• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR REMAJA MEMILIH MENIKAH PADA USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR REMAJA MEMILIH MENIKAH PADA USIA DINI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Oleh :

Dachlan Thontowy

08810296

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Dachlan Thontowy

08810296

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

i

1. Judul Skripsi : Faktor-Faktor Remaja Memilih Menikah Pada Usia Dini. 2. Nama Peneliti : Dachlan Thontowy

3. NIM : 08810296 4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 4 – 30 September 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 19 Januari 2016 Dewan Penguji

Ketua Penguji : Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si. ( ) Anggota Penguji : 1. Siti Maimunah S.Psi, M.A, MM ( ) 2. Yudi Suharsono S.Psi, M.Si ( ) 3. Yuni Nurhamidah S.Psi, M.Si ( )

Pembimbing I

Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si.

Pembimbing II

Siti Maimunah S.Psi, M.A, MM

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dachlan Thontowy

NIM : 08810296

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul : Faktor-Faktor Remaja Memilih Menikah Pada Usia Dini

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 23 Desember 2015

Mengetahui

Ketua Program Studi

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

Yang menyatakan

Materai Rp.6000

(5)

iii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat Dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Remaja Memilih Menikah Pada Usia Dini”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si, dan Siti Maimunah S.Psi, M.A, MM selaku Pembimbng I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Zakarija Achmad, S.Psi, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi

pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Kepala KUA, beserta jajaran staff dan mudin kecamatan Tumpang – Kabupaten Malang yang telah memberikan ijin dan fasilitas bagi penulis untuk melakukan penelitian.

5. Warga-warga kecamatan Tumpang – Kabupaten Malang yang telah bersedia membantu dan menjadi subjek penelitian.

6. Almarhum kedua orangtua beserta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Erik, Agus, dan Anis yang telah membantu dalam pelaksanaan pengumpulan data.

8. Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Psikologi tanpa terkecuali, yang selalu memberikan semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna. Sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 23 Desember 2015 Penulis

(6)

iv

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

LANDASAN TEORI ... 4

Remaja ... 4

Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 5

Menikah ... 5

Pernikahan Usia Dini ... 5

Batasan Usia Pernikahan ... 6

Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Dini ... 6

Dampak Pernikahan Usia Dini ... 7

METODE PENELITIAN ... 7

Rancangan Penelitian ... 7

Subjek Penelitian ... 8

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 8

Prosedur dan Analisis Data Penelitian ... 9

HASIL PENELITIAN ... 10

Hasil Analisis Perbedaan Aspek Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 10

Hasil Analisis Perbedaan Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin... 10

Hasil Analisis Perbedaan Aspek Budaya Berdasarkan Jenis Kelamin ... 11

Hasil Analisis Perbedaan Aspek Pengetahun Berdasarkan Jenis Kelamin ... 11

DISKUSI ... 11

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 13

REFRENSI ... 14

(7)

v

TABEL 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 9

TABEL 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 9

TABEL 3. Umur menikah dan jenis kelamin subjek ... 10

TABEL 4.Hasil Analisis Perbedaan Aspek Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 10

TABEL 5. Hasil Analisis Perbedaan Aspek Sosial-Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin .. 10

TABEL 6.Hasil Analisis Perbedaan Aspek Budaya Berdasarkan Jenis Kelamin ... 11

(8)

vi

Hasil Uji Validitas Skala Budaya ... 18

Hasil Uji Validitas Skala Pengetahuan ... 18

Reliabilitas Skala Budaya ... 19

Reliabilitas Skala Pengetahuan ... 19

T-Test Aspek Pendidikan... 20

T-Test Aspek Sosial-Ekonomi ... 20

T-Test Aspek Budaya ... 21

T-Test Aspek Pengetahuan ... 21

Angket yang Disebarkan ... 22

Skala yang Disebarkan ... 24

Tabulasi Data Hasil Aspek Pendidikan ... 26

Tabulasi Data Hasil Aspek Sosial-Ekonomi ... 27

Tabulasi Data Hasil Aspek Budaya ... 29

Tabulasi Data Hasil Aspek Pengetahuan ... 30

Surat Ijin Penelitian Skripsi ke KUA ... 32

(9)

1

Dachlan Thontowy

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang dachlan_toni@yahoo.com

Banyak faktor yang menyebabkan pernikahan usia dini. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak jauh antara satu sama lain. Di Indonesia faktor-faktor-faktor-faktor yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini lebih sering dikarenakan oleh pendidikan, sosial-ekonomi, budaya, dan pengetahuan. Namun semua tetap tergantung latar belakang atau lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor remaja memilih menikah pada usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dengan 60 sampel pasangan remaja yang menikah pada usia dini dalam rentang usia 16 hingga 19 tahun. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan skala guttman, dan dianalisis menggunakan metode independent sample t test. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran faktor yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini memiliki perbedaan yaitu: (1) Pendidikan: t = 4,028 signifikan 0,001; (2) Sosial-ekonomi: t =2,938 signifikan 0,011; (3) Budaya:t = 5,583 signifikan 0,000; (4) Pengetahuan: t = 3,111 signifikan 0,010.

Kata kunci: Faktor, Remaja, Menikah, Usia dini.

