• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh teras, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan kualitas buah manggis, Garcinia mangostana L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh teras, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan kualitas buah manggis, Garcinia mangostana L."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAS, PUPUK KANDANG DAN KAPUR

TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF,

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS BUAH MANGGIS

(

Garcinia mangostana

L.)

Oleh :

FAHMY FATMAWATY A00400044

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

FAHMY FATMAWATY, Pengaruh Teras, Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh teras, pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan kualitas buah manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian dilakukan di kebun petani di Leuwiliang, Laboratorium Ilmu Tanah dan Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, Institut Pertanian Bogor.

Tanaman manggis yang digunakan berumur 25-30 tahun, tinggi pohon kurang lebih 10 meter, denga n diameter batang berkisar 50-60 cm. Pembuatan teras dilakukan pada bulan April 2002. Pemberian pupuk kandang dan kapur saat penelitian dilakukan pada bulan April dan September 2004, pupuk kandang dan

kapur yang diberikan masing- masing sebanyak 30 kg/tanaman/tahun dan 2 kg/tanaman/tahun. Pengamatan dilakukan sejak bulan April 2004 sampai bulan

Maret 2005. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, dimana perlakuannnya adalah : teras+pupuk kandang+kapur, teras+pupuk kandang, teras dan tanpa teras(kontrol). Percobaan diulang 5 kali, setiap ulangan terdiri dari satu tanaman sehingga ada 20 tanaman yang diamati.

(3)

PENGARUH TERAS, PUPUK KANDANG DAN KAPUR

TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF,

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS

BUAH MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Teras, Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).

Nama : Fahmy Fatmawaty

NRP : A00400044

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP. 131 284 818

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr. NIP. 130 422 698

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 September 1981 sebagai anak

kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Ropik dan Ibu Imas.

Pengalaman pendidikan penulis diawali Sekolah Taman Kanak-Kanak

tahun 1987 di TK. Mekar, Gunung Batu, Bogor. Pada tahun 1988 penulis

memasuki Sekolah Dasar di SDN Gunung Batu 1. Bogor, tahun 1994 penulis

melanjutkan Pendidikan Menengah Tingkat Pertama di SMPN 6 Bogor. Penulis

kemudian melanjutkan Pendidikan Menengah Tingkat Atas tahun 1997 di

SMUN 4 Bogor. Tahun 2000 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI pada Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian,

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim. Alhamdulillahi rabbil a’lamin.

Puji Syukur penulis panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan lancar. Salawat dan

salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, para

sahabatnya dan umatnya sampai hari akhir.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan

penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Darda Efendi, MSc. selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran

yang diberikan untuk memperbaiki skripsi.

3. Ir. Ketty Suketti, MSi. selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing

Akademik yang telah banyak memberi masukan dan dorongan selama

studi di IPB.

4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, IPB atas pendanaan penelitian ini

melalui Program Riset Unggulan Strategi Nasional (RUSNAS) untuk

pengembangan buah-buahan tropika.

5. Laboratorium Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

Kepada semua pihak yang telah membantu, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna namun

demikian penulis berharap dalam hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

baik bagi penulis maupun bagi pembaca.

Bogor, Juni 2006

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Manggis... 3

Teras... 5

Pupuk kandang ... 7

Kapur... 9

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

Bahan dan Alat... 10

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan .. ... 11

Teras... ... 11

Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Vegetatif ... 17

Kandungan Nutrisi Daun Manggis ... 18

Pertumbuhan Reproduktif ... 20

Kualitas Buah Manggis ... 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 27

Saran... ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Perkembangan Volume, Nilai Ekspor dan Total Produksi

Buah Manggis di Indonesia tahun 1999-2003 ...4

2. Unsur Hara N, P dan K pada Pupuk Kandang...7

3. Rata-rata Jumlah Daun Baru, Waktu Muncul Trubus, Waktu Muncul Bunga dan Waktu Muncul Buah Manggis ...17

4. Hasil Analisis Tanah Sebelum Penelitian...19

5. Rata-rata Kandungan Unsur Hara N, P dam K Daun Manggis ...19

6. Rata-rata Jumlah Bunga, Persentase Fruitset, Jumlah Bunga Gugur dan Persentase Bunga Gugur Manggis ... 21

7. Rata-rata Jumlah Buah Gugur, Persentase Buah Gugur, Jumlah Buah/pohon dan Bobot Buah/pohon Manggis ... 21

8. Rata-rata Diameter Buah, Jumlah Kelopak, Jumlah Aril dan Jumlah Biji Manggis ... 23

9. Rata-rata Edible Portion, Tebal Kulit dan Bobot Kelopak Manggis ... 24

10. Rata-rata Bobot Bagian-bagian Buah Manggis ... 25

11. Rata-rata Kandungan Asam Tertitrasi (TAT), Padatan Total Terlarut (PTT) dan Nisbah PTT/TAT Buah Manggis ... 25

12. Rata-rata Burik dan Getah Kuning pada Buah Manggis ... 26

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Vegetatif Manggis ... 32

2. Hasil Analisis Ragam Kandungan Nutrisi Daun Manggis ... 33

3. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Reproduktif Manggis ... 34

4. Hasil Analisis Ragam Kualitas Buah Manggis ... 35

5. Prosedur Penetapan N total dengan Metode Kjeldahl ... 37

6. Prosedur Penetapan P dan K dengan Metode Pengabuan Kering ... 38

7. Data Curah Hujan Mingguan Desa Kracak Mulai April 2004 sampai Maret 2005 ... 39

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Areal Perkebunan Tanaman Manggis (a) Berteras dan (b) Tanpa Teras ....10

(10)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Manggis merupakan salah satu buah yang diminati banyak orang karena

rasa buahnya yang lezat sehingga mendapatkan julukan “The Queen of Fruit,

Finest Fruit of The Tropics dan Mutiara Hutan Belantara” (Juanda dan Cahyono,

2000). Berdasarkan data Biro Pusat Statistika (2004) ekspor buah manggis dari

tahun ke tahun semakin meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan

kualitas buah, dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan volume ekspor

manggis Indonesia dari 4 743 493 kg pada tahun 1999 menjadi 9 304 511 kg pada

tahun 2003 (Tabel 1). Menurut Poerwanto (2003), hal ini terjadi karena sebagian

besar kebun tanaman manggis di Indonesia belum diusahakan secara optimal,

artinya bahwa masih banyak buah yang dihasilkan untuk diekspor berasal dari

hutan campuran yang tidak dibudidayakan dengan baik.

Umumnya kebun manggis yang ada sekarang berada pada lahan yang

berlereng dan berbukit yang memiliki kemiringan berkisar 15-60o. Lahan miring

merupakan lahan yang peka terhadap degradasi tanah dan jika dibiarkan secara

terus menerus akan berakibat terhadap terjadinya erosi. Erosi mengakibatkan

hilangnya unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

Hilangnya unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun sehingga

akan berakibat pada penurunan produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan.

Salah satu usaha pencegahannya adalah dengan cara melakukan penanaman

manggis pada lahan yang berteras. Budidaya tanaman pada lahan dengan

kemiringan lebih dari 15o lebih baik menggunakan teras bangku. Menurut

Pujianto et al. (1996) kehilangan tanah dari lahan berteras bangku hanya sebesar

6.15% dari lahan yang tidak berteras. Winaryo (1997) menyatakan bahwa teras

bangku menghasilkan buah kopi 21% lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa

teras.

Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi dan kualitas hasil. Tanaman manggis menyukai tanah gembur yang kaya

(11)

2

antara 5-7 (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000). Kemasaman tanah mempengaruhi

ketersediaan berbagai unsur hara tanah. Pada lahan yang pH tanahnya masam

biasanya perlu dilakukan pengapuran. Menurut Soepardi (1983) peningkatan pH

tanah dengan pemberian kapur menciptakan kondisi ya ng baik bagi jasad hidup

dan ketersediaan unsur hara N, P dan Mo yang dapat memperbaiki pertumbuhan

tanaman yang berakibat pada peningkatan produksi dan kualitas yang lebih baik.

