• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Buku Panduan Kesenian Tradisional Ludruk Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Buku Panduan Kesenian Tradisional Ludruk Surabaya"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI

BUKU PANDUAN KESENIAN TRADISIONAL

LUDRUK SURABAYA

DK 38315 / TUGAS AKHIR SEMESTER I 2010/2011

Oleh :

Mohammad Mirza Judodihardjo NIM :

51906702 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat selesai tepat pada waktunya. Laporan

tuga akhir ini adalah rangkaian dari mata kuliah tugas akhir yang disusun setelah

melakukan penelitian selama kurang lebih satu semester. Dan penulisan laporan

tugas akhir ini dimaksudkan dalam melengkapi dan memenuhi syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Desain pada bidang keahlian Desain Komunikasi Visual

Universitas Komputer Indonesia.

Judul laporan ini adalah Perancangan Media Informasi Buku Panduan Kesenian

Tradisional Ludruk Surabaya. Pemilihan judul ini dilandasi adanya keinginan untuk

mengetahui dan memaparkan elemen pembentuk pementasan dan jenis-jenis

pementasan ludruk, sehingga menarik perhatian masyarakat di tengah

perkembangan jaman dan semaraknya kebudayaan asing yang masuk ke

Indonesia.

Harapan laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya sebagai bahan referensi. Dengan masa dan sumber data yang

terbatas, disadari bahwa tugas akhir ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu

mohon semua pihak untuk memaklumi adanya.

(3)

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……… ii

DAFTAR GAMBAR……….. vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….…….. 1

1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah……..………... 4

1.3. Tujuan Perancangan……….. 5

1.4. Definisi Kata Kunci……… 6

BAB II KESENIAN TEATER TRADISIONAL LUDRUK KOTA SURABAYA 2.1. Surabaya Sebagai Kota Multietnis………. 8

2.2. Pengertian Kesenian Teater Tradisional..………. 9

2.3. Kesenian Tradisional Kota Surabaya…………...………. 10

2.4. Sejarah Ludruk……….………. 11

2.5. Kesenian Teater Tradisional Ludruk……….………. 13

2.5.1. Kesenian Ludruk……….………. 13

(4)

2.6. Elemen Pembentuk Pementasan Ludruk…..………. 14

2.6.1. Ngremo……….………. 14

2.6.2. Dagelan………. 16

2.6.3. Selingan………....……. 18

2.6.4 Cerita………. 18

2.7. Jenis – Jenis Ludruk……….……….……. 19

2.8. Alat pementasan Ludruk……… 21

2.9. Kostum Pementasan Ludruk………. …. 22

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Komunikasi…..………. … 23

3.2. Tujuan Komunikasi………. … 24

3.3. Target Audience………. … 24

3.4. Strategi Kreatif………. … 25

3.5. Strategi Media………. … 26

3.6. Konsep Visual………. … 27

3.6.1. Konsep Visual Cover Buku……….……….. 27

3.6.2. Layout Buku………. … 29

(5)

3.6.4. Warna ……….. 32

3.6.5. Tipografi……….. 33

3.6.6. Elemen Visual……… 36

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI 4.1. Software 4.1.1. Adobe Illustrator CS3………. . 38

4.1.2. Adobe Photoshop CS3……… 38

4.1.3. Adobe Indesign CS3……… 38

4.2. Media dan Teknis Produksi 4.2.1. Buku Panduan Ayo Ngeludruk……… 39

4.2.2. Brosur……….. 40

4.2.3. Hanging Mobile………. 41

4.2.4. Poster……….. 42

4.2.5. Standing Banner………... 43

4.2.6. Display Rak Buku………. 44

DAFTAR REFERENSI……… vii

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Situs resmi pemerintah daerah Surabaya……… 3

Gambar 2.1. Tari Remo………. 10

Gambar 2.2. Kentrunk……… 10

Gambar 2.3. Proscenium Frontal………. 14

Gambar 2.4. Ngremo Putri………. 15

Gambar 2.5. Pemain Dagelan……….. 17

Gambar 2.6. Ludruk Tobong………. 19

Gambar 2.7. Belakang Panggung……… 22

Gambar 3.1. Panggung Taman Hiburan Rakyat 2010……….. 27

Gambar 3.2. Telapak kaki……… 28

Gambar 3.3. Cover Buku……… 28

Gambar 3.4. Warna yang digunakan pada cover……….. 29

Gambar 3.5. Layout Bab I……….. 30

Gambar 3.6. Layout Bab II………. 30

Gambar 3.7. Layout Bab III……… 31

Gambar 3.8. Arah Baca……… 32

Gambar 3.9. Warna dalam buku……….. 32

(7)

Gambar 3.11. Font Times Sans Serif……… 34

Gambar 3.12. Penempatan Quates……….. 35

Gambar 3.13. Font Times New Roman……… 35

Gambar 3.14. Penempatan Infografis……….. 37

Gambar 4.1. Front cover……… 38

Gambar 4.2. Brosur………..……….. 39

Gambar 4.3. Hanging Mobile………. 40

Gambar 4.4. Poster……….. 41

Gambar 4.5. Standing Banner………... 42

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia. Bukti sejarah menunjukan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum orang –orang Eropa datang ke Indonesia. Bukti tersebut terdapat pada prasasti Trowulan I berangka tahun Saka 1280 (1358 M) sebagai nama desa yang termasuk dalam kelompok desa di tepi aliran sungai (Kern dalam Noordjanah Andjarwati, 7). Ketika Surabaya berada dalam kekuasaan Belanda pada jaman kolonial, Kota Surabaya berkembang dan tumbuh sebagai kota modern. Surabaya berperan sebagai kota dagang, kota industri, dan kota pelabuhan yang dari waktu ke waktu berkembang pesat karena ditunjang oleh letak yang strategis di sepanjang aliran Sungai Brantas (Noordjanah Andjarwati, 2010:7).