Many factors lead to early marriage. But these factors are not far from each other. In Indonesia, the factors that affect adolescents choose to marry at an early age is more often caused by education, socio-economic, cultural, and knowledge. But all still depends on the background or the environment. This study aims to describe the factors adolescents choose to marry at an early age. This research is quantitative descriptive study, with 60 samples teenage couples who married at an early age in the age range 16 to 19 years. Techniques used in data collection is purposive sampling. Methods of data collection using questionnaires and Guttman scale, and were analyzed using independent sample t test. The results showed that the description of the factors that affect adolescents choose to marry at an early age have a difference, namely: (1) Education: t = 4.028 significant 0,001; (2) Socio-economic: t = 2.938 significant 0.011; (3) Culture: t = 5.583 significant 0.000; (4) Knowledge: t = 3,111 significant 0,010.

(10)

Dalam tinjauan bahasa, pernikahan diartikan sama dengan perkawinan menurut Purwadarminta (dalam Danik 2012). Namun, pada beberapa daerah seringkali dibedakan antara perkawinan dengan pernikahan. Perkawinan memiliki makna yang lebih sempit dan rendah secara moral, karena identik dengan relasi fisik semata. Secara umum, pernikahan merupakan bentuk komitmen tertinggi untuk melakukan relasi kerjasama abadi antara laki – laki dan perempuan, yang dilandasi atas dasar keikhlasan, kepasrahan atau kepercayaan, menerima dan memberi (take and give), serta kesatuan tujuan (Danik 2012).

Pernikahan yang sehat memenuhi kriteria umur calon pasangan suami istri adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat yaitu umur 20 – 35 tahun karena berkaitan dengan kesehatan reproduksi wanita. Secara biologis organ reproduksi lebih matang apabila terjadi proses reproduksi, secara psikososial kisaran umur tersebut wanita mempunyai kematangan mental yang cukup memadai, secara sosial demografi wanita telah menyelesaikan proses pendidikan. Perkawinan yang sehat memenuhi kaidah kesiapan pasangan suami istri dalam aspek biopsikososial ekonomi dan spiritual (Wahyuningsih dkk, 2009).

Indonesia masih masuk dalam kategori penduduk yang mempunyai umur nikah muda. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 rata-rata umur nikah bagi perempuan adalah umur 19,5 tahun dari rata-rata umur yang menikah. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia masih bermasalah dengan umur nikah muda. Hal ini terlepas dari faktor budaya dan tradisi beberapa daerah Indonesia yang masih menganggap bahwa anak perempuan harus segera dikawinkan setelah mengalami akhir baligh. Data sensus penduduk tahun 2001 menunjukkan bahwa peristiwa umur nikah muda masih banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur (BKKBN, 2010).

Sebanyak 34,5 Persen dari sekitar 120.000 pernikahan di Indonesia dilakukan oleh remaja usia dini. Mayoritas dari mereka berada dalam rentang usia 12-18 tahun (Rukmini, 2009). Sedangkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Sugiri (2012) menyatakan angka usia menikah pertama penduduk Indonesia yang berusia dibawah 20 tahun masih tinggi, yakni mencapai 20 persen. Kondisi ini menghambat pencapaian Program Keluarga Berencana (KB). Sebab usia menikah yang rendah berbanding terbalik dengan angka fertilisasi. Populasi penduduk usia remaja (16 – 24) mencapai 27 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau 64 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan sasaran potensial untuk mendorong kesuksesan program KB. Salah satu instrumen untuk mendorong generasi muda menunda usia pernikahan adalah pendidikan. Sebab semakin tinggi usia menikah, fertilisasinya akan turun.

(11)

Penelitian sebelumnya oleh Sarker &Mustafizur (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini dan konsepsi dini wanita adalah sosio-ekonomi dan kondisi demografi (pendidikan dan penghasilan).Berbagai pendekatan pendidikan juga sangat penting untuk permasalahan pernikahan. Salah satunya adalah pendidikan pra-nikah yang sangat dianjurkan sebagai cara potensi mencegah atau memediasi kecenderungan tekanan pernikahan dan penceraian (Jason & Wiliam, 2001).

Sedangkan Juspin dkk (2009) menambahkan penyebab pernikahan dini adalah : pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dukungan keluarga dan keadaan sosial budaya.

Adapun 9 kriteria kesiapan menikah pada remaja, yaitu: 1. Kesiapan usia; 2. Kesiapan fisik; 3. Kesiapan mental; 4. Kesiapan finansial; 5. Kesiapan moral; 6. Kesiapan emosional; 7. Kesiapan kontekstual-sosial; 8. Kesiapan antar personal; 9. Keterampilan kehidupan pernikahan (Zohreh, 2012).

Pernikahan dini yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana sistem reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat. Sejatinya, anak berusia di bawah umur belum bisa memahami mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang melatarbelakanginya melakukan itu. Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya (Sarwono, 2006).

Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat. Bahkan remaja akan merasa minder untuk bergaul dengan anak-anak seusianya mengingat statusnya sebagai istri. Hal ini biasa disebut neoritis depresi (depresi berat) akibat pernikahan dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi introvert (tertutup) dan ekstrovert (terbuka). Pada pribadi introvert akan membuat remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia (gangguan jiwa). Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert sejak kecil, remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya, seperti perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus pernikahan dini tersebut (Manuaba, 2008).

Disisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukanya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudahnya usia untuk menikah (Sarwono, 2006).

(12)

kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis (Afria 2012).Setidaknya pembekalan agama dalam arti luas termasuk etika dan moral yang telah diajarkan oleh lingkungan keluarga sudah bisa digunakan untuk sarana penanggulangan kenakalan remaja sejak dini. Sehingga perkembangan rasa keagamaan pada remaja bisa sejalan dengan perkembangan jasmani, intelektual, dan ruhaninya. Selain itu remaja juga dihadapkan pada keputusan dan membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual, dan kehamilan. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku –buku, atau teman sebaya. Sering kali informasi yang remaja dapatkan tidak diaplikasikan dalam gaya hidup karena remaja tidak merasa rentan dan kurangnya kewaspadaaan karena meyakini bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka (Potter & Perry, 2005).

Penelitian ini berpedoman pada penelitian-penelitian sebelumnya yang sudah banyak mengungkapakan faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini dari berbagai objek daerah tertentu. Berdasarkanpenelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013), di pemukiman Lhok Kaju, Kecamatan Indrajaya, Kabupaten Pidie, yaitu menggambarkan faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini (usia 12 -19 tahun) adalah; Pendidikan, Pengetahuan, Sosial Ekonomi, dan Budaya.

Penelitian ini menerapkan faktor-faktor remaja memilih menikah pada usia dini, yang sama hal nya dilakukan sebelumnya oleh Darnita (2013) tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah: pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi, dan budaya. Penelitian ini akan lebih memfokuskan untuk penelitianfaktor-faktor remaja memilih menikah pada usia dini di wilayah Kabupaten Malang, yang dilakukan pada rentang usia 16 -19 tahun.

Berdasarkan penjabaran tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini di Kabupaten Malang. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan urutan perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini di Malang.

Remaja

Remaja atau adolescence adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13 – 20 tahun. Menurut World Health Organization (WHO 2012) dan Pinem (2009) remaja adalah seseorang yang berusia 10 – 19 tahun. Sedangkan menurut Soetjingsih (2004) remaja berusia 11 – 20 tahun yang dibagi menjadi 3 tahap yaitu : remaja awal (11-13 tahun) ; remaja tengah (14-16 tahun) ; remaja akhir (17-20 tahun). Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi atau proses menjadi dewasa psikologis individu. Ketika puberitas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal puberitas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter & Perry, 2005).

(13)

World Bank adalah: (1) Melanjutkan sekolah (continue learning). (2) Mencari pekerjaan (start working). (3) Mulai kehidupan berkeluarga (form families). (4) Menjadi anggota masyarakat (exercise chizenship). (5) Memperhatikan hidup sehat (practice healthy life).

Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) erat hubungannya dengan bidang kehidupan yang kelima dari transisi kehidupan remaja. Empat bidang kehidupan yang lainnya yang akan dimasuki oleh remaja sangat ditentukan oleh berhasil atau tidaknya remaja mempraktekkan kehidupan yang sehat. Sehingga apabila remaja gagal berperilaku sehat maka kemungkinan besar remaja yang bersangkutan akan gagal pada empat bidang kehidupan yang lain (BKKBN, 2008)

Tugas Perkembangan Masa Remaja

Menurut Hurlock (1980) selama masa tumbuh kembang remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diketahuinya dan tugas pertama yang harus dikuasai selama perkembangan remaja yang berhubungan dengan seks adalah pembebtukan hubugan yang baik dengan lawan jenis, yang memberikan perbedaan dalam masa perkembangan ini adalah perkembangan sikap dan pola perilaku pada remaja.

Menikah

Menurut Undang - undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Republik Indonesia, 2004)

Pernikahan atau yang sering disebut perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesucian perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena menikah atau kawin adalah sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang.

Pernikahan adalah peristiwa ketika sepasang mempelai dipertemukan secara formal dihadapkan penghulu atau kepala agama tertentu, para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami-istri melalui upacara menurut Irianti (dalam Yanti 2012).

Pernikahan Usia Dini

Mulia Kusuma (1991), mengklasifikasikan usia perkawinan ke dalam 4 golongan yaitu sebagai berikut:

1. Umur rata – rata perkawinan <17 tahun disebut perkawinan anak-anak (chall marrigae). 2. Umur 18-19 tahun disebut perkawinan berusia muda (early marrigae).

(14)

Menurut UNIFPA (2006), pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh remaja 18 tahun yang secara fisik, fisiologi dan psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul tanggung jawab perkawinan.

