• Tidak ada hasil yang ditemukan

Research is Communication Network Analysis of Aloe vera’s Farmer in the Central Agribusiness Area in Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Research is Communication Network Analysis of Aloe vera’s Farmer in the Central Agribusiness Area in Pontianak"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak

Kalimantan Barat)

ELLYTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006

(3)

ELLYTA. Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat. Dibimbing oleh S. Hamdani Nasution dan Gardjito.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan dan menganalisis keragaan struktur jaringan komunikasi, (2) menjelaskan dan menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal komunikasi dengan jaringan komunikasi, (3) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran dan (4) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran.

(4)
(5)

Penulis dilahirkan di Singkawang pada tanggal 28 Agustus 1975. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah.

Tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 6 Singkawang kemudian pada tahun 1990 menamatkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Singkawang. Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Singkawang dan lulus tahun 1993. Setelah itu penulis menamatkan studi di Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada tahun 1999.

(6)

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat)

ELLYTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pe rtanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Nama : Ellyta

NPM : P054040101

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. S. Hamdani Nasution Ir. Gardjito, MSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Dr. Ir. Sumardjo, MS Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS

(8)

Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahailallah Wallahu Akbar, atas rahmat dan hidayah dari Allah SWT maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya (Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat) disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drh. S. Hamdani Nasution selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.

Gardjito, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan sejak persiapan penelitian hingga terselesaikannya penelitian ini.

2. Dr. Ir. Sumarjo, MS selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, serta seluruh staf pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis.

3. Dr. Ir. H. Budi Suharjo, MS yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dalam banyak hal.

4. Kedua orang tua Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah, Purnomo Tjatur , Kak Santi, adik-adikku Iip dan Aan. Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa pengertian dari ananda tercinta Putri Anisa Maharani yang selama ini telah kehilangan banyak kasih sayang dan waktu untuk bermain bersama.

5. Rektor Universitas Panca Bhakti Pontianak, beserta seluruh jajarannya dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak beserta seluruh jajarannya serta seluruh rekan di Fakultas Pertanian Univ ersitas Panca Bhakti Pontianak

6. Kepala UPTD Terminal Agribisnis beserta sta f dan Kepala UPTD Aloe vera Center beserta staf serta petani lidah buaya di KSA Pontianak. 7. Teman-teman KMP 2004 (Ica, Dini, Yuni, Mince, Rangkuti, Gusti, Pegy

dan lain-lainnya) terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tante Dewi atas bimbingan dan dukungan teman-teman program Pasca Sarjana dari Kalimantan Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2006

(9)

ii

Halaman

PRAKATA ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

i ii iii v vi PENDAHULUAN... Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... 1 1 4 5 5

TINJAUAN PUSTAKA ... Komunikasi... ... Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi ...

Karakteristik Individu... Perilaku... ...

Pemasaran Hasil Pertanian... 6 6 7 10 14 16 17

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... Kerangka Pemikiran ... Hipotesis...

19 19 21

METODOLOGI PENELITIAN... Desain Penelitia n... Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Definisi Operasional... Data dan Instrumen... Validitas dan Reliabelitas... Analisis Data... 22 22 22 23 23 27 29 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kondisi Umum Wilayah Penelitian...

(10)

iii

Umur... Pendidikan... Pengalaman Berusahatani... Luas Lahan... Faktor Eksternal Responden...

Keterdedahan... Kepemilikan... Analisis Jaringan Komunikasi Responden... Deskripsi Sosiogram... Analisis Tingkat Individu... Keterhubungan... Integrasi... Analisis Tingkat Klik... Analisis Tingkat Sistem...

Keterhubungan Sistem Rata-Rata... Keterbukaan Sistem... Hubungan Faktor Internal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Faktor Eksternal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Pemasaran...

Hubungan Faktor Internal dengan Perilaku Pemasaran... Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Pemasaran...

SIMPULAN DAN SARAN... Simpulan...

Saran... 39 40 41 42 44 44 45 46 46 55 55 57 60 64

65 66 67 69 70

71 73

75 75

76

(11)

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak

Kalimantan Barat)

ELLYTA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2006

(13)

ELLYTA. Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya; Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat. Dibimbing oleh S. Hamdani Nasution dan Gardjito.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan dan menganalisis keragaan struktur jaringan komunikasi, (2) menjelaskan dan menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal komunikasi dengan jaringan komunikasi, (3) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam pemasaran dan (4) menjelaskan dan menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku petani dalam pemasaran.

(14)
(15)

Penulis dilahirkan di Singkawang pada tanggal 28 Agustus 1975. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah.

Tahun 1987 penulis menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 6 Singkawang kemudian pada tahun 1990 menamatkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Singkawang. Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 1 Singkawang dan lulus tahun 1993. Setelah itu penulis menamatkan studi di Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian pada tahun 1999.

(16)

(Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat)

ELLYTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pe rtanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Nama : Ellyta

NPM : P054040101

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Drh. S. Hamdani Nasution Ir. Gardjito, MSc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian

dan Pedesaan

Dr. Ir. Sumardjo, MS Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS

(18)

Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahailallah Wallahu Akbar, atas rahmat dan hidayah dari Allah SWT maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul Analisis Jaringan Komunikasi Petani dalam Pemasaran Lidah Buaya (Kasus di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak Kalimantan Barat) disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Drh. S. Hamdani Nasution selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.

Gardjito, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan masukan sejak persiapan penelitian hingga terselesaikannya penelitian ini.

2. Dr. Ir. Sumarjo, MS selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, serta seluruh staf pengajar yang telah membekali ilmu bagi penulis.

3. Dr. Ir. H. Budi Suharjo, MS yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat dan motivasi dalam banyak hal.

4. Kedua orang tua Drs. H. Hefzi Mochtar dan Hj. Rusdah, Purnomo Tjatur , Kak Santi, adik-adikku Iip dan Aan. Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa pengertian dari ananda tercinta Putri Anisa Maharani yang selama ini telah kehilangan banyak kasih sayang dan waktu untuk bermain bersama.

5. Rektor Universitas Panca Bhakti Pontianak, beserta seluruh jajarannya dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak beserta seluruh jajarannya serta seluruh rekan di Fakultas Pertanian Univ ersitas Panca Bhakti Pontianak

6. Kepala UPTD Terminal Agribisnis beserta sta f dan Kepala UPTD Aloe vera Center beserta staf serta petani lidah buaya di KSA Pontianak. 7. Teman-teman KMP 2004 (Ica, Dini, Yuni, Mince, Rangkuti, Gusti, Pegy

dan lain-lainnya) terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tante Dewi atas bimbingan dan dukungan teman-teman program Pasca Sarjana dari Kalimantan Barat.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih kurang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2006

(19)

ii

Halaman

PRAKATA ... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

i ii iii v vi PENDAHULUAN... Latar Belakang... Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... 1 1 4 5 5

TINJAUAN PUSTAKA ... Komunikasi... ... Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi ...

Karakteristik Individu... Perilaku... ...

Pemasaran Hasil Pertanian... 6 6 7 10 14 16 17

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... Kerangka Pemikiran ... Hipotesis...

19 19 21

METODOLOGI PENELITIAN... Desain Penelitia n... Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Definisi Operasional... Data dan Instrumen... Validitas dan Reliabelitas... Analisis Data... 22 22 22 23 23 27 29 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Kondisi Umum Wilayah Penelitian...

(20)

iii

Umur... Pendidikan... Pengalaman Berusahatani... Luas Lahan... Faktor Eksternal Responden...

