• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rebranding dan Promosi Ludruk Irama Budaya Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rebranding dan Promosi Ludruk Irama Budaya Surabaya."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Ludruk merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional yang ada di Indonesia. Ludruk sudah menjadi ciri khas kesenian dari Jawa Timur selain kesenian lainnya. Sayangnya di daerah tradisinya sendiri, lambat laun jumlah penonton Ludruk semakin berkurang. Salah satu kelompok Ludruk yang merasakan imbas langsung dari berkurangnya peminat akan kesenian Ludruk adalah kelompok Ludruk Irama Budaya dari Surabaya. Apabila tidak dilestarikan dikhawatirkan kesenian tradisional di kota Surabaya bisa menghilang.

Maka dari itu solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kesenian Ludruk di Surabaya ini salah satunya adalah dengan melakukan rebranding identitas Ludruk Irama Budaya Surabaya. Proses rebranding inipun ditunjang dengan proses perancangan media promosi yang lebih di segmentasikan untuk kalangan anak muda. Diharapkan dengan melalui proses perancangan dan promosi ini, kelompok Ludruk Irama Budaya sebagai Ludruk yang masih tradisional di Surabaya tetap bertahan dan lebih dikenal dan minat anak muda di Surabaya terhadap kesenian Ludruk akan terus meningkat sehingga kesenian Ludruk ini bisa terus lestari.

Metode yang digunakan dalam proses rebranding kelompok Ludruk Irama Budaya ini meliputi Logo yang diaplikasikan pada kartu nama, kop surat, amplop dan cap. Untuk media promosi yang digunakan meliputi stiker, poster, spanduk di warung makan, lukisan di truk, penunjuk jalan, iklan di Facebook, serta gimmicks yang dibagikan secara gratis dan dijual. Melalui rebranding dan promosi ini, kelompok Ludruk Irama Budaya makin dikenal masyarakat Surabaya terutama di kalangan anak mudanya sehingga kesenian Ludruk bisa terus lestari menghadapi gelombang budaya yang terjadi di era modern ini.

(2)

ABSTRACT

REBRANDING AND PROMOTION

LUDRUK IRAMA BUDAYA SURABAYA

Submitted by

Meliesa Jaya Wibawa

NRP 1064004

Ludruk is a traditional performing art un Indonesia. Ludruk is a hallmark of the East Java arts. Unfortunately, in East Java itself, the number of audience of Ludruk is decreasing. One of the Ludruk groups which get the effects of this decreasing interest is Ludruk Irama Budaya from Surabaya. This traditional performing art can become extinct if it is not preserved.

Therefore, to resolve this problem, we can do a rebranding of the identity of Ludruk Irama Budaya Surabaya. the rebranding process is supported by the design process of the promotion which is segmented more for young people. It is expected that through the designing and promotion process, Ludruk Irama Budaya as a traditional Ludruk in Surabaya can survive and become more popular among the young people in Surabaya so that this performing art can exist.

The methods used in the rebranding process of Ludruk Irama Budaya covers the logo design applied in bussiness cards, letterhead, envelopes, and stamp. The promotional media used are stickers, posters, banners in roadside stalls, back truck paintings, street direction, Facebook advertisement, and gimmicks whish are sold as well as distributed for free. Through rebranding and promotion, it is expected that Ludruk Irama Budaya can be more well known in Surabaya community, especially the young generation, so that Ludruk can always be preserved and survive in the midstof the culturalwave in this modern era.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

(4)

3.1.4 Profil Ludruk Irama Budaya Surabaya ... . 23

3.1.4.1 Profil Sponsor ... 27

3.1.4.2 Permasalahan Ludruk Irama Budaya Srabaya .... . 39

3.1.5 Tinjauan Proyek Karya Sejenis ... 51

3.2 Analisis Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... . 56

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH ... 59

4.1 Konsep Komunikasi ... 59

4.2 Konsep Kreatif ... 60

4.3 Konsep Media ... 62

4.4 Hasil Karya ... 63

BAB V : PENUTUP ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

DAFTAR LAMPIRAN ... 92

LAMPIRAN A : Wawancara dengan Pemimpin Ludruk Irama Budaya .... LAMPIRAN B : Klipping artikel ... LAMPIRAN C : Kuestioner ... LAMPIRAN D : Sketsa ... DAFTAR PENULIS ... 93

(5)

DAFTAR TABEL

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.10 Gedung lama di Jl. Pulo Wonokromo tampak depan ... 32

Gambar 3.11 Panggung pertunjukan dalam gedung lama ... 32

Gambar 3.12 Arena kampung seni THR, gedung Irama Budaya tampak depan dan suasana dalam gedung sebelum pertunjukan ... 33