Batasan Usia Pernikahan

Di dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1 yaitu: Batas pernikahan hanya diijinkan jika pihak laki-laki sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 yaitu: Apabila seorang calon sumi belum mencapai umur 19 tahun dan seorang calon isteri belum mencapai umur 16 tahun, harus mendapat dispensasi dari pengadilan. Pasal-pasal tersebut diatas sangat jelas sekali hampir tidak ada alternatif penafsiran, bahwa usia yang diperbolehkan menikah di Indonesia untuk laki-laki 19 tahun dan untuk wanita 16 tahun. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon pengantin, yakni jika calon suami dan calon istri belum genap berusia 21 tahun maka harus ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai dengan Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan nikah Bab IV pasal 7 yaitu: Apabila seorang calon mempelai belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapat ijin tertulis dari kedua orangtua. Ijin ini sifatnya wajib, karena usia itu dipandang masih memerlukan bimbingan dan pengawasan orang tua atau wali. Jadi tetap batasan usia pernikahan adalah, minimal usia 19 tahun untuk laki-laki, dan 16 tahun untuk perempuan. Apa bila usia belum mencapai persyaratan (usia 19 – 16 tahun), makaharus mendapat dispensasi dari pengadilan dan tetap didampingi oleh kedua orang tua (Alga 2012).

Faktor yang Memengaruhi Pernikahan Usia Dini

Faktor yang yang memengaruhi pernikahan usia dini yaitu faktor ekonomi keluarga, kehendak orang tua, kemauan anak, pendidikan, adat dan budaya (Maimun, 2007). Sedangkan menurut Hanggara (2010) faktor yang memengaruhi pernikahan usia dini adalah faktor sosial budaya, faktor pendidikan, dan faktor ekonomi. Sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Darnita di pemukiman Lhok Kaju, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie, tahun 2013. Menggambarkan bahwa faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini adalah faktor pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi dan budaya.

1. Pendidikan

Pendidikan turut menyebabkan sebagian masyarakat melakukan pernikahan dini, karena sebagian masyarakat yang berpendidikan dasar atau menengah lebih cenderung untuk dinikahkan oleh orang tuanya, di bandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi, dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang tidak produktif, salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan diluar nikah.

2. Pengetahuan

Remaja-remaja didesa tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, dan karena akibat dari pernikahan usia muda kepada remaja adalah sebagai salah satu upaya pencegahan perilaku pergaulan seks bebas.

3. Sosial Ekonomi

(15)

terjadinya pernikahan pada usia dini. Karena banyak orang tua yang beralasan menikahkan anaknya karena desakan ekonomi, kehidupan orang didesa sangat membutuhkan ekonomi keluarga, jika tidak mencukupi uang upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga terhambat.

4. Budaya

Penyebab dilakukan pernikahan terlalu dini adalah karena adanya pengaruh budaya yang berkembang di masyarakat bahwa anak perempuan itu harus segera dinikahkan agar tidak menjadi perawan tua. Dalam budaya setempat mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah itu akan memalukan keluarga, dengan tidak memandang usia atau status pernikahan kebanyakan orang tua menerima lamaran tersebut karena menganggap masa depan anak akan lebih baik dan keluarga diharapkan bisa mengurangi beban orang tua, orang tua didesa sering kita lihat menikahkan anaknya terlalu cepat dibandingkan anak remajanya berpacaran. Dalam masyarakat perdesaan kebiasaan terjadi pada keluarga yang merasa malu mempunyai anak gadis yang belum menikah diusia muda, gaya berfikir masyarakat perdesaan sangatlah sederhana, masyarakat perdesaan lebih suka melihat sesuatu dari bentuk lahirnya saja.

Dampak Pernikahan Usia Dini

Masaroh (2013) secara luas menjelaskan dampak dari pernikahan usia dini. Berikut penjelasannya:

1. Dampak Fisik atau Biologis

Secara biologis alat reproduksi remaja masih dalam proses menuju kematangan sehinggabelum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya, sampai membahayakan jiwa anak.

2. Dampak Psikologis

Secara psikis, remaja juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa remaja yang sulit disembuhkan. Remaja akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada pernikahan yang Ia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan pernikahan akan menghilangkan hak remaja untuk memperoleh pendidikan (wajib 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam usia remaja. 3. Dampak Sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran & norma apapun termasuk agama. Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

(16)

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 60 sampel pasangan yang menikah pada usia dini. Sampel tersebut terdiri dari 60 subjek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang menikah pada rentang usia 16 hingga 19 tahun. Data subjek yang dipilih yaitu pernikahan di usia dini yang terjadi pada tahun 2010 sampai 2014. Pengambilan subjek bertempat di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, dikarenakan Kecamatan Tumpang merupakan wilayah yang tercatat penduduknya banyak yang melakukan pernikahan di usia dini (Sit,. Aim. 2013).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiono 2011).

Variabel danInstrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada 1 variabel, yaitu; faktor-faktor yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini. Faktor-faktor tersebut adalah pendidikan, sosial-ekonomi, budaya, dan pengetahuan (Darnita 2013)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan 2 cara: 1) Menggunakan angket. 2) Menggunakan skala guttman yang bertujuan untuk menghasilkan jawaban yang tegas, dan hanya memiliki dua interval yaitu “ya” atau “tidak”(Sugiono 2011: 96).

Dalam penelitian ini penggunaan angket digunakan untuk 2 dari 4 kategori faktor yang akan diteliti yaitu, pendidikan dan sosial ekonomi. Peneliti menyiapkan instrumen dalam bentuk pertanyaan sebanyak 17 soal. 10 pertanyaan untuk kategori pendidikan, dan 7 pertanyaan untuk kategori sosial ekonomi.

