• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIKAP BERTAHAN VENEZUELA DALAM MERESPON KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT – KOLOMBIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIKAP BERTAHAN VENEZUELA DALAM MERESPON KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT – KOLOMBIA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara di Kawasan Amerika

Latin telah terbangun semenjak sebelum perang dingin pecah. Bahkan jauh

sebelum era Perang Dingin digelar, Amerika Serikat telah hadir dan menancapkan

pengaruh baik politik, ekonomi maupun militer di Kawasan tersebut sebagai

kekuatan yang hadir dari luar batas wilayah Kawasan tersebut.1 Meskipun pada masa Perang Dingin disebut sebagai era khusus bagi hubungan yang signifikan,

namun baik sebelum dan sesudahnya tetap terlihat sama bagi Amerika Serikat

untuk berupaya menancapkan pengaruhnya di kawasan tersebut.

Dalam upaya menancapkan pengaruhnya, penggunaan kekuatan militer

ataupun melalui instrument bantuan luar negeri merupakan beberapa jalan yang

digunakan oleh Amerika Serikat untuk melancarkan ekspansinya.2 Perlu diakui, seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa negara-negara di Amerika Selatan

memiliki sejarah panjang terhadap dominasi dan represi baik itu secara politik,

ekonomi maupun militer dari Amerika Serikat. Beberapa peristiwa penting yang

terjadi, layaknya pergulatan politik domestik yang diwarnai dengan intervensi

1

Baca Jorge I. Dominingues. 1999. The United State and Latin America: US-Latin Americans Relations During The Cold-War And Its Aftermath. Institute Of Latin American StudiesUniversity Of London and David Rockefeller Center Of Latin American Studies, Harvard University. London. Chapter II. Baca dalam http://www.wcfia.harvard.edu/sites/default/files/jd_us_latin.pdf (Diakses pada tanggal 07 Januari 2013)

(2)

militer, kudeta dan beberapa kebijakan restrukturisasi ekonomi (neo-liberal), tidak

dapat dilepaskan dari intervensi Amerika Serikat.

Hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara di Amerika Selatan

ditegaskan kembali melalui pembaharuan perjanjian dan pengembangan

kerjasama militer (Defense Cooperation Agreement) dalam kerangka Colombian

Plan yang ditandatangani kembali pada tahun 2009 dengan Kolombia, dengan tetap dalam agenda war on narcotics.3 Agenda memerangi persebaran narkotika yang melatar belakangi lahirnya hubungan bilateral antara AS dan Kolombia

memang telah terjalin sejak 1980-an. Hal tersebut dapat dipahami karena kedua

negara memiliki pandangan yang sama terhadap persebaran narkotika ilegal

sebagai sebuah ancaman.

Bagi Kolombia, agenda memerangi persebaran narkotika dan perlawanan

kelompok paramiliter merupakan fokus utama dari kebijakan pemerintah. Hal

yang menjadikan masalah besar adalah status sebagai negara produsen narkotika

terbesar di dunia dengan menyumbang 80% persebaran narkotika ilegal ke

berbagai penjuru dunia4. Selain daripada itu, eksistensi dari kelompok paramiliter FARC (Fuerzas Armadas Revolusionarias de Colombia) yang represif terhadap

pemerintah dan juga turut menjalankan transaksi narkotika ilegal secara

besar-besaran menjadi masalah yang harus dihadapi5. Keadaan tersebut menjadikan Kolombia berada dalam masa krisis, baik secara politik maupun keamanan.

Dengan alasan itu, AS menaruh perhatian khusus bagi Kolombia setelah

3

Lihat dalam http://www.antaranews.com/print/1250646467/as-akan-gunakan-pangkalan-kolombia (Diakses pada tanggal 09 Mei 2012)

4

Lihat dalam http://whoisinfo.web.id/2012/02/18/6-negara-penyalur-narkoba-terbesar-di-dunia/ (Diakses pada tanggal 03 April 2012)

(3)

pemerintah Kolombia secara resmi menyatakan membuka pintu bantuan luar

negeri yang dikenal dengan Plan Kolombia guna mendapatkan asistensi dalam

mengatasi krisis yang terjadi.

Melalui kerjasama tersebut, pemerintah Kolombia berhak mendapatkan

bantuan baik secara finansial maupun militer dari pemerintah AS. sebagai salah

satu hasilnya, dalam kurun waktu delapan tahun terakhir semenjak kesepakatan

tersebut dijalankan pada tahun 2000 melalui Plan Kolombia, pemerintah AS telah

memberikan bantuan militer sebanyak 5,5 juta US dolar bagi Kolombia.6 Bantuan tersebut secara rutin dialirkan kepada pemerintah Kolombia sekitar 600 juta US

dolar per tahunnya.7 Bagi AS, melalui kerjasama militer yang lahir dalam kerangka Plan Kolombia, pemerintah Kolombia membuka akses bagi militer AS untuk menggunakan tujuh akses pangkalan militer dan dua pangkalan udara untuk

dijadikan pusat operasi yang masing-masing pangkalan mampu menampung

sekitar 1.000 tentara.8

Akan tetapi, dengan diijinkannya penggunaan pangkalan militer Kolombia

oleh Amerika Serikat, muncul reaksi dari negara-negara di kawasan Amerika

Selatan. Dalam hal ini negara-negara di kawasan tersebut merasa bahwa hadirnya

AS di kawasan akan mempengaruhi stabilitas keamanan dan perdamaian di

kawasan. Dalam KTT negara Amerika Latin tahun 2009, kepala negara-negara di

6

Lihat dalam http://indonesia.handsoffvenezuela.org/?p=601 (Diakses pada tanggal 03 April 2012) 7

Baca dalam http://www.metrotvnews.com/metromain/newsvideo/2006/10/25/26780/-AS-Akan-Tetap-Mendukung-Kolombia-Memberantas-Narkoba-/82 (Diakses pada tanggal 25 Maret 2012) 8

(4)

kawasan mengungkapkan bahwa perjanjian militer antara AS dan Kolombia tidak

lain adalah strategi AS untuk bertindak secara bebas di kawasan Amerika Latin.9 Venezuela merupakan negara yang paling bereaksi atas kerjasama militer

AS dengan Kolombia. Hugo Chaves secara keras menyikapi hal ini sebagai

bentuk ancaman bagi keamanan negaranya akibat perluasan pangkalan militer

yang digunakan oleh militer AS di Kolombia.10 Secara geografis Venezuela dan Kolombia berbagi perbatasan sepanjang 2000 km dan secara jelas Venezuela

menyatakan bahwa perjanjian tersebut menimbulkan ancaman militer bagi

negara-negara di kawasan Amerika Latin.11 Lebih jauh, melalui menteri pertahanannya, Venezuela memperlihatkan bagaimana kesiapannya di dalam menghadapi

ancaman militer asing.12

Kebebasan militer AS di dalam menggunakan tujuh pangkalan militer di

semenanjung Kolombia yang mana masing-masing ditempati 800 hingga 1000

personil tentara militer, melahirkan ketakutan bagi Venezuela. Bagi Venezuela

keadaan semacam itu merupakan sebuah rambu-rambu, di mana perjanjian

tersebut merupakan langkah awal dari AS untuk menginvasi Venezuela.13 Respon yang ditunjukkan oleh Venezuela merupakan sebuah bentuk ketakutan yang logis.

9

Baca dalam http://otomotif.kompas.com/read/2009/08/29/18161261/direktori.html (Diakses pada tanggal 04 April 2012)

10

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=43872:chavez-desak-kolombia-jelaskan-soal-pangkalan-militer-as&catid=16&Itemid=29 (Diakses pada tanggal 23 Maret 2012)

11

Lihat juga dalam http://www.nusantaraku.org/forum/news-current-issues-rumours/37166-kolombia-bangun-pangkalan-militer-di-dekat-perbatasan-venezuela.html (Diakses pada tanggal 25 Maret 2012)

12 Ibid.

13

(5)

Hal tersebut didasarkan pada alasan bahwa jumlah personil yang ada di setiap

pangkalan cukup besar dan berpotensi dan efektif digunakan untuk menyerang

wilayahnya. Di samping itu, mengingat bahwa Venezuela adalah negara dengan

penghasil minyak terbesar di dunia menjadikan posisi Venezuela menjadi sangat

penting bagi Amerika Serikat.

