• Tidak ada hasil yang ditemukan

“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan kemajuan ilmu tehnologi beserta kecanggihan-kecangihan

mesin buatan manusia. Manusia kini berpacu dengan keadaaan realita yang

memang mengharuskan untuk selalu dapat mereka lewati. Kondisi itu

menyebabkan adanya perubahan- perubahan, dimana meletakkan sisi humanitas

dan ilmu yang bebas nilai bertarung sesuai kondisi yang ada, hingga

menyebabkan manusia dapat memilih sisi efektif dan efisien dari penggunaan

ilmu tersebut. Begitupun dengan ilmu yang sudah dikenal lebih dulu, juga

terkadang menjadi pijakan terentu, yang memang tidak dapat diganti begitu saja,

sehingga meski dalam masa perkembangan saat ini, mereka tetap melihat

relevansi dan kebenaran dari ilmu terdahulu itu.

Keadaan yang sesuai dengan keberlangsungan manusia memang menjadi

salah satu kajian atas ilmu. Sudah dari dulu, bahwasanya keadaan manusia akan

selalu berpindah ke masa yang selalu ingin memperoleh kebaikan1. Bahkan dalam aliran filsafat terdahulu yang diajarkan Aristoteles, Socrates, Plato, Descartes.

Semua menerangkan bahwa tentang spirit awal dari sisi humanitas, yang disitu

terdapat kekayaan dalam diri setiap individu untuk bisa memperbaiki

1

Menurut Franssisco Fukuyama, dalam bukunya “The Great of Description”, dia mengulas

(2)

2

kehidupannya. Semua perbaikan yang selalu dibarengi oleh kemajuan ilmu yang

dipelajari manusia, membuat manusia menjadi sosok individu yang dapat menilai

kebaikan dari segala hal yang bisa menguntungkan bagi dirinya ataupun

kelompoknya (masyarakat).

Tenaga murni pada manusia memang terdapat pada sisi kekuatan jiwa

(rasio atau akal , feel perasaan/hati) dan raga dalam bentuk jasad atau tubuh.

Bahkan menurut Plato2 yang membedakan dunia manusia, yaitu “dunia jasmani”

(di mana kita hidup) dan “dunia ide” (dimana merupakan dasar dari dunia kita),

yang memang di dalam dunia jasmani kita menjalankan pengenalan indrawi,

sedangkan pengenalan rasionalitas diarahkan ke ide-ide. Jadi, dengan memadukan

kedua element penting itulah, maka akan menjadikan kesempurnaan individu atas

suatu pilihan tindakan yang akan dilakukan.

Secara pasti menurut Kant3 bahwasanya perilaku keseharian individu atau

kelompok sangat tergantung pada “Daya Imajinasi” dimana adalah faktor yang

mengkaitkan intuisi indrawi dengan pengkategorian pada akal budi. Dari itulah,

juga termasuk dalam meletakkan pemikiran untuk melakukan inisiatif atas

pemilihan pada suatu pekerjaan (berkaitanprofesi) serta efektifitas dari pola kerja

mereka, yang asal mula dulunya dimulai dari sisi tradisi manual (dikerjakan

dengan tenaga manusia), hingga kini sampai pada model tradisi kerja yang lebih

modern, yaitu memakai alat bantu kerja (memakai mesin agar lebih praktis).

Kesemuanya itu mempunyai satu alasan, yaitu untuk meringankan bobot

pekerjaan dari manusia itu sendiri. Situasi tersebutlah yang menjadikan manusia

2Bertens, K, “FenomenologiEksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006, hal 17 3Ibid

(3)

3

kemudian harus memilih tindakan sesuai dengan kemampuan dan keadaanya

aslinya, yang memang disesuaikan dengan waktu serta kondisi yang sedang

dialaminya.

Suatu realitas sendiri menekankan pada metode yang langsung di pilih

oleh setiap individu, sesuai dengan ilmu dan pengalaman yang dilewati. Sudut

pandang menekankan pada arti penting sebuah perjalanan individu maupun

kelompok, yang berjalan dengan komposisi step by step hingga berujung pada

tindakan nyata atau riil.

Kenyataan itu pula yang menjadikan masyarakat yang berada di Wonosari,

Lawang, Malang. banyak memilih untuk menjadi petani teh. Wonosari adalah

kebun teh yang berada di bawah pengelolaan dan pengawasan BUMN lebih

tepatnya PTPN XII (PERSERO). Sudah sejak lama kebun ini menjadi komoditi

penghasil teh, bahkan menjadi komoditi terbaik penghasil teh di Indonesia. Selain

itu pula, pengelolaan kebun ini juga kemudian menjadi sumber mata pencaharian

masyarakat sekitar (dalam artian rekrutmen karyawan luar wilayah tidak banyak

dilakukan, rekrutment bahkan hanya didominasi oleh warga sekitar, hal ini

disebabkan (a) warga sekitar lebih dekat, (b) tanggung jawab pemerintah untuk

mendayakan masyarakat sekitar), bahkan sebelum dikuasai atau dikelola oleh

Negara atau dibawah pengawasan PTPN XII (PERSERO).

Sisi alam yang memang berada pada ketinggian di kaki gunung Arjuna,

membuat dataran tinggi itu tumbuh subur dan menjadi tempat yang tepat untuk

mengelola perkebunan teh. Sesuai dengan konteks fenomenologi yang berusaha

(4)

4

pengalaman atau suatu kesadaran yang tampak dalam suatu tindakan rill, maka

akan lebih memaparkan pada posisi warga yang menjadi karyawan pemetik teh

dari segi pengalaman.

Adanya warga yang mau menjadi petani pemetik teh, bukan sekedar

kebetulan. Hal ini nampak dari keseharian mereka yang memang seolah mengerti

dan mempunyai seni tersendiri dari sekedar memetik teh4. Momentum yang menjadikan para pekerja lebih terampil dalam melakukan tahapan sebagai pemetik

teh. Ketrampilan dalam memetik teh, menjadi bentuk fenomena tersendiri, sebab

ilmu warisan ini ternyata memang bertahan dan mampu untuk terus

dipertahankan. Kewajaran atas pengalaman dan kelihaian, serta nilai yang lain ini

dimiliki oleh para keluarga yang memang tidak sedikit dan hampir seluruhnya

adalah masyarakat sekitar atau penduduk di Wonosari, Lawang, Malang.

Banyaknya kesulitan atau gangguan lain yang harus dihadapi selama

memetik teh adalah ribuan pacet, semacam lintah kecil saat musim hujan; ulat

matahari yang gatal dan panas yang biasanya ngendon di tanaman teh yang tua;

serbuan lebah serta ulat kaji yang menjijikkan. Tetapi para wanita pemetik teh ini

tak surut bekerja, mereka lebih memilih perkebunan teh ketimbang duduk

termangu di rumah. Inilah etos kerja para wanita pemetik teh, Sosok teladan

paling alami bagi mereka yang ingin belajar bekerja tuntas.

Sebagai petani pemetik teh, mereka rata-rata adalah warga atau penduduk

sekitar kebun Wonosari. Seolah sudah terlatih, merekapun menjadi petani yang

4

Tehnik pemetikan teh membutuhkan skill yang cukup tinggi. Ada tehnik-tehnik yang memang

(5)

5

terampil dalam hal melakukan pekerjaan atau kegiatan petik teh. Hal yang lebih

menarik dalam kajian fenomenologi di masyarakat ini adalah, pada letak warisan

keluarga yang memang tak jauh berbeda untuk memilih pekerjaan di wilayah ini.