Surabaya terkenal dengan sektor industrinya, Surabaya terkenal juga dengan peristiwa – peristiwa heroik yang terjadi pada jaman penjajahan, selain nilai historis dan sektor industri yang berkembang, di Surabaya juga terdapat kesenian khas, salah satu kesenian khas kota Surabaya adalah ludruk.

(9)

persoalan – persoalan sosial terkini, kemudian pertunjukan dilanjutkan dengan memainkan sebuah cerita.

Pada awalnya ludruk memerankan fungsi hiburan, dalam perkembangannya yang semakin bersifat komersial, Ludruk dimanfaatkan sebagai media penerangan, dan propaganda oleh pihak yang berkuasa. Ludruk mengalami masa kemerosotan saat kejatuhan PKI, hal ini dikarenakan pada periode 1945 – 1965 paguyuban Ludruk berafiliasi dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat milik PKI. (James L Peacock, 2005:29).

(10)

jawabannya variatif 3,01% mengatakan untuk mencari hiburan, 0,76% hanya sekedar ingin tahu dan yang lainnya tidak menjawab.

Pada lama resmi pemerintah kota Surabaya (www.surabaya.go.id, 2010) Ludruk mempunyai kesempatan untuk diminati kembali, hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan rutin tahunan festival ludruk Surabaya yang digelar oleh dinas kebudayaan dan Pariwisata Surabaya dan mulai banyak kelompok – kelompok yang didirikan oleh siswa – siswa SMU di Kota Surabaya dan mahasiswa – mahasiswa asal Surabaya yang menuntut ilmu diluar kota Surabaya, sebagai contoh Paguyuban Seni Jawa Timuran ITB – Bandung. Pada laman resmi pemerintah kota Surabaya (www.surabaya.go.id, 2010) promosi pun sudah dilakukan oleh pihak pemerintahan daerah Surabaya, dalam bentuk menampilkan kesenian ludruk di situs resmi milik pemerintahan daerah. Tetapi dalam situs tersebut pemerintahan daerah hanya menampilkan potret salah satu adegan ludruk dan tempat bermain, pemerintah daerah belum menyampaikan informasi – lengkap tentang kesenian ludruk sendiri.

(11)

Dari gambaran di atas, usaha – usaha pelestarian kesenian tradisional Surabaya sudah dilakukan. Kekuatiran yang dirasakan adalah, kekurangan informasi tentang kesenian Ludruk yang dapat menghambat proses pelestarian yang sudah dilakukan.

1.2. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

menurut laman pemerintah kota Surabaya (www.surabaya.go.id, 2010) kesenian teater tradisional ludruk diakui kota Surabaya sebagai maskot budaya khas kota Surabaya. Akan tetapi kesenian teater tradisional ludruk yang aktif mementaskan pertunjukan di kota Surabaya hanya tersisa satu grup saja.

Permasalahan yang ditemukan antara lain adalah sebagai berikut :

• Terdapat jenis – jenis pementasan teater tradisional ludruk dilihat dari susunan yang ditampilkan dan masyarakat kurang mengenal dengan baik jenis – jenis ludruk tersebut.

• Berkurangnya minat penonton remaja dan dewasa di kota Surabaya terhadap kesenian teater tradisional ludruk.

(12)

Sebagai sebuah maskot kesenian tradisional ludruk Surabaya. Teater tradisional diharapkan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat kota Surabaya. Dari uraian permasalahan yang dipaparkan dapat dikemukakan rumusan permasalahan sebagai berikut :

• Bagaimana cara pertunjukan teater tradisional ludruk kota Surabaya, bisa dikenal oleh masyarakat Surabaya.

• Bagaimana antisipasi kesenian teater tradisional ludruk kota Surabaya agar tidak hanya menjadi sebuah ikon kesenian yang hampir punah.

1.3. Tujuan Perancangan

Ludruk muncul di Jombang, namun berkembang pesat di kota Surabaya. Pada perkembangannya di kota Surabaya, ludruk sempat menjadi hiburan rakyat yang dicari oleh masyarakat setempat. Namun perlahan ludruk semakin jarang ditemui, hal ini dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dimana muncul radio dan televisi yang membuat ludruk mulai di tinggalkan oleh masyarakat. Akibat tidak bertahannya ludruk terhadap kemunculan teknologi mengakibatkan penurunan jumlah grup aktif ludruk, yang pada tahun 2010, tersisa 1 grup yang aktif di Surabaya.

(13)

Karena itu penulis bertujuan untuk mengenalkan ludruk dan jenis - jenis ludruk kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak beranggapan bahwa ludruk hanyalah sekedar dagelan, akan tetapi sarat dengan penceritaan yang dialami masyarakat. Dengan mengenalkan ludruk pada masyarakat maka diharapkan masyarakat tertarik untuk menonton dan melestarikan ludruk.

1.4. Definisi Kata Kunci

Panduan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991, h:723) panduan berarti penunjuk jalan; pengiring, buku petunjuk.

Kesenian

Kesenian berasal dari kata seni, dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebgai keahlian membuat karya bermutu dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya dan sebagainya.

Menurut Herbert Read dalam Dharsono Sony Kartika (2007[1959]: 7) seni merupakan usaha manusia untuk

menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan. Benetuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai

perasaan keindahaan dan perasaan keindahaan itu dapat

(14)

Ludruk

Ludruk menurut Beth Osnes (2001) dalam bukunya Acting An International Encyclopedia adalah “Realistic contemporary drama performed by men and female impersonators.” Sedangkan

(15)

BAB II

KESENIAN TEATER TRADISIONAL LUDRUK KOTA SURABAYA

2.1. Surabaya Sebagai Kota Multi Etnis

Menurut Andjarwati Noordjanah (2010) Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia dan bukti sejarah menunjukan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum orang – orang Eropa datang ke Indonesia.