Ketersediaan hara untuk tanaman selain dengan pemberian kapur, dapat

ditingkatkan melalui pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang dapat

memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta mengandung unsur hara makro,

mikro dan bahan organik yang mudah lapuk dan mudah diserap oleh tanaman

(Soepardi, 1983). Tanaman manggis yang sudah berusia lebih dari 5 tahun,

dianjurkan pemberian pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon yang diberikan dua

kali dalam setahun (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000).

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada lahan yang menggunakan

teras dan tanpa teras. Pemberian pupuk kandang dan kapur pada lahan yang

berteras diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif,

reproduktif dan kualitas buah manggis.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh teras, pemberian

pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan vegetatif, produktivitas dan

(12)

TINJAUAN PUSTAKA Manggis

Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk kedalam family Guttiferae.

Manggis diduga merupakan persilangan yang aloletraploid dari G. hombroniana

Piera dengan G. malaccensis T. Anderson. Sebagian besar tanaman manggis

secara alamiah ditemukan di Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam,

Kamboja; penyebarannya kemudian meliputi hingga ke Srilanka, Filipina dan

India bagian selatan. Bahkan, kini kebun manggis dapat ditemui di Amerika

Tengah, Brazil dan Australia bagian Utara (Verheij dan Coronel, 1992).

Menurut Rukmana (1995), dilihat dari taksonominya tanaman manggis

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub Divisi : Angiospermae (tumbuhan tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Guttiferanales

Family : Guttiferanae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) tumbuh baik di daerah

lembab, curah hujan tinggi merata sepanjang tahun dan tidak tahan pada angin

laut. Suhu optimum untuk pertumbuhannya berkisar 22oC-23oC, jika suhunya

berada di bawah 20oC maka pertumbuhannya lambat. Batas tertinggi adalah

38oC-40oC, suhu yang melebihi batas tersebut menyebabkan daun maupun

buahnya rentan terhadap sinar matahari. Tanaman muda membutuhkan naungan

yang rimbun. Manggis dapat tumbuh baik sampai ketinggian 800 meter di atas

permukaan laut (mdpl) dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Tanaman

manggis sangat baik tumbuh pada tanah yang kaya akan bahan organik dengan

aerasi yang cukup baik (Verheij dan Coronel, 1992).

Umumnya tanaman manggis di Indonesia tumbuh di dataran rendah

terutama di Pulau Jawa diantaranya selatan Jawa Barat, bagian utara Jawa Barat

(13)

4

DKI Jakarta, Jawa Tengah sekitar Bumiayu, Kebumen, Purworejo, sebelah selatan

Batang, Kendal dan Ungaran. Di Jawa Timur manggis dapat dikembangkan di

daerah basah sekitar G. Semeru ke barat sampai lereng G. Kawi dan ke timur

sampai lereng G. Lamongan, Pacitan, Blitar dan lereng G. Raung (Direktorat Bina

Produksi Hortikultura, 2004).

Tinggi pohon manggis bervariasi dari 10-25 meter. Bentuk mahkotanya

ada yang bulat dan ada yang piramid kompak meruncing ke atas. Tanaman yang

berasal dari biji biasanya memerlukan waktu sekitar 15 tahun untuk mulai

berbuah karena lambatnya pertumbuhan. Pertumbuhan lambat ini disebabkan sifat

perakarannya, dimana manggis mempunyai akar tunggang yang panjang dan kuat

dengan akar sekunder dan bulu-bulu akar ya ng sedikit. Hal tersebut menyebabkan

penyerapan air dan unsur hara lebih sedikit dan kurang efektif.

Bunga manggis ada yang tumbuh menyendiri, ada yang berpasangan dan

dalam satu tempat ada yang muncul tiga bunga yang berada di ujung ranting.

Calon bunga muncul dalam bentuk bengkakan besar di ujung ranting. Bunga

mekar setelah 25 hari bunga tersebut kuncup dan buah akan matang pada 100-120

hari setelah anthesis (Nakasone dan Paul, 1998).

Berdasarkan data Biro Pusat Statistika (2004) ekspor buah manggis dari

tahun ke tahun semakin meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan

kualitas buah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan volume ekspor

manggis Indonesia dari 4 743 493 kg pada tahun 1999 menjadi 9 304 511 kg pada

tahun 2003 (Tabel 1). Menurut Poerwanto (2003), hal ini terjadi karena sebagian

besar kebun tanaman manggis di Indonesia belum diusahakan secara optimal,

artinya bahwa masih banyak buah yang dihasilkan untuk diekspor berasal dari

hutan campuran yang tidak dibudidayakan dengan baik.

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan

produktivitas buah manggis, diantaranya adalah terasering, pengapuran, dan

pemupukan. Sebagian besar kebun manggis yang dimiliki petani terletak pada

daerah perbukitan yang tumbuh secara alami tanpa perawatan dan pemeliharaan

(14)

5

Tabel 1. Perkembangan Volume, Nilai Ekspor dan Total Produksi Buah Manggis di Indonesia Tahun 1999-2003.

Tahun Volume Ekspor (kg)

Sumber : Badan Pusat Statistika, 2004

Untuk tanaman manggis yang sudah berusia lebih dari 5 tahun, pupuk

kandang yang dianjurkan adalah 40 kg/pohon yang diberikan dua kali dalam

setahun (Tirtawinata dan Tuherkih, 2000). Pupuk kandang dengan dosis tersebut

dapat mengurangi kerontokan bunga dan buah manggis, meningkatkan bobot

buah/butir, meningkatkan jumlah bunga yang menjadi buah, meningkatkan bobot

panen/pohon dibandingkan tanaman yang tidak dipupuk (Pusat Kajian

Buah-buahan Tropika, 2000).

Lahan perbukitan biasanya berkontur miring. Lahan miring merupakan

lahan yang peka terhadap degradasi tanah. Jika hal tersebut terjadi secara terus

menerus maka mengakibatkan erosi. Erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara

yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hilangnya

unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun sehingga akan berakibat

pada penurunan produktivitas tanaman. Salah satu usaha pencegahan terjadinya

erosi adalah dengan terasering.

Terasering

Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) yang dibudidayakan secara

tradisional lebih banyak berada pada daerah yang berbuk it-bukit, dimana keadaan

lahannya miring. Lahan yang miring menyebabkan air yang jatuh di atas tanah

hilang karena run off. Keadaan tersebut mengakibatkan ada dua kemungkinan,

yaitu : (1) kehilangan air yang seharusnya masuk kedalam tanah dan mungkin

dapat digunakan tanaman, (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang

begitu cepat, lepas dan tersangkutnya tanah yang disebut erosi (Soepardi, 1983).

Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu

(15)

6

pertanian, erosi mengakibatkan hilangnya unsur hara yang sangat diperlukan

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang normal dibutuhkan unsur hara esens ial dalam

jumlah yang cukup. Unsur hara N, P dan K termasuk hara esensial makro yang

sering kekurangan dalam tanah sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

tanaman. Hilangnya unsur hara menyebabkan produktivitas lahan menurun.

Pada lahan miring banyak bahaya yang mengancam tanaman dan

lingkungan. Pencegahan bahaya tersebut dapat dilakukan dengan pengawetan

tanah. Arsyad (1983) menyatakan bahwa berdasarkan azas pengawetan tanah

maka ada 3 cara pendekatan, yaitu : (1) Memperbaiki dan menjaga keadaan tanah

agar resisten terhadap penghancuran agregat dan terhadap pengangkutan, dan

lebih besar dayanya untuk menyerap air di permukaan tanah, (2) menutup tanah

(dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman atau sisa-sisa tanaman) agar terlindung

dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan (3) mengatur air aliran

permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak.

Teknik pengawetan tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu :

metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia (Arsyad, 1983). Usaha yang

lebih dibahas dalam penelitian ini yaitu teknik pengawetan tanah dengan metode

mekanik adalah teras. Pembuatan teras pada lahan yang miring dimaksudkan

untuk memperpendek panjang lereng serta mempertahankan kelembaban tanah

dan memberikan kesempatan agar air dapat lebih banyak berinfiltrasi, dengan

demikian erosi berkurang.