Kerjasama militer AS dengan Kolombia, di satu sisi meningkatkan postur

dan kapabilitas militer Kolombia di Kawasan akibat bantuan dalam jumlah besar

yang diperoleh dari AS, di sisi lain menghadirkan kekuatan militer baru yang

hadir di Kawasan yakni Amerika Serikat. Keadaan tersebut melahirkan sebuah

ancaman bagi keamanan dan kedaulatan negara-negara di Kawasan khususnya

Venezuela sebagai negara yang berbatasan dengan Kolombia. Dalam hal ini

Venezuela merasa terkepung oleh hadirnya militer AS di pangkalan-pangkalan

yang disediakan oleh Kolombia.14 Sehingga, dalam hal ini Venezuela berupaya merespon kerjasama militer yang dibangun oleh AS dan kolombia melalui

modernisasi dan peningkatan kapabilitas militernya.

Beberapa aliansi pertahanan juga coba dibangun oleh Venezuela dengan

berbagai negara, salah satunya adalah Rusia guna mereduksi ancaman AS.

Bahkan Venezuela telah menghabiskan 4 dolar AS untuk terus melengkapi dan

meningkatkan kapabilitas militer seiring terus dilanjutkannya kerjasama militer

14

(6)

AS dan Kolombia.15 Beberapa diantaranya adalah alat-alat tempur udara seperti helikopter, pesawat Sukhoi dan sistem rudal anti pesawat S300.16

I.2 Rumusan Masalah

Penulisan karya ilmiah pada dasarnya akan selalu membutuhkan sebuah

titik penekanan sebagai bentuk barometer dan landasan penulisan. Sehingga perlu

adanya sebuah perumusan masalah sebagai bentuk penentuan masalah utama yang

akan dijelaskan dan menunjukkan sejauh mana permasalahan tersebut menjadi

penting untuk diangkat. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diangkat dalam

karya ilmiah ini adalah :

Mengapa Venezuela Merespon Kerjasama Militer AS-Kolombia Dengan Sikap Bertahan?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Mampu mengetahu kerjasama militer yang dibangun antara Amerika

Serikat dan Kolombia.

2. Memahami dan mengerti respon Venezuela di dalam merespon kerjasama

militer AS-Kolombia.

3. Mampu menunjukkan bagaimana kerjasama militer AS dan Kolombia

dapat menimbulkan ancaman bagi Venezuela.

15

Lihat dalam http://www.suaramedia.com/berita-dunia/amerika/19795-perjanjian-nuklir-a-militer-perkuat-pijakan-rusia-di-venezuela.html (Diakses pada tanggal 09 Mei 2012)

(7)

1.3.2 Manfaat Penelitian A. Manfaat Akademis

Adapun manfaat secara akademis dari penelitian ini adalah mampu

menambah kekayaan khasanah keilmuan dalam bidang hubungan

internasional khususnya pada kajian Kawasan di Amerika Latin.

B. Manfaat Praktis

Adapun manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah mampu menjadi

sebuah rujukan bagi pengambil kebijakan suatu negara dan rekomendasi bagi

para pihak yang bersangkutan.

1.4 Kajian Pustaka (Literatur Terdahulu)

Ada beberapa penelitian yang sebelumnya telah berusaha untuk

menjelaskan bagaimana Venezuela menyikapi kerjasama militer antara AS dan

Kolombia. Salah satunya adalah dari Dyah Ayu Pratiwi17 dalam judul Tesisnya

Strategi Offensive Militer Venezuela Dalam Merespon Kehadiran Militer Amerika

Serikat Di Venezuela. Dalam tulisan tersebut dinyatakan bahwasanya upaya pemberantasan narkotika di Kolombia merupakan alasan yang melatar belakangi

kerjasama yang dibangun oleh Amerika Serikat dan Kolombia melalui Defense Cooperation Agreement (DCA).

Akan tetapi dengan kesepakatan kerjasama tersebut, efek yang

ditimbulkan adalah munculnya ancaman bagi negara-negara di kawasan Amerika

Selatan. Terutama bagi negara-negara yang anti terhadap kebijakan Amerika

17

(8)

Serikat. Namun, reaksi yang ditunjukkan negara-negara di kawasan cukup

bervariatif, diantaranya Brasil, Ekuador, Argentina, Paraguay, Chile, Bolivia dan

beberapa lainnya di kawasan tidak meningkatkan kapasitas militernya dan hanya

sekedar mengecam. Akan tetapi, dalam hal ini Venezuela bereaksi lebih keras dan

berbeda.

Reaksi yang ditunjukkan oleh Venezuela diwujudkan dalam bentuk

peningkatan kapasitas militer dan modernisasi alat-alat perang. Dalam hal ini

presiden Hugo Chaves merasa bahwa kehadiran Amerika di kawasan merupakan

ancaman bagi kedaulatan dan keamanan Venezuela dan negara-negara di kawasan.

Dalam penelitian di atas, strategi offensivitas Venezuela merupakan

bentuk dari situasi dunia yang masuk dalam matrix doubly dangerious dalam keadanan dilemma keamanan sejalan dengan operasionalisasi konsep security

dilemma yang digunakan untuk mengkerangkai analisisnya. Faktor lain yang memperngaruhi adalah perubahan doktrin keamanan nasionalnya yang mirip

dengan Kuba yang memiliki istilah The New Organic Law of The National Armed Forces (LAOFAN), begitupula dengan semangat Bolivarian yang melekat dalam diri Chaves.

Maria Vicente Kijong dalam skripsinya ynah berjudul Dampak Dibangun Pangkalan MIliter Amerika Serikat Di Kolombia Terhadap Hubungan Politik

Kolombia Dan Negara-negara Amerika Latin18, juga berusaha menjelaskan dinamika yang terjadi di kawasan Amerika Latin dengan datangnya militer

Amerika Serikat di Kolombia. Kehadiran AS di Kolombia berawal dari perjanjian

18

(9)

kerjasama militer yang ditandatangani oleh kedua negara diakhir tahun 2009,

dengan tujuan memberantas dan mengendalikan penggunaan narkotika (War on

Narcotic) secara besar-besaran dan ilegal di Kolombia.

Selain suntikan bantuan baik secara finansil maupun militer dari AS untuk

Kolombia, kesepakatan perjanjian tersebut juga mengijinkan dipakainya beberapa

pangkalan militer Kolombia oleh militer Amerika Serikat. Akan tetapi,

penggunaan pangkalan militer diberbagai titik strategis dan berbatasan dengan

negara tetangga menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat dielakkan, yakni

berupa ancaman yang dirasakan oleh negara-negara di kawasan layaknya

Venezuela yang berbatasan langsung secara geografis dengan Kolombia.

