kebutuhan ruang dan kenyamanan termal sangat berkaitan erat dengan kenyamanan penghuni rumah tinggal tersebut.Kenyamanan rumah tinggal sederhana dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tata ruang dalam, elemen vegetasi, elemen environment, pengetahuan tentang teknologi bahan bangunan ramah lingkungan, kebersihan, keamanan, ketersediaan dan elemen bukaan ventilasi udara.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini mencakup hal-hal yang dituliskan di bawah ini:

1. Pengaruh void terhadap kenyaman termal.

2. Pengaruh taman interior terhadap kenyamanan termal.

3. Pengaruh interaksi taman interior dan void dalam meningkatkan kenyamanan termal di dalam rumah sederhana.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mencari korelasi antara iklim mikro dengan kenyamanan termal di dalam ruang. Sementara tujuan khusus penelitian ini adalah:

1) Menguji efektivitas bukaan vertikal atau void dan keberadaan taman interior terhadap kenyamanan termal di dalam ruang.

2) Menguji efektivitas interaksi antara bukaan vertikal atau void dengan taman interior pada kenyamanan termal di dalam ruang.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan mampu menjadi solusi terhadap beberapa permasalahan hunian sederhana di Indonesia, yang diantaranya adalah:

1) Mengapresiasi fungsi taman interior dan bukaan vertikal atau void sebagai faktor pengendali kenyamanan termal alami yang harus dimanfaatkan secara maksimal selain dari fungsi keindahannya.

2) Memberi alternatif pilihan yang baik bagi masyarakat penghuni rumah sederhana dalam merenovasi atau mengembangkan bangunan hunian sederhananya secara horisontal atau vertikal agar tetap nyaman.

(17)

3 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini, pembahasan dibatasi pada pengaruh yang dirasakan dengan adanya void dan taman di dalam ruang terhadap kenyamanan termal seperti suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban, dengan menggunakan metode eksperimental atau percobaan. Di dalam penelitian ini juga akan dilihat efektivitas interaksi antara void dan taman interior terhadap kenyamanan termal. Sedangkan faktor taman yang akan diteliti adalah fungsi utama tanaman secara umum tanpa melihat jenis, tata letak atau desainnya dan juga tidak termasuk fungsi unsur taman yang lain, seperti batuan dan air.

Kerangka Pikir

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang mendasar dalam sebuah hunian sederhana dalam penelitian sebelumya yang memerlukan penelitian lanjutan, yang berkembang karena hubungan fisik buatan dengan alam. Banyaknya manfaat tanaman terhadap lingkungan dan khusunya adalah dampaknya yang positif terhadap perbaikan iklim (ameliorasi iklim).

Kualitas lingkungan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia terutama pada lingkungan buatan manusia seperti kawasan perumahan yang seharusnya bersinergi dengan alam. Sehingga dihasilkan sebuah kerangka berfikir penelitian ini yang bisa dijelaskan dengan diagram pada (Gambar 1).

Hal ini menjadi sangat menarik dan menjadi sebuah tantangan dan tentu akan menjadi pertanyaan besar, apakah kualitas lingkungan buatan manusia tersebut sama dengan kualitas lingkungan yang disediakan oleh alam ? Selain itu, hal tersebut selalu berbenturan dengan permasalahan bertambahnya kebutuhan ruang buatan manusia yang berupa rumah atau tempat tinggal yang disebabkan karena bertambahnya jumlah populasi manusia.

(18)

4

Bertambahnya jumlah penghuni dan macam aktifitas di dalam sebuah unit rumah tinggal juga merupakan pemicu permasalahan ini, sehingga pengembangan unit rumah secara horizontal tentu harus dilakukan, tetapi sangat terbatas. Pengembangan vertikal rumah sederhana menjadi pilihan yang pada kenyataannya akan mempengaruhi koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB).

Disinilah korelasi antara beberapa permasalahan itu bermuara. Selanjutnya, pengembangan rumah harus memperhatikan kaidah perencanaan tentang kualitas ruang yang sangat mempengaruhi kenyamanan ruang, terutama dari pengaruh iklim mikro. Faktor kualitas ruang yang mempengaruhi kenyamanan dari segi fisik akan diwakili oleh keberadaan void dan tanaman, sedangkan faktor yang lain adalah iklim mikro yang berupa suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin. Data fisik dan iklim mikro ini akan diuji dengan percobaan yang mengkombinasikan faktor fisik (void) dan tanaman pada taman interior dengan iklim mikro, yang nantinya akan dilihat korelasi antara faktor-faktor tersebut terhadap kenyamanan termal.

Hipotesis

Dari kajian teori yang sudah dilakukan dan kajian pada hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya serta kerangka berfikir, maka hipotesis dalam penelitian ini bahwa keberadaan void dan taman di dalam ruang yang berada di bawah void dapat meningkatkan kenyamanan termal di dalam ruang.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Rumah Sederhana

Kata Rumah Sederhana terdiri dari dua suku kata yaitu Rumah dan sederhana. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang menjadi cermin kemajuan peradaban manusia. Dalam buku Berarsitektur karya Purnama Salura, kebutuhan rumah berawal dari kebutuhan manusia akan perlindungan atas ancaman yang timbul disekitarnya, seperti binatang buas dan iklim yang berubah-ubah. Kebutuhan ini mulai dipenuhi dengan menempati goa atau lobang-lobang di batu-batu besar, kemudian berkembang menjadi sebuah tempat naungan yang merupakan konsep awal Rumah yang disebut (Shelter).

Konsep yang tadinya hanya tempat bernaung saja, berkembang sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia seperti berlindung dari binatang buas, berkembang biak, beristirahat dan pembinaan anggota keluarga, sekarang rumah mempunyai fungsi dan arti yang lebih luas yaitu sebagai tempat atau wadah bermacam aktifitas sebuah keluarga.

(19)

5 Yang dimaksudkan dengan sederhana ialah yang dapat dibeli atau dimiliki oleh golongan tingkatan masyarakat terbanyak. Perumahan sederhana disini berarti bagaimana kita dengan kemampuan yang terbatas bisa mendapatkan rumah yang paling optimal dalam perencanaan, organisasi, denah (layout), konstruksi, bahan bangunan dan sebagainya. (Frick 1991).

Pengkondisian Udara

Pengkondisian udara dalam sebuah rumah tinggal adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenyamanan penghuni didalamnya. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah pengudaraan alami yang dihasilkan oleh ventilasi silang (Cross Ventilation).Ventilasi udara adalah lubang atau bukaan pada sebuah ruang yang didesain untuk keluar masuknya atau pertukaran udara didalam dan diluar ruang. Silang mempunyai pengertian pergerakan dengan lintasan dari satu sisi ke sisi yang lain. Cross Ventilation mempunyai pengertian pergerakan udara di sebuah ruang yang diakibatkan oleh angin atau oleh perbedaan suhu pada sisi ruang yang terkena sinar matahari dan sisi ruang yang tidak terkena sinar matahari melalui lobang atau bukaan pada kedua sisinya (Frick 1991).

Udara adalah lapisan-lapisan gas ( Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), Ozon (O3), Hidrogen (H), Carbon Dioksida (CO2), Carbon Mono Oksida (CO) dan masih banyak lagi gas yang lain dan mempunyai fungsi beragam.) yang menyelimuti bumi yang mencapai ketinggian sampai 100 Km diatas bumi. Lapisan gas ini berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi Sinar Matahari yang berbahaya secara Makro, (Mangunwijaya 1980)

Kenyamanan Termal (comfort)

Kenyamanan (comfort), dalam hal ini adalah kenyamanan didalam ruang sebuah bangunan, adalah hal yang ingin dicapai arsitek dalam sebuah perencanaan dan perancangan. Kenyamanan termal adalah kondisi pemikiran yang mengekspresikan kepuasan atas lingkungan termalnya (Lechner 2007).