Menurut Arsyad (1983) terdapat beberapa macam bentuk teras, antara lain:

• Teras berdasar lebar (broadbase terrace). Teras ini umumnya digunakan pada

kawasan/tanah yang mempunyai kimiringan 3%-8%. Teras berdasar lebar

merupakan suatu saluran yang permukaannya lebar atau galengan yang dibuat

memotong lereng pada tanah-tanah yang berombak dan bergelombang.

• Teras bangku (bench terrace). Teras ini pada umumnya digunakan pada

kawasan yang mempunyai kemiringan antara 16%-30%. Teras bangku atau

teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di

bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga. Untuk

(16)

7

Kehilangan tanah dari lahan berteras bangku hanya sebesar 6,15% dari

laha n yang tidak berteras (Pujianto et al, 1996). Winaryo (1997) menyatakan

bahwa teras bangku menghasilkan buah kopi 21% lebih banyak dibandingkan

perlakuan tanpa teras.

Pupuk Kandang

Pemupukan pada tanaman manggis hampir tidak pernah dilakukan oleh

petani. Sebagian besar petani di pedesaan beranggapan bahwa pohon buah-buahan

tidak perlu dipupuk. Anggapan ini sebenarnya keliru. Padahal untuk mendapatkan

pohon yang sehat, tumbuh subur dan berbuah dengan baik maka tanaman perlu

pemupukan sejak masih kecil.

Pemupukan yang efektif melibatkan beberapa persyaratan yaitu

persyaratan kuantitatif dan kualitatif. Persyaratan kuantitatif adalah dosis pupuk,

sedangkan persyaratan kualitatif antara la in adalah unsur hara yang diberikan

dalam pemupukan relevan dengan masalah nutrisi yang ada, waktu pemupukan

dan penempatan pupuk yang tepat, unsur hara yang berada pada waktu dan tempat

yang tepat dapat diserap oleh tanaman dan yang terakhir adalah unsur hara yang

diserap digunakan tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya dimana

berikatan dengan fisiologi tanaman (Indranada, 1986). Pupuk kandang

mengandung unsur hara makro dan mikro. Nilai unsur hara makro yaitu unsur N,

P dan K disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Unsur Hara N, P dan K pada Pupuk Kandang.

Jenis Pupuk Kandang N(%) P2O5 (%) K2O(%)

Pupuk Kandang Ayam 5.0 3.0 1.5

Pupuk Kandang Kambing 1.5 1.5 3.0

Pupuk Kandang Kuda 2.0 1.5 1.5

Pupuk Kandang Sapi 2.0 1.5 2.0

Sumber : PT. Pupuk Sriwijaya, 2001.

Berdasarkan klasifikasi pembentukannya, pupuk terdiri dari pupuk organik

dan pupuk anorganik. Pupuk organik bisa berasal dari humus, sisa-sisa tanaman

dan kotoran hewan. Kotoran hewan merupakan kotoran padat dan cair dari hewan

(17)

8

adalah pupuk kandang atau yang melapuk secara alamiah contohnya kompos atau

humus. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik yang

mengandung unsur hara tertentu dengan kadar tertentu pula (Hakim et al., 1986).

Pupuk organik secara perlahan- lahan akan terurai dengan bantuan

mikroorganisme dalam tanah menjadi unsur hara makro dan mikro yang dapat

diserap oleh tanaman. Pupuk organik juga dapat memperbaiki sifat fisik tana h

sehingga menjadi lebih gembur, mudah menyerap dan menyimpan air serta

meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah (Soepardi, 1983).

Kondisi tanah yang gembur setelah pemberian pupuk organik akan

memudahkan akar tanaman berkembang sehingga memperluas wilayah serapan

air dan unsur- unsur hara. Perkembangan akar tanaman yang baik akan menunjang

pertumbuhan dan perkembangan tajuk tanaman, jaringan luas dari akar akan

mengukuhkan tegaknya tanaman, menyokong suprastuktur daun-daun dan alat

penyimpanan makanan.

Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman manggis berbeda-beda

tergantung umurnya. Pada saat tanam diberikan pupuk kandang sebanyak satu

karung (20 kg) dengan cara diaduk dengan tanah galian lubang bagian atas.

Menurut Tirtawinata dan Tuherkih (2000) tana man manggis yang berumur lebih

dari 5 tahun diberi pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon, dengan perincian

setengah dosis diberikan pada awal musim hujan (September-November) dan

setengah lagi diberikan pada saat menjelang kemarau tetapi masih cukup hujan

(Maret-Mei). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar dalam larikan yang

dibuat dengan mengelilingi tepi ujung tajuk, kemudia n ditutup kembali dengan

tanah. Larikan pupuk dalamnya antara 15-20 cm dan lebar 10 cm.

Pemupukan yang cukup dan pengolahan tanah yang tepat akan membuat

perkembangan akar lebih baik, arah perkembangannya berkaitan dengan

penempatan pupuk. Pemupukan yang tepat tidak saja membuat tanaman bagian

atas lebih baik tetapi juga perkembangan sistem perakaran akan lebih intensif

(Leiweakabessy dan Sutandi, 1998).

Pupuk kandang yang diberikan 2 kali/tahun sebanyak 40 kg/pohon dapat

mengurangi kerontokan bunga dan buah manggis, meningkatkan bobot buah/butir,

(18)

9

panen/pohon diband ingkan tanaman yang tidak dipupuk (Pusat Kajian

Buah-buahan Tropika, 2000).

Kapur

Pada tanah-tanah masam sering muncul masalah kekurangan unsur hara.

Kekurangan unsur hara ini bukan berarti bahwa unsur hara tersebut tidak ada

dalam tanah tetapi karena unsur tersebut dalam bentuk yang tidak tersedia

sehingga tidak dapat diabsorbsi oleh tanaman.

Pertumbuhan tanaman yang tidak baik pada tanah masam biasanya

dihubungkan dengan pengaruh keracunan Al dan Mn. Salah satu usaha untuk

mencegah terjadinya keracunan Al dan Mn adalah dengan pengapuran. Tujuan

pengapuran pada tanah masam di wilayah tropik ditujukan untuk meniadakan

pengaruh keracunan dari Al, menyediakan hara Ca serta meningkatkan pH tanah

(Hakim, 1980).

Pengapuran pada tanah masam memberikan manfa at dari segi kimia, fisik

dan biologi tanah. Dilihat dari segi kimia pengaruh pengapuran ialah dapat

meningkatkan pH tanah sehingga ketersediaan unsur Ca, Mg dan P bertambah

sedangkan Al, Fe dan Mn terikat sehingga keberadaannya berkurang di dalam

tanah. Ismunadji dan Partohardjono (1985) menyatakan, bila tanah dikapur maka

larutan tanah akan mengandung Ca2+. Ion- ion Ca2+ ini akan menukar H+ di

kompleks absorbsi. Hidrogen akan bereaksi dengan OH- dan manghasilkan H2O,

atau dengan CO32- membentuk H2CO3 yang mudah terurai. Menurut Soepardi

(1983) dari segi biologi pengaruh kapur dapat merangsang pertumbuhan sebagian

besar organisme tanah dan meningkatkan kegiatan organisme tanah. Secara tidak

langsung pengapuran dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah melalui

dekomposisi bahan organik.

Kemasaman tanah dapat diatasi dengan penambahan unsur hara Ca dan

Mg yang berbentuk oksida/hidroksida dan karbonat. Kapur dolomit mengandung

Ca dan Mg. Unsur Ca berperan dalam mempertahankan integrasi sel dan

permeabilitas membran. Unsur Ca meningkatkan perkecambahan tepung sari,

pertumbuhan, mengaktifkan sejumlah enzim untuk pembelahan mitosis dan

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2004 sampai Maret 2005, di

Desa Cengal, Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor. Lokasi ini mempunyai ketinggian

tempat 600-800 m dpl, dengan suhu rata-rata harian 22-280C dan curah hujan

rata-rata 3260 mm/thn. Analisis N, P dan K dilaksanakan di Laboratorium Ilmu

Tanah, Departemen Ilmu Tanah IPB, sedangkan analisis kualitas buah

dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, IPB, Bogor.