Gambar 3.13 Jalan menuju kampung seni THR, sebelah kiri Hi-Tech Mall dan jalan masuk menuju THR ... 34

Gambar 3.14 Pak Deden, pimpinan Ludruk Irama Budaya sekarang ... 34

Gambar 3.15 Loket tiket dan pintu masuk gedung ... 35

Gambar 3.16 Papan pertunjukan di luar gedung dan papan pengumuman Berisi poster serta x-banner di dalam gedung ... 35

Gambar 3.17 Suasana di balik layar, para pemeran sedang merias diri ... 36

Gambar 3.18 Tari Ngremo, Bedayan, Lawakan ... 37

Gambar 3.19 Babak request lagu atau saweran ... 38

Gambar 3.20 Acara terakhir yaitu cerita ... 38

(7)

Gambar 3.22 Diagram hasil wawancara mengenai rata-rata jumlah

penonton Ludruk Irama Budaya tahun 2008-2013 ... 40 Gambar 3.23 Jalan-jalan menuju Kampung Seni THR ... 41 Gambar 3.24 Dua facebook berbeda milik Irama Budaya ... 42 Gambar 3.25 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai pengetahuan tentang kesenian Ludruk ... 43 Gambar 3.26 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun pernah tidaknya menonton Ludruk ... 43 Gambar 3.27 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai alasan menonton Ludruk ... 44 Gambar 3.28 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai patner saat menonton Ludruk ... 44 Gambar 3.29 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai info pertunjukan Ludruk ... 45 Gambar 3.30 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun tentang bagian menarik dari pertunjukan Ludruk ... 46 Gambar 3.31 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai alasan belum pernah menonton Ludruk ... 46 Gambar 3.32 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai perasaan mereka tentang Ludruk ... 47 Gambar 3.33 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai perlu tidaknya Ludruk dilestarikan ... 47 Gambar 3.34 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai manfaat menonton Ludruk ... 48 Gambar 3.35 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai tiket menonton Ludruk ... 48 Gambar 3.36 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun mengenai tanggapan mereka tentang Ludruk ... 49 Gambar 3.37 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

(8)

Gambar 3.38 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30

tahun tentang gedung pertunjukan Ludruk ... 50

Gambar 3.39 Diagram hasil pembagian kuesioner pada target umur 15-30 tahun tentang Ludruk Irama Budaya Surabaya ... 50

Gambar 3.40 Logo Irama Ludruk Budaya Surabaya dan Karya Budaya Mojokerto ... 54

Gambar 3.41 Tiket masuk Irama Ludruk Budaya Surabaya dan kartu nama Karya Budaya Mojokerto ... 54

Gambar 3.42 Poster pertunjukan Ludruk Karya Budaya Mojokerto ... 55

Gambar 3.43 Poster pertunjukan Ludruk Irama Budaya Surabaya ... 55

Gambar 3.44 Pamflet berisi profil dan jadwal pertunjukan Ludruk Karya Budaya Mojokerto ... 56

Gambar 4.6 Warnalogo Irama BudayaSurabaya, BW, grayscale dan satu warna ... 64

Gambar 4.7 Penerapan logo untuk latar belakang berwarna solid serta warna latar belakang yang masih diperbolehkan ... 65

Gambar 4.8 Penerapan logo untuk latar belakang berwarna solid yang tidak diperbolehkan ... 65

Gambar 4.9 Penerapan logo yang masih boleh diperlakukan untuk latar Belakang foto/bercorak ... 66

Gambar 4.10 Ukuran minimum logo Irama Budaya Surabaya ... 66

Gambar 4.11 Kop Surat ukuran A4 ... 67

Gambar 4.12 Amplop Surat ukuran 21x10,5cm ... 68

Gambar 4.13 Kartu nama ukuran 9x5cm ... 68

Gambar 4.14 Poster I media awareness ... 69

(9)

