• Tidak ada hasil yang ditemukan

Development Strategy Partnership and Community Development PT. Perkebunan NusantaraVII : A Case Study In a member of the group Banana chips agroindustry in Bandar Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Development Strategy Partnership and Community Development PT. Perkebunan NusantaraVII : A Case Study In a member of the group Banana chips agroindustry in Bandar Lampung"

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII

(Studi Kasus Pada Anggota Kelompok Agroindustri

Keripik Pisang di Kota Bandar Lampung)

AUGUST THRYANDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul :

ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII

(STUDI KASUS PADA ANGGOTA KELOMPOK AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG)

merupakan hasil karya saya sendiri di bawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dalam daftar pustaka di bagian akhir ini.

Bogor, Desember 2012

(3)

AUGUST THRYANDA. Development Strategy Partnership and Community Development PT. Perkebunan NusantaraVII : A Case Study In a member of the group Banana chips agroindustry in Bandar Lampung.Under the leader of NURHENI SRI PALUPI as the head of the leader and ANGGRAINI SUKMAWATI as the members.

The partnership program is a program to enhance the ability of small businesses to be resilient and independent through the use of funds from the profits of BUMN. The partnership program is able to empower communities and regions, based on their potential and their role and community participation. PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VII is one of State Owned Company (BUMN). One of their programs is to find the micro and small entrepreneurs to improving their creativity. The one of their Enterprises is chips, which took place near the office PTPN VII, in along the way Zainal Abidin PagarAlam in Tanjung Karang Village Bandar Lampung city. The research purpose to: (1) Identify activities empowerment group members agroindustry chips in PKBL by PTPN VII in the Segala Mider village Tanjung Karang Barat of Bandar Lampung city, 2) formulate alternative strategies for developing partnerships by PTPN VII tosupporttheir partners business. The research was conducted in Segala Mider village of Tanjung Karang Barat of Bandar Lampung city. The research location was chosen purposive with the consideration that in 2007 this villages was center of chips Industry in Bandar Lampung. The respondents were all members of the agroindustry partners PTPN VII, which amounts to 12 people. The analysis method by using a matrix IFE, EFE, IE, SWOT and QSPM. The conclusions of this research are: 1) the empowerment of members of the chips agroindustry activities in Segala Mider Village of Tanjung Karang Barat Bandar Lampung city in PKBL include (a) Following small business management training and (b) Get funding partnership program who needed, 2) Three strategies alternative for developing PKBL PTPN VII, are: a) Increasing the capacity of the fund to take advantage of low carrying capacity of the government or BUMN, b) Improving the skill and knowing of technology to improve the image of the product, and c) Make use of the product as a food typical of the region with a variety of flavors to be able to compete with other similar products.

(4)

RINGKASAN

AUGUST THRYANDA. Strategi Pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII : (Studi Kasus Pada Anggota Kelompok Agroindustri Keripik Pisang di Kota Bandar Lampung). Dibimbing oleh NURHENI SRI PALUPI sebagai Ketua dan ANGGRAINI SUKMAWATI sebagai Anggota.

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program kemitraan mampu memberdayakan masyarakat dan wilayah berdasarkan potensi serta peran dan partisipasi masyarakat. PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VII (Persero) adalah salah satu BUMN yang mempunyai salah satu program untuk meningkatkan kreatifitas para pengusaha mikro dan kecil. Salah satu diantaranya adalah usaha keripik yang bertempat di dekat kantor PTPN VII di sepanjang jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung.Program Kemitraan yang dilakukan PTPN VII merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk dapat mengembangkan UKM di Propinsi Lampung. Tujuan dari adanya PKBL PTPN VII yaitu meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Aktifitas pemberdayaan yang dilakukan PKBL tidak sebatas pada bantuan pemberian pinjaman modal saja, tetapi juga peningkatan sumber daya manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengidentifikasi aktivitas pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik untuk Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) oleh PTPN VII, (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII dalam mendukung keberhasilan usaha mitra binaannya.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2007 Kelurahan Segala Mider dijadikan Sentra Industri Keripik di Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan survei sedangkan metodenya deskriptif ekploratif yang merupakan penelitian non hipotesis. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok agroindustri mitra binaan PTPN VII yang berjumlah 12 orang responden dengan skala usaha industri rumah tangga. Metode analisis strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII dengan menggunakan matrik IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

(5)

berbunga rendah, 2) Pada aspek produksi, anggota kelompok perlu meningkatkan skill dan penguasaan teknologi terkait peningkatan mutu dan citra produk dengan cara mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh berbagai instansi-instansi setempat dan mengaplikasikan teori tersebut pada usaha keripiknya, dan 3) Pada aspek pemasaran, anggota kelompok perlu meningkatkan promosi produk kepada konsumen dengan mengikuti berbagai pameran-pameran, penggunaan kemasan berlabel, dan memberikan variasi rasa baru untuk meningkatkan minat para konsumen untuk membeli produknya. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII mencakup aktivitas yang terkait dengan core business maupun yang sama sekali tidak terkait, sedangkan sumber dana diambilkan dari sebagian laba perusahaan, yang tren lima tahun terakhir jumlahnya terus meningkat. Adapun pelaksanaannya melalui program PTPN 7 merupakan suatu wujud kepedulian perusahaan terhadap kondisi sosial masyarakat, melalui suatu kegiatan pemberdayaan yang mendorong partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga mampu meningkatkan kemandirian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Aktivitas pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dalam PKBL meliputi (a) Mengikuti kegiatan pelatihan teknis yaitu pelatihan manajemen usaha kecil dan (b) Mendapatkan dana program kemitraan bagi yang membutuhkan; (2) Tiga alternatif strategi pengembangan PKBL PTPN VII yaitu : (a) Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN, (b) Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkat-kan citra produk, dan (c) Memanfaatmeningkat-kan produk sebagai mameningkat-kanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