Meningkatnya kekuatan militer Kolombia, meningkatkan pula intensitas

ancaman bagi negara-negara di kawasan. Oleh karena itu, upaya perimbangan

secara natural lahir sebagai respon terhadap instabilitas yang terjadi. Hal inilah

yang berusaha dijelaskan oleh peneliti melalui pendekatan Neo-Realis ala Kennetz

Waltz. Dengan asumsi dasar bahwa sistem internasional bersifat anarkis, dimana

tidak ada kekuatan superior yang mampu mencegah negara-negara dalam sistem

internasional untuk selalu berupaya mencari kekuasaan penuh melalui politik

internasional sebagai instrumennya. Oleh karena itu, upaya perimbangan

kekuasaan akan terjadi sebagai upaya dari setiap negara didalam menjaga

(10)

Dalam pembahasan yang lain, Luz Estalla Nagle19 dalam Plan Colombia: Reality Of The Colombian Crisis And Implicationts For Hemispheric Security

menjelaskan bahwa kerjasama antara Amerika Serikat dan Kolombia dalam

kerangka Colombian Plan, disamping merupakan tujuan dari Kolombia untuk memperbaiki situasi nasional yang mengalami banyak masalah, terutama terkait

pengendalian persebaran narkotika, perlawanan para gerilyawan dan ancaman

terroris, Plan Kolombia juga menimbulkan implikasi keamanan bagi

negara-negara tetangga di kawasan.20

Negara negara tetangga sepertihalnya Brazil, Venezuela dan Peru merasa

keamanan nasionalnya terganggu akibat dari para penyelundup dan gerilyawan

yang lari menuju perbatasan negara mereka akibat dijalankannya

kebijakan-kebijakan yang termuat dalam kerjasama tersebut. Sepertihalnya yang dijelaskan

oleh Nagle bahwa “Border state quickly rumped up security along their frontiers

to discourage refugees and combatants from leaving Colombia.”21

Sehingga, sepertihalnya yang dilakukan oleh Brazil melalui operasi Cobra

di sepanjang 1.000-mil perbatasan Amazon dengan menyebarkan sekitar 6.000

pasukan, atau Venezuela dengan operasi ORINOCO yang berhasil menyita

beberapa ton kokain yang akan diselundupkan ke dalam negaranya merupakan

19

Luz E. Nagle merupakan asistan professor hukum di Stetson University College of Law di St. Petesburg, Florida. Seorang pengajar dalam kajian hukum kriminal internasional, hukum bisnis Amerika Latin dan perbandingan hukum bisnis internasional. baca dalam http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub13.pdf (Diakses pada tanggal 06 Januari 2013)

20

Baca, Implications For Hemispheric Security (ISBN 1-58487-109-1),December 2002dalam Ibid, Hal 34

21

(11)

bentuk respon terhadap ancaman yang ditimbulkan akibat penerapan dari

kerjasama antara AS dan Kolombia melalui Colombian Plan.22

Plan Kolombia memang sejak akhir 1999, dikenal sebagai proposal

pemerintah Kolombia yang bertujuan untuk membuka pintu bantuan secara

politik dan finansial guna mengatasi berbagai permasalahan dalam negeri

sepertihalnya kekerasan, perlawanan dari gerakan revolusioner, perdagangan

narkotika dan kriminalitas. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam tulisan

Mauricio Solaun dalam U.S Intervention In Latin America: “Plan Colombia”.23 Dalam tulisan tersebut Solaun menggambarkan keadaan Kolombia yang

mengalami krisis baik politik, ekonomi maupun keamanan. Bahkan proses

demokratisasi yang buruk turut menjadi faktor pentingnya intervensi, dalam hal

ini Amerika Serikat untuk membantu memulihkan keadaan di Kolombia.

Melalui Plan Kolombia, yang dikatakan menjadi sebuah kebijakan luar

negeri berjangka panjang, diharapkan memberikan perubahan yang progresif bagi

keamanan di Kolombia, bebas dari narkoba, modern, demokratis dan tampil

gemilang di kancang komunitas internasional dapat diwujudkan.24 Upaya tersebut oleh Solaun, digambarkan melalui beberapa strategi, diantaranya perbaikan

ekonomi, penciptaan situasi damai dengan para pemberontak revolusioner,

program anti-Narkotika, dan peningkatan kekuatan negara.

22

Ibid. 23

baca Mauricio Solaun. 2002.U.S Intervention In Latin America: “Plan Colombia”. University

of Illinois. Lihat dalam

https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/30/SolaunOP.pdf?sequence=1 (Akses pada tanggal 07 Januari 2013)

(12)

Terkait dengan beberapa penelitian terdahulu, seperti yang telah

dipaparkan di atas, posisi penelitian penulis yang membedakan dengan penelitian

sebelumnya adalah, pertama, penekanan fokus penjelasan pada sikap bertahan yang diambil oleh Venezuela melalui peningkatan kapabilitas militernya melalui

sikap bertahan merupakan pilihan yang paling memungkinkan bagi Venezuela

merespon ancaman yang ditimbulkan dari kerjasama militer antara AS dan

Kolombia.

Kedua, secara metodologis dilihat dari level analisis, penelitian ini lebih memandang ancaman yang dihadapi Venezuela secara utuh sebagai sebuah negara

dan bukan ancaman secara parsial dalam konteks kelompok militer saja.

Berikutnya, penelitian ini berangkat dari skeptisisme penulis terhadap hasil

analisa dalam penelitian sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Dyah

Ayu Pratiwi. Seperti yang telah direview sebelumnya, penelitian Dyah Ayu

Pratiwi menghasilkan analisis bahwa Venezuela berada pada posisi ofensif terkait

keberadaan kerjasama militer AS dan Kolombia. Sehingga dalam keadaan

keamanan yang dilematis Venezuela merespon melalui strategi militer ofensif

guna meredam ancaman atas kehadiran AS di Kolombia yang dapat berpotensi

mengancam pengaruh revolusi Bolivarian.

Skeptisisme penulis terhadap hasil penelitian tersebut terdiri dari beberapa

alasan seperti, rasionalitas pengambilan kebijakan ofensif oleh Venezuela yang

menurut penulis apabila dilihat dalam perspektif realis, dalam posisi dilema

keamanan, posisi offensif bagi Venezuela adalah keputusan yang irrasional. Hal

(13)

akumulasi postur militer yang tergabung dalam kerjasama militer AS dan

Kolombia secara holistik yang sangat jauh berbeda. Secara kuantitatif maupun

secara kualitatif kapasitas maupun kapabilitas aliansi AS dan Kolombia lebih

tinggi dari Venezuela. Dilihat dari tingkat kesiapan apabila sewaktu-waktu terjadi

konflik terbuka, disparitas millitary power antara Venezuela dengan AS dan

Kolombia juga terpaut sangat tinggi. Menurut penulis, posibilitas hipotetik yang

muncul ditengah dilema yang dihadapi, secara rasional Venezuela berada pada

posisi defensif dengan tetap mengambil sikap waspada (preventif) terhadap

eksistensi ancaman dari aliansi AS dan Kolombia.

Oleh karena itu, melalui pendekatan metodologis yang berbeda namun

tetap dengan kerangka teoritis dan konseptual yang sama, penelitian ini berupaya

menunjukkan hasil analisis yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Di mana

peneliti sebelumnya menggunakan pendekatan induktif, namun dalam penelitian

ini pendekatan yang digunakan adalah deduktif. Melalui uji teoritis secara penuh

dan ketat sesuai dengan variabel-variabel kunci dalam teori yang digunakan, maka

penelitian ini menghasilkan analisis baru yakni sikap bertahan Venezuela sebagai

pilihan rasional di dalam merespon ancaman kerjasama militer antara AS dan

Kolombia.

Dalam hal ini istilah yang muncul adalah Offense-Defense Theory dan

Security Dilemma, dimana ancaman yang dihadapi oleh Venezuela akibat kerjasama militer antara AS-Kolombia mengharuskan Venezuela mengambil

upaya ofensif atau defensive guna meredam ancaman yang dihadapi. Sikap

(14)

dilematis. Namun, bagi Venezuela sikap bertahan sebagai pilihan yang paling

menguntungkan daripada memilih sikap layaknya aggressor yang diharuskan

menyerang.

Tabel 1.1 kajian pustaka (Literatur Terdahulu) sebagai berikut : No. Nama/Judul/Jenis Metodologi dan

(15)
(16)

5. Khoirul Amin: Konsep dan Teori : Security Dilemma/Offense-Defence

1.5. Landasan Teori dan Konseptual 1.5.1 Teori Offense-Defense

Tujuan dari strategi bertahan adalah untuk memungkinkan setiap negara

untuk mengatasi masalah pertahanan wilayah negara. Namun, bukan bertujuan

untuk melakukan ekspansi ataupun menghancurkan negara lain sebagai rivalnya.