Dalam laman pemerintah Surabaya (www.surabaya.go.id) perkembangannya Surabaya menjadi kota multi etnis yang kaya akan budaya. Beragam etmis migrasi ke Surabaya, antara lain etnis Melayu, India, Arab dan Eropa sementara etnis Nusantara sendiri antara lain Madura, Sunda, Batak, Borneo, Bali. Sulawesi, datang dan menetap hidup bersama, serta membaur dengan penduduk asli membentuk pluralisme budaya, yang kemudian menjadi ciri khas kota Surabaya. Sikap pluralisme inilah yang membedakan kota Surabaya dengan kota – kota di Indonesia. Bahkan ciri khas ini sangat kental mewarnai kehidupan pergaulan sehari – hari. Sikap pergaulan yang sangat egaliter, terbuka, berterus terang, kritik dan mengkritik merupakan sikap hidup yang dapat ditemui sehari – hari. Bahkan kesenian tradisional dan makanan khasnya mencerminkan pluralisme budaya Surabaya.

(16)

2.2. pengertian Kesenian Teater Tradisional Pengertian Kesenian

Kesenian berhubungan dengan kata seni. Pengertian seni menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) (www.pusatbahasa.diknas.go.id) yaitu “keahlian membuat karya yang

bermutu (dilihat dari segi kehalusannya. Keindahannya )” dan pengertian kesenian menurut Herbert Read dalam bobezani.tripod.com adalah “suatu usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan”.

Dapat diartikan kesenian adalah suatu bentuk usaha dalam menciptakan hasil karya yang bermutu dan bernilai tinggi untuk dinikmati oleh orang banyak.

Teater Tradisional Rakyat

(17)

2.3. Kesenian Tradisional Kota Surabaya

Gambar 2.1. Tari Remo Gambar 2.2. Kentrung

sumber gambar : www.surabaya.go.id sumber gambar: Surabaya.detik.com

Surabaya memiliki banyak macam kesenian tradisional, antara lain dijelaskan dalam laman pemerintah kota Surabaya (www.surabaya.go.id) Tari Remo yaitu tari selamat datang khas Jawa Timur yang menggambarkan karakter dinamis masyarakat Surabaya/Jawa Timur yang dikemas sebagai gambaran keberanian seorang pangeran. Biasanya tari ini ditampilkan sebagai tari pembukaan dari seni Ludruk atau Wayang Kulit Jawa Timuran. Kentrung (kesenian bertutur, seperti layaknya Wayang Kulit. Hanya saja kentrung tidak disertai adegan wayang, sarat akan nilai-nilai dakwah (Heru Eko Susanto, 2006).

(18)

2.4. Sejarah Ludruk

Hendrik Suprianto mencoba menetapkan secara narasumber yang masih hidup sampai tahun 1988, bahwa ludruk sebagai teater rakyat dimulai tahun 1907, oleh Santik dari Desa Ceweng Kecamatan Goda Kabupater Jombang. Bermula dari kesenian ngamen yang berisi syair-syair dan tabuhan sederhana, Santik berteman dengan Pono Pono dan Amir berkeliling dari desa ke desa. Pono mengenakan pakaian wanita dan wajahnya dirias coret-coretan agar tampak lucu. Dari sinilah penonton melahirkan kata Wong Lorek, akibat variasi dalam bahasa maka kata Lorek berubah menjadi kata Lerok. Menurut James L. Peacock seorang peneliti Antropologi yang melakukan penelitian pada tahun 1962-1963, mengatakan bahwa pertunjukan-pertunjukan yang disebut dengan ludruk Bandan dan ludruk Lerok telah ada sejak lama, yaitu sejak zaman Kerajaan Majapahit abad XIII di Jawa, namun saksi mata pertama yang menonton pertunjukan yang disebut ludruk itu baru ditemukan secara tertulis pada tahun 1822. Pertunjukan ludruk dalam tulisan tersebut diceritakan dibintangi oleh dua orang, yakni seorang pemain dagelan, yang bercerita tentang cerita-cerita lucu dan seorang waria.

Sampai tahun 1960-an sosok waria dan pemain dagelan masih menjadi elemen yang dominan dalam pertunjukkan ludruk. Pada awal abad kedua puluh, sesuai dengan pendapat sarjana dan ingatan beberapa informan yang sudah berumur, ada sebuah bentuk ludruk yang disebut besut yang menampilkan pemain dagelan yang bernama Besut yang menari melagukan kidungan dan menceritakan dagelan serta seorang waria yang menari (James L Peacock, 2005).

(19)

Kemudian muncul karakter baru Djuragan Tjekep, seorang saingan besut yang kaya raya dan terkemuka di kampong, sejak kemunculan Djuragan Tjekep pertunjukan itu disebut ludruk Besep (James L Peacock, 2005). Periode lerok besut tumbuh subur pada 1920-1930, setelah masa itu banyak bermunculan ludruk daerah Jawa Timur. Istilah ludruk sendiri bayak ditentukan oleh masyarakat yang memecah istilah lerok. Nama lerok dan ludruk terus berdampingan sejak kemunculan sampai tahun 1955, selanjutnya masyarakat dan seniman pendukungnya cenderung memilih ludruk (Henricus Supriyanto).

Pada akhir abad kedua puluh, Tjak Gondo Durasim mengorganisir sebuah rombongan bludruk dengan jumlah anggota yang tidak terbatas dan mulai memainkan drama pertunjukan yang utuh dengan karakter-karakter tokoh yang beragam sesuai dengan cerita yang dimainkan dan tidak lagi menggunakan nama-nama dan peran yang sama di setiap pertunjukannya. Tjak Gondo Durasim juga menerima penghargaan oleh Soetomo sebagai pelopor dalam memanfaatkan pertunjukan rakyat demi nasionalisme, sembari berucap “jelas ludruk merupakan alat bermanfaat untuk membuat ide-ide bisa diterima dalam pikiran rakyat”.

