• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Rencana Strategis Pengembangan

4.4.2 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM) adalah alat untuk menyusun strategi dan mengevaluasi berbagai strategi alternatif berdasarkan faktor– faktor keberhasilan eksternal dan internal yang diidentifikasi oleh SWOT. Dari sepuluh strategi yang dihasilkan oleh analisis SWOT, dilakukan pemberian skor alternatif yang disesuaikan dengan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman yang ada. Skor alternatif tersebut dikalikan dengan bobot yang ada, sehingga dapat dihasilkan total skor alternatif. Total alterrnatif skor pada 10 strategi SWOT dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Total alterrnatif skor pada 10 strategi

Ranking Strategi Total

Alternatif Skor 1 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi

untuk meningkatkan citra produk. 4,536

2 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

4,398

3 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN.

3,873

4 Meningkatkan skill dan penguasaan tekhnologi yang rendah, untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

3,637

5 Memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang besar.

3,605

6 Memanfaatkan lokasi sentra usaha keripik untuk mendapatkan daya dukung pemerintah atau BUMN.

3,538

7 Memanfaatkan hubungan yang baik dengan pemasok bahan baku untuk mendapatkan harga yang tidak terlalu mahal.

3,537

8 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau untuk menciptakan citra produk yang baik di mata konsumen.

3,484

9 Memanfaatkan harga produk yang terjangkau,

untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,258 10 Merubah manajemen yang masih tradisional,

untuk bersaing dengan kompetitor produk sejenis. 3,159

Dari 10 strategi SWOT tersebut, dipilih 3 total skor alternatif terbesar. Total skor alternatif terbesar akan menjadi rekomendasi strategi utama dalam penelitian ini. Hasil dari perhitungan ini telah didapatkan tiga strategi utama yang dipertimbangkan menurut hasil analisis QSPM. Tiga strategi prioritas utama menurut QSPM dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Tiga Strategi Utama menurut QSPM

Ranking Strategi Total Alternatif

Skor 1 Meningkatkan daya dukung dana yang rendah

dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN.

4,536

2 Meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk.

4,398

3 Memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis.

3,873

Tabel 32 mengindikasikan bahwa anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII perlu meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. Hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah keseluruhan daya tarik total sebesar 4,536 (Lampiran 17). Prioritas kedua adalah meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk dengan nilai daya tarik total sebesar 4,398 (Lampiran 17) lalu memanfaatkan produk sebagai makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis dengan total nilai sebesar 3,873 (Lampiran 17).

Strategi pertama yang direkomendasikan terkait dengan aspek keuangan yaitu dengan meningkatkan daya dukung dana yang rendah dengan memanfaatkan daya dukung dari pemerintah atau BUMN. Daya dukung dana yang rendah merupakan salah satu hambatan usaha yang dimiliki anggota kelompok agroindustri keripik, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan sumber bahan baku, sehingga jumlah produksi pun terbatas. Untuk dapat meningkatkan daya dukung dana yang rendah artinya kelompok ini perlu lebih aktif mencari atau memanfaatkan sumber-sumber pendanaan dengan bunga yang rendah untuk dapat meningkatkan modal usaha guna mengembangkan usahanya. Dukungan dana dari pemerintah atau BUMN sangat dibutuhkan pula untuk meningkatkan citra produk. Strategi kedua yang direkomendasikan terkait dengan aspek produksi yaitu dengan meningkatkan skill dan penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra produk melalui peningkatan mutu produk dan promosi. Karena daya dukung dana

yang rendah anggota kelompok tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan skill dan keterampilan dalam berusaha. Untuk dapat meningkatkan skill dan penguasaan teknologi, maka PTPN VII harus membantu anggota kelompok dengan memberikan pelatihan-pelatihan manajemen dan kewirausahaan kepada Mitra Binaan untuk meningkatkan citra produk keripik. Karena sejauh ini, anggota kelompok masih menggunakan varian rasa berkualitas rendah pada produknya, sehingga rasa produk akan terasa pahit diujung lidah. PTPN VII juga harus membantu para anggota kelompok untuk mengikuti gelar karya PKBL BUMN pada acara-acara seperti Pameran Pasar Murah, Pameran Gebyar PKBL BUMN, Pameran Expo Nusantara, Pameran Gelar Dagang dan Bisnis Expo sebagai ajang mempromosikan usaha mitra binaan anggota kelompok agroindustri keripik.

Bila anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII dapat memanfaatkan citra produk yang baik, maka kesejahteraan anggota akan tercapai karena akan banyak pembeli yang datang untuk berkunjung dan membeli produk keripiknya. Sehingga perputaran persediaan barang akan membaik dan akan terus terjaga kualitasnya. Salah satu cara anggota kelompok untuk dapat meningkatkan citra poduknya yaitu dengan memanfaatkan skill dan penguasaan teknologi yang diberikan oleh PTPN VII terkait dengan meningkatkan mutu dan kualitas produk terhadap rasa dan varian rasa keripik, pengemasan produk berlabel dan pemberian tanggal kadaluarsa agar konsumen yakin terhadap produk yang dijual.

Strategi ketiga yang direkomendasikan terkait dengan aspek pemasaran produk yaitu dengan memanfaatkan produk makanan khas daerah dengan berbagai variasi rasa, untuk dapat bersaing dengan kompetitor produk sejenis. Keripik pisang merupakan salah satu makanan khas daerah Lampung, sehingga produk tersebut banyak dicari dan diminati oleh pengunjung baik dalam maupun luar daerah. Dengan memanfaatkan keripik pisang sebagai makanan khas daerah, maka anggota kelompok agroindustri seharusnya dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra industri keripik yang terkenal di Kota Bandar Lampung. Karena kini, keripik pisang memiliki banyak variasi rasa baru. Para kompetitor produk sejenis berlomba-lomba untuk dapat meningkatkan mutu dan citra produk, untuk menarik minat konsumen.

