PENGARUH TERAS, PUPUK KANDANG DAN KAPUR
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF,
PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS BUAH MANGGIS
(
Garcinia mangostana
L.)
Oleh :
FAHMY FATMAWATY A00400044
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
RINGKASAN
FAHMY FATMAWATY, Pengaruh Teras, Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh teras, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan kualitas buah manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian dilakukan di kebun petani di Leuwiliang, Laboratorium Ilmu Tanah dan Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Institut Pertanian Bogor.
Tanaman manggis yang digunakan berumur 25-30 tahun, tinggi pohon kurang lebih 10 meter, denga n diameter batang berkisar 50-60 cm. Pembuatan teras dilakukan pada bulan April 2002. Pemberian pupuk kandang dan kapur saat penelitian dilakukan pada bulan April dan September 2004, pupuk kandang dan
kapur yang diberikan masing- masing sebanyak 30 kg/tanaman/tahun dan 2 kg/tanaman/tahun. Pengamatan dilakukan sejak bulan April 2004 sampai bulan
Maret 2005. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, dimana perlakuannnya adalah : teras+pupuk kandang+kapur, teras+pupuk kandang, teras dan tanpa teras(kontrol). Percobaan diulang 5 kali, setiap ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga ada 20 tanaman yang diamati.
PENGARUH TERAS, PUPUK KANDANG DAN KAPUR
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF,
PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS
BUAH MANGGIS (
Garcinia mangostana
L.)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Teras, Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).
Nama : Fahmy Fatmawaty
NRP : A00400044
Menyetujui :
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP. 131 284 818
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 September 1981 sebagai anak
kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Ropik dan Ibu Imas.
Pengalaman pendidikan penulis diawali Sekolah Taman Kanak-Kanak
tahun 1987 di TK. Mekar, Gunung Batu, Bogor. Pada tahun 1988 penulis
memasuki Sekolah Dasar di SDN Gunung Batu 1. Bogor, tahun 1994 penulis
melanjutkan Pendidikan Menengah Tingkat Pertama di SMPN 6 Bogor. Penulis
kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Tingkat Atas tahun 1997 di
SMUN 4 Bogor. Tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI pada Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian,
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim. Alhamdulillahi rabbil a’lamin.
Puji Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan lancar. Salawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya dan umatnya sampai hari akhir.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Darda Efendi, MSc. selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran
yang diberikan untuk memperbaiki skripsi.
3. Ir. Ketty Suketti, MSi. selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberi masukan dan dorongan selama
studi di IPB.
4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, IPB atas pendanaan penelitian ini
melalui Program Riset Unggulan Strategi Nasional (RUSNAS) untuk
pengembangan buah-buahan tropika.
5. Laboratorium Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.
Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna namun
demikian penulis berharap dalam hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
baik bagi penulis maupun bagi pembaca.
Bogor, Juni 2006
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA Manggis... 3
Teras... 5
Pupuk kandang ... 7
Kapur... 9
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 10
Bahan dan Alat... 10
Metode Penelitian ... 11
Pelaksanaan .. ... 11
Teras... ... 11
Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur ... 12
Pengamatan ... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Vegetatif ... 17
Kandungan Nutrisi Daun Manggis ... 18
Pertumbuhan Reproduktif ... 20
Kualitas Buah Manggis ... 23
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27
Saran... ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Perkembangan Volume, Nilai Ekspor dan Total Produksi
Buah Manggis di Indonesia tahun 1999-2003 ...4
2. Unsur Hara N, P dan K pada Pupuk Kandang...7
3. Rata-rata Jumlah Daun Baru, Waktu Muncul Trubus, Waktu Muncul Bunga dan Waktu Muncul Buah Manggis ...17
4. Hasil Analisis Tanah Sebelum Penelitian...19
5. Rata-rata Kandungan Unsur Hara N, P dam K Daun Manggis ...19
6. Rata-rata Jumlah Bunga, Persentase Fruitset, Jumlah Bunga Gugur dan Persentase Bunga Gugur Manggis ... 21
7. Rata-rata Jumlah Buah Gugur, Persentase Buah Gugur, Jumlah Buah/pohon dan Bobot Buah/pohon Manggis ... 21
8. Rata-rata Diameter Buah, Jumlah Kelopak, Jumlah Aril dan Jumlah Biji Manggis ... 23
9. Rata-rata Edible Portion, Tebal Kulit dan Bobot Kelopak Manggis ... 24
10. Rata-rata Bobot Bagian-bagian Buah Manggis ... 25
11. Rata-rata Kandungan Asam Tertitrasi (TAT), Padatan Total Terlarut (PTT) dan Nisbah PTT/TAT Buah Manggis ... 25
12. Rata-rata Burik dan Getah Kuning pada Buah Manggis ... 26
Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Vegetatif Manggis ... 32
2. Hasil Analisis Ragam Kandungan Nutrisi Daun Manggis ... 33
3. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Reproduktif Manggis ... 34
4. Hasil Analisis Ragam Kualitas Buah Manggis ... 35
5. Prosedur Penetapan N total dengan Metode Kjeldahl ... 37
6. Prosedur Penetapan P dan K dengan Metode Pengabuan Kering ... 38
7. Data Curah Hujan Mingguan Desa Kracak Mulai April 2004 sampai Maret 2005 ... 39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Areal Perkebunan Tanaman Manggis (a) Berteras dan (b) Tanpa Teras ....10
PENDAHULUAN
Latar belakang
Manggis merupakan salah satu buah yang diminati banyak orang karena
rasa buahnya yang lezat sehingga mendapatkan julukan “The Queen of Fruit,
Finest Fruit of The Tropics dan Mutiara Hutan Belantara” (Juanda dan Cahyono,
2000). Berdasarkan data Biro Pusat Statistika (2004) ekspor buah manggis dari
tahun ke tahun semakin meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
kualitas buah, dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan volume ekspor
manggis Indonesia dari 4 743 493 kg pada tahun 1999 menjadi 9 304 511 kg pada
tahun 2003 (Tabel 1). Menurut Poerwanto (2003), hal ini terjadi karena sebagian
besar kebun tanaman manggis di Indonesia belum diusahakan secara optimal,
artinya bahwa masih banyak buah yang dihasilkan untuk diekspor berasal dari
hutan campuran yang tidak dibudidayakan dengan baik.
Umumnya kebun manggis yang ada sekarang berada pada lahan yang
berlereng dan berbukit yang memiliki kemiringan berkisar 15-60o. Lahan miring
merupakan lahan yang peka terhadap degradasi tanah dan jika dibiarkan secara
terus menerus akan berakibat terhadap terjadinya erosi. Erosi mengakibatkan
hilangnya unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Hilangnya unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun sehingga
akan berakibat pada penurunan produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan.
Salah satu usaha pencegahannya adalah dengan cara melakukan penanaman
manggis pada lahan yang berteras. Budidaya tanaman pada lahan dengan
kemiringan lebih dari 15o lebih baik menggunakan teras bangku. Menurut
Pujianto et al. (1996) kehilangan tanah dari lahan berteras bangku hanya sebesar
6.15% dari lahan yang tidak berteras. Winaryo (1997) menyatakan bahwa teras
bangku menghasilkan buah kopi 21% lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa
teras.
Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi dan kualitas hasil. Tanaman manggis menyukai tanah gembur yang kaya
2
antara 5-7 (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000). Kemasaman tanah mempengaruhi
ketersediaan berbagai unsur hara tanah. Pada lahan yang pH tanahnya masam
biasanya perlu dilakukan pengapuran. Menurut Soepardi (1983) peningkatan pH
tanah dengan pemberian kapur menciptakan kondisi ya ng baik bagi jasad hidup
dan ketersediaan unsur hara N, P dan Mo yang dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman yang berakibat pada peningkatan produksi dan kualitas yang lebih baik.