Saran yang dapat diberikan yaitu (1) Anggota kelompok perlu meningkat-kan promosi produk kepada konsumen dengan mengikuti berbagai pameran-pameran, penggunaan kemasan berlabel, dan memberikan variasi rasa baru untuk meningkatkan minat para konsumen untuk membeli produknya, (2) PTPN VII harus mempromosikan produk binaannya tersebut kepada para tamu PTPN VII yang berkunjung ke Propinsi Lampung pada khususnya dan masyarakat Lampung pada umunya, karena mereka akan mengingat merk atau produk yang disajikan oleh PTPN VII dan dapat membawa oleh-oleh khas lampung dari hasil produksi mitra binaannya sendiri, (3) PTPN VII harus lebih cermat mengawasi dan mendampingi para anggota kelompok agroindustri dalam mengembangkan usaha keripik dan mencatat sejauh mana perkembangan usaha keripik anggota sejak adanya PKBL PTPN VII, dan (4) PTPN VII harus membantu anggota kelompok untuk mencari dan memanfaatkan bantuan dana maupun peralatan yang dapat meningkatkan produktivitas usaha keripik.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutip hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan pustaka suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII

(Studi Kasus Pada Anggota Kelompok Agroindustri

Keripik Pisang di Kota Bandar Lampung)

AUGUST THRYANDA

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Alternatif Strategi Pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII (Studi Kasus Pada Anggota Kelompok Agroindustri Keripik Pisang di Kota Bandar Lampung)

Nama Mahasiswa : August Thryanda Nomor Pokok. : P054100035

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, M.S. Ketua

Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, M.M. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah,

Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, M.S, Dipl.Ing, DEA

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr.Ir. H. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb, Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya pada kita. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Alternatif Strategi Pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII (Studi Kasus Pada Kelompok Agroindusti Keripik Pisang di Kota Bandar Lampung). Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr.Ir. Nurheni Sri Palupi, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing. 2. Dr.Ir. Anggraini Sukmawati, M.M. selaku Anggota Komisi Pembimbing 3. Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Penguji Luar Komisi

sekaligus Ketua Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah 4. Para pengajar dan staf sekretariat Program Studi Magister Profesional

Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, spesial untuk Mas Alan yang sering direpotkan oleh penulis selama menyelesaikan studi.

5. Drs. Ahmad Riadi selaku Kepala Urusan Usaha Mikro Kecil dan Menengah pada Bagian PKBL dan Umum PT. Perkebunan Nusantara VII (dan Pengusaha Keripik Pisang pada sentra Agroindustri Keripik di Kota Bandar Lampung atas segala informasi yang telah diberikan.

6. Serly Silviyanti Soepratikno, istriku yang tetap setia memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini.

(10)

8. Teman-teman MPI Angkatan 14 : Marlinda Apriyani, Pindo Witoko, Jaja Subagia Dinata, Intan Zania, Wine Widiana, Berliyanto Budi Cahyo, Santoso, Andi Iskandar, Sugeng Riyanto, Pristiyanto, Suryadi dan Robert E. Kusnadi. 9. Seluruh sahabat yang telah membantu, memberikan support selama penulis

menyelesaikan studi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga tugas akhir ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi dunia industri kecil menengah pada umumnya dan usaha keripik pisang pada khususnya. Saran dan kritik atas Tugas Akhir ini sangat diharapkan, agar menjadi lebih sempurna serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2012

(11)
(12)

xi

2.1 Profil Usaha Kecil Menengah dan Strategi Pengembangan ... 9

2.2. Konsep Pemberdayaan ... 14

3.3 Kerangka Konseptual dan Operasional ... 27

3.4 Perancangan Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data .... 29

3.5 Analisis Data ... ... 32

3.5.1 Matriks IFE dan EFE ... 32

3.5.2 Teknik Pembobotan ... ... 33

3.5.3 Matriks Internal External ... 35

3.5.4 Matriks SWOT ...……... 35

3.5.5 Matriks Perencanaan Strategi Quantitatif . ... 37

(13)

xii

4.4.2 Hasil Pemberdayaan ... 54

4.4 Rencana Strategis Pengembangan ... 61

4.4.1 Analisis SWOT ... 61

4.4.2 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif ... 73

4.5 Implikasi Manajerial ... 77

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 81

5.1 Kesimpulan ... ... 81

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... ... 83

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Jumlah UMKM Provinsi Lampung tahun 2010 ... 2

2 Jumlah industri beberapa komoditas unggulan perdagangan di Kota Bandar Lampung . ... 4

3 Distribusi penyaluran dana pada setiap sektor, Tahun 2011 ... 6

4. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) digolongkan berdasarkan jumlah aset dan Omset ... 10

5 Model Matriks IFE ... 33

6 Model Matriks EFE ... 33

7 Penilaian bobot faktor strategis internal/eksternal perusahaan ... 34

8 Matriks Internal Eksternal ... 35

9 Matriks SWOT ... 36

10 Jumlah penduduk Kelurahan Segala Mider menurut umur tahun 2010 ... 39

11 Jumlah penduduk Kelurahan Segala Mider berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2010 ... 40

12 Jumlah penduduk Kelurahan Segala Mider berdasarkan mata pencaharian tahun 2010 ... 41

13 Jumlah penduduk Kelurahan Segala Mider berdasarkan penggolongan agama tahun 2010 ... 42

14 Sarana dan prasarana di Kelurahan Segala Mider tahun 2010 ... 43

15 Harga setiap jenis keripik di Sentra Agroindustri Keripik ... 46

16 Sebaran responden berdasarkan umur ... 47

17 Sebaran jumlah responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 47

(15)

xiv

agroindustri keripik ... 49

21 Besar dana pinjaman PKBL PTPN VII (Dalam ribu rupiah) ... 51

22 Kehadiran anggota kelompok dalam berbagai kegiatan pelatihan- pelatihan teknis dan pertemuan kelompok ... 54

23 Volume produksi/bulan dari masing-masing anggota kelompok ... 55

24 Omset penjualan anggota kelompok/bulan (Dalam ribu rupiah) ... 56

25 Pendapatan anggota kelompok per bulan (Dalam ribu rupiah) ... 57

26 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII ... 63

27 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ... 67

28 Pembobotan untuk diagram faktor internal dan eksternal ... 69

29 Analisis SWOT anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ... 71

30 Strategi Prioritas (SWOT) Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII ... 73

31 Total alterrnatif skor pada 10 strategi ... 74

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka analisis kebijakan pengembangan Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan PTPN VII ... 30

