• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN

CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM

SULFAT HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

PADA AYAM BROILER

SKRIPSI

RAYMUNDUS GENTY LARAS

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

Raymundus Genty Laras. D24060414. Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Widya Hermana, MSi. Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc.

Penggunaan onggok sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan pakan ternak masih sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Persoalan pemanfaatan onggok sebagai bahan baku pakan unggas adalah rendahnya kandungan protein, tingginya serat kasar, serta terdapatnya zat antinutrisi HCN (asam sianida). Bagi ternak ayam, serat kasar yang tinggi akan menjadi masalah bagi sistem pencernaannya sehingga pemanfaatan onggok sebagai pakan masih belum optimal. Salah satu teknologi alternatif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang berkualitas dengan cara pengolahan melalui proses fermentasi. Proses fermentasi selama 6 hari dengan Aspergillus niger pada campuran onggok dengan 3% urea, 2,5% zeolite dan 1,5% amonium sulfat dalam penelitian sebelumnya mampu meningkatkan kandungan protein kasar dalam onggok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur nilai energi metabolis, efisiensi energi dan retensi nitrogen dari onggok fermentasi. Dua belas ekor ayam broiler diberi pakan perlakuan yang terdiri dari onggok, dedak padi serta onggok fermentasi secara acak, sedangkan empat ekor lagi dipuasakan untuk mengukur energi endogenous. Data yang diperoleh melalui metode rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan kemudian diolah dengan analisis ragam 1 arah (ANOVA) kemudian bila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai energi metabolis semu (EMS), energi metabolis murni (EMM), energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (EMSn), dan nilai energi metabolis murni terkoreksi nitrogen (EMMn) dari onggok fermentasi berturut-turut, yakni : 2016,84; 2071,88; 1894,97; dan 1950,01 kkal/kg, sedangkan nilai efisiensi energi dan retensi nitrogennya adalah 73,52% dan 0,42 g. Kisaran nilai EMS, EMM, EMSn, dan EMMn dari onggok fermentasi tidak berbeda dibanding onggok tetapi lebih rendah bila dibandingkan dedak padi. Nilai efisiensi energi onggok fermentasi tidak berbeda dengan dedak tetapi lebih rendah dari onggok, sedangkan nilai retensi nitrogen onggok fermentasi lebih tinggi dari onggok tetapi lebih rendah dari dedak padi. Dapat disimpulkan bahwa nilai retensi nitrogen campuran onggok, urea, zeolit dengan penambahan amonium sulfat 1,5% yang difermentasi dengan A. niger lebih tinggi dari onggok tanpa fermentasi, tetapi nilai energi metabolisnya sebanding dan efisiensi penggunaan energinya lebih rendah dari onggok tanpa fermentasi.

(3)

ABSTRACT

Metabolizable Energy and Nitrogen Retention Value of Mixed Product of Cassava Waste, Urea, Zeolit, and Ammonium Sulfate Fermented with

Aspergillus Niger in Broiler Chicken

Laras, R.G., W. Hermana and Nahrowi

The cassava waste (CW) utilization as feed, due to its low in protein content and high fibre, is not optimal yet. In a previous study, it is found that the protein content increased when the CW was fermented with Aspergillus niger using 3% urea, 2.5% zeolite and 1.5% ammonium sulfate. The aims of this study were to determine the metabolizable energy value, energy efficiency (EE) and nitrogen retention (RN) of fermented cassava waste (FCW). Twelve broiler were forced feeding randomly with CW, rice bran, or FCW, and four broiler were fasted to measure endogeneous energy content. Data from completely randomized design with 3 treatments and 4 replications were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and followed by Duncan range test. The results showed that the value of apparent metabolizable energy (AME), true metabolizable energy (TME), apparent metabolizable energy nitrogen corrected (AMEn), and true metabolizable energy nitrogen corrected (TMEn) of FCW were 2016.84; 2071.88; 1894.97; and 1950.01 kcal/kg respectively, while the value of EE and RN, respectively were 73.52% and 0.42 g. The value range of AME, TME, AMEn, and TMEn of FCW were not different with cassava waste and lower than that of rice bran. The EE value was significantly different with cassava waste but comparable with rice bran whereas the RN were higher than cassava waste but lower than rice bran. It is concluded that EE value of FCW was comparable with rice bran, while the metabolizable energy value of cassava waste was not improved by the fermentation technology.

(4)

NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN

CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM

SULFAT HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

PADA AYAM BROILER

RAYMUNDUS GENTY LARAS D24060414

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Instiut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : NILAI ENERGI METABOLIS DAN RETENSI NITROGEN CAMPURAN ONGGOK, UREA, ZEOLIT DAN AMONIUM SULFAT HASIL FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger PADA AYAM BROILER

Nama : Raymundus Genty Laras NIM : D24060414

Menyetujui,

Pembimbing Utama

(Ir. Widya Hermana, MSi.) NIP. 19680110 199203 2 001

Pembimbing Anggota

(Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc.) NIP. 19620425 198603 1 002

Mengetahui: Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Januari 1988 di Pringsewu, Lampung. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yohanes Krisostomus Sri Suwancoko, AMd. dan Ibu Gracia Endang Cahya Rini.

Pendidikan penulis dimulai dengan memasuki Taman Kanak-kanak Santo Fransiskus Xaverius pada tahun 1993, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Santo

Fransiskus Asisi hingga tahun 2000. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 1 Pringsewu, dan pendidikan lanjutan

menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMU Negeri 1 Pringsewu. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), dan di tahun berikutnya, penulis masuk Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti pendidikan, penulis menjadi anggota Paduan Suara Mahasiswa IPB (Agriaswara), anggota Keluarga Mahasiswa Lampung (KeMaLa), Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Katholik (Tim Pendamping), dan anggota Keluarga Mahasiswa Katholik (KeMaKi). Selain itu, penulis juga dipercaya untuk mendapatkan dana hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian yang berjudul

(7)

KATA PENGANTAR

Tak ada kata yang lebih mulia selain ungkapan rasa syukur atas segala sesuatu yang telah penulis terima dari kemurahan hati-Nya, khususnya atas

terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai Energi Metabolis dan

Retensi Nitrogen Campuran Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat Hasil Fermentasi dengan Aspergillus nigerpada Ayam Broiler” sebagai pemenuhan syarat untuk meraih gelar Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian dimulai dari persiapan kandang metabolis, pemilihan pakan perlakuan, proses pengukuran energi metabolis dan retensi nitrogen, dan analisa serat kasar, protein kasar dan energi metabolis. Penelitian ini dibagi menjadi dua tempat yaitu bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas untuk persiapan kandang dan proses pengukuran energi metabolis dan retensi nitrogen, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan untuk analisa serat kasar, protein kasar dan

energi metabolis, Fakulltas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui nilai energi metabolis dengan metode Sibbald (1980), retensi nitrogen dan efisiensi penggunaan energi hasil fermentasi onggok dengan campuran urea, zeolit dan amonium sulfat oleh A. niger pada ayam broiler.

Penulis telah bekerja secara maksimal dalam menyelesaikan skripsi. Namun, penulis menyadari bahwa mungkin saja dalam proses penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

Onggok-Urea-Zeolit Fermentasi ... 5

Dedak Padi versus Onggok versus Onggok Hasil Fermentasi ... 6

Efisiensi Penggunaan Energi ... 14

Konsumsi Nitrogen ... 14

Ekskresi Nitrogen ... 14

(9)

ix Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Kandang Metabolis ... 15

Masa Adaptasi Ayam ... 15

Pemuasaan Ayam ... 15

Pelaksanaan Percobaan ... 15

Analisis Ekskreta ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar dan Energi Bruto Pakan Perlakuan ... 20

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis ... 23

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Efisiensi Penggunaan Energi ... 25

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Retensi Nitrogen ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

UCAPAN TERIMA KASIH ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

x DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Singkong dan Limbahnya dari Tahun 2006 s.d. 2010 ... 3 2. Produksi Padi dan Limbahnya dari Tahun 2005 s.d. 2009 ... 6 3. Komposisi Zat Makanan Dedak Padi versus Onggok

versus Onggok Fermentasi (berdasarkan % BK) ... 6 4. Rataan Energi Metabolis Semu (EMS), Energi Metabolis

Murni (EMM), Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn), dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen

(EMMn) pada Berbagai Perlakuan (% BK) ... 24

5. Rataan Nilai Efisiensi Penggunaan Energi (Ratio EM/EB)

(11)

xi DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Rendemen Ubi Kayu ... 4

2. Ayam Broiler Strain Ross ... 7

3. Neraca Energi Metabolis pada Unggas ... 8

4. Pakan Perlakuan ... 12

5. Prosedur Pengukuran Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen ... 16

6. Prosedur Pencekokkan Pakan Perlakuan ... 17

7. Prosedur Pengkoleksian Ekskreta Ternak Percobaan ... 18

8. Ekskreta yang Diperoleh ... 19

9. Nilai Protein Kasar dan Serat Kasar Pakan Perlakuan ... 21

10. Nilai Energi Bruto Pakan Perlakuan ... 22

11. Nilai Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi Ternak Percobaan ... 23

(12)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. ANOVA Konsumsi Energi pada Berbagai Perlakuan ... 34

2. ANOVA Ekskresi Energi pada Berbagai Perlakuan ... 34

3. ANOVA Energi Endogenous pada Berbagai Perlakuan ... 35

4. ANOVA Konsumsi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 35

5. ANOVA Ekskresi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 36

6. ANOVA Ekskresi Nitrogen Endogenous pada Berbagai Perlakuan ... 36

7. Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni pada Berbagai Perlakuan ... 37

8. Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni (Terkoreksi Nitrogen) pada berbagai Perlakuan ... 38

9. Standar Deviasi Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi padi Berbagai Perlakuan ... 39

10. Standar Deviasi Konsumsi Nitrogen dan Ekskresi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 40

11. Standar Deviasi Energi Endogenous, Nitrogen Endogenous dan Ratio EM/EB pada berbagai Perlakuan ... 41

12. Standar Deviasi Retensi Nitrogen, dan Efisiensi Penggunaan Energi pada Berbagai Perlakuan ... 42

13. ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Semu pada Berbagai Perlakuan ... 43

14. ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Murni pada Berbagai Perlakuan ... 44

15. ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 45

16. ANOVA dan Uji Duncan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 46

17. ANOVA dan Uji Duncan Retensi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan ... 47

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menghasilkan pakan alternatif untuk ternak merupakan salah satu dari sekian tantangan bagi peneliti bidang peternakan. Penggunaan sumberdaya lokal untuk dikembangkan sebagai pakan alternatif harus mulai dikembangkan berdasarkan pengetahuan akan ketersediaan baik kualitas dan kuantitasnya, serta pengaruhnya terhadap kebutuhan nutrisi ternak. Apalagi ketahanan pakan nasional sangat rentan dan mudah goyah yang merupakan imbas dari ketergantungan terhadap pakan impor. Hal ini semakin mendorong peneliti untuk mencari pakan alternatif yang tersedia banyak secara lokal. Adapun alternatif yang paling menjanjikan dari limbah yang berasal dari agroindustri singkong (Manihot esculenta), yakni onggok.

Indonesia merupakan negara penghasil singkong nomor lima dunia setelah Nigeria, Brazil, Thailand, dan Zaire (Lubis et al., 2007). Produksi singkong Indonesia terus meningkat meskipun luas panen cenderung menurun. Di tahun 2010, produksi singkong mencapai 22.116.222 ton dari luas panen 1.173.203 ha (Badan Pusat Statistik, 2010).

Onggok merupakan salah satu limbah pemanfaatan singkong sebagai pangan. Sebagian kecil onggok digunakan sebagai substrat dalam fermentasi asam sitrat oleh perusahaan asam sitrat, selebihnya dibuang tanpa perlakuan yang bisa menjadi pencemar lingkungan yang serius seperti polusi udara (bau tidak sedap) dan polusi air (Lubis et al., 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari Hidayat (2010),

produksi onggok tahun 2010 mencapai 2.521.249, 308 ton.

Di sisi lain, penggunaan onggok untuk bahan baku penyusunan pakan ternak masih sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Persoalan pemanfaatan onggok sebagai bahan baku pakan unggas adalah rendahnya kandungan protein 2,2% dan tingginya serat kasar 31,6%, serta terdapatnya racun HCN (asam sianida), bagi ternak ayam, serat kasar yang tinggi akan menjadi masalah bagi sistem pencernaannya (Hidayat, 2010).

(14)

2 Salah satu teknologi alternatif untuk dapat memanfaatkan onggok sebagai

bahan baku pakan ternak adalah dengan cara mengubahnya menjadi produk yang berkualitas dengan cara pengolahan melalui proses fermentasi. Bioteknologi fermentasi tersebut dapat dilakukan secara semi padat dengan menggunakan kapang Aspergillus niger sebagai inokulum, ditambah campuran urea dan amonium sulfat sebagai sumber nitrogen anorganik dan sumber sulfur.

Pada penyusunan pakan praktis, perhitungan kebutuhan zat-zat makanan hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein. Pada hakekatnya, ayam mengonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Apabila kebutuhan energi telah terpenuhi maka ayam akan menghentikan konsumsi, sebaliknya bila kurang maka akan meningkatkan konsumsi. Pada ternak unggas, untuk menentukkan kebutuhan energi digunakan energi metabolis. Nilai energi metabolis secara teoritis dapat memenuhi kebutuhan energi bagi pertumbuhan dan produksi. Konsumsi pakan akan meningkat dengan menurunnya kandungan energi pakan, sebaliknya konsumsi pakan berkurang dengan meningkatnya kandungan energi pakan.

Tujuan

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Onggok sebagai Pakan

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang sudah tidak asing lagi bagi penduduk Indonesia. Luas panen per hektar, produktivitas dalam ton per hektar serta produksi ubi kayu dan limbahnya per ton skala nasional dari tahun 2006 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Singkong dan Limbahnya dari Tahun 2006 s.d 2010

Tahun Luas Panen

2006 1.227.459 16,300 19.986.640 2.278.476,960

2007 1.201.481 16,636 19.988.058 2.278.638,612

2008 1.204.933 18,057 21.756.991 2.480.296,974

2009 1.174.819 18,752 22.028.502 2.511.249,228

2010 1.173.203 18,851 22.116.222 2.521.249,308

Persentase 11,4%

Sumber : 1) Biro Pusat Statistik (2010), dan 2) Hidayat (2010).

Tabel 1 memperlihatkan produksi limbah kulit ubi kayu maupun onggok

yang terus meningkat walaupun luas panen cenderung menurun per tahunnya. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya efisiensi dan efektifitas penggunaan lahan dengan penerapan ilmu dan teknologi yang dinamis sesuai perkembangan zaman.

Dilihat dari pemanfaatannya dalam skala besar, ubi kayu umumnya diolah

menjadi tapioka dan gaplek. Rendemen yang diperoleh adalah 20-30% tapioka dan

onggok sekitar 10%. Mutu tapioka sangat beragam, terutama derajat putih dan

kebersihannya. Mutu gaplek juga sangat bervariasi karena penanganan yang kurang

baik, bahkan tingkat kerusakan cukup tinggi. Produk lain dari ubi kayu dalam skala

kecil adalah pangan tradisional seperti tiwul dan gatot. Di beberapa daerah di

Indonesia produk ini sudah dibuat instan atas binaan industri pangan dan peran

pemerintah. Namun produk pangan tradisional ini masih kurang populer karena

masalah selera dan penyajiannya kurang praktis. Bentuk olahan lainnya adalah

krupuk dan berbagai camilan. Pengolahan ubi kayu menjadi tepung ubi kayu relatif

mudah dan dapat ditangani oleh kelompok tani. Rendemen yang diperoleh berkisar

(16)

4 Gambar 1. Rendemen Ubi Kayu

Sumber : 1) Hidayat (2010)

2) Prabawati dan Suismono (2005)

Gambar 1 menunjukkan bahwa onggok merupakan bagian dari rendemen ubi kayu, bersama dengan tapioka dan tepung ubi kayu yang berasal dari daging ubi kayu dengan persentase sebesar 11,4%.

Setiap ton ubikayu dapat menghasilkan 250 kg tepung tapioka dan 114 kg onggok (Tarmudji, 2004). Namun demikian, kandungan protein onggok masih sangat rendah dengan serat kasar yang cukup tinggi (Tabel 3).

Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Hal ini diindikasikan dengan semakin meluasnya areal penanaman dan produksi ubi kayu. Onggok merupakan limbah pertanian yang sering menimbulkan masalah lingkungan, karena berpotensi sebagai polutan di daerah sekitar pabrik

penghasil tapioka. Salah satu teknologi alternatif adalah dengan mengubahnya menjadi produk yang berkualitas, yaitu melalui proses fermentasi (Nurhayati, 2008).

