• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI HISTOPATOLOGI ORGAN HATI HAMSTER

(

Mesocricetus auratus

) YANG DIINFEKSI

Coxiella burnetii

VIVI DWI SANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

VIVI DWI SANTI. Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii. Dibimbing oleh AGUS SETIYONO dan MAWAR SUBANGKIT.

Coxiella burnetii (C. burnetii) merupakan bacterial like organism yang menyebabkan Query fever. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran histopatologi hati hamster setelah diinfeksi C. burnetii secara intraperitoneal. Hamster yang digunakan dibagi dalam dua kelompok. Semua hati hamster kemudian dikoleksi untuk diperiksa secara histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) maupun pewarnaan imunohistokimia (IHK). Hasil pewarnaan HE pada hamster kelompok I yang diinjeksi dengan antigen C. burnetii, 3 dari 4 menunjukkan gejala adanya sarang radang granuloma yang merupakan penciri infeksi oleh C. burnetii. Pada pengamatan hamster kelompok II yang diinjeksi dengan ekstrak limpa dari hamster I menunjukkan semua hati hamster terdapat sarang radang granuloma. Hasil pewarnaan IHK menunjukkan positif imunoreaktif untuk semua hati hamster tersebut. Selain adanya sarang radang granuloma pada hati hamster yang diinfeksi C. burnetii juga ditemukan lesio mikroskopis berupa hepatitis akut yang ditandai dengan adanya kumpulan sel radang pada perifer hati, degenerasi sel hepatosit, aktivasi folikel limfoid, serta kongesti pada pembuluh darah kecil dan besar.

Kata kunci: C. burnetii, granuloma, hamster, HE, histopatologi, IHK

ABSTRACT

VIVI DWI SANTI. Histopathological Study of Hamster's Liver (Mesocricetus auratus) which is Infected by Coxiella burnetii. Supervised by AGUS SETIYONO and MAWAR SUBANGKIT.

Coxiella burnetii (C. burnetii) is a bacterial like organism that causes Query fever. The aim of this study was to describe the liver histopathology of hamsters after infected by C. burnetii intraperitoneally. Hamster were divided into two groups. All hamster liver were collected for histopathological examination using hematoxylin-eosin staining (HE) and immunohistochemical staining (IHC). HE staining results in hamsters group I which were injected with C. burnetii’s antigen showed 3 out of 4 has granuloma which are typical of C. burnetii infection. All hamsters group II which were injected with hamsters group I’s spleen extracts showed granuloma in microscopic observation. IHC staining revealed all hamsters liver has positive result. Beside granuloma lesion, all hamster’s liver show acute hepatitis symptoms. The microscopic lesion of acute hepatitis showed the inflammatory cell accumulated in liver perifer, degeneration of hepatocytes cells, activation of lymphoid follicles, as well as congestion in small and large blood vessels.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

STUDI HISTOPATOLOGI ORGAN HATI HAMSTER

(

Mesocricetus auratus

) YANG DIINFEKSI

Coxiella burnetii

VIVI DWI SANTI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii

Nama : Vivi Dwi Santi

NIM : B04090065

Disetujui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Pembimbing I

drh Mawar Subangkit, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet Wakil Dekan

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 ini ialah Coxiella burnetii, dengan judul Studi Histopatologi Organ Hati Hamster (Mesocricetus auratus) yang Diinfeksi Coxiella burnetii.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak drh Agus Setiyono MS PhD APVet dan Bapak drh Mawar Subangkit MSi selaku pembimbing atas segala bimbingan, dorongan, kritik, dan saran yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak drh Rahmat Hidayat MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Tak lupa juga penulis berterima kasih kepada staf laboratorium patologi FKH IPB yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama dan om Ade Purwanto, serta seluruh keluarga besar atas segala doa, nasihat dan kasih sayangnya kepada penulis. Selain itu penulis juga berterima kasih kepada teman sepenelitian Iwi, Lia, Muty, Uwi, dan kelompok Q fever RPH Bogor (Haryo, Andre, Mita, dan Wulan) serta kepada Bang Me’i yang telah membantu dan banyak memberikan semangat serta motivasi. Selain itu terimakasih juga untuk Irva, Bang Alex, Bang Edwin, Akim, Wahyu, Syu, Jack, Ozi, dan Ricco yang telah membuat hari-hari penulis selama kuliah di FKH IPB menjadi lebih indah. Terakhir terima kasih kepada sahabat-sahabat Angkatan 46 dan kakak Angkatan 45 lainnya yang tidak bisa penulis cantumkan semua atas semangat yang terus diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 2 

