• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Rencana Strategis Pengembangan

4.4.1 Analisis SWOT

1. Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Hasil dari identifikasi lingkungan internal anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII diperoleh 8 faktor untuk kekuatan dan kelemahan, yaitu 4 faktor untuk kekuatan dan 4 faktor untuk kelemahan.

a. Faktor Kekuatan

1) Perencanaan strategis yang tidak terlalu mahal dan rumit

Pelaksanaan usaha yang tidak rumit dan mudah menjadi daya tarik masyarakat dalam menjalankan usaha keripik ini. Hal ini terlihat dari begitu banyaknya unit-unit usaha baru yang bermunculan di sekitar wilayah sentra agroindustri keripik. Apalagi sentra ini didukung oleh PTPN VII melalui adanya kucuran dana bantuan dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan kewirausahaan sehingga membuat minat masyarakat atau anggota kelompok agroindustri keripik menjadi tinggi untuk menjalankan usaha tersebut.

2) Harga produk yang terjangkau

Salah satu minat masyarakat untuk mengkonsumsi/membeli keripik adalah harganya yang masih terjangkau, sehingga menjadikan keripik sebagai salah satu alternatif konsumsi masyarakat. Hal ini terjadi karena masih mudah dan banyaknya bahan baku yang tersedia untuk memproduksi keripik. Selain itu, didorong pula dengan masih murahnya harga bahan baku tersebut, sehingga membuat harga produk keripik cukup terjangkau.

3) Produk sebagai makanan khas daerah

Keripik merupakan salah satu komoditi makanan yang menjadi ciri khas makanan buah tangan provinsi Lampung. Produk utamanya adalah keripik pisang dengan berbagai jenis rasa yang daya beli masyarakat terhadap keripik semakin tinggi dikarenakan makin banyaknya variasi pilihan rasa itu. Hal ini tentu membuat minat para anggota agroindustri keripik untuk menjalankan usaha ini akan semakin tinggi.

4) Lokasi merupakan sentra usaha keripik

Letak lokasi agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Wilayah ini dekat dengan Kantor Direksi PTPN VII dan letak wilayah ini cukup strategis dan didukung dengan simbol pemasaran yang sangat mencolok yaitu dengan adanya Gapura selamat datang, sehingga menjadikan letak usaha agroindustri keripik PKBL PTPN VII menjadi tersentral dan mudah dikunjungi.

b. Faktor Kelemahan

1) Manajemen yang masih tradisional

Tingkat manajemen dalam pelaksanaan usaha sangat berpengaruh terhadap baik atau tidaknya suatu organisasi tersebut, semakin lengkapnya manajemen yang didapat dan dikuasai oleh suatu organisasi maka akan semakin maju tingkat usaha tersebut. Namun, dalam pelaksanaan yang ada pada anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII ini, tingkat manajemennya tergolong masih rendah, sehingga pelaksanaan usahanya masih tersendat- sendat.

2) Biaya tenaga kerja yang tinggi

Kelompok agroindustri keripik masuk dalam golongan industri rumah tangga. Dimana anggota kelompok ini hanya memperkerjakan beberapa karyawan dari luar rumah tangga. Hal ini dikarenakan oleh makin tingginya biaya tenaga kerja di sekitar sentra agroindustri keripik. Biaya tenaga kerja per tiap kegiatannya berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat keterampilannya. Hal ini yang menjadikan pemilik usaha harus mempertimbangkan banyaknya karyawan atau buruh dengan jumlah produksi beserta keuntungannya.

3) Daya dukung dana rendah

Modal usaha yang dimiliki anggota kelompok agroindustri keripik sangat terbatas, terutama dalam hal memenuhi kebutuhan untuk berproduksi tinggi. Hal ini menyebabkan dibutuhkan kucuran bantuan dana dari pemerintah ataupun PTPN VII sebagai mitra binaan agar anggota kelompok dapat mengembangkan usahanya tersebut.