(20)

diabadikan menjadi nama gedung pertunjukan dalam Taman Budaya Surabaya.

2.5. Kesenian Teater Tradisional Ludruk 2.5.1. Pengertian Ludruk

Ludruk menurut Beth Osnes (2001) dalam bukunya Acting An International Encyclopedia adalah “Realistic contemporary drama performed by men and female impersonators.”

Sedangkan menurut situs pemerintah Kota Surabaya Ludruk merupakan drama tradisional yang diperankan oleh sebuah grup kesenian dalam sebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari. Pertunjukkannya diselingi dagelan dan diiringi gamelan.

Jumlah pemain pertunjukan ludruk tidak terbatas tergantung dari kebutuhan sesuai jalaj cerita yang dibawakan. Dapat dikatakan ludruk sebuah pertunjukan teater yang bercerita tentang kehidupan masyarakat sehari-hari dan diperankan oleh pria yang memerankan peran wanita dan pria.

2.5.2. Bentuk Media Penyajian Ludruk

(21)

Gambar 2.3. Proscenium Frontal

Antara dua ruang dibatasi oleh layar depan, yang dibuka ketika pertunjukan berlangsung. Di kiri kanan layar terdapat dinding sebagai, penghalang pandangan langsung ke dalam ruangan pentas yang tidak boleh terlihat penonton (Apresiasi Seni Seni Rupa dan Seni Teater 2 SMA Kelas XI)

2.6. Elemen Pembentuk Pementasan Ludruk 2.6.1. Ngremo

Biasa dilakukan sebelum pertunjukan ludruk dipentaskan, ditarikan oleh penari yang mempunyai kemampuan yang luar biasa, karena di samping bisa menari juga bisa melagukan kidungan.

Terdapat dua jenis tari ngremo, yaitu Ngremo Putra dan Ngremo Putri.Pada zaman ludruk lerok tahun 1950 penari Ngremo Putra mengenakan kostum sebagai berikut:

• Penari memakai celana hitam

• Penari memakai baju putih dan berdasi hitam • Penari memakai kopyah hitam

(22)

Pada zaman ludruk tahun 1955 tata kostum mengalami pergeseran seperti di bawah ini:

• Penari bercelana hitam atau merah

• Penari berbaju dan pada leher mengenakan kace (hiasan leher)

• Penari memakai ikat kepala warna merah • Pada telinga kiri memakai giwang (anting) • Kaki kanan memakai gongseng

Tata busana di atas tampak bertahan sampai sekarang dengan memodifikasi pada warna dan ragam tekstil yang digunakan. Penari Ngeremo Putri mengenakan tata busana sebagai penari Beskalan bagian bawah mengenakan sembong (seperti teater tradisional topeng Malang). (Seni Budaya Jawa Timur).

(23)

Hiasan Kepala

Rambut ditata dengan dipasangi sanggul (cemara) dan dihias dengan chunduk menthuk yang kadang dihias dengan melati.

Busana

Memakai kemben yang dipadu dengan ilat-ilatan selendang pun juga menjadi hiasan utama karena tarian ini banyak memainkan selendang.

Bawahan

Bawahan penari Beskalan Putri sangat serupa dengan bawahan penari topeng Malangan ditambah dengan kaus kaki putih (tari-tarian khas belahan Timur Jawa Timur banyak menggunakan kaus kaki putih) dan gongseng (semacam kerincing yng dipasang di kaki berfungsi sebagai ritma saat kaki dihentakkan). (sandimilanisti8.blogspot.com, 2010)

Waktu yang diperlukan untuk menarikan Ngremo sekitar 30-40 menit, tetapi untuk keperluan pariwisata saat ini waktu pementasan telah dipadatkan menjadi 7 menit.

2.6.2 Dagelan

(24)

paling terkenal dalam ludruk yakni Tjak Gondo Durasim juga seorang pemain dagelan.

Gambar 2.5. Pemain Dagelan,

sumber gambar: Arfin Trihasnawa

Pemain dagelan merupakan tokoh yang oleh para penonton ludruk paling diangggap sebagai “salah satu dari kami”. Para pemain dagelan memainkan peran-peran bawahan seperti pembantu, buruh, atau orang yang suka bgerkeliaran. Permaindengan menggunakan bahasa Jawa Ngoko (kasar) dengan dialek Suroboyoan. Pemain dagelan mengenakan pakaian yang sederhana. Bersikap percaya tahayul, udik dan tak punya uang. Dia suka membuntut di belakang majikannya duduk di lantai, serta bercakap-cakap dengan penonton.

(25)

2.6.3. Selingan

Selingan biasa muncul sebagai pemisah dari adegan dagelan ke cerita utama serta dalam cerita sendiri selingan muncul sebagai hiburan hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kebosanan dari penonton. Selingan bisa berupa kidungan, campursari, atau adegan dagelan singkat.

2.6.4. Cerita

James L Peacock membedakan beberapa tipe cerita ludruk, yaitu:

Cerita Rumah Tangga

Cerita jenis ini merupakan cerita-cerita yang paling khas dari ludruk komersial.

Cerita Pahlawan Legenda

(26)

Cerita Revolusi

Biasanya dimainkan di depan rapat-rapat politik atau demi kepentingan pertunjukan itu sendiri yang tengah dihadiri oleh para elit politik. Cerita semacam ini jarang sekali dimainkan dalam pertunjukan komersial.

2.7. Jenis-Jenis Ludruk

Jenis Ludruk Berdasarkan Lokasi Pementasan

• Ludruk Tradisional adalah pementasan ludruk yang dilakukan di desa-desa yang belum dimasuki jaringan listrik. Durasi pertunjukan 6 (enam) jam.

• Ludruk Tobong juga dikenal dengan ludruk gedongan. Biasa dipentaskan dalam kota-kota besar, waktu pementasan biasa dimulai pukul 21.00 dengan durasi pertunjukan 3(tiga)-4(empat) jam.