Prinsip Dasar

Untuk memahami hubungan antara bangunan Rumah dengan sistim pengudaraannya, maka dibutuhkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar yang berhubungan dengan suhu, yang diantaranya berhubungan dengan Kalor (panas), sifat suatu zat terhadap panas, penghantar atau penahan panas, sumber panas, aliran angin dan unsur-unsur yang mempengaruhi kenyamanan manusia didalam bangunan.

Sejalan dengan itu, Snyder dan Cathanese (1984) mengatakan bahwa seorang Arsitek menghadapi seperangkat faktor alam yang berubah-ubah yaitu suhu, radiasi matahari, gerakan udara, kelembaban dan pengendapan yang menuntut tanggapan atau respon rancangan yang luwes untuk desain yang optimum.Menurut Lechner, prinsip-prinsip dasar itu adalah:

(20)

6

menghasilkan panas bisa didapat sepanjang tahun. Dalam hal ini, panas dapat dibedakan mejadi tiga golongan:

a. Panas yang dapat dirasakan atau terukur (sensible heat), bisa diukur dengan termometer,

b. Panas terpendam (latent heat), perubahan wujud atau perubahan fase sebuah materi,

c. Panas terpancar (radiant heat), sebuah bentuk radiasi magnet listrik. 2. Sensible Heat. Pergerakan beberapa molekul secara acak merupakan sebuah

bentuk energi yang disebut (sensible heat) panas yang dapat diukur. Molekul udara yang panas lebih jarang dari udara yang lebih dingin, tetapi pergerakannya lebih cepat. Jika molekul udara yang panas bersentuhan dengan molekul yang lebih dingin, maka panasnya akan berpindah sebagian ke molekul yang lebih dingin, perpindahan panas ini dinamakan konduksi. (Lechner 2007). 3. Latent Heat. Panas terpendam (latent-heat) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk mengubah wujud sebuah materi (perubahan fase; es menjadi air, air menjadi uap), dan perubahan ini tidak dapat diukur dengan termometer. 4. Konveksi. Disaat gas atau cairan mendapatkan panas melalui konduksi, cairan

tersebut akan mengembang dan menjadi tidak begitu padat. Setelah itu, ia akan naik dan mengambang di atas cairan yang lebih padat dan yang lebih dingin (Gambar 2). Hasil arus pemindahan panas dengan mekanisme ini dinamakan konveksi alami.Mekanisme pemindahan panas ini sangat bergantung pada gravitasi sehingga panas tidak pernah berkonveksi menurun. Karena kita hidup dengan lautan udara, konveksi alami merupakan mekanisme pemindahan panas yang sangat penting.

Arus konveksi alami cenderung membuat lapisan dengan suhu berbeda. Di dalam ruangan, udara panas berkumpul dekat daerah plafond, sedangkan udara dingin berkumpul dekat daerah lantai.

Pembentukan pelapisan udara seperti ini dapat menjadi sebuah nilai lebih yang

harus dimanfaatkan untuk menghasilkan suhu udara dalam ruang yang diinginkan.

5. Pengantar Pengangkut Energi. Pada pemanasan dan pendinginan berbagai bangunan, salah satu keputusan dalam perancangan yang penting adalah pemilihan pengantar pengangkut energi. Alternatif materi yang paling sering terpilih adalah udara dan air. Oleh karena itu, memahami kapasitas relatif panas yang dipertahankan (heat-holding) oleh kedua materi tersebut akan sangat

(21)

7 penting. Karena udara memiliki berat jenis jauh lebih rendah dan spesifik panas dibanding air, sebagian besar kedua kemampuan tersebut diperlukan untuk menyimpan dan mengangkut panas. Untuk melakukan penyimpanan dan pengangkutan panas dengan jumlah yang sama diperlukan volume udara sekitar 3.000 kali lebih besar daripada volume air.

6. Radiasi. Bentuk ketiga dari panas adalah radiant heat. Itu merupakan bagian spektrum magnit-elektro (electromagnetic) yang disebut infra merah. Semua bahan yang menghadap sebuah ruang udara atau ruang vakum akan mengeluarkan dan menyerap energi radiasi secara terus-menerus. Bahan yang sudah panas akan menghilangkan panas dengan radiasi karena mereka mengeluarkan energi lebih banyak dibanding dengan yang diserap.

Benda yang bersuhu ruang memancar pada bagian infra merah dari spektrum magnit-elektro, sedangkan untuk benda yang sudah cukup panas akan bersinar mengeluarkan panas pada bagian spektrum terlihat. Dengan demikian, panjang gelombang atau frekuensi dari radiasi yang dikeluarkan merupakan fungsi benda tersebut seperti elemen lampu pijar (wolframe).

Radiasi tidak terpengaruh oleh gravitasi, maka sebuah bahan tidak akan mengeluarkan panas ke bawah sebesar bahan tersebut mengeluarkannya ke atas. Walaupun demikian, radiasinya terpengaruh oleh sifat dasar materi karena ia berinteraksi terutama pada permukaan materi tersebut.

Ada empat interaksi berbeda yang mungkin terjadi antara energi dan material. Tipe interaksi tergantung tidak hanya pada sifat dasar materi tersebut, tetapi juga pada panjang gelombang dari radiasi, adalah sebagai berikut:

a. Pemancaran (transmittance): situasi di mana radiasi melewati materi

b. Penyerapan (absorptance) : situasi di mana radiasi diubah menjadi sebuah panas yang terukur (sensible heat) pada material.

c. Pemantulan (reflectance): situasi di mana radiasi dipantulkan permukaan. d. Pemancaran (emittance): yaitu radiasi dilepaskan oleh permukaan benda

sehingga mengurangi isi panas benda yang sensibel dari benda.

7. Pendinginan Dengan Penguapan. Saat keringat menguap dari kulit, dibutuhkan panas yang cukup tinggi. Panas penguapan ini diambil dari kulit, yang kemudian akan didinginkan di pertengahan proses. Sensible heat dalam kulit ini diubah menjadi latent heat pada uap air.

Saat air menguap, udara yang berada di sebelah kulit menjadi lembab dan akhirnya terlarut. Uap air yang ada pada udara berikutnya akan memberhentikan proses penguapan. Dengan demikian, untuk membuat pendinginan dengan penguapan menjadi efisien, akan diperlukan sebuah pergerakan udara untuk menggerakkan udara lembab atau udara yang sangat kering

(22)

8

dingin yang berperilaku sebagai panas tenggelam. Air tersebut menjadi lebih hangat, sedangkan ruangan menjadi lebih dingin.

Sering kali struktur masif sebuah bangunan berlaku sebagai panas tenggelam. Banyak bangunan masif yang terasa nyaman dan dingin walau di musim panas. 10.Kapasitas Panas. Jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu sebuah material sebesar 1 °F dinamakan kapasitas panas material. Kapasitas panas untuk setiap material berbeda, namun secara keseluruhan material yang lebih berat memiliki kapasitas panas lebih tinggi.

1 kaki kubik air menyimpan jumlah panas yang sama dengan 3 kaki kubik beton, kapasitas panas volumetrik beton adalah sepertiga dari air. Air merupakan zat yang luar biasa dengan kapasitas panas tertinggi walaupun mempunyai berat yang sedang. Dalam arsitektur, kita sering kali lebih tertarik pada kapasitas panas setiap volume dibanding kapasitas setiap pound yang lebih dikenal sebagai panas tertentu.

11.Daya Tahan Termal. Perlawanan oleh material dan ruang udara terhadap aliran panas dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi, dinamakan daya tahan

12.Koefisien Aliran Panas. Sebagian besar tulisan ilmiah menggambarkan karakteristik termal sistem dinding atau atap dengan koefisien aliran panas "U". Perlawanan oleh material dan ruang udara terhadap aliran panas dengan cara

konduksi, konveksi, dan radiasi dinamakan daya tahan termal. Dengan mengetahui daya tahan sebuah material, kita dapat memprediksi berapa jumlah panas yang masuk ke dalam ruang melalui material yang digunakan.

