• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kodisi Cervical Syndrome Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kodisi Cervical Syndrome Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL

SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA

Disusun oleh: DEWI FITRIANI

J 100 090 060

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYDROME DI

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Dipertahankan di depan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

Progam Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan

untuk menyelesaikan progam pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Hari : Sabtu

(3)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA

(Dewi Fitriani,2012,83 halaman)

ABSTRAK

Cervical syndrome adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh adanya rasa nyeri pada sepanjang ruas-ruas tulang belakang pada leher (tengkuk) yang disebabkan oleh berbagai gangguan maupun trauma sehingga menyebabkan rasa sakit dan dapat membatasi pergerakan pada leher karena adanya spasme (ketegangan) otot sekitar leher. Gejala tersebut berupa nyeri, terjadi spasme pada otot,gangguan sensibilitas pada segmen dermatom, gangguan postural yang terrjadi akibat menghindari posisi yang nyeri dan pada kondisi kronis timbul

kontraktur otot pada regio cervical.Untuk mengetahui seberapa besar

permasalahan yang timbul perlu dilakukan pemeriksaan misalnya untuk nyeri

dengan VAS, penurunan lingkup gerak sendi dengan goneometer. Dalam

mengatasi permasalahan tersebut modalitas terapi latihan dapat diperoleh adanya penurunan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan fungsional.

Penelitian karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan pelaksanaan terapi sebanyak enam kali. Adapun hasil setelah dilaksanakan terapi selama enam kali adalah sebagai berikut : nyeri dengan VAS : nyeri gerak Tl=80 latihan pada Cervical Syndrome yaitu bahwa gangguan aktivitas fungsional dapat di tangani. Saran pada kasus ini sebaiknya pengobatan untuk memperoleh hasil yang sempurna, fisioterapi hendaknya dapat membina kerjasama yang baik dengan pasien dan pihak medis serta perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui modalitas apa yang paling berpengaruh diantara modalitas yang telah diterapkan tersebut dibawah pada kondisi Cervical Syndrome.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok

individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan

kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu

atau kelompok tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau

kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses

pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit.

Gerak dan fungsi yang sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat

(Hargiani, 2001).

Cervical syndrome merupakan penyakit yang sering terjadi di

masyarakat setelah nyeri pinggang sehingga dalam penanganannya

dibutuhkan kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan agar dapat

menegakkan diagnosis yang tepat. Penegakan diagnosis yang tepat akan

mendukung dalam pemberian pengobatan. Oleh karena itu, dalam menangani

kasus cervical syndrome perlu kerjasama antar tenaga kesehatan seperti

dokter, radiologi, fisioterapi, dan orthotik-prostetik.

Problematik dari cervical syndrone adanya spasme, nyeri tekan dan

nyeri gerak, dan juga adanya keterbatasan lingkup gerak sendi. Sehingga

dapat mengalami hambatan atau gangguan dalam melakukan aktivitas duduk

(5)

untuk bersosialisasi di lingkungannya. Jadi modalitas yang bisa digunakan

untuk permasalahan diatas diantaranya adalah IR, Tens, dan Terapi latihan.

Melihat dari permasalahan di atas, maka peranan fisioterapi adalah

heating (SWD, MWD, IR), electrical stimulation (TENS, arus interferensi),

ultrasound, massage, parafin, dan terapi latihan. Pemberian Short Wave

Diathermy (SWD) ditujukan untuk mengurangi spasme otot pada daerah

leher dan sekitar pundak, sedangkan pemberian Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation (TENS) dimaksudkan untuk mengurangi nyeri yang timbul

di area leher. Pemberian terapi latihan ditujukan untuk meningkatkan lingkup

gerak sendi leher sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas

sehari-hari tanpa adanya hambatan maupun kesulitan. Sehubungan dengan

adanya keinginan penulis untuk memahami peranan fisioterapi pada kasus

cervical syndrome dalam mengurangi nyeri, mengurangi spasme, dan

meningkatkan lingkup gerak sendi leher, maka penulis memilih judul karya

tulis ilmiah: “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pasien Cervical Syndrome Di

RSUP. Dr. Sardjito-Yogyakarta”.