(27)

Jenis Ludruk Berdasarkan Media Penyajian Ludruk Radio

Sebuah pertunjukan ludruk yang dipentaskan melalui siaran radio. Biasa didukung oleh pihak sponsor.

Ludruk di Televisi

Pementasan ludruk dengan konsep tradisional yang direkam dan disiarkan tanpa menambah atau mengurangi pementasan aslinya.

Ludruk Televisi

Pementasan ludruk yang dibuat dan dikemas selayaknya membuat film dengan konsep pengambilan selayaknya film.

Jenis Ludruk Berdasarkan Elemen Yang Ditampilkan Ludruk pakem

Ludruk yang mementaskan elemen-elemen pembentuk pementasan dengan lengkap.

Ludruk Padat

Pementasan ludruk yang menampilkan dua elemen baku, yaitu elemen dagelan dan cerita saja.

Ludruk Transisi

(28)

2.8. Alat Musik Pementasan Ludruk

Alat musik yang digunakan dalam kesenian ludruk adalah musil gamelan yang terdiri dari boning, saron, gambang gender, slentem, siter, seruling, ketuk. Kenong, kempul dan gong.

( www.surabaya.go.id ).

Berdasarkan jenis musik pengiring kesenian, terdapat persamaan antara ludruk dan wayang orang yaitu gamelan yang terdiri dari boning, saron, gambang, gender, slentem, siter, seruling,ketuk, kenong, kempul dan gong. Tetapi menurut James L Peacock, dalam wayang gamelan mengubah “kunci”-nya saat malam berganti dan pada saat para tokoh wayang beralih dari satu level pencapaian mistis tertentu ke level mistis lain. Dalam sebuah kisah Bima putra Raja Pandu mencari air kehidupan dan membunuh dua raksasa yang merupakan bagian dari pencariannya. Ini melambangkan kematian dari hasrat duniawi Bima akan dosa. Tepat pada poin cerita tersebut, gamelan berubah dari kunci yang lebih rendah (patet nem) ke kunci yang lebih tinggi (patet sanga). Lalu Bima mengalahkan seekor naga yang menunjukan penaklukannya akan hasrat seksual. Pada saat tersebut gamelan beubah kunci ke yang lebih tinggi lagi, yaitu patet manjura dan Bima terus melangkah mencapai unita mystica dengan manunggal dalam diri tuhan.

(29)

2.9. Kostum Pementasan Ludruk

Gambar 2.7. Belakang Panggung, sumber gambar : Iffan Judodihardjo

Berdasarkan pada kostum yang digunakan pada saat pementasan terdapat perbedaan antara ludruk wayang orang ketoprak dan lenong. Hal ini disebabkan kostum disesuaikan dengan cerita yang dibawakan dan latar belakang budaya yang diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa Timur.

Kostum yang banyak digunakan oleh pemain dagelan mempunyai kecenderungan memiliki warna – warna cerah, hal ini disebabkan pembawaan tokoh dagelan yang lucu dan menghibur sehingga cocok menggunakan warna tersebut.

(30)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas yang dirancang oleh desainer. Hal ini merupakan hal yang penting agar sebuah pesan dapat disampaikan kepada khalayak atau target audience dengan baik, diperlukan strategi komunikasi yang tepat agar pesan dapat di mengerti dan diterima dengan baik.

Dalam penyampaian strategi komunikasi agar pesan tersampaikan dengan baik dimana strategi ini bertujuan ingin mengenalkan khalayak terhadap sebuah kesenian teater kesenian tradisional ludruk Surabaya. Dalam penyampaian pesan digunakan komunikasi murni, hal ini digunakan untuk menyampaikan informasi sebenar – benarnya kepada masyarakat.

(31)

3.2. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah memberikan informasi murni mengenai jenis – jenis ludruk dan elemen pembentuk pementasan ludruk kepada masyarakat.

3.3. Target Audience

Perancangan ini ditujukan bagi :

•Demografis

Usia : 15 – 19 Tahun Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Siswa Agama : Semua Agama Status Ekonomi : Menengah

Geografis

Jawa Timur umumnya Surabaya Khususnya •Psikografis

Kepribadian : Orang yang mempunyai pola pikir terbuka. Gaya Hidup : Orang yang membutuhkan hiburan

Dalam kegiatannya.

(32)

3.4. Strategi Kreatif

Untuk perancangan ini diperlukan strategi kreatif sehingga langkah – langkah yang diambil efektif untuk mengatasi pemasalahan yang ada. Adapun strategi yang digunakan, adalah :

• Merancang buku sebagai media informasi, sehingga memudahkan untuk penyebarannya.

• Membatasi besar media menjadi 145 x 220 Milimeter, hal ini dilakukan untuk menekan biaya produksi.

• Menyertakan compact disc yang berisi rekaman pertunjukan ludruk.

(33)

3.5. Strategi Media

Pendekatan yang dilakukan untuk perancangan buku sebagai media informasi kesenian teater tradisional ludruk Surabaya ini juga meliputi pembuatan media – media aplikasi yang digunakan dalam proses penyebarannya.

Aplikasi media dibagi menjadi Aplikasi Media Utama

Aplikasi media utama adalah media yang berkaitan langsung dengan tujuan perancangan ini.

•Buku illustrasi bergambar dan atau foto. Aplikasi Media Pendukung

Aplikasi media pendukung adalah, media yang berkaitan dengan media utama. Aplikasi media pendukung bertujuan untuk, memberikan pengenalan dan merangsang peningkatan penjualan media utama.