Pendekatan Perancangan

Dalam desain bangunan rumah tinggal dengan sistim pengudaraan alami, pemenuhan standart kenyamanan yang optimal bagi penghuninya sangat penting. Untuk kebutuhan tersebut maka perlu dilihat beberapa faktor yang mempengaruhi terpenuhinya kenyamananitu sendiri, antara lain:

Kenyamanan Termal (Comfort)

Dipaparkan oleh(Lechner 2007), bahwa kenyamanan termal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor iklim, yang diantaranya adalah:

a. Pergerakan (kecepatan) udara b. Suhu Udara

(23)

9 d. Radiasi (Departemen Pekerjaan Umum, 1994). Tetapi (Lechner 2007) dalam poin ini menyebutnya dengan MRT (Mean Radient Temperature). MRT adalah sudut radiasi yang diterima oleh badan manusia.

e. Prepitasi hujan atau curah salju, merupakan elemen kenyamanan Termal menurut; (Snyder dan Catanese 1984).

Kecepatan Aliran Udara

Kecepatan aliran udara mempengaruhi kenyamanan, karena hilangnya panas akan lebih cepat dengan cara konveksi maupun penguapan. Kecepatan aliran udara ini sangat menguntungkan dan merupakan aset yang harus dimanfaatkan untuk daerah-daerah Tropis seperti di Indonesia.

Kecepatan angin yang nyaman berkisar antara ±0,6 mph - ±2 mph, dengan kisaran ini pergerakan udara sedikit terlihat. Sedangkan kecepatan angin diatas ±2 mph biasanya kurang nyaman dan mengganggu, seperti kertas didalam ruang terbang tertiup angin kemana-mana (Lechner 2007) (lihat Tabel 1).

Pola Pergerakan Udara, terjadi karena adanya pemanasan udara yang berbeda – beda. Sifat aliran udara, semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan udara yang tertinggal didasar dan menghasilkan perubahan pada arah serta kecepatannya. Dengan demikian bentuk topografi yang berbukit, vegetasi dan tentunya bangunan dapat menghambat atau membelokkan gerakan udara. Gerakan udara dapat mempengaruhi kondisi iklim, gerakan udara menimbulkan pelepasan panas dari permukaan kulit oleh proses penguapan. Semakin cepat kecepatan udara, semakin besar panas yang hilang, sedangkan kecepatan aliran udara ditentukan oleh besarnya perbedaan suhu antar elemen permukaan bumi. Seperti antara laut dan darat atau daerah teduh bayangan dan panas.

Tetapi ini hanya terjadi selama temperatur udara lebih rendah dari temperatur kulit. Pendinginan melalui pengudaraan hanya dapat dilakukan bila temperatur udara lebih rendah daripada temperatur kulit (35C - 36C). Metode pengudaraan untuk memperbaiki iklim ruangan hanya dapat dilakukan di daerah tropis lembab, karena di daerah ini temperatur udara tidak pernah melebihi temperatur kulit.

Pengaliran udara alami sebaiknya dioptimalkan pada ruangan yang sering digunakan dalam jangka waktu yang lama dan dialirkan pada ketinggian ruang

Tabel 1 Kecepatan Udara dan Kenyamanan Termal

Pengurangan

Sangat terlihat, tetapi dapat diterima di area tertentu

dengan aktivitas tinggi jika udara hangat 200 2,3 6 Batas atas untuk ruang dengan udara yang

sudah dikondisikan

(24)

10

aktifias. Angin harus berhembus melalui daerah yang berada dalam bayangan sebelum mencapai bangunan, jangan melalui permukaan yang panas.

Pengudaraan ruangan yang baik, angin mengalir dalam ruangan secara kontinyu akan mempersejuk iklim ruangan tersebut. Ventilasi silang (Cross Ventilation) merupakan faktor yang sangat penting bagi kenyamanan ruangan, karena itu untuk daerah tropis basah, posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin sangat baik. Jenis, posisi dan ukuran lubang jendela pada sisi atas dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang.

Suhu Udara

Suhu Udara menentukan kecepatan panas yang akan hilang yang sebagian besar dengan cara konveksi (pengembunan). Suhu udara yang melebihi 98,6o F atau 37o C aliran udara akan berbalik dan badan akan mendapatkan panas dari Udara.

Suhu udara di permukaan bumi berbeda-beda dan semuanya berawal dari radiasi Matahari terutama di siang hari. Semakin besar perbedaan suhu, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap Iklim Mikro. Perbedaan suhu udara di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor;

1) Kapasitas panas zat yang berbeda, air adalah suatu zat yang mempunyai kapasitas panas yang besar. Sebagai contoh, 1 Ft3 air mempunyai kapasitas panas yang sama dengan 3 Ft3 beton atau 1 Ft3 air mempunyai kapasitas panas ( mampu menyimpan atau memindahkan panas ) sama dengan 3000 Ft3 Udara. (Lechner, 2007).

2) Perbedaan ketinggian kontur permukaan bumi, semakin curam atau tinggi perbedaan permukaan bumi, maka semakin besar pula perbedaan suhunya. Setiap daratan naik vertikal 303 m, maka suhu turun rata-rata sebanyak 3,6 oF / -15 oC. (Lechner, 2007).

3) Daerah bayangan Matahari, daerah yang tidak terkena radiasi matahari karena terhalang oleh awan, bayangan gunung, bangunan tinggi dan pohon tentu saja suhunya akan lebih rendah.

4) Permukaan material, juga mempengaruhi suhu udara Kelembaban Udara

Udara yang kering atau yang mempunyai Kelembaban Relatif (Relatif Humidity/RH) rendah, akan cepat menyerap penguapan air keringat dari kulit dan akhirnya mempunyai efek menyejukkan badan.

Kelembaban yang terendah sebaiknya diatas 20%, dibawah 60% pada musim panas dan dibawah 80% pada musim dingin. Angka-angka ini bukan ketetapan yang pasti, tetapi akan menimbulkan keluhan pada saluran pernafasan, mulut, mata dan kulit kering. Sedangkan kelembaban terlalu tinggi, akan memperlambat proses penguapan dan mendukung pembentukan uap air (keringat) yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Selain itu kelembaban yang terlalu tinggi akan merangsang tumbuhnya jamur.

MRT (Mean Radient Temperature)

(25)

11 Radiasi matahari, adalah penyebab semua ciri umum iklim dan radiasi matahari sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Intensitas cahaya matahari dan pantulan cahaya matahari yang kuat merupakan gejala dari iklim tropis. Energi radiasi matahari tertinggi akan terjadi jika sampai di permukaan bumi tegak lurus. Orientasi bangunan, bentuk denah yang terlindung dari sinar matahari langsung dan memiliki fasade yang tegak lurus terhadap arah pergerakan angin adalah titik utama dalam peningkatan mutu iklim mikro, (Lippsmeier 1997).

Dengan menempatkan bangunan secara tepat terhadap arah matahari dan angin, serta bentuk denah dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Panas tertinggi dicapai kira – kira 2 jam setelah tengah hari, karena itu pertambahan panas terbesar terdapat pada fasade barat bangunan. Di daerah tropis, fasade timur dan barat paling banyak terkena radiasi matahari.

Kaitannya dengan radiasi matahari, penyerapan dan pemantulan panas pada bahan sebuah bangunan mempunyai efek terhadap perbedaan temperatur ruang dalam. Ruangan yang hanya dipakai pada siang hari sebisa mungkin mempertahankan dingin yang diserap pada malam hari oleh dinding dan atap. Bahan–bahan yang padat dan berat menyerap dengan baik dan menyimpannya cukup lama. Penghambat udara yang sangat baik adalah adanya aliran udara dingin diantara permukaannya. Faktor pemantulan dan penyerapan bahan bangunan (lihat

Tabel 2).