Ketersediaan hara untuk tanaman selain dengan pemberian kapur, dapat
ditingkatkan melalui pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang dapat
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta mengandung unsur hara makro,
mikro dan bahan organik yang mudah lapuk dan mudah diserap oleh tanaman
(Soepardi, 1983). Tanaman manggis yang sudah berusia lebih dari 5 tahun,
dianjurkan pemberian pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon yang diberikan dua
kali dalam setahun (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000).
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada lahan yang menggunakan
teras dan tanpa teras. Pemberian pupuk kandang dan kapur pada lahan yang
berteras diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif,
reproduktif dan kualitas buah manggis.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teras, pemberian
pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan
TINJAUAN PUSTAKA Manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk kedalam family Guttiferae.
Manggis diduga merupakan persilangan yang aloletraploid dari G. hombroniana
Piera dengan G. malaccensis T. Anderson. Sebagian besar tanaman manggis
secara alamiah ditemukan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam,
Kamboja; penyebarannya kemudian meliputi hingga ke Srilanka, Filipina dan
India bagian selatan. Bahkan, kini kebun manggis dapat ditemui di Amerika
Tengah, Brazil dan Australia bagian Utara (Verheij dan Coronel, 1992).
Menurut Rukmana (1995), dilihat dari taksonominya tanaman manggis
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (tumbuhan tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)
Ordo : Guttiferanales
Family : Guttiferanae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L.
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) tumbuh baik di daerah
lembab, curah hujan tinggi merata sepanjang tahun dan tidak tahan pada angin
laut. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 22oC-23oC, jika suhunya
berada di bawah 20oC maka pertumbuhannya lambat. Batas tertinggi adalah
38oC-40oC, suhu yang melebihi batas tersebut menyebabkan daun maupun
buahnya rentan terhadap sinar matahari. Tanaman muda membutuhkan naungan
yang rimbun. Manggis dapat tumbuh baik sampai ketinggian 800 meter di atas
permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Tanaman
manggis sangat baik tumbuh pada tanah yang kaya akan bahan organik dengan
aerasi yang cukup baik (Verheij dan Coronel, 1992).
Umumnya tanaman manggis di Indonesia tumbuh di dataran rendah
terutama di Pulau Jawa diantaranya selatan Jawa Barat, bagian utara Jawa Barat
4
DKI Jakarta, Jawa Tengah sekitar Bumiayu, Kebumen, Purworejo, sebelah selatan
Batang, Kendal dan Ungaran. Di Jawa Timur manggis dapat dikembangkan di
daerah basah sekitar G. Semeru ke barat sampai lereng G. Kawi dan ke timur
sampai lereng G. Lamongan, Pacitan, Blitar dan lereng G. Raung (Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, 2004).
Tinggi pohon manggis bervariasi dari 10-25 meter. Bentuk mahkotanya
ada yang bulat dan ada yang piramid kompak meruncing ke atas. Tanaman yang
berasal dari biji biasanya memerlukan waktu sekitar 15 tahun untuk mulai
berbuah karena lambatnya pertumbuhan. Pertumbuhan lambat ini disebabkan sifat
perakarannya, dimana manggis mempunyai akar tunggang yang panjang dan kuat
dengan akar sekunder dan bulu-bulu akar ya ng sedikit. Hal tersebut menyebabkan
penyerapan air dan unsur hara lebih sedikit dan kurang efektif.
Bunga manggis ada yang tumbuh menyendiri, ada yang berpasangan dan
dalam satu tempat ada yang muncul tiga bunga yang berada di ujung ranting.
Calon bunga muncul dalam bentuk bengkakan besar di ujung ranting. Bunga
mekar setelah 25 hari bunga tersebut kuncup dan buah akan matang pada 100-120
hari setelah anthesis (Nakasone dan Paul, 1998).
Berdasarkan data Biro Pusat Statistika (2004) ekspor buah manggis dari
tahun ke tahun semakin meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan
kualitas buah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan volume ekspor
manggis Indonesia dari 4 743 493 kg pada tahun 1999 menjadi 9 304 511 kg pada
tahun 2003 (Tabel 1). Menurut Poerwanto (2003), hal ini terjadi karena sebagian
besar kebun tanaman manggis di Indonesia belum diusahakan secara optimal,
artinya bahwa masih banyak buah yang dihasilkan untuk diekspor berasal dari
hutan campuran yang tidak dibudidayakan dengan baik.
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas buah manggis, diantaranya adalah terasering, pengapuran, dan
pemupukan. Sebagian besar kebun manggis yang dimiliki petani terletak pada
daerah perbukitan yang tumbuh secara alami tanpa perawatan dan pemeliharaan
5
Tabel 1. Perkembangan Volume, Nilai Ekspor dan Total Produksi Buah Manggis di Indonesia Tahun 1999-2003.
Tahun Volume Ekspor (kg)
Sumber : Badan Pusat Statistika, 2004
Untuk tanaman manggis yang sudah berusia lebih dari 5 tahun, pupuk
kandang yang dianjurkan adalah 40 kg/pohon yang diberikan dua kali dalam
setahun (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000). Pupuk kandang dengan dosis tersebut
dapat mengurangi kerontokan bunga dan buah manggis, meningkatkan bobot
buah/butir, meningkatkan jumlah bunga yang menjadi buah, meningkatkan bobot
panen/pohon dibandingkan tanaman yang tidak dipupuk (Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika, 2000).
Lahan perbukitan biasanya berkontur miring. Lahan miring merupakan
lahan yang peka terhadap degradasi tanah. Jika hal tersebut terjadi secara terus
menerus maka mengakibatkan erosi. Erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hilangnya
unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun sehingga akan berakibat
pada penurunan produktivitas tanaman. Salah satu usaha pencegahan terjadinya
erosi adalah dengan terasering.
Terasering
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) yang dibudidayakan secara
tradisional lebih banyak berada pada daerah yang berbuk it-bukit, dimana keadaan
lahannya miring. Lahan yang miring menyebabkan air yang jatuh di atas tanah
hilang karena run off. Keadaan tersebut mengakibatkan ada dua kemungkinan,
yaitu : (1) kehilangan air yang seharusnya masuk kedalam tanah dan mungkin
dapat digunakan tanaman, (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang
begitu cepat, lepas dan tersangkutnya tanah yang disebut erosi (Soepardi, 1983).
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu
6
pertanian, erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara yang sangat diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yang normal dibutuhkan unsur hara esens ial dalam
jumlah yang cukup. Unsur hara N, P dan K termasuk hara esensial makro yang
sering kekurangan dalam tanah sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tanaman. Hilangnya unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun.
Pada lahan miring banyak bahaya yang mengancam tanaman dan
lingkungan. Pencegahan bahaya tersebut dapat dilakukan dengan pengawetan
tanah. Arsyad (1983) menyatakan bahwa berdasarkan azas pengawetan tanah
maka ada 3 cara pendekatan, yaitu : (1) Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah
agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan
lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah, (2) menutup tanah
(dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman) agar terlindung
dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan (3) mengatur air aliran
permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak.
Teknik pengawetan tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu :
metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia (Arsyad, 1983). Usaha yang
lebih dibahas dalam penelitian ini yaitu teknik pengawetan tanah dengan metode
mekanik adalah teras. Pembuatan teras pada lahan yang miring dimaksudkan
untuk memperpendek panjang lereng serta mempertahankan kelembaban tanah
dan memberikan kesempatan agar air dapat lebih banyak berinfiltrasi, dengan
demikian erosi berkurang.