Gambar 4.16 Poster I media awareness ... 70

Gambar 4.17 Poster II media informing ... 71

Gambar 4.18 Stiker bulan Juni sebagai media informing ... 77

Gambar 4.19 Stiker bulan Juli sebagai media informing ... 78

Gambar 4.20 Stiker bulan Agustus sebagai media informing ... 79

Gambar 4.21 Penempatan stiker ... 80

Gambar 4.22 Penempatan stiker ... 81

Gambar 4.23 Lukisan di truk sebagai media informing ... 83

Gambar 4.24 Lukisan di truk sebagai media informing ... 83

Gambar 4.25 Spanduk di warung sebagai media informing ... 84

Gambar 4.26 Spanduk di warung sebagai media informing ... 84

Gambar 4.27 Denah jalan masuk ke gedung pertunjukan ... 85

Gambar 4.28 Wayfinding tiap area ... 86

Gambar 4.29 Papan wayfinding ... 87

Gambar 4.30 Gimmicks atau souvenir gratis ... 87

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan dimainkan di atas panggung (teater atau sandiwara), didalamnya mengandung unsur gerak, tari, musik (kidungan), dekor, cerita dan lain-lain (“Ludruk sebagai Teater Sosial”, Kasiyanto, 1999 : 1). Unsur tradisional dalam setiap pertunjukan Ludruk ada pada tari “Ngremo” pada awal pertunjukan, diiringi

musik gamelan berirama slendro atau pelog dan lagu jula-juli atau kidungan, serta adanya travesti dalam pemeran Ludruk. Ludruk sebenarnya sudah ada bahkan sejak zaman Belanda. Menurut sumber yang ada, anak muda Belanda zaman dulu suka sekali menonton pertunjukan Ludruk dan tertawa karena kelucuan pemainnya (news.flyonticket.com, diakses 3 Januari 2014). Dari sumber serta hasil wawancara dengan beberapa seniman Ludruk, jumlah peminat Ludruk dari tahun ke tahun semakin berkurang. Masyarakat lebih tertarik untuk menonton acara-acara hiburan di televisi swasta daripada menonton Ludruk. Kemungkinan hiburan yang lebih menarik dan mudah dijangkau dari media televisi mengakibatkan Ludruk di perkotaan sangat sedikit peminatnya. Di satu sisi, para kelompok Ludruk sudah melakukan banyak improvisasi dan inovasi mulai dari susunan acara, musik, jalan cerita, sampai teknisi panggung dengan tujuan menarik minat penonton tanpa menghilangkan ciri khas tradisionalnya. Selain sebagai seni pertunjukan khas Jawa Timur, Ludruk mempunyai berbagai fungsi di masyarakat. Cerita yang dipentaskan memiliki banyak nilai moral dan nilai hidup yang baik. Melestarikan Ludruk sama dengan ikut melestarikan seni budaya Indonesia.

(12)

pimpinan kelompok Ludruk dari setiap kota. Di keempat daerah ini masih terdapat kelompok Ludruk yang masih eksis. Hasilnya kelompok Ludruk di kota Mojokerto, Jombang dan Malang sudah lebih berkembang dari segi media promosi, strategi pemasaran, ide-ide cerita, susunan acaranya padahal mereka berdiri sendiri dan tidak mendapat subsidi dari pemerintah. Media promosi dan strategi pemasaran kelompok Ludruk di Surabaya (provinsi) malah terasa kurang. Salah satu kelompok Ludruk yang mengalaminya adalah Ludruk Irama Budaya. Irama Budaya masih bertahan dari tahun 1987 sebagai satu-satunya Ludruk “tobongan” (pertunjukan di dalam

gedung) di Surabaya yang mempertahankan ciri khas tradisionalnya. Meskipun sudah mendapat subsidi dari pemerintah, kondisi Irama Budaya memprihatinkan karena jumlah penonton mereka terus berkurang dan belum banyak masyarakat di Surabaya tahu keberadaan mereka apalagi semenjak berpindah lokasi gedung.

Permasalahannya ada pada identitas dan promosi Irama Budaya. Identitas Irama Budaya masih belum jelas di tiap media promosi yang telah ada. Contohnya di tiap brosur, poster, x-banner yang ada di dalam gedung, identitasnya berbeda dengan papan tulis untuk menampilkan judul cerita di luar gedung. Penulis juga pernah menemukan dua facebook berbeda milik Irama Budaya. Meskipun menurut keterangan pemimpinnya dua facebook tersebut sama-sama milik Irama Budaya. Beliau sempat terkejut saat mengetahui ada sebuah pertunjukan dari sebuah pihak yang mencantumkan nama Irama Budaya. Selain itu tanpa adanya media promosi yang terus-menerus, masyarakat luas di Surabaya sekarang sulit menemukan Irama Budaya. Sebagian besar penonton Irama Budaya adalah penggemar setia mereka sejak tahun 1987. Dari jenjang waktu tersebut, bisa dibayangkan tidak terjadi regenerasi baik penonton ataupun pemain Irama Budaya. Penonton mereka hampir tidak ada anak muda yang datang karena benar-benar tertarik, sebagian besar dikarenakan tugas dari sekolah atau fakultas. Jika hal ini terjadi terus, Irama Budaya bisa menghilang keberadaannya secara perlahan. Permasalahan ini bisa dicari solusinya lewat bidang keilmuan DKV.