Dari ketiga strategi yag dihasilkan oleh Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif, pengaruh dari umur, tingkat pendidikan, dan lamanya usaha anggota sangat menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII. Semakin tinggi umur anggota, maka semakin enggan anggota dalam menerapkan strategi yang direkomendasikan, karena biasanya mereka masih memakai kebiasaan lama yang diperoleh dari orang tuanya. Namun, anggota yang memiliki umur lebih muda, mereka mau menerapkan ilmu dan strategi yang didapat untuk mengembangkan usahanya, karena anggota muda mau belajar dan menerapkan teknologi terbaru yang diberikan oleh PTPN VII.

Tingkat pendidikan anggotapun menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin giat dan mau menerapkan strategi yang didapat, begitupun sebaliknya. Selain itu, lamanya berusaha keripik juga akan menentukan keberhasilan PKBL PTPN VII, karena semakin lama anggota berusaha keripik, akan semakin paham dan mengerti tentang seluk beluk usahanya.

4.5 Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh PTPN VII adalah sebagai berikut:

1. PTPN VII harus mempromosikan produk binaannya tersebut kepada para tamu PTPN VII yang berkunjung ke Propinsi Lampung, karena para tamu akan mengingat merk atau produk yang disajikan oleh PTPN VII dan dapat membawa oleh-oleh khas lampung dari hasil produksi mitra binaannya sendiri.

2. PTPN VII harus lebih cermat mengawasi dan mendampingi para anggota kelompok agroindustri dalam mengembangkan usaha keripik dan mencatat sejauh mana perkembangan usaha anggota sejak adanya PKBL PTPN VII. 3. PTPN VII harus membantu anggota kelompok untuk mencari dan

memanfaatkan bantuan dana maupun peralatan yang dapat meningkatkan produktivitas usaha keripik.

Implikasi manajerial yang harus dilakukan oleh anggota kelompok agroindustri PKBL PTPN VII adalah sebagai berikut :

1. Pada aspek keuangan, anggota kelompok harus lebih aktif mencari dan memanfaatkan sumber-sumber pendanaan yang berbunga rendah.

2. Pada aspek produksi, anggota kelompok perlu meningkatkan skill dan penguasaan teknologi terkait peningkatan mutu dan citra produk dengan cara mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang diadakan oleh berbagai instansi-instansi setempat dan mengaplikasikan teori tersebut pada usaha keripiknya.

3. Pada aspek pemasaran, anggota kelompok perlu meningkatkan promosi produk kepada konsumen dengan mengikuti berbagai pameran-pameran, penggunaan kemasan berlabel, dan memberikan variasi rasa baru untuk meningkatkan minat para konsumen untuk membeli produknya. Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII mencakup aktivitas yang terkait dengan core business maupun yang sama sekali tidak terkait, sedangkan sumber dana diambilkan dari sebagian laba perusahaan, yang tren lima tahun terakhir jumlahnya terus meningkat. Adapun pelaksanaannya melalui program PTPN 7 merupakan suatu wujud kepedulian perusahaan terhadap kondisi sosial masyarakat, melalui suatu kegiatan pemberdayaan yang mendorong partisipasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga mampu meningkatkan kemandirian.

Dana Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil menunjukkan peningkatan seiring meningkatnya laba Perusahaan ditambah pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan dan jasa administrasi pinjaman. Pada tahun 2010, jumlah dana disalurkan melalui Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil sebesar 9 milyar rupiah dengan total akumulasi dana sampai dengan 2010 sebesar 44,81 milyar rupiah. Penyaluran Program Kemitraan dengan Usaha Kecil masih difokuskan pada usaha kecil/mikro yang benar-benar memerlukan pembinaan dalam bentuk modal maupun bimbingan manajerial. Selain hal tersebut diprioritas pula kepada Usaha Kecil dalam bentuk cluster, antara lain pertanian, keripik, usaha mikro di pasar tradisional.

Pada tahun 2010, Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil telah menyalurkan pinjaman sebesar 10,659 milyar rupiah, masing-masing sebesar

8,580 milyar rupiah untuk 750 unit usaha kecil menengah dan pinjaman sebesar 425,5 juta rupiah untuk 210 unit Mikro serta hibah sebesar 1,654 milyar rupiah. Dana tersebut didistribusikan ke sektor-sektor industri, jasa, perdagangan, peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dan jasa lainnya. Disamping bantuan dalam bentuk pinjaman lunak, Mitra Binaan juga menerima pembinaan melalui program-program pelatihan, pemagangan/pendampingan, study banding dan promosi atau pameran.

Strategi yang dilakukan oleh PTPN VII terkait dengan PKBL, sejalan dengan hasil penelitian ini. Hanya saja perlu fokus utama dan pendampingan lebih akurat untuk dapat mendidik dan melatih para anggota kelompok agar dapat turut serta aktif mengembangkan usahanya. Selain itu, PTPN VII harus gencar dalam membantu mempromosikan produk mitra binaannya kepada seluruh kalangan masyarakat. Karena seperti yang kita ketahui, para anggota tidak berfikir untuk menyisihkan sedikit keuntungannya untuk biaya promosi karena keterbatasan dana yang ada.

Dokumen terkait