Presipitasi Hujan

Kadar kelembaban udara juga tergantung pada curah hujan dan suhu udara, semakin tinggi suhu udara semakin tinggi pula kemampuan menyerap air. Pulau Jawa pada prinsipnya dibagi dua iklim musim. Bagian barat memiliki iklim musim lembab yang menerima hujan antara 1.770 mm / tahun (Jakarta) – 3.749 mm/tahun (Bogor). Bagian timur memiliki klim sabana tropis dengan curah hujan antara 1.650 mm / tahun (Surabaya) – 1.896 mm/tahun (Jember). Banyaknya air hujan yang mengenai atap rata – rata adalah 0,6 – 1,6 mm/m2.

Tabel 2 Kemampuan material terhadap panas

(26)

12

Kenyamanan Bedford

Berdasarkan 5 (lima) elemen kenyamanan diatas, Bedford dengan percobaanya menghasilkan satu formula atau rumus Kenyamanan Termal yang didasarkan pada unsur-unsur :

1. Suhu udara / pancaran sinar 2. Kelembaban udara

3. Pergerakan udara dan 4. Sebuah angka Konstan

Adapun formulanya adalah sebagai berikut :

� = � + , 5 � + + , � − , , − � √� Dengan � = angka kenyamanan

� = suhu udara dalam Celcius = suhu pancaran sinar � = kelembaban absolut (g/kg)

� = kecepatan angin (m/sek), pengukuran 0,50 m diatas lantai � = angka konstan ; 10,6 untuk musim panas, kemudian

Bedford membagi skala kenyamanan termal seperti pada tabel (Tabel 3).

Sebagai perbandingan pada (Tabel 4) adalah tabel Kenyamanan untuk Indonesia yang diambil dari The Bulletin Of the National Institute of Sciences of India no. 6, 1955.

Tabel 3 Standart kenyamanan Bedford

S Ukuran Perasaan

(27)

13 Dengan sebuah bagan seperti dijelaskan pada Gambar 3, pemahaman tentang kenyamanan termal dapat digambarkan sebagai berikut :

Penyerapan panas di linngkungan iklim mikro: 1. Metabolisme tubuh: Makanan penghasil energy panas 2. Konduksi: sentuhan dengan tubuh yang hangat

3. Konveksi: jika udara sekitar lebih hangat dari permukaan kulit 4. Radiasi: dari Matahari, langit dan tubuh yang panas.

Kehilangan panas:

1. Konduksi : Sentuhan dengan tubuh yang dingin 2. Konduksi : Sentuhan dengan tubuh yang hangat

3. Konveksi : jika udara sekitar lebih hangat dari permukaan kulit 4. Radiasi : dari Matahari, langit dan tubuh yang panas.

Keseimbangan termal yang menyebabkan kenyamanan termal bisa dilihat dengan bagan (Gambar 4) dibawah ini :

Perancangan Bangunan Tropis

Prinsip Perancangan Bangunan

Perencanaan bangunan yang memenuhi kaidah bangunan tropis, berarti adanya pemanfaatan elemen-elemen Iklim tropis pada perencanaan bangunan

(28)

14

beserta lingkungan buatannya, dalam hal ini terutama yang mempengaruhi karakteristik angin terhadap bangunan. Terdapat kaitan dalam penyusunan pola perencanaan bangunan dengan kondisi alam setempat.

Prinsip perencanaan yang dapat diterapkan merupakan bagian dari prinsip-prinsip perencanaan Arsitektur Ekologi, karena keputusan arsitektur yang tidak berorientasi pada Iklim setempat akan mengakibatkan ketidakseimbangan alam dan Iklim Makro. Prinsip-prinsip itu antara lain:

1. Perhatian pada lingkungan setempat sebagai upaya pembangunan yang hemat energi :

a. Penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. b. Orientasi terhadap sinar matahari dan angin.

c. Penyesuaian pada perubahan suhu siang dan malam Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui :

Minimalisasi penggunaan energi untuk alat pengkondisian udara.

a. Optimalisasi penggunaan sumber energi alam (Matahari, Angin, Curah hujan).

b. Usaha memajukan penggunaan energi alternatif

c. Memelihara sumber daya lingkungan (udara, tanah, air).

d. Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan pengolahan limbah (limbah cair, limbah padat)

2. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang hemat energi : a. Pemilihan bahan bangunan menurut penggunaan energi (entropi).

b. Minimalisasi penggunaan sumber bahan yang tidak dapat diperbaharui. c. Penggunaan kembali sisa – sisa bahan bangunan (limbah).

d. Optimalisasi penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan. 3. Pembentukan peredaran yang utuh di antara penyediaan dan penggunaan bahan

bangunan, energi dan air :

a. Gas kotor, limbah air, sampah dihindari sejauh mungkin. b. Perhatian pada bahan mentah dan sampah yang tercemar. c. Perhatian pada peredaran air minum dan limbah air. d. Perhatian pada pangan, banyaknya sampah dan air limbah.

e. Kemungkinan lingkungan bangunan dapat menghasilkan dan memenuhi sendiri kebutuhannya sehari – hari (energi listrik, bahan makanan).

4. Penggunaan teknologi tepat guna :

a. Produksi yang sesuai dengan teknologi pertukangan. b. Mudah dirawat dan dipelihara (dapat dibuat sendiri).

c. Memanfaatkan atau menggunakan kembali bahan bangunan bekas pakai. d. Teknologi yang berbasis energi yang dapat diperbaharui (life cycle energy)

kurang membebani lingkungan alam. Penggunaan energi surya (listrik), angin (penyejukan udara, pompa air), arus air sungai (pengairan, listrik) dapat diintegrasikan ke dalam desain bangunan.

Struktur dan Teknologi Bangunan

Dalam arsitektur Tropis kualitas struktur tidak hanya merupakan persoalan teknis tetapi meliputi keseluruhan struktur fungsional (fungsi bangunan), struktur lingkungan (iklim mikro), struktur bangunan (sistem, teknik dan konstruksi), dan struktur bentuk (ruang dan estetikanya) secara integral.

(29)

15 1. Struktur fungsional berhubungan dengan pola penggunaan ruang (private, semi

private dan publik), dimensi fisiologis tentang kenyamanan penyinaran dan penyegaran udara.

2. Struktur lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim, topografi, geologi, hidrologi, flora dan fauna, konteks sosial dan psikologis).

3. Struktur bangunan adalah susunan kegiatan yang dibutuhkan untuk membangun, memelihara dan membongkar suatu gedung. Berarti bahan bangunan, sistem penggunaanmya (produksi dan pemasangan), dan teknik serta konstruksi bangunan harus memenuhi tuntutan Iklim Tropis.

4. Struktur bentuk mengandung massa dan isi, ruang antara dan segala kegiatan mengatur ruang. Bentuk ruang tersebut dapat didefinisikan oleh dinding pambatas, tiang, lantai dan sebagainya serta lubang pembukaan. Pencahayaan dan warna ikut mempengaruhi keindahan. Penilaian kualitas struktur didasarkan atas :

a. Keseluruhan struktur fungsional, lingkungan, bangunan dan bentuk b. Integralistik dengan alam Iklim sekitar (iklim mikro).

c. Kesinambungan (sustainabelity) pada struktur dan teknologi.

Jenis konstruksi yang ringan dan terbuka sangat dianjurkan di daerah tropis basah. Di daerah tropis basah, penurunan temperatur pada malam hari hanya sedikit, sehingga pendinginan hampir tidak mungkin terjadi. Sebab itu diutamakan pemakaian bahan–bahan bangunan dan kostruksi yang ringan. Penerimaan radiasi panas harus dihindarkan, melalui peneduhan dan permukaan yang dapat memantulkan cahaya.