(13)

melestarikan Ludruk di Surabaya melalui Irama Budaya. Ludruk Irama Budaya pun makin lebih dikenal, memiliki identitas yang jelas, tetap bertahan dan semakin maju.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Permasalahan yang diangkat dari topik ini adalah:

- Bagaimana merancang identitas Irama Budaya yang jelas dan dikenal sebagai satu-satunya Ludruk yang masih tradisional dari kota Subaraya?

- Bagaimana merancang promosi yang optimal, efisien dan tepat untuk mengenalkan Irama Budaya di kota Surabaya?

- Bagaimana mengenalkan Irama Budaya diluar penggemar setia mereka dan menarik minat anak muda di Surabaya terhadap kesenian Ludruk?

Untuk membahas permasalahan ini, penulis membatasi ruang lingkupnya: - Hanya mengambil target di kota Surabaya khususnya pelajar dan mahasiswa umur

15-30 tahun dan keluarga umur 31-60 tahun.

- Arti Ludruk secara luas, struktur pementasannya, struktur organisasi, dan fungsi Ludruk di masyarakat.

- Mencari tahu sejarah, profil, ciri khas Irama Budaya (dari pertunjukan atau elemen visualnya), strategi pemasaran dan media promosi dulu dan sekarang. - Mencari tanggapan target di Surabaya tentang Ludruk melalui kuesioner dan

tanya-jawab langsung dengan mereka

- Hubungan kerjasama dinas Pariwisata tiap tahunnya dengan Irama Budaya sampai sekarang serta sponsor mereka.

1.3 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah:

(14)

- Membuat promosi yang optimal dan tepat untuk mengenalkan Irama Budaya di kota Surabaya.

- Mengenalkan Ludruk Irama Budaya diluar penggemar setia mereka khususnya para remaja dan menarik minat anak muda di Surabaya terhadap kesenian Ludruk.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang didapat berasal dari hasil wawancara langsung dengan tiap pemimpin Ludruk dan sutradara Ludruk, serta beberapa mahasiswa di Surabaya, buku penelitian tentang Ludruk, kliping koran, website resmi surat kabar atau universitas yang menyangkut tentang Ludruk di Jawa Timur.

Untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan:

- Observasi sebagai partisipasi non-aktif ke tempat pertunjukan langsung dan melihat keadaan disana.

- Wawancara mendalam dengan pemimpin Ludruk dan sutradaranya, serta beberapa mahasiswa di Surabaya.

- Studi pustaka lewat buku, koran harian di Surabaya serta internet atau website resmi surat kabar atau universitas atau jejaring sosial yang dimiliki kelompok Ludruk itu sendiri.

(15)

1.5 Skema Perancangan

MASALAH

Satu-satunya Ludruk yang masih tradisional di kota Surabaya mulai kehilangan eksistensinya.

DATA

Observasi, Wawancara, Studi Pustaka, Kuesioner

TEORI

Teori tentang Branding dan Rebranding, Teori Promosi, Teori Kebudayaan, Teori Komunikasi,

Perilaku Konsumen.

ANALISIS MASALAH

Identitas Irama Budaya masih kurang jelas dan sering berubah di tiap media promosinya.

Ludruk Irama Budaya kehilangan penonton dari tahun ke tahun.

Penonton berasal dari penggemar setia saja dan penonton kalangan anak muda hanya 10%.

SOLUSI DKV

Rebranding identitas yang ada sekarang.

Merancang media promosi yang tepat sasaran dan efisien.

Merancang media promosi yang menarik penonton selain dari luar penggemarnya dan anak muda.

HASIL KARYA

Identittas visual berupa logogram/logotype Ludruk Irama Budaya Surabaya serta bussiness suite.

Media promosi antara lain iklan di majalah, poster, stiker, lukisan di truk, spanduk di warung, wayfinding, gimmick.

(16)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pengamatan akan masalah ini, kesimpulan yang dapat diambil ialah kesenian tradisional yang semakin tenggelam, tidak semata akibat perkembangan arus zaman yang moderen melainkan dari segi kekreatifan juga. Dalam permasalahan yang dialami Ludruk Irama Budaya, tidak perlu mengikuti semua yang moderen atau menghilangkan nilai tradisional untuk menarik minat masyarakat. Dengan mengubah identitas visual dan merancang media promosi, hal ini juga bisa meningkatkan pamor Ludruk Irama Budaya Surabaya. Penulis belajar cara membuat identitas visual yang sesuai dengan posisi mandatori serta belajar merancang media secara detil sampai memperhitugkan biaya keluarnya juga.