Di sisi lain, strategi ofensif lebih menggunakan penaklukan secara militer untuk

(17)

posisi yang lebih aman atau bertujuan untuk melakukan tekanan terhadap negara

yang dianggap sebagai ancaman.

Robert Jervis dalam Cooperation Under Security Dilemma menempatkan ofensif-defensif sebagai dua variabel yang penting dalam keadaan dilemma

keamanan. Jervis merumuskan apakah senjata dan kebijakan bertahan dapat

dibedakan dengan senjata atau kebijakan menyerang, dan apakah menyerang atau

bertahan yang lebih menguntungkan.25 Asumsi dari variabel pertama menyatakan, apabila strategi menyerang lebih menguntungkan, maka akan lebih mudah untuk

menghancurkan dan mengambil wilayah negara lain daripada menerapkan strategi

bertahan bagi dirinya sendiri. Di sisi lain, apabila strategi bertahan lebih

menguntungkan, artinya akan lebih mudah untuk melindungi, bertahan daripada

tampil ke depan, menghancurkan atau mengambil alih.26

“when we say that offense has the advantage, we simply mean that it is easier to destroy the other’s army and take it’s territory than it is to defend one’s own. When the defense has the advantage, it is easier to protect and to hold than it is to move forward, destroy, and take”.27

Selanjutnya, pertimbangan mengenai ofensif-defensif dapat dibedakan

melalui beberapa pertanyaan yang muncul. Pertama, apakah negara akan

menghabiskan kurang atau lebih dari satu dolar untuk kekuatan bertahan untuk

mengimbangi sekian dolar yang diupayakan negara lain yang dapat digunakan

untuk menyerang?, jika suatu negara memiliki satu dolar yang digunakan untuk

menaikkan keamanannya, seharusnya negara tersebut menyerang ataukah

25

Robert Jervis. Cooperation Under Security Dilemma. World Politics, Vol. 30, No. 2. (Jan., 1987). Hal 186-187

26

Ibid. Hal 187 27

(18)

bertahan?. Kedua, dengan inventarisasi untuk menyerang yang dimiliki, apakah

lebih baik untuk menyerang ataukah bertahan? Apakah ada dorongan untuk

melakukan serangan pertama atau menahan serangan?28

Guna menjawab beberapa pertimbangan yang ada, oleh Jervis strategi

menyerang atau bertahan akan ditentukan oleh keadaan yang memungkinkan

setiap negara untuk memposisikan strateginya, menyerang atau bertahan. Jika

bertahan lebih menguntungkan, maka upaya untuk menyebarkan kekuatan (force

deployed) yang tercipta oleh status quo akan lebih meningkatkan keamanan daripada upaya untuk mengurangi jumlah musuh.29 Dimana, setiap negara akan secara penuh dapat mengatasi masalah keamanannya dari pola aksi reaksi yang

terbentuk, dan perlombaan senjata dapat direda.30

“If the defense has the advantage, and if the status-quo power have reasonable subjective security requirements, they can probably avoid an arms race.”31

Di sisi lain, apabila menyerang lebih menguntungkan, maka akan menjadi

sangat mustahil bagi negara-negara untuk berada dalam kondisi keamanan yang

sederajat dan dihadapi secara bersama, intensitas perlombaan senjata semakin

tidak dapat dihindari dikarenakan apabila salah satu negara menambah kekutan

(security maximize), maka negara lain yang dianggap musuh juga akan menambah jumlah kekuatan menjadi semakin besar untuk bertahan.32

“… when the offense has the advantage, it’s impossible for state of equal size to enjoy high levels of security simultaneously; arms race will be

28

Op.cit. Hal 188 29

Charles L. Glaser. The Security Dilemma Revisited. Op. Cit. Hal 185 30

Ibid. Hal 186 31

Robert Jervis. Op. Cit. Hal 188 32

(19)

intense because when one country add forces, its adversary will have to make a larger addition to restore its ability to defend”33

Variabel kunci selanjutnya dalam memperngaruhi dilemma keamanan adalah

pembedaan antara strategi menyerang dan bertahan. Apabila pembedaan antara

menyerang dan bertahan dapat secara keseluruhan dipenuhi, maka negara hanya akan

menggunakan kekuatannya untuk mengamankan wilayahnya, tanpa mengurangi kekuatan

negara lain untuk mempertahankan keamanannya.34 Oleh karena itu, apabila pembedaan

antara meyerang dan bertahan dapat dipenuhi, keadaan dilemma keamanan dapat

dihindari.

Robert Jervis juga memberikan pandangan mengenai faktor geografi dan

teknologi di dalam menentukan strategi menyerang atau bertahan sebagai pilihan

yang menguntungkan. Wilayah yang tidak dapat dijangkau, yang merupakan

bagian dari keadaan geografis (samudra, sungai, gunung) yang memisahkan antar

negara-negara dapat menjadi penghalang terjadinya perang. Keadaan yang

demikian, akan memberikan banyak pilihan bagi negara (defender) untuk lebih

bersiap, mengatasi berbagai persoalan logistik, hingga mengurangi jumlah tentara

sebagai hasil dari perhitungan yang telah dapat diketahui sebagai hasil

akhir.35Selanjutnya, apabila senjata yang dimiliki mudah dihancurkan, maka senjata tersebut harus digunakan sebelum diserang. Meskipun ada beberapa

senjata yang tidak mudah dihancurkan yang dimiliki.36

Beberapa variabel yang sangat menentukan di dalam pemilihan postur

bertahan atau menyerang sebagai pilihan yang menguntungkan melahirkan sebuah

keadaan yang dinamakan sebagai empat matrix dunia oleh Robert jervis. Dimana

33

Ibid 34

Charles L. Glaser. Op. Cit. Hal 186 35

Robert Jervis. Op. Cit. Hal 194. 36

(20)

setiap matrix telah mengkondisikan dan memiliki setiap pemenuhan bagi negara

untuk mengambil postur menyerang atau bertahan sebagai pilihan yang paling

menguntungkan.

1.5.2 Security Dilemma

Untuk menggambarkan perdebatan yang terjadi antara pemilihan strategi

secara offensif yang lebih menguntungkan ataukah strategi defensif yang

menguntungkan bagi suatu negara yang mengalami dilemma keamanan, Jervis

memberikan penjelasan terhadap dua variabel tersebut ke dalam empat bagian

ilustrasi dari sebuah situasi yang terjadi di dunia.37 Berikut adalah gambar tabel pembagian situasi dunia kedalam empat bagian bagian menurut R. Jervis38:

Offense has the advantage Defence has the advantage

World I World II

Offensive posture not distinguishable from defensive

one

- Highly unstable.

- Advantage to the 1st strike.

- Double dangerious

- Security dilemma, but

security requairments

may be compatible

World III World IV

37

Ibid,. Hal 327 38

(21)

Offensive

- No advantage for status

quo state to pursue

offensive policy.