Keterdedahan... Kepemilikan... Analisis Jaringan Komunikasi Responden... Deskripsi Sosiogram... Analisis Tingkat Individu... Keterhubungan... Integrasi... Analisis Tingkat Klik... Analisis Tingkat Sistem...

Keterhubungan Sistem Rata-Rata... Keterbukaan Sistem... Hubungan Faktor Internal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Faktor Eksternal dengan Jaringan Komunikasi... Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Pemasaran...

Hubungan Faktor Internal dengan Perilaku Pemasaran... Hubungan Faktor Eksternal dengan Perilaku Pemasaran...

SIMPULAN DAN SARAN... Simpulan...

Saran... 39 40 41 42 44 44 45 46 46 55 55 57 60 64

65 66 67 69 70

71 73

75 75

76

(21)

iv

Halaman

1 Jaringan Komunikasi dan Kriteria Evaluasi... 9

2 Definisi Konseptual dan Pengukuran Struktur Komunikasi... 26

3 Luas Wilayah Kota Pontianak menurut Kecamatan... 31

4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Pontianak Utara... 33

5 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur... 34

6 Produksi Pelepah Lidah Buaya... 38

7 Usia Responden... 40

8 Pendidikan Formal Responden... 40

9 Pengalaman Berusahatani Responden... 42

10 Luas Lahan Responden... 43

11 Keterdedahan Media Responden... 44

12 Kepemilikan Sarana Media Massa Responden... 46

13 Karakteristik Star... 49

14 Derajat Keterhubungan Individu dalam Harga... 55

15 Derajat Keterhubungan Individu dalam Mutu... 56

16 Derajat Keterhubungan Individu dalam Pembeli... 57

17 Derajat Integrasi Individu dalam Harga... 57

18 Derajat Integrasi Individu dalam Mutu... 58

19 Derajat Integrasi Individu dalam Pembeli... 60

20 Rekapitulasi Analisis Jaringan Komunikasi pada Tingkat Klik... 63

21 Hubungan Faktor Internal dengan Jaringan Komunikasi... 68

22 Hubungan Faktor Eksternal dengan Jaringan Komunikasi... 69

23 Hubungan Jaringan Komunikasi dengan Perilaku Pemasaran... 70

24 Hubungan Faktor Internal dengan Perilaku Pemasaran... 71

(22)

v

Halaman 1 Jaringan Komunikasi Umum... 8

2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran... 21

3 Tanaman Lidah Buaya yang Ditelantarkan... 35

4 Tanaman Lidah Buaya yang Bagus... 36

5 Pola Tumpang Sari Lidah Buaya dengan Pepaya ... 43

6 Sosiogram Jaringan Komunikasi dalam Harga... 47

7 Sosiogram Jaringan Komunikasi dalam Mutu... 51

(23)

vi

Halaman

1 Peta Lokasi ... 80

2 Data Perkembangan Ekspor Aloe vera... 81 3 Data Karakteristik Responden ... 82

4 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal

Informasi Harga... 84

5 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal

Informasi Mutu... 86

6 Sebaran Anggota Klik dan Peranan dalam Hal

Informasi Pembeli... 88

7 Data dalam Tabulasi Frekwensi... 90

8 Keterhubungan, Integrasi dan Keterbukaan ... 99

(24)

Latar Belakang

Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor

pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan

kapasitas lokal. Salah satu fokus kebijakan pembangunan nasional yang tercantum

dalam GBHN 1999-2004 adalah pengembangan yang berorientasi global dengan

membangun keunggulan komparatif produk-produk daerah berdasarkan

kompetensi dan keunggulan komparatif Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia. Berdasarkan hal tersebut di atas maka sekarang ini digalakkan agar

setiap daerah memiliki keunggulan produk yang dapat mendukung pembangunan

pertanian di daerah tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang membudidayakan tanaman

lidah buaya (Aloe vera) secara komersial selain Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Israel, Australia dan Thailand (Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak,

2004). Lidah buaya merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat

diunggulkan karena memiliki nilai ekonomis dan berpotensi tinggi untuk

dikembangkan.

Agribisnis lidah buaya di Kalimantan Barat berkembang seiring dengan

terbentuknya Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak. Di Kawasan Sentra

Agribisnis (KSA) Pontianak sudah terdapat petani lidah buaya yang awalnya

masih berusahatani secara tradisional sehingga masih perlu untuk dikembangkan

lagi. Bentuk produk yang dihasilkan oleh petani adalah dalam bentuk pelepah,

minuman siap saji, teh dan makanan seperti manisan dan dodol. Produksi yang

dihasilkan oleh petani sekarang ini dipasarkan ke pasar tani yang terletak di KSA,

pasar tradisional dan pabrik pengolahan yang telah dibangun di KSA serta di

ekspor ke luar pulau dan luar negeri.

Posisi Indonesia sebagai salah satu pemasok komoditas lidah buaya di

tingkat pasar dunia dengan daerah produksi Kalimantan Barat khususnya di Kota

Pontianak untuk tujuan pasar Hongkong, Malaysia, Jepang dan Taiwan masih

(25)

Pemasaran produk sangat diperlukan karena produksi yang dihasilkan

tidak akan berarti apa -apa apabila tidak dapat dipasarkan. Pemasaran pertanian

merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian karena

dengan pemasaran pertanian dapat tercipta nilai tambah melalui guna tempat,

guna waktu dan guna bentuk.

Kendala yang dihadapi oleh petani sebagai produsen dalam hal pemasaran

adalah terbatasnya pasar untuk produk mereka atau dengan kata lain produktivitas

tin ggi sedangkan pemasaran rendah. Penyerapan produk yang dihasilkan oleh

petani tidak seimbang dengan kemampuan atau daya beli dari pedagang

pengumpul, pedagang besar atau eksportir antar pulau. Produk yang dihasilkan

tidak dapat diserap sepenuhnya untuk ekspor karena masih terbatasnya

kemampuan eksportir antar pulau untuk menjual produk. Keterbatasan ini karena

biaya transportasi dan pengemasan yang tinggi. Lidah buaya yang memiliki sifat

produk pertanian yang bulky dan mudah rusak memerlukan penanganan yang khusus agar dapat sampai ke tangan pembeli dalam keadaan yang segar sehingga

memerlukan kontainer yang memiliki fasilitas Cold Storage dan penanganan seperti ini yang masih dirasakan memberatkan eksportir.

Beberapa upaya sudah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membantu

petani mengatasi hal ini seperti didirikannya Terminal Agribisnis untuk

membantu petani dalam mencari pembeli untuk produk mereka dan adanya kerja

sama dengan PT. Nitramas Utama sebagai perusahaan penghasil Nata de Aloe

yang memerlukan lidah buaya sebagai salah satu bahan baku mereka. Upaya ini

belum sepenuhnya dapat membantu petani karena yang terjadi saat ini Terminal

Agribisnis belum berfungsi dan tidak adanya pengawasan standar mutu dan harga

dari pihak produsen yang seharusnya bersama-sama dengan pihak PT. Nitramas

Utama (pabrik) menentukan mutu produk yang dapat dijual ke pabrik. Selama ini

yang menentukan hanya satu pihak saja yaitu pabrik. Hal ini menyebabkan petani

berada dalam posisi tawar yang lemah untuk menentukan harga. Mutu produk

merupakan faktor utama penentu harga dan permintaan produk, baik domestik

maupun ekspor. Kemampuan untuk menjamin mutu sesuai dengan permintaan

konsumen baik domestik maupun ekspor merupakan kunci bagi keunggulan

(26)

Seiring dengan arus liberalisasi dan globalisasi pasar dunia, maka

komoditi lidah buaya menunjukkan persaingan yang ketat di pasaran dunia

disamping sudah ada berbagai daerah yang mulai mengusahakan lidah buaya

selain Pontianak. Konsekwensinya, aspek mutu, bentuk dan harga jual produk

menjadi sangat penting dan perlu mendapat lebih banyak perhatian.