Beberapa keluarga memang bahkan menjadikan warisan budaya (yang

dipengaharui oleh skill, pengetahuan, adat) sebagai profesi.

Terutama oleh perempuan yang memang memilih, bahkan dipilih untuk

melakukan kegiatan petik teh5. Namun bukan hal yang semata-mata hanya untuk mempertahankan sisi murahnya dalam sistem penggajian, tapi hal ini (kegiatan

petik teh dengan tangan) adalah standart ilmu yang memang menjadi ritme dan

aturan baku dalam mekanisme kegiatan kerja tersebut. Sebab, kegiatan petik teh

dengan tangan, diharapkan mampu dan lebih bisa untuk mendapatkan hasil

pemetikan yang lebih baik tersortir di awal dengan lebih tepat. Layaknya ilmu dan

didasari dengan pengalaman yang tinggi, pihak pengelola yaitu PTPN XII

(PERSERO), lebih cenderung memakai tenaga wanita untuk melakukan kegiatan

ini. Ketrampilan dari para petani wanita ini dinilai lebih baik dari pada kinerja

laki-laki, dan kemudian ini menjadi pilihan yang memang dipilih sebagai acuan

kerja dari kegiatan petik teh oleh PTPN XII (PERSERO) khususnya di kebun teh

Wonosari.

Pekerjaan yang sederhana tapi cukup berat. Memetik teh harus memahami

seluk beluk pertumbuhan tunas teh dan cara memetik yang benar. Teknik petik

yang salah akan berpengaruh terhadap target produksi setiap bulannya, dan

(6)

6

perusahaan tidak mau akan hal itu bila terjadi. Ambil contoh, area perkebunan

seluas 500 hektar, siklus petiknya rata-rata sepuluh hari sekali. Artinya, setiap hari

area lahan yang harus dipetik seluas 50 hektar. Target petik seluas itu harus

tercapai, jika tidak, risikonya pucuk teh mekar atau menjadi tua, dan kualitas

turun. Jika ditunda, wanita pemetik ini harus siap lembur. Biasanya pekerja yang

sederhana ini tampaknya harus berhadapan dengan deadline. Para pemetik teh ini

harus bekerja tuntas, dan darisini kita dapat menilai mereka sama dengan pekerja

kantoran, bahwa deadline itu ternyata bukan cuma milik mereka yang bekerja di

kantor berAC. Tanggung jawab serta kepekaan dalam bekerja, benar-benar

mereka junjung sebagai prinsip kerja yang tinggi.

Tampak sekali bahwa dalam tindakan perempuan serta tindak – tanduknya

juga menjadi faktor penting dari pada kegiatan petik teh. Perempuan yang

memiliki kecenderungan lemah lembut, lebih teliti, serta lebih suka hidup dalam

keteraturan, manjadikan nilai lebih dari sekedar kegiatan memetik teh. Perempuan

adalah individu yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai second leadher

didalam rumah tangga, dan diperbolehkan untuk bekerja (atau berprofesi dalam

hal ini), Namun mereka juga diharapkan tetap untuk memperhitungkan masalah

kekeluargaan. Jadi dengan kata lain, mereka diperbolehkan untuk memilih

pekerjaan mereka sendiri sesuai dengan kemampuan dan kesukaan mereka

sendiri. Untuk itulah kemudian para wanita yang memang sudah ada bakat

sebagai pemetik (skill) , ternyata lebih suka untuk melakukan pekerjaan sebagai

(7)

7

teh wonosari, menjadi tanaga buruh petik teh adalah bukan semata-mata tanpa

alasan.

Sebagai pemetik teh, kegiatan petik memang merupakan kegiatan yang

membutuhkan skill, banyak hal yang harus dipatuhi sebagai aturannya. Pemetikan

yang dilakukan dengan metode serabutan, akan membuat tanaman menjadi rusak,

belum lagi hasil pemetikan jelek. Pengalaman yang memang tercipta dengan

sedemikian rupa dari penduduk setempat, hingga bisa memahami rangkaian

pemetikan teh dan merawat tanpa harus mengetahui teori atau kajian ilmu tertentu

dan sepihak. Bagaimana tidak? Ilmu warisan atau turun temurun yang kemudian

melibatkan 3 generasi (nenek, ibu dan anak) ternyata masih ada. Semua terkesan

biasa, tanpa mempengaruhi lajur kehidupan sekitarnya. Hal inilah yang kemudian

menjadi terkesan untuk tidak pernah ditampakkan, padahal dalam konstruk

fenomenologi eksistensialis, suatu hal yang nampak harus lebih diajabarkan, dan

itu tanpa terpengaruh oleh suatu kejadian lain, dengan kata lain haruslah murni

kejadian tersebut saja.

Diskursus tentang Fenomenologi sudah banyak di pakai sebagai study

terapan, yang mana memang dimungkinkan lebih mudah dan cocok untuk melihat

realitas dengan jalan history dan pendekatan langsung yang bersifat empiris serta

lebih tepat. Hal ini dikarenakan Fenomenologi dianggab sebagai cara tepat untuk

mengungkapkan realitas murni berparadigma kualitatif. Meskipun sebelumnya

banyak memakai kerangka filsafat terkuat dari Hussrel, namun dengan jasa Alfred

(8)

8

dan ilmiah6. Akan tetapi pula, karena konsep Husserl yang banyak dipengaruhi oleh Franz Brentano, Husserl akhirnya bisa memasukkan filsafat sebagai ilmu

yang rigoris7, sebagaimana kemudian filsafat menjadi rangkaian yang terdiri atas

deskripsi dan bukan penjelasan atas suatu kausal.

Fenomenologi berasal dari kata Yunani phanomai yang berarti

“menampak”, yang dalam kerangka itu kemudian Fenomenologi biasa di

definisikan phainomenon (tentang apa yang tampak) dan logos (ilmu

pengetahuan). Menurut The Oxford English Dictionary8 yang dimaksud Fenomenologi adalah (a) the science of phenomena as distinct from being

(ontology) dan (b) division of any science which describes and classifies its

phenomena Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang

menampakkan diri.

Menurut Edmund Husserl “fenomen” merupakan realitas sendiri yang

tampak (menampak), tidak ada selubung yang kemudian memisahkan realitas dari

kita., dan akhirnya realitas itu sendirilah yang tampak bagi kita. Kesadaran

menurut kodratnya mengarah pada realitas. Kesadaran selalu berarti kesadaran

akan sesuatu. Kesadaran menurut kodratnya bersifat intensionalitas9, dan justru

karena itulah maka kesadaran ditandai oleh intensionalitas, yang kemudian

membuat “fenomen” harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan

diri.

6 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 1

7

Rigoris disini artinya bebas dari Presuposisi (perkiraan) yang mendahului pengalaman kongkrit. 8

http://informationr.net/tdw/publ/papers/schutz02.html. 9

(9)

9

Fenomenologi yang berpatokan pada pandangan Kant, menjadi lebih

empiris dan tidak lagi menjadi suatu bagian atas ide semata. Menurut Husserl

sendiri, dunia adalah “apa yang secara universal dan pasif, serta sudah terdapat

sebelumnya mendahului setiap aktivitas putusan” dan “satu-satunya dasar

kepercayaan dimana bertumpu pada setiap pengalaman mengenai obyek-obyek

khusus”. Terkait dengan kehidupan dari individu, mereka menjalankan

berdasarkan rasionalitas dan kemampuannya, yang itu terlahir dari

pembelajarannya akan keadaan disekitarnya.