Lokasi penelitian pada areal perkebunan manggis di Leuwiliang

bertopografi miring dengan jarak tanam yang sangat rapat (3x3 m), sehingga

pertumbuhan tajuk pohon yang satu dengan yang lain saling tumpang tindih

(Gambar 1). Pada areal perkebunan tersebut, selain tanaman ma nggis ada juga

tanaman durian, petai dan melinjo. Tanaman tersebut selain berfungsi sebagai

pelindung juga merupakan pesaing bagi tanaman manggis untuk mendapatkan

unsur hara.

a

b

Gambar 1. Area Perkebunan Tanaman Manggis (a) Berteras dan (b) Tanpa Teras

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman manggis umur

25-30 tahun, dengan tinggi pohon sekitar 10 meter dan diameter batang berkisar

50-60 cm, pupuk kandang, kapur dolomit, NaOH, alkohol, aquades dan indikator

(20)

11

timbangan kasar, timbangan analitik, pisau, tissue, hand refractometer, buret,

jangka sorong dan alat-alat analisis jaringan tanaman.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari

4 perlakuan yaitu: (1) teras + pupuk kandang + kapur, (2) teras + pupuk kandang,

(3) teras dan (4) tanpa teras, pupuk kandang dan kapur (kontrol). Setiap perlakuan

terdiri dari 5 ulangan dan masing- masing ulangan terdiri dari satu tanaman

sehingga ada 20 tanaman yang diamati.

Model matematika yang digunakan adalah :

Yij = a + ßi + eij; dimana:

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

a = Rataan umum

ßi = Pengaruh perlakuan ke-i

eij = Pengaruh acak pada perlakuan ke- i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh selajutnya diolah menggunakan uji F, apabila

perlakuan menunjukan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil pengamatan,

maka dilakukan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

Pelaksanaan Teras

Lahan yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan kebun manggis

yang tidak berteras (berlereng) dan yang menggunakan teras. Pembuatan teras

(terasering) sudah pernah dilakukan oleh petani sejak tanaman masih kecil,

walaupun masih sangat sederhana. Selanjutnya tahun 2002, pada lahan yang sama

Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) melanjutkan penyempurnaan

pembuatan teras tersebut. Keadaan teras (teras bangku) pada lokasi penelitian ini

mempunyai ketinggian sekitar 1.5 m dan lebar teras sekitar 2.5 - 3 m. Posisi

tanaman manggis untuk penelitian berada pada ujung teras (sekitar 0.5 m dari tepi

teras). Langkah-langkah pembuatan teras disajikan pada Gambar 2.

(21)

12

Gambar 2. Langkah-langkah pembuatan teras

Keterangan : 1) Keadaan awal perkebunan manggis dengan kemiringan 15-30o, 2) Pembuatan talud teras dengan menggali tanah bagian atas tanaman

kemudian ditimbun pada bagian bawah tanaman tersebut, 3) Penguatan talud teras dan 4) Pembuatan saluran teras sebagai tempat pemupukan.

Pemberian pupuk kandang dan kapur

Pupuk kandang dan kapur diberikan bersamaan secara teratur 2 kali

setahun yaitu pada bulan April dan September pada saat sebelum penelitian.

Masing- masing diberikan sebanyak 15 kg/tanaman pupuk kandang dan

1 kg/tanaman kapur, diberikan sejak tahun 2002. Pupuk kandang yang digunakan

berasal dari pupuk kandang kambing yang dicampur dengan kompos/serasah.

Pada saat penelitian, pemberian pupuk pupuk kandang dan pengapuran

dilakukan dua kali yaitu pada bulan April 2004 (setelah buah musim sebelumnya

dipanen secara menyeluruh) dan pada bulan September 2004 (menjelang musim

hujan), dosisnya sama dengan pemberian sebelum penelitian. Pupuk kandang

diberikan pada jarak 1.5-2 meter dari pohon (disesuaikan dengan lebar tajuk

tanaman tersebut) pada saluran teras. Kapur diberikan dengan cara menggali

lobang sedalam 5 cm mengelilingi area pertengahan bawah tajuk. Ukuran lubang

untuk penempatan pupuk kandang dengan lebar 50 cm dan tinggi 30 cm. Setelah

pemberian pupuk kandang dan kapur, kemudian masing- masing lubang tersebut

(22)

13

Pengamatan

Pengamatan dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengamatan vegetatif,

reproduksi dan kualitas buah. Peubah yang diamati adalah :

1. Jumlah daun.

Jumlah daun (helai) yang dihitung adalah seluruh daun baru yang tumbuh

pada pohon sampel. Dari satu pohon sampel dihitung jumlah daun yang

ada di setiap cabang dan ranting. Pengamatan jumlah daun dilakukan pada

akhir pertumbuhan daun.

2. Saat pertama muncul trubus, bunga dan buah.

Pengamatan saat pertama muncul trubus, bunga dan buah dilakukan saat

pertama trubus, bunga dan buah muncul pada tanaman sesudah pemberian

pupuk kandang dan kapur di bulan April 2004.

3. Analisis kandungan N, P dan K daun.

Pengambilan sampel daun dewasa untuk analisis kandungan hara N, P dan

K dilakukan pada umur 17 minggu setelah perlakuan (MSP). Setiap

perlakuan diambil 8 sampel daun/pohon. Analisis kandungan hara N

dilakukan dengan menggunakan metode semi Kjeldal (Lampiran 5) dan

hara P dan K dengan metode pengabuan kering (Lampiran 6).

4. Persentase fruitset dan buah gugur.

Pengamatan fruitset (jumlah buah yang terbentuk) dan buah gugur

dilakukan setiap minggu sejak awal sampai akhir fruitset dan buah yang

gugur dari pohon sampel kemudian dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

- Persentase fruitset (%) = A-B x 100%

A

- Persentase buah gugur (%) = C x 100% ; dimana :

A A = Jumlah kuncup bunga keseluruhan

B = Jumlah buah yang dipanen

C = Jumlah buah yang gugur

5. Bobot buah dan jumlah buah.

Pengamatan terhadap berat buah (g) dan jumlah buah (butir) yang dipanen

(23)

14

6. Kualitas Buah.

Pengamatan kualitas buah dilakukan setelah buah dipanen, dimana setiap

ulangan diambil 10 sampel. Pengamatan meliputi bobot utuh, bobot kulit,

bobot aril, bobot isi dan berat biji, ketebalan kulit buah, jumlah biji,

jumlah aril, jumlah kelopak, diameter buah (longitudinal dan transversal),

penampakan buah (burik pada permukaan buah), getah kuning pada bagian

buah dan Edible portion (porsi yang dapat dimakan).

• Bobot utuh, bobot kulit, bobot aril, bobot isi dan berat biji

Pengamtan bobot utuh (g), bobot kulit (g), bobot aril (g), bobot isi (g)

dan berat biji (g) buah manggis dengan menggunakan timbangan.

• Ketebalan kulit buah.

Pengamatan ketebalan kulit buah (mm) dilakukan dengan cara

membelah buah manggis secara transversal kemudian kulit buah diukur

dengan jangka sorong.

• Jumlah arilus.

Jumlah arilus (daging buah) diamati secara manual pada pangkal buah

manggis atau yang biasa disebut lokul.

• Diameter longitudinal

Diameter longitudinal (mm) diukur menggunakan jangka sorong secara

membujur dari ujung sampai pangkal buah.

• Diameter transversal

Diameter transversal (mm) diukur menggunakan jangka sorong secara

melintang pada bagian tengah buah.

Edible portion

Edible portion (%) atau porsi yang dapat dimakan merupakan bobot

dari daging buah manggis. Cara menghitung bobot daging buah adalah

bobot buah utuh dikurangi bobot biji. Sedangkan edible portion

dirumuskan sebagai berikut :

Edible portion = Bobot daging buah x 100% Bobot buah utuh

(24)

15

• Padatan terlarut total (PTT).