1. Dinding.Dinding akan menjadi panas jika tidak dilindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ini ke dalam ruangan. Dinding utara dan selatan tidak begitu banyak menerima radiasi karena sudut jatuh matahari cukup besar. Dinding timur dan barat mendapat beban panas yang jauh lebih besar, sehingga dibutuhkan peneduhan pada kedua fasade ini. Jika diperlukan dinding pada kedua fasade ini dapat menggunakan jenis dinding berongga / ganda, sehingga radiasi panas bisa diisolasi oleh aliran udara dingin yang mengalir diantara dua lapisan dinding tersebut.

2. Atap. Atap adalah bagian bangunan yang paling banyak menerima cahaya matahari, dan merupakan bagian yang paling bertanggung jawab terhadap kenyamanan ruangan. Atap harus mendapat perhatian seperti penggunaan bahan dan konstruksi peredam suara, untuk melindungi gangguan ketika hujan turun. Untuk menghindari kerusakan akibat angin badai, maka sebaiknya kemiringan atap lebih dari 30, karena kemiringan di bawah 30 akan memperbesar daya hisap angin (Gambar 6).

(Gambar 5) Adalah cara kerja tabung Venturi yang menggambarkan efek

Bernoulli, yaitu ketika kecepatan udara meningkat maka, tekanan statiknya

(30)

16

menurun. Secara alami cara kerja tabung ini bisa dibuat pada bangunan untuk menghasilkan pengudaraan alami melalui perbedaan tekanan udara antara dalam ruang dengan luar ruang dengan cara mengatur besarnya dimensi ventilasi.

Selain untuk mempercepat pengaliran air, kemiringan atap 30 di daerah tropis, akan mencegah air merembes ke dalam bangunan. Kemiringan atap yang agak landai, juga akan mempunyai tekanan udara negatif (-) pada bagian atas atap, sehingga mempunyai efek mengangkat atap seperti sayap pesawat terbang, lihat (gambar 7).

Begitu juga efek yang terjadi pada berbagai bentuk denah bangunan. Sisi bangunan yang menghadap arah angin akan mempunyai tekanan yang positif, sedangkan pada bagian belakang bangunan akan mempunyai tekanan udara yang negatif (Gambar 8). Efek ini juga bisa terjadi pada bangunan dengan atap miring yang mempunyai lubang di bagian atas dekat bubungan. Udara panas di dalam Gambar 6 Efek kemiringan atap terhadap tekanan udara dan kecepatan angin

Gambar 7 Efek Bernoulli pada sayap pesawat terbang

(31)

17 ruang yang berada di permukaan lantai akan naik ke atas ruang secara konveksi dan mengalir melalui lubang tersebut (Gambar 9).

Aliran udara terjadi selain karena perbedaan suhu udara di dalam dan luar ruang, juga terjadi karena perbedaan tekanan udara antara di dalam ruang dan di luar ruang disebabkan kecepatan angin meningkat akibat bentuk atap miring. Penambahan kecepatan angin di atas atap, mengakibatkan tekanan udara menjadi lebih rendah dari tekanan udara di dalam ruang. Efek Bernoulli ini akan mengakibatkan udara dalam tersedot ke atas atap jika dibuat lubang udara.

Efek Bernoulli juga bisa terjadi juga karena sifat alami udara di alam. Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan statik udara semakin rendah.

Sehingga hal ini bisa dimanfaatkan dengan membuat bukaan pada bagian atap atau dengan mendesain atap lebih tinggi menyerupai cerobong asap, maka udara akan mengalir secara alami dari bagian bawah bangunan ke bagian atap. Hal ini membuat efek pengudaraan silang vertikal yang baik (Gambar 10).

Efek cerobong seperti pada gambar (Gambar 11) sangat efektif untuk membuang panas terutama panas yang ditimbulkan oleh radiasi matahari keatap yang nantinya akan menyebabkan panas kedalam ruang yang ada dibawahnya. Gambar 9 Efek Bernoulli pada bangunan dengan lubang udara di atap

Gambar 11 Hubungan tekanan udara dengan ketinggian

(32)

18

Efek cerobong juga terdapat pada rumah tinggal 2 lantai yang mempunyai lubang tangga sebagai void yang atapnya deberi lubang udara. Udara panas di lantai satu dengan alami akan mengalir menuju lubang udara pada atap di atas void tangga. Efek cerobong yang dimodifikasi dengan bahan logam dan dicat hitam akan meningkatkan efek perbedaan suhu udara dan membuat perbedaan tekanan udara yang signifikan, sehingga aliran udara yang dihasilkan sangat baik (Gambar 12).

3. Sun Shading.Di daerah tropis perlindungan terhadap matahari sangat penting. Penyelesaian yang cukup baik adalah dengan menempatkan bangunan – bangunan serapat mungkin, sehingga saling memberi bayangan. Selain dari pengorganisasian masa antar bangunan, metode sun shading dapat dipergunakan sebagai perlindungan terhadap panas matahari:

a. Tirai Horizontal. Elemen horizontal sangat efektif untuk menahan matahari tinggi pada fasade utara dan selatan. Makin dekat sebuah bangunan pada garis khatulistiwa dimana matahari hampir vertikal di atas kepala , makin mudah melindungi fasade utara dan selatan. Pada daerah ini tritisan atap sudah cukup untuk melindungi bidang dindingnya. Letak yang terlalu rapat dengan fasade harus dihindarkan, jarak minimum terdekat adalah 10cm – 20cm.

b. Tirai Vertikal. Elemen vertikal sangat efektif untuk menahan datangnya sudut jatuh matahari rendah pada fasade timur, timur laut, tenggara, barat, barat daya atau barat laut (tergantung letaknya terhadap garis khatulistiwa). Tetapi penggunaan elemen pelindung vertikal ini dapat membentuk dinding yang tertutup secara optis.

c. Kombinasi elemen horizontal dan vertikal. Tirai ini cocok dipasang ditempat yang perubahannya tinggi dan azimut mataharinya besar, yaitu pada fasade yang berorientasi ke arah barat daya sampai barat laut atau tenggara sampai timur laut. Jenis ini lebih banyak menahan radiasi matahari dibandingkan tirai vertikal atau horizintal. Bentuk yang sederhana adalah longgia dan balkon yang sisinya tertutup.

d. Elemen vegetasi di luar bangunan. Salah satu fungsi Vegetasi atau tanaman yang sangat penting bagi lingkungan yang diantaranya adalah ameliorasi iklim (perbaikan iklim), sejalan dengan (Dimoudi dan Nikolopoulou 2003) yang menyatakan bahwa tanaman dalam lingkungan iklim mikro dapat menurunkan suhu udara dengan adanya naungan pohon dan evapotranspirasi

tanaman.

(33)

19 Pemanfaatan pepohonan merupakan cara yang paling sederhana untuk melindungi bangunan dari cahaya matahari, tetapi ini hanya berlaku untuk bangunan rendah dan mempunyai jarak yang cukup antara pohon dengan bidang bangunan yang akan dilindungi (lihat Gambar 2.14). Ketinggian pohon dan jarak pohon akan menentukan Sudut bayangan yang dihasilkan, hal ini harus direncanakan dengan benar.

e. Elemen vegetasi di dalam bangunan. Pemanfaatan tanaman didalam ruang sebagai pengatur iklim mikro, belum banyak dilakukan dan ditemukan dengan pasti manfaatnya. Manfaat tanaman didalam ruang yang sering ditemukan saat ini lebih kepada pemanfaatan keindahan dari tanaman tersebut.

Tetapi tanaman di dalam ruang mempunyai pengaruh pada kejiwaan manusia yang ada didalam ruang tersebut (Furuta 1983). Manfaat dari tanaman di dalam ruang tersebut antara lain : 1) sentuhan emosi dan simbol, 2) sensual, 3) arsitektural, 4) teknik, 5) estetika dan 6) fungsi pengatur iklim termal, yang pengaruhnya antara lain:

1) sentuhan emosi dan simbol ialah, akan memelihara hubungan dengan alam dan secara mental dan emosi tidak merubah alam,

2) secara sensual, sebagai penggugah mood atau perasaan nyaman,

3) secara arsitektural akan mengatur privasi, sebagai tabir pemandangan yang kurang baik, memberikan view yang spontan dan menambah nilai ruang,

4) secara teknik, akan mengatur pergerakan, mengurangi cahaya yang menyilaukan dan memberi efek akustik,

5) secara estetika, berfungsi sebagai pajangan, latar belakang, garis kaligrafi, melembutkan arsitektural dan sebagai bingkai pemandangan atau view.