Informasi harga, mutu dan peluang pasar sangat diharapkan oleh produsen.

Informasi yang disampaikan oleh konsumen kepada produsen ataupun sebaliknya

dapat melalui perantara dalam hal ini bisa pihak-pihak yang berwenang seperti

Terminal Agribisnis, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura atau dari

pedagang. Informasi ini harusnya dikomunikasikan untuk membantu petani dalam

mencari peluang pasar yang lebih baik. Informasi dari pihak berwenang maupun

pedagang ini dapat disebarluaskan antar satu petani ke petani lain melalui jaringan

komunikasi. Agar terkoordinasi dengan baik maka peran komunikasi sangat

penting.

Dalam melakukan usahataninya terjadi interaksi antara satu petani dengan

petani lain sebagai anggota masyarakat. Interaksi ini tentu akan melibatkan proses

berbagi informasi tentang suatu objek antara petani yang diajak berinteraksi salah

satunya adalah berbagi informasi tentang pemasaran. Proses berbagi informasi ini

dapat melalui proses komunikasi interpersonal yang sekaligus membentuk

jaringan komunikasi di antara petani lidah buaya. Jaringan komunikasi penting

untuk dikembangkan dalam usahatani dan pemasaran lidah buaya karena dapat

memberikan informasi kepada petani tentang harga jual, mutu dan bentuk produk

yang diinginkan konsumen dan tujuan pe masaran yang lebih menguntungkan.

Uraian di atas melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian untuk

mengidentifikasi keragaan jaringan komunikasi dan melihat bagaimana pengaruh

hubungan antara karakteristik individu petani dan jaringan komunikasi dan

bagaimana hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam

(27)

Perumusan Masalah

Petani sebagai produsen tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga

jual sesuai dengan mutu sehingga mereka berada dalam posisi yang lemah pada

saat penentuan harga. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara

produktivitas dengan pemasaran produk sehingga membuat petani mulai

kehilangan semangat untuk mengusahakan lahan usahatani mereka. Situasi ini

tentunya dibicarakan antar petani secara interpersonal dala m jaringan komunikasi

antar petani.

Beragamnya karakteristik petani sebagai faktor internal dari komunikasi

dan kemampuan petani diterpa media sebagai faktor eksternal menyebabkan tidak

semua petani mempunyai akses terhadap jaringan komunikasi dan tidak semua

petani dapat memanfaatkannya dengan baik. Sampai saat ini belum ada informasi

yang rinci mengenai jaringan komunikasi petani lidah buaya, baik itu yang

menyangkut keterlibatan atau partisipasi dalam jaringan tersebut, perolehan

informasi maupun faktor-faktor komunikasi yang berhubungan dengan jaringan

komunikasi dalam hal pemasaran lidah buaya .

Bertitik tolak dari fenomena di atas, maka dirumuskanlah masalah

penelitian yang ingin dilihat yaitu “Bagaimana peranan jaringan komunikasi yang

ada dalam pemasaran lidah buaya?” Masalah tersebut dapat terjawab apabila ditemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana keragaan dan struktur jaringan komunikasi petani lidah buaya

di kota Pontianak?

2. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal

komunikasi dengan jaringan komunikasi petani dalam pemasaran lidah

buaya di kota Pontianak?

3. Bagaimana hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani

dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak?

4. Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan perilaku

(28)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk menjelaskan :

1. Keragaan struktur jaringan komunikasi di kalangan petani lidah buaya.

2. Hubungan faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan

komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

3. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam

pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

4. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan

perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.

2. Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pelengkap untuk penelitian lebih

lanjut bagi pihak yang tertarik untuk meneliti masalah yang berkaitan

dengan jaringan komunikasi secara umum dan jaringan komunikasi pada

pemasaran lidah buaya secara khusus.

3. Secara praktis walaupun penelitian ini tidak bermaksud untuk

menghasilkan resep perumusan suatu kebijakan, akan tetapi sedikitnya

diharapkan dapat membantu perumus kebijakan dengan memberikan

informasi tentang pola atau struktur jaringan komunikasi yang dapat

digunakan dalam diseminasi informasi di kalangan petani. Disamping itu

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

faktor-faktor komunikasi yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam

(29)

Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan

berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian.

Tujuan komunikasi dalam konteks komunikasi interpersonal adalah

“berkomunikasi dengan (to communicate with)” daripada sekedar mempengaruhi. Komunikasi lebih merupakan suatu proses berbagi informasi (sharing information). Pencapaian pengertian bersama untuk menaksir dan mendefinisikan realitas menjadi sangat penting karena keberhasilan berbagai upaya manusia

tergantung pada ada tidaknya pengertian bersama. Komunikasi pada hakekatnya

adalah suatu proses sosial yaitu sesuatu yang bekerja atau berjalan antar manusia

(Rogers dan Kincaid, 1981).

Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama

proses kehidupannya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan komunikasi.

Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia,

mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih,

kelompok, keluarga, organisasi dalam konteks publik secara lokal, regional dan

global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara

verbal dan non verbal, langsung atau tidak langsung (Djuarsa, 1993).

Djuarsa (1993) menjelaskan bahwa komunik asi memiliki beberapa

karakteristik yaitu:

a. Komunikasi adalah suatu proses.

b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

c. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari pelaku yang

terlibat.

d. Komunikasi bersifat simbolis.

e. Komunikasi bersifat transaksional

(30)

Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi (Communication Network) adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses

pengiriman dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Menurut Aziz

(2002) jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara

individu-individu dalam sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di

antara individu-individu tersebut sehingga membentuk pola -pola atau model

jaringan komunikasi tertentu.

Hanneman dan McEver (1975) menyatakan bahwa jaringan komunikasi

adalah pertukaran informasi yang terjadi secara teratur antara dua orang atau

lebih. Ditegaskan pula oleh Nan Lin (1975) bahwa bila dua orang atau lebih ikut

serta dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan, maka terlibat dalam suatu

jaringan.

Rogers dan Rogers (1976) menyatakan bahwa suatu jaringan terjadi dari

individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain melalui arus

komunikasi yang terpola. Diperjelas lagi oleh Schramm (1963) bahwa jaringan

komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain,

saling mempengaruhi dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama.

Feldman dan Arnold (1983) membedakan jaringan komunikasi menjadi

dua jenis, yaitu jaringan komunikasi formal (menyerupai struktur organisasi) dan

jaringan komunikasi informal yang disebut juga sebagai grapevine atau benalu komunikasi. Sajogyo dan Sajogyo (1996) mengistilahkan jaringan komunikasi

informal sebagai jaringan komunikasi tradisional. Jaringan komunikasi tradisional

merupakan saluran komunikasi yang paling penting untuk mobilisasi desa.

Robbin (1984) berpendapat bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi

vertikal dan horis ontal dalam komunikasi organisasi yang dibangun dalam

bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan

(Gambar 1) yaitu jaringan rantai, jaringan Y, roda, lingkaran dan jaringan

semacam saluran (Stoudolar, 1984 ; Koont z, et. al. 1989 ; Sikula, 1981 dalam

(31)
[image:31.612.119.476.94.479.2]

Gambar 1 Jaringan Komunikasi Umum (Robbins, 1984)

Berdasarkan kriteria tersebut tidak ada satupun jaringan yang akan

menjadi terbaik untuk semua kejadian (Tabel 1). Apabila kecepatan yang penting

maka jaringan roda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai,

jaringan Y, dan jaringan roda mendapat nilai tinggi untuk kecermatannya.