Manfaat Penelitian 2 

METODE 2 

Waktu dan tempat penelitian 2 

Alat dan bahan 2

Metode penelitian 2

Persiapan Hewan Coba

Perlakuan penelitian 3

Pembuatan sediaan histopatologi 3

Proses Deparafinisasi 4

Pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE) 4

Pewarnaan Imunohistokimia (IHK) 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

SIMPULAN 9 

DAFTAR PUSTAKA 9

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi Pakan Hamster 3 

2 Perubahan histopatologi dan Pewarnaan IHK pada Hati Hamster I 5  3 Perubahan histopatologi dan Pewarnaan IHK pada Hati Hamster II 7 

DAFTAR GAMBAR

1 Lesio granuloma pada hati hamster I 6 

2 Hasil Pewarnaan IHK hati hamster I 6 

3 Hasil Pewarnaan IHK hati hamster II 7 

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Coxiella burnetii (C. burnetii) merupakan agen penyebab Query fever (Q fever) pada manusia dan hewan (Hotta et al. 2004). Agen ini bersifat obligat intraseluler dan termasuk bacterial like organism. Menurut Raoult (2002) C. burnetii sangat contagious karena dapat menyebabkan penyakit meskipun terpapar dalam jumlah kecil. Selain itu, agen ini bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis).

C. burnetii adalah agen yang hidup dan berproliferasi dalam sel inang. Target utama C. burnetii pada hewan dan manusia adalah monosit atau sel makrofag (Maurin dan Raoult 1999). Ukurannya bervariasi dengan panjang dari 0.4 sampai 1 μm dan lebar dari 0.2 sampai 0.4 μm dan memiliki membran yang sama seperti bakteri gram negatif (Maurin and Raoult 1999). Bentuk dari C. burnetii biasanya bervariasi tergantung dari antigennya (Lockhart 2010). C. burnetii terdiri dari dua fase antigen yang dinamai fase I dan fase II. Fase I merupakan antigen yang menginfeksi hewan. Fase II merupakan antigen yang biasanya ditemukan pada sel kultur atau telur tertunas setelah dipasase secara berulang. Perbedaan dari kedua fase ini adalah pada lipopolisakaridanya (LPS) (Coleman et al. 2004). Fase I memiliki LPS yang halus dan patogen, sedangkan fase II memiliki LPS yang kasar dan kurang patogen (Moos & Hackstadt 1987; Lockhart 2010).

Keberadaan C. burnetii di Indonesia telah terdeteksi tahun 1937 pada 188 serum sapi yang diperiksa (Kaplan dan Bertagna 1955). Kejadian ini hanya berselang dua tahun dari penemuan kasus pertama Q fever pada pekerja rumah potong hewan di Brisbane, Australia. Hal ini menunjukkan bahwa C. burnetii merupakan agen yang memiliki wilayah penyebaran tak terbatas dan dapat menyebar secara cepat. Raoult et al. (2005) C. burnetii memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan senjata biologis. Namun, penelitian mendalam mengenai C. burnetii masih belum banyak dilakukan di Indonesia.

C. burnetii pada hewan memiliki inang yang cukup luas. Tidak hanya pada ruminansia, tetapi hewan lain seperti anjing, kucing sampai rodensia pun bisa tertular agen penyakit ini (Acha dan Szyfres 2003). Dalam dunia penelitian, hewan yang biasa digunakan adalah jenis rodensia seperti tikus, mencit, marmut dan hamster. Hamster berada pada urutan ketiga di Amerika Serikat dalam penggunaanya sebagai hewan laboratorium. Ada beberapa jenis hamster yang umumnya digunakan, tetapi 90% dari hamster tersebut adalah jenis Syrian Hamster (Mesocricetus auratus) (Van Hoosier dan Ladiges 1984). Penggunaan hamster untuk aplikasi antigen secara intraperitonial (IP) lebih mudah dan metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk mendapatkan gambaran histopatologi akibat infeksi C. burnetii pada hati hamster (Marrie et al. 1996).

(12)

2

Rodriguez et al. 1994). Untuk itu diperlukan adanya konfirmasi dengan menggunakan pewarnaan imunohistokimia (IHK) guna memastikan sarang radang granuloma tersebut benar-benar disebabkan oleh antigen C. burnetii.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi hati hamster setelah diinfeksi Coxiella burnetii.