Adapun aplikasi media pendukung yang digunakan adalah :

•Poster

•Hanging Mobile

•Brosur

Standing Banner

(34)

3.6. Konsep Visual

3.6.1. Konsep Visual Cover Buku

Studi Visual

Konsep visual cover menggunakan illustrasi yang diambil dari penjabaran keadaan pementasan oleh James L Peacock pada saat penelitiannya dilakukan di periode 1962 – 1963. Peacock (2005) menjelaskan “….Taman hiburan rakyat, dimana gamelan diletakan di bagian depan panggung, sehingga menjadi pemisah antara panggung dan penonton. Anak-anak dan orang dewasa masuk ke tempat gamelan itu dan menyandarkan diri ke dinding panggung selama pertunjukan.”

Gambar 3.1. Panggung Taman Hiburan Rakyat 2010

(35)

pementasan ludruk mempunyai elemen pembentuk pementasan dan jenis-jenis ludruk yang didasari oleh elemen pembentuk pementasan yang ditampilkan.

Gambar 3.2. Telapak kaki

Konsep Cover

Dasar dari konsep cover adalah penampilan pertunjukan ludruk dalam frame berbentuk telapak kaki untuk menegaskan langkah. Cover tidak menampilkan unsure budaya khas Surabaya atau Jawa Timur sehingga tampil bersih dan mudah untuk dilihat dalam pendisplayan.

(36)

Warna

Gambar 3.4. Warna yang digunakan pada cover

3.6.2. Layout Buku Bab I

(37)

Gambar 3.5. Layout Bab I

Bab II

Bab kedua, menjelaskan tentang Tjak Gondo Durasim, seorang pemimpin grup ludruk yang dianggap mengenalkan sebuah pertunjukan ludruk modern yang bertahan sampai sekarang. Pada bab kedua ini akan menggunakan Style Prestigious, bidang kosong yang cukup luas untuk menciptakan keluwesan dan fokus. Pemasangan Headline ditempatkan di halaman tersendiri. (Kusrianto, 2007, h.294).

(38)

Bab III

Bab ketiga akan menjelaskan elemen pembentuk pertunjukan ludruk Surabaya, diantara lain adalah:

•Ngremo ( Tari Remo ). •Dagelan

•Selingan •Cerita

Selain menjelaskan elemen pembentuk. Bab ketiga ini juga menunjukan jenis ludruk, kostum, dan alat musik gamelan yang digunakan.

Bab ketiga ini menggunakan Style Youthfull. Style ini memiliki kesan lucu , main-main, serta menyenangkan. Pada style tersebut digunakan unsur gambar serta pilihan font yang mendukung. ( Kusrianto, 2007, h.293 ).

(39)

3.6.3. Arah Baca

Dengan menggunakan arah baca pada umumnya, yaitu dari kiri ke kanan, selain itu juga memberikan sequence atau gerak mata, dimana sequence yang digunakan adalah “N” terbalik dan “I”.

Gambar 3.8. Arah Baca

3.6.4. Warna

Warna yang digunakan dalam sebagian besar buku adalah

(40)

Warna warna ini digunakan pada beberapa bagian buku,dimana untuk mewarnai teks headline, subhead, bodytext, quotes, dan catatan kaki.

3.6.5. Tipografi Headline

Headlines berfungsi mengantarkan pandangan mata pembaca menuju teks pada artikel yang disajikan (Kusrianto, 2007, h.210). Dikarenakan headlines berguna untuk menarik perhatian , headline memerlukan ukuran yang cukup besar apabila dibandingkan teks lainnya, yaitu dengan font Arial Rounded MT Bold, dengan besar 30 pt. Font ini dipilih karena memiliki tingkat keterbacaan yang jelas dan tidak dekoratif.

Gambar 3.10. Font Arial Rounded MT Bold,

font untuk headline

Subhead

(41)

Bodytext

Bodytext atau isi naskah artikel dalam sebuah buku merupakan bagian yang paling banyak mengandung berita akan bacaan dalam sebuah topik dan menjadi bagian utama dari membaca sebuah buku. Font yang dipilih untuk digunakan dalam isi naskah adalah ”Times Sans Serif” dengan ukuran 11 pt.

Gambar 3.11. Font Times Sans Serif

Quates

(42)

Gambar 3.12. Penempatan Quates

Catatan kaki (Footnote)

Alfiansyah (2009) menjelaskan bahwa “catatan kaki adalah keterangan yang dicantumkan pada margin bawah pada halaman buku.” (www.sentra-edukasi.com). Catatan kaki digunakan untuk menambahkan rujukan uraian didalam naskah pokok. Jenis font yang digunakan adalah Times New Roman dengan besar font 8 pt, pemilihan Times New Roman dikarenakan tingkat keterbacaan yang tinggi dalam point kecil.

(43)

3.6.6. Elemen Visual

Elemen visual merupakan unsur – unsur yang tersusun menjadi suatu kesatuan sehingga menimbulkan persepsi yang merangsang, memberi sugesti, dan memperkaya imajinasi orang yang melihatnya. (Kusrianto, 2007, h.29).

Garis

Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap pembentukan suatu objek, garis juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. (kusrianto, 2007, h.30).

Bidang

(44)

Info Grafis

Infografis adalah merupakan salah satu elemen visual yang digunakan dalam buku, dimana artikel yang ditulis dengan teks akan membuat orang menjadi cepat lelah, untuk itu disiasati dengan penggunaan infografis. Infografis berisikan data penelitian maupun riset yang ditampilkan dalam bentuk illustrasi berikut keterangan dengan teks.

(45)

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Software

Dalam pengerjaan proyek tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa software untuk mendukung kinerja perancangan media informasi buku panduan ini.

4.1.1. Adobe Illustrator CS3

Software Adobe Illustrator CS3 merupakan software berbasis vector, dimana digunakan untuk perancangan semua media. 4.1.2. Adobe Photoshop CS3

Software Adobe Photoshop CS3 adalah software yang digunakan penulis untuk kepentingan mengedit foto yang digunakan sebagai illustrasi dalam buku media utama.

