• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Produktivitas Serasah Selama Musim Hujan pada Tegakan Hopea bancana V. SI dan Shorea balangeran Burck Di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendugaan Produktivitas Serasah Selama Musim Hujan pada Tegakan Hopea bancana V. SI dan Shorea balangeran Burck Di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor, Jawa Barat"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS SERASAH SELAMA MUSIM HUJAN PADA TEGAKAN Hopea bancana V. SI. DAN Shorea balangeran Burck.

DI HUTAN PENELITIA DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

TUTI AMELIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS SERASAH SELAMA MUSIM HUJAN PADA TEGAKAN Hopea bancana V. SI. DAN Shorea balangeran Burck.

DI HUTAN PENELITIAN DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

TUTI AMELIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul : Pendugaan Produktivitas Serasah Selama Musim Hujan pada Tegakan Hopea bancana V. SI dan Shorea balangeran Burck Di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor, Jawa Barat

Nama : Tuti Amelia NRP : E14201018

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.) (Ir. Iwan Hilwan, M.S.) NIP : 131 430 799 NIP : 131 578 802

Diketahui,

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.) NIP : 131 430 799

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1982 di Kububaru, Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Ayahanda Darlis Darwis dan Ibunda Efni.

Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis : 1. SD Negeri 018 Sidodadi Samarinda Ulu, lulus tahun 1995 2. SLTP Negeri I Tanjung Raya, lulus tahun 1998

3. SMU Negeri I Tanjung Raya, lulus tahun 2001

4. Pada tahun 2001 penulis diterima di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Departemen Manajemen Hutan Program Studi Budidaya Hutan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama duduk di bangku kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan : 1. Asisten mata kuliah Ekologi Hutan pada semester 9

2. Asisten mata kuliah Dendrologi pada semester 7

3. Pengurus AFSA (Asean Forestry Student Asociation) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, sebagai staf PSDM periode 2002-2003

4. Pengurus Himpro Jurusan Manajemen Hutan (FMSC) periode 2003/2004

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Penggelolaan Hutan (P3H) di Cilacap-Baturaden, Praktek Umum Penggelolaan Hutan (PUPH) di Desa Getas Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dari bulan Juli-Agustus 2003 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPH PT. Diamond Raya Timber, Riau pada tahun 2005.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian selama 3 bulan (21 Agustus-6 November 2005) di Hutan Penelitian Darmaga dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena kemampuan penulis yang terbatas, sehingga membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah (alm) dan Ibu tercinta, atas segala do’a dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran selama memberikan bimbingan serta segala bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Iding. M. Padlinurjaji, MS dan Bapak Ir. Dones Rinaldi, M.Sc.F selaku dosen penguji, yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan wawasan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Zainal dan pihak Hutan Penelitian Darmaga yang telah memberikan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

5. Tedi, Wandra, Sukma, dan Haris atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

6. WH’ Crew (Chicy, Adah, Yu UnQ, The Mair, Ai, Ulan, Nielma, Tria, Ibeth, Dian, Nissa, B-Wie, Mute, Nanda, dan Euis atas kebersamaan, persahabatan, semangat dan waktunya untuk mendengar “curhat” dari penulis.

(6)

8. Teman-teman Lab ekologi (Welly, Beny, Dika, Fiki, Dania, Danu, Tezar, Eko, dan Berry) atas persahabatan, kebersamaan, semangat dan bantuannya.

9. Teman-teman di fakultas kehutanan, khususnya BDH’38 serta semua pihak yang turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua serta bagi kemajuan ilmu pengetahuan walaupun sedikit. Amin.

Bogor, 14 Februari 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengertian Serasah ... 3

Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Serasah ... 3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas serasah ... 5

Keterangan Jenis Tegakan ... 8

Tegakan Hopea bancana V. SI. ... 8

Tegakan Shorea balangeran Burck. ... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Metode Penelitian ... 11

Penentuan Petak Penelitian ... 11

Pengukuran Produktivitas Serasah ... 12

Pengolahan Data ... 13

KEADAAN UMUM LOKASI ... 15

Letak, Luas, dan Status Hukum ... 15

Iklim ... 15

Tanah ... 15

Topografi dan Ketinggian ... 16

Flora ... 16

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Hasil Penelitian ... 18

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Hasil pengukuran produktivitas serasah di berbagai tipe hutan ... 6 2 Produksi serasah tahunan rata-rata di 4 (empat) zona iklim yang

penting (ton/ha/tahun) ... 7 3 Taksiran produktivitas serasah tahunan di berbagai tipe hutan ... 8 4 Rataan produktivitas serasah yang jatuh selama 3 bulan pada tegakan

Hopea bancana V. SI.dan tegakan Shorea balangeran Burck. di hutan peneletian Darmaga ... 18 5 Hubungan antara produktivitas serasah dengan faktor lingkungan

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Penempatan litter-trap di petak penelitian berukuran 25 m x 25 m ... 12 2 Bentuk litter-trap (alat penampung serasah) yang digunakan untuk

menampung serasah ... 12 3 Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas

serasah setiap komponen di tegakan Hopea bancana V. SI. selama periode pengamatan ... 20 4 Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas

serasah setiap komponen di tegakan Shorea balangeran Burck. selama periode pengamatan ... 20 5 Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada

tegakan Hopea Bancana V. SI ... 22 6 Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada

tegakan Shorea balangeran Burck ... 22 7 Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada

tegakan Hopea Bancana V. SI. ... 23 8 Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada

(11)

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS SERASAH SELAMA MUSIM HUJAN PADA TEGAKAN Hopea bancana V. SI. DAN Shorea balangeran Burck.

DI HUTAN PENELITIA DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

TUTI AMELIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(12)

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS SERASAH SELAMA MUSIM HUJAN PADA TEGAKAN Hopea bancana V. SI. DAN Shorea balangeran Burck.

DI HUTAN PENELITIAN DARMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

TUTI AMELIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Judul : Pendugaan Produktivitas Serasah Selama Musim Hujan pada Tegakan Hopea bancana V. SI dan Shorea balangeran Burck Di Hutan Penelitian Darmaga, Bogor, Jawa Barat

Nama : Tuti Amelia NRP : E14201018

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.) (Ir. Iwan Hilwan, M.S.) NIP : 131 430 799 NIP : 131 578 802

Diketahui,

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.) NIP : 131 430 799

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Mei 1982 di Kububaru, Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Ayahanda Darlis Darwis dan Ibunda Efni.

Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis : 1. SD Negeri 018 Sidodadi Samarinda Ulu, lulus tahun 1995 2. SLTP Negeri I Tanjung Raya, lulus tahun 1998

3. SMU Negeri I Tanjung Raya, lulus tahun 2001

4. Pada tahun 2001 penulis diterima di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Departemen Manajemen Hutan Program Studi Budidaya Hutan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama duduk di bangku kuliah penulis pernah aktif pada kegiatan : 1. Asisten mata kuliah Ekologi Hutan pada semester 9

2. Asisten mata kuliah Dendrologi pada semester 7

3. Pengurus AFSA (Asean Forestry Student Asociation) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, sebagai staf PSDM periode 2002-2003

4. Pengurus Himpro Jurusan Manajemen Hutan (FMSC) periode 2003/2004

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Penggelolaan Hutan (P3H) di Cilacap-Baturaden, Praktek Umum Penggelolaan Hutan (PUPH) di Desa Getas Kabupaten Ngawi, Jawa Timur dari bulan Juli-Agustus 2003 dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPH PT. Diamond Raya Timber, Riau pada tahun 2005.