Sedangkan metode yang kedua dalam penelitian ini dengan menggunakan skala guttman yang digunakan untuk mengukur 2 kategori faktor sisa lainnya (budaya dan pengetahuan), peneliti menyiapkan instrumen dalam bentuk soal dan pilihan jawaban sebanyak 15 item. 5 item untuk kategori budaya, dan 10 item untuk kategori pengteahuan. Setiap soal memiliki pilihan jawaban “ya” atau “tidak”. Setiap jawaban memiliki nilai, ya= 1 dan tidak=0.

Dari pengumpulan data angket yang menggunakan skala guttman kepada 60 responden, perhitungan sebanyak 15 butir soal dibagi menjadi ke dalam 2 kategori. Setiap kategori memiliki golongan nilai masing-masing yang nantinya akan menjadi penentu urutan faktor-faktor tersebut. Golongan nilai tersebut adalah “Positif” atau “Negatif”. Misal kategori faktor-faktor Pengetahuan, dengan 10 butir soal. Ada 45 dari 60 responden yang kesimpulan jawabannya “Negatif”. Maka bisa jadi faktor pengetahuan adalah penyebab utama terjadinya pernikahan usia dini. Tetapi juga tergantung bagaimana dengan hasil 3 kategori sisa lainnya.

(17)

Validitas item penelitian dilihat berdasarkan nilai korelasi skor item dengan skor total yang menunjukkan untuk skala budaya dan pengetahuan. Adapun detail nilai validitas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

No Faktor Pernikahan

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil dari 15 item skala budaya dan pengetahuan yang diujikan, maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan item penelitian adalah valid setelah diujikan melalui uji statistik menggunakan program komputer Statistical Program for Social Science(SPSS) versi 21.00. indeks validitas dari budaya dan pengetahuan berkisar antara 0,287-0,790.

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Alpha

Budaya Pengetahuan

0,690 0,648

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach alpha yaitu 0,60 atau 60% (Azwar, 2007). Hal ini membuktikan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang cukup memadai.

Prosedur dan Analisis Data Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu menyiapkan modul penelitian, menyerahkan pemohonan izin terhadap pihak terkait yaitu KUA kecamatan Tumpang sekaligus meminta informasi data yang relevan tentang pernikahan usia dini di kecamatan Tumpang, dan menyiapkan alat yang dibutuhkan. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan, peneliti membataskan waktu untuk turun lapangan selama 30 hari. Pada tahap pelaksanaan, pertama diawali dengan pembentukan rapport dengan subjek serta menjelaskan tujuan dari penelitian, dan pengenalan di lingkungan subjek. Setelah itu subjek di sajiakan wawancara seputar pertanyaan-pertanyaan tentang “faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini”, dan dilanjutkan dengan subjek diminta untuk mengisi angket, dan diakhiri peneliti dengan melakukan closing pertemuan.

(18)

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan kepada 60 pasangan remaja yang menikah pada usia dini di kecamatan Tumpang, kabupaten Malang. Berdasarkan usia menikah dan jenis kelamin secara detail dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Umur Menikah dan Jenis Kelamin Subjek

Usia Menikah Jenis Kelamin (6,67%), perempuan 19 subjek (31,67%), usia 18 tahun, laki-laki sebanyak 2 subjek (3,33%), perempuan 16 subjek (26,67%), dan usia 19 tahun, laki-laki sebanyak 2 subjek (3,33%), perempuan 4 subjek (6,67%).

Berdasarkan hasil analisis data aspek pendidikan dengan menggunakan metode independent sample t test maka dapat diketahui bahwa nilai t hitung diperoleh sebesar 4,028 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 atau < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aspek pendidikan responden berdasarkan jenis kelamin.Adapun deskripsi responden berdasarkan perbedaan aspek pendidikan secara lengkap dapat disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Perbedaan AspekPendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin

t hitung Sig. Keterangan Kesimpulan

4,028 0,001 Sig. <0,05 Signifikan

Berdasarkan hasil analisis data aspek sosial-ekonomi dengan menggunakan metode independent sample t test maka dapat diketahui bahwa nilai t hitung diperoleh sebesar 2,938 dengan nilai signifikansi sebesar 0,011 atau < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aspek sosial-ekonomi berdasarkan jenis kelamin. Adapun deskripsi responden berdasarkan aspek sosial-ekonomi secara lengkap dapat disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Perbedaan AspekSosial-Ekonomi Berdasarkan Jenis Kelamin

t hitung Sig. Keterangan Kesimpulan

2,938 0,011 Sig. <0,05 Signifikan

(19)

Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan AspekBudayaBerdasarkan Jenis Kelamin

t hitung Sig. Keterangan Kesimpulan

5,583 0,000 Sig. <0,05 Signifikan

Berdasarkan hasil analisis data aspek pengetahuan dengan menggunakan metode independent sample t test maka dapat diketahui bahwa nilai t hitung diperoleh sebesar 3,111 dengan nilai signifikansi sebesar 0,010 atau < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan aspek pengetahuan berdasarkan jenis kelamin.Adapun deskripsi responden berdasarkan aspekpengetahuan secara lengkap dapat disajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Perbedaan AspekPengetahun Berdasarkan Jenis Kelamin

t hitung Sig. Keterangan Kesimpulan

3,111 0,010 Sig. <0,05 Signifikan

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok subjek yang paling banyak memilih pernikahan usia dini yaitu pada usia 17 tahun dengan jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 23 responden atau 38,33% memilih menikah di usia muda. Hal ini sama dengan penggolongan usia pernikahan sebagaimana Mulia Kusuma (1991) menyatakan pernikahan pada usia 17 tahun adalah chall marrigae atau pernikahan anak-anak, yang secara fisik, fisiologi dan psikologis belum memiliki kesiapan untuk memikul tanggung jawab pernikahan (UNIFPA, 2006).