Manfaat Penelitian

Memberikan gambaran mikroskopis organ hati hewan laboratorium hamster yang diinfeksi Coxiella burnetii.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Juli 2013. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan Bagian Patologi, FKH-IPB. Pembuatan sediaan histopatologi dilakukan di Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi, FKH-IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah hamster jantan berumur 2 bulan sebanyak 6 ekor, antigen Coxiella burnetii strain Nine Mile, kebutuhan harian hamster (air minum, pakan ad libitum dengan komposisi yang terlihat pada Tabel 1, dan sekam sebagai alas kandang), Phosphate Buffered Saline (PBS), Buffer Neutral formalin 10%, etanol bertingkat (30%, 50%, 70%, 80%, 96%, dan absolut), xylene, parafin, pewarna jaringan MayerHematoxylin dan Eosin, Rabbit anti C. burnetii antibody, citrate buffer, PBS Tween, 0.3 % H2O2, d H2O, FBS 1%, Biotin, Strepavidine-HRP, DAB, dan aquades.

(13)

3 Tabel 1 Komposisi pakan hamster

Komposisi Kadar

Hamster harus berasal dari indukan yang sama dan dipastikan bebas dari penyakit. Sebelum dilakukan penginjeksian, hamster terlebih dahulu diadaptasikan pada kandang yang telah disediakan. Lama pengadaptasian berlangsung sekitar 7 sampai 10 hari.

Perlakuan Penelitian

Empat ekor hamster diinjeksi dengan antigen C. burnetii strain Nine Mile yang didapatkan dari American Type Culture Collection (ATCC) melalui National Institute of Infectious Disease (NIID) Tokyo dengan jumlah 106. Hamster kemudian diamati selama 7 hari dan dilihat perubahan fisik berupa pembesaran abdomen. Pada hari ke 7 hamster tidak mengalami pembesaran abdomen, kemudian dilakukan injeksi kembali dengan dosis yang sama. Pada hari ketujuh hamster menunjukan adanya pembesaran abdomen.

Hamster kemudian dieutanasi dengan diazepam sebanyak 0.25 mg/kgBB dan dinekropsi dan dilakukan panen organ hati dan limpa. Kemudian limpa digerus dan diambil ekstraknya. Pembuatan ekstrak dengan cara menambahkan PBS pada gerusan limpa dan lalu disentrifus.

Ekstak limpa tersebut kemudian diinjeksikan kembali kepada 2 ekor hamster dan diinkubasi selama 7 hari. Perlakuan pada hamster ini sama dengan 4 hamster sebelumnya dan pada hamster ini juga dilakukan panen organ hati. Hati diambil dan dimasukkan ke dalam pot plastik yang berisi Buffer Neutral Formalin 10% selama kurang lebih 48 jam yang kemudian diproses untuk pembuatan sediaan histopatologi.

Pembuatan Sediaan Histopatologi

(14)

4

menghilangkan lipatan akibat pemotongan. Sediaan diangkat dengan object glass kemudian dikeringkan dalam inkubator pada suhu 60oC selama 2 jam.

Proses Defarafinisasi

Deparafinasi dilakukan dengan cara memasukkan sediaan ke dalam xylene sebanyak dua kali selama 3 menit. Proses dilanjutkan dengan rehidrasi jaringan, dimulai dari pencelupan jaringan ke dalam etanol bertingkat (30%, 50%, 70%, 80%, 96%, dan absolut) secara berurutan selama 3 menit, dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan.

Pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE)

Pewarnaan HE dilakukan dengan mewarnai jaringan dengan Mayer’s Hematoxylin selama 8 menit. Lalu dibilas dengan air mengalir dan dicuci dengan lithium carbonat selama 3 detik, dibilas dengan air mengalir lagi. Selanjutnya jaringan dicelupkan ke dalam pewarna Eosin selama 15 detik. Sediaan dicuci dengan celupan etanol 90% sebanyak 10 kali, etanol absolut I 10 kali, etanol absolut II selama 2 menit, xylene I selama 1 menit, xylene II selama 1 menit. Langkah berikutnya dilanjutkan dengan menenetesi sediaan dengan perekat PermountTM kemudian ditutup dengan cover glass. Setelah perekat mengering, sediaan diamati di bawah mikroskop.