(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian selama 3 bulan (21 Agustus-6 November 2005) di Hutan Penelitian Darmaga dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena kemampuan penulis yang terbatas, sehingga membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayah (alm) dan Ibu tercinta, atas segala do’a dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran selama memberikan bimbingan serta segala bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Iding. M. Padlinurjaji, MS dan Bapak Ir. Dones Rinaldi, M.Sc.F selaku dosen penguji, yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan wawasan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Zainal dan pihak Hutan Penelitian Darmaga yang telah memberikan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

5. Tedi, Wandra, Sukma, dan Haris atas bantuannya selama penulis melakukan penelitian.

6. WH’ Crew (Chicy, Adah, Yu UnQ, The Mair, Ai, Ulan, Nielma, Tria, Ibeth, Dian, Nissa, B-Wie, Mute, Nanda, dan Euis atas kebersamaan, persahabatan, semangat dan waktunya untuk mendengar “curhat” dari penulis.

(16)

8. Teman-teman Lab ekologi (Welly, Beny, Dika, Fiki, Dania, Danu, Tezar, Eko, dan Berry) atas persahabatan, kebersamaan, semangat dan bantuannya.

9. Teman-teman di fakultas kehutanan, khususnya BDH’38 serta semua pihak yang turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua serta bagi kemajuan ilmu pengetahuan walaupun sedikit. Amin.

Bogor, 14 Februari 2006

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Pengertian Serasah ... 3

Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Serasah ... 3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas serasah ... 5

Keterangan Jenis Tegakan ... 8

Tegakan Hopea bancana V. SI. ... 8

Tegakan Shorea balangeran Burck. ... 9

BAHAN DAN METODE ... 11

Waktu dan Lokasi Penelitian ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Metode Penelitian ... 11

Penentuan Petak Penelitian ... 11

Pengukuran Produktivitas Serasah ... 12

Pengolahan Data ... 13

KEADAAN UMUM LOKASI ... 15

Letak, Luas, dan Status Hukum ... 15

Iklim ... 15

Tanah ... 15

Topografi dan Ketinggian ... 16

Flora ... 16

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Hasil Penelitian ... 18

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

Kesimpulan ... 29

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Hasil pengukuran produktivitas serasah di berbagai tipe hutan ... 6 2 Produksi serasah tahunan rata-rata di 4 (empat) zona iklim yang

penting (ton/ha/tahun) ... 7 3 Taksiran produktivitas serasah tahunan di berbagai tipe hutan ... 8 4 Rataan produktivitas serasah yang jatuh selama 3 bulan pada tegakan

Hopea bancana V. SI.dan tegakan Shorea balangeran Burck. di hutan peneletian Darmaga ... 18 5 Hubungan antara produktivitas serasah dengan faktor lingkungan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Penempatan litter-trap di petak penelitian berukuran 25 m x 25 m ... 12 2 Bentuk litter-trap (alat penampung serasah) yang digunakan untuk

menampung serasah ... 12 3 Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas

serasah setiap komponen di tegakan Hopea bancana V. SI. selama periode pengamatan ... 20 4 Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas

serasah setiap komponen di tegakan Shorea balangeran Burck. selama periode pengamatan ... 20 5 Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada

tegakan Hopea Bancana V. SI ... 22 6 Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada

tegakan Shorea balangeran Burck ... 22 7 Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada

tegakan Hopea Bancana V. SI. ... 23 8 Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Rata-rata produksi serasah (gram/m2/minggu) yang jatuh selama 3 bulan pada tegakan Hopea bancana V. SI. ... 34 2 Rata-rata produksi serasah (gram/m2/minggu) yang jatuh selama 3

bulan pada tegakan Shorea balangeran Burck. ... 35 3 Rata-rata produktivitas dari masing-masing komponen serasah

(g/m2/minggu) pada tegakan Hopea bancana V. SI. pada setiap periode pengamatan ... 36 4 Rata-rata produktivitas dari masing-masing komponen serasah

(g/m2/minggu) pada tegakan Shorea balangeran Burck. pada setiap periode pengamatan ... 37 5 Data iklim di hutan penelitian Darmaga selama penelitian

( 21 Agustus- 6 November 2005) ... 38 6 Foto-foto plot penelitian, bentuk litter-trap dan berbagai komponen

(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi secara terus menerus yang di dalamnya terjadi pertukaran materi dan energi. Kedua komponen tersebut saling mempengaruhi, contohnya hubungan tanah (abiotik) dan tumbuhan (biotik). Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah, sedangkan kesuburan tanah dipengaruhi oleh flora dan fauna sebagai komponen biotik, iklim mikro, bahan induk dan sebagainya. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.

Pengembalian unsur hara ke tanah pada dasarnya berhubungan dengan produktivitas serasah pada suatu tegakan. Produktivitas serasah ini penting untuk diketahui dalam hubungannya dengan perpindahan energi dan unsur hara dari suatu ekosistem hutan. Suplai unsur hara dari daun, bunga, buah, dan ranting dapat memperkaya tanah dengan sejumlah mineral yang terdekomposisi. Selain itu, keberadaan serasah merupakan suatu mata rantai penting dalam siklus hara dan berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Oleh karena itu, pemahaman tentang produktivitas serasah merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan masukan dan ketersediaan unsur hara dalam suatu ekosistem hutan.

Melalui pendugaan produktivitas serasah pada berbagai tingkat, perilaku perpindahan biomassa dapat dijelaskan dan pengaruh faktor luar seperti musim hujan, musim kemarau, banjir atau pemupukan dalam perpindahan biomassa pada sistem yang bervariasi dapat dievaluasi.

Tujuan

(23)

Manfaat

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Serasah

Serasah adalah lapisan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, ranting dan cabang, bunga dan buah, kulit kayu serta bagian lainnya yang menyebar di permukaan tanah hutan sebelum bagian-bagian tersebut mengalami dekomposisi (Departemen Kehutanan, 1997). Hutan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi unsur hara dalam biomassanya. Apabila daun, ranting, buah, serta bagian lainnya jatuh, maka bagian-bagian tersebut berperan penting dalam daur hara hutan yang berpengaruh terhadap produktivitas hutan yang bersangkutan.

Menurut Spur dan Burton (1980), serasah merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang terdapat di atas permukaan tanah dan tersusun oleh bahan-bahan yang sudah mati. Sedangkan menurut Madweka dan Kornas (1970) dalam Agusril (1985) serasah adalah bahan-bahan yang terletak di permukaan tanah dan disusun oleh bagian tanaman yang telah mati. Bahan-bahan mati yang masih berdiri seperti pohon dan cabang yang belum jatuh tidak dimasukkan ke dalam istilah ini.

Komponen-komponen penting dari serasah adalah daun, ranting dengan ukuran diameter < 1 cm dan cabang kecil dengan ukuran diameter ≤ 2 cm, alat-alat reproduksi (bunga dan buah) dan kulit pohon. Kriteria ini sering dipakai pada litter-trap yang berukuran ≤ 1 m x 1 m (Proctor, 1983 dalam Hilwan, 1993). Menurut Desmukh (1992) komponen yang membentuk lapisan serasah tumbuhan tidak homogen, tetapi tersusun atas campuran organ-organ tumbuhan yaitu 72 % daun, 16 % kayu, serta 7 % bunga dan buah. Produktivitas serasah pun tidak seragam dari waktu ke waktu. Kehilangan tahunan dari daun, ranting, bunga, buah dan serpihan kulit kayu merupakan bagian utama dari jatuhan serasah pada ekosistem hutan. Sekitar 70% dari total serasah di permukaan tanah berupa serasah daun (Waring dan Schlesingan, 1985).

