• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif Berbasiskan Ranting (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif Berbasiskan Ranting (2)"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

47 SUARA MUHAMMADIYAH 18 / 95 | 16 - 30 SEPTEMBER 2010

A

nggota-anggota Muhammadiyah yang terhimpun dalam Ranting-Ranting dapat didorong dan ditingkatkan pengetahuan serta keteram-pilannya dalam mengembangkan industri-industri kreatif. Misalnya, memproduksi produk-produk keperluan rumah tangga: sabun mandi, sabun cuci, shampoo, minyak goreng, garam, atau sembilan kebutuhan pokok lainnya, perabot-perabot rumah tangga dll. Produk-produk makanan olahan yang dapat dikembangkan secara terpadu dengan upaya pemberdayaan petani dan dapat bekerjasama dengan pusat-pusat penelitian di perguruan tinggi Muhammadiyah. Aneka industri kerajinan berbahan baku kayu, bambu, batu, logam maupun industri batik, konveksi, dan tenun dapat dioptimalkan produksinya.

Ikhtiar tersebut diperlukan agar produk-produk yang muncul dapat didistribusikan melalui “Kedai Kami”, setidaknya 60-70% atau bahkan lebih “Kedai Kami” diisi produk-produk yang berasal dari pengembangan industri kreatif yang ada di Ranting-Ranting, baik secara individual maupun kolektif/ jamaah.

Strategi Implementasi

Untuk mengawalinya, anggota-anggota Muhammadiyah di Ranting-Ranting, yang saat ini mengembangkan usaha/industri kreatif di berbagai bidang usaha, dapat dimotivasi untuk menjadi pelopor di lingkungannya. Meskipun pemasarannya masih ke pasaran umum, namun sebagai upaya penataan organisasi dan persiapan untuk mendukung upaya membangun kembali “Kedai Kami”, anggota-anggota Muhammadiyah yang telah/masih bergerak dalam bidang usaha kreatif tersebut dapat sebagai data base awal, sehingga ketika sistem siap dan disepakati membangun kembali “Kedai Kami”, entah

di mana, kapan, dari mana, dan oleh siapa pun (PP, PW, PD, PC atau Ortom); produk-produk hasil pengembangan industri kreatif berbasiskan Ranting tersebut langsung dapat didistribusikan ke “Kedai Kami”.

Lalu bagaimana dengan aksesnya, baik yang menyangkut pengetahuan tentang produksinya sendiri, perangkat teknologi, dan pembiayaannya? Inilah perlunya multi stake holder dalam pengembangan industri kreatif berbasiskan Ranting. Aspek pembiayaan barangkali sudah tidak dikuatirkan lagi, karena eksistensi BMT/BTM di lingkungan Muhammadiyah yang tinggal mensiner-gikan proposal dan kelayakan usaha dari pengembangan industri kreatif berbasiskan Ranting. Bila memungkinkan, dalam arti sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Muhammadiyah; dana-dana CSR atau

funding dapat dimanfaatkan.

Terkait dengan pengetahuan dan teknologi, dapat disinergikan dengan pusat riset yang berkembang di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan pusat-pusat reka-yasa teknologi tepat guna di berbagai daerah

agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antara hasil-hasil riset dengan penerap-annya. Tidak lupa tentunya dapat meman-faatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan pemerintah, karena hal ini sebenarnya menjadi kewajiban pemerintah.

Yang masih menjadi persoalan adalah bagaimana pengelolanya? Karena mem-bangun kembali “Kedai Kami” maupun pe-ngembangan industri kreatif berbasis Ran-ting perlu pengelola yang fokus, intensif, dan tidak bersifat sambilan. Bagi anggota Mu-hammadiyah yang akan mengembangkan industri kreatif berbasis Ranting tidak akan efektif bila menangani masalah dari hulu sampai hilir, menangani produksi juga masih dituntut untuk mencari investor, mencari pasarnya, mencari bahan bakunya, me-ngurus perijinan dan administrasi lainnya. Oleh karena itu, perlukah Training of Triner

(ToT) bagi wirausaha Muhammadiyah yang berada di Ranting-Ranting yang nantinya diproyeksikan sebagai aktor penggerak pengembangan industri kreatif di lingkungan Ranting Muhammadiyah. Atau perlukah membentuk Business Development Center

Muhammadiyah, minimal di tingkat Cabang yang berperan menjembatani pusat-pusat produksi dengan pasar, pusat-pusat reka-yasa teknologi, pusat-pusat pembiayaan (BTM/BMT) dan juga menjembatani de-ngan pusat riset, baik dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun fasilitas yang dimiliki pemerintah, dan membantu dalam penyusunan studi kelayakan serta proposal, sehingga antara aktivitas “Kedai Kami” dengan aktivitas pengembangan industri kreatif berbasis Ranting dapat berjalan sinergis dan dinamis.

_____________________________________ Penulis adalah Direktur Pusat Pengem-bangan Ekonomi Kerakyatan pada Lem-baga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Solo.l

SAPARDI

Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif

Berbasiskan Ranting (2)

KAPITA SELEKTA

Foto: IMAGE BANK

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan untuk diri sendiri tentang implementasi teknik process oriented guided inquiry learning dalam meningkatkan kemampuan

17 Saya merasa sayang meminjamkan barang-barang saya pada orang lain yang membutuhkan karena takut rusak.. 18 Saya membantu orang tua

Permohonan poligami ini dikabulkan oleh Pengadilan Agama Semarang dengan pertimbangan bahwa isteri patut diduga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri

Ini artinya, orang tersebut bunuh diri tidak hanya disebabkan karena meng- alami frustrasi, penderitaan, atau kesulitan hidup, tetapi yang bersangkutan mem- punyai

Analisis Hasil Skala Rasa Sakit SAR Tipe Minor pada Saat Pemeriksaan, Kontrol Pertama, Kontrol Kedua dan Kontrol Ketiga dengan Pemberian Gel Ekstrak Kunyit pada

Sebelum mengulang dengan metode ini, Huffazh harus memilih teman yang juga hafal Al- Qur‟an. Lalu, membuat kesepakatan waktu, surat, dan metode pengulangan yang

Pihak sekolah mungkin boleh mempertimbangkan aspek bilangan jenis sukan yang akan diwujudkan dalam sekolah, bilangan murid yang akan menyertai sesuatu jenis sukan dan bilangan

(2) Unit kerja dapat melakukan kerjasama dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung dalam hal pada saat pendaftaran peralihan Hak Atas tanah dan/atau Bangunan terdapat