2. Diagram alir produksi keripik di Sentra Agroindustri Keripik ... 60

3. Diagram Matriks I-E kelompok agroindustri keripik PKBL

(17)

xvi

Nomor Halaman

1. Identitas responden anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII (dalam ribu rupiah) ...

87

2. Sumber permodalan usaha dan bantuan pinjaman dari PKBL PTPN VII (dalam ribu rupiah) ...

88

3. Rata-rata jumlah produk yang dihasilkan dalam 1 bulan ... 89 4. Rata-rata penggunaan bahan baku usaha keripik dalam 1 bulan .... 90 5. Biaya operasional usaha agroindustri keripik per bulan (dalam

ribu rupiah) ...

91

6. Pendapatan anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII per bulan ...

92

7. Penilaian bobot faktor strategi internal ... 93 8. Penilaian bobot faktor strategi eksternal ... 94 9. Penilaian bobot strategi internal anggota kelompok agroindustri

keripik PKBL PTPN VII ...

95

10.Penilaian bobot strategi eksternal anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ...

95

11.Matriks evaluasi faktor internal (IFE) ... 96 12.Matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) ... 96 13.Strategi prioritas berdasarkan visi, misi dan tujuan anggota

kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ...

97

14.Strategi prioritas anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ...

98

(18)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha kecil dan menengah (UKM) yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja. Kontribusi UKM dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2003 adalah sebesar 56,7 persen dari total PDB nasional, terdiri dari kontribusi usaha mikro dan kecil sebesar 41,1 persen dan skala usaha menengah sebesar 15,6 persen. Atas dasar harga konstan tahun 1993, laju pertumbuhan PDB UKM (dengan migas) pada tahun 2003 tercatat sebesar 4,57 persen (angka sementara) atau tumbuh lebih cepat daripada PDB nasional (dengan migas) yang tercatat sebesar 4,10 persen (angka sementara). Perkembangan UKM seperti itu sangat kritikal dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Tantangan UKM untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor, sangat ditentukan oleh dua kondisi utama. Pertama, lingkungan internal UKM harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM, terutama kewirausahaan (entrepreneurship), penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi sosial kemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan ekonomi global.

(19)

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memiliki tujuan yang sangat berpihak kepada UMKM, diantaranya : (1) Peningkatan jumlah dan peran koperasi dan UMKM dalam perekonomian Nasional; (2) Peningkatan pemberdayaan koperasi dan UMKM; (3) Peningkatan daya saing produk koperasi dan UKM melalui peningkatan kemampuan koperasi dan UKM dalam mengembangkan produk-produk kreatif, inovatif, berkualitas dan berdaya saing; (4) Peningkatan pemasaran produk koperasi dan UKM melalui peningkatan kelembagaan dan jaringan pemasaran serta pangsa pasar produk koperasi dan UKM; (5) Meningkatkan akses pembiayaan dan penjaminan koperasi dan UMKM melalui penyediaan skema dan memperluas akses pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan koperasi dan UMKM; (6) Pengembangan wirausaha koperasi dan UMKM baru; (7) Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak kepada koperasi dan UMKM.

Lampung merupakan salah satu daerah pemberi kontribusi yang cukup besar dalam pengembangan dan pemberdayaan UKM nasional. Perkembangan jumlah usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah UMKM Provinsi Lampung Tahun 2010

No. Bidang Jumlah Unit

1. Pertambangan dan Penggalian 2.908

2. Industri Pengolahan 66.850

3. Listrik, gas, dan air bersih 281

4. Konstruksi 6.680

5. Pertanian 1.064.687

6. Perdagangan, hotel, dan restoran 278.559

7. Keuangan, persewaan/jasa perusahaan 1.829

8. Jasa-jasa 52.024

Total unit 1.473.818

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, 2011

(20)

jasa-3

jasa. UMKM dengan jumlah terbanyak bergerak di bidang pertanian, yakni 1.064.687 unit, diikuti dengan bidang perdagangan, hotel dan restoran, sebanyak 278.559 unit lalu diikuti oleh industri pengolahan sebanyak 66.850 unit.

Bidang pertanian memberi kontribusi terbesar dalam pengembangan UMKM di Lampung. Hal ini disebabkan karena Provinsi Lampung didukung oleh kondisi geografis yang merupakan daerah pertanian. Produk pertanian unggulan Provinsi Lampung adalah pisang. Buah ini banyak didatangkan dari Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Utara, dan Lampung Tengah dan Lampung Timur. Produksi pisang Lampung pada tahun 2003, mencapai 319.081 ton, angka ini terus meningkat dibandingkan dengan produksi pisang pada tahuntahun sebelumnya, dimana pada tahun 2002 sebesar 184.554. Ekspor pisang segar dari Provinsi Lampung pada caturwulan pertama tahun 2001 sekitar 316 ton dengan nilai 58.976 dollar Amerika, atau 0,02 persen dari total ekspor provinsi sebesar 245,6 juta dollar Amerika. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan ekspor di caturwulan yang sama tahun sebelumnya, yang nilainya mencapai 103.215 dollar Amerika. Ekspor pisang Indonesia selama ini ditujukan ke negara-negara dikawasan Asia terutama Cina (Dinas Perkebunan Lampung).

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bidang pertanian akan lebih berkembang pesat jika dipadukan dengan industri pengolahan makanan. Terutama untuk Kota Bandar Lampung, pengembangan dan pemberdayaan UMKM dapat dikonsentrasikan kepada industri pengolahan makanan yang berasal dari produk pertanian seperti pisang. Jumlah industri beberapa komoditas unggulan perdagangan yang ada di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.