5.2 Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

____. 2013. “Arti Lambang Jawa Timur”, (Online),

(http://prasbhara-ngawi.blogspot.com/p/arti-lambang.html, diakses 22 April 2014)

____. 2013. “Kesenian Ludruk Jawa”, 22 Maret. (Online),

(http://news.flyontiket.com/news/kesenian-ludruk-jawa, diakses 3 Januari 2014)

____. 2013. “Sejarah Batik Surabaya”, (Online), (

http://batikisme.com/blog/sejarah-batik-surabaya, diakses 12 Maret 2014)

Arthur, Rene. 2009. Desain Grafis: Dari Mata Turun ke Hati, Bandung: Penerbit Kelir

Chariris, Moch. 2010. “Ketika Para Seniman Ludruk Berkeluh Kesah : Hilangnya

„Nyebeng‟ dan „Tendean‟ Penyebab „Dandang Nublek‟”. Jawa Pos, 27 Mei, hlm. 33

Clifton, Rita ; Sameena Ahmad, Tony Allen, Simon Anholt, Patrick Barwise, Tom Blackett, Deborah Bowker, Jonathan Chajet, Deborah Doane, Iain Ellwood, Paul Feldwick, Jex Frampton, Giles Gibbpnd, Andy Hobsbawm, Jan Lindemann, Allan Poulter, Max Raison, John Simmons, Shaun Smith, 2009. Brands and Branding, London: Profile Books Ltd

Cummins, Julian. 1990. Promosi Penjualan. Terjemahan oleh Ir. Heryanto G. MBA. 1991. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Handoko. 2013. “Buku Ludruk Irama Budaya Surabaya Edisi Pertama”, (Online),

(http://ludrukiramabudaya.blogspot.com, diakses 24 Februari 20214)

Hurlock, B., Elizabeth. 1980. DEVELOPMENTAL PSYCOLOGY A Life-Span

Approac h, Fifth Edition. Terjemahan oleh Dra. Istiwidayanti dan Drs. Soedjarwo,

M.Sc. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ivvaty, Susi dan Frans Sartono. 2007. “Ketika Tobong Ditinggalkan Penonton”.

(18)

Kasemin, Kasiyanto. 1999. LUDRUK Sebagai Teater Sosial, Surabaya: Airlangga University Press

Kotler, Philip dan Gari Amstrong. 1995. “Dasar-Dasar Perusahaan”, (Online),

(http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-perilaku-konsumen-makalah.html, diakses 25 Februari 2014)

Kusrianto, Adi. 2004. Tipografi untuk Komputer Desain Grafis, Yogyakarta: Penerbit ANDI

Landa, Robin. 2006. Designing Brand Experience, United States of America: Thomson Delmar Learning

Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sulistiyawan, Wahyu. 2014. “Berharap Kehidupan di THR yang Mati”, 22 Januari,

(Online), (www.tribunnews.com diakses 24 Februari 2014)

Susanto, Eko Edy. 2012. “Ludruk Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Depan”. Radar

Mojokerto, 27 Mei

Sutrisno, Mudji dan Hendra Putranto. 2005. Teori-Teori Kebudayaan”, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Gambar

Gambar 1.1 Skema perancangan (Sumber: Dokumentasi)

Referensi

Dokumen terkait

11 Penelitian yang dilakukan oleh Pramono (2012) menunjukkan bahwa ada perubahan histopatologis hati tikus wistar berupa degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik,

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini kemungkinan besar

Pembinaan terhadap anak tinggal kelas juga dapat dilakukan dengan cara. memberikan

Selanjutnya dari hasil analisis, penulis akan berusaha untuk menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh dari bencana tsunami terhadap diplomasi, baik itu dalam

meningkatkan pertumbuhan dalam peme- liharaan juvenil kepiting ini, masih meng- gunakan ikan segar (runcah) yang keter- sediaanya tergantung pada musim. Upaya peningkatkan pertumbuhan

Bulan Mei 2014 kelompok komoditas yang memberikan andil inflasi dengan besaran andil masing-masing sebagai berikut: kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan bakar 0,02 persen;

Dari berbagai jenis kelas ekonomi, PT.KAI memberikan kualitas layanan terbaik sehingga pelanggan menjadi loyal, tarif sesuai pelayanan yang diberikan dan

Hasil temuan peneliti pada saat penelitian diantaranya : Pada Siklus I pelaksanaan tindakan siklus I ini, anak-anak sudah menunjukkan rasa ketertarikan pada