Sama seperti Hegel, dalam karya emasnya “Fenomenologi Roh”, Hegel

juga mengupayakan adanya Fenomenologi yang lebih implisit dan bersifat

eksistensialis. Hegel memberikan arti penting dengan memberikan metode

pemisahan sudut pandang Fenomenologi, dia memberikan pengertian dengan

memisahkan antara Fenomenologi akal (rasio) dan Fenomenologi sejarah

(history). Dalam Fenomenologi akal yang dia jelaskan, Hegel mengartikan

individu dalam bertindak dipengarui oleh tingkat keilmuan yang dia pelajari, dan

dalam Fenomenologi sejarah, individu dinggab sebelum bertindak dia dipengarui

oleh sejarah atau pengalaman yang telah dilaluinya.

Bagi Hegel, dua aspek terpenting itulah yang kemudian memberikan

alasan individu untuk bergerak dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Sisi

rasio yang juga terbentuk dari pendidikannya, kemudian dipadukan dengan

kondisi pengalaman beradaptasi di lingkungan sekitarnya. Disitulah perilaku akan

individu atau kelompok menjadi kegiatan yang kompleks, dan dalam term

(10)

10

Kajian fenomena inilah yang kemudian di angkat menjadi bahan penelitian

dengan judul “Preferensi Perempuan sebagai Buruh Pemetik Teh (Study

Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh

Wonosari, Malang)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Penulis memberikan penjabaran atas permasalahan yang ada dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan sosial dan ekonomi dari buruh

pemetik teh?

2. Mengapa para perempuan bisa mempunyai preferensi sebagai buruh

pemetik teh?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui latar belakang kehidupan sehari-hari beserta latar

sosial dan ekonomi dari buruh petik teh

2. Mengetahui alasan dan motivasi perempuan yang mempunyai

preferensi menjadi pemetik teh.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian dan hasil dari Skripsi ini diharapkan mampu memberikan suatu

pandangan, referensi serta perbaikan dalam pengembangan khasanah keilmuan,

(11)

11

a. Secara teoritis adalah sebagai salah satu kajian dari sebuah ilmu

Fenomenologi. Adapun hal tersebut adalah bisa dipakai sebagai bahan

referensi dan alat kaji dari salah satu gejala sosial yang ada. Secara

keilmuan dapat dipergunakan untuk memperkaya khasanah atas

pembahasan dari fenomena yang ada. Untuk itu bisa dijadikan referensi

khusus dan atau mejadi arahan atas suatu metode penelitian sosial oleh

seluruh civitas akademika yang mempelajari ilmu sosial, khususnya

mahasiswa Sosiologi UMM yang berkonsentrasi Industri.

b. Secara praktis penelitian ini bisa dijadikan gambaran dari kehidupan

pekerja petik teh sehari-hari, yang kemudian dapat dipergunakan menjadi

salah satu referensi untuk membuat arahan kebijakan dalam

pengembangan dunia industri.

E. DEFINISI KONSEP

Definisi konsep merupakan batasan atas istilah yang akan diangkat dalam

penelitian. Secara umum definisi konsep adalah penegasan atas setiap pengertian

dari konsep yang akan diteliti. Penjelasannya mengenai istilah yang dipandang

masih belum operasional10. Terkait dengan penelitian skripsi kali ini, adapun wilayah definitif konsepnya adalah sebagai berikut:

1) Preferensi

Menurut arti kata dari kamus bahasa ilmiah, preferensi berati

pilihan, atau keadaan yang lebih disukai. Preferensi sendiri biasanya tidak

(12)

12

lahir dengan begitu saja, yang terlebih kemudian dapat dilakukan oleh

individu tersebut, sebab biasanya preferensi mempunyai pijakan atau latar

belakang, yang kemudian baru menjadi suatu keputusan. Weber sendiri

menjelaskan dan membedakan 4 type yang mendasari suatu tindakan,

yaitu tindakan rasional tujuan, tindakan rasional nilai, tindakan rasional

tradisional, dan tindakan rasional afektif11. Dengan begitu, dapat

dipastikan bahwasanya preferensi setiap individu sangat dipengaharui oleh

latar belakang rasio (tingkat keilmuan, pendidikan), kultur budaya /

kepastian etik (adat istiadat, kekeluargaan), emosional, dan pengalaman

yang pernah dilalui.

Untuk itu memang menurut Cambell12 dalam menemukan aspek-aspek ini, maka interpretasi atas makna – makna tidak dapat dipisahkan

dari observasi empiris tentang perilaku manusia, disamping menerapkan

prosedur verifikasi ilmiah dan logika penjelasan historis. Pada kondisi ini

memang diharapkan mampu memberikan hasil latar akan kondisi

sebenarnya untuk kemudian dapat dijadikan analisis, sebagai pandangan

akan pilihan atas tindakan yang mereka pilih. Pengkategorian ini akan

mengarahkan pada identitas yang khusus seperti mengacu pada penjelasan

Berger bahwa sebuah typication dapat menjelaskan konsrtuksi sosial dari

sebuah tindakan yang habitual (berdasarkan kebiasaan)13

11Hidayat, Rahmat, “

Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004, hal 60

12 Ibid

(13)

13

2) Perempuan

Kata perempuan dalam bahasa anti ”androgini14”, mengacu pada

kata ”female” yang secara literal diterjemahkan menjadi ”betina”15. Sosok

Perempuan sendiri dalam kacamata keseharian dapat kita artikan sebagai

seorang yang mempunyai organ reproduksi, dan biasa kita panggil dengan

sebutan ”Ibu”, ”Mbak”,”nenek”, ”eyang”. Karakternya menurut F. Tonnies

yang membagi dalam tipikal masyarakat, memasukkan perempuan yang

bersifat lemah lembut, cenderung sabar, kedalam masyarakat type

Gemeinscaft16. Namun dalam keadaan sekarang yang menuntun pada rasionalitas, gerakan feminins mulai mengartikan lain, bahwa perempuan

adalah tipikal yang sama dengan laki-laki dalam konteks kemanusian di

ruang sosial atau publik.

Batasan perempuan sebagai mahluk reproduksi (biologis), bersifat

lemah lembut, dan berperawakan lemah gemulai, kini lebih dikembangkan

pada sisi kesetaraan humanism di wilayah publik atau banyak dikaji lewat

gender”17. Perempuan mempercayai bahwa adalah mempunyai sisi

14 Androgni” adalah konsep lama, menurut Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender. Lebih mudahnya androgini adalah suatu posisi yang menyatu antara laki-laki dan perempuan (banci,wandu,waria) 15Putnam Tong, Rosemarie,”

Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006,hal 5 16

Bachtiar,Wardi,“Sosiologi Klasik”,Bandung,ROSDA,2006, hal 83 17Gender

adalah interpretasi mental dan cultural terhadap perbedan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap

tepat bagi laki-laki dan perempuan . (Sumiarni, Endang,”Jender dan Feminisme”,Wonderful

Publishing Company, Yogyakarta, 2004, hal 1), menurut Lindsey adalah segala hal yang menganggab semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau

perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (Umar, Nasaruddin, “Argument Kesetaraan

(14)

14

rasionalitas yang sama dan mempunyai hak untuk dihormati oleh laki-laki,

serta mendapat keleluasaan untuk menggunakan skill dan pengetahuan

yang dipunyainya. Jadi intinya adalah perempuan adalah sosok yang

sederhana, namun tetap harus diperhitungkan potensi serta kiprahnya di

mata realitas sosial.