4.1.3. Adobe Indesign CS3

(46)

4.2. Media dan Teknis Produksi

4.2.1. Buku Panduan Ayo Ngeludruk

Buku panduan adalah aplikasi media utama, berfungsi sebagai buku panduan yang diharapkan akan berguna untuk

memperkenalkan kembali kesenian teater tradisional ludruk Surabaya.

Gambar 4.1. Front cover media utama

Material : Art paper 230 gsm (cover) Art paper 150 gsm (isi) Ukuran : 14 x 21 cm

(47)

4.2.2. Brosur

Brosur menjadi media pendukung pengenalan dan penjualan media utama. Brosur akan dibagikan disekitar toko buku, SMU, dan perguruan tinggi di Jawa Timur.

Gambar 4.2. Tampilan muka brosur

Material : Art paper 150 gsm Ukuran : 30 x 20 cm

(48)

4.2.3. Hanging Mobile

Media pendukung yang akan diletakan secara menggantung di atas rak display buku, hal ini dilakukan untuk memudahkan calon konsumen menemukan posisi dari rak display buku.

Gambar 4.3. Hanging mobile

Material : Art paper 230 gsm Ukuran : 35 x 24 cm

(49)

4.2.4. Poster

Poster juga bagian dari media pendukung pengenalan dan penjualan media utama. Poster berguna untuk memberikan informasi secara ringkas kepada calon konsumen yang tidak berada dalam jangkauan standing banner dan brosur. Poster diletakan di universitas, sekolah SMU, lingkungan perpustakaan, gedung kesenian, gedung kegiatan budaya, dan kantor instansi pemerintah Jawa Timur.

Gambar 4.4. Poster Material : Art paper 150 gsm

(50)

4.2.5. Standing Banner

Standing banner adalah bagian dari media pendukung pengenalan dan penjualan media utama. Standing banner akan ditempatkan di pintu masuk pementasan ludruk, pintu masuk toko buku dan perpustakaan daerah pemerintah Jawa Timur.

Gambar 4.4. Standing banner

(51)

4.2.6. Display Rak Buku

Display rak buku adalah media pendukung yang berfungsi untuk menarik perhatian calon konsumen. Media ini bersentuhan langsung dengan media utama, dan berfungsi menojolkan media utama disbanding buku-buku yang lain.

Gambar 4.5. Display rak buku Material : Multipleks, pipa besi Ukuran : 160 x 186 cm

(52)

DAFTAR REFERENSI

Hendricus, Supriyanto,

• Ketua Dewan Kesenian Malang

• Dosen Program Magister Fakultas Kebudayaan Universitas

Surabaya

Sakiya Sunarya

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Basundaro, P. (2009), Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang. Yogyakarta : Ombak.

Durachman. Y, C. (2009). Teater Tradisional dan Teater Baru. Bandung : Sunan Ambu STSI Press Bandung.

Margono, Astono, S, S. & Murtono, S. (2007), Apresiasi Seni Seni Rupa dan Seni Teater 2 SMA Kelas XI, Bogor :Yudhistira

Noordjanah, A. (2010), Komunitas Tionghoa Di Surabaya. Yogyakarta : Ombak.

Peacock, J, L, (2005). Ritus Modernisasi Aspek Sosial dan Simbolik Teater Rakyat Indonesia. Depok : Desantara.

Supriyanto, H (1992), Lakon Ludruk Jawa Timur, Jakarta, Grasindo.

Stokes, J (2006), How To Do Media and Cultural Studies, Yogyakarta, Bentang.

Skripsi/Makalah Akademik:

Budiyanto (2009), Rebranding Surat Kabar Progresif Jaya. Laporan Tugas Akhir, Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer. Bandung

(54)

Ensiklopedia

Osnes, B. (2001), Acting An Internacional Encyclopedia, Ludruk, h.234.

Soetrisno, R (2008), Seni Budaya Jawa Timur Pendekatan Kajian Budaya, Surabaya, SIC

Situs

Departemen Pendidkan.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada 25 Juni 2010 dari http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Pemerintah Kota Surabaya, (2010), diakses pada 17 Februari 2010 dari http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=24#

Teguh, (2008), Ludruk Dalam Sejarah. Diakses pada 17 Februari 2010 dari

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

Profile

Mohammad Mirza Judodihardjo

Surabaya, 27 Mei 1983

Jl. Tubagus Ismail Dalam 15A

Coblong, Bandung OSIS SMP YPPI II, 1997- 1998

Terpilih dalam kepengurusan Osis SMP YPPI II periode 1997 - 1998 sebagai Koordinator bidang Agama Islam.

OSIS SMU YPPI I, 2000 - 2001

Terlibat dalam kepengurusan OSIS SMU YPPI I periode 2000 - 2001 sebagai Koordinator bidang Agama Islam.

HARI BAHARI INDONESIA I, 1999

Terpilih sebagai salah satu delegasi perwakilan SMU YPPI I untuk terlibat dalam kegiatan peringatan Hari Bahari Indonesia I di Manado, Sulawesi Utara. Kegiatan berlangsung selama 40 hari.

KOMUNITAS FOTOGRAFI, TITIK FOKUS, UNIKOM, BANDUNG, 2007

Terlibat dalam komunitas TITIK FOKUS, yang berdiri dibawah HIMA Desain Komunikasi Visual UNIKOM periode 2006 - 2007.

KMDGI 7, ISI DENPASAR, BALI, 19 - 24 FEBRUARI 2007

Terpilih sebagai salah satu delegasi yang diberangkatkan oleh HIMA Desain Komunikasi Visual UNIKOM.

HIMA DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIKOM, 2007 - 2008

Diangkat sebagai salah satu pengurus HIMA Desain Komunikasi Visual UNIKOM periode kepengurusan 2007 - 2008, bertugas sebagai Sekretaris HIMA.

KOMUNITAS FOTOGRAFI, TITIK FOKUS, UNIKOM, BANDUNG, 2008

Terlibat dalam kepengurusan komunitas TITIK FOKUS, yang berdiri dibawah HIMA Desain Komunikasi Visual UNIKOM periode 2007 - 2008.