- Double stable

Pembagian situasi dunia ke dalam empat bagian oleh Robert Jervis

merupakan bentuk identifikasi untuk membaca dua variabel (offensif dan defensif)

yang akan diambil oleh suatu negara sebagai sebuah strategi, baik offensif

maupun defensif sesuai dengan situasi yang ada dan juga sebagai perbedaan

daripada prioritas strategi secara offensif maupun defensif. Situasi dunia pertama

menggambarkan keadaan yang paling buruk dalam status quo. Tidak ada jalan

lain untuk mencapai sebuah keamanan selain melakukan ancaman terhadap

negara lain, karena pada dasarnya untuk memperoleh sebuah keamanan menjadi

sangat sulit dan pilihan strategi defensif lebih tidak menguntungkan jika

dibandingkan dengan strategi offensif. Sehingga, melakukan upaya penyerangan

adalah jalan terbaik untuk melindungi apa yang dimiliki, dalam arti mendapatkan

sebuah keamanan. Status-quo menjadikan negara-negara berperilaku layaknya

aggressor, perlombaan senjata dan serangan pertama yang dilakukan oleh suatu

negara terhadap negara lain memiliki porsi paling besar. Hubungan antara

kekuatan-kekuatan dalam status-quo juga menjadi sangat sulit, layaknya

kerjasama.39

39

(22)

Situasi dunia yang kedua adalah terjadinya dilemma keamanan. Dimana hal ini disebabkan oleh postur offensif dan defensif tidak dapat dibedakan. Akan

tetapi, keadaan ini tidak berjalan sekuat dari apa yang terjadi pada dunia pertama

dikarenakan defensif lebih menghasilkan keuntungan. Lebih lanjut, apabila

terdapat kenaikan intensitas keamanan di suatu negara maka di satu sisi akan

terjadi penurunan drajat keamanan suatu negara yang lain. Sehingga, apabila

kedua postur tersebut memiliki kesadaran terhadap persyaratan keamanan secara

subjektif, kesadaran terhadap keseimbangan kekuatan, dan variabel-variabel

tersebut memiliki keuntungan, maka negara-negara dalam status-quo dapat

mengambil kebijakan keamanan yang sesuai.40

Meskipun demikian, suatu negara tidak dapat menjustifikasi intensitas

daripada jenis senjata yang didapatkan oleh negara lain, karena drajat dari senjata

yang dihabiskan atau didapatkan akan memberikan satu bukti yang penting.

Karena upaya untuk meningkatkan derajat keamanan melalui peningkatan level

persenjataan mungkin tidak dapat diartikan sebagai bentuk dari agresifitas

layaknya sebagai aggressor, hal itu dapat dipahami sebagai upaya untuk

mengamankan negaranya saja.

Pada situasi dunia ketiga, tidak ada kemungkinan terjadinya Security Dilemma, akan tetapi terdapat beberapa permasalahan terkait keamanan. Karena

pada dasarnya negara tidak memperoleh sistem defensif, yang mana tidak dapat

melakukan ancaman terhadap negara lain, di sini dilema diposisikan untuk tidak

berjalan. Selanjutnya, penyerangan dapat dilakukan karena dalam situasi ini

40

(23)

postur offensif lebih menguntungkan. Sehingga, apabila postur offensif lebih

menguntungkan, maka negara-negara dalam staus-quo mungkin lebih akan

mengambil inisiatif lebih daripada menerima resiko diserang atau bahkan

ditaklukkan.41

Namun, apabila postur offensif tidak cukup memberikan keuntungan,

stabilitas dan kerjasama yang mungkin dibangun hanya merupakan upaya dari

negara-negara dalam status-quo dalam memperoleh kekuatan defensif.

Negara-negara tersebut tidak perlu beraksi atas Negara-negara lain yang sama-sama melakukan

upaya memperoleh kekuatan defensif, akan tetapi cukup menunggu peringatan

dan melihat apabila negara lain mulai menyebarkan senjata secara offensif.

Tentunya, negara-negara dalam status-quo harus melihat secara hati-hati dan

secara tepat mengantisipasi musuh-musuh palsu.42

Selanjutnya adalah situasi dunia keempat, di mana pada situasi ini dunia berada pada keamanan ganda. Perbedaan antara sistem offensif dan defensif telah

keluar dari Security Dilemma.43 Keuntungan yang datang dari postur defensif telah dicapai, begituhalnya tidak ada alasan lagi bagi kekuasaan dalam status-quo

untuk memperoleh kekuatan secara offensif, dan aggressor memberikan catatan

dari tujuan mereka melalui postur yang mereka adopsi.

1.5.3 Pre-Analisa

Implementasi dari teori dan konsep dalam penelitian ini akan menjabarkan

proses berpikir yang akan digunakan untuk menganalisa dalam menjawab

rumusan masalah dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan dua pemikiran

41

Ibid,. Hal 329 42

Ibid,. 43

(24)

utama yakni Security Dilemma dan Offense-Defense Theory. Penjabaran konsep

Security Dilemma dan Offense-Defense Theory akan dijelaskan dalam diagram di

bawah ini:

Skema 1.1 Alur Pemikiran

Robert Jervis menempatkan dua variabel kunci dalam dilemma keamanan.

Apakah senjata dan kebijakan bertahan dapat dibedakan dari menyerang, dan

apakah bertahan atau menyerang yang menguntungkan.

Skema 1.2Operasionalisasi Teori

- Sistem persenjataan dan kebijakan bertahan Venezuela

(25)

1.6 Metodologi

1.6.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian eksplanasi.

Menurut Mohtar Mas’oed yang dimaksud dengan eksplanasi adalah penelitian

yang berusaha menjawab pertanyaan “mengapa”. 44

Berbeda dengan jenis

penelitian deskriptif yang lebih menekankan pada penjabaran mengenai deretan

fakta berdasarkan alur, Jenis penelitian eksplanasi bertujuan menjelaskan keadaan

atau tingkah laku, menjelaskan dan meramalkan berbagai fenomena hubungan

internasional melalui sebab-sebab “sesuatu” dapat terjadi dan diprediksikan.45 Sehingga, jenis penelitian ini akan digunakan untuk menjawab permasalahan

yakni : “Mengapa Venezuela Merespon Kerjasama Militer AS-Kolombia Dengan

Sikap Bertahan?”

1.6.2 Level Analisa

Pada dasarnya penelitian ini menelusuri mengapa mengapa Venezuela

merespon kerjasama militer yang dibangun antara Amerika Serikat dan Kolombia.

Oleh karena itu, dibutuhkan penyederhanaan variabel unruk mempermudah

analisis. Dimana penyederhanaan tersebut meliputi variabel dependen sebagai

“unit analisa” yang perilakunya akan dijelaskan dan diramalkan, sedangkan

variabel independen sebagai “unit eksplanasi” sebagai dampak dari unit analisa

yang menjadi penelitian pada kali ini.

Adapun variabel dependen dan juga sebagai level analisa dalam penelitian

ini adalah sikap bertahan Venezuela terhadap kerjasama militer AS-Kolombia.

44

Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta. LP3ES.

Hal 262 45

(26)

Sedangkan variabel independen atau level eksplanasinya adalah kerjasama militer

Amerika Serikat dan Kolombia. Menurut Mohtar Mas’oed, apabila sebuah

penelitian mempunyai unit analisa negara (state), dan unit eksplanasinya pengelompokan negara, maka model penelitian tersebut adalah induksionis.46

Selanjutnya penggunaan teori maupun konsep sebagai langkah di dalam

menjelaskan keterkaitan fenomena-fenomena yang diteliti, kemudian

menghasilkan hipotesa sebagai kesimpulan sementara dari hasil penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti lebih fokus didalam melihat respon yang ditunjukkan oleh

Venezuela sebagai reaksi atas kerjasama militer yang dibangun oleh Amerika

Serikat dan Kolombia. Sehingga tingkat analisa yang digunakan didalam

penelitian ini adalah negara.