3) Buruh Pemetik Teh

Buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga

dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik

secara Jasmani maupun Rohani18. Sedangkan kelas sosial pekerja sendiri terbagi atas 2 klasifikasi besar19, yaitu “Buruh Professional” atau biasa disebut buruh Kerah Putih, yang memang cenderung menggunakan tenaga

otak dalam bekerja, dan satunya lagi adalah “Buruh Kasar” atau Kerah

Biru yang pada dasarnya menggunakan ketrampilannya untuk bekerja.

Di perkebunan teh20 Wonosari, “Buruh Petik Teh” disebut

“Karyawan Petik Teh”, tugasnya adalah memetik daun pucuk dari

tumbuhan teh yang kemudian akan diproduksi sebagai minuman teh. Kata

karyawan sendiri memang digunakan untuk penghormatan atau

memperhalus kosakata yang terkait penggambaran pekerja petik teh.

Sebenarnya tindakan ini disesuaikan dengan upaya dari pemerintahan

18ibid

19

B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI(jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005, hal 16

20

Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara

menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis

(15)

15

Orde Baru tentang Budaya positivism yang dijalankan seiring dengan

sisitem pemerintahanya, yang bertujuan untuk kesinambungan dan

meninggalkan kata secara sarkasme, yang juga ditakutkan malah

menambah potensi konflik, sebagai akibat stratasocial yang lebih kental.

F. METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah Karyawan pemetik teh perempuan di Kebun Teh

di Wonosari, Malang. Subyek yang dipilih secara purposif berdasarkan aktifitas

mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi serta mengartikulasikan

pengalaman mereka secara sadar, seperti kata Cresweel: ”in phenomenological study, the participants may be located a single site, although they need not be.

Most important, they must be individuals who experianced the phenomenon being explored and articulate their conscious experince”21

. Disisi pentingnya, dan

menjadi pedoman awal, fenomenologi tidak menggunakan hipotesis dalam

prosesnya, walaupun fenomenologi bisa dan dapat menghasilkan sebuah hipotesis.

Jadi, pada praktiknya, fenomenologi akan lebih cenderung pada observasi,

wawancara mendalam (kualitatif), dan analisis dokumen dengan metode

hermeneutik22.

Sedangkan jenis penelitian yang dipakai dalam fenomenologi adalah

penelitian deskriptif23. Hal ini juga sesuai dengan metode deskriptif umumnya, yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena

21 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 124

22ibid , hal 36 23Ibid

(16)

16

atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang

berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti24. Pada metode dan Penulisan, penulis menggunakan metode kualitatif seperti yang dipakai oleh Fenomenologi

umumnya25, yaitu metode dengan cara menjabarkan atau menguraikan data maupun keterangan informasi secara umum.

Untuk menunjang kevaliditas data dan mempertajam pengembangan

analisa fenomenologi, namun karena adanya ragam metode penelitian

fenomenologi, maka peneliti membatasi dengan menggunakan teknik

pengumpulan data sesuai dengan cara Marshall dan Rossman26, sebagai berikut:

1. Partisipasi peneliti di lapangan

Pada tahapan ini, sebagai tahapan yang awal namun sangat penting.

Sebagai langkah awal atau biasa disebut juga dengan pre-fieldwork, peneliti dalam

hal ini memilih situs dan dan melakukan kontak dengan subyek (person) yang

tinggal dan berada pada lokasi penelitian. Kemudian, secara purposif peneliti

melakukan penggalian typification27 atau representasi mental dari para subyek

yang diteliti. Itu artinya dalam hal ini peneliti harus bisa diterima oleh komunitas

ini.

24

Faisal,Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”,Jakarta,Rajawali Pers,2007, hal 20

25 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 65

26Ibid , hal 64 27

(17)

17

Pada tahap ini, peneliti juga melakukan bracketing of exixtence

(menyimpan kejadian sebenarnya secara rapat), istilah ini lebih dikenal dengan

the epoche”28. Artinya, peneliti akan meletakkan semua bias, prasangka, teori,

termasuk commonsense yang berkaitan dengan fenomena yang berkaitan dengan

karyawan pemetik teh di Wonosari. Fenomena diungkap dengan natural yang

tujuannya adalah dapat mengungkap apa yang tersembunyi di dalam

sedimen-sedimen pengetahuannya.

Pada saat seperti ini, dilakukan reduksi terhadap temuan ke dalam

kata-kata yang sederhana dari subyek yang sedang melakukan interaksi sosial dengan

teman-temannya, rekan kerja, bahkan kontak yang lebih luas.

2. Observasi/ pengamatan langsung

Tahapan yang kedua dan sudah masuk dalam kerangka inti, yang juga bisa

disebut dengan tahapan in the field. Observasi adalah bentuk teknik pengamatan

dengan menggunakan indera terhadap gejala atau kejadian yang di tangkap pada

suatu waktu.

Langkah awalnya adalah dengan mencari struktur ”fisik” berupa gambaran

peristiwa/kejadian di satu ruang dan waktu, termasuk karakteristiknya, artinya

pengalaman subyek akan dilihat atau diamati dari sudut ”dimana kejadiannya”

dan ”kapan terjadinya”. Termasuk pada kapasitas ini sesuai dengan habitus

kehidupan sehari-hari mereka, seperti mencari nafkah, dimana dan kapan.

28

(18)

18

Berikutnya, langkah kedua dari observasi adalah menggambarkan makna

dari struktur yang diperoleh pada langkah pertama tadi, mencakup tema, motif,

citra dan paling pentingnya adalah bagaimana perasaan / emosi komunitas ini

pada saat melakukan pekerjaannya. Pengamatan langsung yang dimaksudkan oleh

peneliti diharapkan akan memperoleh data-data yang akurat tentang obyek yang

akan diteliti, sehingga dapat memahami permasalahan dari gejala sosial yang

terjadi.

Peneliti akan menggunakan teknik observasi aktif, yakni peneliti lebih

menonjol sebagai pengamat sekaligus pelaku didalam situasi sosial itu. Di

partisispasi ini, peneliti juga akan melakukan kegiatan petik teh, yang

dimungkinkan agar bisa lebih menjelaskan detail kerja (kemudahan dan kesulitan)

petik teh.

3. Wawancara

Metode berikutnya adalah wawancara atau inteviewing. Ada dua tahap di

dalam metode ini.

A. Interviw berupa dialog. Pada sesi dialog inilah yang mampu

menggambarkan esensi dari fenomena yang sedang diamati, sebab

diceritakan dari sudut pandang orang pertama (orang yang mengalaminya

(19)

19

dan terbuka, namun peneliti tetap memegang kendali percakapan sesuai

dengan topik atau permasalahan yang dibahas29.

Wawancara adalah teknik dimana peneliti melakukan kegiatan

tanya jawab dengan orang-orang yang terlibat dalam obyek penelitian.

Dalam hal ini ada dua pihak, yang pertama adalah pihak pewawancara

(interviewer) dan yang berikutnya adalah pihak yang diwawancarai

(interviewee), dengan cara begitu peneliti diharapkan bisa mendapatkan

keterangan yang relevan dengan masalah yang terjadi. (Faisal, 1990: 62).

Menjadi catatan pentingnya, peneliti tidak akan melakukan pemaksaan

pada interviewee, jadi peneliti akan menghentikan sewaktu-waktu dan

meneruskan jika kondisi sudah cukup memungkinkan kembali untuk

wawancara.

