• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PEROKOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PEROKOK"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebiasaan merokok di Indonesia sangat memprihatinkan. Gencarnya promosi

rokok banyak menarik perhatian masyarakat. Namun bahaya yang dapat ditimbulkan

oleh rokok masih kurang disadari oleh para pengguna rokok terutama pada remaja.

Pengetahuan remaja tentang bahaya merokok masih terbilang rendah. Berbagai slogan

tentang bahaya merokok seolah-olah hanya menjadi slogan belaka dan kurang mendapat

perhatian bagi para remaja pengguna rokok. Selain itu sikap para remaja yang kurang

mendukung terhadap berbagai peringatan bahaya merokok juga mempengaruhi perilaku

remaja untuk tetap melakukan kebiasaan merokok.

Tahun 2006 The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (37%) biasa merokok. Anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan.

Yang lebih mengejutkan lagi tiga diantara sepuluh pelajar mengaku pertama kali

merokok pada umur di bawah sepuluh tahun (Sukendro, 2007). Faktor dari dalam remaja

dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh

Erikson (1989) dalam Komalasari (2007) berkaitan dengan adanya krisis aspek

psikososial yang dialami dalam masa perkembangannya, yaitu masa ketika mereka

sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa

badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial.

Upaya-upaya untuk menentukan jati diri tersebut tidak semua dapat berjalan sesuai dengan

harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara

kompensatoris. Perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol

dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik kepada lawan jenis.

Menurut survei di beberapa SMP di Jakarta, setiap siswa di sekolahnya mulai

mengenal bahkan mencoba merokok dengan presentase 40% sebagai perokok aktif yang

terdiri atas 35% putra dan 5% putri. Dan berdasarkan pemantauan lanjutan dari para

pelajar yang merokok itu sebanyak 25% Drop Out. Kebiasaan merokok bagi para pelajar

(2)

2

bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman informasi, termakan iklan

atau terbujuk rayuan teman. Diperoleh dari hasil angket Yayasan Jantung Indonesia

sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari teman. Sehingga Yayasan Jantung

Indonesia mendapat kesimpulan dengan merokok dapat membuat pandai bergaul, orang

yang merokok terkesan lebih keren, merokok meningkatkan prestasi belajar, merokok

dapat menghangatkan tubuh, merokok membuat kelihatan dewasa, merokok membuat

penampilan lebih keren. (Yayasan Jantung Indonesia)

Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok,

namun di sisi lain dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok maupun orang-orang

disekitarnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang morokok adalah untuk

mendapatkan pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/fasilitative). Para ahli mengemukakan beberapa alasan mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai kebiasaan

merokok yang berbeda-beda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok.

Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang

merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.

Compas (Ormachea, 2004) mengatakan bahwa remaja laki-laki paling sering

mengalami konflik dengan orang tua dan guru. Mereka sering menentang aturan-aturan

yang ada, baik itu peraturan yang ada di sekolah maupun di rumah. Mereka melakukan

kenakalan-kenakalan seperti merokok, menggunakan obat terlarang, dan berkelahi.

Kelompok Smoking and Health memperkirakan sekitar enam ribu remaja mencoba rokok pertamanya setiap hari dan tiga ribu diantaranya menjadi perokok rutin

(Wetherall, 2000).

Oskamp (1984) menyatakan bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang

individu menjadi ketagihan merokok dengan alasan-alasan seperti kebiasaan,

menurunkan kecemasan dan mendapatkan penerimaan. Graham (dalam Ogden, 2000)

menyatakan bahwa efek positif dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang

(3)

3

(Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei terhadap para perokok,

dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stres dan

kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan keterlanjutan

perilaku merokok pada remaja. Namun sebaliknya dalam studi terbaru menunjukkan,

bahwa berhenti merokok justru membuat orang lebih bahagia. Yang paling ilustratif, dan

agak tragis, subjek adalah orang yang hanya berhenti sementara. Suasana hati mereka

jelas terang saat pemeriksaan ketika mereka berpuasa. Setelah kembali kepada

kebiasaannya merokok, suasana hati mereka gelap. Bahkan, dalam beberapa kasus ke

tingkat yang lebih tinggi mengalami kesedihan dari sebelumnya (Nicotine and Tobacco

Research).