Susunan jaringan semua saluran adalah yang terbaik apabila tujuannya adalah

untuk mencapai kepuasan anggota yang tinggi. Efektifitas jaringan komunikasi

diukur menggunakan empat kriteria sebagai berikut :

Rantai Y

Roda (star)

(32)

Tabel 1 Jaringan komunikasi dan kriteria evaluasi

Jenis Jaringan Komunikasi

Kriteria Rantai Y Roda Lingkaran Semua Saluran

Kecepatan Sedang Sedang Cepat Lamban Cepat

Kecermatan Tinggi Timggi Tinggi Rendah Sedang

Timbulnya

Pemimpin Sedang Sedang Tinggi Tidak ada Tidak ada

Moril Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi

Sumber : Robbins (dalam Moekijat, 1993)

Dalam kaitannya dengan perspektif jaringan maka ada beberapa konsep

yang perlu dipahami sehingga dapat mempertaja m analisa terhadap jaringan

komunikasi yaitu konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Konsep ini memperkenalkan jaringan komunikasi model Y, Bintang, All-Channel, Rantai. Konsep independen (desentralisasi) dimana anggota bebas memilih posisinya

untuk menjadi apa dalam berkomunikasi sedangkan pada konsep dimana jaringan

terpusat atau sentralisasi kejenuhan terjadi karena adanya overload informasi dalam suatu kelompok (Beebe dan Masterson, 1994).

Rogers dan Kincaid (1981) membedakan pola atau model jaringan

komunikasi ke dalam Jaringan Personal Jari-jari (Radial Personal Network) yang bersifat menyebar dan Jaringan Personal Mengunci (Interlocking Personal Network) yang bersifat memusat. Jaringan personal yang memusat mempunyai derajat integrasi yang tinggi, terdiri dari individu-individu yang homopili namun

kurang terbuka terhadap lingkungannya. Jaringan personal yang menyebar

mempunyai derajat integrasi yang rendah namun terbuka terhadap lingkungannya

Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan bahwa jaringan-jaringan

komunikasi terdiri atas individu-individu yang berhubungan melalui pola -pola

[image:32.612.132.503.109.287.2]
(33)

menuntun para individu untuk saling mendekatkan atau saling menjauhkan

pengertian bersama me reka mengenai realitas.

Analisis Jaringan Komunikasi

Analisis jaringan komunikasi adalah suatu metode penelitian untuk

mengidentifikasikan struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data

hubungan mengenai arus komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa

tipe hubungan interaksi sebagai unit-unit analisis. Salah satu tujuan penelitian

komunikasi dengan menggunakan jaringan komunikasi adalah untuk memahami

gambaran umum mengenai interaksi manusia dalam suatu sistem (Rogers dan

Kincaid, 1981).

Analisis jaringan komunikasi mendiskripsikan hubungan-hubungan antar

unsur dan hubungannya dengan struktur komunikasi interpersonal. Struktur

komunikasi adalah susunan dari unsur-unsur yang berlainan yang dapat dikenal

melalui pola arus komunikasi dalam suatu sistem. Suatu jaringan komunikasi

terdiri dari saling hubungan antar individu melalui arus -arus informasi yang

terpola. Arus informasi terjadi diantara partisipan dalam jaringan, dimana

masing-masing atau keduanya dapat menjadi pengirim atau penerima informasi secara

bergantian.

Konsepsi analisis jaringan komunikasi menekankan komunikasi dianggap

sebagai suatu proses saling tukar menukar informasi. Itulah sebabnya mengapa

model konvergensi dan analisis jaringan demikian sesuai satu sama lainnya.

Pendekatan yang digunakan dalam analisis jaringan komunikasi berdasarkan

model konvergensi (Kincaid dan Schramm, 1987). Model konvergensi (timbal

balik) diagramnya menunjukan garis melingkar, maka wujudnya menyerupai

serangkaian lingkaran dengan satu pusat. Jadi merupakan gerak menuju

pengertian bersama yang terdapat di pusat. Titik pusat atau akhir tidak akan

pernah dicapai secara mutlak. Hal ini mengingat kenyataan bahwa pengertian

bersama seperti merupakan proses pertanyaan yang tak pernah mengenal akhir,

oleh dua orang atau lebih. Proses bertanya ini selalu dapat berlanjut terus,

(34)

Mempelajari perilaku manusia berdasarkan model konvergensi digunakan

pendekatan analisis jaringan komunikasi yaitu suatu metoda analisis untuk

menentukan struktur komunikasi suatu sistem. Hubungan data tentang alur

komunikasi dianalisis dengan menggunakan beberapa jenis hubungan

interpersonal sebagai unit analisa.

Dahlan (1997), menemukan dalam penelitiannya bahwa:

1. Jaringan komunikasi sosial yang tumbuh dalam masyarakat sangat

informal sifatnya dan jarang terkait atau berhubungan dengan orang-orang

yang biasanya dianggap sebagai pemuka formal.

2. Desa yang pranata adatnya sangat kuat memang ada jaringan-jaringan

kekerabatan yang kuat, tetapi anggota-anggotanya umumnya menjadi

anggota berbagai jaringan komunikasi sosial yang berbeda -beda sepanjang

menyangkut informasi yang lain

3. Kepemukaan pendapat dalam jaringan komunikasi sosial di pedesaan

ternyata bukan polimorfik tetapi umunya monomorfik, terbatas untuk

suatu jenis informasi yang tertentu.

Analisis jaringan komunikasi mempunyai kelebihan dalam memungkinkan

peneliti dalam menentukan “dimensi kedua” pengaruh komunikasi yang berupa

distribusi akibat komunikasi antar anggota klik dalam suatu sistem, termasuk

konsensus atau persetujuan yang timbul diantara individu yang berada dalam

jaringan.

Knoke dan Kuklinski dalam Setyanto (1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial

yaitu:

1. Dalam analisis jaringan harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang a da

di dalamnya tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku

yang berpartisispasi dalam sistem sosial itu. Sifat hubungan yang terdapat

pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan

mungkin akan dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan

(35)

langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah

laku sosial saja.

2. Dalam jaringan perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur sosial dalam

sistem sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteratur an pola hubungan

dari suatu keadaan konkrit.

Analisis jaringan komunikasi biasanya terdiri dari satu atau lebih

prosedur -prosedur penelitian yaitu:

1. Pengidentifikasi klik-klik yang terdapat dalam keseluruhan sistem dan

menentukan bagaimana bagian kelompok struktural ini mempengaruhi

perilaku komunikasi dalam suatu sistem.

2. Pengidentifikasi peranan komunikasi khusus yang tertentu seperti

Liaison”, ”Bridge”, dan “Isolated/pemencil”.

3. Mengukur berbagai indeks struktur komunikasi seperti “communication connectedness” para individu, pasangan, jaringan personal, klik atau keseluruhan sistem (Rogers dan Kincaid, 1981).

Klik adalah bagian dari sistem dimana anggota -angotanya relatif lebih

sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota-anggota lainnya

dalam sistem komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981). Dengan pengidentifikasian

klik dapat diketahui struktur komunikasi yang terbentuk selain itu dapat juga

dipakai untuk mengukur derajat struktur komunikasinya.

Muhammad (2004) menyatakan bahwa untuk mengetahui jaringan

komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan. Hasil analisis

jaringan dapat memberikan informasi bentuk hubungan atau koneksi orang-orang

dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok

dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam

organisasi. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam jaringan komunikasi

yaitu:

(36)

organisasi tetapi membimbing tingkah laku anggota organisasi dan

mempengaruhi keputusan mereka.