PRA- KMDGI 8, UNS SOLO, 12 - 14 APRIL 2008

Bersama Rengga Indrayana dikirim sebagai perwakilan Hima UNIKOM periode 2007 - 2008, untuk mengikuti kegiatan pra-KMDGI 8 solo.

KMDGI 8, UNS, SOLO, 18 - 21 FEBRUARI 2009

Terpilih sebagai salah satu delegasi yang diberangkatkan oleh HIMA Desain Komunikasi Visual UNIKOM periode kepengurusan 2008 - 2009.

PT. TAICHAN INDONESIA, JAKARTA, 2009

Berpengalaman berkerja praktek dalam PT. TAICHAN INDONESIA, desain promosi table menu Taichan restaurant. Surabaya, East Java

Indonesia 60112

PHONE +62 856 309 7447 +62 022 926 07114

EMAIL sby_6231@yahoo.com

(64)

PRA- KMDGI 9, STISI BANDUNG, 26 - 28 MEI 2010

Terlibat dalam kepanitiaan Pra-KMDGI 9 Bandung, kepanitian Pra-KMDGI 9 dibentuk dengan sistem kepanitiaan bersama, dengan koordinator STISI diikuti dengan universitas sebagai berikut :

• Universitas Komputer Indonesia.

• Widyatama Bandung.

• Universitas Pasundan.

• Institut Teknologi Nasional.

• Sekolah Tinggi Desain Indonesia.

• Institut Teknologi Harapan Bangsa

Mohammad Mirza Judodihardjo terlibat sebagai Wakil Ketua pelaksana.

KMDGI 9, MONUMEN PERJUANGAN JAWA BARAT, BANDUNG, 23- 26 MEI 2011

Terlibat dalam kepanitiaan KMDGI 9 Bandung, kepanitian Pra-KMDGI 9 dibentuk dengan sistem kepanitiaan bersama, dengan koordinator STISI diikuti dengan universitas sebagai berikut :

• Universitas Komputer Indonesia.

• Widyatama Bandung.

• Universitas Pasundan.

• Institut Teknologi Nasional.

• Maranatha.

• Institut Teknologi Harapan Bangsa

Mohammad Mirza Judodihardjo terlibat sebagai Wakil Ketua pelaksana.

Education

Universitas Komputer Indonesia, Bandung, S-1 Desain Komunikasi Visual, 2006 - 2011.

Institut Teknologi Sepuluh-November, Surabaya, Program Pascasarjana, 2001 - 2002.

SMU YPPI I, Surabaya, 1999 - 2001.

SMP YPPI II, Surabaya, 1997 - 1999.

SD YPPI I, Surabaya, 1991 - 1997.

(65)

Skills

TUGAS AKHIR

(S1)

PERANCANGAN BUKU PANDUAN KESENIAN TRADISIONAL LUDRUK SURABAYA

SOFTWARE

(Windows)

MS Office (Ms Word, Ms Powerpoint)

Adobe Photoshop

Adobe Illustrator

Adobe Indesign

SOFTWARE

(Mac Os X)

MS Office (Ms Word, Ms Powerpoint)

Pages

Keynote

Final Cut Pro

Adobe Photoshop Cs 3

Adobe Illustrator Cs 3

Adobe Indesign Cs 3

Traning and Seminar Experience

2006

ORIENTASI LINGKUNGAN MAHASISWA KAMPUS (OLIMPUS) UNIKOM, BANDUNG

PENDEKATAN ALA DESAIN (PADI) FAKULTAS DESAIN UNIKOM, BANDUNG

2007 Silver award, kategori ilustrasi manual, Tjap Djempol

2009 Seminar “1001 Inspiration Design Festival” Creative Seminar & Demo Workshop atn UNIKOM, Bandung

2010

Seminar dan Workshop Hardware UNIKOM

Copywriting and Consumer Behavior Seminar, UNIKOM

Photo Session Product with PT. Wahana Inovasi Design for PT. FASTRATA BUANA.

Hormat saya,

Gambar

Gambar 1.1. Situs resmi pemerintah daerah Surabaya
Gambar 2.1. Tari Remo
Gambar 2.3. Proscenium Frontal
Gambar 2.4. Ngremo Putri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan melalui proses perancangan dan promosi ini, kelompok Ludruk Irama Budaya sebagai Ludruk yang masih tradisional di Surabaya tetap bertahan dan lebih dikenal

Yang menjadi cerita utama dari buku ini adalah kisah dari Drama Gong serta juga menampilkan kehidupan sosial beberapa pemain dari kesenian Drama Gong sehingga

Diharapkan dengan melalui proses perancangan dan promosi ini, kelompok Ludruk Irama Budaya sebagai Ludruk yang masih tradisional di Surabaya tetap bertahan dan lebih dikenal

Ludruk meminjam gerak perubahan titi nada itu (namun tidak dengan perubahan mistisnya) dari wayang dengan sebuah komposisi musiknya yang disebut Talu yang terdiri dari tiga

Tidak hanya cerita drama, dalam pertunjukan Wayang orang juga terdapat seni tari, humor, bahkan peperangan dengan sentuhan tarian khas pewayangan yang di iringi oleh music gamelan

Dengan cara informasi yang dihadirkan dalam perancangan buku cerita bergambar ini mengenai sejarah Ludruk yang belum pernah diketahui sebelumnya, perkembangan

Dengan cara informasi yang dihadirkan dalam perancangan buku cerita bergambar ini mengenai sejarah Ludruk yang belum pernah diketahui sebelumnya, perkembangan

Kesimpulan Dalam perjalanan tugas akhir ini, saya telah merancang dan menciptakan sebuah video dokumenter sinematik yang mengeksplorasi dengan mendalam perpaduan kesenian tradisional