Menurut Arsyad (1983) terdapat beberapa macam bentuk teras, antara lain:
• Teras berdasar lebar (broadbase terrace). Teras ini umumnya digunakan pada
kawasan/tanah yang mempunyai kimiringan 3%-8%. Teras berdasar lebar
merupakan suatu saluran yang permukaannya lebar atau galengan yang dibuat
memotong lereng pada tanah-tanah yang berombak dan bergelombang.
• Teras bangku (bench terrace). Teras ini pada umumnya digunakan pada
kawasan yang mempunyai kemiringan antara 16%-30%. Teras bangku atau
teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di
bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga. Untuk
7
Kehilangan tanah dari lahan berteras bangku hanya sebesar 6,15% dari
laha n yang tidak berteras (Pujianto et al, 1996). Winaryo (1997) menyatakan
bahwa teras bangku menghasilkan buah kopi 21% lebih banyak dibandingkan
perlakuan tanpa teras.
Pupuk Kandang
Pemupukan pada tanaman manggis hampir tidak pernah dilakukan oleh
petani. Sebagian besar petani di pedesaan beranggapan bahwa pohon buah-buahan
tidak perlu dipupuk. Anggapan ini sebenarnya keliru. Padahal untuk mendapatkan
pohon yang sehat, tumbuh subur dan berbuah dengan baik maka tanaman perlu
pemupukan sejak masih kecil.
Pemupukan yang efektif melibatkan beberapa persyaratan yaitu
persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis pupuk,
sedangkan persyaratan kualitatif antara la in adalah unsur hara yang diberikan
dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan
dan penempatan pupuk yang tepat, unsur hara yang berada pada waktu dan tempat
yang tepat dapat diserap oleh tanaman dan yang terakhir adalah unsur hara yang
diserap digunakan tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya dimana
berikatan dengan fisiologi tanaman (Indranada, 1986). Pupuk kandang
mengandung unsur hara makro dan mikro. Nilai unsur hara makro yaitu unsur N,
P dan K disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Unsur Hara N, P dan K pada Pupuk Kandang.
Jenis Pupuk Kandang N(%) P2O5 (%) K2O(%)
Pupuk Kandang Ayam 5.0 3.0 1.5
Pupuk Kandang Kambing 1.5 1.5 3.0
Pupuk Kandang Kuda 2.0 1.5 1.5
Pupuk Kandang Sapi 2.0 1.5 2.0
Sumber : PT. Pupuk Sriwijaya, 2001.
Berdasarkan klasifikasi pembentukannya, pupuk terdiri dari pupuk organik
dan pupuk anorganik. Pupuk organik bisa berasal dari humus, sisa-sisa tanaman
dan kotoran hewan. Kotoran hewan merupakan kotoran padat dan cair dari hewan
8
adalah pupuk kandang atau yang melapuk secara alamiah contohnya kompos atau
humus. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik yang
mengandung unsur hara tertentu dengan kadar tertentu pula (Hakim et al., 1986).
Pupuk organik secara perlahan- lahan akan terurai dengan bantuan
mikroorganisme dalam tanah menjadi unsur hara makro dan mikro yang dapat
diserap oleh tanaman. Pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat fisik tana h
sehingga menjadi lebih gembur, mudah menyerap dan menyimpan air serta
meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah (Soepardi, 1983).
Kondisi tanah yang gembur setelah pemberian pupuk organik akan
memudahkan akar tanaman berkembang sehingga memperluas wilayah serapan
air dan unsur- unsur hara. Perkembangan akar tanaman yang baik akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan tajuk tanaman, jaringan luas dari akar akan
mengukuhkan tegaknya tanaman, menyokong suprastuktur daun-daun dan alat
penyimpanan makanan.
Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman manggis berbeda-beda
tergantung umurnya. Pada saat tanam diberikan pupuk kandang sebanyak satu
karung (20 kg) dengan cara diaduk dengan tanah galian lubang bagian atas.
Menurut Tirtawinata dan Tuherkih (2000) tana man manggis yang berumur lebih
dari 5 tahun diberi pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon, dengan perincian
setengah dosis diberikan pada awal musim hujan (September-November) dan
setengah lagi diberikan pada saat menjelang kemarau tetapi masih cukup hujan
(Maret-Mei). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar dalam larikan yang
dibuat dengan mengelilingi tepi ujung tajuk, kemudia n ditutup kembali dengan
tanah. Larikan pupuk dalamnya antara 15-20 cm dan lebar 10 cm.
Pemupukan yang cukup dan pengolahan tanah yang tepat akan membuat
perkembangan akar lebih baik, arah perkembangannya berkaitan dengan
penempatan pupuk. Pemupukan yang tepat tidak saja membuat tanaman bagian
atas lebih baik tetapi juga perkembangan sistem perakaran akan lebih intensif
(Leiweakabessy dan Sutandi, 1998).
Pupuk kandang yang diberikan 2 kali/tahun sebanyak 40 kg/pohon dapat
mengurangi kerontokan bunga dan buah manggis, meningkatkan bobot buah/butir,
9
panen/pohon diband ingkan tanaman yang tidak dipupuk (Pusat Kajian
Buah-buahan Tropika, 2000).
Kapur
Pada tanah-tanah masam sering muncul masalah kekurangan unsur hara.
Kekurangan unsur hara ini bukan berarti bahwa unsur hara tersebut tidak ada
dalam tanah tetapi karena unsur tersebut dalam bentuk yang tidak tersedia
sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh tanaman.
Pertumbuhan tanaman yang tidak baik pada tanah masam biasanya
dihubungkan dengan pengaruh keracunan Al dan Mn. Salah satu usaha untuk
mencegah terjadinya keracunan Al dan Mn adalah dengan pengapuran. Tujuan
pengapuran pada tanah masam di wilayah tropik ditujukan untuk meniadakan
pengaruh keracunan dari Al, menyediakan hara Ca serta meningkatkan pH tanah
(Hakim, 1980).
Pengapuran pada tanah masam memberikan manfa at dari segi kimia, fisik
dan biologi tanah. Dilihat dari segi kimia pengaruh pengapuran ialah dapat
meningkatkan pH tanah sehingga ketersediaan unsur Ca, Mg dan P bertambah
sedangkan Al, Fe dan Mn terikat sehingga keberadaannya berkurang di dalam
tanah. Ismunadji dan Partohardjono (1985) menyatakan, bila tanah dikapur maka
larutan tanah akan mengandung Ca2+. Ion- ion Ca2+ ini akan menukar H+ di
kompleks absorbsi. Hidrogen akan bereaksi dengan OH- dan manghasilkan H2O,
atau dengan CO32- membentuk H2CO3 yang mudah terurai. Menurut Soepardi
(1983) dari segi biologi pengaruh kapur dapat merangsang pertumbuhan sebagian
besar organisme tanah dan meningkatkan kegiatan organisme tanah. Secara tidak
langsung pengapuran dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah melalui
dekomposisi bahan organik.
Kemasaman tanah dapat diatasi dengan penambahan unsur hara Ca dan
Mg yang berbentuk oksida/hidroksida dan karbonat. Kapur dolomit mengandung
Ca dan Mg. Unsur Ca berperan dalam mempertahankan integrasi sel dan
permeabilitas membran. Unsur Ca meningkatkan perkecambahan tepung sari,
pertumbuhan, mengaktifkan sejumlah enzim untuk pembelahan mitosis dan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2004 sampai Maret 2005, di
Desa Cengal, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Lokasi ini mempunyai ketinggian
tempat 600-800 m dpl, dengan suhu rata-rata harian 22-280C dan curah hujan
rata-rata 3260 mm/thn. Analisis N, P dan K dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
Tanah, Departemen Ilmu Tanah IPB, sedangkan analisis kualitas buah
dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, IPB, Bogor.