Pengertian Produktivitas dan Produktivitas Serasan

(25)

energi sinar matahari yang diserap oleh proses fotosintesis atau kemosintesis organisme-organisme produsen (terutama tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktivitas primer ini dibedakan menjadi produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih. Produktivitas primer kotor yaitu laju total dari fotosintesis, termasuk bahan organik yang habis digunakan dalam respirasi oleh tumbuh-tumbuhan selama jangka waktu pengukuran. Produktivitas primer bersih adalah produktivitas primer kotor dikurangi jumlah bahan organik yang digunakan untuk respirasi. Sedangkan produktivitas sekunder adalah laju penyimpanan energi pada tingkat konsumen atau dekomposer (tropic level secondary).

Produktivitas serasah adalah jumlah serasah yang jatuh ke lantai hutan pada periode tertentu per satuan luas areal tertentu (Departemen Kehutanan, 1997). Proctor (1983) dalam Hilwan (1993) menambahkan bahwa, produktivitas serasah adalah jumlah serasah yang jatuh diatas permukaan tanah dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ton/ha/th atau kg/ha/th.

Menurut Soerianegara (1964), pengukuran produktivitas serasah dapat dinyatakan dalam berbagai satuan. Dalam kehutanan, produksi hutan biasanya dinyatakan dalam m3 atau m3/ha, sedangkan dalam ekologi, produksi diukur pada selang waktu tertentu dan disebut dengan biomassa yang dinyatakan dalam satuan bobot per satuan luas, misalnya g/m2 atau kg/ha. Sedangkan produktivitas serasah hutan biasanya diukur per tahun dengan satuan kg/ha/th atau gr/m2/hari.

Diketahuinya produktivitas serasah pada suatu ekosistem hutan, maka dapat diduga besarnya sumbangan bahan organik yang berguna bagi kesuburan tanah lingkungan sekitarnya (Odum, 1971). Hal ini karena bagian terbesar kesuburan dalam bentuk mineral seperti unsur-unsur Ca, K, N, P dan lainnya disimpan pada bagian vegetasi yang ada di atas tanah, misalnya pada batang, ranting, cabang, daun, bunga, buah, dan lainnya. Hanya sebagian kecil yang tersimpan dalam sistem perakaran (Manan, 1978).

(26)

tidak hanya menyediakan informasi tentang bagaimana ekosistem hutan bereaksi terhadap berbagai perlakuan, tetapi juga memahami perilaku adaptasi dan integrasi komunitas terhadap lingkungannya (Spurr dan Burton, 1980).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Serasah

Menurut Cragg (1964), ada beberapa komponen yang mempengaruhi gugur serasah daun yaitu faktor lingkungan dan tipe hutan. Odum (1959) dalam Soerianegara (1964) menyatakan bahwa, hutan hujan tropika mempunyai nilai produktivitas yang sangat tinggi disamping produktivitas tanaman pertanian. Hal ini seperti diterangkan oleh Becking (1962) dalam Budiarti (2003) yang menyatakan produktivitas serasah di daerah tropis lebih tinggi dibandingkan dengan hutan di daerah sedang. Hal ini berkaitan dengan frekuensi dan intensitas penyinaran yang relatif lebih lama dan tinggi di daerah tropis dibandingkan dengan belahan bumi lain, karena cahaya matahari digunakan sebagai sumber energi dalam fotosintesis dan menghasilkan bahan organik yang lebih besar.

Menurut garis lintangnya, produktivitas serasah rata-rata tahunan di atas permukaan tanah bervegetasi meningkat dari hutan boreal ke hutan tropika. Selain faktor garis lintang, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas serasah tahunan menurut Bray dan Gorham (1964) dalam Waring dan Schlesinger (1985), adalah :

1. Tipe hutan; hutan Gymnospermae lebih banyak menggugurkan serasahnya dibandingkan hutan Angiospermae, meskipun hutan Angiospermae cenderung menduduki lahan yang lebih subur.

2. Kondisi lingkungan seperti iklim, derajat lintang, ketinggian, kesuburan tanah dan kelembaban tanah.

3. Sistem pengelolaan hutan seperti hutan alam, hutan tanaman, pengaruh kerapatan pohon dan luas bidang dasar serta penjarangan.

4. Faktor waktu seperti variasi musim dan umur tegakan.

(27)

Faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi produktivitas serasah adalah lokasi penelitian. Tanah yang subur akan menghasilkan serasah yang lebih besar dibandingkan tanah yang kurang subur (Cragg, 1964). Hal ini didukung oleh Bray dan Gorham (1964) dalam Waring dan Sclesinger (1985) yang telah melakukan pengukuran produktivitas serasah pada berbagai tingkat kesuburan tanah hutan. Hasil pengukuran produktivitas serasah pada berbagai tipe hutan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengukuran produktivitas serasah di berbagai tipe hutan

No. Peneliti Lokasi Tipe Rata-rata Produktivitas

serasah (ton/ha/th)

5. Agusril, 1984 Muara Trembesi, Jambi

Pegunungan 3,78 4,91

9. Munir, M. A. 2004 P. Gili Sulat NTB

Hutan

Mangrove 9,06 16,3

* Sumber : Golley, 1983

(28)

mempunyai diameter (dbh) >20 cm memproduksi serasah 3,3 kali lebih besar dari pohon yang mempunyai diameter lebih kecil dari 20 cm.

Menurut Lindeman (1942) dalam Budiarti (2003), produktivitas serasah hutan akan mencapai nilai maksimum pada keadaan vegetasi klimaks dan nilai produktivitas akan berubah sesuai dengan proses suksesi tumbuhan. Sedangkan menurut Suwarno (1985) dan Sallata (1990), produktivitas serasah akan meningkat dan mencapai maksimum pada musim kemarau dan menurun pada musim hujan. Hal ini terjadi karena pada musim kemarau terjadi persaingan antar tanaman dan antar organ dalam suatu tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari, sehingga menyebabkan terjadinya efisiensi dalam proses fotosintesis dan tanaman akan cepat melakukan regenerasi.

Menurut Bray dan Gorham (1964), guguran serasah rata-rata per tahun di daerah khatulistiwa adalah sekitar 10 ton/ha/ tahun, di hutan iklim sedang yang hangat sekitar 5,5 ton/ha/tahun, di hutan iklim sedang yang sejuk sekitar 3,0 ton/ha/tahun, dan di hutan alpine-kutub sekitar 1,0 ton/ha/tahun. (Tabel 2).

Tabel 2. Produksi serasah tahunan rata-rata di 4 (empat) zona iklim yang penting (ton/ha/tahun)

Mintakat Iklim

Produksi Serasah (ton/ha/tahun)

Daun Bagian tumbuhan

lain Jumlah

Hutan Iklim Tropika 6,7 3,5 10,2

Hutan Iklim Sedang yang Hangat 3,8 1,8 5,6 Hutan Iklim Sedang yang Sejuk 2,3 0,4 3,1

Hutan Alpine di Kutub 0,7 0,4 1,1

Sumber : Bray dan Gorham (1964)

(29)

Tabel 3. Taksiran produktivitas serasah tahunan di berbagai tipe hutan

Tipe Hutan (Jumlah Tempat)

Jatuhan Serasah (g/m2/tahun)

Rata-rata Kisaran Sumber

Hutan Hujan Tropika Pamah (17) 890 510-330 Anderson dan Swift (1983) Hutan Hujan Tropika Pegununggan (3) 810 680-1010

Hutan Meranggas Iklim Sedang (14) 540 340-1600

Cole dan Rons (1981) Hutan Konifer Malar Hijau Iklim Sedang (13) 440 280-610

Hutan Konifer Malar Hijau daerah Dingin 32 29-53 Sumber : Desmukh (1992)

Manan (1976) menjelaskan bahwa, setiap kematian pohon tua selalu digantikan oleh pohon-pohon muda seperti semai, pancang dan tiang. Daun, ranting, buah dan lainnya yang sudah tua akan mati dan jatuh di atas tanah membentuk lapisan serasah yang lama-kelamaan akan hancur dan terurai menjadi humus dan mineral tanah, air dan gas yang dapat diserap tanaman melalui akar. Selanjutnya diangkut kembali ke daun di bagian tajuk pohon dan melalui proses fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen. Setelah dikurangi dengan energi yang dipakai untuk proses pernapasan maka zat-zat baru tersebut akan membentuk kayu serta bahan lain seperti daun, organ reproduksi dan perakaran. Proses tersebut berlangsung terus-menerus selama masih ada pertumbuhan pohon.