B. Tujuan

1.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya manfaat TENS, SWD dan Terapi Latihan

dalam mengurangi nyeri akibat Cervical Syndrome.

b. Untuk mengetahui adanya manfaat Terapi Latihan dalam

meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) leher akibat Cervical

(6)

c. Untuk mengetahui adanya manfaat SWD dan Terapi Latihan dalam

mengurangi spasme otot leher akibat Cervical Syndrome.

d. Untuk mengetahui adanya manfaat TENS, SWD dan Terapi Latihan

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Cervical syndrome adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh adanya

rasa nyeri pada sepanjang ruas-ruas tulang belakang pada leher (tengkuk) yang

disebabkan oleh berbagai gangguan maupun trauma sehingga menyebabkan rasa

sakit dan dapat membatasi pergerakan pada leher karena adanya spasme

(ketegangan) otot sekitar leher (Turana, 2005)..

2. Etiologi

Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor penyebab suatu

penyakit atau asal mula penyakit (Dorland, 2002). Nyeri pada leher dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor musculoskeletal, faktor

nervorum, faktor vascularisasi, dan faktor pada persendiannya (Hudaya, 2009).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada kasus cervical syndrome

meliputi:

a. Adanya nyeri pada daerah leher yang bersifat terus-menerus. Nyeri

tersebut berupa nyeri tekan pada otot-otot sekitar leher, scapula, dan

pundak seperti m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m.

extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m.

(8)

flexi, ekstensi, rotasi kanan, rotasi kiri, lateral flexi kanan, dan lateral flexi

kiri baik gerak pasif maupun aktif.

b. Adanya spasme otot-otot leher, scapula, dan pundak pada m.

sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. extensor leher, m. upper

trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor.

c. Adanya keterbatasan gerak pada leher yang meliputi gerak flexi, ekstensi,

rotasi kanan, rotasi kiri, lateral flexi kanan, dan lateral flexi kiri baik gerak

aktif maupun pasif.

d. Gangguan postural sebagai gerakan kompensasi untuk menghindari rasa

nyeri, misalnya bahu menjadi asimetris atau tidak tegak.

B. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Modalitas fisioterapi yang digunakan pada kasus cervical syndrome adalah

Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

(TENS), dan terapi latihan.

1. Short Wave Diathermy

a. Definisi

Suatu alat terapi yang menggunakan energi gelombang

elektromagnetik yang dihasilkan arus bolak balik (Alternating Current)

dengan frekuensi tinggi yaitu 27,12 MHz dan panjang gelombang 11

meter. Di dalam tubuh, medan elektromagnetik ini akan menimbulkan

panas pada jaringan yang akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah

(9)

2. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

a. Definisi

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk

merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dalam hubungannya

dengan modulasi nyeri (Johnson, 2002 dikutip oleh Parjoto, 2006).

3. Hold Relax

Hold relax (HR) merupakan merupakan teknik dari Proprioceptive

Neuromuscular Facilitation (PNF) yang menggunakan kontraksi isometrik

secara optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek diikuti

dengan rileksasi otot tersebut sampai terjadi penambahan LGS dan

penurunan nyeri.

Di dalam prosedur pelaksanaaan HR, pasien melakukan “end-range

isometric contraction” dari otot yang mengalami spasme sebelum

dilakukan penguluran (lengthening) secara pasif. Pada teknik ini, setelah

terjadi prestretch pada otot yang mengalami spasme, maka otot tersebut

akan mengalami relaksasi sebagai hasil dari terjadinya autogenic inhibition

dan oleh karena itu maka akan lebih mudah dilakukan penguluran. Tendon

golgi akan menghibisi ketegangan otot sehingga akan memudahkan

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Sesuai dengan tindakan terapi yang dilakukan kepada pasien Ny. Y usia

47 tahun dengan diagnosa cervical syndrome di RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta yang mulai mendapatkan penanganan fisioterapi selama enam

kali terapi, mulai tanggal 03-20 Januari 2012, Setelah dilakukan

penetalaksanaan fisioterapi pada pasien ini ternyata didapatkan hasil yang

cukup baik dibandingkan dengan saat sebelum dilakukan tindakan

fisioterapi.Hasil tersebut disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

1. Hasil evaluasi derajad nyeri.

No. Nyeri Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Nyeri diam 5 5 5 5 5 4

2. Nyeri tekan 6 6 6 5 5 5

3. Nyeri gerak 8 8 7 7 7 7

2. Hasil evaluasi LGS pasif.

(11)

3. Hasil evaluasi LGS aktif.

4. Hasil evaluasi spasme otot.

No

usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome adalah adanya nyeri, adanya

keterbatasan gerak leher, dan adanya spasme otot-otot area leher. Spasme otot

(12)

m. extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m.