Lokasi penelitian pada areal perkebunan manggis di Leuwiliang
bertopografi miring dengan jarak tanam yang sangat rapat (3x3 m), sehingga
pertumbuhan tajuk pohon yang satu dengan yang lain saling tumpang tindih
(Gambar 1). Pada areal perkebunan tersebut, selain tanaman ma nggis ada juga
tanaman durian, petai dan melinjo. Tanaman tersebut selain berfungsi sebagai
pelindung juga merupakan pesaing bagi tanaman manggis untuk mendapatkan
unsur hara.
a
b
Gambar 1. Area Perkebunan Tanaman Manggis (a) Berteras dan (b) Tanpa Teras
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman manggis umur
25-30 tahun, dengan tinggi pohon sekitar 10 meter dan diameter batang berkisar
50-60 cm, pupuk kandang, kapur dolomit, NaOH, alkohol, aquades dan indikator
11
timbangan kasar, timbangan analitik, pisau, tissue, hand refractometer, buret,
jangka sorong dan alat-alat analisis jaringan tanaman.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari
4 perlakuan yaitu: (1) teras + pupuk kandang + kapur, (2) teras + pupuk kandang,
(3) teras dan (4) tanpa teras, pupuk kandang dan kapur (kontrol). Setiap perlakuan
terdiri dari 5 ulangan dan masing- masing ulangan terdiri dari satu tanaman
sehingga ada 20 tanaman yang diamati.
Model matematika yang digunakan adalah :
Yij = a + ßi + eij; dimana:
Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
a = Rataan umum
ßi = Pengaruh perlakuan ke-i
eij = Pengaruh acak pada perlakuan ke- i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh selajutnya diolah menggunakan uji F, apabila
perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil pengamatan,
maka dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Teras
Lahan yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan kebun manggis
yang tidak berteras (berlereng) dan yang menggunakan teras. Pembuatan teras
(terasering) sudah pernah dilakukan oleh petani sejak tanaman masih kecil,
walaupun masih sangat sederhana. Selanjutnya tahun 2002, pada lahan yang sama
Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) melanjutkan penyempurnaan
pembuatan teras tersebut. Keadaan teras (teras bangku) pada lokasi penelitian ini
mempunyai ketinggian sekitar 1.5 m dan lebar teras sekitar 2.5 - 3 m. Posisi
tanaman manggis untuk penelitian berada pada ujung teras (sekitar 0.5 m dari tepi
teras). Langkah-langkah pembuatan teras disajikan pada Gambar 2.
12
Gambar 2. Langkah-langkah pembuatan teras
Keterangan : 1) Keadaan awal perkebunan manggis dengan kemiringan 15-30o, 2) Pembuatan talud teras dengan menggali tanah bagian atas tanaman
kemudian ditimbun pada bagian bawah tanaman tersebut, 3) Penguatan talud teras dan 4) Pembuatan saluran teras sebagai tempat pemupukan.
Pemberian pupuk kandang dan kapur
Pupuk kandang dan kapur diberikan bersamaan secara teratur 2 kali
setahun yaitu pada bulan April dan September pada saat sebelum penelitian.
Masing- masing diberikan sebanyak 15 kg/tanaman pupuk kandang dan
1 kg/tanaman kapur, diberikan sejak tahun 2002. Pupuk kandang yang digunakan
berasal dari pupuk kandang kambing yang dicampur dengan kompos/serasah.
Pada saat penelitian, pemberian pupuk pupuk kandang dan pengapuran
dilakukan dua kali yaitu pada bulan April 2004 (setelah buah musim sebelumnya
dipanen secara menyeluruh) dan pada bulan September 2004 (menjelang musim
hujan), dosisnya sama dengan pemberian sebelum penelitian. Pupuk kandang
diberikan pada jarak 1.5-2 meter dari pohon (disesuaikan dengan lebar tajuk
tanaman tersebut) pada saluran teras. Kapur diberikan dengan cara menggali
lobang sedalam 5 cm mengelilingi area pertengahan bawah tajuk. Ukuran lubang
untuk penempatan pupuk kandang dengan lebar 50 cm dan tinggi 30 cm. Setelah
pemberian pupuk kandang dan kapur, kemudian masing- masing lubang tersebut
13
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengamatan vegetatif,
reproduksi dan kualitas buah. Peubah yang diamati adalah :
1. Jumlah daun.
Jumlah daun (helai) yang dihitung adalah seluruh daun baru yang tumbuh
pada pohon sampel. Dari satu pohon sampel dihitung jumlah daun yang
ada di setiap cabang dan ranting. Pengamatan jumlah daun dilakukan pada
akhir pertumbuhan daun.
2. Saat pertama muncul trubus, bunga dan buah.
Pengamatan saat pertama muncul trubus, bunga dan buah dilakukan saat
pertama trubus, bunga dan buah muncul pada tanaman sesudah pemberian
pupuk kandang dan kapur di bulan April 2004.
3. Analisis kandungan N, P dan K daun.
Pengambilan sampel daun dewasa untuk analisis kandungan hara N, P dan
K dilakukan pada umur 17 minggu setelah perlakuan (MSP). Setiap
perlakuan diambil 8 sampel daun/pohon. Analisis kandungan hara N
dilakukan dengan menggunakan metode semi Kjeldal (Lampiran 5) dan
hara P dan K dengan metode pengabuan kering (Lampiran 6).
4. Persentase fruitset dan buah gugur.
Pengamatan fruitset (jumlah buah yang terbentuk) dan buah gugur
dilakukan setiap minggu sejak awal sampai akhir fruitset dan buah yang
gugur dari pohon sampel kemudian dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
- Persentase fruitset (%) = A-B x 100%
A
- Persentase buah gugur (%) = C x 100% ; dimana :
A A = Jumlah kuncup bunga keseluruhan
B = Jumlah buah yang dipanen
C = Jumlah buah yang gugur
5. Bobot buah dan jumlah buah.
Pengamatan terhadap berat buah (g) dan jumlah buah (butir) yang dipanen
14
6. Kualitas Buah.
Pengamatan kualitas buah dilakukan setelah buah dipanen, dimana setiap
ulangan diambil 10 sampel. Pengamatan meliputi bobot utuh, bobot kulit,
bobot aril, bobot isi dan berat biji, ketebalan kulit buah, jumlah biji,
jumlah aril, jumlah kelopak, diameter buah (longitudinal dan transversal),
penampakan buah (burik pada permukaan buah), getah kuning pada bagian
buah dan Edible portion (porsi yang dapat dimakan).
• Bobot utuh, bobot kulit, bobot aril, bobot isi dan berat biji
Pengamtan bobot utuh (g), bobot kulit (g), bobot aril (g), bobot isi (g)
dan berat biji (g) buah manggis dengan menggunakan timbangan.
• Ketebalan kulit buah.
Pengamatan ketebalan kulit buah (mm) dilakukan dengan cara
membelah buah manggis secara transversal kemudian kulit buah diukur
dengan jangka sorong.
• Jumlah arilus.
Jumlah arilus (daging buah) diamati secara manual pada pangkal buah
manggis atau yang biasa disebut lokul.
