• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK

MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,

KALIMANTAN TENGAH

ANNISA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk karya apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

(4)

ABSTRAK

ANNISA. Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh EDI SANTOSA.

Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan menduga produksi kelapa sawit dengan memanfaatkan data agroklimatologi. Kegiatan dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-Juni 2013. Analisis pendugaan produksi dilakukan menggunakan persamaan regresi linear berganda. Hasil analisis uji t-parsial terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit, yaitu umur tanaman (pada 0 bulan sebelum panan (BSP)), curah hujan (6 BSP), suhu udara (24 BSP), kelembaban udara (18 dan 24 BSP) dan kecepatan angin (6 dan 18 BSP). Dari empat kombinasi model yang memungkinkan, kombinasi peubah dalam persamaan regresi linear berganda IV (PRLB IV) menghasilkan produksi duga tahunan dan rata-rata bulanan yang paling mendekati produksi aktual.

Kata kunci: agroklimatologi, agronomi, kelapa sawit, pendugaan produksi, Kalimantan Tengah

ABSTRACT

ANNISA. The Agroclimatology Data for Production Estimation of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Central Kalimantan. Supervised by EDI SANTOSA.

The objective of this internship was to estimate oil palm production by using agroeclimatological data. Data was collected in Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, East Kotawaringin, Central Kalimantan on February to June 2013. Data were analized by using multiple linear regression models. Results showed that among agroclimatological data there were five variables significantly determined oil palm production, i.e., plant age (month), rainfall on 6 months prior to harvest (MPH), air temperature on 24 MPH, relative air humidity on 18 and 24 MPH and wind speed on 6 and 18 MPH. From four possible multiple linear models, regression equation IV (MRLE IV) could be used to estimate annual and monthly production of oil palm in study site.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PEMANFAATAN DATA AGROKLIMATOLOGI UNTUK

MENDUGA PRODUKSI KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,

KALIMANTAN TENGAH

ANNISA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah

Nama : Annisa

NIM : A24090083

Disetujui oleh

Dr Edi Santosa, SP, MSi. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Selatan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr Edi Santosa SP, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan Dr Ir Rahmad Suhartanto MSi selaku dosen pembimbing akademik. Ir Adolf Pieter Lontoh, MSi dan Dr Herdhata Agusta selaku dosen penguji. Bumitama Gunajaya Agro Grup Wilayah III dan IV, Bapak Khirul Ahmad selaku manajer kebun, asisten divisi dan keluarga besar Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat, Jakarta. Orang tua dan keluarga besar (Effendi K, Aminah, Zubaidah, Siti Fatimah, Nurul Huda, Maryama dan Muhammad Amru), karib kerabat (Irma Handasari, Netie Niki K, Mayang Sari, Resti Putri S, Reisha Septiani, Nur Wahyu S, Iwana Prewari P, RachmaEka, Selvia Oktaviani, Mega, Ajeng Aprilriyanti I, Erna Istiqamah), Husein Habib, dan keluarga besar Agronomi dan Hortikultura 46.

Semoga karya tulis ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE MAGANG 4

Tempat dan Waktu 4

Metode Pelaksanaan 4

Pengamatan dan Pengumpulan Data 5

Analisis Data dan Informasi 6

KONDISI UMUM MAGANG 8

Letak Geografis Kebun 8

Keadaan Iklim dan Tanah 8

Areal Konsesi dan Tata Guna lahan 9

Keadaan Tanaman dan Produksi 10

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11

PELAKSANAAN MAGANG 12

Aspek Teknis 12

Aspek Manajerial 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 26

Produksi Bangun Koling Estate 26

Curah Hujan 27

Kecepatan Angin, Suhu, Kelembaban Udara Penyinaran Matahari 28

Populasi dan Umur Tanaman 28

Kultur Teknis 29

Penentuan Nilai Produksi Duga 30

Persamaan Regresi Linear Berganda I 32

Persamaan Regresi Linear Berganda II 36

Persamaan Regresi Linear Berganda III 40

(11)

Pendugaan Produksi 48

KESIMPULAN DAN SARAN 49

Kesimpulan 49

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 52

RIWAYAT HIDUP 70

DAFTAR TABEL

1 Jenis tanah di Bangun Koling Estate 9

2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate 9

3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate 10 4 Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate 10 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate 11 6 Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate 2009-2012 11

7 Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi 17

8 Komposisi kandungan nutrisi JJK 18

9 Peralatan panen di Bangun Koling Estate 20

10 Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate 22 11 Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate 23