(21)

Tabel 2. Jumlah industri beberapa komoditas unggulan perdagangan di Kota Bandar Lampung

No. Komoditas Unggulan Industri (Unit)

1. Keripik Pisang 38

2. Kopi 49

3. Sulaman dan Bordir 15

4. Kain Tapis 18

5. Kerang 21

6. Melinjo 37

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, 2011

Sebagai kota yang mengandalkan sektor industri, ada beberapa kawasan yang awalnya tumbuh dengan sendirinya sebagai kawasan industri di Kota Bandar Lampung selain Kawasan Industri Lampung (KaIL) sebagai kawasan industri yang ditetapkan oleh pemerintah, diantaranya yakni : kawasan industri di Jalan Soekarno-Hatta, by pass, Jalan Yos Sudarso, Panjang, Srengsem, dan sepanjang jalur lintas Sumatera.

Dalam pengembangan sektor industri seringkali dijumpai beberapa kendala yaitu tidak tersedianya modal yang cukup serta rendahnya potensi sumberdaya manusia yang dimiliki. Menanggapi hal itu, kebijakan program kemitraan merupakan salah satu strategi pembangunan pemerintah yang berpihak kepada pengusaha kecil dan menengah. Program ini merupakan upaya pemberdayaan petani dan pengurangan kesenjangan ekonomi antara perusahaan besar agroindustri dan petani kecil.

Program kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Program kemitraan diharapkan mampu menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), agar menjadi tangguh dan mandiri. Program kemitraan mampu memberdayakan masyarakat dan wilayah berdasarkan potensinya serta peran dan partisipasi masyarakat.

(22)

5

mereka adalah menyaring para pengusaha mikro dan kecil dalam membantu meningkatkan kreatifitas. Usaha keripik salah satunya, yang bertempat di dekat kantor PTPN VII di sepanjang jalan Zainal Abidin Pagar Alam Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

Lokasi usaha PTPN VII yang berada di tengah-tengah kehidupan masyarakat, menyebabkan keberadaannya sangat diperlukan sebagai agent of development dalam rangka memberikan dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga diharapkan mampu membangun suasana kerja dan hubungan masyarakat yang semakin kondusif. Untuk merealisasikan hal tersebut, dilakukan berbagai upaya dalam rangka mendorong kegiatan pertumbuhan ekonomi daerah dan menciptakan lapangan kerja serta kesempatan berusaha, terutama bagi usaha kecil/menengah di sekitar unit usaha. Salah satu upaya tersebut adalah Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), yang bergerak di sektor industri, perdagangan umum, perkebunan rakyat, perikanan dan lain-lain.

Pembinaan terhadap pengusaha kecil/ekonomi lemah diberikan dalam bentuk bantuan modal kerja, pelatihan dan keterampilan, manajemen usaha serta dalam bentuk kepedulian lingkungan melalui program bina lingkungan yaitu berupa bantuan fisik untuk korban bencana alam, pendidikan dan latihan kepada masyarakat sekitar, sarana dan prasarana umum dan lain-lain. Dampak dilakukannya hal ini adalah keberadaan PTPN VII benar-benar dirasakan oleh masyarakat sekitar. Keberhasilan ini tentunya akan mampu membantu pemerintah dalam upaya menuju pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dengan tujuan untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan perekonomian serta terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha dengan mengembangkan potensi usaha kecil dan koperasi, agar menjadi tangguh dan mandiri. Distribusi penyaluran dana PTPN VII pada tiap sektor untuk tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

(23)

keripik skala rumah tangga yaitu keripik pisang. Keripik pisang saat ini telah menjadi icon oleh-oleh asal Lampung. Keripik pisang merupakan komoditas unggulan industri kedua setelah kopi.

Tabel 3. Distribusi penyaluran dana pada setiap sektor, Tahun 2011

Sektor Jumlah Dana Jumlah Mitra Binaan

Sektor Industri Rp. 713.000.000,- 70 Sektor Perdagangan Rp. 1.920.750.000,- 273 Sektor Pertanian Rp. 9.101.000.000,- 1.552 Sektor Perkebunan Rp. 412.500.000,- 19 Sektor Perikanan Rp. 66.500.000,- 25 Sektor Peternakan Rp. 283.000.000,- 25

Sektor Jasa Rp. 394.000.000,- 43

Sektor lainnya Rp. 300.000.000,- 2

Jumlah Rp.13.190.750.000,- 2009

Sumber : PTPN VII, 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Jumlah usaha kecil dan menengah di Lampung semakin meningkat jumlahnya. Sebagian besar UKM selalu menghadapi kendala klasik yaitu keterbatasan modal, pemasaran, sumber daya manusia, dan ketersedian bahan baku. Empat aspek itu menjadi faktor penghambat laju perkembangan industri kecil di Lampung. Banyak UKM masih mencari pasar bagi produknya. Banyak pula UKM yang tidak mampu memenuhi permintaan karena terbatasnya permodalan dan ketersedian bahan baku. Sehingga, ketika permintaan meningkat, UKM banyak yang kelimpungan sendiri. Ditambah lagi dengan minimnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki. Berbagai upaya dan kebijakan untuk membangun sektor ini telah banyak dilakukan, tapi sampai sekarang belum ditemukan formula yang dianggap paling tepat untuk bisa keluar dari kendala tersebut.

(24)

7

perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Program Kemitraan yang dilakukan PTPN VII di sentra industri keripik Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk dapat mengembangkan UKM di Propinsi Lampung. Tujuan dari adanya PKBL PTPN VII yaitu meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Aktifitas pemberdayaan yang dilakukan PKBL tidak sebatas pada bantuan pemberian pinjaman modal saja, tetapi juga peningkatan sumber daya manusia.