• Diameter longitudinal
Diameter longitudinal (mm) diukur menggunakan jangka sorong secara
membujur dari ujung sampai pangkal buah.
• Diameter transversal
Diameter transversal (mm) diukur menggunakan jangka sorong secara
melintang pada bagian tengah buah.
• Edible portion
Edible portion (%) atau porsi yang dapat dimakan merupakan bobot
dari daging buah manggis. Cara menghitung bobot daging buah adalah
bobot buah utuh dikurangi bobot biji. Sedangkan edible portion
dirumuskan sebagai berikut :
Edible portion = Bobot daging buah x 100% Bobot buah utuh
15
• Padatan terlarut total (PTT).
Padatan total terlarut (% brix) diukur dengan menggunakan
refraktometer, dilakukan dengan meletakan air perasan daging buah
pada refraktometer secukupnya dan angka dibaca melalui lensa
refraktometer.
• Total asam tertitrasi (TAT).
Pengukuran total asam tertitrasi (%) dilakukan dengan cara menimbang
sampel yaitu air perasan buah kurang lebih 10 g, lalu diencerkan
dengan aquades hingga 50 ml dengan gelas ukur, lalu diambil 25 ml
larutan contoh, ditambah dengan 3 tetes indikator phenolftalin (pp) dan
dititrasi dengan NaOH 0.05 N hingga perubahan warna menjadi merah
jambu yang stabil. Titrasi dilakukan duplo. Total asam tertitrasi dihitung
dalam bentuk persentase asam sitrat, dengan rumus :
Total Asam (%) = N NaOH x ml titran x fp x BE x 100%
Nisbah PTT/TAT diperoleh dari perbandingan antara Padatan Total
Terlarut dengan Total Asam Tertitrasi.
• Penilaian burik dan getah kuning dilakukan dengan metode skoring. Perhitungan persentase burik dan getah kuning mengacu pada Kartika
(2004), yaitu :
a. Persentase burik (%) :
1 = baik sekali kulit mulus tanpa bercak.
2 = baik, kulit mulus agak kasar dengan burik sampai menutupi
seperempat permukaan buah (± 10%).
3 = cukup baik, kulit agak kasar dengan burik sampai menutupi
setengah permukaan buah (± 50%).
4 = buruk, kulit kasar dengan burik menutupi tiga perempat
16
5 = buruk sekali, kulit kasar dengan burik sampai 100%.
b. Persentase getah kuning (%) :
1 = baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning
baik diantara aril dengan kulit maupun dipermukaan buah.
2 = baik, aril putih dengan sedikit noda (hanya berupa bercak
kecil) karena getah yang masih segar hanya pada satu juring
saja.
3 = cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning
disalah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan
rasa buah menjadi pahit.
4 = buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik dijuring,
antara juring ataupun dipembuluh buah yang menyebabkan
rasa buah menjadi pahit dan warna aril menjadi bening.
5 = buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik
dijuring antara juring ataupun di pembuluh buah yang
menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna aril menjadi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Vegetatif
Berdasarkan hasil sidik ragam, antar perlakuan menunjukkan tidak
berbeda nyata pada peubah jumlah daun yang muncul setelah diberikan perlakuan.
Walaupun demikian, perlakuan teras+pukan+kapur memberikan hasil tertinggi
yaitu 3 333 daun dan terendah pada perlakuan teras yaitu 2 857 daun (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan bahwa dengan diberikannya pupuk kandang dan kapur
selama 3 tahun terakhir, belum memberikan hasil yang signifikan. Tetapi secara
visual, perlakuan teras+pukan+kapur, teras+pukan dan teras menunjukkan warna
daun terlihat lebih hijau tua dibandingkan kontrol.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun, Waktu Muncul Trubus, Waktu Muncul Bunga dan Waktu Muncul Buah Manggis
Perlakuan
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; MSP = minggu setelah perlakuan; Pukan = pupuk kandang
Waktu muncul trubus pada perlakuan tanpa teras (kontrol) lebih lambat
(33.2 MSP) dan berbeda nya ta dengan perlakuan yang lainnya berkisar antara
23.8-25.2 MSP (Tabel 3). Sedangkan antara perlakuan yang ada terasnya tidak
menunjukkan perbedaan nyata, walaupun pada perlakuan teras+pukan+kapur
menunjukkan waktu muncul trubus yang lebih cepat (23.8 MSP) dibandingkan
perlakuan teras+pukan (24.6 MSP) dan perlakuan teras (25.2 MSP). Hal ini
diduga dengan adanya pemberian pupuk kandang dan kapur yang kedua dilakukan
pada 22 MSP (Lampiran 7) dapat merangsang pertumbuhan trubus lebih cepat.
Waktu muncul bunga tercepat terjadi pada perlakuan teras+pukan+kapur
(20.80 MSP) dan teras+pukan (20.60 MSP) dan menunjukkan pengaruh nyata
18
perlakuan teras terdapat beda nyata dengan kontrol. Perlakuan ya ng paling lambat
muncul bunga adalah perlakuan kontrol yaitu pada 27.30 MSP.
Waktu muncul buah tercepat pada perlakuan teras+pukan+kapur dan
teras+pukan yang berkisar antara 23.6-24.2 MSP dan berbeda nyata dengan
perlakuan teras dan kontrol (Tabel 3). Perlakuan teras menunjukkan waktu
muncul bunga lebih cepat (26.0 MSP) dan berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol (30.2 MSP).
Cepatnya trubus, bunga dan buah muncul secara nyata pada perlakuan
teras+pukan+kapur dan teras+pukan, berkaitan dengan adanya pemberian pupuk
kandang. Dimana pupuk kandang mempunyai pengaruh yang nyata sebagai
sumber nitrogen. Mengel dan Kirkby (1982) menyatakan bahwa nitrogen
merupakan penyusun utama bahan organik membentuk asam amino, asam
nukleat, klorofil, alkaloid-alkaloid dan basa-basa purin. Hal ini diperkuat juga
oleh Soepardi (1983) bahwa nitrogen memberikan pengaruh paling menyolok dan
cepat, terutama merangsang pertumbuhan vegetatif.
Perlakuan yang ada terasnya, baik perlakuan teras+pukan+kapur,
teras+pukan dan teras, secara nyata mempercepat munculnya bunga dan buah
dibandingkan kontrol. Hal ini berkaitan dengan pembuatan teras. Menurut
Arsyad (1983) pembuatan teras pada lahan miring dimaksudkan untuk
memperpendek panjang lereng, mempertahankan kelembaban tanah dan air dapat
lebih banyak berinfiltrasi dengan demikian erosi berkurang. Berkurangnya erosi
mengakibatkan unsur hara yang ada di tanah dapat dimanfaatkan secara optimal
oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan vegetatif.
Kandungan Nutrisi Daun Manggis
Hasil analisis tanah menunjukan bahwa tempat penelitian mempunyai
kadar tanah yang sangat masam yaitu dengan pH tanah top soil 4.27 dan sub soil
4.40. Pada bagian top soil, kandungan N, P dan K di dalam tanah sangat rendah
yaitu masing- masing 0.14%, 1.7me/100gr dan 0.20me/100gr. Di bagian sub soil,
kandungan N, P dan K di dalam tanah juga sangat rendah yaitu masing- masing
0.10%, 1.36 me/100gr dan 0.22 me/100gr. Kandungan Ca, baik di bagian top soil
19
Tabel 4. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan
Sifat Tanah Hasil Analisis Penilaian
Top Soil Sub Soil
Tabel 5 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah
kandungan hara N dan K daun manggis. Walaupun demikian, perlakuan
teras+pukan menghasilkan kandungan hara N tertinggi yaitu 0.96% dan perlakuan
kontrol menghasilkan kandungan hara N terendah yaitu 0.89%, perlakuan teras
menghasilkan kandungan hara K tertinggi yaitu 0.99% dan perlakuan
teras+pukan+kapur menghasilkan kandungan hara K terendah yaitu 0.71%.