Padatan total terlarut (% brix) diukur dengan menggunakan

refraktometer, dilakukan dengan meletakan air perasan daging buah

pada refraktometer secukupnya dan angka dibaca melalui lensa

refraktometer.

• Total asam tertitrasi (TAT).

Pengukuran total asam tertitrasi (%) dilakukan dengan cara menimbang

sampel yaitu air perasan buah kurang lebih 10 g, lalu diencerkan

dengan aquades hingga 50 ml dengan gelas ukur, lalu diambil 25 ml

larutan contoh, ditambah dengan 3 tetes indikator phenolftalin (pp) dan

dititrasi dengan NaOH 0.05 N hingga perubahan warna menjadi merah

jambu yang stabil. Titrasi dilakukan duplo. Total asam tertitrasi dihitung

dalam bentuk persentase asam sitrat, dengan rumus :

Total Asam (%) = N NaOH x ml titran x fp x BE x 100%

Nisbah PTT/TAT diperoleh dari perbandingan antara Padatan Total

Terlarut dengan Total Asam Tertitrasi.

• Penilaian burik dan getah kuning dilakukan dengan metode skoring. Perhitungan persentase burik dan getah kuning mengacu pada Kartika

(2004), yaitu :

a. Persentase burik (%) :

1 = baik sekali kulit mulus tanpa bercak.

2 = baik, kulit mulus agak kasar dengan burik sampai menutupi

seperempat permukaan buah (± 10%).

3 = cukup baik, kulit agak kasar dengan burik sampai menutupi

setengah permukaan buah (± 50%).

4 = buruk, kulit kasar dengan burik menutupi tiga perempat

(25)

16

5 = buruk sekali, kulit kasar dengan burik sampai 100%.

b. Persentase getah kuning (%) :

1 = baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning

baik diantara aril dengan kulit maupun dipermukaan buah.

2 = baik, aril putih dengan sedikit noda (hanya berupa bercak

kecil) karena getah yang masih segar hanya pada satu juring

saja.

3 = cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning

disalah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan

rasa buah menjadi pahit.

4 = buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik dijuring,

antara juring ataupun dipembuluh buah yang menyebabkan

rasa buah menjadi pahit dan warna aril menjadi bening.

5 = buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik

dijuring antara juring ataupun di pembuluh buah yang

menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna aril menjadi

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Vegetatif

Berdasarkan hasil sidik ragam, antar perlakuan menunjukkan tidak

berbeda nyata pada peubah jumlah daun yang muncul setelah diberikan perlakuan.

Walaupun demikian, perlakuan teras+pukan+kapur memberikan hasil tertinggi

yaitu 3 333 daun dan terendah pada perlakuan teras yaitu 2 857 daun (Tabel 3).

Hal ini menunjukkan bahwa dengan diberikannya pupuk kandang dan kapur

selama 3 tahun terakhir, belum memberikan hasil yang signifikan. Tetapi secara

visual, perlakuan teras+pukan+kapur, teras+pukan dan teras menunjukkan warna

daun terlihat lebih hijau tua dibandingkan kontrol.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun, Waktu Muncul Trubus, Waktu Muncul Bunga dan Waktu Muncul Buah Manggis

Perlakuan

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; MSP = minggu setelah perlakuan; Pukan = pupuk kandang

Waktu muncul trubus pada perlakuan tanpa teras (kontrol) lebih lambat

(33.2 MSP) dan berbeda nya ta dengan perlakuan yang lainnya berkisar antara

23.8-25.2 MSP (Tabel 3). Sedangkan antara perlakuan yang ada terasnya tidak

menunjukkan perbedaan nyata, walaupun pada perlakuan teras+pukan+kapur

menunjukkan waktu muncul trubus yang lebih cepat (23.8 MSP) dibandingkan

perlakuan teras+pukan (24.6 MSP) dan perlakuan teras (25.2 MSP). Hal ini

diduga dengan adanya pemberian pupuk kandang dan kapur yang kedua dilakukan

pada 22 MSP (Lampiran 7) dapat merangsang pertumbuhan trubus lebih cepat.

Waktu muncul bunga tercepat terjadi pada perlakuan teras+pukan+kapur

(20.80 MSP) dan teras+pukan (20.60 MSP) dan menunjukkan pengaruh nyata

(27)

18

perlakuan teras terdapat beda nyata dengan kontrol. Perlakuan ya ng paling lambat

muncul bunga adalah perlakuan kontrol yaitu pada 27.30 MSP.

Waktu muncul buah tercepat pada perlakuan teras+pukan+kapur dan

teras+pukan yang berkisar antara 23.6-24.2 MSP dan berbeda nyata dengan

perlakuan teras dan kontrol (Tabel 3). Perlakuan teras menunjukkan waktu

muncul bunga lebih cepat (26.0 MSP) dan berbeda nyata dengan perlakuan

kontrol (30.2 MSP).

Cepatnya trubus, bunga dan buah muncul secara nyata pada perlakuan

teras+pukan+kapur dan teras+pukan, berkaitan dengan adanya pemberian pupuk

kandang. Dimana pupuk kandang mempunyai pengaruh yang nyata sebagai

sumber nitrogen. Mengel dan Kirkby (1982) menyatakan bahwa nitrogen

merupakan penyusun utama bahan organik membentuk asam amino, asam

nukleat, klorofil, alkaloid-alkaloid dan basa-basa purin. Hal ini diperkuat juga

oleh Soepardi (1983) bahwa nitrogen memberikan pengaruh paling menyolok dan

cepat, terutama merangsang pertumbuhan vegetatif.

Perlakuan yang ada terasnya, baik perlakuan teras+pukan+kapur,

teras+pukan dan teras, secara nyata mempercepat munculnya bunga dan buah

dibandingkan kontrol. Hal ini berkaitan dengan pembuatan teras. Menurut

Arsyad (1983) pembuatan teras pada lahan miring dimaksudkan untuk

memperpendek panjang lereng, mempertahankan kelembaban tanah dan air dapat

lebih banyak berinfiltrasi dengan demikian erosi berkurang. Berkurangnya erosi

mengakibatkan unsur hara yang ada di tanah dapat dimanfaatkan secara optimal

oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan vegetatif.

Kandungan Nutrisi Daun Manggis

Hasil analisis tanah menunjukan bahwa tempat penelitian mempunyai

kadar tanah yang sangat masam yaitu dengan pH tanah top soil 4.27 dan sub soil

4.40. Pada bagian top soil, kandungan N, P dan K di dalam tanah sangat rendah

yaitu masing- masing 0.14%, 1.7me/100gr dan 0.20me/100gr. Di bagian sub soil,

kandungan N, P dan K di dalam tanah juga sangat rendah yaitu masing- masing

0.10%, 1.36 me/100gr dan 0.22 me/100gr. Kandungan Ca, baik di bagian top soil

(28)

19

Tabel 4. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan

Sifat Tanah Hasil Analisis Penilaian

Top Soil Sub Soil

Tabel 5 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah

kandungan hara N dan K daun manggis. Walaupun demikian, perlakuan

teras+pukan menghasilkan kandungan hara N tertinggi yaitu 0.96% dan perlakuan

kontrol menghasilkan kandungan hara N terendah yaitu 0.89%, perlakuan teras

menghasilkan kandungan hara K tertinggi yaitu 0.99% dan perlakuan

teras+pukan+kapur menghasilkan kandungan hara K terendah yaitu 0.71%.

Tabel 5. Rata-rata Kandungan Unsur Hara N, P dan K Daun Manggis

Perlakuan N (%) K (%) P (%)

Teras+ Pukan+Kapur 0.93 0.71 0.127a

Teras+Pukan 0.96 0.91 0.130a

Teras 0.90 0.99 0.123a

Tanpa Teras (kontrol) 0.89 0.72 0.097b

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang

Pemberian pupuk kandang dan kapur pertama kali dilakukan pada minggu

ke-2 bulan April 2004, saat itu terjadi curah hujan yang tinggi yaitu

195 mm/minggu (Lampiran 7). Diduga unsur hara tercuci, mengakibatkan

penyerapan oleh tanaman sedikit. Hal ini karena unsur hara N dan K merupakan

(29)

20

Menurut Sanchez (1992) kehilangan unsur hara yang semakin tinggi sejalan

dengan kenaikan curah hujan tahunan.