1.6.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan penulis adalah data kualitatif,

dimana data tersebut diperoleh dari berbagai sumber di antaranya buku, jurnal,

laporan penelitian yang di peroleh di perpustakaan UMM, Laboraturium Jurusan

Ilmu Hubungan Internasional, koleksi pribadi, maupun internet. Setelah itu, data

dikategorikan sesuai dengan sistematika dan kebutuhan dalam penulisan. Data

kualitatif disini merupakan data yang berbentuk non angka yang dikumpulkan

melalui berbagai sumber terkait. Setelah itu data yang telah diperoleh

dikategorikan dalam beberapa variabel, kemudian mengidentifikasi hubungan

variabel-variabel yang terdiri dari „unit analisa’ dan „unit eksplanasi yang mana

46

(27)

akan menentukan model penelitiaan seperti induksionis, korelasionis, atau

reduksionis.47

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penulis akan memberikan ruang lingkup dari pembahasan ataupun

penjelasan dari permasalahan yang diangkat oleh penulis yakni Respon Venezuela

terhadap kerjasama militer Amerika Serikat dan Kolombia. Oleh karena itu,

penulis dalam hal ini akan membagi ruang lingkup penelitian dalam 2 bagian

yakni:

1.6.4.1 Batasan Materi

Batasan materi menunjukkan ruang sebuah peristiwa yakni cakupan

kawasan dan gejala atau daerah studi. Adapun batasan materi dalam penulisan ini

adalah penulis akan mengulas mengenai respon bertahan Venezuela di dalam

menanggapi kerjasama militer AS dan Kolombia. Dimana respon Venezuela

dijelaskan melalui reaksi yang ditunjukkan oleh Venezuela terhadap kerjasama

militer AS dan Kolombia.

1.6.4.2 Batasan Waktu

Berdasarkan pemaparan dan data yang ada, batasan waktu yang menjadi

titik fokus dalam penulisan ini adalah mulai tahun 2000-2009. Dimana pada kurun

waktu tersebut dinamika yang ditimbulkan dan respon yang diberikan oleh

Venezuela berada pada frekwensi yang tinggi.

47

(28)

1.7 Hipotesa

Terkait kerjasama militer yang terjalin antara Amerika Serikat dan

Kolombia, Venezuela merasa bahwa kehadiran AS di Kolombia merupakan

bentuk ancaman terhadap keamanan nasionalnya. Kehadiran militer AS yang

menempati beberapa titik strategis pangkalan militer di Kolombia, begituhalnya

peningkatan postur militer Kolombia yang terbangun atas bantuan yang diberikan

AS melalui kerjasama tersebut merupakan alasan bagi Venezuela untuk

menyadari potensi ancaman yang hadir. Oleh karena itu, berdasarkan perhitungan

untung rugi dalam offense-defense theory, dalam situasi keamanan yang dilematis sikap bertahan bagi Venezuela merupakan keadaan yang lebih menguntungkan

daripada mengambil sikap menyerang dalam merespon kerjasama militer

AS-Kolombia.

1.8 Struktur Penulisan

Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah penjabaran dari suatu

permasalahan yang diangkat. Oleh karena itu diperlukan sebuah susunan yang

sistematis guna mempermudah di dalam menemukan inti dari permasalahan dan

menyimpulkan permasalahan.

Untuk memenuhi hal tersebut penulis akan memberikan sistematika

penulisan dari bagian dan bab yang akan dibahas. Adapun sistematika penulisan

sebagai berikut :

(29)

konsep yang digunakan sebagai alat analisa, metode penelitian dan hipotesis. Pada

bab ini juga dipaparkan model analisa dan alur pemikiran penulis sebagai bentuk

penyederhanaan bangunan analisis.

Bab II : Pada bab ini dipaparkan latar belakang lahirnya kerjasama militer antara Kolombia-AS (Defense Cooperation Agreement) beserta mekanisme,

implementasi kerjasama dan implikasi terhadap masalah keamanan bagi

negara-negara di Kawasan Amerika Selatan khususnya bagi Venezuela sebagai negara-negara

yang memiliki batas wilayang langsung dengan Kolombia.

Bab III : Pada bagian ini dijelaskan perbandingan antara kekuatan militer Kolombia yang terakumulasi dengan AS dan kekuatan militer Kolombia.

Selanjutnya dijelaskan pula sikap bertahan Venezuela sebagai upaya preventif

dalam merespon ancaman kerjasama militer antara AS-Kolombia melalui

peningkatan anggaran belanja militer dan peningkatan perlengkapan persenjataan.

Bab IV : Pada bagian ini peneliti melakukan analisa melalui pemenuhan variabel-variebel kunci dalam teori dan konsep yang digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara kerjasama militer AS-Kolombia dan sikap bertahan Venezuela

terhadap kerjasama tersebut.

Bab V : Bagian ini berisi kesimpulan penelitian yang diperoleh melalui proses analisa pada bagiab-bagian yang juga menjadi bukti kebenaran hipotesis dalam

(30)

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh :

Khoirul Amin

09260097

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(31)

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : SIKAP BERTAHAN VENEZUELA DALAM MERESPON KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT-KOLOMBIA

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Ruly Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si Tonny Dian Effendi, S.Sos.,M.Si.

Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan Hubungan Internasional

(32)

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : SIKAP BERTAHAN VENEZUELA DALAM MERESPON KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT-KOLOMBIA

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Selasa, 18 Juni 2013

Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP- UMM

DR. Wahyudi, M.Si.

Dewan Penguji:

1. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc ( )

2. Drs. Asep Nurjaman, M.Si. ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si ( )

(33)

kita semua tetap dapat berpijak dan menjalani kehidupan ini. Shalawat serta salam

kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa cahaya

bagi kehidupan, yang menunjukkan antara benar dan salah.

Tulisan ini merupakan karya pertama dari penulis yang mengupas

mengenai perilaku Venezuela berkaitan dengan dinamika keamanan di Kawasan

Amerika Selatan yang diakibatkan hadirnya intrusive system yakni AS. Venezuela merupakan negara yang paling representatif di Kawasan, hal ini bagi kebanyakan

analis tidak akan dapat dilepaskan dari pengaruh yang sangat besar presiden Hugo

Chaves dengan semangat Bolivariannya. Terlebih di dalam menghadapi

kebijakan-kebijakan Amerika Serikat di Kawasan Amerika Selatan. Meski

demikian, perilaku Venezuela tidak dapat selalu disandarkan pada representasi

aktor tunggal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan

sudut pandang baru berkaitan dengan perilaku Venezuela di dalam menghadapi

dinamika keamanan di Kawasan yang diakibatkan oleh hadirnya Amerika Serikat

di Amerika Selatan. Dengan menempatkan ruang analisis pada level negara,

penulis mencoba menunjukkan perilaku yang berbeda dari Venezuela di dalam

menghadapi masalah keamanan nasionalnya dan di Kawasan.

Namun, penulis menyadari tentu masih banyak kekurangan dalam tulisan

ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

kontstruktif sehingga pada akhirnya tulisan ini dapat menjadi bahan literatur yang

bermanfaat dan memiliki kontribusi dalam memperkaya khasanah pengetahuan

khususnya dalam kajian kawasan Amerika Selatan dan Ilmu Hubungan

Internasional.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat

Malang, 17 Juli 2012

Penulis,

(34)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGASAHAN ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

KATA PENGANTAR ... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAC ... x

ABSTRAKSI ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR SKEMA ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Kajian Pustaka (Literatur Terdahulu)... 7

1.5 Landasan Teori dan Konseptual ... 16

1.5.1 Offense-Deffense Theory ... 16

1.5.2 Security Delemma ... 20

1.5.3 Pre-Analisa ... 24

1.6 Metodologi ... 25

1.6.1 Metode Penelitian ... 25

1.6.2 Level Analisa ... 25

(35)

1.8 Struktur Penulisan ... 28

BAB II KERJASAMA MILITER AMERIKA SERIKAT–KOLOMBIA DALAM COLOMBIAN PLAN DAN UPAYA AS MENGHADIRKAN KEKUATAN MILITER DI AMERIKA SELATAN 2.1 U.S Colombian Defence Cooperation Agreement (DCA): Langkah Baru dalam Kerangka Colombian Plan ... 30

2.2 Desain Kerjasama: War On Narcotics dan Bantuan Militer Sebagai Upaya Penyesuaian strategi AS dalam Menghadirkan Kekuatan Militer di Kolombia ... 36