Setiap tanaman mempunyai karakteristik yang bermacam-macam, dimana setiap karakteristik ini merangsang pancaindra manusia. Bentuk fisik tanaman seperti bentuk daun, batang dan ukuran tajuk yang berbeda-beda akan direspon oleh manusia bisa sebagai sebuah lambing keindahan, kesedihan, menakutkan, menggairahkan dan sebagainya. Sehingga pemilihan bentuk tanaman harus disesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman perasaan pengguna ruang tersebut.

Tanaman juga mempunyai kelenjar yang menghasilkan zat-zat kimia yang akan direspon oleh saraf penciuman yang kemudian akan diterjemahkan oleh otak dalam berbagai bentuk perasaan manusia, seperti senamg, gembira, segar, buruk, sejuk, pusing, bergairah, dan sebagainya.

(34)

20

4. Pengudaraan Silang (Cross Ventilation)

Pengudaraan silang pada bangunan mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantarnya adalah: a. Kondisi tapak, b. Orientasi bangunan terhadap arah angin, c. Orientasi elemen bukaan terhadap arah angin dan d. Lokasi dan besaran elemen bukaan.

a. Kondisi Tapak. Kondisi tapak sangat menentukan iklimmikro suatu tempat,

khusunya dalam hal ini adalah bentuk atau kontur dari tapak itu akan berpengaruh pada potensi arah aliran angin. Hal ini sangat menentukan untuk perencanaan arah atau orientasi bukaan dan orientasi bangunan terhadap potensi angin.

Data posisi lokasi tapak bangunan sangat penting untuk mendapatkan potensi angina di tapak yang ada. Perencanaan yang salah mengenai arah angin, akan membuat perencanaan pengudaraan silang pada bangunan yang dalam hal ini menggantungkan kepada aliran angin setempat menjadi salah (lihat Gambar 14).

Pengaruh sinar matahari di permukaan bumi sangat besar dalam menggerakkan udara. Permukaan bumi yang berupa daratan mempunyai sifat cepat sekali suhunya berubah ketika terkena panas matahari. Pada siang hari udara hangat akan mengalir dari lembah menuju arah bukit yang lebih dingin, karena permukaan bumi yang lebih tinggi, suhunya lebih rendah.

Efek pertukaran udara seperti pada Gambar 15, bisa menimbulkan aliran yang kencang sepanjang lembah.

b. Orientasi Bangunan dan Bukaan. Orientasi bangunan terhadap arah aliran angin sangat menentukan berhasilnya perencanaan pengudaraan silang. Efek

Venturi dan Bernoulli merupakan dasar dari perhitungan orientasi bangunan dan bukaan terhadap arah angin.

Gambar 15 Efek pertukaran udara dari lereng dan lembah terhadap aliran angin di sepanjang lembah

(35)

21 Angin yang menerpa sebuah masa bangunan yang massif dan orientasi masa tegak lurus arah angin, akan menghasilkan tekanan yang berbeda di kedua sisinya, yaitu tekanan positif di sisi arah angin datang dan tekanan negatif pada sisi yang satunya. Sedangkan posisi diagonal terhadap arah angin juga mempunyai sifat yang sama (lihat Gambar 17).

Pengudaraan silang (Cross Ventilation) akan terjadi dengan baik bila dibuatkan bukaan di sisi massa yang bertekanan negative (-) dan yang satu lagi di sisi masa bangunanyang bertekanan positif (-) (lihat Gambar 16).

c. Posisi dan Besaran Bukaan. Posisi bukaan juga menentukan terjadinya pengudaraan silang yang baik. Bukaan ventilasi harus berada pada sisi tekanan positif (+) dan yang lain berada di sisi yang bertekanan negatif (-), baik secara horizontal ataupun vertical lihat (Gambar 16). Posisi bukaan yang berada di satu sisi saja tidak akan terjadi pengudaraan silang (Cross ventilation) (lihat Gambar 16 kanan), tetapi udara akan mengalir dengan baik jika bukaan berada di sisi yang bertekanan positif dan sisi yang bertekanan negatif (lihat Gambar 16 kiri).

Rasio tinggi plafon dengan kedalaman ruang juga mempengaruhi jenis dan posisi bukaan yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik (lihat Gambar 18).

Untuk ruang yang menggunakan bukaan dikedua sisinya atau mempunyai pengudaraan silang yang ideal, maka kedalaman ruang (W) bisa mencapai 5H. d. Posisi Overhang. Posisi overhang juga menentukan arah aliran udara yang

diinginkan pada pengudaraan silang, seperti terlihat pada Gambar 19. Posisi

overhang yang solid dekat bukaan (Gambar 19) kiri, menyebabkan udara mengalir masuk ke dalam ruangan dan merapat ke arah plafon atau diatas

Gambar 17 Desain bukaan yang kurang optimal

(36)

22

rata-rata tinggi orang yang ada didalamnya. Arah angin di dalam ruang berubah menjauhi plafon ketika overhang diubah posisinya menjauhi bukaan.

Celah pada overhang mempunyai efek yang sangat signifikan, membuat aliran angin menjadi lurus ke arah bukaan berikutnya atau mengenai tubuh orang yang beraktivitas di dalamnya, (lihat Gambar 20). Begitu juga dengan posisi overhang yang jauh di atas bukaan mempunyai efek terhadap arah aliran angin yang sama.

5. Lanskap dan Elemen Vegetasi. Pengaturan vegetasi yang tepat pada site secara positif akan mempengaruhi iklim mikro di lokasi bangunan. Sebaliknya pengaturan yang tidak terencana akan dapat mengurangi sirkulasi udara yang diinginkannya atau membelokkannya ke atas bangunan.

Banyaknya unsur vegetasi dalam suatu lokasi akan meningkatkan produksi oksigen yang menguntungkan bagi kesehatan manusia, mengurangi

Gambar 18 Rasio lebar bukaan dan kedalaman ruang

Gambar 19 Overhang dengan celah dekat bukaan

(37)

23 pencemaran udara, serta meningkatkan kualitas iklim mikro. Hasil tanam – tanaman sebagai peningkat kualitas udara bisa dilihat pada Tabel 5.

Didaerah beriklim tropis lembab penggunaan vegetasi lebih ditujukan untuk mengarahkan pergerakan udara. Penataan vegetasi yang baik mempunyai pengaruh terhadap a. arah pergerakan dan kekuatan angin, b. kuantitas dan kualitas air tanah air dalam dan permukaan, c. penurunan suhu iklim mikro.

Pepohonan yang mempunyai daun yang lebat dapat memperlambat kecepatan angin sampai 50 %, hal ini akan mempengaruhi pendinginan bangunan, yang berakibat terhadap suhu udara di dalam ruang seperti terlihat pada Gambar 21.Vegetasi mempunyai tiga macam kegunaan :

a. Elemen Struktural

1) Menciptakan ruang dengan membentuk elemen dinding,

2) Mengatur dan mengarahkan pandangan, menutup pandangan yang tidak diinginkan, menonjolkan objek tertentu dan membuat view berangkai,

3) Memisahkan jenis pergerakan,

4) Mengarahkan aliran angin, mengatur gerakan udara dan arah angin dengan penataan pepohonan.

b. Elemen Environment

1) Berfungsi mengatur kualitas udara, kualitas air mencegah terjadinya erosi dan mengatur iklim,

2) Menyaring debu, terutama berguna untuk daerah tropis kering, dalam jarak 3 km dari sumber debu, lebih dari 75% dapat disaring oleh vegetasi yang lebat,

Tabel 5 Tanaman sebagai penigkat kualitas udara 1 pohon berumur 

(38)

24

3) Mencegah erosi, tenaga perusak dari air hujan pada tanah yang miring dapat dikurangi,

4) Mengurangi panas, berfungsi sebagai peneduh dan pendingin dari sinar matahari langsung.

c. Elemen Visual

1) Dipakai sebagai selling point ataupun point of view dan juga sebagai elemen pengikat ruangan.