B. Intensionalitas (ide merujuk pada obyek / not marking) yang bisa dilihat

dari tiga aktivitas subyek yaitu (a) mengingat (remembering) bagaimana

peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan kehidupan mereka, (b)

menyerap (perceiving) pengetahuan tentang bagaimana mereka

bertransaksi, berinteraksi dan melakukan jaringan kerja, termasuk norma

resiprokal yang berlaku di komunitas ini (c) menghendaki (desiring),

peneliti mendengarkan pengalaman subyek, bagaiman ingatan-ingatanya,

mimpi-mimpinya,”kecemasan-kecemasan”,”kegembiraan”, atau bahkan

mungkin ”ketidakpastiannya” ketika menghadapi fenomena yang diteliti

(dalam hal ini pemetik teh). Dari sinilah akan terlihat melalui

(20)

20

ungkapan dari mereka sendiri, tentang gambaran sedimen penting sesuai

pengetahuan yang mereka miliki berkaitan dengan obyek penelitian.

4. Telaah Dokumentasi

Proses ini dilakukan untuk validitas data atas sumber- sumber yang telah

ada, berupa tulisan maupun data terkait fokus penelitian. Oleh Winarto

Surachmad (1984:123) mengartikan bahwa metode dokumentasi adalah metode

yang dapat dipakai untuk historis riset yang ditujukan untuk penguraian dan

penjelasan apa yang telah lalu ada melalui sumber dokumen. Peneliti melakukan

kegiatan studi dokumentasi untuk mendapatkan data-data penunjang yang dapat

digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisis. Data yang diperoleh bisa

dari tulisan jurnal, karya ilmiah ataupun hasil diskusi dosen dengan mahasiswa,

senyampang itu masih terpaut dengan penelitian dan merupakan rujukan yang

dapat dipertanggung jawabkan.

Sedangkan tematik yang dapat dijadikan dokument tambahan analisis

adalah penelitian seputar (1) motivasi perempuan dalam bekerja, hingga pada

tingkat pekerjaan yang dipilih oleh perempuan, serta penelitian yang membahas

tentang (2) study kasus fenomenologi yang akan dijadikan sebagai pembanding

dari penelitian ini.

Fenomenologi adalah tinjauan riil dari kasus, yang didasari oleh

pengamatan atau tinjauan langsung terhadap obyek masalah/ yang diamati.

(21)

21

Karyawan petik teh dari pihak perusahaan PTPN XII (Persero) tepatnya yang

berada di kawasan Kebun teh Wonosari, Malang.

Adapun kemudian Cooper (1989)30, membedaan data melalui 2 sisi, yaitu data tehnik dan non tehnik, yang terdiri dari:

1. Data teknik, yakni data yang mencakup

a. Kepekaan teoritis (theoritical sensitivity), adalah menangkap

konsep dan hubungan antar data, tujuannya untuk mempelajari

bagaimana mendekati dan menginterpretasikan data.

b. Data sekunder, menyediakan informasi yang berguna. Contohnya

catatan lapangan yang berisi bahan-bahan penunjang yang relevan

dengan kejadian, tindakan, dan cara pandang informan, dalam

situasi ini sifatnya hanya sebagai memperkaya sudut pandang

c. Pertanyaan-pertanyaan penelitian

d. Teori yang relevan dengan masalah penelitian

e. Validitas pelengkap untuk keakuratan data

2. Data non teknik (disebut juga data utama), seperti telaah sejarah dan

biografi, telaah surat, buku harian, laporan, rekaman video dan koran. Pada

posisi tahap ini peneliti juga akan memakai tahap ”focus group” (jika diperlukan), yang mana kelompok ini akan dibentuk dengan melibatkan

beberapa anggota komunitas (karyawan pemetik teh), yang bertujuan

mendiskusikan topik yang berkaitan dengan tema yang kita teliti.

(22)

22

G. LOKASI PENELITIAN

Sesuai dengan kondisi permasalahan dan penerapan atas alat teori

yang dipakai, maka dipilih kebun Teh wonosari sebagai lokasi penelitian.

Kondisi iklim masyarakat setempat yang kemudian menjadikan budidaya

kebun teh sebagai komoditi ekonomi dan kemudian secara langsung pula

di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), serta

fenomena pekerja pemetik teh yang terampil, menjadikan sisi fenomena

tersendiri untuk dikaji.

H. TEHNIK ANALISA DATA

a) Tahapan-tahapan kegiatan dalam penelitian (jadwal penelitian)

Penelitian dilakukan dengan waktu dan tahapan yang

disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan

semata-mata agar penelitian tidak terkesan buru-buru, ataupun malah

berlebihan. Standarisasi waktu juga berkenaan dengan waktu

pembuatan laporan skripsi, untuk itu batasan waktu adalah selama

minimal 1 bulan dan maksimal 3 bulan. Namun, senyampang data

serta gambaran sudah memenuhi kriteria atas fenomenologi, dan

dinilai cukup komperhensif dalam hasilnya, maka kendati di

pertengahan waktupun, penelitian bisa saja dihentikan dan sudah bisa

dikatakan selesai.

(23)

23

Menurut Creswell, John W31 jumlah informan dalam penelitian fenomenologi (yang pada penelitian positivistik disebut dengan

pengambilan sampel), tidak ditentukan. Faktor terpenting adalah

”memilih informan”, sebab dari sinilah diharapkan dapat

menggambarkan makna dari fenomena/ peristiwa secara detail.

Biasanya jumlah informan dalam penelitian fenomenologi sampai 10

orang sudah dirasa cukup dalam menggambarkan situasi sebenarnya.

c) Kebutuhan perorangan

Kebutuhan perorangan adalah situasi dimana peneliti akan

melakukan analisis atau penggalian data berdasarkan perorangan.

Pencarian informasi ini berlaku juga untuk mengetahui tanggapan

orang lain terhadap pihak subyek penelitian, terkait kehidupan dan cara

interaksinya, yang dirasa kurang dapat dikuak sendiri oleh peneliti.

Secara umum, terkait penelitian data perorangan ini kemudian akan

dijadikan sebagai data tambahan dan penguatan dari penelitian.

d) Kebutuhan sumber data yang lain

Serangkaian data penelitian sebelumnya hingga yang terbaru

adalah berupa penguatan, yang memang saling melengkapi suatu

analisa atas semua gejala yang ada di dalam masyarakat. Begitupun

dengan penelitian ini, suguhan data utama yang memang terdapat dan

ditemukan dalam perusahaan PTPN XII (PERSERO), juga akan di

tambah dengan data dari dokument lainnya, sehingga diharapkan

(24)

24

mampu lebih bisa melengkapi bahkan lebih bisa memenuhi standart

dari laporan hasil penelitian, yang dalam hal ini dalah Skripsi.

e) Pengolahan data

Setelah diperoleh pengetahuan dari sumber yang ada dan bisa

menggambarkan situasi sebenarnya, maka kemudian dilakukan coding

atau catagorizing terhadap :

1. Tema fenomena yang diteliti (dalam hal ini preferensi wanita

menjadi karyawan pemetik teh di Wonosari).

2. Ekspresi berbahasa (apa saja yang mereka cetuskan, dalam

bentuk ungkapan-ungkapan)

3. Mendefinisikan narasi yang terkumpul

4. Menformulasikan hipotesa

f) Findings32

Pada tahapan finishing atau penutup peneliti melakukan

describing, analizing, dan theorizing dengan memposisikan temuan

yang telah ada antara teori dengan realitas. Disinilah peneliti akan

memulai reflexivity33.

Secara lebih jelas describing adalah tahapan dimana data-data

yang telah dikelompokkan (coding and catagorizing) digambarkan

32

Tehnik ini ditemukan pada tulisan sebelumnya oleh Vina Salvina, dalam bentuk penyampaian secara tertulis untuk mahasiswa ACICIS-FISIP UMM.