2.2.1 Implementasi Kerjasama: Pelatihan Militer dan Bantuan Pendanaan ... 41

2.2.2 Transfer Persenjataan (Altusista) ... 42

2.2.3 Upaya Penyesuaian Strategi ... 44

2.3 Colombian Plan: Implikasi Terhadap Keamanan Kawasan ... 48

2.3.1Sikap Negara-negara di Kawasan Terhadap Kerjasama Militer AS-Kolombia ... 48

2.3.2 Respon Secara Militer: Peluang Menyulut Perlombaan Senjata di Kawasan ... 48

BAB III PERTIMBANGAN MENYERANG YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN VENEZUELA DAN SIKAP BERTAHAN VENEZUELA 3.1 Ambiguitas Kebijakan War On Narcotics ... 57

3.2 Kapabilitas Militer Kolombia-AS Terhadap Venezuela ... 61

(36)

4.3 Sikap Bertahan: Pertimbangan Strategi Yang Menguntungkan ... 81

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 86

5.2 Saran ... 88

(37)

Program Military Sales Dari AS ... 42 Tabel 2.2 Postur Persenjataan Negara-negara Di Amerika Selatan Periode

2002-2009 ... 53

Tabel 3.1 Belanja Militer Kolombia dan Venezuela ... 62

Tabel 3.2 Perbandingan Kapabilitas Militer AS-Kolombia Terhadap Venezuela ... 64

Tabel 3.3 Pembelian Persenjataan Venezuela Skala Internasional Tahun

(38)

Grafik 2.2 Pengolahan Ladang Koka Nasional Kolombia (ha) Periode

1997-2007 ... 39

Grafik 2.3 Sumber Dana dan Jumlah Pelatihan Militer Kolombia Tahun

1999-2007 ... 42

Grafik 2.4 Belanja Militer Di Kawasan Amerika Selatan (SIPRI) 1991-2008 ... 49

Grafik 3.1 Perbandingan Jumlah dan Peningkatan Belanja Militer Antara

(39)
(40)

and Contemporary Issues. Pearson Education

Azzelini, Dario dan Boriz Kanzleiter (ed.). 2005. La Empresa Guera: Bisnis Perang dan kapitalisme Global. Insist Prees

Beittel, June S.. 2012. Colombia: Background, U.S Relations, and Congressional Interest. Congressional Report Service.

Burchill, Scott dan Andrew Linklater (Penerjemah: M. Sobirin). 2005. Teori-Teori Hubungan Internasional. Nusa Media. Bandung.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodologi. Jakarta. LP3ES.

Olson, McLellan dan Sonderman. 1974. The Theory And Practice Of International Relations: Fourth Edition. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J., USA.

Petras, James dan Henry Veltmeyer. 2002. Imperealisme Abad 21. Kreasi Wacana. Yogyakarta.

Shoelhi, Mohammad. 2007. Di Ambang Keruntuhan Amerika Serikat. Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta.

Jurnal, Artikel, Dokumen Resmi, Laporan Penelitian dan e-Book:

Acevedo, Beatriz. 2008. “Ten Years of Plan Colombia: An Analytics Assessment”. The Beckley Foundation Drug Policy Programme.

Colgan, Jeff. 2001. Venezuela and Military Expenditure Data. American University

Crandall, Russel. 2008. Driven By Drugs: US Policy Toward Colombia. Lynne Rienner Publisher. ISBNs: 978-1-58826-423-4

Department of The Air Force. Military Construction Program. Fiscal Year (FY) 2010 Budget Estimate.

(41)

American Studies, Harvard University. London. Chapter II.

Jervis, Robert. Cooperation Under Security Dilemma. World Politics, Vol. 30, No. 2. (Jan., 1987)

Kasas-Zamora, Kevin. 2010. “An Arm Race in South America?”. Center For Hemispheric Policy. University of Miami

Moreno-Sanchez, Racio, David S. Kraybill dan Stanley R. Thompson. 2002. An Economic Analysis of Coca Eradication Policy In Colombia. Department Of Agricultural, Enviromental, and Development Economics. The Ohaio University.

Military Assistence and Human Rights: Colombia, U.S Accountability, and Global Implications. 2010. Fellowship For Reconciliation. U.S Office on Colombia

O’connor, Dermot. The Political Economy of Colombia’s Cocain Industry :

http://www.scielo.org.co/pdf/papel/v14n1/v14n1a05.pdf (Diakses pada tanggal 07 Maret 2013)

Office of National Drugs Policy. 2012. What America’s Users Spend on Illegal

Drugs. Washington DC

UNODC “Coca Cultivation In The Andean Region: A Survey of Bolivia, Colombia and Peru.

Van Evera, Stephen. Offense, Defense, and The Cause of War. International Security, Vol.22, No.4 (Spring-1998), pp. 5-43

Skripsi dan Tesis :

Dyah Ayu Pratiwi. 2010. Strategi Offensive Militer Venezuela Dalam Merespon Kehadiran Militer Amerika Serikat Di Kolombia. Magister Sains Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia tahun.

(42)

Ady Thea. Venezuela Semakin Waspada Terhadap Ancaman Militer AS:

http://indonesia.handsoffvenezuela.org/?p=601 (Diakses pada tanggal 03 April 2012)

AFP. South American Defense Spending Double in 5 Years: Report:

http://www.defensenews.com/article/20120511/DEFREG02/305110006/S outh-American-Defense-Spending-Doubles-5-Years-Report (Di akses pada tanggal 22 Februari 2013)

Alex Sancez. South American Arm races Advance War Agenda’s:

http://www.thecuttingedgenews.com/index.php?article=11717 (Diakses pada tanggal 25 Februari 2013)

AlJazeera. Chaves: U.S, Colombia “threaten war”:

http://www.aljazeera.com/news/americas/2009/08/20098101779454907.ht ml (Diakses pada tanggal 26 Februari 2013)

Antaranews.com. AS Akan Gunakan Pangkalan Kolombia:

http://www.antaranews.com/print/1250646467/as-akan-gunakan-pangkalan-kolombia (Diakses pada tanggal 09 Mei 2012)

Annex To The General Agreement For Economic ,Technical And Related Assistance Between The Government Of United States Of America And The Government Of

Republic Colombia:

http://www.state.gov/documents/organization/96079.pdf (Diakses pada tanggal 25 Maret 2013)

Benjamin Dangl. U.S Bases in Colombia Rattle the Region:

http://progressive.org/danglmarch10.html (Diakses pada tanggal 1 Maret 2013)

Connie Watson. South America’s growing arme race:

http://www.cbc.ca/news/world/story/2009/10/02/f-rfa-watson.html (Di akses pada tanggal 24 februari 2013)

Eva Golinger. Military Coverup: Washington Alters US Air Force Document To Hide Intentions Behind Military Accord With Colombia:

http://www.globalresearch.ca/military-coverup-washington-alters-us-air-

(43)

http://soaw.org/about-us/partnership-america-latina/212-delegations/3471-the-us-air-force-and-the-palanquero-base (Diakses pada tanggal 21 Februari 2013)

Index Mundi. Colombia-Military Expenditure:

http://www.indexmundi.com/facts/venezuela/military-expenditure dan

http://www.indexmundi.com/facts/colombia/military-expenditure (Diakses pada tanggal 22 Februari 2013)

InSight Crime. FARC: http://www.insightcrime.org/groups-colombia/farc

(Diakses pada tanggal 22 April 2013)

Its two recent major war commitment have done well keep the United States at the forefront of all things military: http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=United-States-of-America

(Diakses pada tanggal 30 Maret 2013)

James Suggett. Venezuela Prepare Defense Againts Potensial U.S Agreession From Colombia. http://venezuelanalysis.com/news/4657 (Diakses pada tanggal 09 Maret 2013)

Jeremy Wolland. Venezuela, Russian Sign Weapons Deal. Lihat

http://www.armscontrol.org/act/2006_09/VenRussia (Diakses pada tanggal 09 Maret 2013)

John Signoriello. South American arms races underway:

http://www.examiner.com/article/south-american-arms-race-underway (Di akses pada tanggal 24 Februari 2013)

John LinsayPoland. Pentagon Using Drug Wars as Excuse to Build Bases in Latin

America:

http://truth- out.org/index.php?option=com_k2&view=item&id=1463:pentagon-using-drug-wars-as-excuse-to-build-bases-in-latin-america (Di akses pada tanggal 21 Februari 2013)

Kompas Otomotif. Amerika Latin Kecam Rencana Pangkalan AS di Kolombia:

http://otomotif.kompas.com/read/2009/08/29/18161261/direktori.html

(44)

with Venezuela?: http://workerscompass.org/?p=890 (Di akses pada tanggal 19 Februari 2013)

Mauricio Solaun. 2002. U.S Intervention In Latin America: “Plan Colombia”.