Keterangan Jenis Tegakan Hopea bancana V. SI.

(30)

dataran rendah, dengan penyebarannya ke Malesiana, dipusatkan di Pulau Sumatera.

Shorea balangeran Burck.

Shorea balangeran Burck. merupakan jenis dari famili Dipterocarpaceae yang sering hidup berkelompok di hutan rawa gambut di Brunei Darussalam, Serawak dan Kalimantan (Borneo). Bila tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan, tinggi pohon dapat mencapai 30 m. Memiliki banir yang mencapai tinggi 1,2 m dengan bentuk tipis hingga tebal dan lurus hingga cekung. Tajuk tipis dan terbuka berwarna hijau atau hijau pupus. Permukaan pepagan putih kemerah-merahan hingga hitam kemerah-merahan, memiliki lekah penampang V yang dalam dan teratur. Takikan batang pepagan luar terang atau merah karat, pepagan dalam cokelat merah dengan pasak-pasak jaringan penembang yang lebih terang di bawah lekah-lekah. Kayu gubalnya berwarna kuning jerami hingga cokelat, kayu teras berwarna merah tua. Tipe pepagannya berlekah dangkal.

Ranting mati bundar, penumpu 7 mm x 4 mm, lekas gugur, bundar telur, dan lancip. Tangkai daun 1,3-2,3 cm dengan indumetum pendek, rapat dan berwarna cokelat kuning. Daun berbentuk jorong atau bulat telur, berukuran 7-12,8 cm x 3,1-6,8 cm, dengan ujung lancip dan pendek, pangkal membundar, ramping atau agak bentuk jantung. Permukaan atas bila mengering berwarna cokelat agak lembayung lokas, kecuali pada tulang tengah kadang berindumetum pendek, renggang, berwarna cokelat kuning. Permukaan bawah bila mengering cokelat kekuning-kuningan pudar dengan indumetum pendek berupa sisik yang rapat, cokelat kuning pada permukaan dan pertulangan daun. Pertulangan daun sekunder 10-8, mula-mula lurus, melengkung hanya dekat tepi daun atau melengkung di seluruh panjangnya, hampir tidak terangkat, bila mengering berwarna sama seperti permukaan daun, pertulangan tersier hampir tidak kelihatan, tegak lurus atau diagonal, domatia tidak ada.

(31)
(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Agustus sampai November 2005. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Penelitian Darmaga, Desa Situ Gede dan Desa Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor, Jawa Barat, dengan objek penelitian tegakan Hopea bancana V.SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck. dengan jarak tanam 6 x 6 m yang masing-masing berumur 47 tahun.

Alat dan Bahan

Peralatan dan bahan penunjang yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pita ukur 1,5 meter dan 25 meter, litter-trap (alat penampung serasah) yang terbuat dari kain kasa/nylon berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m, tali plastik, patok bambu, timbangan, cangkul, golok, kantong plastik dan oven. Sedangkan bahan utama yang digunakan pada penelitian adalah serasah dari tegakan Hopea bancana V.SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck.

Metode Penelitian Penentuan Petak Penelitian

(33)

25 m

25 m

Keterangan : = litter-trap ( alat penampung serasah)

1.1-1. 12 = menunjukkan nomor petak penelitian dan nomor litter-trap

Gambar 1. Penempatan litter-trap di petak penelitian berukuran 25 m x 25 m 1 m

0,5 m Patok bambu 1 m

permukaan tanah

Gambar 2. Bentuk litter-trap yang digunakan untuk menampung serasah Pengukuran produktivitas serasah

Produktivitas serasah pada tegakan diukur dengan litter-trap. Adapun langkah-langkah pelaksanaanya sebagai berikut:

a. Penampung serasah dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m x 0,5 m dan ditempatkan pada masing-masing petak penelitian pada plot berukuran 25 m x 25 m. Penampung serasah tersebut setiap sudutnya diikat pada patok b. Pengambilan serasah pada litter-trap dilakukan seminggu sekali selama 12

minggu (tiga bulan)

1.1 1.2

1.3 1.4 1.5

1.6 1.7

1.8 1.9 1.10

(34)

c. Komponen-komponen serasah dipisahkan menurut bagian-bagiannya, yaitu daun, cabang dan ranting, alat reproduksi (bunga dan buah), kulit pohon dan lainnya (kotoran burung, serangga, lumut dan bagian lain yang tidak teridentifikasi).

d. Serasah yang telah dipisahkan menurut bagian-bagiannya kemudian dimasukkan kedalam amplop kertas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 800C selama 48 jam, selanjutnya ditimbang untuk memperoleh bobot kering konstan yang dinyatakan dalam satuan gr/m2/minggu atau ton/ha/th.

Pengolahan Data

Penaksiran nilai tengah (rata-rata) produktivitas serasah di lokasi penelitian ditentukan dengan rumus (Sugiarto et, al, 2001)

m

= rata-rata produktivitas serasah di lokasi penelitian setiap periode (minggu)

= banyaknya serasah yang jatuh setiap m2 pada litter-trap yang ke-j (j = 1, 2, 3, ….) dan plot ke-i (i = 1, 2, 3, …)

n = jumlah unit contoh primer (3 petak)

m = jumlah unit contoh sekunder dalam setiap jumlah unit contoh primer yang dipilih untuk penarikan contoh (36 litter-trap)

Penaksiran simpangan baku nilai tengah populasi dapat diperoleh dari persamaan berikut :

)

N = jumlah unit contoh primer dalam populasi

M = jumlah unit contoh sekunder dalam setiap unit contoh primer S12 = ragam contoh diantara unit contoh - unit contoh primer

ts X

(35)

S22 = ragam contoh diantara unit contoh - unit contoh sekunder yang terdapat dalam unit contoh - unit contoh primer

Ragam-ragam tersebut dapat dihitung dari persamaan berikut :

1

Selang nilai tengah dihitung sebagai berikut :

− −

±

= Xts t(α/2.df).SXts

μ

Kesalahan pengambilan contoh dihitung dengan rumus :

Data hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk grafik, sumbu mendatar (x) merupakan periode pengambilan serasah dengan frekuensi per minggu dan sumbu vertikal (y) merupakan rata-rata produksi serasah yang jatuh dalam 36 litter-trap di lokasi penelitian yang masing-masing periode dinyatakan dalam g/m2/minggu. Selain itu juga dilakukan uji lanjut (uji-t student) untuk mengetahui perbedaan produktivitas serasah tegakan Hopea bancana V. SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck.