Luas panen berhasil (luas panen) adalah tanaman yang dipungut hasilnya setelah tanaman tersebut cukup umur. Dalam panen berhasil ini termasuk juga tanaman yang hasilnya sebagian saja dapat dipungut (paling sedikit sampai dengan 11%) yang mungkin disebabkan karena mendapat serangan organisme pengganggu tumbuhan atau bencana alam. Mencabut bibit ini tidak termasuk sebagai memungut hasil dan tidak boleh dimasukkan dalam laporan ini. Luas panen muda adalah luas tanaman yang dipungut hasilnya sebelum waktunya (belum cukup tua). Tanaman yang dipanen muda hanya tanaman jagung dan kedelai. Luas rusak (tak berhasil) adalah jika tanaman mengalami serangan organisme pengganggu tumbuhan, bencana alam, sedemikian rupa sehingga hasilnya kurang dari 11% keadaan normal. Luas penanaman adalah luas tanaman yang betul-betul ditanam (sebagai tanaman baru)

(17)

5 pada bulan laporan, baik penanaman yang bersifat normal maupun penanaman yang dilakukan untuk mengganti tanaman yang dibabat (dimusnahkan) karena terserang

organisme pengganggu tumbuhan atau sebab-sebab lain, walaupun pada bulan tersebut tanaman baru tadi dibongkar kembali. (Biro Pusat Statistik, 2010)

Onggok sebenarnya berpotensi sebagai bahan pakan. Namun, kualitas yang rendah (protein kasar sekitar 1,55% dan serat kasar 10,44% bahan kering), menjadi pembatas utama penggunaan onggok sebagai bahan pakan (Supriyati, 2010). Selain itu, sebagian besar komposisi nutriennya terdiri atas selulosa, pektin dan sisa pati yang belum terekstraksi sehingga kandungan serat kasarnya cukup tinggi (Bata et al., 1999)

Onggok - Urea - Zeolit Fermentasi

Aspergillus niger dapat menggunakan berbagai macam nutrien dari yang sederhana hingga kompleks, sehingga mudah untuk menumbuhkan dan memeliharanya. Walaupun demikian, proses fermentasi membutuhkan nitrogen yang lebih tinggi dan juga mineral untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Amonia yang dihasilkan akan digunakan oleh mikroorganisme untuk pembentukan sel tubuh mereka. Zeolit dapat digunakan sebagai suatu reservoir untuk menjaga konsentrasi amonia selama fermentasi. Zeolit (jenis Clinoptiloit) mempunyai keistimewaan dalam menyerap ion yang besar seperti (NH4+). Zeolit dapat berperan sebagai satu reservoir amonia yang memperlambat perpindahan dan kemudian melepaskannya berangsur-angsur untuk digunakan oleh mikroorganisme (Lubis et al., 2007)

Lubis et al. (2007) melaporkan bahwa onggok-urea-zeolit yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan protein kasar dari 2% menjadi 14%. Hasil tersebut jauh lebih tinggi dari hasil penelitian Iyayi dan Lossel (2001) yang meningkatkan protein kasar onggok dari 3,6% menjadi 7,8% setelah difermentasi dengan Aspergilllus niger berdasarkan as fed. Belum optimalnya konsentrasi protein kasar dalam penelitian tersebut diduga karena adanya komponen yang sangat diperlukan dalam pembentukan asam amino bersulfur tidak tersedia. Penambahan sulfur diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi protein dalam fermentasi.

(18)

6 Penggilingan padi menjadi beras menghasilkan produk samping antara lain menir, beras pecah, sekam dan dedak. Menir dan beras pecah dapat digiling menjadi

tepung sebagai bahan berbagai kue dan makanan lainnya. Sekam dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar serta kompos. Sementara itu, dedak saat ini baru dimanfaatkan untuk pakan ternak. Penggilingan padi dengan kadar air 14% akan menghasilkan rendemen beras 57-60%, sekam 18-20%, dan dedak 8-10% (Hadipernata, 2007). Penggilingan satu ton gabah menghasilkan dedak padi sebanyak 60-80 kg (Purbasari dan Silviana, 2008). Luas panen perhektar, produktivitas dalam ton perhektar serta produksi padi dan limbahnya perton skala nasional dari tahun 2005 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Padi dan Limbahnya dari Tahun 2005 s.d 2009

Tahun Luas Panen 2005 11.839.060 4,574 54.151.097 10.288.708,43 4.873.598,73 2006 11.786.430 4,620 54.454.937 10.346.438,03 4.900.944,33 2007 12.147.637 4,705 57.157.435 10.859.912,65 5.144.169,15 2008 12.327.425 4,894 60.325.925 11.461.925,75 5.429.333,25 2009 12.878.039 4,995 64.329.329 12.222.572,51 5.789.639,61 Sumber : 1) Biro Pusat Statistik (2010)

2)

Hadipernata (2007)

Tabel 2 memperlihatkan produksi limbah sekam maupun dedak padi yang terus meningkat pertahunnya. Dedak padi dalam penyusunan pakan umumnya digunakan sebagai bahan pakan sumber energi. Komposisi zat makanan dedak padi dapat dilihat pada Tabel 3.

(19)

7 Ayam broiler menyediakan hampir keseluruhan produksi dan konsumsi daging unggas dunia (Taylor dan Field, 2004). Berbagai macam strain ayam ras

pedaging yang telah beredar di pasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktivitas relatif sama (CJFeed, 2010).

Keturunan atau strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breederfarm (usaha pembibitan) melalui proses pemuliabiakkan untuk tujuan ekonomis tertentu. Strain Ross merupakan salah satu strain bibit ayam yang masuk ke Indonesia untuk memenuhi selera peternak breeding (pembibitan) Indonesia. Strain Ross (broiler) seperti pada Gambar 2, memiliki nilai feed conversion rate (FCR) yang efisien dengan laju pertumbuhan cepat dan daya hidup bagus serta pengembangan genetiknya difokuskan pada kekuatan kaki sebagai penyeimbang (CJ Feed, 2010).

Gambar 2. Ayam Broiler Strain Ross (Force, 2010)

Energi Metabolis

Energi dibutuhkan dalam jumlah yang berbeda-beda oleh setiap hewan. Satuan enrgi dinyatakan dalam calorie, yakni sejumlah panas atau energi yang dibutuhkan menaikkan suhu sebesar 1oC dari 1 g H2O dari 14,4oC hingga 15,5oC

(20)

8 Karbohidrat, protein dan lemak menyediakan energi untuk hewan dengan kandungan energi yang berbeda (Damron, 2003). Kandungan energi bruto pada

karbohidrat kira-kira 3,74 kkal/g, sedangkan pada protein 5,5 kkal/g, yakni sebanyak 48% dari 11,5 kkal dibutuhkan untuk didposisikan dalam tubuh. Untuk lemak, energi brutonya sekitar 9,1 kkal/g, nilai ini adalah 82% dari 11,2 kkal yang dibutuhkan untuk mendeposisikan 1 g lemak dalam tubuh. (Leeson and Summers, 2010). Nutrien yang mengandung karbon menyediakan energi untuk hewan (Taylor dan Field, 2004).

Neraca energi mulai dari energi dalam pakan hingga energi untuk hidup pokok maupun produksi diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Neraca Energi Metabolis pada Unggas (Leeson dan Summers, 2001).

GROSS ENERGY (GE)

Heat Increment NET ENERGY (NE)

(21)

9 Karbohidrat mensuplai hampir seluruhnya untuk energi sebab merupakan sumber energi yang lebih ekonomis dibandingkan protein (Taylor dan Field, 2004).

Energi digunakan sebagai daya hidup hewan, tetapi kebanyakan digunakan sebagai energi kimia yang dibutuhkan dalam proses pengubahan pakan menjadi produk ternak serta untuk menjaga keseimbangan temperatur tubuh (Taylor dan Field, 2004). Energi bruto adalah sejumlah panas (calories) yang dilepas dari pembakaran lengkap dari contoh pakan dalam sebuah alat yang dinamakan bomb calorimeter. Energi tercerna adalah energi bruto dikurangi energi feses. Energi metabolis adalah energi bruto dikurangi energi pada feses, urine, dan produk-produk gas di sepanjang sistem saluran pencernaan. Energi netto adalah energi metabolis dikurangi energi yang digunakan dalam konsumsi, pencernaan, dan metabolisme pakan (Taylor dan Field, 2004). Energi metabolis dan energi netto merupakan cara mengukur energi yang lebih akurat dibandingkan pengukuran melalui energi bruto maupun energi tercerna (Blair, 2009). Lebih akurat mengenai perhitungan energi metabolis, adalah dengan memperhitungkan nilai sejumlah energi yang hilang atau yang telah dirubah di dalam tubuh dalam bentuk protein nitrogen (N). Nilai energi metabolis (EM) yang terkoreksi hingga nol N menjadi bagian tubuh atau hilang didenotasikan menjadi EMn (Blair, 2009).

EM semu tidak memperhitungkan kehilangan energi dalam bentuk ekskresi ekskreta asal nonpakan, beberapa berasal dari sekresi endogenous dari cairan dan gas sistem pencernaan, peluruhan sel-sel usus dan sekresi urin endogenous. EM Murni

adalah EM yang memperhitungkan kehilangan energi dalam bentuk ekskresi ekskreta asal nonpakan (Blair, 2009).

Retensi Nitrogen

(22)

10 Menurut NRC (1994), retensi nitrogen untuk setiap jenis ternak, umur, dan faktor genetik adalah berbeda. Banyaknya nitrogen yang diretensi dalam tubuh

(23)

11 MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas (INTP), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus hingga Oktober 2009.

Materi

Pakan

Pakan yang diberikan berupa onggok, dedak padi dan produk hasil fermentasi onggok, urea, zeolit dan amonium sulfat oleh Aspergillus niger (onggok fermentasi).

Ternak

Penelitian ini menggunakan 16 ekor ayam broiler strain Ross berumur 42 hari dengan kisaran bobot badan antara 1,3-1,5 kg.

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang metabolis berukuran 50 x 30 x 56 cm sebanyak 16 buah dengan bagian bawah kandang dilengkapi alas tempat penampungan eksreta.

Peralatan

Peralatan yang digunakan, berupa: alat pencekok, kertas tissue, spidol, kertas alumunium foil, label, freezer, timbangan digital, oven 60OC, H2SO4 0,01%, mortar,

tabung sprayer.

Metode

Perlakuan

Enam belas ekor ayam broiler digunakan dalam penelitian ini. Dua belas ekor ayam secara acak diberi pakan perlakuan yang diujikan, yaitu

P1 : onggok halus P2 : dedak halus

(24)

12 Empat ekor ayam broiler sisanya digunakan untuk pengukuran energi dan nitrogen endogenous.

Onggok (P1) Dedak (P2) Onggok Fermentasi (P3)

Gambar 4. Pakan Perlakuan

Model

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri atas 1 ekor ayam. Model matematik yang digunakan dalam analisa adalah

Yijk = + i + ij

Keterangan :

Yijk = Respon percobaan dari perlakuan ke-i, ulangan ke-j

= Nilai rataan umum hasil pengamatan

i = Pengaruh perlakuan ke-i

ij = Pengaruh galat ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh diuji dengan analisa ragam (ANOVA) dan bila berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Peubah

Peubah yang diamati dalam penelitian ini, meliputi konsumsi energi, ekskresi energi, energi metabolisme, konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen dan retensi nitrogen.

Konsumsi Energi (kkal). Konsumsi energi (KE) diperoleh dengan mengalikan jumlah pakan yang diberikan dengan kandungan energi bruto pakan (Leeson dan

(25)

13 KE = X x EB

Keterangan : X = Jumlah pakan yang diberikan (kg) EB = Energi bruto pakan (kkal/kg)

Ekskresi Energi (kkal). Ekskresi energi (EE) adalah hasil perkalian ekskreta dengan kandungan energi bruto ekskreta (Leeson dan Summers, 2001).

EE = Y x EBE Keterangan : Y = Berat Ekskreta (kg)

EBE = Gross Energi (kkal/kg)

Energi Metabolis (kkal/kg). Energi metabolis adalah selisih antara kandungan energi bruto ransum dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta. Menurut Sibbald dan Wolynetz (1985), pengukuran energi metabolis dapat dihitung berdasarkan :

Energi Metabolis Semu (EMS) adalah hasil pengurangan antara energi bruto bahan makanan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta (Sibbald, 1980).

Energi Metabolis Murni (EMM) adalah hasil pengurangan dari energi bruto bahan makanan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta setelah dikoreksi dengan energi bruto ekskreta endogenous (Sibbald, 1980).

Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn) adalah hasil pengurangan antara energi bruto bahan makanan dengan energi bruto yang hilang melalui ekskreta yang telah disesuaikan pada kondisi retensi nitrogen sama dengan nol, yaitu dengan menambahkan energi dari sejumlah asam urat yang setara dengan

retensi nitrogen sebesar 8,22 kkal/g N pada energi ekskreta (Sibbald dan Wolynetz, 1985)

(26)

14 melalui ekskreta setelah dikoreksi dengan energi bruto ekskreta endogenous yang telah disesuaikan pada kondisi retensi nitrogen sama dengan nol, yaitu dengan

menambahkan energi dari sejumlah asam urat yang setara dengan retensi nitrogen sebesar 8,22 kkal/g N pada energi ekskreta. (Sibbald dan Wolynetz, 1985)

Keterangan :

EB = Energi Bruto Ransum (kkal/kg) EBe = Energi Bruto Ekskreta (kkal/kg)

EBk = Energi Bruto Ekskreta Endogenous (kkal/kg) X = Konsumsi Ransum (g)

Y = Berat Ekskreta (g)

Z = Berat Ekskreta Endogenous (g) RN = Retensi Nitrogen (g)

8,22 = Nilai nitrogen saat teroksidasi dengan sempurna dalam urin kkal/g

Efisiensi Penggunaan Energi (%). Nilai indikator efisiensi penggunaan energi percobaan diperoleh dengan menghitung rasio antara energi metabolis semu terkoreksi nitrogen dengan energi bruto pakan dikali 100%. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai efisiensi penggunaan energi adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Rasio EM/EB = indikator efisiensi penggunaan energi (%)

EM = nilai energi metabolis semu terkoreksi nitrogen (kkal) EB = energi bruto pakan (kkal)

Konsumsi Nitrogen (g). Konsumsi nitrogen diperoleh dengan cara mengalikan jumlah konsumsi bahan pakan perlakuan dengan kandungan N pakan.

KN = Konsumsi Bahan Pakan (g) x Kandungan N Pakan (%)

(27)

15 endogenous yang diperoleh dari koleksi ekskreta empat ekor ayam yang tetap dipuasakan (tidak diberi bahan pakan uji) tapi tetap diberi minum.

EN = Ekskresi Ekskreta (g) x Kandungan N Ekskreta (%)

Retensi Nitrogen (g). Retensi nitrogen adalah selisih antara nilai konsumsi nitrogen dengan nilai nitrogen yang diekskresikan setelah dikoreksi dengan nilai nitrogen endogenous.

RN = KN - (EN - NEe) Keterangan :

KN = Konsumsi nitrogen (g) EN = Ekskresi nitrogen (g)

NEe = Ekskresi nitrogen endogenous (g)

Prosedur Pelaksanaan Penelitian. Secara umum, prosedur pengukuran energi metabolis dan retensi nitrogen disajikan pada Gambar 5.

Persiapan Kandang Metabolis. Sebelum digunakan, kandang metabolis dan peralatan pendukung lainnya dibersihkan kemudian dicuci dengan sabun dan detergen. Hal ini dimaksudkan agar ayam tidak terinfeksi bibit penyakit dari lingkungan percobaan sebelumnya.

Masa Adaptasi Ayam. Sebelum ayam ditempatkan pada kandang metabolis, ayam terlebih dahulu ditimbang untuk diukur bobot badannya. Hal ini bertujuan untuk mengukur bobot badan ayam sebelum perlakuan. Ayam kemudian dipelihara seperti pada umumnya pada kandang metabolis selama 24 jam untuk proses adaptasi

lingkungan (Sibbald, 1980).

Pemuasaan Ayam. Pemuasaan ayam adalah penghentian pemberian pakan tanpa menghentikan pemberian air minum yang bertujuan untuk mengosongkan saluran pencernaan dari sisa-sisa pakan sebelumnya. Pemuasaan ini dilakukan selama 24 jam (Sibbald, 1980).

(28)

16

Persiapan Pakan Perlakuan Proses Koleksi Ekskreta

Persiapan Kandang Metabolis Penyemprotan H2SO4 0,01 N

Adaptasi 1 Hari 16 Broiler Dikumpulkan, Disimpan di

Freezer, Thawing lalu Oven 60o

Dipuasakan 24 jam Penggilingan & Pemisahan

Bulu

12 Broiler Dicekok Penimbangan & Pencatatan

Data

4 Broiler Tetap Dipuaskan Proses Analisis

(29)

17 Persiapan Ayam Percobaan Pendorongan Pakan

Perlakuan

Persiapan Alat Pencekok Pengecekkan Tembolok

Penggunaan Alat Pencekok Pakan Perlakuan Telah Masuk

Pemasukkan Pakan

Perlakuan Pencekokkan Selesai

(30)

18 Penandaan dan

Persiapan Alat

Koleksi Ekskreta di Tempat Penampung

Pengecekkan Kandang Koleksi Ekskreta di Kandang

Pengangkatan Kandang Pemasukkan Ekskreta dalam Plastik

Penyemprotan H2SO4 0,01 N

Pencatatan Ulang

(31)

19 sedikit demi sedikit menggunakan alat pencekok berupa corong. Prosedur pencekokkan pakan perlakuan disajikan pada Gambar 6. Kemudian ayam dimasukkan ke dalam kandang metabolis sambil ditampung ekskretanya selama 24 jam. Sisanya, empat ekor ayam lain dipuasakan kembali selama 24 jam untuk mengukur energi dan nitrogen endogenous. Air minum tetap diberikan selama 24 jam tersebut. Setelah koleksi, ekskreta disemprot dengan H2SO4 konsentrasi rendah

(0,01 N) agar nitrogen terikat dan tidak menguap. Ekskreta basah dari tiap-tiap perlakuan, baik perlakuan dengan pakan onggok fermentasi, onggok maupun dedak

halus, termasuk perlakuan untuk pengukuran energi endogenous yang diperoleh, ditimbang kemudian disimpan dalam freezer selama 24 jam untuk mencegah dekomposisi oleh mikroorganisme.

Prosedur Analisis Ekskreta. Prosedur pengkoleksian ekskreta disajikan pada Gambar 7. Ekskreta seperti pada Gambar 8 yang sudah beku dikeluarkan dari freezer kemudian dithawing lalu dikeringkan dalam oven bersuhu 60OC selama 48 jam. Setelah 48 jam, didapatkan sampel ekskreta kering yang kemudian dihaluskan, kemudian dianalisa kandungan energi bruto menggunakan bomb calorimeter, kandungan protein kasar dengan menggunakan analisis protein metode Kjehdal dan kandungan bahan kering ekskreta serta kandungan serat kasar ekskreta.

Ekskreta P1 Ekskreta P2 Ekskreta P3

(32)

20 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Protein Kasar, Serat Kasar, dan Energi Bruto Pakan Perlakuan Data hasil analisis protein kasar, serat kasar, dan energi bruto bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 9.

Data pada Gambar 9 memperlihatkan nilai protein kasar onggok fermentasi (11,54%) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai protein kasar onggok tanpa fermentasi (3,41%). Peningkatan nilai protein kasar onggok fermentasi pada Gambar 9 terkait erat dengan aktivitas A. niger dalam proses fermentasi substrat onggok. Menurut Mirwandhono et al. (2006), peningkatan kandungan protein setelah difermentasi diduga berasal dari jamur A. niger yang telah mensintesis enzim urease untuk memecah urea menjadi amonia dan CO2 yang kemudian digunakan untuk

pembentukan asam amino. Kenaikan protein kasar onggok diakibatkan oleh penambahan protein yang diperoleh dari perubahan nitrogen inorganik menjadi protein sel selama pertumbuhan mikroba (Sari dan Purwadaria, 2004). Proses fermentasi pada onggok dengan penambahan urea, zeolit, dan amonium sulfat 1,5% mampu memperbaiki kandungan protein kasar pada onggok walaupun nilai protein kasarnya masih lebih rendah dari dedak padi.

Protein murni merupakan protein yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Pendugaan bahan makanan sebagai sumber protein menggunakan protein kasar belum tepat, terutama untuk unggas karena unggas tidak mampu memanfaatkan nitrogen yang bukan dari protein (NPN). Jumlah non-protein nitrogen (NPN)

Onggok Fermentasi (P3) 2,30 sedangkan jumlah nitrogen protein murni adalah 0,60 (Pitriyatin, 2010)

Kandungan serat kasar onggok fermentasi (16,08%) lebih tinggi daripada onggok tanpa fermentasi (11,6%). Kandungan serat kasar onggok fermentasi yang ditambahkan amonium sulfat lebih rendah dibandingkan tanpa penambahan amonium sulfat (Piriyatin, 2010).

(33)

21 Pertumbuhan miselia kapang dapat meningkatkan kandungan serat kasar onggok hasil fermentasi karena terbentuknya dinding sel yang mengandung selulosa, di

samping terjadinya kehilangan dari sejumlah padatan. Selama tumbuh dan berkembangbiak, diduga kapang tetap menggunakan komponen-komponen yang mudah larut, sementara dinding sel kapang terus terakumulasi dalam produk sehingga menyebabkan miselia tumbuh dengan lebat tetapi tidak didukung dengan kemampuan kapang untuk menghasilkan enzim selulase (Pitriyatin, 2010).

Gambar 9. Protein Kasar dan Serat Kasar Pakan Perlakuan

Menurut Nurhayati (2008), pakan yang mengandung protein kasar tinggi akan meningkatkan komponen daging dalam karkas, sementara tingginya kandungan serat kasar pakan akan menurunkan komponen lemak kasar. Menurut Pitriyatin (2010) semakin tinggi level penambahan amonium sulfat, maka kandungan lemak kasarnya semakin menurun.

Energi bruto onggok fermentasi lebih tinggi dibandingkan nilai onggok tanpa fermentasi (Gambar 10). Sejumlah panas yang dihasilkan saat pakan terbakar seluruhnya oleh oksigen sehingga dapat terukur dalam Bomb calorimeter disebut energi bruto dalam pangan (Leeson dan Summers, 2001). Peningkatan nilai energi bruto onggok fermentasi terkait erat dengan proses fermentasi itu sendiri. Pada dasarnya, serat kasar juga memiliki energi total yang cukup tinggi tetapi energi tersebut akan dicerna sangat lambat dan sedikit bila dibandingkan BETN (Prabowo

3.41

(34)

22 et al., 2002). Menurut Londra (2007), proses fermentasi, selain dapat meningkatkan kadar protein kasar, nilai kalori substrat juga meningkat.

Pakan sumber energi, termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum); kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan); kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya); dan kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria). Pakan sumber protein, golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok: kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil); kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero; dan kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya) (IPTEK, 2010), sehingga onggok fermentasi ini berpotensi menjadi pakan sumber energi.

Gambar 10. Energi Bruto Pakan Perlakuan

(35)

23 Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Energi Metabolis

Rataan nilai konsumsi energi, ekskresi energi, ekskresi energi endogenous,

dan efisiensi penggunaan energi untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 11.

Data pada Gambar 11 memperlihatkan bahwa ayam broiler yang diberi onggok fermentasi mengkonsumsi energi lebih banyak dibandingkan onggok tanpa fermentasi. Hal ini disebabkan kandungan energi onggok fermentasi yang lebih tinggi dibandingkan onggok tanpa fermentasi. Menurut Widjastuti et al. (2007) tingkat energi dalam pakan akan menentukan banyaknya pakan yang dikonsumsi. Ekskresi energi yang tinggi pada onggok fermentasi bila dibandingkan dengan onggok dan dedak padi baik pada Gambar 11 menunjukkan pemanfaatan energi yang terkandung dalam onggok fermentasi sangat rendah dan banyaknya onggok fermentasi yang tidak tercerna oleh ayam broiler.

Menurut Farida et al. (2008) bahan pakan yang banyak diekskresikan menunjukkan nilai koefisien cerna yang lebih rendah dibanding nilai koefisien cerna bahan kering, kecernaan bahan kering merupakan indikator kualitas bahan makanan.

Gambar 11. Nilai Konsumsi Energi (KE) dan Ekskresi Energi (EE) Ternak Percobaan

Pakan yang memiliki tingkat kecernaan tinggi berbanding terbalik dengan tingkat ekskresi melalui feses (Damron, 2003). Namun demikian, terlihat bahwa nilai konsumsi energi lebih besar dibandingkan dengan nilai ekskresi energi. Pakan terdiri

(36)

24 dari komplek molekul organik dan inorganik yang harus mengalami pengecilan ukuran partikel untuk dapat diserap (Leeson dan Summers, 2001).

Nilai ekskresi energi endogenous didapatkan dari rata-rata hasil perkalian ekskreta dengan kandungan energinya. Menurut Sibbald (1980) energi ekskreta unggas merupakan energi yang berasal dari energi feses dan urin. Energi ini merupakan energi dari zat-zat makanan yang berasal dari asupan pakan namun belum dan atau tidak mengalami oksidasi sempurna, energi ini juga berasal dari energi endogenous yang terdapat dalam urin maupun feses. Energi endogenous berasal dari bukan sisa pakan.

Wenk et al. (2001) menambahkan bahwa energi endogenous merupakan sejumlah energi yang berasal dari jaringan dan sekresi hewan yang tidak dapat ditambahkan ke dalam energi bruto pakan, dan energi ini diekskresikan dalam bentuk feses dan urin yang termasuk ke dalam perhitungan energi yang hilang dalam fase pemuasaan. Energi metabolis adalah energi tercerna setelah dikoreksi oleh energi ekskreta (Leeson dan Summers, 2001). Rataan nilai energi metabolis untuk masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Nilai Energi Metabolis Semu (EMS), Energi Metabolis Murni (EMM), Energi Metabolis Semu Terkoreksi Nitrogen (EMSn), dan Energi Metabolis Murni Terkoreksi Nitrogen (EMMn) pada Berbagai Perlakuan (% BK)

Bahan EMS EMM EMSn EMMn

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

P1 2230,43±55,65b 2289,63±55,65b 2222,45±50,89b 2281,65±50,89b P2 3023,96±406,58a 3090,84±406,58a 2826,87±378,14a 2893,76±378,14a P3 2016,84±120,37b 2071,88±120,37b 1894,97±111,4b 1950±111,41b Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata (P<0,05). P1 = Onggok, P2 = Dedak, dan P3 = Onggok Fermentasi

(37)

25 semakin tinggi energi metabolis. Sebaliknya, semakin rendah protein kasar atau semakin tinggi serat kasar, maka semakin rendah energi metabolis.

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Efisiensi Penggunaan Energi

Rataan nilai efisiensi penggunaan energi (Rasio EM/EB) masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Nilai Efisiensi Penggunaan Energi (Rasio EM/EB) pada Berbagai Perlakuan

Bahan Rasio EM/EB (%)

Onggok 81,60±1,87a

Dedak Padi 73,04±9,77ab

Onggok Fermentasi 67,24±3,95b

Konversi EMSn terhadap energi bruto atau rasio EM/EB pakan merupakan indikator efisiensi penggunaan energi yang dimanfaatkan tubuh. Semakin tinggi nilai konversi EMSn terhadap energi bruto maka semakin tinggi energi yang dimetabolis atau yang dimanfaatkan tubuh sehingga efisiensi penggunaan energi bruto menjadi energi metabolis semakin baik. Tabel 5 menunjukkan nilai efisiensi penggunaan energi onggok fermentasi lebih rendah baik dibandingkan dengan onggok maupun dedak padi. Hal ini diduga erat kaitannya dengan kandungan serat kasar pada onggok fermentasi yang lebih tinggi dibandingkan onggok tanpa fermentasi sehingga menyebabkan nilai efisiensi penggunaan energi rendah.

Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Retensi Nitrogen

Rataan nilai konsumsi nitrogen, ekskresi nitrogen, ekskresi nitrogen

endogenous, dan retensi nitrogen masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 13.

(38)

26 Gambar 12. Konsumsi, Ekskresi dan Retensi Nitrogen Ternak Percobaan

Nilai retensi nitrogen tertinggi baik pada Gambar 12 dihasilkan dari dedak

padi, diikuti onggok fermentasi kemudian onggok murni. Hal ini terkait erat dengan kandungan protein kasar dan tingkat kecernaan protein kasar pada masing-masing pakan perlakuan. Menurut Jaelani et al. (2008), nilai retensi nitrogen akan berbanding lurus dengan nilai protein kasar bila berbanding lurus dengan tingkat kecernaan proteinnya. Nilai retensi nitrogen dedak padi lebih tinggi dibanding onggok fermentasi dan onggok tanpa fermentasi karena nilai protein kasar dedak padi lebih tinggi dibandingkan onggok fermentasi dan onggok tanpa fermentasi. Selain itu, nilai retensi nitrogen dedak padi yang lebih tinggi dibandingkan nilai retensi nitrogen onggok fermentasi dan onggok disebabkan nilai konsumsi nitrogen dedak padi lebih tinggi dibanding onggok fermentasi maupun onggok tanpa fermentasi. Nilai konsumsi protein berbanding lurus dengan nilai retensi nitrogen. Namun demikian, tidak selalu diikuti dengan pertambahan bobot badan bila kandungan energi dalam pakan tidak mencukupi (Lubis et al., 2007). Nilai retensi nitrogen onggok fermentasi berbeda nyata (P<0,05) dengan dedak padi dan onggok. Pemanfaatan protein pada ternak dapat didekati melalui retensi nitrogen (RN). Namun demikian, retensi N pada masing-masing bahan pakan selain dipengaruhi oleh kandungan N pakan juga dipengaruhi oleh kandungan energinya (Susanti dan Marhaeniyanto, 2007). Nilai koreksi untuk retensi nitrogen ditambahkan ke energi

ekskreta untuk setiap N yang ditahan. Ini akan menghilangkan efek perbedaan

Konsumsi Nitrogen (g) Ekskresi Nitrogen (g) Retensi Nitrogen (g)

(39)

27 pertumbuhan yang umumnya terjadi pada pengujian terhadap unggas (Lopez dan Leeson, 2007). Secara keseluruhan, neraca retensi nitrogen yang diperoleh bernilai

(40)

28 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Nilai retensi nitrogen campuran onggok, urea, zeolit dengan penambahan amonium sulfat 1,5% yang difermentasi dengan A. niger lebih tinggi dari onggok tanpa fermentasi, tetapi nilai energi metabolisnya sebanding dan efisiensi penggunaan energinya lebih rendah dari onggok tanpa fermentasi.

Saran

(41)

29 UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan penuh rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih

sebanyak-banyaknya kepada banyak pihak dalam proses penyelesaian skripsi yang berjudul Nilai Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Hasil Fermentasi Onggok, Urea, Zeolit dan Amonium Sulfat oleh Aspergillus niger pada Ayam Broiler, terutama kepada :

1. RD Marcelinus Dwijawandawa atas bantuan dana, doa, dan arahan-arahan spiritualnya.

2. Ir. Widya Hermana, MSi. atas bimbingan, koreksi-koreksi, dan masukan-masukan konstruktifnya.

3. Prof. Dr. Ir. Nahrowi, MSc. atas bimbingan, nasehat dan petuah-petuahnya. 4. Dr. Ir. A. Darobin L., MSc. atas bantuan dana, nasehat, dan

petunjuk-petunjuknya.

5. Dr. Ir. Sumiati, MSc., Ir. Sri Darwati, MS dan Ibu Sari atas koreksi-koreksinya.

6. Keluarga penulis, Bapak Yohanes Krisostomus Sri Suwancoko, AMd. dan Ibu Gracia Endang Cahya Rini atas didikan, doa dan kesabarannya serta adinda Raymundus Swari Laras atas doa dan semangatnya.

7. Agatha Sarinah Monica, atas motivasi, dorongan dan semangatnya yang tiada henti.

8. Ibu Lanjarsih, Mas Mumu, Mas Mul, dan Mas Ugan atas bantuannya dalam proses penelitian.

9. Segenap Civitas Akademika Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan yang telah memberi kesempatan kepada penulis dalam menimba ilmu.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyelesaian tugas akhir ini tidak jarang penulis melakukan kesalahan serta kekeliruan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, kepada semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Untuk itu, penulis meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan atas maaf yang akan diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

(42)

30 DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2010. Tanaman pangan. http://www.bps.go.id/ tnmn_pgn.php?adodb_next_page=5&eng=0&pgn=6&prov=99&thn1=2006& thn2=2010&luas=1&produktivitas=1&produksi=1. [24 April 2010].

Biro Pusat Statistik. 2010. Istilah Statistik. http://www.bps.go.id/ aboutus.php?glos=1&ist=1 [19 Oktober 2010].

Bata, M., S. N. O. Suwandyastuti, & N. Hidayat. 1999. Pengaruh penambahan urea dan belerang pada campuran tape onggok dan ampas tahu terhadap kecernaan protein dan urea darah domba jantan. Animal Production 1 (2) : 75-81.

Blair, R. 2009. Nutrition and Feeding of Organic Poultry. Cromwell Press, Trowbridge. United Kingdom.

CJ Feed. 2010. Karakteristik strain broiler dan layer. http://cjfeed.co.id/ index.php?option=com_content&task=view&id=11&Itemid=156 [17 Mei 2010].

Damron, S. W. 2003. Introduction to Animal Science Global, Biological, Social and Industrial Perspective. 2th Edition. Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey.

Darmawan, B. 2001. Evaluasi energi metabolis dan efisiensi penggunaan protein kompleks onggok-urea-zeolit yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Farida, W.S., K.K. Wardhani, A.S. Tjakradidjaja, & D. Diapari. 2008. Konsumsi dan penggunaan pakan pada tarsisius (Tarsisius Bancanus) betina di penangkaran. Jurnal Biodiversitas 9(2) : 148-151.

Force, D. 2010. Budidaya ayam pedaging. http://grandmall10.wordpress.com/ 2010/02/07/budidaya-ayam-pedaging/. [1 Juni 2010].

Hadipernata, M. 2007. Mengolah dedak menjadi minyak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29(4) : 8-10

Hidayat C. 2010. Mendongkrak kecernaan singkong. http://www.trobos.com/ show_article.php?rid=19&aid=2036. [ 23 April 2010].

(43)

31 Iyayi, E. A. & Lossel, D. M. 2001. Protein enrichment of cassava byproducts through solid state fermentation by fungi. The Journal of Food Technology in Africa, 6 : 116-118

Jaelani, A., W. G. Piliang, Suryahadi, & I. Rahayu. 2008. Hidrolisis bungkil inti sawit (Elaeis guineensis Jacq) oleh kapang Trichoderma reesei sebagai pendegradasi polisakarida mannan. Animal Production 10(1) : 42-49.

Khotijah, L. 2006. Penambahan urea atau dl-metionina ke dalam ransum komplit biomassa ubi jalar pada kelinci. Media Peternakan 29(2) : 89-95.

Lesson, S. & J.D. Summers. 2001. Nutrition of the Chicken. 4th Edition. University Books. Guelph, Ontario, Canada.

Londra, I. M. 2007. Pakan ternak bermutu dari limbah mete. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29 (5) : 9-11.

Lopez, G., & S. Leeson. 2007. Relevance of nitrogen correction for assessment of metabolizable energy with broilers to forty-nine days of age. Poult. Sci. 86 : 1696 – 1704 .

Lubis, A.D., Suhartono, B. Darmawan, H. Ningrum, I. Y. Noormasari, and N. Nakagoshi. 2007. Evaluation of fermented cassava (Manihot esculenta Crantz) pulp as feed ingredient for broiler. Tropics 17 (1) : 73-80.

Mirwandhono, E., I. Bachari, & D. Situmorang. 2006. Uji nilai nutrisi kulit ubi kayu yang difermentasi dengan Aspergillus niger. Jurnal Agribisnis Peternakan 2(3) :91-95.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press. Washingthon, D. C.

Nurhayati. 2008. Pengaruh tingkat penggunaan campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasi dengan Aspergillus niger dalam pakan terhadap bobot dan bagian-bagian karkas broiler. Animal Production 10(1) : 55-59.

Pitriyatin. 2010. Peningkatan protein onngok-urea-zeolit yang difermentasi oleh Aspergillus niger (cassabio) dengan penambahan amonium sulfat sebagai sumber sulfur. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prabawati, S & Suismono. 2005. Mendongkrak pemanfaatan sumber pangan dengan sentuhan teknologi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27(6):1-2.

(44)

32 Purbasari, A. & Silviana. 2008. Kajian awal pembuatan biodiesel dari minyak dedak

padi dengan proses esterifikasi. Jurnal Reaktor 12(1) : 19-21.

Sari, L. & T. Purwadaria. 2004. Pengkajian nilai gizi hasil fermentasi mutan Aspergillus niger pada substrat bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Jurnal Biodiversitas 5: 48-51.

Sibbald, I. R. 1980. A new technique for estimating the energy metabolizable content of feeds for poultry Dalam FAO, Standarization of Analythical Methodology for Feeds, International Development Research Center. Canada.

Sibbald, I. R., & M. D. Wolynetz. 1985. Relationship between estimated of bioavailable energy made with adult cockerels and chicks : Effects of feed intake and nitrogen retention. Poultry Sci. 64 : 127-138.

Steel, R. G. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: M.Syah. Gramedia. Jakarta.

Sunaryanto, R., T. T. Irawadi, A. Suryani, & A. Marasabesy. 2010. Pengaruh kadar air awal dan campuran dedak : tapioka terhadap produktivitas enzim glukoamilase.http://125.163.204.22/

download/ebooks_kimia/makalah/Pengaruh%20Kadar%20Air%20Awal.pdf. [15 Juni 2010]

Supriyati. 2010. Onggok terfermentasi bahan pakan bergizi tinggi. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr246027.pdf [1 Mei 2010].

Susanti, S. & E. Marhaeniyanto. 2007. Kecernaan, retensi nitrogen, dan hubungannya dengan produksi susu pada sapi peranakan friesian holstein (pfh) yang diberi pakan pollard dan bekatul. Jurnal Protein 15(2) : 141-147.

Tarmudji. 2004. Pemanfaatan onggok untuk pakan unggas. Tabloid Sinar Tani. (Online), Juni 2004 (http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/71/pdf).[14 Januari 2010].

Taylor, R. E. & T. G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production an Introduction to Animal Science. 8th Edition. Upper Saddle River, Pearson, Prentice Hall, New Jersey.

Wenk, C., P.C. Colombani, J. van Milgen, & A. Lemme. 2001. Glossary : Terminologi in animal and human energy metabolism. European Association for Aviation Psychology (EAAP) 103:409-421.

(45)
(46)

34 Lampiran 1. ANOVA Konsumsi Energi pada Berbagai Perlakuan

KE

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

(kkal/kg) I II III IV

I 71,042472 71,042472 71,042472 71,042472 284,169888 20188,13131 20188,13131 II 89,354457 89,354457 89,354457 89,354457 357,417828 31936,87594 31936,87594 III 79,063635 79,063635 79,063635 79,063635 316,25454 25004,23352 25004,23352 E 957,842256 77129,24077 77129,24077

FK JK(T) JK(P)

76455,14895 674,0918239 674,0918239

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit tak hingga

Perlakuan 2 674,0918239 337,045912 ∞ 4,256 8,022

Error 9 0 0

Total 11 674,0918239

Lampiran 2. ANOVA Ekskresi Energi pada Berbagai Perlakuan EE

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

kkal/kg I II III IV

I 14,93039555 12,31731892 13,2594508 10,93960114 51,44676641 670,1209652 661,6924435 II 29,30060997 10,29408749 28,54011267 10,01631754 78,15112767 1879,35863 1526,899689 III 26,52505064 18,70626278 25,08228692 19,60931862 89,92291896 2067,149072 2021,532839 E 219,520813 4616,628668 4210,124971

FK JK(T) JK(P)

4015,78228 600,8463883 194,3426913

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit < F0,05

Perlakuan 2 194,3426913 97,17134565 2,15137554 4,256 8,022

Error 9 406,503697 45,16707744

(47)

35 Lampiran 3. ANOVA Energi Endogenous pada Berbagai Perlakuan

EEe

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

kkal/kg I II III IV

I 2,324130895 1,344371201 1,543865988 0,964549016 6,1769171 10,52279533 9,538576214 II 2,324130895 1,344371201 1,543865988 0,964549016 6,1769171 10,52279533 9,538576214 III 2,324130895 1,344371201 1,543865988 0,964549016 6,1769171 10,52279533 9,538576214 E 18,5307513 31,568386 28,61572864

FK JK(T) JK(P)

28,61572864 2,952657361 0

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit < F0,05

Perlakuan 2 0 0 0 4,256 8,022

Error 9 2,952657361 0,32807304

Total 11 2,952657361

Lampiran 4. ANOVA Konsumsi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan KN

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

kkal/kg I II III IV

I 0,16368 0,16368 0,16368 0,16368 0,65472 0,10716457 0,10716457 II 0,6672 0,6672 0,6672 0,6672 2,6688 1,78062336 1,78062336 III 0,55404 0,55404 0,55404 0,55404 2,21616 1,227841286 1,227841286

E 5,53968 3,115629216 3,115629216

FK JK(T) JK(P)

2,557337875 0,558291341 0,558291341

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit tak hingga

Perlakuan 2 0,558291341 0,27914567 ∞ 4,256 8,022

Error 9 0 0

(48)

36 Lampiran 5. ANOVA Ekskresi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan

EN

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

kkal/kg I II III IV

I 0,201663259 0,174939495 0,197599585 0,16368 0,737882339 0,137108635 0,136117586 II 0,258119526 0,086761505 0,219855142 0,6672 1,231936172 0,567645371 0,379416683 III 0,218567074 0,150222013 0,210109359 0,55404 1,132938446 0,421444483 0,320887381 E 3,102756956 1,12619849 0,83642165

FK JK(T) JK(P)

0,802258394 0,323940096 0,034163256

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit < F0,05

Perlakuan 2 0,034163256 0,017081628 0,530527735 4,256 8,022

Error 9 0,28977684 0,032197427

Total 11 0,323940096

Lampiran 6. ANOVA Ekskresi Nitrogen Endogenous pada Berbagai Perlakuan NEe

Perlakuan Ulangan Exi. Exij Ex.^2 : r

kkal/kg I II III IV

I 0,066910058 0,041283213 0,04485869 0,030255577 0,183307538 0,009108962 0,008400413 II 0,066910058 0,041283213 0,04485869 0,030255577 0,183307538 0,009108962 0,008400413 III 0,066910058 0,041283213 0,04485869 0,030255577 0,183307538 0,009108962 0,008400413 E 0,549922614 0,027326885 0,02520124

FK JK(T) JK(P)

0,02520124 0,002125645 0

SK db JK KT F hit F 0,05 F 0,01 Fhit < F0,05

Perlakuan 2 0 0 0 4,256 8,022

Error 9 0,002125645 0,000236183

(49)

37 Lampiran 7. Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni pada Berbagai Perlakuan

Energi Metabolis Semu Rataan EMS Ragam EMS Energi Metabolis Murni Rataan EMS Ragam EMS

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

2151,12 2230,43 6289,48 2091,92 2171,23 6289,48

2251,30 2230,43 435,52 2192,10 2171,23 435,52

2215,18 2230,43 232,52 2155,98 2171,23 232,52

2304,12 2230,43 5429,58 2244,92 2171,23 5429,58

2230,43 3096,78 2171,23 3096,78

Standar Deviasi 55,65 Standar Deviasi 55,65

Energi Metabolis Semu Rataan EMS Ragam EMS Energi Metabolis Murni Rataan EMS Ragam EMS

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

2601,10 3023,96 178806,91 2534,22 2957,07 178806,91

3424,33 3023,96 160296,55 3357,44 2957,07 160296,55

2634,04 3023,96 152034,78 2567,16 2957,07 152034,78

3436,36 3023,96 170075,01 3369,47 2957,07 170075,01

3023,96 165303,31 2957,07 165303,31

Standar Deviasi 406,58 Standar Deviasi 406,58

Energi Metabolis Semu Rataan EMS Ragam EMS Energi Metabolis Murni Rataan EMS Ragam EMS

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

1872,68 2016,84 20780,83 1817,64 1961,80 20780,83

2151,38 2016,84 18100,18 2096,33 1961,80 18100,18

1924,11 2016,84 8598,81 1869,07 1961,80 8598,81

2119,19 2016,84 10475,20 2064,14 1961,80 10475,20

2016,84 14488,76 1961,80 14488,76

(50)

38 Lampiran 8. Standar Deviasi Energi Metabolis Semu dan Energi Metabolis Murni (Terkoreksi Nitrogen) pada Berbagai Perlakuan,

Energi Metabolis Semu

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMSn Ragam EMSn

Energi Metabolis Murni

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMMn Ragam EMMn

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

2148,65 2222,45 5445,89 2207,85 2281,65 5445,89

2240,41 2222,45 322,49 2299,61 2281,65 322,49

2211,43 2222,45 121,42 2270,63 2281,65 121,42

2289,31 2222,45 4469,94 2348,51 2281,65 4469,94

2222,45 2589,93 2281,65 2589,93

Standar Deviasi 50,89 Standar Deviasi 50,89

Energi Metabolis Semu

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMSn Ragam EMSn

Energi Metabolis Murni

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMMn Ragam EMMn

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

2439,14 2826,87 150336,64 2506,03 2893,76 150336,64

3201,36 2826,87 140238,75 3268,24 2893,76 140238,75

2458,46 2826,87 135730,88 2525,34 2893,76 135730,88

3208,54 2826,87 145667,99 3275,42 2893,76 145667,99

2826,87 142993,57 2893,76 142993,57

Standar Deviasi 378,14 Standar Deviasi 378,14

Energi Metabolis Semu

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMSn Ragam EMSn

Energi Metabolis Murni

Terkoreksi Nitrogen Rataan EMMn Ragam EMMn

(kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg) (kkal/kg)

1760,96 1894,97 17957,99 1816,01 1950,01 17957,99

2019,63 1894,97 15540,22 2074,67 1950,01 15540,22

1809,91 1894,97 7235,15 1864,95 1950,01 7235,15

1989,38 1894,97 8912,62 2044,42 1950,01 8912,62

1894,97 12411,50 1950,01 12411,50

(51)

39 Lampiran 9. Standar Deviasi Konsumsi Energi dan Ekskresi Energi pada Berbagai Perlakuan

Energi Bruto Pakan x

Standar Deviasi 0,00 Standar Deviasi 1,45

Energi Bruto Pakan x

Standar Deviasi 0,00 Standar Deviasi 9,39

Energi Bruto Pakan x

(52)

40 Lampiran 10. Standar Deviasi Konsumsi Nitrogen dan Ekskresi Nitrogen pada Berbagai Perlakuan

Konsumsi N Rataan KN Ragam KN N pada Ekskreta Rataan NE Ragam NE

(g) (kkal/kg) (kkal/kg) (g) (kkal/kg) (kkal/kg)

0,16 0,16 0,00 0,20 0,18 0,00

0,16 0,16 0,00 0,17 0,18 0,00

0,16 0,16 0,00 0,20 0,18 0,00

0,16 0,16 0,00 0,16 0,18 0,00

0,16 0,00 0,18 0,00

Standar Deviasi 0,00 Standar Deviasi 0,02

Konsumsi N Rataan KN Ragam KN N pada Ekskreta Rataan NE Ragam NE

(g) (kkal/kg) (kkal/kg) (g) (kkal/kg) (kkal/kg)

0,67 0,67 0,00 0,26 0,16 0,01

0,67 0,67 0,00 0,09 0,16 0,01

0,67 0,67 0,00 0,22 0,16 0,00

0,67 0,67 0,00 0,07 0,16 0,01

0,67 0,00 0,16 0,01

Standar Deviasi 0,00 Standar Deviasi 0,08

Konsumsi N Rataan KN Ragam KN N pada Ekskreta Rataan NE Ragam NE

(g) (kkal/kg) (kkal/kg) (g) (kkal/kg) (kkal/kg)

0,55 0,55 0,00 0,22 0,18 0,00

0,55 0,55 0,00 0,15 0,18 0,00

0,55 0,55 0,00 0,21 0,18 0,00

0,55 0,55 0,00 0,16 0,18 0,00

0,55 0,00 0,18 0,00

(53)

41 Lampiran 11. Standar Deviasi Energi Endogenous, Nitrogen Endogenous, dan Ratio EM/EB pada Berbagai Perlakuan

Energi Endogenous Rataan EE Ragam EE Efisiensi Penggunaan Energi Rataan EPE Ragam EPE

(kkal) (kkal/kg) (kkal/kg) (% ) (kkal/kg) (kkal/kg)

2,32 1,54 0,61 81,16 84,07 8,48

1,34 1,54 0,04 84,84 84,07 0,59

1,54 1,54 0,00 83,51 84,07 0,31

0,96 1,54 0,34 86,77 84,07 7,32

1,54 0,25 84,07 4,17

Standar Deviasi 0,50 Standar Deviasi 2,04

N Endogenous Rataan NE Ragam NE Efisiensi Penggunaan Energi Rataan EPE Ragam EPE

(g) (kkal/kg) (kkal/kg) (%) (kkal/kg) (kkal/kg)

0,07 0,05 0,00 68,94 79,86 119,38

0,04 0,05 0,00 90,21 79,86 107,02

0,04 0,05 0,00 69,79 79,86 101,50

0,03 0,05 0,00 90,52 79,86 113,55

0,05 0,00 79,86 110,36

Standar Deviasi 0,01 Standar Deviasi 10,51

Efisiensi Penggunaan Energi Rataan EPE Ragam EPE

(%) (kkal/kg) (kkal/kg)

68,40 73,52 26,17

78,29 73,52 22,79

70,23 73,52 10,83

77,15 73,52 13,19

73,52 18,24

Gambar

Gambar 2. Ayam Broiler Strain Ross (Force, 2010)
Gambar 3. Neraca Energi Metabolis pada Unggas (Leeson dan Summers, 2001).
Gambar 5. Prosedur Pengukuran Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen
Gambar 6. Prosedur Pencekokkan Pakan Perlakuan
+7

Referensi

Dokumen terkait