4) Skill dan penguasaan teknologi rendah

Kemampuan para anggota kelompok untuk melaksanakan manajemen seperti pencatatan laporan keuangan dan laporan neraca masih sangat rendah, bahkan mereka belum cukup mengerti dan memahami manfaat dari adanya pembukuan. Sehingga data-data keuangan yang dimiliki tiap anggota masih belum tercatat dengan rapi dan teratur.

c. Matriks IFE

Matriks IFE diperoleh dari hasil penilaian bobot (Lampiran 11) dan skor alternatif faktor internal anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII. Matriks IFE anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Matriks Evaluasi Faktor Internal anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL PTPN VII

Faktor-faktor Internal Bobot Skor

Alternatif

Nilai yang dibobot

Kekuatan :

1 Perencanaan strategis yang tidak terlalu mahal dan rumit

0,162 4 0,648

2 Harga produk terjangkau 0,143 3 0,429

3 Produk sebagai makanan khas daerah

0,171 4 0,684

4 Lokasi merupakan sentra usaha keripik

0,157 3 0,471

Jumlah 2,232

Kelemahan :

1 Manajemen yang masih tradisional

0,075 1 0,075

2 Biaya tenaga kerja yang tinggi

0,060 2 0,120

3 Daya dukung dana rendah 0,063 1 0,063

4 Skill dan penguasaan tekhnologi rendah

0,070 2 0,140

Jumlah 0,398

Pada Tabel 26 terlihat bahwa faktor internal untuk kekuatan yang paling penting terdapat pada kekuatan 3 yaitu produk sebagai makanan khas daerah yang diberi bobot 0,171 dinilai oleh PTPN VII dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 4 yang artinya PTPN VII dan Ketua KUB menilai bahwa faktor tersebut merupakan kekuatan utama. Faktor kekuatan yang tidak penting terdapat pada kekuatan 2 yaitu harga produk terjangkau, yang diberi bobot 0,143 dengan nilai skor alternatif 3 yang artinya PTPN VII dan Ketua KUB menilai bahwa faktor tersebut kurang penting. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk kekuatan terletak pada produk sebagai makanan khas daerah, faktor tersebut dianggap paling penting oleh PTPN VII dan Ketua KUB terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,684.

Faktor internal untuk kelemahan yang paling penting terdapat pada kelemahan 1 yaitu manajemen yang masih tradisional, yang diberi bobot 0,075 dinilai oleh PTPN VII dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 1 yang artinya PTPN VII dan Ketua KUB menilai bahwa faktor tersebut merupakan kelemahan kecil. Faktor kelemahan yang tidak penting terdapat pada kelemahan 2 yaitu biaya tenaga kerja yang tinggi, yang diberi bobot 0,060 dengan nilai skor alternatif 2 yang artinya PTPN VII dan Ketua KUB menilai bahwa faktor kelemahan tersebut merupakan kelemahan utama. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk kelemahan terletak pada skill dan penguasaan teknologi yang rendah, faktor tersebut dianggap paling penting oleh PTPN VII dan Ketua KUB, terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,140.

Jumlah nilai yang dibobot untuk kekuatan anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 2,232 dan jumlah nilai yang dibobot untuk kelemahan anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 0,398. Dari matriks IFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII diketahui total nilai IFE sebesar 2,630 yang menunjukkan bahwa kondisi internal anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada di atas rata-rata.

2. Evaluasi Faktor Eksternal

Faktor-faktor dari luar anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat mempengaruhi besar kecilnya peranan PTPN VII ini dalam mendukung

usaha mitra binaannya. Faktor eksternal dibedakan menjadi dua, yaitu faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang yaitu peluang-peluang anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII untuk dapat meningkatkan perannya, sedangkan faktor ancaman yaitu bahaya yang dapat dihadapi oleh anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII, sehingga dapat mempengaruhi bahkan menurunkan peranannya terhadap pembangunan sektor usaha.

a. Faktor Peluang

1) Citra produk baik

Anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dalam menjalankan usahanya tentu memiliki nilai lebih dikarenakan telah adanya citra produk keripik sebagai ciri khas oleh–oleh makanan khas Provinsi Lampung. Peluang dalam menjalankan usaha ini memiliki nilai dan manfaat yang menguntungkan bagi anggota kelompok agroindustri keripik dikarenakan produk telah dikenal terlebih dahulu oleh masyarakat umum.

2) Hubungan baik dengan pemasok bahan baku

Anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII dalam pelaksanaan usahanya tentu harus menjalin hubungan baik dengan tiap penyedia bahan baku, sehingga kebutuhan akan bahan baku dapat terus tersedia dan pelaksanaan produksi usaha tidak terganggu.