(36)

KEADAAN UMUM LOKASI

Letak, Luas dan Status Hukum

Hutan penelitian Darmaga menurut administrasi pemerintahan termasuk Desa Situ Gede dan Desa Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor. Lokasi hutan penelitian ini terletak pada ketinggian 244 meter dari permukaan laut dan secara geografis terletak pada 6033’8” sampai dengan 6033’35” LS dan 106044’50” sampai dengan 1060105’19” BT. Jarak dari Bogor sekitar 9 km ke arah Barat.

Luas hutan penelitian ini secara keseluruhan adalah sekitar 57,75 ha, dimana seluas 10 ha digunakam oleh CIFOR (Center for International Forestry Research). Status hutan penelitian ini merupakan milik Departemen Kehutanan RI c.q. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi curah hujan menurut Schmit dan Ferguson, hutan penelitian Darmaga mempunyai tipe hujan A, dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.940 mm.

Tanah

Menurut LPT (1981), tanah di areal hutan penelitian Darmaga ini adalah jenis latosol coklat kemerahan. Bahan induknya tuf volkan intermedier yang dicirikan oleh lapisan setebal ± 17 cm, berwarna kuning kemerahan (7,5 YR 6/8, lembab) pada kedalaman 150-167 cm. dibawah lapisan ini terdapat lapisan lain yang warna dan teksturnya dapat dikatakan sama dengan tanah di atas lapisan bahan induk.

Tanah latosol pada lapisan atas berwarna coklat tua kemerahan (5 YR 3/3, lembab) dan berangsur-angsur lebih cerah pada lapisan dalam (5 YR ¾, lembab). Tekstur liat sampai liat berdebu (halus), struktur gumpal sampai remah, konsistensi gembur, liat dan plastis. Solum sangat dalam, batas lapisan umumnya baur, drainase sedang sampai baik dan air tanahnya dalam (8-12 meter).

(37)

rendah dan permeabilitas sedang, yaitu 4,31 cm/jam pada lapisan atas dan 0,22 cm/jam pada lapisan bawah.

Topografi dan Ketinggian

Bentuk wilayah hutan penelitian Darmaga adalah datar sampai agak berombak dengan kelerengan 0-6 % dan berada pada ketinggian 244 meter dari permukaan laut.

Flora

Sejak tahun 1956 sampai 1998 di hutan penelitian Darmaga telah diintroduksi sebanyak 130 jenis tumbuhan, terdiri dari 127 jenis pohon, satu jenis bambu, satu jenis rotan dan satu jenis palmae. Jenis tumbuhan tersebut meliputi 88 marga dan 43 famili. Berdasarkan daerah penyebaran alaminya, jenis tumbuhan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia) sebanyak 42 jenis meliputi 35 marga dan 19 famili dan jenis asli (penyebaran alaminya di Indonesia) sebanyak 88 jenis, terdiri dari 85 jenis pohon, satu jenis bambu, satu jenis rotan dan satu jenis palmae.

Jenis tanaman asing terdiri dari jenis-jenis pohon yang termasuk:

a. Kelompok daun jarum (Gymnospermae) sebanyak 3 jenis, semuanya dari marga Pinus, famili Pinaceae.

b. Kelompok daun lebar (Angiospermae) sebanyak 39 jenis yang mencakup 34 marga dan 18 famili dimana jenis yang paling banyak adalah jenis dari Khaya dan Terminalia, masing-masing 3 jenis.

Berdasarkan asal benihnya, jenis pohon asing tersebut berasal dari Negara yang beriklim tropis dan sub-tropis.

Jenis pohon asli Indonesia terdiri dari jenis-jenis pohon yang termasuk: a. Kelompok daun jarum (Gymnospermae) sebanyak 3 jenis yaitu dari marga

Agathis (famili Araucariaceae), Pinus (famili Pinaceae) dan Podocarpus (famili Podocarpaceae).

(38)

Berdasarkan asal benihnya, jenis pohon asli Indonesia berasal dari hampir seluruh pulau besar yang ada di Indonesia, mencakup Indonesia Bagian Barat, Tengah dan Timur.

Fauna

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Fluktuasi Produktivitas Serasah

Produktivitas serasah pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck. di hutan penelitian Darmaga untuk masing-masing komponen serasah daun, ranting dan cabang, organ reproduksi (bunga dan buah), kulit pohon dan lainnya, dan total serasah dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan produktivitas serasah yang jatuh selama musim hujan (Agustus-September 2005) pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck di hutan penelitian Darmaga

No. Komponen Serasah

Produktivitass Serasah (ton/ha/th) kesalahan baku

Rata-* Nilai dalam tanda kurung menyatakan kisaran selang nilai tengah produktivitas serasah pada tingkat kepercayaan 95 %

Ket : Hb = tegakan Hopea bancana V.SI. Sb = tegakan Shorea balangeran Burck.

(40)

antara 5,49-8,35 ton/ha/tahun. Serasah daun menyumbangkan proporsi tertinggi sebesar 5,01 ton /ha/tahun (72,40 % dari total produksi serasah), kemudian diikuti serasah cabang dan ranting sebesar 1,25 ton/ha/tahun (18,06 % dari total produksi serasah), serasah organ reproduksi (bunga dan buah) sebesar 0,002 ton/ha/tahun (0,03 % dari total serasah), dan serasah kulit pohon dan lainnya sebesar 0,65 ton/ha/tahun (9,39 % dari total produksi serasah).

Dilihat dari besarnya koefisien keragaman yang lebih besar dari 20 %, dapat dikatakan bahwa produktivitas serasah pada tegakan Hopea bancana V. SI. dari komponen serasah daun dan serasah organ reproduksi cukup bervariasi, baik antar litter-trap maupun antar periode pengamatan. Sedangkan untuk komponen serasah cabang dan ranting, serasah kulit pohon dan lainnya, dan total serasah cenderung seragam baik antar litter-trap maupun antar periode pengamatan. Pada tegakan Shorea balangeran Burck. produktivitas komponen serasah cabang dan ranting dan serasah organ reproduksi lebih bervariasi, baik antar litter-trap maupun antar periode pengamatan. Adapun untuk komponen serasah daun, kulit pohon dan lain-lain dan serasah total relatif seragam baik antar litter-trap maupun antar periode pengamatan.

Besarnya serasah di setiap petak pada kedua tegakan untuk masing-masing komponen tidak sama. Komponen serasah daun memiliki jumlah yang besar dan bervariasi dalam setiap pengamatan. Sedangkan untuk setiap periode pengamatan komponen serasah cabang dan ranting tidak jatuh pada semua litter-trap tapi jumlahnya cenderung seragam dan komponen organ reproduksi (bunga dan buah) jatuh dalam jumlah yang sangat kecil dan tidak jatuh pada setiap periode pengamatan, karena kedua tegakan tidak sedang musim berbunga dan berbuah. Sedangkan komponen serasah kulit pohon dan lainnya jatuh dalam jumlah kecil dan hampir sama jumlahnya pada setiap litter-trap pada setiap periode pengamatan.

(41)

Gambar 3. Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas serasah setiap komponen di tegakan Hopea bancana V. SI. selama periode pengamatan

Gambar 4. Fluktuasi nilai rataan produktivitas serasah total dan produktivitas serasah setiap komponen di tegakan Shorea balangeran Burck. selama periode pengamatan

Dari Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa keragaman total produksi serasah tegakan Hopea bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck. dipengaruhi oleh besarnya keragaman dari produksi serasah daun dibandingkan keragaman dari produksi serasah komponen lainnya. Rata-rata produksi total serasah tegakan Hopea bancana V.SI. mencapai puncak pada minggu ke-9 (tanggal 16 Oktober 2005) sebesar 50,91 gram/m2/minggu sedangkan terendah pada minggu ke-11 (tanggal 30 Okrober 2005) sebesar 13,44 gram/m2/minggu. Sedangkan pada tegakan Shorea balangeran Burck. rata-rata produksi total serasah mencapai puncak pada minggu ke-6 (tanggal 25 september 2005) sebesar

(42)

22,40 gram/m2/minggu sedangkan terendah pada minggu ke-3 (tanggal 4 September 2005) sebesar 8,14 gram/m2/minggu.