2. Gate keepers adalah individu yang mengontrol arus informasi diantara anggota organisasi. Mereka berada di tengah suatu jaringan dan

menyampaikan pesan dari satu orang kepada orang lain atau tidak

memberikan informasi. Gate keepers dapat menolong anggota penting dari organisasi seperti pimpinan untuk menghindarkan informasi yang

terlampau banyak dengan jalan hanya memberikan informasi yang

penting-penting saja terhadap mereka. Dalam hal ini gate keepers

mempunyai kekuasaan dalam memutuskan apakah s uatu informasi penting

atau tidak.

3. Cosmopolite adalah individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Mereka ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber

yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai

organisasi kepada orang-orang tertentu dalam lingkungannya.

4. Bridge adalah anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain. Individu ini

membantu saling memberi informasi di antara kelompok-kelompok dan

mengkoordinasi kelompok.

5. Lia ison adalah sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan penghubung di

antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Individu ini juga

membantu dalam membagi informasi yang relevan di antara

kelompok-kelompok organisasi.

6. Isolate adalah anggota organisasi yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam organisasi. Orang-orang ini menyembunyikan

diri dalam organisasi atau diasingkan oleh teman-temannya.

Struktur komunikasi yang terbentuk dalam analisis jaringan komunikasi

akan memperlihatkan seseorang yang muncul sebagai bintang. Menurut Roger

(37)

Sebagai orang yang paling banyak dihubungi, bintang mempunyai karakteristik

yang dapat diterima oleh sebagian besar anggota sistem sosial

Purnomo (2002) dalam penelitiannya menjelaskan salah satu peranan

individu dalam jaringan komunikasi yaitu bintang (Star). Bintang ditunjukkan oleh jumlah pilihan terbanyak yang ditujukan pada seorang taruna dari

taruna-taruna lain yang merupakan anggota jaringan komunikasi. Jadi dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bintang (Star) adalah individu yang mendapatkan jumlah pilihan terbanyak dari individu-individu lain yang terlibat

dalam jaringan komunikasi.

Selain beberapa istilah di atas, dalam jaringan komunikasi juga dikenal

istilah yang mengungkapkan hubungan antar manusia dalam berbagi informasi

yaitu:

1. Indeks ke terhubungan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya.

2. Indeks keragaman (Diversity Index) adalah derajat keheterogenan anggota dalam jaringan komunikasi.

3. Indeks integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan

komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi.

4. Indeks keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar

klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid,

1981).

Karakteristik Individu

Nelly (1988) menyatakan bahwa karakteristik individu akan sangat

mene ntukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya. Karakteristik individu

ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang ditampilkan

melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya.

Menurut Lionberger karakteristik individu merupakan aspek personal

(38)

Ditambahkan oleh McLeod dan O’Keefe bahwa variabel demografi seperti jenis

kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk

menerangkan perilaku komunikasi (Lionberger, 1960; McLeod dan O’Keefe,

1972, dalam Saleh, 1988).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa profil petani yakni umur,

pendapatan, luas lahan yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, partisipasi

dalam kelompok dan jarak ke sumber informasi berhubungan dengan upaya

memperoleh informasi melalui saluran komunikasi interpersonal maupun media

massa (Wardhani, 1994; Istina 1998, dalam Aziz, 2002).

Penelitian Djamali (1999) memperlihatkan adanya hubungan yang

signifikan antara karakteristik individu dengan keikutsertaan dalam jaringan

komunikasi agribisnis sarang burung walet. Kecenderungan yang terjadi pada

seorang pewalet bahwa semakin muda, semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi

pengalaman maka seorang pewalet cenderung ikut serta dalam jaringan

komunikasi. Disamping itu terpaan media memperlihatkan ada hubungan yang

dengan keikutsertaan individu dalam jaringan komunikasi. Hal ini diperkuat oleh

penelitian Sopiana (2002) yang menunjukkan terdapat hubungan antara umur,

pendidikan luas lahan garapan dan terpaan media terhadap perilaku (penge tahuan

dan pelaksanaan) usahatani tebu.

Media massa sebagai salah satu saluran komunikasi berperan penting

dalam mengubah perilaku individu. Terpaan media memiliki pengaruh langsung,

segera dan sangat menentukan terhadap audience. Hedebro dalam Nasution (1992) mengemukakan peranan-peranan komunikasi dalam pembangunan dan

diantaranya terdapat peranan media massa dapat menciptakan perubahan dengan

membujukkan nilai-nilai dan sikap mental untuk menunjang modernisasi.

Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan

tradisional dengan membawakan pengetahuan kepada massa. Disamping itu pula

media massa dapat bertindak sebagi pengganda sumber -sumber daya

(39)

Perilaku

Salah satu cara untuk memahami perilaku manusia adalah dengan

mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar manusia karena

didalamnya ada proses komunikasi interpersonal yang terjadi dalam jaringan

komunikasi. Arif (1995) menjelaskan bahwa perilaku atau tingkah laku adalah

kebiasaan bertindak yang me nunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari

pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatan.

Menurut Thorndike dan Watson dalam Rakhmat (2001) perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk

memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Didukung oleh Lewin

dalam Rakhmat (2001) yang menyatakan bahwa perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli tetapi juga dipengaruhi oleh tujuan dan kebutuhan hidup,

semua faktor yang disadarinya dan kesadaran diri. Lewin memperkenalkan rumus

B= f(P,E), artinya Behavioral (perilaku) adalah hasil interaksi antara person (diri orang itu) dengan environment (lingkungan psikologis). Lingkungan memberikan pengaruh cukup besar da lam menentukan perilaku manusia tetapi manusia

memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya sesuai

dengan karakteristik personal yang dimilikinya.

Menurut Rakhmat (2001), sistem peranan yang ditetapkan dalam

masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah

faktor -faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam kelompok dan

organisasi hubungan antara anggota dan ketua serta besar kecilnya kelompok akan

mempengaruhi jaringan komunikasi. Karakteristik populasi seperti usia,

kecerdasan, karakteristik biologis akan mempengaruhi pola-pola perilaku anggota

populasi tersebut.

Jaringan komunikasi membentuk suatu struktur komunikasi dalam suatu

sistem. Setiap individu dalam suatu sistem akan berhubungan dengan individu

lain (interpersonal) yang terpolakan dalam suatu kurun waktu. Suatu struktur

jaringan komunikasi (atau jaringan) tumbuh secara relatif stabil dan perilaku

(40)

yang relatif antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman

dan penerimaan informasi (Rogers dan Kincaid, 1981).

Pengetahuan menurut Hutabarat merupakan informasi yang diketahui

seseorang yang akan diperoleh melalui proses belajar atau pengalaman

(Thirtawati, 2000). Diperjelas oleh Walgito (2002) yang menyatakan bahwa

pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru selanjutnya menjadi sikap

terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk

bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu.

Tindakan adalah tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai

dilaksanakan oleh seseorang di dalam bertingkah laku yang didasarkan pada

kebutuhan dan motivasi. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah

laku akan dapat membentuk sebuah motivasi (Ahmadi, 1991).

Pemasaran Hasil Pertanian

FAO (1958) dalam Sudiyono (2002) mendef inisikan pemasaran hasil pertanian atau tataniaga hasil pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi

berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai

dari produsen primer sampai ke tangan konsumen.