3) Peluang pasar yang besar sebagai sentra agroindustri keripik

Sentra agroindustri keripik PKBL PTPN VII yang terlokalisasi tentu menjadi nilai lebih yang mendorong peluang pasar sehingga semakin terbuka dan diminati oleh masyarakat, serta dapat mendorong minat para anggota anggota kelompok agroindustri keripik untuk menjalankan usaha akan semakin tinggi.

4) Daya dukung pemerintah atau BUMN

Keterlibatan pemerintah ataupun BUMN tentu sangat penting dalam mendorong keberlangsungan usaha agroindustri keripik, sehingga minat anggota kelompok untuk menjalankan usaha akan semakin termotivasi.

Kucuran pinjaman dana atau pun pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh PTPN VII telah mampu menggerakkan sentra agroindustri keripik di Kota Bandar Lampung untuk terus berkembang.

b. Faktor Ancaman

1) Kompetitor produk sejenis

Anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung tentu memiliki kompetitor produk sejenis di luar dari pusat sentra agroindustri tersebut, bahkan lebih dahulu menjalankan usaha agroindustri keripik, seperti pusat oleh-oleh yang ada di daerah Teluk Betung ataupun pusat oleh–oleh di Stasiun Kota Bandar Lampung. Hal tersebut tentu menjadi suatu ancaman yang harus diperhatikan agar pusat sentra anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII tetap menjadi pusat sentra agroindustri keripik unggulan di Kota Bandar Lampung.

2) Ketersediaan bahan baku

Bahan baku agroindustri keripik di sentra agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII sebenarnya tidak terlalu mengancam untuk stock persedian bahan baku, namun pernyataan tersebut hanya berlaku untuk bahan baku singkong, untuk bahan baku pisang yang terkadang masih menjadi masalah untuk ketersediaannya. Stock bahan baku untuk pisang sulit didapat dikarenakan sudah mulai berkurangnya petani yang membudidayakan pisang disebabkan alih lahan oleh petani.

3) Kebijakan pemerintah

Peraturan dan instruksi yang dikeluarkan oleh pemerintah ataupun PTPN VII di masa yang akan datang akan memberikan tekanan kepada anggota kelompok agroindsutri keripik PKBL PTPN VII bila mulai maju, seperti pungutan pajak. Hal tersebut tentunya akan memberikan beban dan rasa berat para anggota kelompok agroindustri keripik dalam menjalankan usaha, apalagi terkadang usaha belum memberikan hasil yang menguntungkan kepada anggota.

c. Matriks EFE

Matriks EFE diperoleh dari hasil penilaian bobot dan skor alternatif faktor eksternal anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII. Matriks EFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dilihat pada Tabel 27.

Pada Tabel 27 terlihat bahwa faktor eksternal untuk peluang yang paling penting terdapat pada peluang 2 yaitu hubungan baik dengan pemasok bahan baku yang diberi bobot 0,173 dinilai oleh PTPN VII Divisi Bina Lingkungan dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 4. Faktor peluang yang tidak penting terdapat pada peluang 4 yaitu daya dukung pemerintah atau BUMN, yang diberi bobot 0,192 dengan nilai skor alternatif 3. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk peluang terletak pada hubungan baik dengan pemasok bahan baku, faktor tersebut sangat direspon oleh anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,692.

Tabel 27. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII

Faktor-faktor Eksternal Bobot Skor Alternatif

Nilai yang dibobot

Peluang

1 Citra produk baik 0,131 3 0,393

2 Hubungan baik dengan pemasok bahan baku

0,173 4 0,692

3 Peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik

0,155 3 0,465

4 Daya dukung pemerintah atau BUMN 0,129 3 0,387 Jumlah 1,937 Ancaman 1 Kompetitor produk sejenis 0,132 1 0,132

2 Ketersediaan bahan baku 0,192 1 0,192

3 Kebijakan pemerintah 0,089 2 0,178

Jumlah 0,502

Faktor eksternal untuk ancaman yang paling penting terdapat pada ancaman 2 yaitu ketersediaan bahan baku, yang diberi bobot 0,192 dinilai oleh PTPN VII dan Ketua KUB dengan nilai skor alternatif 1 . Faktor ancaman yang tidak penting terdapat pada ancaman 3 yaitu kebijakan pemerintah, yang diberi bobot 0,089 dengan nilai skor alternatif 2. Nilai yang dibobot paling tinggi untuk ancaman terletak pada ketersediaan bahan baku, faktor tersebut dianggap paling penting oleh PTPN VII dan Ketua KUB, terlihat dari nilai yang dibobot paling tinggi sebesar 0,192.