Hubungan antara produktivitas Serasah dengan Faktor Lingkungan (Curah Hujan dan Kecepatan Angin)

Curah hujan dan kecepatan angin merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi produktivitaas serasah pada suatu tegakan. Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan dan kecepatan angin dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi antara produktivitas serasah dengan curah hujan dan kecepatan angin pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan antara produktivitas serasah dengan faktor lingkungan (curah hujan dan kecepatan angin)

No.

Komponen Serasah

Koefisien Korelasi (r) dengan Curah Hujan (mm)

Koefisien Korelasi (r) dengan Kecepatan Angin (Km/jam)

Hopea

(43)

Gambar 5. Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada tegakan Hopea Bancana V. SI.

Gambar 6. Hubungan antara produktivitas serasah dengan curah hujan pada tegakan Shorea balangeran Burck.

Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan bahwa curah hujan mingguan tertinggi pada kedua tegakan terjadi pada minggu ke-7 sebesar 163,6 mm/minggu dan terendah pada minggu ke-2 dan ke-3 sebesar 15,2 mm/minggu. Besarnya curah hujan tidak berpengaruh terhadap total produktivitas serasah, komponen serasah daun, komponen serasah cabang dan ranting, dan komponen organ reproduksi pada tegakan Hopea bancana V. SI. Sedangkan untuk serasah kulit pohon dan lainnya pada tegakan Hopea bancana V. SI. curah hujan memberikan pengaruh yang positif. Sedangkan untuk tegakan Shorea balangeran Burck. curah hujan memberikan pengaruh yang positif terhadap besarnya produktivitas

0,00

serasah daun serasah cabang & ranting serasah organ reproduksi serasah kulit pohon, dll total serasah Curah Hujan (mm)

0,00

(44)

komponen serasah daun, serasah organ reproduksi dan serasah kulit pohon dan lain-lain. Sedangkan untuk serasah cabang dan ranting curah hujan tidak berpengaruh.

Dalam bentuk grafik hubungan antara produktivitas serasah pada tegakan Hopea Bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck. dengan kecepatan angin disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

.

Gambar 7. Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada tegakan Hopea Bancana V. SI.

Gambar 8. Hubungan antara produktivitas serasah dengan kecepatan angin pada tegakan Shorea balangeran Burck.

Berdasarkan Gambar 7 dan 8 terlihat bahwa kecepatan angin terbesar tejadi pada minggu ke -2 sebesar 2,7 km/jam, dan terendah pada minggu ke-11 sebesar 1,9 km/jam. Kecepatan angin pada tegakan Hopea bancana V. SI. tidak

0,00

serasah daun serasah cabang & ranting serasah organ reproduksi serasah kulit pohon, dll total serasah Kecepatan Angin ( Km/jam)

0,00

(45)

berpengaruh terhadap total produksi serasah, serasah organ reproduksi, dan serasah kulit pohon dan lain-lain. Sedangkan untuk serasah cabang dan ranting dan serasah kulit pohon dan lain-lain angin memberikan pengaruh yang positif, dimana koefisien korelasinya 0,06 untuk serasah cabang dan ranting dan 0,34 untuk serasah kulit pohon dan lain-lain. Sedangkan untuk tegakan Shorea balangeran Burck. kecepatan angin berpengaruh positif hanya untuk produksi serasah organ reproduksi, dimana koefisien korelasinya yaitu sebesar 0,01. sedangkan untuk produksi serasah total, komponen serasah daun, serasah cabang dan ranting serta serasah kulit pohon dan lain-lain kecepatan angin tidak berpengaruh terhadap produksi serasah. Dimana koefisien korelasinya (r) yaitu sebesar -0,06 untuk total produksi serasah, -0,17 untuk serasah daun, -0,26 untuk serasah cabang dan ranting dan -0,21 untuk serasah kulit pohon dan lain-lain.

Pembahasan

Hasil pendugaan produktivitas serasah pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck. di hutan penelitian Darmaga ini relatif berbeda bila dibandingkan dengan hasil pengukuran produktivitas serasah hutan yang dilakukan para peneliti lain di berbagai tipe hutan lainnya

Menurut Bray dan Gorham (1964) ada beberapa faktor yang mempengaruhi jatuhan serasah, baik dalam jumlah tiap komponen serasah maupun kualitasnya, antara lain: jenis tegakan, faktor lingkungan, waktu penelitian, dan lokasi penelitian.. Faktor lingkungan mencakup iklim, waktu penelitian mencakup musim hujan atau musim kemarau, lokasi penelitian mencakup kesuburan tanah hutan, dan letak geografis.

Jenis tegakan

(46)

juga berpengaruh terhadap produktivitas serasah. Dimana dari penelitian ini dihasilkan produktivitas serasah pada tegakan Hopea bancana V. SI. sebesar 15,17 ton/ha/tahun, sedangkan tegakan Shorea balangeran Burck. produktivitas serasahnya 6,92 ton/ha/tahun.

Lindeman (1942) diacu dalam Soerianegara (1964) menyatakan bahwa produktivitas serasah hutan akan mempunyai nilai maksimal pada keadaan vegetasi klimaks, dimana dalam kondisi seperti ini pohon mempunyai kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan dan nilai produktivitasnya akan berubah sesuai dengan proses suksesi tumbuhan.

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas serasah adalah iklim (curah hujan dan kecepatan angin) dan kesuburan tanah. Hasil penelitian pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck. ini menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh negatif terhadap jatuhan serasah pada kedua tegakan tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi negatif antara jatuhan serasah dengan curah hujan pada kedua tegakan Curah hujan di lokasi penelitian pada saat pengamatan rata-rata 71,47 mm/hari. Kecepatan angin di Hutan Penelitian Darmaga rendah, dimana kecepatan angin rata-ratanya yaitu sebesar 2,28 Km/jam.

Kesuburan tanah di tempat penelitian juga berpengaruh terhadap produktivitas serasah. Pada umumnya produktivitas serasah akan berkurang dengan menurunnya kualitas tanah. Hal ini berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dari pohon yang bersangkutan. Jenis tanah di lokasi penelitian adalah latosol cokelat kemerahan yang bahan induknya adalah tuf volkan intermedier.

Waktu Penelitian

(47)

ini karena pada musim kemarau terjadi persaingan antar tanaman dan antar organ dalam suatu tanaman untuk mendapatkan cahaya matahari, sehingga menyebabkan terjadinya efisiensi dalam proses fotosintesis dan tanaman akan cepat melakukan regenerasi. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 3 dan Gambar 4 yang menunjukkan adanya fluktuasi produktivitas serasah pada setiap periode pengamatan.

Daun

Kesalahan pengambilan contoh dari serasah daun pada tegakan Shorea balangeran Burck. yaitu sebesar 27,50 %. Hal ini berarti serasah daun yang tertampung di dalam trap merata antar trap mapun antar periode pengamatan. Jatuhan serasah daun pada tegakan Hopea bancana V. SI. lebih bervariasi bila dibandingkan dengan jatuhan serasah pada tegakan Shorea balangeran Burck. dimana pada tegakan Hopea bancana V. SI. keasalahan samplingnya sebesar 42,05 %.