Pewarnaan Imunohistokimia (IHK)

Proses pertama pewarnaan IHK dimulai dengan proses unmasking terhadap antigen C. burnetii dengan menggunakan citrate buffer selama 15 menit pada suhu 95 °C. Lalu didinginkan hingga suhu ruang (37 °C). Kemudian dicuci dengan PBS tween sebanyak tiga kali masing-masing 5 menit. Proses dilanjutkan dengan blocking endogenous peroxidase yaitu menetesi slide dengan 0.3% H2O2 yang terlarut dalam metanol selama 30 menit. Kemudian dicuci lagi dengan PBS tween sebanyak tiga kali masing-masing 5 menit. Selanjutnya proses blocking normal serum yang menggunakan FBS 1% selama 30 menit. Lalu dilanjutkan dengan pencucian kembali dengan PBS tween sebanyak tiga kali selama 5 menit masing-masing perlakuan. Kemudian diinkubasi dengan Rabbit anti C. burnetii antibody selama semalaman penuh. Lalu dicuci lagi dengan PBS tween selama 5 menit sebanyak tiga kali. Selanjutnya slide ditetesi dengan antibodi sekunder yang terkonjugasi dengan biotin selama 30 menit dan dicuci lagi dengan PBS tween selama 5 menit sebanyak tiga kali. Kemudian ditetesi dengan Strepavidine-HRP secukupnya dan ditunggu hingga 30 menit. Slide lalu dicuci lagi dengan menggunakan PBS tween selama 5 menit sebanyak tiga kali sebelum dilakukan proses aplikasi kromogen yaitu DAB (diaminobenzidine) selama 15 detik. Lalu direndam dalam air. Kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan Mayer Hematoxylin selama 7 detik dan dicuci dengan air lagi. Selanjutnya dilakukan proses dehidrasi dan clearing. Kemudian dilanjutkan dengan mounting menggunakan cover glass dandiamati di bawah mikroskop.

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tiga dari empat hati hamster kelompok I yang diinjeksi antigen C. burnetii saat dilakukan pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sarang radang granuloma yang disertai dengan dominasi kehadiran makrofag dan atau monosit. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I. Keberadaan granuloma pada hati yang terlihat pada gambar I merupakan lesio yang khas pada infeksi C. burnetii (Cone et al. 2006) dan menurut Maurin dan Raoult (1999) target utama C. burnetii pada hewan dan manusia adalah monosit atau sel makrofag. Konfirmasi menggunakan pewarnaan IHK diperlukan guna mengetahui terbentuknya granuloma serta kemunculan monosit dan atau makrofag pada hati hamster disebabkan oleh C. burnetii. Beberapa agen lain yang dapat membentuk granuloma adalah agen penyebab penyakit tuberkulosis (TBC), cytomegaloviral hepatitis, EBV hepatitis, toksoplasmosis, leishmaniasis, Hodgkin’s disease, Crohn’s disease, sarcoidosis, dan drug-induced granulomatous hepatitis (Reichman et al. 1988; Rodriguez et al. 1994).

Hasil pewarnaan IHK pada semua hati hamster kelompok I menunjukkan hasil positif, bahkan hamster IA yang tidak menunjukkan adanya lesio sarang radang granuloma juga positif. Namun, apabila dilihat lebih jauh keberadaan antigen C. burnetii pada hamster IA berada dalam sel monosit yang ada di pembuluh darah yang terlihat pada Gambar 2, sehingga jika dihubungkan dengan gambaran mikroskopisnya, maka hal ini menjelaskan tentang infiltrasi monosit yang mendominasi pembuluh darah pada hati hamster tersebut.

Tabel 2 Perubahan Histopatologi dan Pewarnaan Imunohistokimia pada Hati Hamster Kelompok I

Limfoid Temuan Asing

IA Terjadi

aktivasi Tidak Ada

(16)

6

Gambar 1 Lesio granuloma (panah) pada hati hamster kelompok I, menggunakan pewarnaan HE perbesaran objektif 40X

Gambar 2 Hasil pewarnaan IHK hati hamster kelompok I. Positif pada monosit di daerah pembuluh darah hati hamster (panah) dengan perbesaran objektif 100X

Semua hati hamster kelompok II yang diinjeksi dengan ekstrak limpa hamster kelompok I menunjukkan adanya sarang radang granuloma yang dapat dilihat pada Tabel 2. Selain kemunculan granuloma adanya infiltrasi monosit dan makrofag juga ditemukan pada hati hamster kelompok II. Pewarnaan IHK dilakukan guna konfirmasi penyebab terjadinya lesio ini, tetapi karena gambaran mikroskopis keduanya menyerupai, maka pewarnaan IHK hanya dilakukan pada salah satu hati hamster kelompok II. Pewarnaan IHK menunjukkan hasil yang positif pada sitoplasma sel hepatosit dan dapat dilihat pada Gambar 3

(17)

7 berupa kongesti pada pembuluh darah disertai infiltrasi sel monosit, degenerasi hidropis sel hepatosit, dan peradangan pada perifer hati. Semua perubahan tersebut menurut Humpath (2003) mengarah pada lesio yang serupa pada hepatitis akut.