Permasalahan mengenai kondisi masyarakat sekitar baik dari sisi sosial dan ekonomi juga harus menjadi pertimbangan PKBL. Faktor-faktor yang menjadi penyebab masyarakat pelaku industri di Kelurahan Segala Mider perlu diberdayakan juga harus dikaji secara lebih mendalam agar program yang digulirkan oleh PTPN VII menjadi tidak salah sasaran. Agar tujuan dari PKBL menjadi tepat sasaran juga diperlukan sebuah pengkajian yang mendalam mengenai bagaimana strategi pengembangan yang dilakukan baik dari program maupun pendekatan-pendekatan lain.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung ?

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengidentifikasi aktivitas program pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII dalam mendukung keberhasilan usaha mitra binaannya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai :

1. Bahan masukan bagi PTPN VII dalam membuat atau memperbaharui kebijakan mengenai kegiatan PKBL yang dilakukan di Sentra Industri Keripik Segala Mider.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Usaha Kecil Menengah dan Strategi Pengembangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :

a. Usaha Mikro

Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil

Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah

Kriteria Usaha Menengah Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(27)

Tabel 4. Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) digolongkan berdasarkan jumlah aset dan Omset

No Usaha Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil > 50 Juta – 500 Juta > 300 Juta – 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta – 10 Miliar > 2,5 Miliar – 50 Miliar

Selain berdasar Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha Kecil dan Menengah yaitu:

a. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

b. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

c. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor

d. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).

Besarnya potensi perkembangan usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM) di Lampung menarik minat berbagai lembaga permodalan untuk berekspansi ke sini. Keterbatasan wawasan serta kurang motivasi untuk membesarkan usahanya masih menjadi kendala yang klise bagi UMK kita. Dengan segala potensi alam yang dimiliki oleh Lampung harusnya UMK di daerah ini punya motivasi besar untuk terus melakukan inovasi dan selalu konsisten dalam meningkatkan kualitas produk yang mereka hasilkan agar dapat berkembang lebih maju.

(28)

11

a. Kurangnya Permodalan. Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara administratifdan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.

b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas. Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar. Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

d. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif. Kebijaksanaan Pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-pengusaha besar. e. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha. Kurangnya informasi yang

(29)

f. Implikasi Otonomi Daerah. Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Disamping itu semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut. g. Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek. Sebagian besar produk industri kecil

memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan lifetime yang pendek.

h. Terbatasnya Akses Pasar. Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

Menurut Hafsah (2004), Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut :

a. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif. Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

b. Bantuan Permodalan. Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan Menengah(UKM) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yangada, maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank

(30)

13

perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan (win-win solution).

d. Pengembangan Kemitraan. Perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untukmemperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri.

e. Pelatihan. Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan.

f. Membentuk Lembaga Khusus. Perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuhkembangan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM.

g. Memantapkan Asosiasi.Asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya. h. Mengembangkan Promosi Guna lebih mempercepat proses kemitraan antara

UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya.

(31)

2.2 Konsep Pemberdayaan

Menurut Hasyim (2005), kemitraan berasal dari kata mitra (diangkat dari bahasa jawa, ”mitro”) yang berarti kawan kerja atau pasangan kerja. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, pola-pola kemitraan terdiri dari :

1. Pola kemitraan inti plasma, yaitu pola kemitraan yang perusahaan mitranya bertindak sebagai perusahaan inti yang menampung, membeli hasil produksi, memberi pelayanan, bimbingan kepada petani/kelompok tani dan kelompok mitra berlaku sebagai plasma.

2. Pola kemitraan subkontrak, yaitu pola kemitraan yang kelompok mitranya memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

3. Pola kemitraan keagenan, yaitu pola kemitraan yang kelompok mitranya diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan kemitraan.

4. Pola kemitraan dagang umum, yaitu pola kemitraan yang kelompok mitranya memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra atau dengan kata lain perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

5. Pola kemitraan KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis),yaitu pola kemitraan yang kelompok mitranya menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian.

6. Pola kemitraan waralaba, yaitu pola kemitraan yang kelompok mitranya diberi hak lisensi merek dagang dan saluran pemasaran disertai bantuan manajemen.

7. Pola kemitraan bentuk-bentuk lain, yaitu pola kemitraan yang pada saat ini sudah berkembang, tetapi belum dibakukan atau pola baru yang akan timbul di masa yang akan datang.

(32)

15

rakyat diperlukan variabel pokok yang menjadi fokus utama dalam program pemberdayaan yaitu ekonomi dan sosial. Variabel ekonomi meliputi : Sumber Daya Manusia (SDM), modal dan teknologi. Variabel sosial meliputi : keterampilan dan minat.

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah usaha kerja yang dapat disumbangkan dalam proses produksi yaitu SDM yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat umum. Sumberdaya manusia seringkali disebutkan sebagai kekayaan yang paling berharga dari suatu organisasi dan segala keberhasilan atau kegagalan banyak dipengaruhi oleh kualitas dari sumber ini.

2. Modal

Modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Modal berhubungan erat dengan uang, modal adalah uang yang tidak dibelanjakan, jadi disimpan untuk kemudian diinvestasikan.

3. Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak terlepas daripada kemajuan teknologi. Teknologi yang senantiasa berubah itu adalah syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanianpun terhenti.

4. Keterampilan

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005). Keterampilan dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah kemampuan dalam mengelola usaha yang dikembangkan. Rendahnya keterampilan dalam kelompok sasaran dapat dikembangkan melalui intervensi bantuan modal, pelatihan dan pengadaan teknologi sesuai dengan kebutuhan.

5. Minat

(33)

untuk diketahui, karena meskipun suatu unit usaha memiliki skor variabel ekonomi yang sangat baik, namun bila tidak diminati maka hal ini mengindikasikan bahwa unit usaha tersebut kurang atau bahkan tidak prospek untuk dikembangkan.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) memiliki visi untuk menjadi bagian yang mampu menciptakan dan mendukung keberlanjutan perusahaan melalui harmonisasi kepentingan perusahaan, hubungan sosial kemasyarakatan dan lingkungan (PTPN 2009). Misi dari PKBL adalah untuk : 1. Menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat, khususnya

UMKM, agar menjadi tangguh dan mandiri.