Frekuensi jatuhnya serasah daun ini sangat mempengaruhi total produktivitas serasah. Komponen serasah daun lebih sering jatuh dibanding komponen serasah lain, disebabkan karena ukuran dan bentuk daun yang lebar dan tipis sehingga akan lebih mudah digugurkan oleh kekuatan hembusan angin dan pukulan air hujan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh sifat fisiologis dari daun itu sendiri. Mengingat daun memegang peranan penting dalam proses fotosintesis yang menghasilkan karbohidrat, dimana daun yang telah habis masa tugasnya dalam memproduksi makanan akan segera gugur dan digantikan oleh daun yang relatif muda (baru).

Cabang dan Ranting

(48)

sekali tertampung pada litter-trap. Kenyataan ini disebabkan oleh adanya kecenderungan dari sifat fisiologis cabang dan ranting yang selalu kuat menempel pada cabang/ranting utamanya sehingga sulit untuk jatuh. Kemungkinan jatuhnya cabang dan ranting ini karena adanya curah hujan yang relatif tinggi disertai dengan kecepatan angin yang relatif besar, ataupun karena kondisi cabang dan ranting yang sudah lapuk karena ketuaan atau serangan hama dan penyakit. Jatuhnya serasah cabang dan ranting ini lebih dipengaruhi oleh keadaan cuaca terutama curah hujan yang tinggi disertai dengan angin.

Organ Reproduksi (bunga dan buah)

Frekuensi jatuhan serasah bunga dan buah sangat kecil, baik pada tegakan Hopea bancana V. SI. maupun pada tegakan Shorea balangeran Burck. Hal ini disebabkan pada saat penelitian dilaksanakan baik pada tegakan Hopea bancana V. SI. maupun pada tegakan Shorea balangeran Burck. sedang tidak dalam musim berbunga.

Produksi serasah bunga dan buah tergantung pada umur tegakan, keadaan tegakan, adanya pengaruh musim dan sifat fisiologis dari pohon, sedangkan jatuhnya bunga dan buah dipengaruhi oleh kecepatan angin, curah hujan, sifat fisiologis dari tumbuhan tersebut dan serangan hama dan penyakit.

Kulit Pohon dan lainnya

Serasah kulit pohon dan lainnya mempuyai kesalahan sampling sebesar 18,85 % untuk tegakan Hopea bancana V. SI. dan 28,62 % untuk tegakan Shorea balangeran Burck. Nilai ini menunjukkan bahwa jatuhnya serasah kulit pohon merata pada setiap litter-trap pada setiap pengamatan untuk tegakan Hopea bancana V. SI. sedangkan jatuhnya serasah kulit pohon dan lainnya tidak merata pada setiap litter-trap pada setiap periode pada tegakan Shorea balangeran Burck. dan bila jatuh cenderung kecil.

Total Serasah

(49)

variasi jatuhan serasah lebih dipengaruhi oleh jatuhan serasah daun, sedangkan variasi dari jatuhan serasah cabang dan ranting serta jatuhan serasah kulit pohon dan lain-lain berpengaruh relatif kecil terhadap variasi total produksi serasah. Variasi pada tegakan Shorea balangeran Burck. terutama disebabkan oleh variasi pada jatuhan serasah cabang dan ranting.

(50)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Produktivitas serasah tegakan Hopea bancana V. SI. di hutan penelitian Darmaga selama musim hujan (tanggal 21 Agustus – 6 November 2005) diduga sebesar 15,17 ton/ha/tahun yang terdiri dari komponen serasah daun sebesar 11,28 ton/ha/tahun, serasah cabang kecil dan ranting sebesar 3,10 ton/ha/tahun, serasah organ reproduksi (bunga dan buah) 0,02 ton/ha/tahun dan serasah kulit pohon dan lainnya 0,77 ton/ha/tahun. Komponen serasah daun memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 74,42 % dari total produktivitas serasah dibandingkan dengan komponen serasah lain.

2. Produktivitas serasah tegakan Shorea balangeran Burck. di hutan penelitian Darmaga selama musim hujan (tanggal 21 Agustus-6 November 2005) diduga sebesar u 6,92 ton/ha/tahun yang terdiri dari komponen serasah daun sebesar 5,01 ton/ha/tahun, serasah cabang kecil dan ranting sebesar 1,25 ton/ha/tahun, serasah organ reproduksi (bunga dan buah) sebesar 0,002 ton/ha/tahun dan serasah kulit pohon dan lainnya sebesar 0,65 ton/ha/tahun. Komponen serasah daun memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 72,40 % dari total produktivitas serasah dibandingkan dengan komponen serasah lain.

3. Serasah daun dan serasah organ reproduksi tegakan Hopea bancana V. SI.cukup bervariasi, Sedangkan untuk komponen serasah cabang dan ranting, serasah kulit pohon dan lainnya, dan total serasah cenderung seragam. Adapun pada tegakan Shorea balangeran Burck. produktivitas komponen serasah cabang dan ranting dan serasah organ reproduksi lebih bervariasi, sedangkan untuk komponen serasah daun, kulit pohon dan lainnya dan serasah total relatif seragam.

4. Curah hujan dan kecepatan angin tidak berpengaruh terhadap besarnya produktivitas serasah, baik pada tegakan Hopea bancana V. SI. dan Shorea balangeran Burck.

(51)

Saran

Penelitian ini dilakukan pada musim hujan, dimana intensitas hujan relatif besar, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan gambaran produktivitas serasah tegakan Hopea bancana V. SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck. di hutan penelitian Darmaga pada musim hujan. Mengingat waktu penelitian yang relatif singkat sedangkan produksi serasah berlangsung secara kontinyu dan setiap saat selalu mengalami fluktuasi maka penelitian ini perlu dilanjutkan kembali untuk mendapatkan hasil yang maksimal (produksi serasah per tahun). Oleh karena itu, disarankan agar dilakukan penelitian pada musim kemarau, sehingga didapat gambaran tentang produktivitas serasah tegakan Hopea bancana V. SI. dan tegakan Shorea balangeran Burck. pada musim kemarau.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agusril, 1985. Pengukuran Produktivitas Serasah pada Hutan Hujan Tropika Bekas Tebangan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Bray, J.R. and F. Gorham. 1964. Litter Production in Forest at the World. Di dalam: J.B. Cragg (Ed) Advances in Ecological Research. Vol 2. London dan New York: Academic Press.

Budiarti, W. 2004. Pendugaan Produktivitas Serasah Zona Montana di Hutan Hujan Pegunungan. Gunung Gede, Jawa Barat. [Skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Cragg, J. B. 1964. Advances in Ecological Research. Volume ke-2. London dan New York: Academic Press.

Darmanto, D. 2003. Produktivitas dan Model Pendugaan Dekomposisi Serasah pada Tegakan Agathis (Agathis lorantifolia Salisb.), Puspa (Schima wallichii (D.C) Korth.) dan Pinus (Pinus merkusii Jungh. et De Vriese.) di Sub DAS Cipeureu Hutan Pendidikan Gunung Walat. Sukabumi. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Departemen Kehutanan.1997. Ensiklopedia Kehutanan Indonesia. Edisi I. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Desmukh. I. 1993. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Golley, F. B. 1983. Tropical Rain Forest Ecosystem: Structure and Function.

New York: Elsevier Scientific Publishing Company.

Hilwan. I. 1993. Produksi, Laju dekomposisi dan Pengaruh Allelopati Serasah Pinus merkusii Jungh et De Vriese dan Acacia mangium Willd. di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Sukabumi, Jawa Barat. [Tesis] Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. Philadelphia: W. B. Sounders Company.