33

Reflexivity yaitu membingkai sebuah bentuk pengetahuan, dengan instrument utama untuk keperluan deskripsi dengan cara sensitive murni dari pengalaman-pengalaman subyek penelitian, dan yang hal tersebut mampu mengkonstruk sejumlah perwujudan karakteristik pengetahuan

manusia. Lihat Simon. J. Charleswoth, “A Phenomenology of Working Class, Cambridge

(25)

25

secara mendalam (thick description) sebagai typified meaning. Artinya

dibuat deskripsi berkaitan dengan pengkategorian tema-tema realitas

yang diteliti. Sedangkan analizing sendiri adalah tahapan dimana

peneliti sekaligus melakukan bridging dan reflexivity, yang berarti

disni peneliti memposisikan temuan yang ada dan kemudian

mengkomparasikan / mensinkronkan dengan teori yang relevan.

I. NILAI DAN LOGIKA DARI PENELITIAN.

Adapun penilitian ini adalah suatu yang hal terkait fenomena

masyarakat, yang dididalamnya ada suatu komunitas (pemetik teh di

Wonosari). Hubungan yang terjalin dari suatu kekerabatan pada

masyarakat disekitar kebun teh, mampu mempengarui sisi pilihan dalam

pekerjaan ( work preferens). Seperti yang telah disinggung pada latar

belakang, pilihan yang tidak banyak menggunakan rasio sebagai alat

utama dalam penentuan dimensi kerja. Nilai adat, kebiasaan, yang semua

berkaitan dengan intersubyektivitas, menjadikan masyarakat setempat,

khususnya perempuan memilih pekerjaan tersebut. Adapun hal menarik

lainnya adalah pada komposisi kekeluargaan, ternyata pilihan sebagai

pemetik teh adalah pilihan keluarga (nenek, ibu, anak, saudara, suami).

Kesemuanya mempunyai relativitas sendiri dalam menata

kehidupan, akan tetapi dalam menentukan pilihan kerja, mereka mampu

menyamakan. Untuk itulah dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan

(26)

alasan-26

alasan, dorongan, serta motivasi apa yang menjadi akar dari suatu pilihan

kerja, khususnya kaum perempuan setempat. Hingga dalam term

fenomenologi, kesadaran untuk melakukan sesuatu atas dasar nilai sosial,

yang kemudian menjadi mereduksi tatanan nilai-nilai yang baru, juga tidak

mampu merubah dengan cepat pilihan tersebut.

Untuk itulah kajian ini akan semakin menarik dengan analisis

fenomenologi, yang berusaha mengungkap realitas sebenarnya dan jauh

dari sekedar anggapan atau claim atas realitas. Dari sini akan nampak

suatu cerminan akan kuatnya identitas sosial, dan itu berlangsung sejak

(27)

 

“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH”

(Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO)

di Kebun Teh Wonosari, Malang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan (S-1) pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Oleh:

GIGIH WAHYU PRATOMO 03240041

JURUSAN SOSIOLOGI

KONSENTRASI SOSIOLOGI INDUSTRI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(28)

ii 

 

LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dan diterima Sebagai Persyaratan untuk

Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata 1

Pada tanggal : 12 November 2011

Di Hadapan Dewan Penguji

1. Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si ( )

2. Rachmad K. Dwi Susilo, S.sos, MA ( )

3. Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ( )

4. Muhammad Hayat, S.Sos. ( )

Mengetahui,

Dekan FISIP - UMM

(29)

iii 

 

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Gigih Wahyu Pratomo

NIM : 03240041/201010310312044

Fakultas / Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Sosiologi

Judul : “ PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH

PEMETIK TEH ” (Study Fenomenologi Kalangan

Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh

Wonosari, Malang)

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Vina Salviana D. S, M.Si) (Muhammad Hayat, S.Sos.)

Mengetahui,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri)

Dekan FISIP Ketua Jurusan Sosiologi

(30)

iv 

 

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Gigih Wahyu Pratomo

Nim : 03240041 / 201010310312044

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Sosiologi

Pembimbing : 1. Dr. Vina Salviana Darvina, M.Si

2. Muhammad Hayat, S.Sos

Konsultasi

Tanggal Keterangan Paraf

Pembimbing I Pembimbing II

26 November 2009 Bab I

22 Desember 2009 Bab II

30 Desember 2009 Bab III

15 Maret 2010 Bab IV

11 Juni 2010 Bab V

28 Agustus 2010 Bab VI

Dosen Pembimbing I Pembimbing II

( Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ) ( Muhammad Hayat, S.Sos. )

Mengetahui, DEKAN FISIP UMM

(31)

 

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Gigih Wahyu Pratomo

Tempat/tanggal lahir : Tuban, 7 April 1984

NIM : 03240041 / 201010310312044

Jurusan : Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri)

Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP)

Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa laporan penelitian skripsi saya yang berjudul

“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study

Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh

Wonosari, Malang) adalah bukan merupakan laporan orang lain, baik sebagian

maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk referensi atau kutipan yang telah saya

sebutkan sumber-sumbernya.

Demikian pernyataan keaslian laporan ini saya buat dengan

sebenar-benarnya dan apabila ternyata ada ketidakbenaran, saya bersedia mendapatkan

sanksi akademis.

Malang, 12 November 2011

Yang menyatakan

(32)

vi 

 

MOTTO

“ Wahai Tuhanku, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah

aku di neraka. Dan jika aku menyembah-Mu karena ingin masuk surga

maka keluarkanlah aku kemudian, tetapi jika aku menyembah-Mu demi

karena Kamu maka janganlah sembunyikan Keindahan Abadi-Mu dariku ”

(Abunawas)

“ Sedalam dan sebanyak apapun Ilmu yang kita pelajari, tak akan

memberikan kontribusi apapun, jika penguasaan manfaat atas ilmu tersebut

masih terbelenggu dengan sisi egoisme yang ada di dalam diri kita ”

(33)

vii 

 

LEMBARPERSEMBAHAN

Kepada Sang Agung, Sang Teman Sejati, Pencipta sekaligus Pelindung, Pengampun atas segala kesalahan dari umat dan seluruh mahluk-Nya, tak ada yang pantas dipersembahkan untuk kuasa-Mu selain kepasrahan

diri dan ketotalan akan Iman kepada-Mu

Buat Bapak, Ibu, dan kedua adikku Arta dan Lidya, keluargaku yang selalu menyemangati dan sangat aku cintai

&

(34)

viii 

 

KATAPENGANTAR

Dengan selalu mengucap syukur sebesar-besarnya kehadirat Allah S.W.T.

sebab dengan ijin dan ridhoNya-lah tahap akhir berupa penyusunan skripsi dari

studi S1 sebagai mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan. Segenap shalawat serta salam juga

selalu terhaturkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. selaku junjungan dan

pemimpin umat Islam. Dimana dengan perjuangan beliau kita dapat masuk pada

golongan yang diRidhoiNya.

Untuk itu Alhamdulillah Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan, hal ini

tentunya tidak bisa lepas dari pihak – pihak terkait secara langsung maupun tidak.

Oleh karenanya, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang

mendorong serta membantu penyelesaian penulisan skripsi hingga pada bentuk

penulisan yang tepat, untuk itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua yang amat kucintai, “Bapak”, “Ibu”, yang selalu sabar namun

tegas dalam membimbing kami sebagai anak, selalu mengusahakan yang

terbaik bagi putra-putrinya tanpa meminta balasan apapun, yang selalu

berdoa untuk kesuksesan kami, kedua adikku Arta dan Ratna, ”semoga

perjalanan hidupmu dalam berumah tangga semakin membawa kaliyan

kedalam ridhoNya, sukses juga untuk kaliyan” dan si kecil Lidya centil

yang makin hari buat mas jadi kangen dan harus berpikir cepat untuk

sesegera mungkin menyelesaikan studi, biar bisa sekolahin dan rawat

kamu

2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan FISIP UMM, calon Prof. yang

telah banyak membantu saya, Bapak adalah rekan, saudara, sekaligus

orang tua bagi saya, yang itu selalu berbagi suka, go a head, “mari kita

(35)

ix 

 

4. Bapak Drs. Saiman, M.Si selaku pembantu dekan I FISIP UMM, yang

telah memberikan rekomendasi serta ijin penelitian.