Tabel 3 Perubahan Histopatologi dan Pewarnaan Imunohistokimia pada Hati Hamster Kelompok II

Limfoid Temuan Asing

IIA Terjadi

Gambar 3 Hasil Pewarnaan IHK hati hamster II. Terdapat bintik coklat (panah) di dalam sitoplasma sel hepatosit yang mengindikasikan hasil positif dari pewarnaan IHK dengan perbesaran objektif 100X

(18)

8

Gambar 4 Gambaran histopatologi hati hamster IA menggunakan pewarnaan HE. Aktivasi folikel limfoid (oval), kongesti pembuluh darah (kotak), dan degenerasi hidrofis sel hepatosit (panah) dengan perbesaran objektif 40X

Perlakuan pada hamster kelompok II bertujuan untuk melihat ada tidaknya perubahan antigen fase II ke fase I. Menurut Lockhart (2010) fase I merupakan antigen yang dapat menyebabkan infeksi pada hewan. Sedangkan fase II merupakan antigen yang ditemukan pada sel kultur atau telur tertunas setelah dipasase berulang kali. Menurut Hotta et al. (2002) antigen fase I akan berubah menjadi fase II setelah dipasase berulang kali pada telur tertunas atau sel kultur. Sebaliknya fase II menjadi fase I terjadi akibat adanya delesi kromosom permanen. Menurut OIE (2010) C. burnetii strain Nine Mile lebih sering mengalami perubahan fase antigen. Hal ini terjadi karena strain Nine Mile memiliki variasi LPS pada fase antigennya.

Pengamatan mikroskopis hamster kelompok II dan hamster kelompok I jika dibandingkan maka dapat dilihat dengan ditemukannya sarang radang granuloma pada hamster kelompok II menunjukkan angka kejadian 100%, sedangkan kejadian granuloma pada hamster kelompok I hanya 75%. Dari angka ini dapat diasumsikan patogenitas dari C. burnetii mulai meningkat dan mulai ada tanda perubahan pada fase antigen. Hasil ini sebanding dengan penampakan gejala klinis yang lebih cepat pada hamster II dibanding dengan hamster kelompok I. Pada hamster kelompok II gejala klinis muncul 7 hari pasca injeksi, sedangkan pada hamster kelompok I gejala klinis muncul pada hari ke 14 dan dengan pemberian antigen berulang di hari ketujuh.

(19)

9

SIMPULAN

Gambaran histopatologi hati hamster I yang diinfeksi C. burnetii dengan pewarnaan hematoxylin-eosin menunjukkan adanya sarang radang granuloma, peradangan perifer hati, degenerasi hidropis sel hepatosit, kongesti pembuluh darah, dan adanya aktivasi folikel limfoid. Lesio histopatologi hati hamster II yang diinfeksi ekstrak limpa hamster I menunjukkan gambaran yang menyerupai perubahan yang terjadi pada hamster I. Pewarnaan imunohistokimia menunjukkan hasil positif pada organ hati hamster I maupun hamster II.

DAFTAR PUSTAKA

Acha PN, Szyfres B. 2003. Zoonosis and Communicable Disease Common to Man and Animal. Ed ke-3. Washington : World Health Organization.

Ackland JR et al. 1994. Vaccine Prophylaxis of Q fever : A Follow-up Study of The Efficacy af Q-Vax (CSL) 1985-1990. Med J Aust 160: 704-708

Chang K, Yan JJ, Lee HC, Liu KH, Lee NY, Ko WC. 2004. Acute Hepatitis with or Without Jaundice: a Predominant Presentation of Acute Q Fever in Shouthern Taiwan. J Microbiol Immunol Infect 37: 103-108

Coleman SA, Fischer ER, Howe D, Mead DJ, Heinzen RA. 2004. Temporal Analysis of Coxiella burnetii Morphological Differentiation. Bacteriol 186(21): 7344-7353.

Cone LA, Curry N, Shaver P, Brooks D, DeForge J, Potts BE. 2006. Q fever in the Southern California desert: epidemiology, clinical presentation and treatment. Am J Trop Med Hyg 75: 29-32.