Kebahagiaan adalah hal yang ingin dicapai oleh setiap manusia, berbagai cara

dapat dilakukan. Kebahagian memiliki makna yang luas, setiap individu memaknai arti

kebahagiaan berbeda-beda. Menurut Seligman (2005) kebahagiaan adalah perasaan

positif (ektase dan kenyamanan) serta kegiatan positif tanpa unsur perasaan sama sekali

(keterserapan dan keterlibatan). Bagi Seligman (2002), seorang psikolog University Of Pennsylvania dan Direktur Positive Psychology Network, manusia ingin hidup yang memiliki arti. Mereka tidak ingin bangun di pagi hari dengan kesadaran yang tidak

nyaman bahwa mereka akan gelisah sampai akhir hidup mereka (TIME, 20 Januari

2003). Seperti halnya pada remaja, terpenuhinya happiness akan menjadikan remaja lebih siap menuju dewasa dan mendapatkan jati diri. Sedangkan tidak terpenuhinya

kebutuhan happiness remaja menjadikan remaja merasakan kesedihan yang mendalam, merasa terbuang, perasaan malu, tertekan, kesepian, tidak percaya diri, dan dapat

berakibat remaja menjadi stres bahkan depresi. Para remaja dapat melakukan hal apa

saja agar dapat mencapai kebahagiaan yang mereka inginkan. Bahkan sebagian dari

mereka ada yang akan membayar mahal untuk mendapatkan kesempatan melupakan

kesulitan dengan cara berhura-hura, ada yang menghabiskan uang dengan shopping, merokok, mabuk-mabukan, dll. Tetapi itu semua hanya kebahagian sementara yang

dapat mereka miliki, yang akan membuat mereka ketagihan atau kecanduan.

Kartono (1990) mengemukakan bahwa perasaan senang dan bahagia

(4)

4

berhubungan dengan kegagalan. Dalam melewati masa tersebut, remaja membutuhkan

lingkungan dan kondisi yang tepat bagi perkembangannya.

Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu

karena merupakan periode yang penuh dengan perubahan dan rentan munculnya

berbagai masalah. Masa remaja awal memiliki beberapa ciri tahapan perkembangan

yaitu tahap periode peralihan, perubahan, bermasalah dan periode pencarian identitas

(Hurlock, 1993). Kebahagiaan juga dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mempengaruhi

pola berfikir seseorang. Kebahagiaan pada masa remaja sangat penting karena saat para

remaja dapat menemukan suatu kebahagiaan dalam hidupnya, maka pada akhirnya akan

menjadikan remaja tumbuh dengan jati dirinya yang positif dan sehat baik secara mental

maupun emosional. Tetapi banyak remaja yang beranggapan bahwa kenikmatan tabu

yang mereka peroleh adalah sebuah kebahagiaan yang mereka cari. Seperti dalam

Hurlock (1990) kenikmatan tabu yang paling umum dilakukan adalah hubungan sex

sebelum nikah, minum-minuman keras, penggunaan berbagai obat-obatan serta merokok

dikalangan remaja. Kebahagiaan juga melihat dari sisi pandang individu terhadap

realitas yang ada. Cara berfikir positif serta syukur adalah bagian dari pemahaman

realitas kebahagiaan (Lukman, 2008).

Agama sangat memiliki peran penting dalam tahap perkembangan remaja.

Individu dengan tingkat religiusitas lebih tinggi akan lebih mampu mengontrol dirinya

dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditanamkan oleh agama dan tujuan

yang ingin dicapai. Mereka lebih bisa menolak hal-hal yang tidak baik, seperti tidak

merokok, minum-minuman keras, narkoba, dll. Dalam Carr (2004) dijelaskan mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagian yaitu budaya, pernikahan, hubungan

sosial, religiusitas dan spiritual, uang, kesehatan, dan jenis kelamin. Religiusitas pada

masa remaja sangat dibutuhkan untuk dijadikan pedoman hidup dalam melakukan

kehidupan sehari-hari. Religiusitas sebagai istilah keberagamaan yang diwujudkan

dalam berbagai sisi kehidupan manusia baik itu menyangkut perilaku ritual (ibadah) atau

aktivitas lain dalam kehidupan sehari-harinya yang dapat dilihat mata atau yang tidak

(5)

5

Perilaku religiusitas dapat digunakan oleh seseorang sebagai pedoman dalam

menjalankan aktivitas dan memberikan perasaan dapat menerima akibat yang timbul

dari aktivitas yang dilakukan. Religiusitas dapat memberikan perasaan yang mau

memahami atas kondisi yang terjadi merupakan hal wajar dan buka merupakan hal

memberatkan atau membebani. Dengan adanya perilaku religiusitas dapat memberikan

sumber semangat yang bersifat positif sehingga menumbukan sikap kepercayaan

terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan. Segala bentuk tingkah laku seseorang apabila

dilandasi dengan sikap religiusitas yang tinggi maka hasil yang diperoleh dari aktivitas

yang dilakukan merupakan sesuatu yang maksimal dan dapat digunakan sebagai tolak

ukur atas kepuasan yang akan diperoleh. Religiusitas pada masa remaja masih berada

dalam keadaan peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan

beragama, dengan begitu remaja berfikiran dengan merokok dapat melampiaskan

perasaaan tidak bahagia pada rokok, maka kebanyakan remaja mencari kebahagiaan

dengan cara merokok.

Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang

sehat, diantaranya dengan membebaskan generasi muda dari perilaku merokok.

Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan. Adanya

kebiasaan merokok yang tetap dijalankan bukan berarti tidak ada dampak negatif yang

pelan-pelan akan mempengaruhi kondisi psikologis. Mereka akan semakin mudah

terjerumus oleh hal-hal negatif. Seperti memakai narkoba, hubungan sex sebelum nikah,

minum-minuman keras, penggunaan berbagai obat-obatan, dll. Perilaku Merokok di

kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah

yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni

remaja berusia 12-15 tahun. Ada pendapat di kelompok remaja pria apabila tidak

merokok kurang jantan, karena pada masa remaja awal merupakan masa yang rawan

dalam pergaulan.

Remaja merokok karena ingin menemukan suatu perasaan bahagia yaitu dengan

diterimanya di dalam kelompok teman sebayanya. Remaja akan melakukan apapun agar

dapat diterima dalam kelompok teman sebayanya. Sikap remaja tersebut dapat

(6)

6

diterima oleh teman sebaya. Apabila dikaitkan dengan perilaku religiusitas dan

happiness pada seorang remaja pada dasarnya terdapat keterkaitan, dimana perilaku religiusitas dapat menumbuhkan perasaan bahagia. Namun demikian pada seorang

remaja tingkat kebahagiannya tersebut dapat terwujud dengan berkumpul dengan rekan

atau teman sebayanya dan rokok merupakan salah satu media digunakan untuk

bersosialisasi dan diterima oleh teman sebayanya.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka peneliti tertarik mengangkat

penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan antara religiusitas dengan happiness

pada remaja perokok. Dengan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi berjudul “

Hubungan Religiusitas dengan Happinesspada Remaja Perokok”.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja perokok?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara

religiusitas dengan happiness pada remaja perokok.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis : Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan dan masukan bagi para orang tua, semua kalangan masyarakat

khususnya para remaja perokok untuk mengetahui hubungan antara religiusitas

dengan happiness. Dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan informasi oleh orang tua dan masyarakat untuk berupaya memberikan kebahagiaan

anaknya dalam melakukan sosialisasi dengan kondisi disekitarnya dengan

menghindari dampak negatif dari rokok.

2. Manfaat teoritis : Informasi dari penelitian ini dapat memperluas wawasan dunia

(7)

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN

HAPPINESS

PADA REMAJA PEROKOK

SKRIPSI

Oleh :

Rheanita Elma Putri 07810126

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah pada Allah swt, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja perokok”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu dengan rasa tulus

dan ikhlas, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

2. Ibu Hudaniah, M.Si., Psi., selaku Pembimbing I yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

3. Bapak Ari Firmanto, S.Psi, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa dengan

sabar telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan

serta masukan yang sangat berarti bagi penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

4. Bapak Yudi Suharsono, M.Psi., selaku dosen wali yang telah memberikan

dukungan dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya

skripsi ini

5. Dosen-Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, terima

kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis

6. Kedua Orangtuaku Bapak Yudhi Aryanto dan Ibu Rulik Sriyani terima kasih atas do’a, kasih sayang, perhatian, nasehat dan dukungan yang tiada hentinya selama ini hingga lulus kuliah

7. Untuk saudaraku adikku Ahdan dan Nabila terima kasih atas doa, kasih sayang,

motivasi, dukungan moril maupun materiil, dan juga kebersamaan yang indah.

8. Lepong sahabatku, terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dukungan, dan

semua masa-masa indah yang telah kau berikan dan itu semua sangat berarti

dalam penyelesaian skripsi ini

(10)

yang dari awal skripsi selalu mendukung dan memotivasi.

10. Teman-teman Psikologi, khususnya Guita, Novi, Rahmad, Arul, Lidyah, Kebo,

Cholis, Billy, Ayu, Wulan, Denise, Ririn, Gigi, mbak Dika dan mbak Galuh.

Terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan keceriaan yang terjalin selama

ini.