12 Premi supervisi di Bangun koling Estate 23

13 Hasil uji-t parsial peubah agroekologi terhadap produksi kelapa sawit

tahun 2009-2012 di Bangun Koling Estate 31

14 Kombinasi peubah untuk pendugaan produksi 31

15 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda I dengan respon

produksi (ton) 32

16 Hasil produksi duga pendugaan produksi I dengan respon produksi (ton) 32 17 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda Ia dengan respon

produktivitas (ton/ha) 34

18 Hasil produksi duga pendugaan produksi Ia dengan respon produktivitas

(ton/ha) 34

19 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear

berganda I dan Ia 36

20 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda II dengan respon

produksi (ton) 36

21 Hasil produksi duga pendugaan produksi II dengan respon produksi (ton) 36 22 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIa dengan respon

produktivitas (ton/ha) 38

23 Hasil produksi duga pendugaan produksi IIa dengan respon produktivitas

(12)

24 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear

berganda II dan IIa 40

25 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda III dengan respon

produksi (ton) 40

26 Hasil produksi duga pendugaan produksi III dengan respon produksi

(ton) 40

27 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IIIa dengan

respon produktivitas (ton/ha) 42

28 Hasil produksi duga pendugaan produksi IIIa dengan respon

produktivitas (ton/ha) 42

29 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear

berganda III dan IIIa 44

30 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IV dengan respon

produksi (ton) 44

31 Hasil produksi duga pendugaan produksi IV dengan respon produksi

(ton) 44

32 Sidik ragam untuk persamaan regresi linear berganda IVa dengan

respon produktivitas (ton/ha) 46

33 Hasil produksi duga pendugaan produksi IVa dengan respon

produktivitas (ton/ha) 46

34 Nilai p-value, VIF dan Durbin Watson pada persamaan regresi linear

berganda IV dan IVa 48

35 Pendugaaan produksi Bangun Koling Estate tahun 2013 49

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik pola sisaan terhadap Y Duga 7

2 Grafik perbandingan produksi dan estimasi produksi BKLE pada

kesesuaian lahan S2 26

3 Kondisi curah hujan dan produksi BKLE tahun 2012 27

4 Curah hujan bulanan di BKLE tahun 2007-2012 28

5 Umur tanaman dan produktivitas TBS di BKLE tahun 2009-2012 29 6 Losses panen akibat buah restan terhadap produksi BKLE 30 7 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB I 33

8 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB I 33 9 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB Ia 35

10 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB Ia 35 11 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB II 37

12 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB II 37 13 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB IIa 39

14 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIa 39 15 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

(13)

16 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB III 41 17 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB IIIa 43

18 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IIIa 43 19 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB IV 45

20 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IV 45 21 Perbandingan produksi aktual tahunan, produksi duga tahunan dan

budget produksi PRLB IVa 47

22 Perbandingan produksi duga dan aktual bulanan PRLB IVa 47

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal kegiatan magang 53

2 Produksi kelapa sawit di Bangun Koling Estate 2009-2012 58 3 Data curah hujan Bangun Koling Estate Tahun 2007-2012 60 4 Data kecepatan angin, kelembaban udara penyinaran matahari dan suhu

Stasiun BMKG Sampit, Kalimantan Tengah 61

5 Pemupukan di Bangun Koling Estate Tahun 2009-2012 63 6 Data defisit air di Bangun Koling Estate 2007-2012 64

7 Peta areal statement Bangun Koling Estate 65

8 Peta sebaran tanah di Bangun Koling Estate 66

9 Struktur organisasi Bangun Koling Estate 67

10 Produksi tahun 2009 persamaan regresi linear berganda I, Ia, II, IIa, III,

IIIa, IV dan IVa 68

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman sumber minyak nabati, yang pada saat ini memiliki produktivitas tertinggi per satuan luas dibanding jenis tanaman lainnya. Tanaman kelapa sawit memiliki potensi minyak sekitar 6-7 tonha-1 tahun-1 dengan masa ekonomis sekitar 30 tahun (Asmoro 2007). Semakin meningkatnya permintaan minyak sawit dunia untuk kebutuhan pangan (edible oil), kebutuhan industri (oleochemical) dan sumber energi (bahan bakar nabati) menghantarkan Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia (Wahyono 2006). Kapasitas produksi sawit Indonesia sangat besar dan dapat ditingkatkan terutama dikaitkan dengan ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, ketersediaan tenaga kerja, serta efisiensi biaya produksi perkebunan sawit per hektar yang cukup tinggi (KPPU 2008).

Seiring dengan masuknya minyak sawit sebagai komoditas dunia, hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah meningkatkan stabilitas produksi dan meningkatkan akurasi dalam pendugaan produksi. Pendugaan produksi kelapa sawit sangat diperlukan oleh internal perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk perencanaan kebun seperti anggaran perusahaan, transportasi produksi, tenaga kerja, dan pengolahan di pabrik kelapa sawit.

Akurasi pendugaan produksi kelapa sawit di lapangan bervariasi antar kebun dan antar musim. Pada saat ini, pendugaan produksi telah banyak dikembangkan seperti di Kalimantan Selatan (Sulistyo 2010). Sebagian besar pendugaan saat ini didasarkan pada sampling kebun. Akurasi dugaan produksi pada sistem tersebut dibandingkan dengan produksi aktual berkisar antara 70-80%. Pendugaan dianggap tepat jika maksimal deviasi antara pendugaan dan produksi aktual adalah 5-10%. Dengan demikian, akurasi dugaan tersebut masih perlu untuk ditingkatkan dengan cara mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi. Pahan (2008) menyatakan bahwa variasi dalam faktor lingkungan, edafik, genetik tanaman dan manajemen dapat mempengaruhi kualitas pendugaan pada suatu kebun. Secara umum, kemampuan prediksi tersebut dapat dicapai apabila proses-proses dalam sistem produksi kelapa sawit dianalisis secara kuantitatif (Hazriani 2004). Pada kegiatan magang, dilakukan pengamatan secara khusus terkait dengan pendugaan produksi kelapa sawit terutama menggunakan data agronomi dan agroklimatologi.

Tujuan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) adalah termasuk dalam divisio Tracheophyta, sub divisio Pteropsida, kelas Angiospermae dan sub kelas Monocotyledonae. Selanjutnya kelapa sawit termasuk dalam ordo spadiciflorae (Arecales), famili Palmae (Arecacee), subfamili Cocoidae, genus Elaeis dan spesies Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke samping/horizontal (Sastrosayono 2003).

Kelapa sawit memiliki batang yang tidak berkambium dan tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena tertutup pelepah daun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm per tahun hingga dapat mencapai ketinggian 24 m. Pertumbuhan batang tergantung genetik tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat (Fauzi et al. 2002).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu (disebut syarat tumbuh kelapa sawit), sehingga aspek iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan sawit (Sugiyono et al. 2007).

Tanaman sawit tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 °C dengan suhu

maksimum 33 °C dan suhu minimum 22 °C. Curah hujan optimal untuk

pertumbuhan adalah merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3) berkisar 1 750-2 500 mm (Sugiyono et al. 2007). Menurut Sutarta et al. (2006) kelapa sawit tidak boleh mengalami defisit air.

Jumlah bulan kering kurang lebih dari tiga bulan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Bulan kering dan curah hujan yang rendah menyebabkan terjadinya defisit air. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi pada kisaran 50%-90% (optimal 80%) (Sugiyono et al. 2007).

(16)

(pH) yang optimal berkisar antara pH 5.0-6.0, namun kelapa sawit masih toleran pada pH <5.0 (misal pada gambut 3.5-4.0) dan pH tanah >7.0, tetapi produktivitas tidak optimal. Kadar keasaman tanah dapat di perbaiki melalui tindakan pemupukan (kaptan, dolomit, fosfat alam) (Sugiyono et al. 2007).

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit

Tanaman berproduksi optimal jika dipelihara dengan baik. Pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM) meliputi pengendalian gulma, penunasan pelepah, pengendalian hama penyakit, konservasi tanah dan air, pemupukan serta pemeliharaan jalan (Sutarta et al. 2006).

Sugiyono et al. (2007) menyatakan kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit, disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis, serta iklim terutama curah hujan, jumlah bulan kering, panjang penyinaran dan kecepatan angin. Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2008), untuk mencapai produksi yang tinggi diperlukan kombinasi faktor lingkungan, faktor genetik dan faktor budidaya. Sulistyo (2010) menyatakan faktor iklim (kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, hari hujan, defisit air), umur tanaman dan pemupukan merupakan faktor utama penentu dalam produksi.

Mangoensoekarjo dan Tojib (2008) menyatakan bahwa perencanan produksi terdiri atas rencana tahunan dan prognosa yang dibuat dan disusun dari setiap blok, afdeling dan kebun menurut kelompok umur dan tahun tanam. Agar rencana produksi mencapai target dan tidak berbeda jauh dengan realisasi produksi perlu dilakukan evaluasi produksi selama 5 tahun terakhir yang bersumber dari produksi tahunan dan dilakukan sensus bunga betina untuk memperkirakan produksi yang dapat dipanen 6 dan 12 bulan kedepan.

Pendugaan Produksi

Pendugaan (estimasi) merupakan studi dengan memanfaatkan terhadap data historis untuk menemukan hubungan pola yang sistematis untuk menduga nilai di masa yang akan datang (Rambe 2009). Rambe (2009) menambahkan hasil pendugaan produksi dapat dimanfaatkan sebagai penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan produksi pada perusahaan sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

(17)

metode berdasarkan analisa pola hubungan antar variable lain selain waktu (korelasi atau sebab akibat/causal methods), dan metode gabungan antara variable waktu dan deret waktu (metode Smoothing, Box Jenkins, dan proyeksi tren dengan regresi).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah selama empat bulan mulai 10 Februari 2013 hingga 10 Juni 2013.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang adalah mempelajari dan melakukan semua kegiatan di lapangan sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan. Satu bulan berikutnya sebagai pendamping mandor dan dua bulan terakhir sebagai pendamping asisten divisi. Pada satu bulan pertama penulis bekerja sebagaimana karyawan harian lepas (KHL). Pada bulan kedua penulis mendampingi mandor dan melaksanakan tugas sesuai instruksi dari asisten divisi. Penulis menjadi pendamping asisten divisi selama dua bulan terakhir (Lampiran 1).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Data primer untuk laporan umum adalah hasil kegiatan selama menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten. Data primer untuk pengamatan khusus diantaranya adalah pengukuran curah hujan.

Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui arsip kebun, hasil riset maupun Badan Meteorologi dan Geofisika. Data sekunder berupa data umum perusahaan seperti letak geografis kebun, tata guna lahan, luas areal konsesi (hak guna usaha/HGU) dan peta wilayah administrasi. Data sekunder untuk pendugaan produksi meliputi data parameter agronomi kuantitatif yang mempengaruhi hasil produksi meliputi:

1. Data produksi kelapa sawit

(18)

2. Data populasi tanaman kelapa sawit

Data populasi tanaman kelapa sawit meliputi jumlah tanaman kelapa sawit pada tahun 2009-2012 untuk tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010 beserta luasan area tiap tahun tanam. Selain itu, diketahui pula jumlah tanaman sisipan pada tiap tahun tanam. Jumlah populasi tanaman rata-rata seluruh kebun (tanaman ha-1) diketahui dengan membagi total populasi tanaman kebun terhadap luas total kebun.

3. Data rata-rata umur tanaman

Bangun Koling Estate memiliki komposisi tanaman menghasilkan (TM) dengan tahun tanam 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010. Setiap tahun tanam memiliki tanaman sisipan yang ditanam pada tahun yang berbeda. Penghitungan rata-rata umur tanaman (RUT) untuk seluruh kebun yaitu dengan merata-rata umur tanaman pada tiap tahun tanam, lalu menghitung rataan umur tanaman dalam satu kebun. Nilai rataan dihitung dengan rumus:

RUT =

Contoh perhitungan:

Pada tahun 2012 rataan umur tanaman kelaa sawit di Bangun Koling Estate (BKLE) untuk tahun tanam 2006 (560.06 ha) adalah 6 tahun, tahun tanam 2007 (1 526.55 ha) adalah 5.27 tahun, tahun tanam 2008 (261.05) adalah 5.13 tahun, tahun tanam 2009 (34.63 ha) adalah 5.09 tahun, tahun tanam 2010 (122.35 ha) adalah 4.94 tahun, dan tahun tanam 2011 (25.01 ha) adalah 4.90 tahun. Luas area TM BKLE adalah 2382.29 ha. Rataan umur TM di BKLE adalah:

RUT = (560.06 x 3) + (1526.55 x 2.27) + (261.05 x 2.13) + (34.63 x 5.09) : 2382.29

= 5.1 tahun = 61 bulan

Batasan peubah umur dalam persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah 61-132 bulan (Sulistyo 2010). Rata-rata umur tanaman kelapa sawit di BKLE pada tahun 2009-2012 telah sesuai dengan batasan umur tersebut.

4. Data curah hujan dan hari hujan

Data curah hujan dan hari hujan (tahun 2007-2012) merupakan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak kebun menggunakan alat penakar hujan (ombrometer) yang berada di areal kebun dengan luas mulut penakar 100 cm2. Pengukuran curah hujan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pukul 06.00 pagi dan 06.00 sore. Curah hujan (mm) diketahui dengan membagi volume air (ml) dengan luas mulut ombrometer (cm2). Satu hari dikatakan sebagai hari hujan apabila air yang terkumpul di ombrometer ≥0.5 mm. Data curah hujan BKLE 2007-2012 terdapat pada Lampiran 3.

5. Data suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, dan penyinaran matahari

Data suhu udara (°C), kelembaban udara (%), kecepatan angin (knots),

(19)

6. Data realisasi pemupukan

Data realisasi pemupukan adalah data asli kebun terkait aplikasi pemupukan yang ada di kebun BKLE sesuai rekomendasi dari Departemen Riset BGA untuk wilayah 3 dan 4. Berdasarkan hasil evaluasi dari kebun dan riset didapatkan realisasi pemupukan di BKLE tiap tahunnya. Data rencana dan realisasi pemupukan BKLE 2009-2012 terdapat pada Lampiran 5.

7. Defisit air

Penghitungan defisit air dilakukan menggunakan metode Tailliez, yaitu dengan menghitung nilai keseimbangan air (neraca air) (Sulistyo 2010). Nilai keseimbangan air diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan (mm) dengan cadangan awal air lalu dikurangi nilai evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm bulan-1 apabila hari hujan ≤10 hari bulan-1 dan bernilai 120 mm bulan-1 apabila hari hujan >10 hari bulan-1. Asumsi lain adalah dengan melihat kemampuan air tanah dalam menyimpan air atau cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm. Defisit air terjadi apabila nilai keseimbangan air <0 mm dan keseimbangan air terjadi apabila nilai keseimbangan air >0 mm. Apabila nilai keseimbangan air bernilai >200 mm, maka kelebihan air disimpan dalam tanah dengan asumsi cadangan untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum 200 mm. Jumlah defisit air tiap bulan dijumlahkan untuk memperoleh defisit air dalam setahun (mm/tahun). Data defisit air tersaji pada Lampiran 6.

8. Data kelas kesesuian lahan

Data kelas kesesuaian lahan merupakan dala laporan survei tanah Departemen Riset BGA pada tahun 2012.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data menggunakan model analisis regresi dengan asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produksi kelapa sawit merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas (βk, Xk) yaitu faktor agroklimatologi dan kegiatan

kultur teknis, sehingga model regresi liner yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Program komputer yang digunakan adalah Minitab 14. Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k peubah penjelas (Walpole 1995) yaitu:

Y = β0 + β1X1 + β2X2+ …. + βkXk + ε Keterangan :

Y = Peubah respon (produksi kelapa sawit)

β0 = Nilai variabel respon ketika prediktor bernilai nol β1, β2, …, βk = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X1,

X2, Xk

X1, X2, …, Xk = Peubah prediktor (iklim dan kultur teknis)

;k=1….n (jumlah peubah)

ε = Sisaan

(20)

Y duga. Pengujian dilakukan pada 0 bulan sebelum panen (BSP), 6 BSP, 12 BSP, 18 BSP dan 24 BSP. Peubah yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi kelapa sawit digunakan dalam mencari bentuk persamaan regresi linier berganda dengan nilai produksi duga paling mendekati atau tepat dengan produksi aktual. Analisis regresi dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan) terhadap produktivitas aktual kebun 4 tahun terakhir (2009-2012) sehingga diperoleh nilai produksi duga bulanan yang dapat digunakan untuk menduga hasil produksi duga selama setahun.

Beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah: 1) inisiasi bunga betina sangat dipengaruhi oleh curah hujan 24 bulan sebelum panen, 2) Tanaman secara genetis seragam, 3) pemupukan dilakukan oleh pekerja dengan kualitas yang sama, 4) pemupukan menggunakan POME (limbah cair) atau JJK (TBS kosong) diaplikasikan merata, 5) data yang dimiliki kebun merupakan data faktual, dan 6) faktor lain selain yang dijadikan sebagai peubah ceteris paribus.

Permasalahan yang sering muncul dalam regresi linear adalah terjadinya multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang menyebabkan asumsi-asumsi dalam persamaan regresi linear berganda tidak terpenuhi. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF) pada output minitab. Toleransi nilai VIF yang dapat diterima adalah <10. Batas toleransi ini tidak memberikan masalah serius pada multikolinearitas, sehingga masih mendapatkan koefisien parameter estimasi metode kuadrat terkecil yang terbaik.

Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) pada output minitab. Nilai statistik DW berada pada kisaran 0-4, jika nilai DM mendekati 2 maka menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Nilai DW kurang dari -2 menunjukkan adanya autokorelasi positif dan jika lebih dari 2 menunjukkan adanya autokorelasi negatif, sedangkan apabila nilai terletak antara -2 ≤ x ≤ 2 maka tidak terdapat autokorelasi (Santoso 2000). Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik pola sebaran sisaan terhadap Y duga pada output Minitab 14. Gambar 1 merupakan bentuk grafik apabila terdapat pelanggaran heteroskedastisitas.

(a) (b)

(21)

(c) (d) Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis Kebun

Kebun kelapa sawit Bangun Koling Estate (BKLE) adalah salah satu kebun dari unit usaha yang dimiliki oleh PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA merupakan anak perusahaan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup. Kebun BKLE ini terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Jumlah karyawan di BKLE adalah 380 karyawan terdiri atas 5 orang staf, 11 karyawan bulanan, 283 karyawan harian tetap (KHT), dan 48 karyawan harian lepas (KHL), sehingga indeks tenaga kerja (ITK) di BKLE adalah 0.15.

Areal BKLE sebelah timur berbatasan dengan SCME (Sungai Cempaga Estate), sebelah barat berbatasan dengan PT. TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan SMRE (Sungai Merah Estate), dan sebelah selatan berbatasan dengan PT. Sarana Sawit. Letak geografis kebun BKLE terdapat pada 112.01 °

BT-113.09 °BT dan 1.45 °LS-1.85 °LS. Peta kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran

7.

Keadaan Iklim dan Tanah

Iklim tropis di Indonesia menyebabkan terdapat dua musim di BKLE, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan data curah hujan 2007-2012, musim hujan rata-rata terjadi pada bulan Oktober-Juli dan puncaknya terjadi pada bulan November-Desember. Musim kemarau terjadi antara bulan Juli-September. Curah hujan rata-rata per tahunnya sebesar 3 918 mm, sehingga menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Suhu di BKLE berkisar antara 26-28 °C. Rata-rata bulan kering 1.17 bulan dan rata-rata

bulan basah 10.83 bulan.

(22)

dan entisol mendominasi sebagian besar kebun, sedangkan untuk histosol sebagian besar terdapat pada daerah rendahan. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis tanah di Bangun Koling Estate

Jenis tanah Luas (ha) Persentase (%)

Entisol (pasir) 982.67 38.85

Histosol (gambut) 179.84 7.11

Inceptisol (kaolin) 1 349.14 53.33

Ultisol (podzolik) 18.67 0.71

Sumber : Data Kebun BKLE (2012)

Topografi di BKLE didominasi oleh lahan yang datar (0-8%). Selain itu terdapat pula kondisi yang bergelombang (9-15%) dan berbukit (15-30%), sehingga BKLE memiliki kesesuaian lahan S3 (lahan marginal). Kelas S3 diusahakan untuk kegiatan budidaya dengan cara meningkatkan kesuburan tanah. Topografi lahan di BKLE tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate

Topografi Luas (ha) Persentase (%)

Datar (0-8%) 2 484 98.18

Bergelombang (9-15%) 42 1.69

Berbukit (15-30%) 4 0.16

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

(23)

Tabel 3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate

No Uraian Luas (ha) Total (ha)

1 Tanaman menghasilkan 2 382.29 2 382.29

2 Tanaman belum menghasilkan 147.36 147.36

3 Areal prasarana 139.51

a. Emplasemen 67.10

b. Jembatan 72.41

4 Areal yang mungkin bisa diusahakan 157.89

a. Okupasi 157.89

5 Areal yang tidak bisa diusahakan 355.97

a. Tanah desa 53.00

b. Bukit, lembah, rawa, sungai, tanah tandus 302.97

Total luas kebun 3 183.03

Sumber : Data Kebun BKLE (2012)

Keadaan Tanaman dan produksi

Tanaman yang diusahakan di BKLE berdasarkan Departemen Riset BGA adalah varietas tenera yang berasal dari progeni yang berbeda. Progeni yang digunakan diantaranya adalah Costarica, Lonsum, Lonsum 2, Marihat, Papua Nugini, dan Socfindo. Komposisi asal bibit yang ditanam di BKLE terdapat pada Tabel 4. Jarak tanam kelapa sawit yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga didapat populasi 136 pohon ha-1. Kondisi luasan blok yang bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai, serangan hama dan penyakit serta lahan rawa dan rendahan mengakibatkan heterogenitas stand per hectare (SPH).

Tabel 4 Komposisi asal bibit tanaman kelapa sawit di Bangun Koling Estate Jenis bibit (Dura x Pisifera) Luas (ha) Persentase (%)

ASD/Costarica 421.79 16.67

Lonsum 2 144.65 5.71

Lonsum 8.07 0.32

Papua Nugini 438.06 17.31

Marihat V 1 323.30 52.31

Socfindo 193.80 7.66

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

(24)

Tabel 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate

Tahun Tanam Luas (ha) Jumlah Pohon SPH

1. TM

2006 560.06 75 066 134

2007 1 526.55 207 072 136

2008 261.05 34 813 133

2009 34.63 4 676 135

2010 122.35 16 015 131

Sub total 2 504.64 337 642 135

2. TBM

2011 25.01 3 323 133

Sub total 25.01 3 323 133

Total 2 529.65 340 965 135

Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

Produksi TBS di BKLE terus mengalami peningkatan sejak awal produksi (2009) yaitu sebesar 1 868.31 ton tandan buah segar (TBS) hingga tahun 2012 sebesar 32 778.66 ton TBS (Tabel 6). Hal ini disebabkan oleh penambahan umur tanaman, luas areal TM kelapa sawit, perawatan yang intensif, kondisi iklim yang optimum, dan realisasi pemupukan yang sesuai rekomendasi. Hasil panen (TBS) diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) yang terletak di Wilayah IV bernama Selucing Agro Mill (SAGM). Apabila terjadi kendala atau penumpukan pada SAGM, maka TBS diangkut ke PKS di Wilayah III bernama Pundu Nabatindo Mill (PNBM).

Tabel 6 Produksi TBS kelapa sawit Bangun Koling Esatate 2009-2012 Tahun Produksi (kg) Jumlah buah

(TBS) BJR (kg/TBS)

2009 1 868 310.29 470 984 3.97

2010 10 441 400.00 2 544 210 4.10

2011 21 891 550.00 4 615 760 4.74

2012 32 778 659.99 5 282 681 6.20

Sumber : Data Kebun BKLE (2013)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

BKLE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang bertanggung jawab terhadap SDA, SDM, dan administrasi kebun. Estate manager dalam melaksanakan kerjanya dibantu oleh staf-staf kebun, yaitu kepala administrasi (kasie) dan asisten divisi. Kasie memiliki tim administrasi yang terdiri atas admin tanaman, mantri tanaman, akuntan, kasir dan personalia. Selain itu, kantor BKLE juga dibantu oleh kerani gudang dan mantri poliklinik kebun.

(25)

dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor panen, kerani panen, kerani transport dan mandor perawatan. Khusus untuk divisi II ditambah mandor pupuk, mandor tabur, dan mandor until karena asisten divisi II adalah penanggung jawab BGA manuring system (BMS). Asisten Divisi III adalah penanggung jawab BGA spraying system (BSS), sehingga asisten dibantu mandor semprot (chemist). Rincian struktur organisasi kebun dapat dilihat di Lampiran 9.

Sistem ketenagakerjaan di BKLE dibagi menjadi karyawan staf dan non staf. Perbedaan antara karyawan staf dan non staf terletak dari cara perekrutan karyawan. Karyawan staf direkrut oleh perusahaan langsung, sedangkan karyawan nonstaf direkrut oleh kantor kebun. Karyawan staf meliputi estate manager, asisten divisi, dan kepala administrasi. Karyawan non staf meliputi karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan bulanan.

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang keberadaanya mengganggu pertumbuhan tanaman utama. Adanya gulma melebihi batas ambang ekonomi pada budidaya tanaman kelapa sawit mengakibatnya diperlukan suatu pengendalian gulma (BGA 2011). Pengendalian gulma pada Bangun Koling Estate (BKLE) difokuskan pada piringan, pasar pikul/rintis, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan gawangan.

Pengendalian gulma secara kultur teknis dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jarak tanam yang digunakan, sehingga ketika tanaman sudah tinggi dapat menaungi tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian secara biologi adalah dengan menanam tanaman penutup kacangan dengan konsep yang sama seperti kultur teknis, yaitu menaungi tanah untuk menekan pertumbuhan gulma.

Pengendalian gulma secara kimia di BKLE secara menyeluruh dilakukan oleh tim BGA Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dari dibentuknya tim BSS adalah untuk menghasilkan output pekerja yang maksimal, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun kualitas semprot.

Tim BSS beranggotakan 28 perempuan yang tersebar di divisi I, II, dan III. Tenaga penyemprot diusahakan tidak berganti dengan tujuan mengembangkan profesionalisme dan tanggung jawab alat semprot yang digunakan (BGA 2011). Setiap pagi pekerja Divisi I dan III dijemput oleh transportasi unit semprot (TUS) dan dikumpulkan di Divisi II untuk melaksanakan “lingkaran pagi”.

(26)

Berdasarkan cara kerja, herbisida dibagi menjadi herbisida sistemik dan herbisida kontak. Jenis herbisida sistemik adalah glifosat (merk dagang “Kleenup 480 SL”) berbahan aktif isopropyl amina glifosat 480 g l-1 atau setara dengan glifosat 356 g l-1. Herbisida kontak yang digunakan adalah jenis paraquat (merk dagang “Gramaxone”) berbahan aktif paraquat diklorida 276 g l-1 (setara dengan ion paraquat 200 g l-1). Selain itu larutan semprot juga ditambahkan metil metsufuron (merk dagang ”Meta Prima 20 WP”) berbahan aktif metil metsulfuron 20% sebagai herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif. Paraquat digunakan untuk gulma berkayu dengan dosis 250 ml ha-1, sedangkan glifosat digunakan untuk gulma rumput dengan dosis 250 ml ha-1. Metil metsulfuron digunakan sebagai campuran dengan glifosat maupun paraquat dengan dosis 0.1 g ha-1.