Jumlah nilai yang dibobot untuk peluang anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 1,937 dan jumlah nilai yang dibobot untuk ancaman anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berjumlah 0,502. Dari matriks EFE anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII diketahui total nilai EFE sebesar 2,439 yang menunjukkan bahwa kondisi anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII merespon fakor eksternal berada di atas rata-rata.

3. Matriks I-E

Setelah menganalisis dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE, maka proses selanjutnya dilakukan analisis tahap pencocokan. Pada tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan analaisis matriks IE dan matriks SWOT. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE berhubungan dengan strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT, sebab pada matriks IE akan diketahui posisi kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII pada saat ini dan menghasilkan strategi umum yang dapat direkomendasikan. Strategi umum tersebut diperjelas secara rinci melelui analisis matriks SWOT.

Berdasarkan nilai skor faktor-faktor internal dan eksternal kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII, maka dapat dibuat diagram Matriks I-E. Matriks tersebut dibuat dengan menjumlahkan total skor faktor internal dan eksternal kemudian dihitung selisihnya yaitu total skor faktor kekuatan internal dikurangi kelemahan dan total skor faktor eksternal peluang dikurangi ancaman. Pembobotan untuk diagram Matriks I-E anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Pembobotan untuk diagram faktor internal dan eksternal

Uraian Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

Bobot x Rating 2,232 0,398 1,937 0,502

Selisih 1,834 1,435

Setelah diperoleh angka dari selisih faktor internal dan faktor eksternal, maka dapat dibuat diagram Matriks I-E seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

O (+)

III. Stability I. Growth

1,435

W (-) S (+)

1,834

IV. Survival II. Diversifikasi

T (-)

Gambar 3. Diagram Matriks I-E kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII

Berdasarkan diagram Matriks I-E, kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII terletak pada kuadran 1 yang berarti kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada dalam kondisi pertumbuhan (Growth). Kuadran I merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII berada dalam kondisi pertumbuhan, baik dalam SDA, SDM, partisipasi anggota kelompok atau kombinasi dari semuanya. Agroindustri keripik PKBL PTPN VII ini memiliki peluang dan kekuatan sehingga anggota kelompok dapat memanfaatkan kondisi yang ada untuk perkembangan usahanya. Dengan demikian, strategi yang dapat diterapkan dalam kondisi ini adalah memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk perkembangan agroindustri keripik kedepannya.

4. Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimumkan kekuatan dan peluang dan meminimumkan kelemahan dan ancaman. Strategi utama yang dapat disarankan terdapat 4 macam, yaitu strategi SO, ST, WO, WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Analisis SWOT pada anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Tabel 29.

Matriks SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T. Kemudian strategi tersebut diberikan nilai pembobotan berdasarkan visi misi dan tujuan diadakannya PKBL PTPN VII. Dari 16 alternatif strategi, didapatkan 10 peringkat dari strategi yang ada.

Strategi prioritas didapatkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (Lampiran 13 dan 14). Selain itu juga, ditinjau mengenai visi misi dan tujuan Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII. PTPN VII tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan. Tetapi juga memiliki kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan pembangunan ekonomi daerah. Tanggung jawab sosial tersebut terwujud melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Semua upaya ini selain untuk menaikkan nilai ekonomis perusahaan juga sebagai bukti pengabdian dan kepedulian. Selain itu, turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat. Ini merupakan program pembinaan usaha kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan oleh PTPN VII melalui pemanfaatan dana dari bagian laba PTPN VII.