2. Memberdayakan masyarakat dan wilayah berdasarkan potensi, peran dan partisipasi masyarakat.

3. Membantu masyarakat mendapatkan fasilitas sosial dan umum yang layak dan sehat sesuai dengan kebutuhannya (felt needs).

4. Mempertahankan dan mengembangkan fungsi dan kualitas lingkungan. 5. Membentuk perilaku wirausaha dan masyarakat yang etis dan professional.

Tujuan PKBL adalah :

1. Terciptanya pertumbuhan ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di UMKM.

2. Terbentuknya masyarakat yang mandiri berdasarkan potensi sumberdaya manusia dan alam yang dimiliki.

3. Terpenuhinya fasilitas sosial dan umum yang layak, sehat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

4. Terjaganya kelestarian alam dan lingkungan.

5. Terwujudnya masyarakat dan mitra binaan yang memiliki perilaku etis dan professional.

(34)

17

1. Milik Warga Negara Indonesia (WNI).

2. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

3. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

4. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun. 5. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

Setelah memenuhi semua persyaratan di atas, mitra binaan memiliki kewajiban yang harus dijalankan yaitu melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN pembina, menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati serta menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN pembina. Selain mitra binaan, BUMN pembina kemitraan juga memiliki kewajiban, yaitu :

1. Membentuk unit program kemitraan dan program bina lingkungan.

2. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan program kemitraan dan program bina lingkungan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi (SKD).

3. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) program kemitraan dan program bina lingkungan.

4. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon mitra binaan secara langsung.

5. Menyiapkan dan menyalurkan dana program kemitraan kepada mitra binaan dan dana program bina lingkungan kepada masyarakat.

6. Melakukan pemantuan dan pembinaan terhadap mitra binaan. 7. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.

8. Melakukan pembukuan atas program kemitraan dan program bina lingkungan.

(35)

10. Menyampaikan laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada koordinator BUMN pembina di wilayah masing-masing.

Sumber dana atau pembiayaan program kemitraan didapatkan dari penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2%, hasil jasa administrasi pinjaman, bunga deposito dan jasa giro dari dana program kemitraan setelah dikurangi beban operasional. Peruntukan dana program kemitraan dibedakan menjadi dua yaitu pinjaman dan hibah. Pinjaman dilakukan untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan. Hibah digunakan untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan hal -hal lain yang mengangkat peningkatan produktivitas mitra binaan serta untuk pengkajian atau penelitian (maksimal 20% dari penyaluran dana kemitraan).

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan (Suharto 2009). Pemberdayaan sebagai suatu proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan sebagai tujuan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial.

(36)

19

Menurut Kartasasmita (1996) yang diacu oleh Hafsah (2008) mengemukakan bahwa upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi yaitu :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena bila hal tersebut terjadi maka akan terjadi kepunahan, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya sehingga akan membuat masyarakat semakin berdaya.

2. Memberdayakan juga mengandung arti melindungi dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, disebabkan karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.

3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya.

Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan mengadakan hubungan antara sesama mereka (Soekanto, 1990). Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling menolong. Menurut Mulyana (2005) dalam Effendy (2006) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Salah satu ciri terpenting dari kelompok menurut Mardikanto (1991), adalah suatu kesatuan sosial yang memiliki kepentingan bersama dan tujuan bersama. Tujuan ini dicapai melalui pola interaksi yang mantab dan masing-masing (individu yang menjadi anggotanya) memiliki perannya sendiri-sendiri. Kelompok dapat diartikan sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri :

1. Memiliki ikatan yang nyata

(37)

3. Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas

4. Memiliki kaidah-kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama 5. Memiliki keinginan dan tujuan bersama

Menurut Rakhmat (2000), kelompok mempunyai tujuan dan melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Dengan kata lain, kelompok memiliki dua tanda psikologis. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (sense of belonging) yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.

Menurut Notohadiprawiro (2006), agroindustri adalah industri yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian. Istilah agroindustri merujuk pada suatu jenis industri yang bersifat pertanian. Agroindustri merupakan industri besar karena : 1. Menggunakan sumberdaya yang sangat beraneka.

2. Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Melibatkan sejumlah tenaga kerja dengan berbagai keterampilan.

4. Memerlukan kemahiran mengelola secara terpadu (integrative), menyeluruh (comprehensive) dan lentur (flexible).

5. Melibatkan beraneka kegiatan jasa, meliputi komunikasi, transportasi, informasi, pendidikan, penelitian dan tataniaga.

6. Melibatkan uang dalam jumlah besar.

Industri merupakan komponen dari agribisnis. Pengertian agroindustri sebagai komponen dari sistem agribisnis merupakan industri yang mengolah bahan baku dari hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi. Agroindustri mempunyai peranan yang sangat penting karena pada umumnya mampu menghasilkan nilai tambah dari produk segar hasil pertanian.

2.3 Gambaran Umum Komoditas Pisang

(38)

21

buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.

Pisang mempunyai manfaat dalam penyembuhan anemia, menurunkan tekanan darah, tenaga untuk berpikir, kaya serat untuk membantu diet, kulit pisang dapat digunakan sebagai cream anti nyamuk, membantu sistem syaraf, dapat membantu perokok untuk menghilangkan pengaruh nikotin, stres, mencegah stroke, mengontrol temperatur badan terutama bagi ibu hamil, menetralkan keasaman lambung, dan sebagainya.Tanaman pisang secara genetis dapat menghasilkan vaksin yang murah dan sebagai alternatif untuk pertahanan anak dari serangan penyakit.

Pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan Indonesia. Walaupun bukan tergolong kedalam buah ekslusif (hanya dapat tumbuh di lokasi tertentu, dibudidayakan secara modern, harga jual yang tinggi dan diperdagangkan oleh lembaga pemasaran tertentu), pisang memiliki potensi pasar yang luas dan diminati oleh hampir semua lapisan dan golongan masyarakat.

Pisang di Indonesia mempunyai ragam varietas atau kultivar yang cukup banyak seperti pisang ambon, barangan, raja bulu, raja sere, badak, kapok kuning, nangka, tanduk, agung, mas dan lain-lain. Tanaman pisang pada umumnya dikembangkan secara vegetatif berupa anakan atau belahan bonggol dan bibit hasil kultur jaringan.

Berdasarkan fungsinya, pisang dikelompokan dalam empat golongan yaitu: Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var

(39)

batu dan klutuk dan yang terakhir pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

Sedangkan berdasarkan cara konsumsi pisang dikelompokkan dalam dua

golongan, yaitu banana dan plantain. Banana adalah pisang yang dikonsumsi dalam bentuk segar setelah matang, seperti pisang ambon, susu dan raja. Plantain

adalah pisang yang dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar atau dikolak,

dibuat sale dan gaplek. Pisang dapat diolah menjadi tepung, keripik pisang dan

puree seperti pisang tanduk, siam, kapas, kepok, nangka dan uli. Ekspor pisang dalam bentuk olahan yang sudah diperdagangkan di luar negeri adalah keripik

pisang (Utami, 2009).

Keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi keripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu keripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996.

Propinsi Lampung mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri, terutama untuk agroindustri dengan orientasi pasar antar daerah maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan pertanian yang cukup luas untuk kebutuhan bahan baku agroindustri, sehingga memungkinkan pengembangan agroindustri dengan skala usaha yang optimal. Salah satu Usaha kecil sektor agroindustri yang memiliki prospek sangat potensial untuk dikembangkan di Propinsi Lampung adalah usaha pembuatan keripik pisang.

(40)

23

2.4 Analisis Strategi

Strategi menurut Chandler yang dirujukRangkuti (2006) menyebutkan bahwa

strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan

alokasi semua sumber dana yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang

berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Menurut Rangkuti

(2006) konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut :

1. Distinctive Competence; yaitu tindakan yang dilakukan untuk perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Dua

faktor yang biasa diidentifikasi adalah keahlian tenaga kerja dan kemampuan

sumber dayanya.

2. Competitive Advantage; yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Biasanya yang

dilakukan oleh perusahaan dengan memberikan perhatian lebih pada 3 (tiga)

faktor yaitu; cost leadership, diferensial dan fokus.

Selanjutnya, Rangkuti (2006) mengelompokkan strategi menjadi tiga tipe yaitu;

1. Strategi Manajemen yaitu strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan

orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan

produk, strategi penerapan harga, strategi akusisi, strategi pengembangan pasar,

strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

2. Strategi Investasi, strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada

investasi. Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan

yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis yaitu biasa disebut juga dengan strategi bisnis secara fungsional karena strategi berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya

strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi

organisasi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

(41)

cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka.

Tujuan dari Analisa SWOT adalah untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objektif dan strategi perusahaan dalam corporate planning.

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu : 1. Strengths (Kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

2. Weakness (Kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

3. Opportunities (Peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya : kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

4. Threats (Ancaman)

(42)

25

Menurut David (2006), Di luar strategi-strategi pemeringkatan untuk mendapatkan daftar prioritas, hanya ada satu teknik analitis dalam literatur yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai tindakan alternatif. Teknik tersebut adalah Matriks Perencanaan Strategis Quantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM), yang secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal ayang diidentifikasikan sebelumnya.

Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Daya tarik relatif dari setiap strategi di dalam serangkaian alternatif dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari setiap faktor keberhasilan penting eksternal dan internal. Beberapa strategi alternatif dapat dimasukkan dalam QSPM, dan berapapun strategi dapat dimasukkan dalam setiap rangkaian tersebut, tetapi hanya strategi-strategi di dalam rangkaian tertentu yang dievaluasi relatif satu terhadap yang lain.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

(43)

perusahaan pendatang baru, keberadaan produk sejenis, kebijakan pemerintah serta kondisi ekonomi dan politik.

Anggun Farantika Eritmetik (2010) didapatkan kesimpulan bahwa: (1) Aktivitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan(PKBL) oleh PTPN VII di

Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung

dilakukan dengan memberikan pelatihan manajemen usaha kecil dan pemberian dana

pinjaman program kemitraan, (2) Semakin tepat pemberian dana pinjaman program

kemitraan maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri

keripik dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) oleh PTPN VII

akan semakin tercapai, (3) Semakin tinggi minat anggota KUB Telo Rezeki dalam

mengembangkan usaha keripik maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota

kelompok agroindustri keripik dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) oleh PTPN VII akan semakin tercapai, (4) Proses pemberdayaan anggota

kelompok agroindustri keripik dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

(PKBL) oleh PTPN VII mampu meningkatkan keterampilan anggota KUB Telo

Rezeki Mitra PTPN VII dan (5) Proses pemberdayaan anggota kelompok agroindustri

keripik dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) oleh PTPN VII

mampu meningkatkan modal yang dimiliki anggota KUB Telo Rezeki Mitra PTPN

VII.

(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2007 Kelurahan Segala Mider dijadikan Sentra Industri Keripik di Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-November 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuisioner ini diberikan kepada responden penelitian. Kuisioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian. Setiap responden harus mengisi 1 buah kuisioner. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memanfaatkan komputerisasi.

3.3 Kerangka Konseptual dan Operasional

Kebijakan program kemitraan merupakan salah satu strategi pembangunan pemerintah yang berpihak kepada pengusaha kecil dan menengah. Program ini merupakan upaya pemberdayaan petani dan pengurangan kesenjangan ekonomi antara perusahaan besar agroindustri dan petani kecil. Pemberdayaan adalah pendekatan agar masyarakat memegang kekuasaan dan kontrol terhadap program atau kelembagaan berikut mengambil keputusan dan kegiatan administrasi. Partisipasi diraih melalui hati nurani, demokratisasi, solidaritas dan kepemimpinan. Partisipasi untuk pemberdayaan biasanya bercirikan terjadinya proses mandiri dalam perubahan tatanan kehidupan sosial dan politik.