Hasil analisis menunjukkan kandungan hara P tertinggi pada semua

perlakuan yang menggunakan teras berkisar antara 0.123-0.130% dan berbeda

nyata dengan kontrol (0.097%) (Tabel 5). Kandungan hara P di dalam tanah

(Tabel 4) lebih banyak dibandingkan yang diserap oleh tanaman, karena hara P

termasuk unsur hara immobil, yaitu unsur hara yang mudah terikat dengan koloid

tanah. Unsur P diserap tanaman dalam bentuk ortofosfat primer dan H2PO4-yang

dipengaruhi oleh pH tanah disekitar perakaran. Secara umum, tempat penelitian

berkadar pH rendah/masam. Menurut Soepardi (1983) pada tanah masam

biasanya dijumpai sejumlah Fe, Al, Mn yang larut dalam tanah dan kemudian

bereaksi dengan H2PO4- yang mengakibatkan fosphor tidak larut dan menjadi

tidak tersedia bagi tanaman.

Pertumbuhan Reproduktif

Perlakuan teras+pukan+kapur menghasilkan jumlah bunga terbanyak yaitu

129.33 kuntum dan terendah pada perlakuan kontrol yaitu 56.67 kuntum,

walaupun tidak berbeda nyata. Sedangkan perlakuan kontrol mengahsilkan

persentase fruitset tertinggi yaitu 94.65% dan yang terendah pada perlakuan

teras+pukan+kapur yaitu 88.69% (Tabel 6), walaupun tidak berbeda nyata. Hal ini

sesuai dengan pengamatan Kartika (2004), persentase fruitset bunga manggis di

Leuwiliang berkisar 79.59 %-99.64%.

Hasil analisis menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata pada peubah

jumlah bunga gugur dan persentase bunga gugur. Jumlah bunga gugur tertinggi

pada perlakuan teras+pukan+kapur (9 kuntum) dan berbeda nyata dengan

perlakuan kontrol (2.67 kuntum). Persentase bunga gugur pada perlakuan

teras+pukan berbeda nyata dengan perlakuan teras dan perlakuan kontrol. Dimana

perlakuan teras+pukan memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 9.84% dan yang

terendah adalah perlakuan kontrol yaitu 4.71% (Tabel 6). Jumlah bunga gugur dan

persentase bunga gugur pada kontrol lebih rendah dibandingkan perlakuan yang

(30)

21

kontrol lebih banyak. Jumlah bunga yang lebih banyak ini dipic u oleh pemberian

pupuk kandang, kapur dan pembuatan teras.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Bunga, Persentase Fruitset, Jumlah Bunga Gugur, Persentase Bunga Gugur Manggis.

Perlakuan Jumlah

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang

Tabel 7 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah

jumlah buah gugur, persentase buah gugur, jumlah buah/pohon dan bobot

buah/pohon. Perlakuan teras menghasilkan jumlah buah gugur terbanyak yaitu

9.67 buah dan yang terendah pada perlakuan teras+pukan+kapur dan kontrol

masing- masing 6.00 buah, walaupun tidak berbeda nyata. Perlakuan teras+pukan

menghasilkan persentase buah gugur terbesar yaitu 9.74% dan yang terendah pada

perlakuan teras yaitu 7.19%, walaupunn tidak berbeda nyata. Perlakuan

teras+pukan+kapur menghasilkan jumlah buah/pohon dan bobot buah per pohon

terbanyak yaitu 121.67 buah dan 12.49 kg, sedangkan perlakuan kontrol

menghasilkan jumlah buah per pohon dan bobot buah per pohon terendah yaitu

54.67 buah dan 5.81 kg, walaupun tidakberbeda nyata.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Buah Gugur, Persentase Buah Gugur, Jumlah Buah/pohon, Bobot Buah/pohon Manggis

Teras+Pukan+Kapur 6.00 8.34 121.67 12.49

Teras+Pukan 8.67 9.74 55.67 6.09

Teras 9.67 7.19 102.00 10.83

TanpaTeras (kontrol) 6.00 8.53 54.67 5.81

Jumlah buah dan bobot buah per pohon cenderung lebih tinggi pada

(31)

22

yang lainnya. Hal ini diduga karena pengaruh teras, pukan dan kapur. Perbaikan

pertumbuhan akar dan serapan hara akibat pemberian pupuk kandang dan kapur

memungkinkan peningkatan produksi tanaman. Penambahan pupuk kandang ke

dalam tanah telah memperbaiki aerasi dan drainase tanah, sehingga akar serabut

(bagian atas) tanaman lebih mampu menyerap hara dan air lebih banyak.

Penambahan kapur ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik seperti

kadar air dan peningkatan porositas tanah dapat meningkatkan aerasi sehingga

respirasi akar lebih baik. Dari segi kimia, pengaruh kapur dapat meningkatkan pH

tanah sehingga ketersediaan unsur Ca, Mg dan P bertambah sedangkan Al, Fe dan

Mn terikat sehingga berkurang di dalam tanah. Dengan adanya teras diduga hara

yang ada baik itu dengan penambahan pupuk kandang dan kapur maupun tersedia

secara alami, tidak akan tercuci dengan mudah atau hilang begitu saja.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembuatan teras, pemberian pupuk

kandang dan kapur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan

produksi tanaman manggis. Secara keseluruhan, produktivitas manggis pada

penelitian dibawah rata-rata produksi. Hal ini diduga pada saat pertumbuhan buah

muncul trubus (tunas baru) sehingga karbohidrat yang seharusnya didistribusikan

ke buah harus dibagi untuk pertumbuhan trubus.

Ketersediaan nutrisi tanaman berhubungan jalur source dan sink pada

tanaman. Apabila banyak cabang dan daun negatif pada tanaman maka hasil

fotosintat harus dibagi-bagi untuk mensuplai buah cabang dan daun negatif yang

ada pada tanaman. Hasil produksi tanaman manggis yang rendah pun dapat

diduga oleh letak perakaran tanaman manggis yang sangat jauh didalam tanah dan

diduga juga akar tanaman menjadi stres karena adanya perbaikan lahan yaitu

dengan adanya teras.

Produktivitas manggis yang rendah juga disebabkan fenomena biennial

bearning yaitu fenomena dimana pada satu musim tertentu tanaman berproduksi

sangat tinggi (on year) dan pada musim berikutnya sangat rendah (off year)

(32)

23

Kualitas Buah Manggis

Hasil pengamatan menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada

kualitas buah manggis, yaitu pada peubah diameter buah, jumlah kelopak, jumlah

aril dan jumlah biji. Pada peubah diameter buah, dihasilkan buah yang diameter

longitudinal (47.1 mm - 55.64 mm) lebih kecil dari diameter transversal

(56.94 mm – 60.07 mm), berarti buah manggis yang ada disetiap perlakuan

rata-rata cenderung berbentuk pipih (Tabel 8) dan berukuran kecil. Hal ini sesuai

dengan pengamatan Sidik (2004) buah manggis yang berasal dari Leuwiliang

berbentuk pipih. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) buah manggis

segar diklasifikasikan menjadi tiga kelas berdasarkan diameter longitudinalnya,

yaitu Super (>65 mm), Mutu I (55-65 mm) dan Mutu II (<55 mm).

Perlakuan teras+pukan menghasilkan jumlah kelopak yang terbanyak

(4.00 buah), sedangkan perlakuan teras+pukan+kapur dan perlakuan kontrol yang

terendah masing- masing 3.92 buah, walaupun tidak berbeda nyata. Sedangkan

jumlah aril terbanyak pada perlakuan teras+pukan yaitu 6.24 buah dan terendah

pada perlakuan kontrol yaitu 5.98, walaupun tidak berbeda nyata. Perlakuan

kontrol menghasilkan jumlah biji terbanyak yaitu 1.44 biji dan terendah pada

perlakuan teras+pukan yaitu 1.14 biji (Tabel 8) walaupun tidak berbeda nyata.