Tabel 29. Analisis SWOT anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII

SWOT

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)

1 Perencanaan strategis yang tidak terlalu mahal dan rumit

1 Manajemen masih tradisional

2 Harga produk terjangkau 2 Biaya tenaga kerja tinggi

3 Produk sebagai makanan khas daerah

3 Daya dukung dana rendah 4 Lokasi merupakan sentra usaha

keripik

4 Skill dan penguasaan teknologi rendah

Peluang (Opportunities) Strategi (SO) Strategi (WO)

1 Citra produk baik 1 Memanfaatkan hubungan yang

baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal. (K1, P2)

1 Memanfaatkan peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik untuk merubah manajemen yang baru. (L1, P3)

2 Hubungan baik dengan pemasok bahan baku

2 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata

konsumen. (K3, P1)

2 Meminimumkan penggunaan tenaga kerja dengan mengatur jumlah pasokan bahan baku. (L2, P2)

3 Peluang pasar yang besar sebagai sentra industri keripik

3 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar. (K4, P3)

3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. (L3, P4)

4 Daya dukung pemerintah atau BUMN

4 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN. (K5, P4)

4 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk. (L4, P1)

Ancaman (Threath) Strategi (ST) Strategi (WT)

1 Kompetitor produk sejenis 1 Memanfaatkan perencanaan

strategis untuk mengatasi ketersediaan jumlah bahan baku. (K1, A2)

1 Merubah manajemen yang masih tradisional, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. (L1, A1)

2 Ketersediaan bahan baku 2 Memanfaatkan harga produk yang

terjangkau, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. (K3, A1)

2 Memanfaatkan biaya tenaga kerja yang tinggi, agar sejalan dengan kebijakan pemerintah terkait kebijakan UMR. (L2, A3)

3 Kebijakan pemerintah 3 Memanfaatkan produk makanan

khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. (K4, A1)

3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah, agar mampu mengatasi ketersediaan jumlah bahan baku. (L3, A2) 4 Memanfaatkan lokasi sebagai

sentra usaha keripik, untuk mengatasi lemahnya kebijakan pemerintah. (K5, A3)

4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. (L4, A1)

Eritmetik (2010), aktivitas PKBL oleh PTPN VII di Kelurahan Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung dilakukan dengan memberikan pelatihan manajemen usaha kecil dan pemberian dana pinjaman program kemitraan yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan

ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di UMKM. Semakin tepat pemberian dana pinjaman program kemitraan maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII akan semakin tercapai. Semakin tinggi minat anggota KUB Telo Rezeki dalam mengembangkan usaha keripik maka proses dan tujuan pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII akan semakin tercapai. Proses pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII mampu meningkatkan keterampilan anggota KUB Telo Rezeki Mitra PTPN VII. Proses pemberdayaan anggota kelompok agroindustri keripik dalam PKBL oleh PTPN VII mampu meningkatkan modal yang dimiliki anggota KUB Telo Rezeki Mitra PTPN VII.

Dari 16 strategi yang diperoleh dari analisa SWOT, maka dilakukan pembobotan pada 16 strategi tersebut berdasarkan visi misi dan tujuan PKBL PTPN VII. Pembobotan strategi anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII dapat dilihat pada Lampiran 13. Strategi prioritas Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII adalah strategi yang masuk ke dalam peringkat sepuluh besar yang pembobotannya berdasarkan visi misi dan tujuan PKBL PTPN VII. Strategi ini relevan dan dapat mendukung keberlangsungan usaha anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII kedepannya karena sesuai dengan visi misi dan tujuan diadakannya PKBL. Strategi prioritas anggota kelompok agroindustri keripik PKBL PTPN VII pada Tabel 30.

Dari sepuluh strategi yang dihasilkan oleh Analisis SWOT, maka ke sepuluh strategi tersebut dijadikan bahan utama dalam penyusunan Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Ke sepuluh strategi yang dihasilkan tersebut diberikan nilai alternatif skor mulai dari 0-4 sesuai dengan masing- masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

Tabel 30. Strategi Prioritas (SWOT) Anggota Kelompok Agroindustri Keripik PKBL PTPN VII

Ranking Strategi Visi Misi Tujuan Skor

1 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk.

4 3 7

2 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

4 3 7

3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN.

3 3 6

4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

4 2 6

5 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar.

2 3 5

6 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN.

2 3 5

7 Memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.

3 2 5

8 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen.

3 2 5

9 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

3 2 5

10 Merubah manajemen yang masih

tradisional, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

2 2 4

Dokumen terkait