Hasil analisis dengan menggunakan metode independent sample t test maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yaitu: pendidikan (t=4,028) dengan nilai signifikan sebesar 0,001; sosial-ekonomi (t=2,938)dengan nilai signifikan sebesar 0,011; budaya (t=5,583)dengan nilai signifikan sebesar 0,000; dan pengetahuan (t=3,111)dengan nilai signifikan sebesar 0,010. Dan keempat faktor tersebut ditinjau dari jenis kelamin responden yang melakukan pernikahan usia dini. Dari hasil analisa dapat memberikan gambaran mengenai sejauh mana tingkat pendidikan, sosial ekonomi, budaya dan pengetahuan yang dapat memberikan dukungan untuk melakukan pernikahan pada usia dini.

(20)

Hal ini sama dengan pendapat yang dikemukakan Alfiyah (dalam Darnita 2013) yang menyatakan bahwa pernikahan usia dini terjadi karena keadaan keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan, untuk meringankanbeban orang tuanya maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang-orang yang dianggapmampu. Orang tua yang beralasan menikahkan anaknya karena desakan ekonomi,kehidupan orang didesa sangat membutuhkan ekonomi keluarga, jika tidak mencukupi uang upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga terhambat.

Penyebab dilakukan pernikahan terlalu dini adalah karena ada pengaruh budaya yang berkembang di masyarakat bahwa anak perempuan itu harus segera dinikahkan agar tidak menjadi perawan tua. Dalam budaya setempat mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah itu akan memalukan keluarga, dengan tidak memandang usia atau status pernikahan kebanyakan orang tua menerima lamaran tersebut karena menganggap masa depan anak akan lebih baik dan keluarga diharapkan bisa mengurangi beban orang tua, orang tua di desa sering kita lihat menikahkan anaknya terlalu cepat dibandingkan anak remajanya berpacaran. Dalam masyarakat perdesaan kebiasaan terjadi pada keluarga yang merasa malu mempunyai anak gadis yang belum menikah di usia muda, gaya berfikir masyarakat perdesaan sangatlah sederhana, masyarakat perdesaan lebih suka melihat sesuatu dari bentuk lahirnya saja (Darnita 2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Darnita (2013), yang menyatakan bahwa pengetahuan (tentang pernikahan) bukan merupakan penyebab dari terjadinya pernikahan di usia dini. Namun pengetahuan dan pemahaman remaja di desa sebenarnya tidak terlalu berpengaruh dalam sebuah pernikahan, yang mengakibatkan ketidak bahagiaan dalam pernikahan. Karena sebagian besar pasangan yang memasuki jenjang pernikahan tidak mempunyai persiapan jiwa dalam arti yang sesungguhnya.

Survei Demografi dan Kesehatan United Nations Children’s Fund (UNICEF 2005), menyatakan bahwa “pernikahan usia dini menggambarkan seorang anak sebagai orang tua”. Perempuan menikah sebelum usia beranjak 18 tahun, mengartikan bahwa kurangnya pendidikan dan hanya lebih memilih untuk menikah pada usia muda dengan laki-laki yang usianya lebih tua. Kemungkinan besar mereka datang dari keluarga yang tidak mampu dan dari daerah pedesaan. Jika semakin tinggi pendidikan seorang perempuan, maka semakin kecil kemungkinan menikah di usia dini. Oleh karena itu, dengan meningkatkan akses pendidikan untuk remaja perempuan dan laki-laki adalah sebuah strategi yang penting dalam mengakhiri praktik pernikahan usia dini

(21)

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari gambaran 4 faktor (pendidikan, sosial-ekonomi, budaya, dan pengetahuan) yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini, memiliki urutan perbandingan yaitu sebagai berikut: (1) Faktor budaya (2) Faktor pendidikan (3) Faktor pengetahuan (4) faktor sosial-ekonomi. Keempat faktor tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi remaja memilih menikah pada usia dini. Dari hasil uji independent sample t test dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pendidikan, sosial ekonomi, budaya dan pengetahuan apabila ditinjau dari jenis kelamin responden.

(22)

REFRENSI

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2008. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.

_______________________. 2011. Survei Indikator Kinerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Program Kependudukan dan KB Nasional Tahun 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga Berencana. Jakarta.