Manan, S. 1976. Reboisasi dan penghijauan DAS Citanduy dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan Hidup. Bahan Penyuluhan Pameran Kehutanan VI, Senat Mahasiswa. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Munir, M. A. 2004. Pendugaan Produktivitas Serasah Hutan Mangrove di Pulau Gili Sulat, Nusa Tenggara Barat. [Skripsi] Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sallata, M. Kudeng dan Halidah. 1990. Produksi dan Penghancuran Serasah di bawah Hutan Alam Sekunder di Tabo-tabo Sulawesi Selatan [Catatan Penelitian].Jurnal Penelitian Kehutanan Volume IV. No. 3 : 19 – 25. Soerianegara, I. 1964. Pengertian Produktivitas dalam Ekologi dan

(53)

[Catatan Penelitian]. Warta Penelitian Pertanian Volume 2 (1/2 : 25 – 27). Bogor : Lembaga Penelitian Bogor.

Spurr, H. S. and V. B. Burton. 1980. Forest EcologyThird Edition Toronto: John Willey and Sons. Inc.

Sugiarto, et. al. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suwarno. 1985. Produktivitas Hutan Tanaman Rhizophora mucronata di Hutan

Mangrove Cilacap. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Tambunan, R. Pengukuran produktivitas Serasah di Hutan rawa gambut Primer (Studi Kasus di HPH PT. Diamond Raya Timber. Propinsi Riau). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

(54)

33 Lampiran 1 Rata-rata produksi serasah (gram/m2/minggu) yang jatauh selama 3 bulan pada tegakan Hopea bancana V.SI.

No Daun Cabang dan ranting Organ reproduksi kulit pohon, dll

(55)

34 Lampiran 2 Rata-rata produksi serasah (gram/m2/minggu) yang jatuh selama 3 bulan pada tegakan Shorea balangeran Burck.

No Daun Cabang dan ranting Organ reproduksi kulit pohon, dll

(56)

35 Lampiran 3 Rata-rata produktivitas dari masing-masing komponen serasah (g/m2/minggu) pada tegakan Hopea bancana V.SI. pada setiap

periode pengamatan

No Komponen serasah

Periode pengamatan (g/m2/minggu)

Total Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Daun

36,93 27,72 13,41 19,74 23,91 10,60 13,60 16,52 41,70 19,69 10,12 24,71 258,64 21,55

2 cabang dan ranting

6,43 13,44 5,19 3,26 4,99 8,15 6,82 4,18 7,61 13,36 2,59 3,35 79,37 6,61

3 Organ reproduksi

0,08 0,08 0,00 0,08 0,03 0,01 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,37 0,03

4 Kulit pohon dll

1,52 2,09 0,95 1,08 1,35 0,98 0,85 1,20 1,61 1,86 0,73 1,23 15,44 1,29

5 Total

45,96 45,33 22,55 28,16 35,26 25,74 28,27 29,95 59,91 44,91 24,44 41,34 431,81 35,98

(57)

36 Lampiran 4 Rata-rata produktivitas dari masing-masing komponen serasah (g/m2/minggu) pada tegakan Shorea balangeran Burck. pada

setiap periode pengamatan

No Komponen serasah

Periode pengamatan (g/m2/minggu)

Total

Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Daun

10,81 10,61 4,64 6,57 14,48 14,52 7,19 8,04 11,45 13,08 6,48 8,17 116,04 9,67

2 cabang dan ranting

2,54 4,36 2,61 2,24 1,83 5,96 1,63 1,20 1,05 3,46 1,48 1,03 29,40 2,45

3 Organ reproduksi

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,00 0,01 0,00 0,02 0,00 0,00 0,05 0,00

4 Kulit pohon dll

1,12 1,14 0,89 1,15 1,84 1,89 0,31 1,08 1,94 1,92 0,86 1,00 15,15 1,26

5 Total

15,46 18,11 11,14 13,96 23,15 28,40 16,14 18,33 23,45 28,48 19,83 22,20 238,65 19,89

(58)

37 Lampiran 5 Data iklim di Hutan Penelitian Darmaga selama penelitian ( 21 Agustus- 6 November 2005)

No. Periode Pengamatan ke- Suhu Udara( 0C) Curah Hujan (mm)

Kecepatan Angin (km/jam) Min Max Rata-rata 2 m 10 m

1 I (Tanggal 21 Agustus 2005) 21,8 31,5 25,7 25,3 84,1 1,6

2 II (Tanggal 28 Agustus 2005) 21,6 32,4 26,2 15,2 1,0 2,7

3 III (Tanggal 4 september 2005) 21,9 32,7 26,5 15,2 1,0 2,4

4 I V(Tanggal 11 september 2005) 22,5 32,2 26,2 149,4 1,0 2,4

5 V (Tanggal 18 september 2005) 22,1 31,6 25,6 136,8 0,8 2,2

6 VI (Tanggal 25 september 2005) 21,4 32,7 26,0 18,5 0,9 2,3

7 VII (Tanggal 2 Oktober 2005) 21,8 33,0 26,4 163,6 1,2 2,6

8 VIII (Tanggal 9 Oktober 2005) 22,8 32,7 26,3 56,0 1,1 2,6

9 IX (Tanggal 16 Oktober 2005) 22,9 31,2 25,8 27,6 0,8 2,2

10 X (Tanggal 23 Oktober 2005) 23,1 32,0 25,9 79,4 1,0 2,2

11 XI (Tanggal 30 Oktober 2005) 23,2 31,6 25,9 70,0 0,7 1,9

12 XII (Tanggal 6 November 2005) 22,9 32,4 25,9 100,6 0,9 2,3

(59)

38

Lampiran 6 Foto-foto plot penelitian, bentuk

litter-trap

dan berbagai komponen serasah

Tegakan

Hopea bancana

V. SI.

Tegakan

Shorea blangeran

Burck.

Serasah Daun

Shorea balangeran

Burck.

Alat penampung serasah (

litter-trap

)

(60)

39

Serasah cabang dan ranting

Shorea balangeran

Serasah Kulit dan lainnya

Hopea bancana

Burck. V. SI.

Gambar

Tabel 1.  Hasil pengukuran produktivitas serasah di berbagai tipe hutan
Tabel 2. Produksi serasah tahunan rata-rata di 4 (empat) zona iklim yang penting   (ton/ha/tahun)
Tabel 3. Taksiran  produktivitas serasah tahunan di berbagai tipe hutan
Gambar 2. Bentuk litter-trap  yang digunakan untuk menampung serasah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Ia juga menambah maklumat sejarah terutama mengenai Mat Kilau yang selama ini kebanyakan para penulis tidak menyebut peranan guru dan ayah angkatnya Haji Uthman bin Haji Senik

Skin Contact : Product is unlikely to cause irritation at room temperature Eye Contact : Product fines may cause mechanical irritation.. Ingestion : Product is

Precautionary Statements : Obtain special instructions before use │ Do not handle until all safety precautions have been read and understood │ Keep away from

Tanpa disadari bahwa perkawinan usia muda sering membawa akibat yang negatif. Salah satu dari akibat perkawinan usia muda itu adalah perceraian, walaupun perceraian

Kedudukan antara debitur dengan penjamin adalah seorang debitur Kedudukan hukum penjamin apabila debitur wanprestasi maka penjamin wajib memberikan pertanggungjawabannya

Rajah 4: Manfaat PS oleh pentadbir, guru, ibu bapa dan murid Pentadbir • mengetahui perkembangan murid secara keseluruhan • mengetahui keberkesanan proses pengajaran dan

Jakarta, 27 May 2010: PT Indosat Tbk (“Indosat” or the “Company”) (Ticker: ISAT: IDX, IIT: NYSE) announced today that it is postponing the release of its Q1 2010

[r]