5. Pak Rachmad,M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UMM, yang

senantiasa memberikan arahan pada kami selaku mahasiswanya.

6. Ibu Dr. Vina Salviana D.S., M.Si, selaku Pembimbing I sekaligus wali

kelas, yang memberikan motivasi kepada saya untuk segera menuntaskan

pendidikan S1, dorongan berupa “materi” dan “non materi” dari ibu

adalah hal besar yang sangat membantu studi saya, yang telah sabar dalam

memberikan keleluasaan kepada saya untuk berpikir dan berkembang

sebagai “intelektual muda” dan bapak Muhammad Hayat S.Sos selaku

Pembimbing II yang menyediakan waktu untuk bimbingan.

7. Ir. Budi Styo Iriawan dan Ir. Made Susilatama, selaku pimpinan PTPN XII

(Persero) Kebun Teh Wonosari, yang telah memberikan ijin serta

memfasilitasi, hingga mempermudah proses penelitian sampai selesai dan

Bapak ”Heri” Supangat serta Bapak Harly yang mau memberikan fasilitas

tempat tinggal, selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan, sebab

kehidupan realitas ”kerja” sudah bukan suatu yang harus ditakuti.

8. Seluruh subyek wawancara yang telah bersedia menyediakan waktu dan

diajak ”ngobrol” serta dengan senang hati memberikan keterangan

berkaitan apa yang sedang saya teliti dan tanyakan, serta civitas karyawan

yang ada di kebun Teh Wonosari yang telah membantu dalam mengantar

dan menemani pada saat penelitian.

9. Kekasih tercinta Tata Pratama, tiada hari tanpa omelan dan marahmu,

untuk segera menyelesaikan skripsi dan segera lulus, dengan kesabaran

dan ketulusanmu tercermin nuansa indah, tenang, sabar, tegas, mulia, yang

sebab darisitulah aku melihat wajah dari kuasa Allah S.W.T. sehingga

meyakini bahwa rasa cinta itu terlahir untuk sebagian pengabdianku

sebagai mahluk-Nya, darisini semoga kita bisa secepatnya meraih dan

membuktikan cita-cita dari mimpi kita, amien.

10.Saudara-saudaraku di HMI dan kawan-kawan Ngopi, terima kasih untuk

(36)

 

intrik pedas, namun karena itulah membuat otak kita berpikir, sehingga

berguna dan bermanfaat hingga tak ternilai harganya.

11.Kawan-kawan Sosiologi ’03 yang selalu memberikan motivasi, kini aku

akan datang ikut dalam rombongan Alumni, semoga kita bersama-sama

bisa memberikan kontribusi aplikatif yang bermanfaat untuk masyarakat.

Serta untuk semua pihak yang tidak dapat dan belum saya sebutkan, terima

kasih atas partisipasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Laporan ini

sendiri juga diharapkan mampu memberikan kebaikan secara teoritis maupun

aplikatif kepada para bibit dari intelektual muda, walaupun penulis secara sadar

memang masih perlu untuk adanya perbaikan- perbaikan seiring dengan metode

serta konsep yang lebih baru dan baik. Untuk itu penyusun selalu membutuhkan

kritik saran berupa ide-ide kreatif yang membangun dalam perbaikannya, demi

kemajuan ilmu Sosiologi yang lebih baik di masa mendatang.

Malang, 12 November 2011

(37)

xi 

1.9. Nilai dan Logika Dari Penelitian...24

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Preferensi... 27

2.2 Perempuan... 30

(38)

xii 

 

2.4 Penelitian Terdahulu...34

2.5. Kerangka Teori... 36

2.5.1. Fenomenologi... 36

2.5.2. Teori Rasionalitas Max Weber... 40

2.5.3. Teori Feminisme...42

BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Identitas Perusahaan... 48

A.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan...48

A.2. Maksud dan Tujuan Pendirian Perusahaan...48

B. Kondisi Perkebunan...50

B.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan... 52

C. Waktu Kerja dan Tahapan Pemetikan... 52

D. Jaringan Kerja...54

E. Rencana Tindak Lanjut...55

F. Program Pertanggungjawaban Perusahaan pada Masyarakat Sekitar... 56

G. Struktur Organisasi...58

H. Metode Perusahaan Dalam Menjaga Konsistensi dan Etos Kerja Karyawan Pemetik Teh... 58

I. Sejarah Pemetik Teh...60

BAB VI : SAJIAN DATA A. Gambaran Umum Kondisi Latar Belakang Karyawan Pemetik Teh...65

A.1. Pendidikan...65

A.2. Keahlian/Pekerjaan... 68

A.3. Agama / Kepercayaan...70

A.4. Ekonomi...71

B. Deskripsi Motivasi dan Tujuan...74

(39)

xiii 

 

B.2. Tujuan...80

C. Kecenderungan...82

D. Struktural Pengalaman dan Deskripsi Tekstural...86

BAB V : TEMUAN DAN REFLEKSI TEORITIS A. Temuan...104

A.I. Konstruksi Sosial Perempuan Pemetik Teh...104

A.2. Proses Menjadi Pemetik Teh dan Identifikasi Karakteristik... 114

B. Refleksi Teoritis...123

B.1. Fenomenologi Eksitensialis...123

B.2. Teori Rasionalitas Weber...132

B.3. Teori Feminis Liberal...135

BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan...141

B. Saran...142

B.1. Bagi Akademik... 142

B.2. Bagi Perusahaan...144

Daftar Pustaka... 146

Lampiran-lampiran...148 

 

(40)

xiv 

 

Daftar Tabel

Tabel 1 : Budidaya Perkebunan ...hal 51

Tabel 2 : Jumlah Karyawan tetap... hal 53

Tabel 3 : Harga Pokok Teh ... hal 54

Tabel 4 : Hasil Produksi 5 tahun terakhir (terlampir)

Tabel 5 : Pendidikan Karyawan………hal 65

Tabel 6 : Pengalaman Kerja ... hal 68

Tabel 7 : Gaji Karyawan...hal 71

Tabel 8 : Hal-hal yang mempengaruhi Preferensi Profesi...hal 75

Tabel 9 : Lama bekerja... hal 80

(41)

xv 

 

Daftar Bagan

Bagan 1 : Struktur Organisasi (terlampir)

(42)

xvi 

 

Daftar Gambar

Gambar 1 : Absen dan Pemberangkatan (terlampir)

Gambar 2 : Aktifitas Petik (terlampir)

Gambar 3 : Penimbangan (terlampir)

Gambar 4 : Istirahat Makan (terlampir)

Gambar 5 : Membawa rumput untuk ingon-ingon (terlampir)

Gambar 6 : Kondisi salah satu rumah pemetik teh (terlampir)

(43)

xvii 

 

ABSTRACT

Name: Gigih Wahyu Pratomo, Nim: 03240041/201010310312044, Title of Tesis: "PREFERENCES FEMALE WORKERS AS A TEA PICKER" (Phenomenology Study Among Workers PTPN XII (Persero) in the Garden Tea Wonosari, Malang), Supervisor I: Dr. Vina Salviana. D. S, Si, Supervisor II: Muhammad Hayat, S. Sos. 

Keywords: Preference, Women, Workers' Picker Tea, Phenomenology  

Which reflects the present condition of humanism have a positive effect for the development of life, one of which is equality in the public domain. The capacity of women in gaining access to education by improving the quality of life is the tendency today is more easily found. The desire to improve these conditions can also be found in women who are in the area around the tea gardens Wonosari Malang, which is exactly at the foot of Mount Arjuna. They are women who in this case not only as a housewife, but also a figure of professional workers (employees), which it aims for the improvement of their household economy. Women's super, working with the double consequence has been played by them. Woman tea picker is a manifestation of the "Professionalism" and "Rationalism" in Preferences toward the achievement of their profession. Departing from the corner of everyday life and spirit to work high, they are driven by itself in this position. Habits of small, giving them their own experiences in the world of farming and harvesting work environment. Term of Hegel's phenomenology that explains that the "reasonable" and "experience" will usher individuals in a better position in life through a series of forms in their everyday business. Performance history of ancestors who later became a living are going down - for generations in this society, as if a cycle is adequate and neatly strung behind these people's lives. 

(44)

xviii 

 

ABSTRAKSI

Nama : Gigih Wahyu Pratomo, Nim : 03240041/201010310312044, Judul Skripsi : “PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang), Dosen Pembimbing I : Dr. Vina Salviana. D. S, M.Si., Dosen Pembimbing II : Muhammad Hayat, S.Sos.

Kata Kunci : Preferensi, Perempuan, Buruh Pemetik Teh, Fenomenologi

Kondisi kekinian yang mencerminkan sisi humanisme memberikan efek positif untuk perkembangan kehidupan, salah satunya adalah kesamaan derajat pada wilayah publik. Kapasitas perempuan dalam memperoleh akses pendidikan demi peningkatan mutu hidupnya adalah kecenderungan yang saat ini lebih mudah dijumpai. Keinginan untuk memperbaiki kondisi ini juga dapat dijumpai pada perempuan yang berada di kawasan sekitar kebun teh Wonosari Malang, yaitu tepatnya di kaki Gunung Arjuna. Mereka adalah perempuan yang dalam hal ini tidak hanya selaku menjadi ibu rumah tangga saja, namun juga menjadi sosok profesional pekerja (karyawan), yang itu bertujuan demi perbaikan ekonomi rumah tangga mereka. Perempuan super, bekerja dengan konsekuensi double telah diperankan oleh mereka.

Perempuan pemetik teh adalah wujud dari sisi “Profesionalisme” dan “Rasionalisme” dalam pencapaian preferesi terhadap wilayah profesi mereka. Berangkat dari sudut keseharian dan spirit untuk bekerja yang tinggi, mereka terdorong dengan sendirinya pada posisi ini. Kebiasaan dari kecil, memberikan pengalaman sendiri kepada mereka dalam dunia pertanian dan lingkungan kerja pemetikan. Term fenomenologi dari Hegel yang menjelaskan bahwa sisi “akal” dan “pengalaman” akan mengantarkan individu pada letak yang lebih baik dalam kehidupannya melalui bentuk-bentuk rangkaian usaha di kesehariannya. Riwayat kinerja leluhur yang kemudian menjadi penghidupan secara turun – temurun pada masyarakat ini, seakan menjadi siklus yang memadai dan terangkai rapi dibalik kehidupan masyarakat ini.

(45)

xix 

 

pemetik teh. Pekerjaan yang berdasar pengalaman keseharian kehidupan sekitar mereka. Yang pengalaman itu boleh jadi mereka peroleh dari kebiasaan dan bukan dengan teori yang lebih dulu terpikirkan oleh mereka.

(46)

134

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Alwisol, “Psikologi Kepribadian”, UMM Press, Malang, 2004

B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI (jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005

Bachtiar, Wardi, “Sosiologi Klasik”, Bandung, ROSDA, 2006

Bertens, K, “Fenomenologi Eksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006,

Cantor, Dorothy W. dkk, “Women In Power”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

1998

Derrida, Jacques, “Kosmopolitanisme & Forgivness”, Alenia, Yogyakarta, 2005

Engineer, Asghar Ali, ”Pembebasan Perempuan”, LKIS, Yogyakarta, 1999

Faisal, Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”, Jakarta, Rajawali Pers,

2007

Fukuyama, Franssisco, “The Great of Description”, Yogyakarta, Jendela, 2004

Gahral Adian, Donny, “Percik Pemikiran Kontemporer (Sebuah Pengantar

Komperhensif)”, Jalasutra, Yogyakarta, 2007

Hidayat, Rahmat, “Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori

Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004

Irwan, Zoer’aini Djamal, “Besarnya Eksploitasi Perempuan dan lingkungan di

Indonesia”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009

Khaldun, Ibnu, “Muqadimah”, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000

(47)

135

Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh

Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009

Patria, Nezar, “Antonio Gramcy (Negara dan Hegemoni)”, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2003

Partanto, Pius. A, dan M. Dahlan Al Barry, “Kamus Ilmiah Popular”, Arkola,

Surabaya, 2001

Putnam Tong, Rosemarie,”Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006

Ritzer, George,Douglas J. Goodman, “Teori Sosiologi Modern”, Prenada Media,

Jakarta, 2004

Schutz, Alfred, “The Phenomenology of the Social World”, Northwestern

University Press, New York, 1967

Soekanto, Sorjono, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Pers, Jakarta, 2003

Soeroso, Andreas ,“Interaksionalisme Simbolik dan Statistik Sosial”, Grha Guru,

Yogyakarta, 2005

Weber, Max, “Etika Protestan & Spirit Kapitalisme”, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2006

Widyanta, A.B, “Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel”,Cindelaras, Yogyakarta, 2002

Situs

http://id.wikipedia.org/wiki/Preferensi diakses pada tanggal 20 November 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/teh diakses pada tanggal 20 November 2009

Wawancara

(48)

136

Wawancara dengan Ibu Giniah

Wawancara dengan Ibu Hariwati

Wawancara dengan Ibu Hartatik

Wawancara dengan Ibu Khotimah

Wawancara dengan Ibu Sukarsih

Wawancara dengan Ibu Sumarsih

Wawancara dengan Ibu Sunaryah

Wawancara dengan Ibu Wartini

Wawancara dengan Pak Made

Wawancara dengan Pak Heri

(49)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “EFIKASI VAKSIN DENGAN METODE INFILTRASI HIPEROSMOTIK UNTUK MENCEGAH INFEKSI BAKTERI Streptococcus agalactiae

( 2019); John, R (2008); dan Trost (2006) ini menguatkan pendapat Hannaford yang menunjukkan bahwa orang- orang yang aktif bergabung dalam gerakan mengintegrasi, produksi

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa lereng di Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri memiliki nilai angka aman sebesar 1,17 sehingga termasuk

Diagnostik Poli Bedah Ruang tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan, pengobatan, tindakan terhadap pasien..

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran penampang penghantar (konduktor) pada rancangan suatu saluran udara dari jaringan distribusi tegangan

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana bentuk perlindungan hukum konsumen menurut undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan

Maka dapat disimpulkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang Alat Permainan Edukatif dengan perkembangan anak usia toddler di RT

Kuesioner ini merupakan bagian dari proses pengumpulan data untuk keperluan tugas akhir/ skripsi peneliti yang berjudul “ DAMPAK BUDAYA ORGANISASI PADA PRAKTIK AKUNTANSI