(45)

Pemberdayaan dilakukan melalui fasilitas dan penciptaan iklim kondusif yang memungkinkan masyarakat berkembang, memperkuat potensi dan daya yang dimiliki masyarakat, serta memberikan perlindungan seperlunya. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang.

Upaya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan tersebut. Merujuk pada teori Hidayat dan Darwin (2001), Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan terdiri dari variabel ekonomi dan sosial namun pada penelitian ini, peneliti hanya ingin melihat beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan terhadap PKBL. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan yang akan diteliti adalah: (1) modal merupakan dana stimulan/pinjaman PKBL yang diberikan kepada anggota yang dimaksudkan untuk kegiatan ekonomi produktif dan (2) minat adalah keinginan atas jenis usaha yang akan dikembangkan, semakin tinggi minat yang dimiliki oleh anggota kelompok agroindustri diduga akan mempermudah terlaksananya kegiatan pemberdayaan melalui PKBL.

Pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dalam PKBL memiliki indikator-indikator yaitu: 1) indikator proses yaitu terlaksananya kegiatan pelatihan teknis yaitu terlaksananya pelatihan manajemen usaha kecil dan tersalurkannya dana program kemitraan, (2) indikator tujuan yaitu kinerja anggota kelompok dan keterampilan anggota kelompok dalam teknis produksi dan pemasaran hasil .

(46)

29

Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dalam teknis produksi dan pemasaran hasil sebelum dan sesudah adanya PKBL.

Strategi pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam kaitannya pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah di Bandar Lampung diintegrasikan dengan menggunakan matrik IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Dalam mewujudkan hal tersebut dilakukan identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan khususnya agroindustri keripik pisang di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung yang terdiri dari proses bisnis, jaringan dan komponen agroindustri terkait.

Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, dihasilkan suatu jawaban terhadap beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan, yaitu strategi apakah yang dapat diterapkan dalam melakukan pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan oleh PTPN VII terhadap agroindustri keripik pisang di Bandar Lampung.

Setelah tujuan dispesifikasikan, dikembangkan berbagai alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui evaluasi alternatif yang tersedia, kemudian ditetapkan dan direkomendasikan tindakan kebijakan yang dinilai paling tepat. Kerangka analisis kebijakan pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 1.

3.4 Perancangan Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

(47)

VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung, identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung, serta menyusun strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII dalam menyusun rumusan strategi pengembangan kegiatan usaha mitra binaannya.

Gambar 1. Kerangka analisis kebijakan pengembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PTPN VII

Penelitian ini dibagi menjadi tiga sub kajian utama, yaitu : 1) Mempelajari untuk mengetahui aktivitas program pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dengan cara melakukan survey langsung ke lokasi penelitian, membaca literatur tentang aktivitas program

Tujuan PKBL PTPN

Analisis Lingkungan Internal

Analisis Lingkungan eksternal

Matriks IFE Matriks EFE

Identifikasi faktor

Formulasi Alternatif Strategi

Penentuan Prioritas Strategi

Rekomendasi Strategi

Matrik QSPM Matrik SWOT

(48)

31

pemberdayaan tersebut, melakukan prasurvei dengan wawancara terhadap pihak atau instansi terkait yaitu Kepala Urusan Usaha Mikro Kecil dan Menengah bagian PKBL dan Umum PTPN VII (Bapak Ahmad Riadi) dan Sucipto Adi (Ketua Kelompok Usaha Bersama Telo Rezeki), 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dengan cara melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner terhadap peserta PKBL di lokasi penelitian, 3) Menyusun strategi pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PTPN VII dalam menyusun rumusan strategi pengembangan kegiatan usaha mitra binaannya dengan menggunakan matrik IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM.

Jenis penelitian ini adalah dengan survey sedangkan metodenya deskriptif ekploratif yang merupakan penelitian non hipotesis, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui aspek-aspek yang mencangkup dalam lingkungan penelitian untuk menggambarkan secara tepat kondisi empiris pada waktu sekarang.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Karena jumlah populasi peserta PKBL di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung hanya 12 anggota, maka responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok agroindustri mitra binaan PTPN VII.

Gambar

Gambar 1.  Kerangka analisis kebijakan pengembangan Program Kemitraan dan          Bina Lingkungan PTPN VII
Tabel 9. Matriks SWOT
Tabel 14. Sarana dan prasarana di Kelurahan Segala Mider tahun 2010
Tabel 21. Besar dana pinjaman PKBL PTPN VII (Dalam ribu rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

The aims of the research that the writer wants to find out the data from the students, such: To find out the students’ response of u sing serial pictures to

Tanda-tanda alam yang sering digunakan, yang menunjukkan bencana sosial akan tiba .... Satuan

Figures 5A and 5B also show the maximum values of gas exchange and leaf conductance as defined by the mean of the 10 highest measured data points, as well as the mean values for

social, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Program kegiatan belajar pada tingkat TK meliputi

Pengembangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang berupa Desain Hypermedia Berbasis WEB ini dilaksanakan dengan pendekatan engineering dimana tahapannya

Dalam hal ini sudah seharusnya pendidikan anak berkebuktuhan khusus seperti Tunarungu tersebut mendapatkan pemasukan materi lebih mengenai penumbuhan rasa kepercayaan

Oleh karena itu diharapkan bukan hanya dari siswa sendiri yang berupaya memperbaiki Cara Belajar tetapi guru juga harus mendukung dengan Penggunaan Media

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel Keselamatan Kerja (X 1 ) dan variabel Kesehatan Kerja (X 2 ) terhadap produktifitas karja (Y)