2) Menghindari silau, berfungsi mengurangi pantulan sinar matahari oleh bidang tanah atau bangunan. Pada daerah lembab berfungsi mengurangi tingginya kelembaban udara.

6. Bahan Bangunan. Penggunaan material bahan bangunan pada desain tropis juga harus memperhatikan keberlanjutan (sustainable) sumber daya alam dan akan lebih efisien dengan menyelaraskan usia pakai bahan bangunan dengan masa pakai bangunan.

Klasifikasi bahan bangunan harus digolongkan dengan memperhatikan keadaan entropi serta pengaruhnya terhadap Iklim mikro dan kesehatan manusia, dan sebaliknya pengaruh Iklim terhadap bahan bangunan yang akan digunakan.

Penggolongan menurut penggunaan bahan mentah dan tingkat transformasinya sebagai berikut :

a. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali (regeneratif ). b. Bahan bangunan yang dapat digunakan kembali (reuse).

c. Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang (recycling).

d. Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana. e. Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkatan transformasi (bahan

bangunan sintetis)

f. Bahan bangunan komposit

Oleh karena itu pemakaian Bahan bangunan untuk desain bangunan tropis harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti :

a. Daya tahan bahan bangunan terhadap Iklim sangat penting diketahui, karena hewan-hewan dapat tumbuh subur di udara dengan kelembaban

Tabel 6 Tingkat refleksi panas pada material bangunan

Refleksi panas %

1 Kapur putih 80

2 Cat timah putih 71

3 Asbestos Cement ( baru ) 60

4 Pualam putih 54

5 Genteng merah muda 53

6 Bata kapur pasir putih 50 - 59

7 Aluminium 47

8 Cat aluminium 46

9 Batu kapur 43

10 Seng berombak ( baru ) 36

11 Genteng semen ( tak berwarna ) 35 12 Asbestos Cement ( 1 tahun ) 29

13 Bata merah 23 - 30

14 Daun-daunan hijau 21 - 29

15 Seng berombak ( tua ) 10

No Bahan Nama Bangunan

(39)

25 alam tropis yang mungkin mengganggu kesehatan manusia atau bahan bangunan itu sendiri.

b. Kemampuan bahan bangunan dalam menyimpan panas, harus diperhatikan penempatannya.

c. Kemampuan bahan bangunan menyalurkan panas.

d. Kemampuan bahan bangunan dalam mengisolasi panas sangat penting untuk menghambat radiasi panas kedalam ruang.

e. Karakteristik perubahan bahan bangunan terhadap radiasi matahari, jangan sampai memberikan efek negatif. Pada Tabel 6 bisa dilihat salah satu karakteristik bahan bangunan, yaitu daftar Refleksi sinar matahari terhadap bahan bangunan.

f. Menggunakan Bahan bangunan yang berasal dari sumber alam lokal, karena biasanya lebih sesuai dengan kondisi alam setempat.

3

METODE

Deskripsi kasus

Penelitian ini merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya oleh (Hakim dan Ashadi 2008) yang konsentrasi penelitiannya adalah pada pengudaraan silang atau

croos ventilation pada rumah sederhana, dimana kasusnya pada bangunan hunian atau rumah tinggal yang sama yaitu di kompleks perumahan sederhana di kawasan Bekasi Jawa Barat.

Pada penelitian lanjutan ini, peneliti menitikberatkan penelitian pada pengaruh void atau lubang bukaan vertikal dan taman interior, khususnya tanaman terhadap kenyamanan termal. Fariabel desain fisik bangunan berupa void dan tanaman, sedangkan fariabel kenyamanan termal berupa iklim mikro dalam bangunan yaitu suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin.

Untuk menghasilkan data yang mendekati akurat dengan beberapa fariabel tersebut, maka sedikitnya dibutuhkan 2(dua) bangunan rumah yang mempunyai fariabel yang sama pula. Kondisi seperti ini sangat sulit ditemukan untuk pengambilan sampel, tetapi bisa dilakukan jika ada dana yang cukup untuk membuat kondisi menjadi ideal. Dengan kendala tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengambil data dengan menggunakan 2(dua) buah bangunan yang dimodifikasi dengan dimensi yang sama dan lokasi yang iklimnya bisa mewakili studi kasus.

Lokasi Kasus

Dalam (Hakim dan Ashadi 2008) dijelaskan bahwa lokasi kasus terletak di kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur dan bersebelahan dengan perumahan Duren Jaya sebelah Barat dan di sebelah timur adalah perumahan Pt. Perumnas.

Berikut ini adalah data kasus:

(40)

26

Alamat Rumah : Jalan Kusuma Barat A blok 1 no. 27 Rt. 02 Rw. 17

Kelurahan : Duren Jaya

Kecamatan : Bekasi Timur

Kabupaten : DATI II Bekasi

Sebelah barat : Jalan Pahlawan dan perumahan Duren Jaya Indah

Sebelah Utara : Jalan Kusuma Raya

Sebelah Timur : Jalan Kusuma Utara dan perumahan Wisma Jaya Jl. Kusuma Timur

Sebelah Selatan : Jalan Masjid Baiturrahman

Di sisi sebelah timur Jalan kusuma barat, dilalui saluran kota atau Kali dengan lebar kurang lebih 6 (enam) meter dengan penghijauan di sisi kanan dan kirinya.

Pada Gambar 22 dapat dilihat dengan skala kota bekasi, lokasi perumahan dikelilingi oleh sungai cukup besar sebelah barat dan utara, sedangkan sebelah

Gambar 22 Lokasi kasus perumahan

(41)

27 selatan dan timur selain saluran kota atau kali, pada tahun 1980 an, masih berupa persawahan atau pertanian. Pada tahun 2008, lahan pertanian itu sudah tidak ada lagi, berubah menjadi perumahan Wisma Jaya jalan Kusuma Timur sebelah timur dan perumahan Perumnas 3 sebelah Selatan.

Kotamadya Dati II Bekasi secara geografis berada dibagian utara Jawa Barat, terletak antara 107o27’ 29” BT dan 6o10’ 6” — 6o30’, Luas wilayah 191,69 Ha. Kondisi angin sepanjang tahun, semilir berkisar 0,5 sampai 4,5 m per jam pada keadaan normal dengan suhu udara 23°C s.d. 33°C dan kelembaban 64% s.d. 90% di siang hari.

Orientasi site Kasus sesuai bagian depan dan muka bangunan mengarah ke Utara dan selatan, khususnya pada blok 1, 2, 2a, 3, 4, 4a, dan 4b. Untuk blok 3a dan 3b orientasi bangunan mengarah ke Timur – Barat. Pada blok ini mempunyai potensi pendinginan pasif karena mempunyai arah fasade yang baik (Gambar 23). Sejarah Fisik

1. Rumah dengan desain asal pengembang

Perusahaan Pengembang : PT. KARTI WANA RAYA Tipe rumah asli : Kopel 27 / 92 m2

Lebar jalan lingkungan : 4 m

KDB : 30 %

GSB : 2,5 m

Pondasi : Batu kali

Dinding : Batako plester

Kusen : Kayu borneo

Lantai : Ubin warna abu-abu 30x30

Plafon : tripleks 4mm tinggi 2,50 m

Rangka atap dan Kuda-kuda : kayu Borneo

(42)

28

Sudut kemiringan atap : 30o

Penutup atap : Genteng beton

Dengan denah asli dari pengembang, aktifitas makan, keluarga dan tamu menggunakan satu (1) ruangan yang dipakai bergantian. Dengan luas bangunan 27 m2, dan luas lahan 92 m2, maka masih dimungkinkan untuk dikembangkan. Dengan denah asli ini pengudaraan cukup baik, tetapi ruang makan dan ruang tidur kurang privasinya. Suhu ruang makan dan ruang tamu berkisar 28°C s.d. 29,5°C dengan kelembapan 40% s.d. 50% pada waktu siang sekitar jam 14.00 wib.