Domingo P Muños C, Franquet T, Gurgui M, Sancho F, Varquez G. 1999. Acute Q Fever in Adult Patient: Report on 63 Sporadic Cases in an Urban Area. Clin Infect Dis 29: 874-879

Hotta A, Kawamura M, To H, Andoh M, Yamaguchi T, Fukushi H, Hirai K. 2002. Phase Variation Analysis of Coxiella burnetii during serial passage in Cell Culture by Use of Monoclonal Antibodies. Infect and Immun 70(8): 4747-4749

Hotta A et al. 2004. Use of Monoclonal Antibodies for Analyses of Coxiella burnetii major Antigen. J vet Med Sci 66(10): 501-1193

Humpath. 2003. Acute Hepatitis [internet]. [diacu Juni 2 2013]. Tersedia dari : http://humpath.com/spip.php?article77

Kaplan MM, BertagnaP. 1955. The Geographical Distribution of Q fever. Bull. Wld. Health. Org. 13: 829-860.

Leone M, Honstettre A, Lepidi H, Capo C, Raoult D, Mege JL. 2004. Effect of Sex on Coxiella burnetii Infection : Protective Role of 17β-Estradiol. J Infect Dis 189: 339-345.

(20)

10

Marrie TJ, Stein A, Janigan D, Raoult D. 1996. Route of Infection Determines the Clinical Manifestation of Acute Q fever. J Infect Dis 173: 484-487.

Marmion BP et al. 1990. Vaccine prophylaxis of abattoir-associated Q fever: eight years’ experience in Australian abattoirs. Epidemiol Infect 140: 275-287. Maurin M, Raoult D. 1999. Q fever. Clin Microbiol Rev 12: 518-553.

Moos A, Hackstadt T. 1987. Comparative Virulence of Intra- and Interstrain Lipopolysaccharide Varians of Coxiella burnetii in The Guinea Pig Model. Infect Immun 55: 1144-1150.

[OIE] Office International des Epizooties. 2010. Q fever [internet]. [diacu 2013 Februari 13]. Tersedia dari : http://www.oie.int/fileadmin/ home/eng/health_standards/tahm/2.01.12_q-fever.pdf

Raoult D, Tissot-Dupont H, Foucault C, et al. 2000. Q fever 1985-1998 : Clinical and Epidemiologic Features of 1383 Infection. Med 79: 109-123

Raoult D. 2002. Q fever : still a mysterious disease. Q J Med 95:491.

Raoult D, Marrie T, Mege J. 2005. Natural History and Patophysiology of Q fever. Lancet Infect Dis. 5(4): 219.

Riechman N, Raz R, Keysary A, Goldwasser R, Flatau E. 1988. Chronic Q fever and Severe Thrombocytopenia in a Pregnant Woman. Am J Med 85: 253-254 Rodriguez JM, Yañes RJ, Pan R, Rodriguez JF, Salas ML, Viñuela E. 1994.

Multigene families in African swine fever virus : family 505. J Virol 68: 2746-2751

(21)

11

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1991 di Kotabaru Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Penulis terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Suprapto (Alm) dan Fujiani. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Kotabaru dan pada tahun itu juga penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI.

Gambar

Tabel 2 Perubahan Histopatologi dan Pewarnaan Imunohistokimia pada Hati
Gambar 2 Hasil pewarnaan IHK hati hamster kelompok I. Positif pada monosit di
Tabel 3 Perubahan Histopatologi dan Pewarnaan Imunohistokimia pada Hati Hamster Kelompok II
Gambar 4 Gambaran histopatologi hati hamster IA menggunakan pewarnaan HE.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping ( by product ) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan

Sama seperti pada paper yang ditulis oleh Uri Kartoun [2], fase Static Fuzzy Expert System Model akan mengolah input berupa citra yang dihasilkan pada fase sebelumnya, fase Image

Proses kegiatan pengabdian yang dilakasanakan oleh tim pengabdian adalah berupa pelatihan dengan memberikan pengetahuan kepada ibu PKK dalam memanfaatkan limbah kain

[r]

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua dalam me- motivasi belajar siswa SDN di Kabupaten Muaro Jambi sudah sangat baik. Secara

[r]

Sesi kerja ini bertujuan untuk mengidentifkasi fokus area yang paling berharga untuk ketahanan kota Jakarta di masa yang akan datang. Presentasi seluruh hasil keluaran

Pemberian bahan organik alpukad, kopi+Gliricidia dan campuran kopi+Gliricidia+alpukad merupakan bahan organik yang paling disukai cacing tanah, terlihat dari nilai netto bahan