Menurut Mubyarto (1989), istilah pemasaran diartikan sama dengan

tataniaga atau distribusi. Pemasaran adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi

membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Disebut

tataniaga karena “niaga” berarti dagang, sehingga tataniaga berarti segala sesuatu

yang menyangkut aturan permainan dalam hal perdagangan. Perdagangan

biasanya dijalankan melalui pasar sehingga tataniaga disebut juga pemasaran.

Menurut Sudiyono (2002) pemasaran pertanian adalah proses aliran

komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna

tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga -lembaga pemasaran

dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi pemasaran.

Beberapa masalah pemasaran komoditi pertanian menurut Soekartawi

(41)

1. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan

kontinu.

2. Fluktuasi harga.

3. Pelaksanaan pemasaran yang tidak efesien karena tidak ”fair”nya pelaku pasar dalam mekanisme pemasaran.

4. Tidak memadainya fasilitas pemasaran seperti transportasi, gudang dan

tempat komoditi pertanian dipasarkan.

5. Terpencarnya lokasi produsen dan konsumen.

6. Kurang lengkapnya informasi pasar.

7. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran.

8. Kurangnya respon produsen terhadap permintaan pasar.

9. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang mendukung.

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran produk mereka

adalah faktor harga. Harga menurut Mubyarto (1989) adalah ukuran nilai dari

suatu barang dan jasa. Suatu barang mempunyai harga karena barang tersebut

berguna dan jumlahnya terbatas. Barang disebut barang ekonomi karena

mempunyai permintaan dan penawaran. Suatu barang mempunyai permintaan

karena barang tersebut mempunyai kegunaan sedangkan suatu barang mempunyai

penawaran karena jumlahnya terbatas.

Tinggi rendahnya harga barang dan jasa akan dipengaruhi oleh mutu dan

mutu dapat diperoleh dari standarisasi. Standar mutu berarti penentuan atau

penetapan standar golongan (kelas atau derajad). Standar mutu adalah suatu

ukuran atau ketentuan mutu yang diterima oleh umum sebagai sesuatu yang

mempunyai nilai tetap (Hanafiah dan Saefudin, 1983). Suatu standar ditentukan

atas dasar ciri-ciri produk yang dapat berpengaruh pada nilai komersil dari barang.

Ciri-ciri yang dimaksud dapat berupa ukuran, bentuk, warna, rasa, kandungan air,

(42)

Kerangka Pemikiran

Petani tentunya memerlukan peran komunikasi dalam usaha taninya.

Komunikasi ini diperlukan dalam berbagai hal seperti mendapatkan informasi

tentang sarana produksi (pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian), cara

budidaya dan cara serta tujuan memasarkan produk mereka. Kenyataan yang

terjadi petani pada petani lidah buaya di Pontianak adalah kesulitan dalam hal

pemasaran yang disebabkan karena kekurangtahuan akan informasi harga jual,

mutu dan bentuk produk yang diinginkan konsumen maupun tujuan penjualan.

Untuk mendapatkan informasi ini petani memerlukan bantuan dari berbagai pihak

dengan melakukan interaksi komunikasi sehingga membentuk jaringan

komunikasi.

Informasi mengenai pemasaran khususnya harga jual, mutu dan bentuk

produk serta tujuan penjualan sangat dibutuhkan oleh petani karena dengan

mengetahui informasi ini petani akan dapat mengambil peran yang aktif dalam

menentukan harga. Dengan berperannya petani dalam mene ntukan harga maka

petani akan lebih kuat dalam posisi tawar menawar produk mereka dan akhirnya

akan dapat menaikkan pendapatan sebagai tujuan akhir usahatani mereka.

Salah satu cara untuk memahami jaringan komunikasi pada pemasaran

lidah buaya adalah dengan mengamati hubungan-hubungan sosial yang terjadi

akibat dilakukannya proses komunikasi interpersonal. Hal ini tidak lain karena

manusia selain mahluk individu adalah juga sebagai mahluk sosial yang hanya

bisa mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan

lingkungan sosialnya. Interaksi tentunya diawali kontak yang mengarah pada

kecenderungan untuk berbagi informasi dengan individu lain dan perwujudan

interaksi dengan individu lain akan mengarah kepada siapa berhubungan dengan

siapa.

Petani akan membentuk jaringan komunikasi dalam berbagi informasi

(43)

keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index).

Diduga karakteristik individu petani dapat mempengaruhi jaringan

komunikasi dan jaringan komunikasi dapat mempengaruhi perilaku petani dalam

kasus pemasaran produk lidah buaya. Karakteristik individu meliputi umur,

pendidikan, luas lahan, pengalaman berusahatani dan terpaan media (media exposure) yang terdiri dari keterdedahan media dan kepemilikan media sedangkan jaringan komunikasi meliputi indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index), indeks keterbukaan (oppeness index). Penelitian ini berupaya mema hami:

1. Keragaan dan struktur jaringan komunikasi di kalangan petani lidah buaya.

2. Hubungan faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan jaringan

komunikasi petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

3. Hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani dalam

pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

4. Hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal komunikasi dengan

perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya di kota Pontianak.

Jaringan komunikasi lidah buaya beranggotakan petani-petani dimana di

dalamnya terjadi komunikasi interpersonal. Komunikasi yang terjadi di dalam

jaringan tersebut dianggap efektif apabila terjadi kesamaan pemahaman dari

tujuan antara sumber dan penerima informasi. Kesamaan pemahaman tersebut

akan menghasilka n kesamaan pengetahuan, sikap mental dan tindakan-tindakan

tertentu yang berkaitan dengan pemasarannya.

Analisis jaringan komunikasi serta faktor -faktor yang mempengaruhinya

(44)

Gambar 2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis

penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan

jaringan komunikasi petani lidah buaya .

2. Terdapat hubungan antara jaringan komunikasi dengan perilaku petani

dalam pemasaran lidah buaya.

3. Terdapat hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan

perilaku petani dalam pemasaran lidah buaya.

Jaringan

Komunikasi:

1. Derajat

Keterhubungan

2.

Derajat

Integrasi

3.

Derajat

Keterbukaan

Perilaku Pemasaran:

1.

Pengetahuan

2.

Tindakan

Faktor Eksternal

1.

Keterdedahan

media

2.

Kepemilikan

media

Faktor Internal

1.

Umur

2.

Pendidikan

3.

Luas lahan

[image:44.612.129.505.98.455.2]
(45)

Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei yang bersifat

deskriptif korelasional dengan analisis terhadap semua indikator peubah dan

hubungan antar pe ubah. Penelitian ini terdiri dari tiga peubah yaitu peubah bebas,

peubah antara dan peubah tidak bebas. Peubah bebas terdiri dari karakteristik

individu sebagai faktor internal yang terdiri dari umur, pendidikan formal,

pengalaman berusahatani, luas lahan sedangkan terpaan media sebagai faktor

eksternal terdiri dari keterdedahan media dan kepemilikan media, peubah

antaranya adalah jaringan komunikasi yang terdiri dari indeks keterhubungan

(connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index). Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan peubah jaringan komunikasi yang ditekankan pada struktur komunikasinya.