Danik, E.R. (2012, November 16). Pernikahan, Keluarga dan Cinta.Messege were rely on http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/11/14/pernikahan-keluarga-dan-cinta-508095.html

Darnita. 2013. Gambaran Faktor-faktor Penyebab Pernikahan Usia Dini di Kemukiman Lhok Kaju Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie (Studi Lapangan di Pedesaan Kabupaten Pidie dengan Analisis Model Persamaan Struktural). Disertasi Kebidanan. Program Diploma Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah. Banda Aceh. Accessed on May 5, 2014 from https://www.scribd.com/doc/220674215/DARNITA-darnita-jurnal

Eddy, F., & Shinta, L. (2009). Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran: RS Dr Hasan Sadikin Bandung. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, 136-140

Hanggara,A. Mu’minin,A.A, Darmawan,H,& Rosikh,S. 2010. Studi Kasus Pengaruh Budaya Terhadap Maraknya Pernikahan Dini Di Desa Gejugjati Pasuruan. Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang. Accessed on March 7, 2015 fromhttp://kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/04/PKM-AI-10-UM-Aditya-Studi-Kasus-Pengaruh-1.doc.

Hurlock, B., Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta.

(23)

Johansson, N. 2015. Child Marriage :The underlying reasons and possible solutions (Peace and Development work). Independent thesis Basic level degree of Bachelor, Faculty of Social Sciences Linnaeus University, Kalmar Vaxjo.

Juspin, L., Ridwan, T., & Zulkifli, A.A. 2009. Studi Kasus Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja : Akper Toraja Rantepao Kab. Toraja Utara. Jurnal MKMI, 5, 89-94.

Manuaba, I.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.

Masaroh, P. (2013, Januari 4).Pernikahan Dini Antara Cerita dan Realita : Suplemen Edisi

40 - Dampak Pernikahan Dini. Messege were rely

onhttp://www.rahima.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1014%3

Apernikahan-dini-antara-cerita-dan-realita-suplemen-edisi-40&catid=49%3Asuplemen&Itemid=319&limitstart=3

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. TIM. Jakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. EGC. Jakarta.

Rukmini. (2009, Juni 25). Wah Banyak Remaja Menikah di Usia Dini. Messege were rely on http://nasional.kompas.com/read/2009/06/25/18484377/Wah.Banyak.Remaja

.Menikah.di.Usia.Dini

Sarker, O.N., & K.M. Mustafizur, R. 2012. Factors Affecting Early Marriage and Early Conception of Women: A Case of Slum areas in Rajshahi City, Bangladesh. International Journal of Sociology and Anthropoligy, 4 (2), 54 – 62.

Sarwono, S.W. 2006. Psikologi Remaja.PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sit,. Aim. (2013, September 21). Pernikahan Dini di Kabupaten Masih Tinggi. Messege were rely on http://www.malang-post.com/metro-raya/73723-pernikahan-dini-di-kabupaten-masih-tinggi

Sugiri, S. (2012, April 05). BKKBN Bidik Generasi Muda. Messege were rely on http://lifestyle.okezone.com/read/2012/04/05/482/606178/bkkbn-bidik-generasi-muda Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. CV.

Eka Jaya. Jakarta

UNICEF. 2005. Early Marriage : A Harmful Traditional Practice. A Statistical Exploration 2005. UNICEF, New York

UNIFPA. (2006).Essential MedicinesforReproductive Health : Guiding Principles for Their

Inclusion on National Medicines Lists. USA. PATH. From

(24)

Wahyuningsih, Puji., Heni,. dkk. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Fitramaya. Jogjakarta.

World Healt Organization. (2012). Adolescent health [Health topics]. Message were rely on http://www.who.int/topics/adolescent_health/en/

Yanti, E. 2012. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Risiko Perkawinan Dini dalam Kehamilan di Kelurahan Tanjung Gusta Lingkungan II Kecamatan Medan. Laporan Karya Tulis ilmiah, Universitas Prima Indonesia. Medan Accessed on March

7, 2015

fromhttp://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Erma%20Yanthi.pdf. Zohreh, G., Ozra, E., Ahmad, A., Maryam, F., & Abedi, M.R. 2012. Marriage Readiness

(25)
(26)

Hasil Uji Validitas SkalaBudaya

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

1

(27)

X2.4

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Reliabilitas Skala Budaya Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,690 6

Reliabilitas Skala Pengetahuan Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items

,648 11

1

(28)

T-Test Aspek Pendidikan

T-Test Aspek Sosial-Ekonomi

1

(29)

T-Test Aspek Budaya

T-Test Aspek Pengetahuan

2

(30)

ANGKET

PEDOMAN WAWANCARA

Daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden

1. Apa pendidikan terakhir anda? a. Tamat SD

b. Tamat SMP

c. Tamat SMA d. ... 2. Bagaimana gambaran prestasi sekolah anda?

a. Dibawah peringkat 10 b. Masuk peringkat 10 besar

c. Masuk perigkat 3 besar d. ...

3. Bagaimana perasaan anda ketika dulu belajar di sekolah? a. Senang

b. Nyaman

c. Kurang nyaman d. ...