Pada perlakuan teras+pukan, walaupun rata-rata jumlah biji terendah tetapi

mempunyai bobot biji yang paling besar yaitu 1.74 g (Tabel 10).

Tabel 8. Rata-rata Diameter Buah, Jumlah Kelopak, Jumlah Aril dan

Hasil analisis menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada

peubah edible portion dan tebal kulit, sedangkan antar perlakuan menunjukkan

berbeda nyata pada peubah bobot kelopak (Tabel 9). Peubah edible portion yang

terbanyak terdapat pada perlakuan teras+pukan+kapur (30.02%) dan terkecil pada

(33)

24

besar buah manggis terdiri atas kulit sehingga nilai porsi buah manggis yang dapat

dimakan rendah dan bahkan jauh lebih rendah dibandingkan buah-buah lain yang

kebanyakan sekitar 60%.

Perlakuan kontrol dan teras menghasilkan tebal kulit terbesar (0.92 cm)

dibandingkan perlakuan yang lain (0.71-0.89%). Biasanya buah yang kulitnya

tebal memiliki persentase porsi yang dapat dimakan (edible portion) sedikit. Hal

ini terlihat dari hasil pengamatan, dimana perlakuan kontrol memiliki edible

portionnya terkecil yaitu sebesar 29.15%. Menurut Pantastico (1989) tebal kulit

buah dipengaruhi oleh kadar K yang tinggi di dalam tanah. Tetapi hal ini tidak

sesuai dengan hasil pengamatan, dimana daerah penelitian mempunyai kandungan

hara K yang rendah di dalam tanah (Tabel 4).

Bobot kelopak terberat pada perlakuan kontrol yaitu 4.71 g dan berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya yang berkisar 3.42-3.81 g (Tabel 9). Diduga

bobot kelopak dipengaruhi oleh lingkungan yaitu curah hujan. Karena saat awal

perkembangan bua h manggis pada perlakuan kontrol sering turun hujan yaitu

pada 30.2 MSP (Lampiran 7).

Tabel 9. Rata-rata Edible Portion, Tebal Kulit dan Bobot Kelopak Manggis

Perlakuan Edible Portion Tebal Kulit Bobot Kelopak

(%) (mm) (g)

Teras+ Pukan+Kapur 30.02 8.97 3.42b

Teras+Pukan 29.85 7.05 3.81b

Teras 29.01 9.18 3.63b

Tanpa Teras (kontrol) 29.15 9.24 4.71a

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT; Pukan = pupuk kandang

Tabel 10 menunjukkan antar perlakuan tidak berbeda nyata pada peubah

bobot bagian-bagian buah, akan tetapi perlakuan kontrol mempunyai bobot utuh,

bobot kulit, bobot isi dan bobot aril buah manggis lebih besar dibandingkan

perlakuan yang lain. Hal ini diduga karena faktor lingkungan yaitu curah hujan,

sebab saat awal perkembangan buah manggis pada perlakuan kontrol sering turun

hujan yaitu pada 30.2 MSP (Lampiran 7). Pada peubah bobot biji, hasil analisis

menunjukan perlakuan teras+pukan yang terberat yaitu sebesar 1.74 g dan yang

(34)

25

Tabel 10. Rata-rata Bobot Bagian-bagian Buah Manggis

Perlakuan Bobot Bobot Bobot Bobot Bobot

Padatan total terlarut (PTT) antar perlakuan tidak berbeda nyata.

Kemanisan buah manggis sekitar 16-17oBrix. Menurut Sjaifullah (1996) PTT

mencerminkan rasa manis sekaligus menunjukan derajat ketuaan/kemasakan

buah. Pantastico (1989) mengatakan PTT yang tinggi dipengaruhi oleh pH, Mg

dan N yang ideal dalam pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil sidik ragam, antar perlakuan tidak berbeda nyata pada

peubah kandungan asam tertitrasi (TAT), tetapi perlakuan kontrol menghasilkan

TAT yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.342% dan yang terendah adalah perlakuan

teras yaitu sebesar 0.332%. Nisbah PTT/TAT antar perlakuan tidak menunjukkan

perbedaan nyata. Perbandingan yang terbesar ditunjukkan pada perlakuan teras

yaitu sebesar 51.66. Menurut Singleton dan Gortner, 1965 dalam Lodh dan

Pantastico (1989) pada kebanyakan buah, semakin tinggi nisbah PTT/TAT maka

semakin baik mutu buah untuk dikonsumsi.

Tabel 11. Rata-rata Kandungan Padatan Total Terlarut (PTT), Total Asam Tertitrasi (TAT) dan Nisbah PTT/TAT Buah Manggis.

Perlakuan PTT TAT PTT/TAT

(obrix) (%)

Teras+ Pukan+Kapur 17.16 0.333 51.53

Teras+Pukan 16.65 0.335 49.70

Teras 17.15 0.332 51.66

Tanpa Teras (kontrol) 16.98 0.342 49.65

Berdasarkan sidik ragam antar perlakuan menunjukkan tidak berbeda

nyata pada peubah skor burik dan getah kuning buah manggis. Skor burik

rata-rata empat, yang artinya buruk yaitu kulit kasar dengan burik menutupi

seperempat (±75%) permukaan buah sehingga menghasilkan buah yang tidak

layak untuk ekspor. Walaupun berdasarkan sidik ragam skor getah kuning

(35)

26

perlakuan teras+pukan+kapur sebesar 1.32, sedangkan yang paling banyak getah

kuning dalam buah yaitu perlakuan kontrol sebesar 1.90 (Tabel 12).

Perlakuan teras+pukan+kapur memberikan getah kuning di dalam buah

manggis yang terendah. Hal ini diduga kalsium yang terkand ung dalam kapur

akan menyebabkan dinding sel lebih kuat sehingga tidak mudah pecah. Menurut

Gardner dan Pearce (1985) kalsium merupakan penyusun dinding sel, terutama

sebagai substansi perekat, pembelahan dan pemanjangan sel. Jones et al., (1991)

menyatakan bahwa unsur Ca berperan dalam mempertahankan integrasi sel dan

permeabilitas membran. Unsur Ca meningkatkan perkecambahan tepung sari,

pertumbuhan, mengaktifkan sejumlah enzim untuk pembelahan mitosis dan

pemanjangan sel.

Perlakuan kontrol menghasilkan skor getah kuning terbanyak. Hal ini

diduga saat awal perkembangan buah manggis pada perlakuan kontrol sering

turun hujan yaitu pada 30.2 MSP (Lampiran 7). Hal inipun diperkuat dengan

pernyataan Tirtawinata (2005) penyebab terjadinya getah kuning pada manggis

adalah karena pembuluh getah pecah dan juga karena tekanan air yang amat besar,

misalnya karena hujan.

Tabel 12. Rata-rata Burik dan Getah Kuning pada Buah Manggis

Perlakuan Skor Burik Skor Getah Kuning

Teras+ Pukan+Kapur 4.24 1.32

Teras+Pukan 4.12 1.70

Teras 4.34 1.88

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan teras+pukan+kapur dan

teras+pukan pada tanaman manggis nyata mempercepat waktu muncul trubus,

mempercepat waktu muncul bunga, mempercepat waktu muncul bua h,

meningkatkan kandungan hara P di daun manggis, meningkatkan jumlah bunga

gugur dan mengurangi bobot kelopak dibandingkan kontrol. Pada peubah waktu

muncul trubus dan jumlah bunga gugur, perlakuan teras+pukan+kapur

memberikan hasil yang lebih cepat dan tinggi dibandingkan dengan perlakuan

teras+pukan walaupun tidak berbeda nyata. Pada peubah-peubah lain (selain yang

disebutkan diawal paragraf), walaupun tidak berbeda nyata; perlakuan

teras+pukan+kapur cenderung meningkatkan hasil pengamatan dibandingkan

dengan kontrol.

SARAN

Diperlukan penelitian lanjutan untuk menentukan kombinasi teras, pupuk

kandang dan kapur yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, hasil

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 216 hal.