11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga

Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhirnya penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Malang, 14 Mei 2012

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ... 15

C. Remaja ... 16

1. Pengertian Remaja ... 16

2. Karakteristik Masa Remaja ... 17

3. Tugas perkembangan Remaja ... 19

4. Perkembangan Religiusitas Remaja ... 20

5. Remaja Perokok ... 21

(12)

C. Definisi Operasional ... 27

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

3. Teknik Sampling ... 27

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 28

F. Prosedur Penelitian ... 33

1. Tahap Persiapan (Tanggal 15-18 Februari 2012) ... 33

2. Tahap Pelaksanaan ... 33

G. Validitas dan Realibilitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 37

H. Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

B. Analisis Data ... 40

C. Pembahasan ... 42

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Religiusitas ... 31

Tabel 3.2 Blue Print Skala Happiness ... 33

Tabel 3.3 Validitas Item Skala Religiusitas ... 36

Tabel 3.4 Validitas Item Skala Happiness ... 36

Tabel 3.5 Reliabilitas Skala Religiusitas dan Happiness ... 37

Tabel 4.1 Sebaran T Score Religiusitas ... 39

Tabel 4.2 Sebaran T Score Happiness ... 40

Tabel 4.3 Tabulasi Data Religiusitas dan Happiness pada Remaja Perokok ... 40

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Religiusitas dan Happiness ... 50

Lampiran 2. Data Tryout ... 60

Lampiran 3. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 63

Lampiran 4. Tabel Jadwal Penelitian ... 67

Lampiran 5. Data Penelitian ... 68

Lampiran 6. Nilai T-Score X dan Y ... 74

Lampiran 7. Tabulasi Data Religiusitas dan Happiness ... 76

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H., Lau, P. L., & Ong, S. Y. (2011). Happiness quntient of upper secondary school students. Internasional Journal of Psysical and Social Sciences, volume 1, Issue 4. Diperoleh dari http:// www.ijmra.us.

Ahyadi, A. A. (1995). Psikologi agama. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Ancok, D dan Suroso, F.N. (2004). Psikologi islami, sosial islam atas problem psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. (2006). Sikap manusia-teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifudin. (2007). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, Saifudin. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carr, A (2004). Positive psychology, The science of happiness and human strengths. NY: Routlege

Baharuddin, M dan Mulyono. (2008). Psikologi agama dalam perspektif islam. Malang: UIN-Malang Press.

Chaplin, J.P. (1999). Kamus lengkap psikologi. Penerjemah: Kartini Kartono. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Darajat, Z. (1983). Ilmu jiwa agama. Jakarta: Bulan Bintang.

http//www.hidayatullah.com.

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi ke 5. Jakarta: Erlangga.

Jallaluddin. (1998). Psikologi agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kartono, K. 1990. Psikologi anak. Bandung: Mandar Maju.

(16)

Komalasari, D. & Helmi, AF. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok ada

Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Jakarta: Usaha Nasional.

Mashri, G. A., dan Jama’ Adam, N. (1995). Jalan menuju kebahagiaan. Jakarta : Lentera.

Monks, F. J. Knoers, AMP dan Handitono, SR. (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

No Name. (2002). Mengatasi stres pada remaja. http://www.ramuracik.com/ [on-line].

Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. New Jersey : Prentice Hall

Pradiansyah, Arvan. (2009). The laws of happiness. Penerbit: Kaifa.

Riduwan.(2006). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Santrock, W. J. (1995). Life span development (perkembangan masa hidup jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Seligman, Martin E.P http//www.authentichappinesscoaching.com.

Seligman, Martin E.P. (2006). Authentic of happiness. Penerbit: Mizan.

Sharp, J. T. (2011). Happiness is now. Depok: RAS (Raih Asa Sukses).

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

LAYOUT AND IMAGE CREATION ARE HANDLED BY COMPUTER:.. KNOWLEDGE GRAPHIC DESIGN

tumpatan ART-GIC dan tumpatan amalgam, dengan memperhitungkan alat dan bahan yang diperlukan untuk tumpatan dengan cara konvensional dan metode ART, biaya inventaris alat medis dan

Komplikasi hipertensi pada kehamilan dianggap kronis jika pasien yang bersangkutan telah terdiagnosis hipertensi sebelum kehamilan terjadi, jika hipertensi terjadi

16) Ketentuan praktikum harus mencakup: memakai jas lab/baju bengkel,menjaga kebersihan peralatan/meja, kerapian susunan kursi, pemakaian listrik dan air oleh

umumnya HRSG yang terpasang tidak dilengkapi dengan burner karena penerapan HRSG pada PLTGU tujuan utamanya adalah memanfaatkan panas gas buang dari PLTG yang

KUALITI MASA PEMBELAJARAN AKADEMIK DALAM PENDIDIKAN JASMANI: KAJIAN KES DI SEKOLAH MENENGAH DAERAH HULU LANGAT, SELANGOR.. JULISMAH

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh proporsi komisaris independen, leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal terhadap cash effective tax

PPL adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam semester- semester