2. Rumah pengembangan 1 Oleh Pemilik. Dari tipe asal, oleh pemilik pertama dikembangkan atau direnovasi berdasarkan pertimbangan kebutuhan ruang untuk anggota keluarga yang lebih banyak. Pengembangan dilakukan, sehingga ada perubahan data teknis sebagai berikut:

Tipe setelah dikembangkan : Deret 69 / 92 m2 Jumlah lantai : 1(Satu) lantai

Luas bangunan : 69 m2

Konsultan Perencana : Pemilik Sendiri Tahun Pengembangan : -

Pondasi : Batu kali dan pondasi setempat beton bertulang sebagian.

Dinding : Batako, sebagian bata merah

Kusen : Kayu kamper finishing cat minyak warna putih

Lantai : Keramik 30x30 warna putih

Plafon : tripleks 4mm tinggi 2,50 m

Rangka atap dan Kuda-kuda : kayu Borneo dan kamper Sudut kemiringan atap : 30o

Penutup atap : Genteng beton

Menurut pengamatan (Hakim dan Ashadi 2008), hasil pengembangan hanya berorientasi kepada kebutuhan luas ruang saja, sehingga kualitas ruang terabaikan. Pengudaraan dan pencahayaan alami sebagai faktor pokok dalam

(43)

29 kenyamanan ruang juga terabaikan. Terbukti dari persyaratan ruang dapur tidak memiliki pengudaraan yang baik untuk aktivitas memasak dan keamanan terhadap kebakaran. Semua lahan terbuka terpakai habis untuk ruang, sehingga pengudaraan dan pencahayaan ruang tidak tersedia (Gambar 25).

Dari hasil pemantauan (Hakim dan Ashadi 2008), suhu ruang keluarga, ruang makan dan ruang tamu suhu pada siang hari sekitar jam 14.00 wib. berkisar 29,6°C s.d. 31°C dan kelembapan rata-rata 60%.

3. Rumah Renovasi Oleh Arsitek. Pada tahun 1999, rumah berganti kepemilikan kepada Bapak Rohmadi. Dari hasil Observasi pada bangunan lama, didapat beberapa permasalahan :

a. Tata ruang tidak jelas fungsinya, sehingga sulit untuk menata furniture. b. Pengudaraan tidak mengalir sama sekali, walaupun ada saluran udara di

plafon sisi depan dapur tetapi selain luasnya kurang, kasa atau jaring nyamuk mudah tertutup oleh udara yang mengandung minyak.

c. Pemilik memutuskan untuk merenovasi dengan desain seorang Arsitek yang diharapkan bisa mengatasi beberapa permasalahan hasil observasi dan permasalahan yang ada di rumah asal di blok 2 no. 14.

Data teknis rumah hasil renovasi ke dua ini adalah: Tipe rumah menjadi: 126/92 m2

Luas bangunan Lt.1 : 60,76 m2 Luas bangunan Lt. 2 : 65,8 m2

Arsitek : Luqmanul Hakim

Tahun Pengembangan : 1999

Pondasi : Batu kali dan pondasi setempat dan sloof beton bertulang

Dinding :Bata merah finishing plesteran dan acian dengan cat dinding.

Kusen : Kayu kamper finishing Plitur warna kayu Lantai : Keramik 40x40 warna coklat dg corak marmer. Plafon : tripleks 4mm tinggi 3,00 m

Rangka atap dan Kuda-kuda : Kamper dg kuda-kuda beton Sudut kemiringan atap : 30o

Penutup atap : Genteng beton

(44)

30

Pada gambar potongan terlihat antara dapur, ruang makan dan taman kolam ikan tidak ada sekat. Dari kolam ada hubungan aliran udara yang berupa void untuk pengudaraan. Hubungan ini juga terdapat di lobang tangga.

Diatas jendela dan pintu terdapat lobang ventilasi angin dengan dimensi 20 x 20 cm yang dipasangi kawat kasa (lihat Gambar 27 dan 28) untuk menghindari masuknya nyamuk, begitu juga void di taman. Hasil observasi menunjukkan adanya perbedaan antara gambar perencanaan dan pelaksanaan, yaitu adanya jumlah lubang bukaan jendela yang direncanakan 3 lubang menjadi 2 lubang dan lubang ventilasi. Dengan adanya 3 lobang jendela, Arsitek membuat bagian tengah sebagai lobang angin dengan kisi-kisi, yang akan sangat berguna untuk pengudaraan disaat malam hari dimana semua pintu dan jendela dalam keadaan tertutup.

Di lapangan, semua jendela ditutup dengan panel kaca bening untuk pencahayaan dan lubang ventilasi bagian bawah bangunan tidak dibuat, sedangkan pintu terbuat dari kayu kamper.

(45)

31 Dengan perubahan ini, maka dalam catatan peneliti suhu pada ruang makan, ruang TV dan ruang tamu berkisar 26,8°C s.d. 28°C. Sedangkan kelembapan dalam ruang tersebut berkisar 40% s.d. 46% tergantung kecepatan angin yang terjadi di dalam ruang (Hakim dan Ashadi 2008).

Terdapat perbedaan data termal yang cukup signifikan pada ruang di lantai 2. Kecepatan angin di ruang luar ruang tidur mencapai 2,8 m/s dengan suhu ruang 32°C. Sedangkan di dalam ruang tidur anak 1 dan ruang tidur anak 2, suhu ruang pada siang hari mulai jam 13.30 s.d. 20.00 wib. mencapai 34

°C, dan berangsur-angsur turun sampai 30 °C pada jam 20.00 wib.

Dari hasil penelitian (Hakim dan Ashadi 2008), panas yang tinggi di dalam ruang tidur anak 1 dan ruang tidur anak 2 ini ternyata diakibatkan oleh paparan panas matahari pada dinding luar bangunan dengan warna dasar abu-abu yaitu warna acian semen yang belum dicat dan panas dari atap genteng

Gambar 27 Gambar potongan renovasi

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 3 Bagan kenyamanan termal
Gambar 8 Efek bernoulli pada bentuk bangunan
Gambar 10  Efek cerobong asap akan membuang udara panas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis terdorong untuk membuat perancangan desain interior ruang belajar dan bermain pada taman kanak-kanak berstandar Nasional

Contoh- nya, ruang tunggu yang tidak nyaman, sumpek dengan jumlah tempat duduk yang tidak mencukupi bukan hanya tidak nyaman secara fisik, tapi juga membuat pasien

Salah satu cara mengidentifikasi lahan ruang luar adalah melalui pemetaan dengan metode Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis. GIS

(2013:47), taman atau ruang luar merupakan fasilitas untuk men- treatment anak sesuai dengan diagnosanya, sehingga ruang luar dapat berupa taman dengan dua zona, yaitu

Hall tamu rumah abu berfungsi sama dengan pendopo rumah tinggal tradisional Jawa, yaitu.. sebagai ruang penerima tamu dan

Salah satu cara mengidentifikasi lahan ruang luar adalah melalui pemetaan dengan metode Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis. GIS

Mayoritas penduduk sudah merasa nyaman dengan bangunan relokasi tersebut, walaupun tingkat ekonomi yang berbeda beda, dan kebutuhan ruang yang berbeda beda, tetapi dengan ukuran

Data penelitian menunjukkan bahwa belum tercapai kenyamanan termal dikarenakan kurangnya sirkulasi udara dalam ruang yang ditandai dengan minimnya bukaan yang menghubungkan ruang dalam