4. Mata pelajaran apa yang paling anda sukai ketika dulu menempuh pendidikan? a. Menggambar

b. Agama

c. Ilmu Pengetahuan d. ... 5. Apa yang anda lakukan ketika dulu guru sedang menerangkan?

a. Menyimak

b. Berdiskusi dengan teman

c. Membaca buku lain d. ... 6. Apakah penjelasan guru dalam mengajar mudah dipahami?

a. Mudah

b. Kadang-kadang

c. Sulit d. ... 7. Apakah anda aktif dalam kegiatan sekolah?

a. Aktif

b. Kadang-kadang

c. Tidak d. ... 8. Bagaimana cara anda mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru?

a. Mengerjakan sendiri b. Minta diajarkan teman

c. Tidak mengerjakan d. ... 9. Apakah anda merasa puas dengan ilmu anda dapat dari sekolah?

a. Sangat puas b. Cukup puas

c. Kurang puas d. ...

10.Apakah anda merasakan manfaat dari ilmu yang di dapat ketika dulu sekolah? a. Sangat bermanfaat

b. Cukup bermanfaat

(31)

I. SOSIAL EKONOMI

1. Apakah menurut anda pengaruh orang yang menikah pada usia dini terhadap keadaan ekonomi adalah mendapat penghasilan yang besar?

a. Ya b. Tidak

Mengapa ...

2. Apakah sebelum anda menikah, anda pernah jatuh cinta/berpacaran?

a. Ya b. Tidak

Mengapa ...

3. Apakah anda menikah, dikarenakan teman-teman anda sudah banyak yang menikah terlebih dahulu?

a. Ya b. Tidak

Mengapa ...

4. Jika di lingkungan anda dulu banyak teman-teman yang belum menikah. Apakah anda tetap ingin untuk meikah?

a. Iya b. Tidak

Mengapa ...

5. Anda lebih memilih untuk menikah atau membangun rumah tangga sendiri, apakah dikarenakan untuk mengurangi beban orang tua?

a. Iya b. Tidak

Mengapa ...

6. Apakah anda lebih memilih untuk menikah pada usia dini terlebih dahulu, dikarenakan takut dikucilkan teman-teman/lingkungan?

a. Iya b. Tidak

Mengapa ...

7. “Karena menikah dini adalah cara untuk mempertahankan hidup.” Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?

a. Iya b. Tidak

(32)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REMAJA MEMILIH MENIKAH PADA USIA DINI

PENGANTAR

Berikut ini adalah pernyataan yang berkaitan dengan pernikahan “usia dini”. BACALAH PERNYATAAN DENGAN CERMAT SEBELUM MENJAWAB, kemudian pilihlah jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada lembar jawaban yang tersedia. Kami sangat menghargai kejujuran dan keterbukaan anda. TERIMAKASIH

No kuesioner (diisi oleh peneliti) : Kode responden (diisi oleh peneliti) : Tanggal (diisi oleh peneliti) :

PETUNJUK

Silakan anda jawab pertanyaan dengan jujur, dengan memberi tanda ( ) pada pilihan jawaban

•Jawaban tidak dipengaruhi profesi anda

•Jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk penelitian

C. IDENTITAS

1 Menikah lebih cepat adalah harapan orangtua

2 Kalau menikah diatas usia 20 tahun dianggap perawan tua

3 Menikah lebih cepat merupakan salah satu cara untuk mencegah pergaulan bebas

4 Menurut adat istiadat yang berlaku di wilayah setempat menikahkan anaknya sesudah tamat sekolah merupakan suatu kebiasaan

5 Dalam budaya anak perempuan tidak diperbolehkan meneruskan pendidikan yang lebih tinggi karena bisa mengakibatkan perawan tua

II. Pengetahuan

No ADAT YA TIDAK

1 Meniakah adalah suatu hubungan yang sakral antara laki-laki dan perempuan yang sah menurut agama dan memiliki umur yang cukup dewasa.

2 Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti sebuah perkawinan merupakan faktor

(33)

3 Tingginya anka kematian ibu dan bayi merupakan dampak kehamilan diusia muda

4 Wanita yang menikah di usia muda cenderung mengalami perdarahan akibat belum matangnya kesehatan reproduksi

5 Salah satu tujuan dari pernikahan adalah mendapatkan keturunan

6 Usia 21-30 tahun merupakan usia yang baik/ideal untuk menikah

7 Pernikahan tergantung pada situasi kondisi dan kehidupan sosial seseorang

8 Usia yang banyak mengalami komplikasi kehamilan pada usia <20 tahun dan >35 tahun

9 Kematian ibu, kematian bayi dan hambatan terhadap kehamilan dan persalinan terjadi akibat usia menikah <20 tahun

(34)

Tabulasi Data Hasil Aspek Pendidikan

No Subjek Item Pertanyaan Total

(35)

42 Subjek 42 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 20

No Subjek Item Pertanyaan Total

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)

3

(42)

3

(43)

3

(44)

3

(45)

3

(46)

3

(47)

3

(48)

4

(49)

4

(50)

4

(51)
(52)

Gambar

TABEL 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ..............................................................
Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 3. Umur Menikah dan Jenis Kelamin Subjek
Tabel 6. Hasil Analisis Perbedaan AspekBudayaBerdasarkan Jenis Kelamin

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf

Kebijakan pemerintah mengadakan ujian kompetensi guru (UKG) mulai pada tahun 2012 merupakan suatu kemajuan bagi usaha peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana yang dinyatalan dalam

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Studi literatur merupakan prosedur untuk mendapatkan literatur / artikel tentang filtering firewall dengan IP Table, kemudian Mempelajari Sistem jaringan yang

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh