1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan ilmu tehnologi beserta kecanggihan-kecangihan
mesin buatan manusia. Manusia kini berpacu dengan keadaaan realita yang
memang mengharuskan untuk selalu dapat mereka lewati. Kondisi itu
menyebabkan adanya perubahan- perubahan, dimana meletakkan sisi humanitas
dan ilmu yang bebas nilai bertarung sesuai kondisi yang ada, hingga
menyebabkan manusia dapat memilih sisi efektif dan efisien dari penggunaan
ilmu tersebut. Begitupun dengan ilmu yang sudah dikenal lebih dulu, juga
terkadang menjadi pijakan terentu, yang memang tidak dapat diganti begitu saja,
sehingga meski dalam masa perkembangan saat ini, mereka tetap melihat
relevansi dan kebenaran dari ilmu terdahulu itu.
Keadaan yang sesuai dengan keberlangsungan manusia memang menjadi
salah satu kajian atas ilmu. Sudah dari dulu, bahwasanya keadaan manusia akan
selalu berpindah ke masa yang selalu ingin memperoleh kebaikan1. Bahkan dalam aliran filsafat terdahulu yang diajarkan Aristoteles, Socrates, Plato, Descartes.
Semua menerangkan bahwa tentang spirit awal dari sisi humanitas, yang disitu
terdapat kekayaan dalam diri setiap individu untuk bisa memperbaiki
1
Menurut Franssisco Fukuyama, dalam bukunya “The Great of Description”, dia mengulas
2
kehidupannya. Semua perbaikan yang selalu dibarengi oleh kemajuan ilmu yang
dipelajari manusia, membuat manusia menjadi sosok individu yang dapat menilai
kebaikan dari segala hal yang bisa menguntungkan bagi dirinya ataupun
kelompoknya (masyarakat).
Tenaga murni pada manusia memang terdapat pada sisi kekuatan jiwa
(rasio atau akal , feel perasaan/hati) dan raga dalam bentuk jasad atau tubuh.
Bahkan menurut Plato2 yang membedakan dunia manusia, yaitu “dunia jasmani”
(di mana kita hidup) dan “dunia ide” (dimana merupakan dasar dari dunia kita),
yang memang di dalam dunia jasmani kita menjalankan pengenalan indrawi,
sedangkan pengenalan rasionalitas diarahkan ke ide-ide. Jadi, dengan memadukan
kedua element penting itulah, maka akan menjadikan kesempurnaan individu atas
suatu pilihan tindakan yang akan dilakukan.
Secara pasti menurut Kant3 bahwasanya perilaku keseharian individu atau
kelompok sangat tergantung pada “Daya Imajinasi” dimana adalah faktor yang
mengkaitkan intuisi indrawi dengan pengkategorian pada akal budi. Dari itulah,
juga termasuk dalam meletakkan pemikiran untuk melakukan inisiatif atas
pemilihan pada suatu pekerjaan (berkaitanprofesi) serta efektifitas dari pola kerja
mereka, yang asal mula dulunya dimulai dari sisi tradisi manual (dikerjakan
dengan tenaga manusia), hingga kini sampai pada model tradisi kerja yang lebih
modern, yaitu memakai alat bantu kerja (memakai mesin agar lebih praktis).
Kesemuanya itu mempunyai satu alasan, yaitu untuk meringankan bobot
pekerjaan dari manusia itu sendiri. Situasi tersebutlah yang menjadikan manusia
2Bertens, K, “FenomenologiEksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006, hal 17 3Ibid
3
kemudian harus memilih tindakan sesuai dengan kemampuan dan keadaanya
aslinya, yang memang disesuaikan dengan waktu serta kondisi yang sedang
dialaminya.
Suatu realitas sendiri menekankan pada metode yang langsung di pilih
oleh setiap individu, sesuai dengan ilmu dan pengalaman yang dilewati. Sudut
pandang menekankan pada arti penting sebuah perjalanan individu maupun
kelompok, yang berjalan dengan komposisi step by step hingga berujung pada
tindakan nyata atau riil.
Kenyataan itu pula yang menjadikan masyarakat yang berada di Wonosari,
Lawang, Malang. banyak memilih untuk menjadi petani teh. Wonosari adalah
kebun teh yang berada di bawah pengelolaan dan pengawasan BUMN lebih
tepatnya PTPN XII (PERSERO). Sudah sejak lama kebun ini menjadi komoditi
penghasil teh, bahkan menjadi komoditi terbaik penghasil teh di Indonesia. Selain
itu pula, pengelolaan kebun ini juga kemudian menjadi sumber mata pencaharian
masyarakat sekitar (dalam artian rekrutmen karyawan luar wilayah tidak banyak
dilakukan, rekrutment bahkan hanya didominasi oleh warga sekitar, hal ini
disebabkan (a) warga sekitar lebih dekat, (b) tanggung jawab pemerintah untuk
mendayakan masyarakat sekitar), bahkan sebelum dikuasai atau dikelola oleh
Negara atau dibawah pengawasan PTPN XII (PERSERO).
Sisi alam yang memang berada pada ketinggian di kaki gunung Arjuna,
membuat dataran tinggi itu tumbuh subur dan menjadi tempat yang tepat untuk
mengelola perkebunan teh. Sesuai dengan konteks fenomenologi yang berusaha
4
pengalaman atau suatu kesadaran yang tampak dalam suatu tindakan rill, maka
akan lebih memaparkan pada posisi warga yang menjadi karyawan pemetik teh
dari segi pengalaman.
Adanya warga yang mau menjadi petani pemetik teh, bukan sekedar
kebetulan. Hal ini nampak dari keseharian mereka yang memang seolah mengerti
dan mempunyai seni tersendiri dari sekedar memetik teh4. Momentum yang menjadikan para pekerja lebih terampil dalam melakukan tahapan sebagai pemetik
teh. Ketrampilan dalam memetik teh, menjadi bentuk fenomena tersendiri, sebab
ilmu warisan ini ternyata memang bertahan dan mampu untuk terus
dipertahankan. Kewajaran atas pengalaman dan kelihaian, serta nilai yang lain ini
dimiliki oleh para keluarga yang memang tidak sedikit dan hampir seluruhnya
adalah masyarakat sekitar atau penduduk di Wonosari, Lawang, Malang.
Banyaknya kesulitan atau gangguan lain yang harus dihadapi selama
memetik teh adalah ribuan pacet, semacam lintah kecil saat musim hujan; ulat
matahari yang gatal dan panas yang biasanya ngendon di tanaman teh yang tua;
serbuan lebah serta ulat kaji yang menjijikkan. Tetapi para wanita pemetik teh ini
tak surut bekerja, mereka lebih memilih perkebunan teh ketimbang duduk
termangu di rumah. Inilah etos kerja para wanita pemetik teh, Sosok teladan
paling alami bagi mereka yang ingin belajar bekerja tuntas.
Sebagai petani pemetik teh, mereka rata-rata adalah warga atau penduduk
sekitar kebun Wonosari. Seolah sudah terlatih, merekapun menjadi petani yang
4
Tehnik pemetikan teh membutuhkan skill yang cukup tinggi. Ada tehnik-tehnik yang memang
5
terampil dalam hal melakukan pekerjaan atau kegiatan petik teh. Hal yang lebih
menarik dalam kajian fenomenologi di masyarakat ini adalah, pada letak warisan
keluarga yang memang tak jauh berbeda untuk memilih pekerjaan di wilayah ini.
Beberapa keluarga memang bahkan menjadikan warisan budaya (yang
dipengaharui oleh skill, pengetahuan, adat) sebagai profesi.
Terutama oleh perempuan yang memang memilih, bahkan dipilih untuk
melakukan kegiatan petik teh5. Namun bukan hal yang semata-mata hanya untuk mempertahankan sisi murahnya dalam sistem penggajian, tapi hal ini (kegiatan
petik teh dengan tangan) adalah standart ilmu yang memang menjadi ritme dan
aturan baku dalam mekanisme kegiatan kerja tersebut. Sebab, kegiatan petik teh
dengan tangan, diharapkan mampu dan lebih bisa untuk mendapatkan hasil
pemetikan yang lebih baik tersortir di awal dengan lebih tepat. Layaknya ilmu dan
didasari dengan pengalaman yang tinggi, pihak pengelola yaitu PTPN XII
(PERSERO), lebih cenderung memakai tenaga wanita untuk melakukan kegiatan
ini. Ketrampilan dari para petani wanita ini dinilai lebih baik dari pada kinerja
laki-laki, dan kemudian ini menjadi pilihan yang memang dipilih sebagai acuan
kerja dari kegiatan petik teh oleh PTPN XII (PERSERO) khususnya di kebun teh
Wonosari.
Pekerjaan yang sederhana tapi cukup berat. Memetik teh harus memahami
seluk beluk pertumbuhan tunas teh dan cara memetik yang benar. Teknik petik
yang salah akan berpengaruh terhadap target produksi setiap bulannya, dan
6
perusahaan tidak mau akan hal itu bila terjadi. Ambil contoh, area perkebunan
seluas 500 hektar, siklus petiknya rata-rata sepuluh hari sekali. Artinya, setiap hari
area lahan yang harus dipetik seluas 50 hektar. Target petik seluas itu harus
tercapai, jika tidak, risikonya pucuk teh mekar atau menjadi tua, dan kualitas
turun. Jika ditunda, wanita pemetik ini harus siap lembur. Biasanya pekerja yang
sederhana ini tampaknya harus berhadapan dengan deadline. Para pemetik teh ini
harus bekerja tuntas, dan darisini kita dapat menilai mereka sama dengan pekerja
kantoran, bahwa deadline itu ternyata bukan cuma milik mereka yang bekerja di
kantor berAC. Tanggung jawab serta kepekaan dalam bekerja, benar-benar
mereka junjung sebagai prinsip kerja yang tinggi.
Tampak sekali bahwa dalam tindakan perempuan serta tindak – tanduknya
juga menjadi faktor penting dari pada kegiatan petik teh. Perempuan yang
memiliki kecenderungan lemah lembut, lebih teliti, serta lebih suka hidup dalam
keteraturan, manjadikan nilai lebih dari sekedar kegiatan memetik teh. Perempuan
adalah individu yang diyakini oleh masyarakat setempat sebagai second leadher
didalam rumah tangga, dan diperbolehkan untuk bekerja (atau berprofesi dalam
hal ini), Namun mereka juga diharapkan tetap untuk memperhitungkan masalah
kekeluargaan. Jadi dengan kata lain, mereka diperbolehkan untuk memilih
pekerjaan mereka sendiri sesuai dengan kemampuan dan kesukaan mereka
sendiri. Untuk itulah kemudian para wanita yang memang sudah ada bakat
sebagai pemetik (skill) , ternyata lebih suka untuk melakukan pekerjaan sebagai
7
teh wonosari, menjadi tanaga buruh petik teh adalah bukan semata-mata tanpa
alasan.
Sebagai pemetik teh, kegiatan petik memang merupakan kegiatan yang
membutuhkan skill, banyak hal yang harus dipatuhi sebagai aturannya. Pemetikan
yang dilakukan dengan metode serabutan, akan membuat tanaman menjadi rusak,
belum lagi hasil pemetikan jelek. Pengalaman yang memang tercipta dengan
sedemikian rupa dari penduduk setempat, hingga bisa memahami rangkaian
pemetikan teh dan merawat tanpa harus mengetahui teori atau kajian ilmu tertentu
dan sepihak. Bagaimana tidak? Ilmu warisan atau turun temurun yang kemudian
melibatkan 3 generasi (nenek, ibu dan anak) ternyata masih ada. Semua terkesan
biasa, tanpa mempengaruhi lajur kehidupan sekitarnya. Hal inilah yang kemudian
menjadi terkesan untuk tidak pernah ditampakkan, padahal dalam konstruk
fenomenologi eksistensialis, suatu hal yang nampak harus lebih diajabarkan, dan
itu tanpa terpengaruh oleh suatu kejadian lain, dengan kata lain haruslah murni
kejadian tersebut saja.
Diskursus tentang Fenomenologi sudah banyak di pakai sebagai study
terapan, yang mana memang dimungkinkan lebih mudah dan cocok untuk melihat
realitas dengan jalan history dan pendekatan langsung yang bersifat empiris serta
lebih tepat. Hal ini dikarenakan Fenomenologi dianggab sebagai cara tepat untuk
mengungkapkan realitas murni berparadigma kualitatif. Meskipun sebelumnya
banyak memakai kerangka filsafat terkuat dari Hussrel, namun dengan jasa Alfred
8
dan ilmiah6. Akan tetapi pula, karena konsep Husserl yang banyak dipengaruhi oleh Franz Brentano, Husserl akhirnya bisa memasukkan filsafat sebagai ilmu
yang rigoris7, sebagaimana kemudian filsafat menjadi rangkaian yang terdiri atas
deskripsi dan bukan penjelasan atas suatu kausal.
Fenomenologi berasal dari kata Yunani phanomai yang berarti
“menampak”, yang dalam kerangka itu kemudian Fenomenologi biasa di
definisikan phainomenon (tentang apa yang tampak) dan logos (ilmu
pengetahuan). Menurut The Oxford English Dictionary8 yang dimaksud Fenomenologi adalah (a) the science of phenomena as distinct from being
(ontology) dan (b) division of any science which describes and classifies its
phenomena Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang
menampakkan diri.
Menurut Edmund Husserl “fenomen” merupakan realitas sendiri yang
tampak (menampak), tidak ada selubung yang kemudian memisahkan realitas dari
kita., dan akhirnya realitas itu sendirilah yang tampak bagi kita. Kesadaran
menurut kodratnya mengarah pada realitas. Kesadaran selalu berarti kesadaran
akan sesuatu. Kesadaran menurut kodratnya bersifat intensionalitas9, dan justru
karena itulah maka kesadaran ditandai oleh intensionalitas, yang kemudian
membuat “fenomen” harus dimengerti sebagai sesuatu hal yang menampakkan
diri.
6 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 1
7
Rigoris disini artinya bebas dari Presuposisi (perkiraan) yang mendahului pengalaman kongkrit. 8
http://informationr.net/tdw/publ/papers/schutz02.html. 9
9
Fenomenologi yang berpatokan pada pandangan Kant, menjadi lebih
empiris dan tidak lagi menjadi suatu bagian atas ide semata. Menurut Husserl
sendiri, dunia adalah “apa yang secara universal dan pasif, serta sudah terdapat
sebelumnya mendahului setiap aktivitas putusan” dan “satu-satunya dasar
kepercayaan dimana bertumpu pada setiap pengalaman mengenai obyek-obyek
khusus”. Terkait dengan kehidupan dari individu, mereka menjalankan
berdasarkan rasionalitas dan kemampuannya, yang itu terlahir dari
pembelajarannya akan keadaan disekitarnya.
Sama seperti Hegel, dalam karya emasnya “Fenomenologi Roh”, Hegel
juga mengupayakan adanya Fenomenologi yang lebih implisit dan bersifat
eksistensialis. Hegel memberikan arti penting dengan memberikan metode
pemisahan sudut pandang Fenomenologi, dia memberikan pengertian dengan
memisahkan antara Fenomenologi akal (rasio) dan Fenomenologi sejarah
(history). Dalam Fenomenologi akal yang dia jelaskan, Hegel mengartikan
individu dalam bertindak dipengarui oleh tingkat keilmuan yang dia pelajari, dan
dalam Fenomenologi sejarah, individu dinggab sebelum bertindak dia dipengarui
oleh sejarah atau pengalaman yang telah dilaluinya.
Bagi Hegel, dua aspek terpenting itulah yang kemudian memberikan
alasan individu untuk bergerak dan melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Sisi
rasio yang juga terbentuk dari pendidikannya, kemudian dipadukan dengan
kondisi pengalaman beradaptasi di lingkungan sekitarnya. Disitulah perilaku akan
individu atau kelompok menjadi kegiatan yang kompleks, dan dalam term
10
Kajian fenomena inilah yang kemudian di angkat menjadi bahan penelitian
dengan judul “Preferensi Perempuan sebagai Buruh Pemetik Teh (Study
Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh
Wonosari, Malang)”.
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis memberikan penjabaran atas permasalahan yang ada dengan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan sosial dan ekonomi dari buruh
pemetik teh?
2. Mengapa para perempuan bisa mempunyai preferensi sebagai buruh
pemetik teh?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui latar belakang kehidupan sehari-hari beserta latar
sosial dan ekonomi dari buruh petik teh
2. Mengetahui alasan dan motivasi perempuan yang mempunyai
preferensi menjadi pemetik teh.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian dan hasil dari Skripsi ini diharapkan mampu memberikan suatu
pandangan, referensi serta perbaikan dalam pengembangan khasanah keilmuan,
11
a. Secara teoritis adalah sebagai salah satu kajian dari sebuah ilmu
Fenomenologi. Adapun hal tersebut adalah bisa dipakai sebagai bahan
referensi dan alat kaji dari salah satu gejala sosial yang ada. Secara
keilmuan dapat dipergunakan untuk memperkaya khasanah atas
pembahasan dari fenomena yang ada. Untuk itu bisa dijadikan referensi
khusus dan atau mejadi arahan atas suatu metode penelitian sosial oleh
seluruh civitas akademika yang mempelajari ilmu sosial, khususnya
mahasiswa Sosiologi UMM yang berkonsentrasi Industri.
b. Secara praktis penelitian ini bisa dijadikan gambaran dari kehidupan
pekerja petik teh sehari-hari, yang kemudian dapat dipergunakan menjadi
salah satu referensi untuk membuat arahan kebijakan dalam
pengembangan dunia industri.
E. DEFINISI KONSEP
Definisi konsep merupakan batasan atas istilah yang akan diangkat dalam
penelitian. Secara umum definisi konsep adalah penegasan atas setiap pengertian
dari konsep yang akan diteliti. Penjelasannya mengenai istilah yang dipandang
masih belum operasional10. Terkait dengan penelitian skripsi kali ini, adapun wilayah definitif konsepnya adalah sebagai berikut:
1) Preferensi
Menurut arti kata dari kamus bahasa ilmiah, preferensi berati
pilihan, atau keadaan yang lebih disukai. Preferensi sendiri biasanya tidak
12
lahir dengan begitu saja, yang terlebih kemudian dapat dilakukan oleh
individu tersebut, sebab biasanya preferensi mempunyai pijakan atau latar
belakang, yang kemudian baru menjadi suatu keputusan. Weber sendiri
menjelaskan dan membedakan 4 type yang mendasari suatu tindakan,
yaitu tindakan rasional tujuan, tindakan rasional nilai, tindakan rasional
tradisional, dan tindakan rasional afektif11. Dengan begitu, dapat
dipastikan bahwasanya preferensi setiap individu sangat dipengaharui oleh
latar belakang rasio (tingkat keilmuan, pendidikan), kultur budaya /
kepastian etik (adat istiadat, kekeluargaan), emosional, dan pengalaman
yang pernah dilalui.
Untuk itu memang menurut Cambell12 dalam menemukan aspek-aspek ini, maka interpretasi atas makna – makna tidak dapat dipisahkan
dari observasi empiris tentang perilaku manusia, disamping menerapkan
prosedur verifikasi ilmiah dan logika penjelasan historis. Pada kondisi ini
memang diharapkan mampu memberikan hasil latar akan kondisi
sebenarnya untuk kemudian dapat dijadikan analisis, sebagai pandangan
akan pilihan atas tindakan yang mereka pilih. Pengkategorian ini akan
mengarahkan pada identitas yang khusus seperti mengacu pada penjelasan
Berger bahwa sebuah typication dapat menjelaskan konsrtuksi sosial dari
sebuah tindakan yang habitual (berdasarkan kebiasaan)13
11Hidayat, Rahmat, “
Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004, hal 60
12 Ibid
13
2) Perempuan
Kata perempuan dalam bahasa anti ”androgini14”, mengacu pada
kata ”female” yang secara literal diterjemahkan menjadi ”betina”15. Sosok
Perempuan sendiri dalam kacamata keseharian dapat kita artikan sebagai
seorang yang mempunyai organ reproduksi, dan biasa kita panggil dengan
sebutan ”Ibu”, ”Mbak”,”nenek”, ”eyang”. Karakternya menurut F. Tonnies
yang membagi dalam tipikal masyarakat, memasukkan perempuan yang
bersifat lemah lembut, cenderung sabar, kedalam masyarakat type
Gemeinscaft16. Namun dalam keadaan sekarang yang menuntun pada rasionalitas, gerakan feminins mulai mengartikan lain, bahwa perempuan
adalah tipikal yang sama dengan laki-laki dalam konteks kemanusian di
ruang sosial atau publik.
Batasan perempuan sebagai mahluk reproduksi (biologis), bersifat
lemah lembut, dan berperawakan lemah gemulai, kini lebih dikembangkan
pada sisi kesetaraan humanism di wilayah publik atau banyak dikaji lewat
”gender”17. Perempuan mempercayai bahwa adalah mempunyai sisi
14 “Androgni” adalah konsep lama, menurut Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Istilah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ανήρ (anér, yang berarti laki-laki) dan γυνή (guné, yang berarti perempuan) yang dapat merujuk kepada salah satu dari dua konsep terkait tentang gender. Lebih mudahnya androgini adalah suatu posisi yang menyatu antara laki-laki dan perempuan (banci,wandu,waria) 15Putnam Tong, Rosemarie,”
Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006,hal 5 16
Bachtiar,Wardi,“Sosiologi Klasik”,Bandung,ROSDA,2006, hal 83 17Gender
adalah interpretasi mental dan cultural terhadap perbedan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap
tepat bagi laki-laki dan perempuan . (Sumiarni, Endang,”Jender dan Feminisme”,Wonderful
Publishing Company, Yogyakarta, 2004, hal 1), menurut Lindsey adalah segala hal yang menganggab semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau
perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (Umar, Nasaruddin, “Argument Kesetaraan
14
rasionalitas yang sama dan mempunyai hak untuk dihormati oleh laki-laki,
serta mendapat keleluasaan untuk menggunakan skill dan pengetahuan
yang dipunyainya. Jadi intinya adalah perempuan adalah sosok yang
sederhana, namun tetap harus diperhitungkan potensi serta kiprahnya di
mata realitas sosial.
3) Buruh Pemetik Teh
Buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga
dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik
secara Jasmani maupun Rohani18. Sedangkan kelas sosial pekerja sendiri terbagi atas 2 klasifikasi besar19, yaitu “Buruh Professional” atau biasa disebut buruh Kerah Putih, yang memang cenderung menggunakan tenaga
otak dalam bekerja, dan satunya lagi adalah “Buruh Kasar” atau Kerah
Biru yang pada dasarnya menggunakan ketrampilannya untuk bekerja.
Di perkebunan teh20 Wonosari, “Buruh Petik Teh” disebut
“Karyawan Petik Teh”, tugasnya adalah memetik daun pucuk dari
tumbuhan teh yang kemudian akan diproduksi sebagai minuman teh. Kata
karyawan sendiri memang digunakan untuk penghormatan atau
memperhalus kosakata yang terkait penggambaran pekerja petik teh.
Sebenarnya tindakan ini disesuaikan dengan upaya dari pemerintahan
18ibid
19
B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI(jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005, hal 16
20
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara
menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis
15
Orde Baru tentang Budaya positivism yang dijalankan seiring dengan
sisitem pemerintahanya, yang bertujuan untuk kesinambungan dan
meninggalkan kata secara sarkasme, yang juga ditakutkan malah
menambah potensi konflik, sebagai akibat stratasocial yang lebih kental.
F. METODE PENELITIAN
Subyek penelitian adalah Karyawan pemetik teh perempuan di Kebun Teh
di Wonosari, Malang. Subyek yang dipilih secara purposif berdasarkan aktifitas
mereka dan kesediaan mereka untuk mengeksplorasi serta mengartikulasikan
pengalaman mereka secara sadar, seperti kata Cresweel: ”in phenomenological study, the participants may be located a single site, although they need not be.
Most important, they must be individuals who experianced the phenomenon being explored and articulate their conscious experince”21
. Disisi pentingnya, dan
menjadi pedoman awal, fenomenologi tidak menggunakan hipotesis dalam
prosesnya, walaupun fenomenologi bisa dan dapat menghasilkan sebuah hipotesis.
Jadi, pada praktiknya, fenomenologi akan lebih cenderung pada observasi,
wawancara mendalam (kualitatif), dan analisis dokumen dengan metode
hermeneutik22.
Sedangkan jenis penelitian yang dipakai dalam fenomenologi adalah
penelitian deskriptif23. Hal ini juga sesuai dengan metode deskriptif umumnya, yang dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena
21 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 124
22ibid , hal 36 23Ibid
16
atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti24. Pada metode dan Penulisan, penulis menggunakan metode kualitatif seperti yang dipakai oleh Fenomenologi
umumnya25, yaitu metode dengan cara menjabarkan atau menguraikan data maupun keterangan informasi secara umum.
Untuk menunjang kevaliditas data dan mempertajam pengembangan
analisa fenomenologi, namun karena adanya ragam metode penelitian
fenomenologi, maka peneliti membatasi dengan menggunakan teknik
pengumpulan data sesuai dengan cara Marshall dan Rossman26, sebagai berikut:
1. Partisipasi peneliti di lapangan
Pada tahapan ini, sebagai tahapan yang awal namun sangat penting.
Sebagai langkah awal atau biasa disebut juga dengan pre-fieldwork, peneliti dalam
hal ini memilih situs dan dan melakukan kontak dengan subyek (person) yang
tinggal dan berada pada lokasi penelitian. Kemudian, secara purposif peneliti
melakukan penggalian typification27 atau representasi mental dari para subyek
yang diteliti. Itu artinya dalam hal ini peneliti harus bisa diterima oleh komunitas
ini.
24
Faisal,Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”,Jakarta,Rajawali Pers,2007, hal 20
25 Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009, hal 65
26Ibid , hal 64 27
17
Pada tahap ini, peneliti juga melakukan bracketing of exixtence
(menyimpan kejadian sebenarnya secara rapat), istilah ini lebih dikenal dengan
”the epoche”28. Artinya, peneliti akan meletakkan semua bias, prasangka, teori,
termasuk commonsense yang berkaitan dengan fenomena yang berkaitan dengan
karyawan pemetik teh di Wonosari. Fenomena diungkap dengan natural yang
tujuannya adalah dapat mengungkap apa yang tersembunyi di dalam
sedimen-sedimen pengetahuannya.
Pada saat seperti ini, dilakukan reduksi terhadap temuan ke dalam
kata-kata yang sederhana dari subyek yang sedang melakukan interaksi sosial dengan
teman-temannya, rekan kerja, bahkan kontak yang lebih luas.
2. Observasi/ pengamatan langsung
Tahapan yang kedua dan sudah masuk dalam kerangka inti, yang juga bisa
disebut dengan tahapan in the field. Observasi adalah bentuk teknik pengamatan
dengan menggunakan indera terhadap gejala atau kejadian yang di tangkap pada
suatu waktu.
Langkah awalnya adalah dengan mencari struktur ”fisik” berupa gambaran
peristiwa/kejadian di satu ruang dan waktu, termasuk karakteristiknya, artinya
pengalaman subyek akan dilihat atau diamati dari sudut ”dimana kejadiannya”
dan ”kapan terjadinya”. Termasuk pada kapasitas ini sesuai dengan habitus
kehidupan sehari-hari mereka, seperti mencari nafkah, dimana dan kapan.
28
18
Berikutnya, langkah kedua dari observasi adalah menggambarkan makna
dari struktur yang diperoleh pada langkah pertama tadi, mencakup tema, motif,
citra dan paling pentingnya adalah bagaimana perasaan / emosi komunitas ini
pada saat melakukan pekerjaannya. Pengamatan langsung yang dimaksudkan oleh
peneliti diharapkan akan memperoleh data-data yang akurat tentang obyek yang
akan diteliti, sehingga dapat memahami permasalahan dari gejala sosial yang
terjadi.
Peneliti akan menggunakan teknik observasi aktif, yakni peneliti lebih
menonjol sebagai pengamat sekaligus pelaku didalam situasi sosial itu. Di
partisispasi ini, peneliti juga akan melakukan kegiatan petik teh, yang
dimungkinkan agar bisa lebih menjelaskan detail kerja (kemudahan dan kesulitan)
petik teh.
3. Wawancara
Metode berikutnya adalah wawancara atau inteviewing. Ada dua tahap di
dalam metode ini.
A. Interviw berupa dialog. Pada sesi dialog inilah yang mampu
menggambarkan esensi dari fenomena yang sedang diamati, sebab
diceritakan dari sudut pandang orang pertama (orang yang mengalaminya
19
dan terbuka, namun peneliti tetap memegang kendali percakapan sesuai
dengan topik atau permasalahan yang dibahas29.
Wawancara adalah teknik dimana peneliti melakukan kegiatan
tanya jawab dengan orang-orang yang terlibat dalam obyek penelitian.
Dalam hal ini ada dua pihak, yang pertama adalah pihak pewawancara
(interviewer) dan yang berikutnya adalah pihak yang diwawancarai
(interviewee), dengan cara begitu peneliti diharapkan bisa mendapatkan
keterangan yang relevan dengan masalah yang terjadi. (Faisal, 1990: 62).
Menjadi catatan pentingnya, peneliti tidak akan melakukan pemaksaan
pada interviewee, jadi peneliti akan menghentikan sewaktu-waktu dan
meneruskan jika kondisi sudah cukup memungkinkan kembali untuk
wawancara.
B. Intensionalitas (ide merujuk pada obyek / not marking) yang bisa dilihat
dari tiga aktivitas subyek yaitu (a) mengingat (remembering) bagaimana
peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan kehidupan mereka, (b)
menyerap (perceiving) pengetahuan tentang bagaimana mereka
bertransaksi, berinteraksi dan melakukan jaringan kerja, termasuk norma
resiprokal yang berlaku di komunitas ini (c) menghendaki (desiring),
peneliti mendengarkan pengalaman subyek, bagaiman ingatan-ingatanya,
mimpi-mimpinya,”kecemasan-kecemasan”,”kegembiraan”, atau bahkan
mungkin ”ketidakpastiannya” ketika menghadapi fenomena yang diteliti
(dalam hal ini pemetik teh). Dari sinilah akan terlihat melalui
20
ungkapan dari mereka sendiri, tentang gambaran sedimen penting sesuai
pengetahuan yang mereka miliki berkaitan dengan obyek penelitian.
4. Telaah Dokumentasi
Proses ini dilakukan untuk validitas data atas sumber- sumber yang telah
ada, berupa tulisan maupun data terkait fokus penelitian. Oleh Winarto
Surachmad (1984:123) mengartikan bahwa metode dokumentasi adalah metode
yang dapat dipakai untuk historis riset yang ditujukan untuk penguraian dan
penjelasan apa yang telah lalu ada melalui sumber dokumen. Peneliti melakukan
kegiatan studi dokumentasi untuk mendapatkan data-data penunjang yang dapat
digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisis. Data yang diperoleh bisa
dari tulisan jurnal, karya ilmiah ataupun hasil diskusi dosen dengan mahasiswa,
senyampang itu masih terpaut dengan penelitian dan merupakan rujukan yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Sedangkan tematik yang dapat dijadikan dokument tambahan analisis
adalah penelitian seputar (1) motivasi perempuan dalam bekerja, hingga pada
tingkat pekerjaan yang dipilih oleh perempuan, serta penelitian yang membahas
tentang (2) study kasus fenomenologi yang akan dijadikan sebagai pembanding
dari penelitian ini.
Fenomenologi adalah tinjauan riil dari kasus, yang didasari oleh
pengamatan atau tinjauan langsung terhadap obyek masalah/ yang diamati.
21
Karyawan petik teh dari pihak perusahaan PTPN XII (Persero) tepatnya yang
berada di kawasan Kebun teh Wonosari, Malang.
Adapun kemudian Cooper (1989)30, membedaan data melalui 2 sisi, yaitu data tehnik dan non tehnik, yang terdiri dari:
1. Data teknik, yakni data yang mencakup
a. Kepekaan teoritis (theoritical sensitivity), adalah menangkap
konsep dan hubungan antar data, tujuannya untuk mempelajari
bagaimana mendekati dan menginterpretasikan data.
b. Data sekunder, menyediakan informasi yang berguna. Contohnya
catatan lapangan yang berisi bahan-bahan penunjang yang relevan
dengan kejadian, tindakan, dan cara pandang informan, dalam
situasi ini sifatnya hanya sebagai memperkaya sudut pandang
c. Pertanyaan-pertanyaan penelitian
d. Teori yang relevan dengan masalah penelitian
e. Validitas pelengkap untuk keakuratan data
2. Data non teknik (disebut juga data utama), seperti telaah sejarah dan
biografi, telaah surat, buku harian, laporan, rekaman video dan koran. Pada
posisi tahap ini peneliti juga akan memakai tahap ”focus group” (jika diperlukan), yang mana kelompok ini akan dibentuk dengan melibatkan
beberapa anggota komunitas (karyawan pemetik teh), yang bertujuan
mendiskusikan topik yang berkaitan dengan tema yang kita teliti.
22
G. LOKASI PENELITIAN
Sesuai dengan kondisi permasalahan dan penerapan atas alat teori
yang dipakai, maka dipilih kebun Teh wonosari sebagai lokasi penelitian.
Kondisi iklim masyarakat setempat yang kemudian menjadikan budidaya
kebun teh sebagai komoditi ekonomi dan kemudian secara langsung pula
di bawah naungan PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), serta
fenomena pekerja pemetik teh yang terampil, menjadikan sisi fenomena
tersendiri untuk dikaji.
H. TEHNIK ANALISA DATA
a) Tahapan-tahapan kegiatan dalam penelitian (jadwal penelitian)
Penelitian dilakukan dengan waktu dan tahapan yang
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan
semata-mata agar penelitian tidak terkesan buru-buru, ataupun malah
berlebihan. Standarisasi waktu juga berkenaan dengan waktu
pembuatan laporan skripsi, untuk itu batasan waktu adalah selama
minimal 1 bulan dan maksimal 3 bulan. Namun, senyampang data
serta gambaran sudah memenuhi kriteria atas fenomenologi, dan
dinilai cukup komperhensif dalam hasilnya, maka kendati di
pertengahan waktupun, penelitian bisa saja dihentikan dan sudah bisa
dikatakan selesai.
23
Menurut Creswell, John W31 jumlah informan dalam penelitian fenomenologi (yang pada penelitian positivistik disebut dengan
pengambilan sampel), tidak ditentukan. Faktor terpenting adalah
”memilih informan”, sebab dari sinilah diharapkan dapat
menggambarkan makna dari fenomena/ peristiwa secara detail.
Biasanya jumlah informan dalam penelitian fenomenologi sampai 10
orang sudah dirasa cukup dalam menggambarkan situasi sebenarnya.
c) Kebutuhan perorangan
Kebutuhan perorangan adalah situasi dimana peneliti akan
melakukan analisis atau penggalian data berdasarkan perorangan.
Pencarian informasi ini berlaku juga untuk mengetahui tanggapan
orang lain terhadap pihak subyek penelitian, terkait kehidupan dan cara
interaksinya, yang dirasa kurang dapat dikuak sendiri oleh peneliti.
Secara umum, terkait penelitian data perorangan ini kemudian akan
dijadikan sebagai data tambahan dan penguatan dari penelitian.
d) Kebutuhan sumber data yang lain
Serangkaian data penelitian sebelumnya hingga yang terbaru
adalah berupa penguatan, yang memang saling melengkapi suatu
analisa atas semua gejala yang ada di dalam masyarakat. Begitupun
dengan penelitian ini, suguhan data utama yang memang terdapat dan
ditemukan dalam perusahaan PTPN XII (PERSERO), juga akan di
tambah dengan data dari dokument lainnya, sehingga diharapkan
24
mampu lebih bisa melengkapi bahkan lebih bisa memenuhi standart
dari laporan hasil penelitian, yang dalam hal ini dalah Skripsi.
e) Pengolahan data
Setelah diperoleh pengetahuan dari sumber yang ada dan bisa
menggambarkan situasi sebenarnya, maka kemudian dilakukan coding
atau catagorizing terhadap :
1. Tema fenomena yang diteliti (dalam hal ini preferensi wanita
menjadi karyawan pemetik teh di Wonosari).
2. Ekspresi berbahasa (apa saja yang mereka cetuskan, dalam
bentuk ungkapan-ungkapan)
3. Mendefinisikan narasi yang terkumpul
4. Menformulasikan hipotesa
f) Findings32
Pada tahapan finishing atau penutup peneliti melakukan
describing, analizing, dan theorizing dengan memposisikan temuan
yang telah ada antara teori dengan realitas. Disinilah peneliti akan
memulai reflexivity33.
Secara lebih jelas describing adalah tahapan dimana data-data
yang telah dikelompokkan (coding and catagorizing) digambarkan
32
Tehnik ini ditemukan pada tulisan sebelumnya oleh Vina Salvina, dalam bentuk penyampaian secara tertulis untuk mahasiswa ACICIS-FISIP UMM.
33
Reflexivity yaitu membingkai sebuah bentuk pengetahuan, dengan instrument utama untuk keperluan deskripsi dengan cara sensitive murni dari pengalaman-pengalaman subyek penelitian, dan yang hal tersebut mampu mengkonstruk sejumlah perwujudan karakteristik pengetahuan
manusia. Lihat Simon. J. Charleswoth, “A Phenomenology of Working Class, Cambridge
25
secara mendalam (thick description) sebagai typified meaning. Artinya
dibuat deskripsi berkaitan dengan pengkategorian tema-tema realitas
yang diteliti. Sedangkan analizing sendiri adalah tahapan dimana
peneliti sekaligus melakukan bridging dan reflexivity, yang berarti
disni peneliti memposisikan temuan yang ada dan kemudian
mengkomparasikan / mensinkronkan dengan teori yang relevan.
I. NILAI DAN LOGIKA DARI PENELITIAN.
Adapun penilitian ini adalah suatu yang hal terkait fenomena
masyarakat, yang dididalamnya ada suatu komunitas (pemetik teh di
Wonosari). Hubungan yang terjalin dari suatu kekerabatan pada
masyarakat disekitar kebun teh, mampu mempengarui sisi pilihan dalam
pekerjaan ( work preferens). Seperti yang telah disinggung pada latar
belakang, pilihan yang tidak banyak menggunakan rasio sebagai alat
utama dalam penentuan dimensi kerja. Nilai adat, kebiasaan, yang semua
berkaitan dengan intersubyektivitas, menjadikan masyarakat setempat,
khususnya perempuan memilih pekerjaan tersebut. Adapun hal menarik
lainnya adalah pada komposisi kekeluargaan, ternyata pilihan sebagai
pemetik teh adalah pilihan keluarga (nenek, ibu, anak, saudara, suami).
Kesemuanya mempunyai relativitas sendiri dalam menata
kehidupan, akan tetapi dalam menentukan pilihan kerja, mereka mampu
menyamakan. Untuk itulah dalam penelitian ini, peneliti ingin menemukan
alasan-26
alasan, dorongan, serta motivasi apa yang menjadi akar dari suatu pilihan
kerja, khususnya kaum perempuan setempat. Hingga dalam term
fenomenologi, kesadaran untuk melakukan sesuatu atas dasar nilai sosial,
yang kemudian menjadi mereduksi tatanan nilai-nilai yang baru, juga tidak
mampu merubah dengan cepat pilihan tersebut.
Untuk itulah kajian ini akan semakin menarik dengan analisis
fenomenologi, yang berusaha mengungkap realitas sebenarnya dan jauh
dari sekedar anggapan atau claim atas realitas. Dari sini akan nampak
suatu cerminan akan kuatnya identitas sosial, dan itu berlangsung sejak
i
“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH”
(Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO)
di Kebun Teh Wonosari, Malang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Kesarjanaan (S-1) pada Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Oleh:
GIGIH WAHYU PRATOMO 03240041
JURUSAN SOSIOLOGI
KONSENTRASI SOSIOLOGI INDUSTRI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Dan diterima Sebagai Persyaratan untuk
Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata 1
Pada tanggal : 12 November 2011
Di Hadapan Dewan Penguji
1. Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si ( )
2. Rachmad K. Dwi Susilo, S.sos, MA ( )
3. Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ( )
4. Muhammad Hayat, S.Sos. ( )
Mengetahui,
Dekan FISIP - UMM
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Gigih Wahyu Pratomo
NIM : 03240041/201010310312044
Fakultas / Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik / Sosiologi
Judul : “ PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH
PEMETIK TEH ” (Study Fenomenologi Kalangan
Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh
Wonosari, Malang)
Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Dr. Vina Salviana D. S, M.Si) (Muhammad Hayat, S.Sos.)
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri)
Dekan FISIP Ketua Jurusan Sosiologi
iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Gigih Wahyu Pratomo
Nim : 03240041 / 201010310312044
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Sosiologi
Pembimbing : 1. Dr. Vina Salviana Darvina, M.Si
2. Muhammad Hayat, S.Sos
Konsultasi
Tanggal Keterangan Paraf
Pembimbing I Pembimbing II
26 November 2009 Bab I
22 Desember 2009 Bab II
30 Desember 2009 Bab III
15 Maret 2010 Bab IV
11 Juni 2010 Bab V
28 Agustus 2010 Bab VI
Dosen Pembimbing I Pembimbing II
( Dr. Vina Salviana D. S, M.Si ) ( Muhammad Hayat, S.Sos. )
Mengetahui, DEKAN FISIP UMM
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Gigih Wahyu Pratomo
Tempat/tanggal lahir : Tuban, 7 April 1984
NIM : 03240041 / 201010310312044
Jurusan : Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Industri)
Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP)
Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa laporan penelitian skripsi saya yang berjudul
“PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study
Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh
Wonosari, Malang) adalah bukan merupakan laporan orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk referensi atau kutipan yang telah saya
sebutkan sumber-sumbernya.
Demikian pernyataan keaslian laporan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya dan apabila ternyata ada ketidakbenaran, saya bersedia mendapatkan
sanksi akademis.
Malang, 12 November 2011
Yang menyatakan
vi
MOTTO
“ Wahai Tuhanku, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka, bakarlah
aku di neraka. Dan jika aku menyembah-Mu karena ingin masuk surga
maka keluarkanlah aku kemudian, tetapi jika aku menyembah-Mu demi
karena Kamu maka janganlah sembunyikan Keindahan Abadi-Mu dariku ”
(Abunawas)
“ Sedalam dan sebanyak apapun Ilmu yang kita pelajari, tak akan
memberikan kontribusi apapun, jika penguasaan manfaat atas ilmu tersebut
masih terbelenggu dengan sisi egoisme yang ada di dalam diri kita ”
vii
LEMBARPERSEMBAHAN
Kepada Sang Agung, Sang Teman Sejati, Pencipta sekaligus Pelindung, Pengampun atas segala kesalahan dari umat dan seluruh mahluk-Nya, tak ada yang pantas dipersembahkan untuk kuasa-Mu selain kepasrahan
diri dan ketotalan akan Iman kepada-Mu
Buat Bapak, Ibu, dan kedua adikku Arta dan Lidya, keluargaku yang selalu menyemangati dan sangat aku cintai
&
viii
KATAPENGANTAR
Dengan selalu mengucap syukur sebesar-besarnya kehadirat Allah S.W.T.
sebab dengan ijin dan ridhoNya-lah tahap akhir berupa penyusunan skripsi dari
studi S1 sebagai mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan. Segenap shalawat serta salam juga
selalu terhaturkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W. selaku junjungan dan
pemimpin umat Islam. Dimana dengan perjuangan beliau kita dapat masuk pada
golongan yang diRidhoiNya.
Untuk itu Alhamdulillah Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan, hal ini
tentunya tidak bisa lepas dari pihak – pihak terkait secara langsung maupun tidak.
Oleh karenanya, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
mendorong serta membantu penyelesaian penulisan skripsi hingga pada bentuk
penulisan yang tepat, untuk itu penyusun ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua yang amat kucintai, “Bapak”, “Ibu”, yang selalu sabar namun
tegas dalam membimbing kami sebagai anak, selalu mengusahakan yang
terbaik bagi putra-putrinya tanpa meminta balasan apapun, yang selalu
berdoa untuk kesuksesan kami, kedua adikku Arta dan Ratna, ”semoga
perjalanan hidupmu dalam berumah tangga semakin membawa kaliyan
kedalam ridhoNya, sukses juga untuk kaliyan” dan si kecil Lidya centil
yang makin hari buat mas jadi kangen dan harus berpikir cepat untuk
sesegera mungkin menyelesaikan studi, biar bisa sekolahin dan rawat
kamu
2. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku Dekan FISIP UMM, calon Prof. yang
telah banyak membantu saya, Bapak adalah rekan, saudara, sekaligus
orang tua bagi saya, yang itu selalu berbagi suka, go a head, “mari kita
ix
4. Bapak Drs. Saiman, M.Si selaku pembantu dekan I FISIP UMM, yang
telah memberikan rekomendasi serta ijin penelitian.
5. Pak Rachmad,M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP UMM, yang
senantiasa memberikan arahan pada kami selaku mahasiswanya.
6. Ibu Dr. Vina Salviana D.S., M.Si, selaku Pembimbing I sekaligus wali
kelas, yang memberikan motivasi kepada saya untuk segera menuntaskan
pendidikan S1, dorongan berupa “materi” dan “non materi” dari ibu
adalah hal besar yang sangat membantu studi saya, yang telah sabar dalam
memberikan keleluasaan kepada saya untuk berpikir dan berkembang
sebagai “intelektual muda” dan bapak Muhammad Hayat S.Sos selaku
Pembimbing II yang menyediakan waktu untuk bimbingan.
7. Ir. Budi Styo Iriawan dan Ir. Made Susilatama, selaku pimpinan PTPN XII
(Persero) Kebun Teh Wonosari, yang telah memberikan ijin serta
memfasilitasi, hingga mempermudah proses penelitian sampai selesai dan
Bapak ”Heri” Supangat serta Bapak Harly yang mau memberikan fasilitas
tempat tinggal, selalu memotivasi untuk segera menyelesaikan, sebab
kehidupan realitas ”kerja” sudah bukan suatu yang harus ditakuti.
8. Seluruh subyek wawancara yang telah bersedia menyediakan waktu dan
diajak ”ngobrol” serta dengan senang hati memberikan keterangan
berkaitan apa yang sedang saya teliti dan tanyakan, serta civitas karyawan
yang ada di kebun Teh Wonosari yang telah membantu dalam mengantar
dan menemani pada saat penelitian.
9. Kekasih tercinta Tata Pratama, tiada hari tanpa omelan dan marahmu,
untuk segera menyelesaikan skripsi dan segera lulus, dengan kesabaran
dan ketulusanmu tercermin nuansa indah, tenang, sabar, tegas, mulia, yang
sebab darisitulah aku melihat wajah dari kuasa Allah S.W.T. sehingga
meyakini bahwa rasa cinta itu terlahir untuk sebagian pengabdianku
sebagai mahluk-Nya, darisini semoga kita bisa secepatnya meraih dan
membuktikan cita-cita dari mimpi kita, amien.
10.Saudara-saudaraku di HMI dan kawan-kawan Ngopi, terima kasih untuk
x
intrik pedas, namun karena itulah membuat otak kita berpikir, sehingga
berguna dan bermanfaat hingga tak ternilai harganya.
11.Kawan-kawan Sosiologi ’03 yang selalu memberikan motivasi, kini aku
akan datang ikut dalam rombongan Alumni, semoga kita bersama-sama
bisa memberikan kontribusi aplikatif yang bermanfaat untuk masyarakat.
Serta untuk semua pihak yang tidak dapat dan belum saya sebutkan, terima
kasih atas partisipasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Laporan ini
sendiri juga diharapkan mampu memberikan kebaikan secara teoritis maupun
aplikatif kepada para bibit dari intelektual muda, walaupun penulis secara sadar
memang masih perlu untuk adanya perbaikan- perbaikan seiring dengan metode
serta konsep yang lebih baru dan baik. Untuk itu penyusun selalu membutuhkan
kritik saran berupa ide-ide kreatif yang membangun dalam perbaikannya, demi
kemajuan ilmu Sosiologi yang lebih baik di masa mendatang.
Malang, 12 November 2011
xi
1.9. Nilai dan Logika Dari Penelitian...24
BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1 Preferensi... 27
2.2 Perempuan... 30
xii
2.4 Penelitian Terdahulu...34
2.5. Kerangka Teori... 36
2.5.1. Fenomenologi... 36
2.5.2. Teori Rasionalitas Max Weber... 40
2.5.3. Teori Feminisme...42
BAB III : DESKRIPSI WILAYAH A. Identitas Perusahaan... 48
A.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan...48
A.2. Maksud dan Tujuan Pendirian Perusahaan...48
B. Kondisi Perkebunan...50
B.1. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan... 52
C. Waktu Kerja dan Tahapan Pemetikan... 52
D. Jaringan Kerja...54
E. Rencana Tindak Lanjut...55
F. Program Pertanggungjawaban Perusahaan pada Masyarakat Sekitar... 56
G. Struktur Organisasi...58
H. Metode Perusahaan Dalam Menjaga Konsistensi dan Etos Kerja Karyawan Pemetik Teh... 58
I. Sejarah Pemetik Teh...60
BAB VI : SAJIAN DATA A. Gambaran Umum Kondisi Latar Belakang Karyawan Pemetik Teh...65
A.1. Pendidikan...65
A.2. Keahlian/Pekerjaan... 68
A.3. Agama / Kepercayaan...70
A.4. Ekonomi...71
B. Deskripsi Motivasi dan Tujuan...74
xiii
B.2. Tujuan...80
C. Kecenderungan...82
D. Struktural Pengalaman dan Deskripsi Tekstural...86
BAB V : TEMUAN DAN REFLEKSI TEORITIS A. Temuan...104
A.I. Konstruksi Sosial Perempuan Pemetik Teh...104
A.2. Proses Menjadi Pemetik Teh dan Identifikasi Karakteristik... 114
B. Refleksi Teoritis...123
B.1. Fenomenologi Eksitensialis...123
B.2. Teori Rasionalitas Weber...132
B.3. Teori Feminis Liberal...135
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan...141
B. Saran...142
B.1. Bagi Akademik... 142
B.2. Bagi Perusahaan...144
Daftar Pustaka... 146
Lampiran-lampiran...148
xiv
Daftar Tabel
Tabel 1 : Budidaya Perkebunan ...hal 51
Tabel 2 : Jumlah Karyawan tetap... hal 53
Tabel 3 : Harga Pokok Teh ... hal 54
Tabel 4 : Hasil Produksi 5 tahun terakhir (terlampir)
Tabel 5 : Pendidikan Karyawan………hal 65
Tabel 6 : Pengalaman Kerja ... hal 68
Tabel 7 : Gaji Karyawan...hal 71
Tabel 8 : Hal-hal yang mempengaruhi Preferensi Profesi...hal 75
Tabel 9 : Lama bekerja... hal 80
xv
Daftar Bagan
Bagan 1 : Struktur Organisasi (terlampir)
xvi
Daftar Gambar
Gambar 1 : Absen dan Pemberangkatan (terlampir)
Gambar 2 : Aktifitas Petik (terlampir)
Gambar 3 : Penimbangan (terlampir)
Gambar 4 : Istirahat Makan (terlampir)
Gambar 5 : Membawa rumput untuk ingon-ingon (terlampir)
Gambar 6 : Kondisi salah satu rumah pemetik teh (terlampir)
xvii
ABSTRACT
Name: Gigih Wahyu Pratomo, Nim: 03240041/201010310312044, Title of Tesis: "PREFERENCES FEMALE WORKERS AS A TEA PICKER" (Phenomenology Study Among Workers PTPN XII (Persero) in the Garden Tea Wonosari, Malang), Supervisor I: Dr. Vina Salviana. D. S, Si, Supervisor II: Muhammad Hayat, S. Sos.
Keywords: Preference, Women, Workers' Picker Tea, Phenomenology
Which reflects the present condition of humanism have a positive effect for the development of life, one of which is equality in the public domain. The capacity of women in gaining access to education by improving the quality of life is the tendency today is more easily found. The desire to improve these conditions can also be found in women who are in the area around the tea gardens Wonosari Malang, which is exactly at the foot of Mount Arjuna. They are women who in this case not only as a housewife, but also a figure of professional workers (employees), which it aims for the improvement of their household economy. Women's super, working with the double consequence has been played by them. Woman tea picker is a manifestation of the "Professionalism" and "Rationalism" in Preferences toward the achievement of their profession. Departing from the corner of everyday life and spirit to work high, they are driven by itself in this position. Habits of small, giving them their own experiences in the world of farming and harvesting work environment. Term of Hegel's phenomenology that explains that the "reasonable" and "experience" will usher individuals in a better position in life through a series of forms in their everyday business. Performance history of ancestors who later became a living are going down - for generations in this society, as if a cycle is adequate and neatly strung behind these people's lives.
xviii
ABSTRAKSI
Nama : Gigih Wahyu Pratomo, Nim : 03240041/201010310312044, Judul Skripsi : “PREFERENSI PEREMPUAN SEBAGAI BURUH PEMETIK TEH” (Study Fenomenologi Kalangan Buruh PTPN XII (PERSERO) di Kebun Teh Wonosari, Malang), Dosen Pembimbing I : Dr. Vina Salviana. D. S, M.Si., Dosen Pembimbing II : Muhammad Hayat, S.Sos.
Kata Kunci : Preferensi, Perempuan, Buruh Pemetik Teh, Fenomenologi
Kondisi kekinian yang mencerminkan sisi humanisme memberikan efek positif untuk perkembangan kehidupan, salah satunya adalah kesamaan derajat pada wilayah publik. Kapasitas perempuan dalam memperoleh akses pendidikan demi peningkatan mutu hidupnya adalah kecenderungan yang saat ini lebih mudah dijumpai. Keinginan untuk memperbaiki kondisi ini juga dapat dijumpai pada perempuan yang berada di kawasan sekitar kebun teh Wonosari Malang, yaitu tepatnya di kaki Gunung Arjuna. Mereka adalah perempuan yang dalam hal ini tidak hanya selaku menjadi ibu rumah tangga saja, namun juga menjadi sosok profesional pekerja (karyawan), yang itu bertujuan demi perbaikan ekonomi rumah tangga mereka. Perempuan super, bekerja dengan konsekuensi double telah diperankan oleh mereka.
Perempuan pemetik teh adalah wujud dari sisi “Profesionalisme” dan “Rasionalisme” dalam pencapaian preferesi terhadap wilayah profesi mereka. Berangkat dari sudut keseharian dan spirit untuk bekerja yang tinggi, mereka terdorong dengan sendirinya pada posisi ini. Kebiasaan dari kecil, memberikan pengalaman sendiri kepada mereka dalam dunia pertanian dan lingkungan kerja pemetikan. Term fenomenologi dari Hegel yang menjelaskan bahwa sisi “akal” dan “pengalaman” akan mengantarkan individu pada letak yang lebih baik dalam kehidupannya melalui bentuk-bentuk rangkaian usaha di kesehariannya. Riwayat kinerja leluhur yang kemudian menjadi penghidupan secara turun – temurun pada masyarakat ini, seakan menjadi siklus yang memadai dan terangkai rapi dibalik kehidupan masyarakat ini.
xix
pemetik teh. Pekerjaan yang berdasar pengalaman keseharian kehidupan sekitar mereka. Yang pengalaman itu boleh jadi mereka peroleh dari kebiasaan dan bukan dengan teori yang lebih dulu terpikirkan oleh mereka.
134
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alwisol, “Psikologi Kepribadian”, UMM Press, Malang, 2004
B. Horton,Paul, Chester L.Hunt, “SOSIOLOGI (jilid 2)”, Jakarta, Erlangga, 2005
Bachtiar, Wardi, “Sosiologi Klasik”, Bandung, ROSDA, 2006
Bertens, K, “Fenomenologi Eksistensial”, Jakarta, Atmajaya, 2006,
Cantor, Dorothy W. dkk, “Women In Power”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
1998
Derrida, Jacques, “Kosmopolitanisme & Forgivness”, Alenia, Yogyakarta, 2005
Engineer, Asghar Ali, ”Pembebasan Perempuan”, LKIS, Yogyakarta, 1999
Faisal, Sanapiah, “Format-Format Penelitian Social”, Jakarta, Rajawali Pers,
2007
Fukuyama, Franssisco, “The Great of Description”, Yogyakarta, Jendela, 2004
Gahral Adian, Donny, “Percik Pemikiran Kontemporer (Sebuah Pengantar
Komperhensif)”, Jalasutra, Yogyakarta, 2007
Hidayat, Rahmat, “Ilmu Seksis (Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori
Sosial Maskulin)”, Yogyakarta, Jendela, 2004
Irwan, Zoer’aini Djamal, “Besarnya Eksploitasi Perempuan dan lingkungan di
Indonesia”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009
Khaldun, Ibnu, “Muqadimah”, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2000
135
Kuswarno, Engkus, “Fenomenologi (Konsepsi, Pedoman dan Contoh
Penelitian)”, Widya Padjadjaran, Bandung, 2009
Patria, Nezar, “Antonio Gramcy (Negara dan Hegemoni)”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2003
Partanto, Pius. A, dan M. Dahlan Al Barry, “Kamus Ilmiah Popular”, Arkola,
Surabaya, 2001
Putnam Tong, Rosemarie,”Femininst Thought”, Yogyakarta, Jalasutra, 2006
Ritzer, George,Douglas J. Goodman, “Teori Sosiologi Modern”, Prenada Media,
Jakarta, 2004
Schutz, Alfred, “The Phenomenology of the Social World”, Northwestern
University Press, New York, 1967
Soekanto, Sorjono, “Sosiologi Suatu Pengantar”, Rajawali Pers, Jakarta, 2003
Soeroso, Andreas ,“Interaksionalisme Simbolik dan Statistik Sosial”, Grha Guru,
Yogyakarta, 2005
Weber, Max, “Etika Protestan & Spirit Kapitalisme”, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006
Widyanta, A.B, “Sosiologi Kebudayaan Georg Simmel”,Cindelaras, Yogyakarta, 2002
Situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Preferensi diakses pada tanggal 20 November 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/teh diakses pada tanggal 20 November 2009
Wawancara
136
Wawancara dengan Ibu Giniah
Wawancara dengan Ibu Hariwati
Wawancara dengan Ibu Hartatik
Wawancara dengan Ibu Khotimah
Wawancara dengan Ibu Sukarsih
Wawancara dengan Ibu Sumarsih
Wawancara dengan Ibu Sunaryah
Wawancara dengan Ibu Wartini
Wawancara dengan Pak Made
Wawancara dengan Pak Heri