Struktur komunikasi di sini meliputi tiga tingkat yaitu tingkat individu, tingkat

klik dan tingkat sistem. Peubah tak bebasnya adalah perilaku petani dalam

pemasaran lidah buaya khususnya pengetahuan dan tindakan petani dalam dalam

hal pemasaran lidah buaya.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak yang

terletak di Kecamatan Siantan Kota Pontianak. Penentuan lokasi dalam penelitian

ini dilakukan karena wilayah ini merupakan Kawasan Sentra Produksi lidah

buaya , memiliki areal pengusahaan yang paling luas dan berpotensi untuk

dikembangkan lagi sebagai upaya mendukung program komoditas unggulan Kota

Pontianak. Pe nelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu dimulai bulan

(46)

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh petani lidah buaya di Kawasan Sentra

Agribisnis Pontianak. Sesuai dengan ketentuan dalam analisis jaringan

komunikasi maka pengambilan sampe l dilakukan dengan cara Representative Sample of Intact System yaitu mengambil seluruh individu yang termasuk di dalam sistem sebagai sampel. Sampel penelitian ini adalah semua petani petani

lidah buaya di Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak sebanyak 67 orang yang

terdiri dari etnis Cina, Melayu dan Jawa.

Definisi Operasional

1. Karakteristik Petani: adalah merupakan aspek personal seseorang yang

meliputi umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya , yang meliputi:

a. Umur, adalah jumlah tahun usia responden dihitung sejak yang

bersangkutan lahir sampai wawancara dilakukan. Diukur dengan

skala ordinal dari umur yang tertua hingga yang termuda dengan

tiga kategori, tua, sedang dan muda .

b. Tingkat pendidikan, adalah tingkat pendidikan formal tertinggi

responden. Diukur dengan skala ordinal dari pendidikan tertinggi

hingga yang terenda h. Pendidikan dikategorikan tinggi, sedang dan

rendah

c. Pengalaman bertani, adalah lamanya responden menjalankan

usahataninya. Diukur dengan menggunkan skala ordinal dari

tertinggi hingga yang terendah. Pengalaman bertani dikategorikan

tinggi , sedang dan rendah.

d. Luas lahan, diukur dengan melihat luas garapan responden dalam

hektar. Ukuran skala yang digunakan dinyatakan dalam skala

ordinal dari luas lahan tertinggi hingga yang terendah. Luas lahan

dikategorikan tinggi, sedang dan rendah.

e. Kepemilikan media , diukur berdasarkan jumlah media atau alat

(47)

majalah dan surat kabar. Ukuran skala yang digunakan dinyatakan

dalam skala ordinal dari kepemilikan tertinggi hingga yang

terendah. Kepemilikan media dikategorikan tinggi, sedang dan

rendah

f. Terpaan media , adalah berkaitan dengan informasi yang diperoleh

responden melalui media massa baik cetak maupun elektronik dan

diukur dengan berapa kali responden membaca koran atau majalah

dan mendapatkan informasi tentang pemasaran lidah buaya dan

berapa kali mendengar atau menonton acara tv yang berkenaan

dengan pemasaran lidah buaya dalam enam bulan terakhir. Terpaan

media dikategorikan tinggi, sedang dan rendah

2. Jaringan Komunikasi, menggambarkan interaksi antara satu petani dengan

petani lain yang berkaitan dengan upaya memperoleh dan memberikan

informasi mengenai pemasaran. Dari data jaringan yang diperoleh dapat

dilihat indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index).

Indeks keterhubungan (connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (openess index) dikategorikan jika nilainya mendekati satu maka dikatakan derajat keterhubungan, integrasi dan

keterbukaan tinggi. Jika nilai indeks menjauhi angka satu maka dapat

dikatakan derajat keterhubungan, integrasi dan keterbukaan rendah.

Di samping itu data jaringan komunikasi juga dapat menggambarkan

struktur jaringan komunikasi. Struktur jaringan komunikasi menjelaskan

peranan-peranan petani sebagai individu yang terlibat dalam jaringan

komunikasi. Adapun peranan yang terjadi dalam sistem berupa :

a. Star yaitu individu yang mendapatkan pilihan terbanyak dari individu-individu lain yang terlibat dalam jaringan komunikasi.

b. Bridge yaitu anggota kelompok atau klik dalam suatu organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok

(48)

c. Liaison yaitu sama peranannya dengan bridge tetapi individu itu sendiri bukanlah anggota dari satu kelompok tetapi dia merupakan

penghubung di antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

d. Isolate anggota kelompok yang mempunyai kontak minimal dengan orang lain dalam kelompok.

Struktur jaringan komunikasi dianalisa dalam tiga tingkat yaitu tingkat

individu, tingkat klik dan tingkat sistem.

a. Individu yaitu petani sebagai perseorangan,

b. Klik yaitu bagian dari sistem dimana anggota -angotanya relatif lebih

sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan

anggota-anggota lainnya dalam sistem komunikasi.

c. Sistem adalah seluruh petani yang terlibat di dalam jaringan

komunikasi.

Analisis tingkat individu terdiri dari derajat koneksi individu dan

derajat integrasi individu. Tingkat klik terdiri dari derajat koneksi klik,

derajat integrasi klik dan derajat keterbukaan klik. Tingkat sistem terdiri

dari koneksi sistem rata-rata dan tingkat keterbukaan sistem. Semua indeks

selanjutnya dikategorikan dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan

rendah. Untuk lebih jelas tentang def inisi operasional dan pengukuran

(49)
[image:49.612.89.508.98.689.2]

Tabel 2 Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi.

Indikator Definisi Konseptual Pengukuran 1. Tingkat Individu

1. Keterhubungan Individu (Individual Connectedness) 2. Integrasi Individu (Individual Integration) Tingkat hubungan individu dengan individu lainnya dalam suatu sistem

Tingkat hubungan dari masing-masing anggota jaringan komunikasi personal individu

Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota jaringannya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin. Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara individu dengan anggota jaringan komunikasi dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

2. Tingkat Klik

1. Keterhubungan Klik (Clique Connectedness)

2. Integrasi Klik (Clique

Integration)

3. Keterbukaan Klik (Clique

Openness)

Tingkat hubungan antar satu klik dengan klik lainnya di dalam suatu sistem

Tingkat hubungan suatu klik dengan klik yang terhubungkan dengan klik lainnya lagi

Tingkat hubungan antara anggota klik dengan klik anggota lain di luar klik

Jumlah hubungan antara satu klik dengan klik lain dalam suatu sistem dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin.

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) antara klik dengan klik lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

Jumlah hubungan anggota klik yang melintasi batas klik dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

3. Tingkat Sistem 1. Keterhubungan

Sistem Rata-rata (Average System Connectedness)

2. Keterbukaan Sistem (System Openness)

Tingkat rata-rata anggota sistem dihubungkan dengan individu lain di dalam sistem

Tingkat hubungan anggota sistem dengan individu lain di luar sistem

Jumlah rata-rata hubungan tiap individu anggota sistem dengan anggota lainnya dibagi dengan jumlah hubungan yang mungkin

(50)

3. Perilaku Petani, yaitu pe ngetahuan dan tindakan yang dilakukan petani

dalam hal pemasaran lidah buaya. Diukur dari pengetahuan dan tindakan

petani tentang informasi harga jual, mutu produk dan pembeli dengan tiga

kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data tersebut terdiri dari:

1. Karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman

berusahatani, luas lahan, pemilikan media komunikasi dan terpaan media.

2. Struktur jaringan komunikasi yang diukur dari indeks keterhubungan

(connectedness index), indeks integrasi (integration index) dan indeks keterbukaan (oppeness index).

3. Perilaku pemasaran yang diukur dari pengetahuan dan tindakan pe tani

dalam pemasaran lidah buaya.

Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:

1. Survei pendahuluan yaitu tahapan awal dengan melakukan pengamatan

dan penelitian pendahuluan guna mengumpulkan data-data untuk

memperkuat atau mempertajam permasalahan yang terjadi di lapangan

sehingga peneliti menjadi yakin bahwa penelitian ini perlu dan dapat

dilaksanakan.

2. Pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

wawancara (interview) dengan responden. Data jaringan komunikasi

dikumpulkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sosiometris

(darimana seseorang mendapatkan informasi tertentu dan kepada siapa

responden tersebut membicarakan informasi yang telah mereka dapatkan)

kepada seluruh petani. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner

(51)

a. Karakteristik individu

b. Struktur jaringan komunikasi

c. Perilaku petani dalam pemasaran.

3. Pengumpulan data sekunder yaitu data-data pendukung yang diperoleh

dari pihak-pihak dan lembaga-lembaga terkait yaitu PPL, Kepala Desa,

Kantor Kecamatan, Terminal Agribisnis, Aloe vera Center, Dinas Pertanian Kotamadya Pontianak dan pihak-pihak atau lembaga lain.

Validitas dan Reliabe litas

Validitas (keabsahan) instrumen diperoleh dari pertanyaan (kuesioner)

yang disusun dengan cara (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang

akan diukur, (2) menyesuaikan isi pertanyaan dengan keadaan responden, (3)

berpedoman pada teori-teori dan kenyataan yang telah diungkapkan pada berbagai

pustaka empiris, (4) mempertimbangkan pengalaman dan hasil penelitian

terdahulu dalam kasus yang relevan, dan (5) memperhatikan nasehat dan pendapat

dari para ahli, terutama dari komisi pembimbing.

Reliabelitas instrumen penelitian (kue sioner terbuka) diuji dengan

metode Cronbach á dimana pengukuran dilakukan hanya satu kali dan akan diolah

dengan SPSS 11. Untuk mencapai tingkat reliabelitas yang tinggi atau dengan

kata la in instrumen pengukuran atau kue sioner dikatakan reliabel (andal) dapat

diupayakan melalui cara sebagai berikut:

1. Mengungkapkan pertanyaan secara lugas (tidak membingungkan).

2. Memberikan petunjuk yang jelas dan baku dalam mengisi/menjawab

kuisioner.

Hasil uji yang didapatkan dengan metode Cronbach á melalui SPSS 11

didapatkanlah nilai á sebesar 0,5370. Nilai ini menunjukkan bahwa reliabelitas

instrumen penelitian sebesar 0,5370 yang artinya butir-butir pertanyaan yang ada

dalam instrumen sudah dianggap sesuai dan layak untuk dipakai sebagai

(52)

Analisis Data

Dalam penelitian ini te knik analisis data yang digunakan adalah:

1. Analisis Sosiometri

Digunakan untuk melihat jaringan komunikasi yang terjadi di

antara petani lidah buaya. Cara yang digunakan adalah dengan membuat

matriks hubungan komunikasi terlebih dahulu yang didapat dari

pertanyaan sosiometris yang diajukan dalam kuesioner, selanjutnya dibuat

sosiogram. Sosiogram ini kemudian digunakan untuk melihat pola

hubungan dan peranan individu petani dalam jaringan komunikasi.

2. Analisis Struktur Jaringan Komunikasi

Tingkat keterhubunga n rata-rata hubungan (individual connectedness) antar responden dapat dihitung dengan cara:

Tingkat keterhubungan =

Jumlah kemungkinan hubungan dalam sistem dirumuskan:

Dimana N= Jumlah anggota sistem yang ada

Tingkat integrasi individual (individual integration) dapat dihitung dengan cara:

Tingkat integrasi =

Jumlah hubungan nyata antar individu dengan anggota dalam

jaringan

Jumlah hubungan yang mungkin dalam sistem

N (N-1) 2

Jumlah hubungan tidak langsung (dua tahap) dalam suatu sistem

(53)

Indeks keterbukaan (system openness index) sistem dalam jaringan komunikasi dapat diketahui dengan cara:

Tingkat keterbukaan =

3. Analisis Statistik

Data mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan

jaringan komunikasi dan jaringan komunikasi dengan perilaku petani

dalam pemasaran dianalisa dengan menggunakan analisis rangking dari

Spearman.

Jumlah hubungan dari anggota sistem yang melintasi batas sistem

(54)

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kota Pontianak merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat yang

didirikan pada tanggal 23 Oktober 1771 dengan luas wilayah 107.82 km2 atau

0.07% dari luas Kalimantan Barat. Secara geografis terletak di lintasan

khatulistiwa, tepatnya pada posisi 0002’24’’LU– 0001’37’’LS dan 109016’25’’BT–

109023’04’’BT sehingga menjadikan Kota Pontianak dijuluki dengan sebutan

Kota Khatulistiwa (Bappeda dan BPM Kota Pontianak 2003).

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 5 Tahun 2002,

secara administratif Kota Pontianak dibagi menjadi 5 kecamatan yaitu,

Kecamatan Pontianak Utara, Kecamatan Pontianak Selatan, Kecamatan Pontianak

Timur, Kecamatan Pontianak Barat dan Kecamatan Pontianak Kota. Adapun luas

wilayah Kota Pontianak menurut kecamatan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas wilayah Kota Pontianak menurut kecamatan

Kecamatan Luas (km²) (%)

Pontianak Utara Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota

37.72 29.37 8.78 22.11 10.34

34.52 27.24 8.14 20.51

9.59

Jumlah 107.82 100.00

Sumber: BPS Kota Pontianak 2004

Tabel 3 di atas menunjukkan Kecamatan Pontianak Utara merupakan

kecamatan yang terluas dengan luas 37.72 km2 atau 34.52 persen dari luas Kota

Pontianak dan kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Pontianak Timur

dengan luas 8.78 km2 atau 8.14 persen dari luas Kota Pontianak.

Kawasan Sentra Agribisnis Pontianak yang merupakan lokasi penelitian

terletak di kecamatan Pontianak Utara. Kawasan Sentra Agribisnis (KSA)

merupakan salah satu kawasan yang dibangun oleh Pemerintah Kota Pontianak

[image:54.612.131.504.405.501.2]
(55)

pertanian. Pengembangan KSA Pontianak dipandang dapat mengakomodir hal

tersebut dengan pendekatan Produk Unggulan Daerah.

<

Gambar

Gambar 1 Jaringan Komunikasi Umum (Robbins, 1984)
Tabel 1  Jaringan komunikasi dan kriteria evaluasi
Gambar 2  Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 2  Definisi konseptual dan pengukuran struktur jaringan komunikasi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari minyak zaitun (Olea europaea) sebagai salah satu obat herbal terhadap kadar kolesterol total..

Menimbang, mengenai petitum keempat yaitu : menyatakan secara hukum Para Tergugat telah melakukan perbuatan ingkar janji atau wanprestasi kepada Penggugat karena tidak

lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Kabupaten Langkat sebanyak 125.931 dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 81 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan

a) Pengujian kelulusan air dengan tinggi tekan menurun juga dapat dilakukan menggunakan benda uji tanah tak terganggu di dalam suatu tabung contoh, misalnya

Jika sinyal masukan besar dari temperatur yang dideteksi oleh LM35, maka mikrokontroler akan mengaktifkan relai lain sehingga elemen Peltier hidup untuk memanaskan

Dalam upaya pengelolaan organisasi dan per- sonalia untuk menciptakan atmosfir akademik atau suasana lingkungan kampus yang kon- dusif serta untuk menuju pada internal mana-

laut di wilayah perairan Muncar, sehingga mengakibatkan merosotnya sumberdaya perairan dan hasil tangkapan ikan nelayan. Hal ini terutama akibat pembuangan limbah industri

Layanan yang diberikan meliputi (i) penyuluhan berdasarkan kasus dan penyuluhan kelompok bagi para pelaku penyalahgunaan zat psikotropika, (ii) penyuluhan bagi para anggota keluarga