Daryono, M. dan Sosrodiharjo. 1986. Cara Praktis Penentuan Saat Pemanenan Buah Manggis dan Sifat-sifatnya Selama Penyimpanan. Bul. Penel. Hort. 14(2):39-42.

Dirjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. http:///www.deptan.go.id/

Gardner, FP dan RB. Pearce. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. Plant Fisiology. UI Press. Jakarta. 428 p.

Hakim, N. 1980. Pengaruh pemberian pupuk hijau dan kapur pada podzolik merah kuning terhadap ketersediaan fosfor dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.). Disertasi Doktor. FPS. IPB. Bogor.

Hakim, N. M, Nyakkpa, A. Lubis, S, Nugroho dan M. Saul. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Hidayat, R. 2002. Kajian Ritme Pertumbuhan Tanaman Manggis dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Indranada. 1986. Penentuan Dosis Pupuk Nitrogen. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bina Aksara. Jakarta. 89 hal.

Ismunadji dan Partohardjono. 1985. Seminar Pengapuran Tanah Masam untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Jakarta. 43 hal.

Jones, Wolf and Mills. 1991. Plant Analysis Handbook. A Practical Sampling Preparation and Interpretation Guide. Macro Publishing Inc, Georgio, 213 p.

Juanda, D. dan Cahyono B. 2000. Manggis Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yo gyakarta.

Kartika, J. G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Leiweakabessy dan Sutandi. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor. 405 hal.

(38)

29

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International. Honolulu, USA. 587 p.

Pantastico, ER. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 906 hal.

Poerwanto, R. 2003. Bahan Kuliah Budidaya Buah. Tidak diterbitkan. Jurusan Budidaya Pertanian.IPB. Bogor.

Pujianto, Aris W. dan Winaryo. 1996. Pengaruh Teras dan Tanaman Penguat Teras terhadap Erosi dan Sifat Fisik Tanah diperkebunan Kopi. Pelita Perkebunan 12(1): 25-35.

Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2000. Laporan Akhir. Pengembangan Teknologi Spesifikasi Lokasi untuk Peningkat Produktivitas dan Kualitas buah manggis. Tidak dipublikasikan. Kerjasama antara Lembaga Penelitian Institut Pertanain Bogor dengan proyek Pengembangan Usaha Hortikultura Pusat Direktorat Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanain. Bogor.

Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis, Kanisius, Yogyakarta. 54 hal.

Sanchez. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tana h Tropoika. Jurusan Ilmu Tanah. North Carilona State University. ITB Press. Ba ndung. 397 hal.

Sidik, P. 2004. Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dari 5 Lokasi Sentra Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Singleton dan Gortner. 1965. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan organ-organ penimbunan. Dalam Lodh dan Pantastico. 1989. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 906 hal.

Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. 100 hal.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah Jurusan Tanah. IPB. Bogor. 591 hal.

Tirtawinata, R. 2005. Biar ratu tanpa noda. Trubus. Vol. 36. No. 42:49-51. Jakarta.

(39)

30

Verheij, E. W. M. 1992. Garcinia mangostana L. P:177-181 In R.E. Coronel (Eds) Edible Fruits and Nuts. Plant Resources of South-Eash Asia 2. Bogor.

(40)
(41)

32

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Vegetatif Manggis

(42)

33

Tabel Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Kandungan Nutrisi Daun Manggis

(43)

34

Tabel Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan Reproduktif Manggis

Parameter SK Db JK KT F

^ : angka yang ditampilkan adalah nilai sebelum transformasi sedangkan pengujian statistik dilakukan setelah data ditransformasi dengan (Respon+5)**0.5

(44)

35

(45)
(46)

37

Lampiran 5. Prosedur Penetapan N total dengan Metode Semi Kjeldahl

1. Timbang 500 mg daun yang sudah dikeringkan dan dihaluskan, masukkan ke

Kjeldahl 125 ml.

2. Tambahkan 1,9 g campuran Se, CuSO4 diatasnya.

3. Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat ke dalam labu tersebut.

4. Tambahkan 5 tetes parafin cair.

5. Panasi labu tersebut diatas nyala api kecil selama kira-kira 1 jam sampai

reaksi-1 selesai, kemudian perbesar nyala api sedikit demi sedikit (H2SO4

jangan sampai mendidih) setelah terjadi perubahan warna (menjadi terang),

pemanasan masih diteruskan selama 30 menit lalu dinginkan

6. Pindahkan secara kwantitatif semua bahan yang ada dalam labu Kjeldahl ke

dalam labu destilata, cuci kira-kira dengan 25 ml air.

7. Dalam labu destilasi tambahkan 5 ml N NaOH

8. Pipet 5 ml 4 % H3BO3dan masukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml,

tambahkan 5 tetes campuran indikator ke dalam labu tersebut

9. Desttilaksi dimulai, tampung destilat dalam erlenmeyer yang mengandung

asam borat, volume destilat kira-kira 100 ml

10. Titrasi dengan HCl yang telah distandarisasi sampai terjadi perubahan warna

dari hijau ke merah muda

11. Lakukan penetapan blanko

(47)

38

Lampiran 6. Prosedur Penetapan P dan K dengan Metode Pengabuan Kering

Timbang 1 g daun yang sudah dikeringkan dan dihaluskan, masukkan dalam cawan poslen

tanur/mopple (pengabuan 550oC selama 2 jam)

angkat dan dinginkan (15 menit)

hotplate (dipanaskan sambil ditetesi 5 HCl pekat diaduk merata, sampai 3x perlakuan sebelum diberi HCl maka dinginkan)

diangkat, dinginkan kemudian + 10 mml HCl, aduk

ekstrak disaring ke tabung film, kemudian dipipet 1ml

masukkan di labu ukur 50 ml, encerkan dengan aquades sampai tanda tera

ambil 5 ml ketabung reaksi, + 5 ml larutan PB dan PC kocok dan shaker

diamkan ± 15 menit

P K

(48)

39

Tabel Lampiran 7. Data Curah Hujan Mingguan Desa Kracak Mulai 1 April 2004 sampai Maret 2005

MSP : Minggu Setelah Perlakuan HH : Hari Hujan

(49)

40

Tabel Lampiran 8. Persyaratan Mutu Buah Manggis (SNI-01-3211-1922).

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu Super Mutu I Mutu II

Keseragaman - Seragam Seragam Seragam

Gambar

Tabel 1. Perkembangan  Volume,  Nilai  Ekspor dan Total Produksi Buah Manggis di  Indonesia Tahun 1999-2003
Tabel 2. Unsur Hara N, P dan K pada Pupuk Kandang.
Gambar 1. Area Perkebunan Tanaman Manggis (a) Berteras dan (b) Tanpa Teras
Gambar 2. Langkah-langkah pembuatan teras
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan un tuk memperoleh informasi dan data tentang penampilan guru pendidikan umum pada empat bidang studi yakni guru agama, guru PMP,

Nilai R 2 yang diperoleh sebesar 0,365 berarti sumbangan pengaruh variabel keadilan organisasi dan keterikatan karyawan pada kepuasan kerja adalah sebesar 36,5%..

Sama halnya dengan perhitungan metode modifikasi pada sistem resetting, insiden energi arc flash diperoleh dengan beberapa pertimbangan, antara lain berkurangnya

Keenam paduan ARV yang digunakan memiliki dampak yang baik, karena memberikan kenaikan limfosit CD4 + &gt;50 sel/mm3 kenaikan jumlah limfosit CD4 + pasien baru HIV/AIDS

Pemilihan judul pada Tugas Akhir ini merupakan perwujudan dari kepedulian penulis terhadap keberadaan musik jazz di Indonesia; melalui studi analisis improvisasi

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada siklus II, hasil belajar kimia siswa kelas X ATPH 1 SMK Negeri 4 Gowa sudah berada pada kategori tuntas sesuai dengan

Dalam pembelajaran speaking mahasiswa dituntut untuk berkomunikasi secara individu atau kelompok dan dapat memahami maksud pembicaaran dengan baik, cara bicara ini

Berdasarkan hasil kuesioner/angket menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah termasuk kategori baik. Namun untuk semakin meningkatkan hasil belajar siswa maka sebagai