rhomboideus minor sedangkan nyeri gerak leher pada gerakan flexi, ekstensi,

rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif, aktif maupun gerak aktif

melawan tahanan serta terjadi sehingga terjadi keterbatasan lingkup gerak

sendi leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik

gerak pasif maupun aktif. Melihat dari permasalahan yang ada, maka peranan

fisioterapi adalah mengatasi permasalahan tersebut di atas. Terapi dilakukan

(13)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pemberian tindakan terapi dengan menggunakan SWD, TENS, dan terapi

latihan terhadap Ny. Y usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome selama

enam kali yatu pada tanggal 3-20 januari 2012 menunjukkan hasil bahwa

1. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan

terhadap penurunan nyeri pada kondisi cervical syndrome.

2. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap

peningkatan LGS pada kondisi cervical syndrome.

3. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD dan terapi latihan terhadap

penurunan spasme pada kondisi cervical syndrome.

4. Adanya manfaat penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan terhadap

peningkatan aktivitas fungsional pada kondisi cervical syndrome

B.Saran

1. Kepada pasien

Pasien diharapkan mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi

untuk melakukan terapi sehingga tindakan terapi dapat dilakukan secara rutin

dan teratur. Selain itu, pasien juga diminta untuk melakukan latihan-latihan

yang sudah diajarkan oleh terapi pada pagi dan sore hari berupa: latihan

(14)

kontraksi isometrik otot lateral flexor leher, dan kontraksi isometrik otot

rotator leher.

2. Kepada fisioterapis

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, dalam memberikan pelayanan

fisioterapi harus yang professional dimana harus melakukan pemeriksaan

secara lengkap dan sistematis agar diagnosis fisoterapi dapat ditegakkan

sehingga dalam tindakan terapi dapat diberikan secara tepat. Fisioterapi juga

dapat menggunakan berbagai modalitas fisioterapi yang ada sesuai dengan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Autogenic Inhibition. Diakses pada tanggal 4 Juli 2010 dari

http://www.answers.com/topic/autogenic-inhibition.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus kedokteran Dorland, Ed.29. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Dutton, Mark. 2004. Orthopaedic Examination, Evaluation, and Intervention. The Mc. Grow-Hill Companies: USA

Hertling, Darlene dan Randolph M. Kessler. 2006. Managements of Common Musculoskeletal Disorders: Physical Therapy Principles and Methods, 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins: USA.

Hudaya, Prasetya. 2009. Patofisiologi Nyeri Leher. Disampaikan dalam seminar

Nasional Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri Leher dan Bahu.

Munir, Rijal. 2009. Perbandingan Hold Relax dengan Strain Counter Strain (SCS) Terhadap Penambahan Range Of Motion (ROM) dan Penurunan Nyeri Pada Gangguan Fungsi Cervikal. Diakses pada tanggal 15 Juni 2010 dari http://fisiocentre.com.

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi

Indonesia: Semarang.

Suharto. 2001. Penatalaksanaan Terapi Latihan Metode Mc. Kenzie pada Nyeri

Tengkuk.

Widiastuti, M. I. 2005.Aspek Anatomi Terapan pada Pemahaman

Neuromuskuloskeletal Kepala dan Leher sebagai Landasan Penanganan

Nyeri Kepala Tegang Primer. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 dari

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berjudul “pelatihan keroncong pada remaja usia 12 -20 tahun di Batavia Sunda Kelapa Marina. Batavia Sunda Kelapa Marina merupakan sebuah perusahaan yang

Kram adib raia.. Diki Nanang

Based on Felder's description (Felder and Silverman, 1988), students preferences in the learning process include styles that student prefers to process

bahan-bahan yang digunakan adalah pasir klaten, batu pecah Boyolali, semen merk Gresik, air di ambil dari Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil

Dengan kerendahan hati saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga tersusun skripsi dengan judul “Efek

Analisis lain yang dilakukan adalah analisis hubungan antara sampel yang bersumber protein dari isolat protein kedelai atau yang difortifikasi dengan sumber protein hewani dan sampel

tahuan dan teknik dan dengan demikian memberi sumba- ngan agar tertjapainja pengerti an jang lebih mendalam antara rakjat kedua negara, demi kepentingan

Ketidakkonsistenan hasil penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian ulang oleh Restuningdiah dan Indriantoro (2000) yang hasilnya mengindikasikan bahwa partisipasi