Tabel 5. Rata-rata Kandungan Unsur Hara N, P dan K Daun Manggis
Perlakuan N (%) K (%) P (%)
Teras+ Pukan+Kapur 0.93 0.71 0.127a
Teras+Pukan 0.96 0.91 0.130a
Teras 0.90 0.99 0.123a
Tanpa Teras (kontrol) 0.89 0.72 0.097b
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang
Pemberian pupuk kandang dan kapur pertama kali dilakukan pada minggu
ke-2 bulan April 2004, saat itu terjadi curah hujan yang tinggi yaitu
195 mm/minggu (Lampiran 7). Diduga unsur hara tercuci, mengakibatkan
penyerapan oleh tanaman sedikit. Hal ini karena unsur hara N dan K merupakan
20
Menurut Sanchez (1992) kehilangan unsur hara yang semakin tinggi sejalan
dengan kenaikan curah hujan tahunan.
Hasil analisis menunjukkan kandungan hara P tertinggi pada semua
perlakuan yang menggunakan teras berkisar antara 0.123-0.130% dan berbeda
nyata dengan kontrol (0.097%) (Tabel 5). Kandungan hara P di dalam tanah
(Tabel 4) lebih banyak dibandingkan yang diserap oleh tanaman, karena hara P
termasuk unsur hara immobil, yaitu unsur hara yang mudah terikat dengan koloid
tanah. Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer dan H2PO4-yang
dipengaruhi oleh pH tanah disekitar perakaran. Secara umum, tempat penelitian
berkadar pH rendah/masam. Menurut Soepardi (1983) pada tanah masam
biasanya dijumpai sejumlah Fe, Al, Mn yang larut dalam tanah dan kemudian
bereaksi dengan H2PO4- yang mengakibatkan fosphor tidak larut dan menjadi
tidak tersedia bagi tanaman.
Pertumbuhan Reproduktif
Perlakuan teras+pukan+kapur menghasilkan jumlah bunga terbanyak yaitu
129.33 kuntum dan terendah pada perlakuan kontrol yaitu 56.67 kuntum,
walaupun tidak berbeda nyata. Sedangkan perlakuan kontrol mengahsilkan
persentase fruitset tertinggi yaitu 94.65% dan yang terendah pada perlakuan
teras+pukan+kapur yaitu 88.69% (Tabel 6), walaupun tidak berbeda nyata. Hal ini
sesuai dengan pengamatan Kartika (2004), persentase fruitset bunga manggis di
Leuwiliang berkisar 79.59 %-99.64%.
Hasil analisis menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata pada peubah
jumlah bunga gugur dan persentase bunga gugur. Jumlah bunga gugur tertinggi
pada perlakuan teras+pukan+kapur (9 kuntum) dan berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol (2.67 kuntum). Persentase bunga gugur pada perlakuan
teras+pukan berbeda nyata dengan perlakuan teras dan perlakuan kontrol. Dimana
perlakuan teras+pukan memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 9.84% dan yang
terendah adalah perlakuan kontrol yaitu 4.71% (Tabel 6). Jumlah bunga gugur dan
persentase bunga gugur pada kontrol lebih rendah dibandingkan perlakuan yang
21
kontrol lebih banyak. Jumlah bunga yang lebih banyak ini dipic u oleh pemberian
pupuk kandang, kapur dan pembuatan teras.
Tabel 6. Rata-rata Jumlah Bunga, Persentase Fruitset, Jumlah Bunga Gugur, Persentase Bunga Gugur Manggis.
Perlakuan Jumlah
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang
Tabel 7 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah
jumlah buah gugur, persentase buah gugur, jumlah buah/pohon dan bobot
buah/pohon. Perlakuan teras menghasilkan jumlah buah gugur terbanyak yaitu
9.67 buah dan yang terendah pada perlakuan teras+pukan+kapur dan kontrol
masing- masing 6.00 buah, walaupun tidak berbeda nyata. Perlakuan teras+pukan
menghasilkan persentase buah gugur terbesar yaitu 9.74% dan yang terendah pada
perlakuan teras yaitu 7.19%, walaupunn tidak berbeda nyata. Perlakuan
teras+pukan+kapur menghasilkan jumlah buah/pohon dan bobot buah per pohon
terbanyak yaitu 121.67 buah dan 12.49 kg, sedangkan perlakuan kontrol
menghasilkan jumlah buah per pohon dan bobot buah per pohon terendah yaitu
54.67 buah dan 5.81 kg, walaupun tidakberbeda nyata.
Tabel 7. Rata-rata Jumlah Buah Gugur, Persentase Buah Gugur, Jumlah Buah/pohon, Bobot Buah/pohon Manggis
Teras+Pukan+Kapur 6.00 8.34 121.67 12.49
Teras+Pukan 8.67 9.74 55.67 6.09
Teras 9.67 7.19 102.00 10.83
TanpaTeras (kontrol) 6.00 8.53 54.67 5.81
Jumlah buah dan bobot buah per pohon cenderung lebih tinggi pada
22
yang lainnya. Hal ini diduga karena pengaruh teras, pukan dan kapur. Perbaikan
pertumbuhan akar dan serapan hara akibat pemberian pupuk kandang dan kapur
memungkinkan peningkatan produksi tanaman. Penambahan pupuk kandang ke
dalam tanah telah memperbaiki aerasi dan drainase tanah, sehingga akar serabut
(bagian atas) tanaman lebih mampu menyerap hara dan air lebih banyak.
Penambahan kapur ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik seperti
kadar air dan peningkatan porositas tanah dapat meningkatkan aerasi sehingga
respirasi akar lebih baik. Dari segi kimia, pengaruh kapur dapat meningkatkan pH
tanah sehingga ketersediaan unsur Ca, Mg dan P bertambah sedangkan Al, Fe dan
Mn terikat sehingga berkurang di dalam tanah. Dengan adanya teras diduga hara
yang ada baik itu dengan penambahan pupuk kandang dan kapur maupun tersedia
secara alami, tidak akan tercuci dengan mudah atau hilang begitu saja.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan teras, pemberian pupuk
kandang dan kapur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan
produksi tanaman manggis. Secara keseluruhan, produktivitas manggis pada
penelitian dibawah rata-rata produksi. Hal ini diduga pada saat pertumbuhan buah
muncul trubus (tunas baru) sehingga karbohidrat yang seharusnya didistribusikan
ke buah harus dibagi untuk pertumbuhan trubus.
Ketersediaan nutrisi tanaman berhubungan jalur source dan sink pada
tanaman. Apabila banyak cabang dan daun negatif pada tanaman maka hasil
fotosintat harus dibagi-bagi untuk mensuplai buah cabang dan daun negatif yang
ada pada tanaman. Hasil produksi tanaman manggis yang rendah pun dapat
diduga oleh letak perakaran tanaman manggis yang sangat jauh didalam tanah dan
diduga juga akar tanaman menjadi stres karena adanya perbaikan lahan yaitu
dengan adanya teras.
Produktivitas manggis yang rendah juga disebabkan fenomena biennial
bearning yaitu fenomena dimana pada satu musim tertentu tanaman berproduksi
sangat tinggi (on year) dan pada musim berikutnya sangat rendah (off year)
23
Kualitas Buah Manggis
Hasil pengamatan menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada
kualitas buah manggis, yaitu pada peubah diameter buah, jumlah kelopak, jumlah
aril dan jumlah biji. Pada peubah diameter buah, dihasilkan buah yang diameter
longitudinal (47.1 mm - 55.64 mm) lebih kecil dari diameter transversal
(56.94 mm – 60.07 mm), berarti buah manggis yang ada disetiap perlakuan
rata-rata cenderung berbentuk pipih (Tabel 8) dan berukuran kecil. Hal ini sesuai
dengan pengamatan Sidik (2004) buah manggis yang berasal dari Leuwiliang
berbentuk pipih. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) buah manggis
segar diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan diameter longitudinalnya,
yaitu Super (>65 mm), Mutu I (55-65 mm) dan Mutu II (<55 mm).
Perlakuan teras+pukan menghasilkan jumlah kelopak yang terbanyak
(4.00 buah), sedangkan perlakuan teras+pukan+kapur dan perlakuan kontrol yang
terendah masing- masing 3.92 buah, walaupun tidak berbeda nyata. Sedangkan
jumlah aril terbanyak pada perlakuan teras+pukan yaitu 6.24 buah dan terendah
pada perlakuan kontrol yaitu 5.98, walaupun tidak berbeda nyata. Perlakuan
kontrol menghasilkan jumlah biji terbanyak yaitu 1.44 biji dan terendah pada
perlakuan teras+pukan yaitu 1.14 biji (Tabel 8) walaupun tidak berbeda nyata.
Pada perlakuan teras+pukan, walaupun rata-rata jumlah biji terendah tetapi
mempunyai bobot biji yang paling besar yaitu 1.74 g (Tabel 10).
Tabel 8. Rata-rata Diameter Buah, Jumlah Kelopak, Jumlah Aril dan
Hasil analisis menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada
peubah edible portion dan tebal kulit, sedangkan antar perlakuan menunjukkan
berbeda nyata pada peubah bobot kelopak (Tabel 9). Peubah edible portion yang
terbanyak terdapat pada perlakuan teras+pukan+kapur (30.02%) dan terkecil pada
24
besar buah manggis terdiri atas kulit sehingga nilai porsi buah manggis yang dapat
dimakan rendah dan bahkan jauh lebih rendah dibandingkan buah-buah lain yang
kebanyakan sekitar 60%.
Perlakuan kontrol dan teras menghasilkan tebal kulit terbesar (0.92 cm)
dibandingkan perlakuan yang lain (0.71-0.89%). Biasanya buah yang kulitnya
tebal memiliki persentase porsi yang dapat dimakan (edible portion) sedikit. Hal
ini terlihat dari hasil pengamatan, dimana perlakuan kontrol memiliki edible
portionnya terkecil yaitu sebesar 29.15%. Menurut Pantastico (1989) tebal kulit
buah dipengaruhi oleh kadar K yang tinggi di dalam tanah. Tetapi hal ini tidak
sesuai dengan hasil pengamatan, dimana daerah penelitian mempunyai kandungan
hara K yang rendah di dalam tanah (Tabel 4).
Bobot kelopak terberat pada perlakuan kontrol yaitu 4.71 g dan berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya yang berkisar 3.42-3.81 g (Tabel 9). Diduga
bobot kelopak dipengaruhi oleh lingkungan yaitu curah hujan. Karena saat awal
perkembangan bua h manggis pada perlakuan kontrol sering turun hujan yaitu
pada 30.2 MSP (Lampiran 7).
Tabel 9. Rata-rata Edible Portion, Tebal Kulit dan Bobot Kelopak Manggis
Perlakuan Edible Portion Tebal Kulit Bobot Kelopak
(%) (mm) (g)
Teras+ Pukan+Kapur 30.02 8.97 3.42b
Teras+Pukan 29.85 7.05 3.81b
Teras 29.01 9.18 3.63b
Tanpa Teras (kontrol) 29.15 9.24 4.71a
Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang
Tabel 10 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah
bobot bagian-bagian buah, akan tetapi perlakuan kontrol mempunyai bobot utuh,
bobot kulit, bobot isi dan bobot aril buah manggis lebih besar dibandingkan
perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena faktor lingkungan yaitu curah hujan,
sebab saat awal perkembangan buah manggis pada perlakuan kontrol sering turun
hujan yaitu pada 30.2 MSP (Lampiran 7). Pada peubah bobot biji, hasil analisis
menunjukan perlakuan teras+pukan yang terberat yaitu sebesar 1.74 g dan yang
25
Tabel 10. Rata-rata Bobot Bagian-bagian Buah Manggis
Perlakuan Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot
Padatan total terlarut (PTT) antar perlakuan tidak berbeda nyata.
Kemanisan buah manggis sekitar 16-17oBrix. Menurut Sjaifullah (1996) PTT
mencerminkan rasa manis sekaligus menunjukan derajat ketuaan/kemasakan
buah. Pantastico (1989) mengatakan PTT yang tinggi dipengaruhi oleh pH, Mg
dan N yang ideal dalam pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan hasil sidik ragam, antar perlakuan tidak berbeda nyata pada
peubah kandungan asam tertitrasi (TAT), tetapi perlakuan kontrol menghasilkan
TAT yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.342% dan yang terendah adalah perlakuan
teras yaitu sebesar 0.332%. Nisbah PTT/TAT antar perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan nyata. Perbandingan yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan teras
yaitu sebesar 51.66. Menurut Singleton dan Gortner, 1965 dalam Lodh dan
Pantastico (1989) pada kebanyakan buah, semakin tinggi nisbah PTT/TAT maka
semakin baik mutu buah untuk dikonsumsi.
Tabel 11. Rata-rata Kandungan Padatan Total Terlarut (PTT), Total Asam Tertitrasi (TAT) dan Nisbah PTT/TAT Buah Manggis.
Perlakuan PTT TAT PTT/TAT
(obrix) (%)
Teras+ Pukan+Kapur 17.16 0.333 51.53
Teras+Pukan 16.65 0.335 49.70
Teras 17.15 0.332 51.66
Tanpa Teras (kontrol) 16.98 0.342 49.65
Berdasarkan sidik ragam antar perlakuan menunjukkan tidak berbeda
nyata pada peubah skor burik dan getah kuning buah manggis. Skor burik
rata-rata empat, yang artinya buruk yaitu kulit kasar dengan burik menutupi
seperempat (±75%) permukaan buah sehingga menghasilkan buah yang tidak
layak untuk ekspor. Walaupun berdasarkan sidik ragam skor getah kuning
26
perlakuan teras+pukan+kapur sebesar 1.32, sedangkan yang paling banyak getah
kuning dalam buah yaitu perlakuan kontrol sebesar 1.90 (Tabel 12).
Perlakuan teras+pukan+kapur memberikan getah kuning di dalam buah
manggis yang terendah. Hal ini diduga kalsium yang terkand ung dalam kapur
akan menyebabkan dinding sel lebih kuat sehingga tidak mudah pecah. Menurut
Gardner dan Pearce (1985) kalsium merupakan penyusun dinding sel, terutama
sebagai substansi perekat, pembelahan dan pemanjangan sel. Jones et al., (1991)
menyatakan bahwa unsur Ca berperan dalam mempertahankan integrasi sel dan
permeabilitas membran. Unsur Ca meningkatkan perkecambahan tepung sari,
pertumbuhan, mengaktifkan sejumlah enzim untuk pembelahan mitosis dan
pemanjangan sel.
Perlakuan kontrol menghasilkan skor getah kuning terbanyak. Hal ini
diduga saat awal perkembangan buah manggis pada perlakuan kontrol sering
turun hujan yaitu pada 30.2 MSP (Lampiran 7). Hal inipun diperkuat dengan
pernyataan Tirtawinata (2005) penyebab terjadinya getah kuning pada manggis
adalah karena pembuluh getah pecah dan juga karena tekanan air yang amat besar,
misalnya karena hujan.
Tabel 12. Rata-rata Burik dan Getah Kuning pada Buah Manggis
Perlakuan Skor Burik Skor Getah Kuning
Teras+ Pukan+Kapur 4.24 1.32
Teras+Pukan 4.12 1.70
Teras 4.34 1.88
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan teras+pukan+kapur dan
teras+pukan pada tanaman manggis nyata mempercepat waktu muncul trubus,
mempercepat waktu muncul bunga, mempercepat waktu muncul bua h,
meningkatkan kandungan hara P di daun manggis, meningkatkan jumlah bunga
gugur dan mengurangi bobot kelopak dibandingkan kontrol. Pada peubah waktu
muncul trubus dan jumlah bunga gugur, perlakuan teras+pukan+kapur
memberikan hasil yang lebih cepat dan tinggi dibandingkan dengan perlakuan
teras+pukan walaupun tidak berbeda nyata. Pada peubah-peubah lain (selain yang
disebutkan diawal paragraf), walaupun tidak berbeda nyata; perlakuan
teras+pukan+kapur cenderung meningkatkan hasil pengamatan dibandingkan
dengan kontrol.
SARAN
Diperlukan penelitian lanjutan untuk menentukan kombinasi teras, pupuk
kandang dan kapur yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, hasil
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 216 hal.
Daryono, M. dan Sosrodiharjo. 1986. Cara Praktis Penentuan Saat Pemanenan Buah Manggis dan Sifat-sifatnya Selama Penyimpanan. Bul. Penel. Hort. 14(2):39-42.
Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. http:///www.deptan.go.id/
Gardner, FP dan RB. Pearce. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. Plant Fisiology. UI Press. Jakarta. 428 p.
Hakim, N. 1980. Pengaruh pemberian pupuk hijau dan kapur pada podzolik merah kuning terhadap ketersediaan fosfor dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.). Disertasi Doktor. FPS. IPB. Bogor.
Hakim, N. M, Nyakkpa, A. Lubis, S, Nugroho dan M. Saul. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Hidayat, R. 2002. Kajian Ritme Pertumbuhan Tanaman Manggis dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Indranada. 1986. Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta. 89 hal.
Ismunadji dan Partohardjono. 1985. Seminar Pengapuran Tanah Masam untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Jakarta. 43 hal.
Jones, Wolf and Mills. 1991. Plant Analysis Handbook. A Practical Sampling Preparation and Interpretation Guide. Macro Publishing Inc, Georgio, 213 p.
Juanda, D. dan Cahyono B. 2000. Manggis Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yo gyakarta.
Kartika, J. G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Leiweakabessy dan Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor. 405 hal.
29
Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. Honolulu, USA. 587 p.
Pantastico, ER. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 906 hal.
Poerwanto, R. 2003. Bahan Kuliah Budidaya Buah. Tidak diterbitkan. Jurusan Budidaya Pertanian.IPB. Bogor.
Pujianto, Aris W. dan Winaryo. 1996. Pengaruh Teras dan Tanaman Penguat Teras terhadap Erosi dan Sifat Fisik Tanah diperkebunan Kopi. Pelita Perkebunan 12(1): 25-35.
Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2000. Laporan Akhir. Pengembangan Teknologi Spesifikasi Lokasi untuk Peningkat Produktivitas dan Kualitas buah manggis. Tidak dipublikasikan. Kerjasama antara Lembaga Penelitian Institut Pertanain Bogor dengan proyek Pengembangan Usaha Hortikultura Pusat Direktorat Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanain. Bogor.
Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis, Kanisius, Yogyakarta. 54 hal.
Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tana h Tropoika. Jurusan Ilmu Tanah. North Carilona State University. ITB Press. Ba ndung. 397 hal.
Sidik, P. 2004. Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dari 5 Lokasi Sentra Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Singleton dan Gortner. 1965. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan organ-organ penimbunan. Dalam Lodh dan Pantastico. 1989. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 906 hal.
Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah Jurusan Tanah. IPB. Bogor. 591 hal.
Tirtawinata, R. 2005. Biar ratu tanpa noda. Trubus. Vol. 36. No. 42:49-51. Jakarta.
30
Verheij, E. W. M. 1992. Garcinia mangostana L. P:177-181 In R.E. Coronel (Eds) Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-Eash Asia 2. Bogor.
32
Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Vegetatif Manggis
33
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Kandungan Nutrisi Daun Manggis
34
Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Reproduktif Manggis
Parameter SK Db JK KT F
^ : angka yang ditampilkan adalah nilai sebelum transformasi sedangkan pengujian statistik dilakukan setelah data ditransformasi dengan (Respon+5)**0.5
35
37
Lampiran 5. Prosedur Penetapan N total dengan Metode Semi Kjeldahl
1. Timbang 500 mg daun yang sudah dikeringkan dan dihaluskan, masukkan ke
Kjeldahl 125 ml.
2. Tambahkan 1,9 g campuran Se, CuSO4 diatasnya.
3. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat ke dalam labu tersebut.
4. Tambahkan 5 tetes parafin cair.
5. Panasi labu tersebut diatas nyala api kecil selama kira-kira 1 jam sampai
reaksi-1 selesai, kemudian perbesar nyala api sedikit demi sedikit (H2SO4
jangan sampai mendidih) setelah terjadi perubahan warna (menjadi terang),
pemanasan masih diteruskan selama 30 menit lalu dinginkan
6. Pindahkan secara kwantitatif semua bahan yang ada dalam labu Kjeldahl ke
dalam labu destilata, cuci kira-kira dengan 25 ml air.
7. Dalam labu destilasi tambahkan 5 ml N NaOH
8. Pipet 5 ml 4 % H3BO3dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml,
tambahkan 5 tetes campuran indikator ke dalam labu tersebut
9. Desttilaksi dimulai, tampung destilat dalam erlenmeyer yang mengandung
asam borat, volume destilat kira-kira 100 ml
10. Titrasi dengan HCl yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna
dari hijau ke merah muda
11. Lakukan penetapan blanko
38
Lampiran 6. Prosedur Penetapan P dan K dengan Metode Pengabuan Kering
Timbang 1 g daun yang sudah dikeringkan dan dihaluskan, masukkan dalam cawan poslen
tanur/mopple (pengabuan 550oC selama 2 jam)
angkat dan dinginkan (15 menit)
hotplate (dipanaskan sambil ditetesi 5 HCl pekat diaduk merata, sampai 3x perlakuan sebelum diberi HCl maka dinginkan)
diangkat, dinginkan kemudian + 10 mml HCl, aduk
ekstrak disaring ke tabung film, kemudian dipipet 1ml
masukkan di labu ukur 50 ml, encerkan dengan aquades sampai tanda tera
ambil 5 ml ketabung reaksi, + 5 ml larutan PB dan PC kocok dan shaker
diamkan ± 15 menit
P K
39
Tabel Lampiran 7. Data Curah Hujan Mingguan Desa Kracak Mulai 1 April 2004 sampai Maret 2005
MSP : Minggu Setelah Perlakuan HH : Hari Hujan
40
Tabel Lampiran 8. Persyaratan Mutu Buah Manggis (SNI-01-3211-1922).
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu Super Mutu I Mutu II
Keseragaman - Seragam Seragam Seragam