University of Illinois:

https://www.ideals.illinois.edu/bitstream/handle/2142/30/SolaunOP.pdf?se quence=1 (Akses pada tanggal 07 Januari 2013)

Metronews.com. AS Akan Tetap Mendukung Kolombia Memberantas Narkoba:

http://www.metrotvnews.com/metromain/newsvideo/2006/10/25/26780/-AS-Akan-Tetap-Mendukung-Kolombia-Memberantas-Narkoba-/82

(Diakses pada tanggal 25 Maret 2012)

Military Stats: United States vs Venezuela:

http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=United-States-of-America dan http://www.nationmaster.com/compare/United-States/Venezuela/Military (Diakses pada tanggal 30 Maret 2013)

Military bases delegation Colombia:

http://forusa.org/sites/default/files/images/blogs/20100525-military-bases-delegation-colombia.jpg (Diakses pada tanggal 06 Maret 2013)

Military Stats: Colombia vs Venezuela:

http://www.nationmaster.com/compare/Colombia/Venezuela/Military

(Diakses pada tanggal 26 Maret 2013)

Naomi Mapstone. The Andean Arm Race:

http://www.americasquarterly.org/node/1287 (Diakses pada tanggal 25 Februari 2013)

Nazih Richani. Cuardenos Colombianos. Colombia Military Expenditure and Its Impact: https://nacla.org/blog/2011/10/3/colombias-military-expenditure-and-its-impact (Di akses pada tanggal 22 Februari 2013)

(45)

irg.org/node/13154 (Diakses pada tanggal 22 Februari 2013)

Raul Zibechi. Military Crisis in South America: The Result of Plan Colombia:

http://upsidedownworld.org/main/colombia-archives-61/1206-military-crisis-in-south-america-the-results-of-plan-colombia (Diakses pada tanggal 19 Februari 2013)

Republika Newsroom. Hillary: Kesepakatan AS-Kolombia Bukan Ancaman:

http://koran.republika.co.id/berita/70296/Hillary_Kesepakatan_AS_Kolom bia_Bukan_Ancaman (Diakses pada tanggal 23 Maret 2012)

RIA Navosty. In case of provocation: Hugo Chavez says Venezuela ready for war with Colombia. http://www.globalresearch.ca/in-case-of-a-provocation-hugo-chavez-says-venezuela-ready-for-war-with-colombia/12639 (Diakses pada tanggal 09 Maret 2013)

Rosmi Julitasari. Amerika Selatan Tolak Pangkalan Militer AS di Kolombia:

http://www.vhrmedia.com/Amerika-Selatan-Tolak-Pangkalan-Militer-AS-di-Kolombia-berita1988.html (Diakses pada tanggal 04 April 2012)

SIPRI. Is South America on the brink of an arm race?:

http://www.sipri.org/media/newsletter/essay/jan10 (Di akses pada tanggal 24 Februari 2013)

Steven Hyland. The Shifting Terrain of Latin American Drug Trafficking:

http://origins.osu.edu/article/shifting-terrain-latin-american-drug-trafficking (Diakses pada tanggal 25 Maret 2013)

Suara Media. Perjanjian Nuklir & Militer Perkuat Pijakan Rusia Di Venezuela:

http://www.suaramedia.com/berita-dunia/amerika/19795-perjanjian-nuklir-a-militer-perkuat-pijakan-rusia-di-venezuela.html (Diakses pada tanggal 09 Mei 2012)

Suara Media. Chaves Siapkan Perang Melawan Perjanjian Setan AS-Kolombia:

http://www.suaramedia.com/berita-dunia/amerika/12749-chavez-siapkan-perang-hadapi-perjanjian-setan-as-kolombia-.html (Diakses pada tanggal 14 Maret 2012)

(46)

http://justf.org/content/supplemental-agreement-up-2010-but-insignificant-in-global-terms (Di akses pada tanggal 22 Februari 2013)

The Venezuelan military showcases six major branches of service and is favorably

aligned with several regional powers:

http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=Colombia :

http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=Venezuela (Di akses pada tanggal 24 februari 2013)

The Establishment of United States Military Ties: http://www.country-data.com/cgi-bin/query/r-3103.html (Diakses pada tanggal 13 April 2013)

Transfer of Military Equipment to Colombia Exposes Loopholes in Export Controls: http://ploughshares.ca/pl_publications/transfer-of-military-equipment-to-colombia-exposes-loopholes-in-export-controls/ (Diakses pada tanggal 25 Maret 2013)

U.S-Colombian Defense Cooperation Agreement:

http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2009/aug/128021.htm (Diakses pada tanggal 4 Maret 2013)

U.S-Colombia Defense Agreement: http://justf.org/node/663 (Diakses pada tanggal 4 Maret 2013)

U.S Southern Commad. U.S Military Support to Colombia:

http://www.southcom.mil/ourmissions/Pages/US-Military-Support-to-Colombia.aspx (Diakses pada tanggal 25 Maret 2013)

Venezuela, wary of U.S-Colombia military deal, plans to buy Russian tanks:

http://english.people.com.cn/90001/90777/90852/6720768.html (Diakses pada tanggal 26 Februari 2013)

Waspada Online. Chaves desak Kolombia jelaskan soal pangkalan militer AS:

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&

id=43872:chavez-desak-kolombia-jelaskan-soal-pangkalan-militer-as&catid=16&Itemid=29 (Diakses pada tanggal 23 Maret 2012)

6 Negara Penyalur Narkoba Terbesar Di Dunia:

Gambar

Tabel 1.1 kajian pustaka (Literatur Terdahulu) sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan ditemukan keragaman pada keragaan mutan- mutan ubi kayu generasi M1V2 yaitu pada peubah tinggi tanaman, tinggi ke cabang, jumlah cabang,

Bagi menilai keberkesanan keseluruhan program dakwah yang telah dijalankan oleh SPI JPS terhadap guru Pendidikan Islam, dapatan kajian menunjukkan daripada seramai 242

Hasil penelitian menunjukan bahwa, kinerja Badan Pendapatan Daerah Kota Bekasi dalam Pemungutan Pajak Reklame belum optimal, Pada faktor individu komitmen pegawai

Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah gangguan pada sistemmuskuloskeletal yang dapat disebabkan/diperburuk oleh pekerjaan dan performansi kerja seperti

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai pelaksanaan pemungutan Pertambahan Nilai dan Pajak Penghasilan Pasal 21/23 atas jasa akuntan KAP Sugeng Pamudji, serta

Didapati dua item yang mendapat skor yang tinggi iaitu PA prihatin terhadap kelakuan pelajar (4.30 tinggi) dan sering memberi nasihat bagi penerapan nilai-nilai murni (4.30

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang berfungsi untuk mengolah ketepatan informasi mengenai tanggal jatuh tempo pensiun, jatuh tempo dimulainya pembayaran

 Menyedari pelbagai peranan wanita dalam keluarga, masyarakat, ekonomi dan politik negara, kerajaan mengakui bahawa strategi- strategi yang khusus perlu dibentuk bagi