Jenis gulma yang tumbuh dominan di kelapa sawit diantaranya adalah Ageratum conyzoides L., Axonopus sp (Sw) P.Baeuv, Bamboo sp. Kunth., Borreria latifolia K.Schum, Clidemia hirta (L) D.Don., Cynodon dactylon (L) Pers., Erechtites valerianifolia (L) Expers., Melastoma malabatrichum L., Micania mikrantha Kunth, Ottochloa nodosa Kunth, Paspalum spp L., dan Scleria sumatrensis Retz.

Hebisida yang akan diaplikasikan dicampurkan dengan air dan dipersiapkan hari sebelumnya. Hal ini bertujuan menyingkat waktu persiapan dan menjamin herbisida tercampur dengan air secara merata. Konsentrasi yang digunakan sekitar 0.5%, Rotasi penyemprotan untuk gawangan adalah 1 kali setahun, TPH dan pasar pikul adalah 2 kali setahun dan penyemprotan ilalang adalah 6-10 rotasi dalam setahun.

Target dalam pengendalian gulma dalam sehari adalah 3.5 ha HK-1. Kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot adalah sulitnya mencapai target ketika menyemprot pada blok yang banyak gulma dan jalan yang sulit dilalui (daerah rendahan). Salah satu alternatif dalam menghadapi kendala tersebut adalah pekerjaan semprot dilakukan semampu pekerja hingga jam kerja selesai walaupun tidak mencapai target. Hasil pada hari tersebut dicatat kekurangan jumlah ha HK-1 untuk diganti pada hari lain ketika mendapatkan blok yang ringan dan tidak terdapat banyak gulma. Kendala lain adalah nozel yang sudah tidak sesuai dengan volume semprotnya sehingga boros dalam pemakaian herbisida. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengganti dengan sprayer dan nozel yang baru.

Pengendalian gulma secara manual atau disebut juga sebagai babat tanaman pengganggu (BTP) merupakan salah satu pekerjaan dalam mengurangi hambatan pemanen untuk mengelilingi pohon saat panen. Babat gulma difokuskan pada piringan dan gawangan yang mengganggu pertumbuhan tanaman utama menggunakan parang. Gulma dominan yang dibabat pada piringan adalah LCC yang memanjat ke pohon. Gulma berkayu yang dibabat difokuskan pada semua tempat baik piringan, pasar pikul/rintis, gawangan maupun pasar mati, terutama adalah tumbuhan bambu yang tidak mati saat pengendalian secara kimia. Gulma pada gawangan yang dibabat adalah yang menutupi piringan dan menghambat tanaman kelapa sawit mendapatkan sinar matahari.

(27)

cepat tumbuh kembali. Selain itu kurang disiplinnya karyawan, tebalnya gulma di gawangan, dan jalan yang sulit dilalui seperti daerah rendahan yang sering banjir menyulitkan karyawan dalam menyelesaikan target.

Pengendalian Hama

Kebun BKLE belum menerapkan early warning system, akan tetapi setiap terdapat adanya gejala serangan langsung dilakukan sensus hama.

Sensus hama. Sensus hama adalah pendataan jumlah pohon yang terserang hama dalam suatu blok. Sensus hama dilakukan dilakukan dengan cara menghitung tingkat serangan hama pada baris/titik secara lebih detil diareal terserang hama. Sensus dimulai pada baris kesepuluh pohon kesepuluh dan dilanjutken ke pohon kesepuluh berikutnya, apabila telah mencapai collection road (CR) maka pindah baris ke sepuluh baris berikutnya. Hama tidak dikendalikan apabila serangan <5% dari total populasi pohon dalam satu blok.

Pengendalian hama terpadu. Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian hama yang bersifat preventif yaitu dengan menyediakan beneficial plant sebagai inang bagi hama tertentu. Beneficial plant adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam di sekitar tanaman kelapa sawit yang bermanfaat dalam menekan pertumbuhan gulma dan tempat berkembangnya musuh alami bagi hama dan penyakit. Beneficial plant digunakan untuk mencegah hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). UPDKS diantaranya adalah ulat api (Setothosea asigna Van Eecke) dan ulat kantong (Metisa plana Walker). Beneficial plant yang ditanam di BKLE adalah Turnera sp L., dan Nephrolepis biserrata (Sw) Schott, tanaman ini selain sebagai penyedia makanan juga dapat sebagai inang predator dan parasitoid untuk mengendalikan hama UPDKS.

Pengendalian hama secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan apabila populasi hama sudah melebihi ambang ekonomi. Thirataba mundella Walker adalah hama yang menyerang bunga (jantan dan betina) dan buah sawit. Ciri dari buah yang terserang hama ini adalah terdapat lubang pada buah dan bercak putih pada buah akibat residu yang dikeluarkan oleh ulat. Pengendalian hama tersebut menggunakan bahan kimia Cyperin R dengan dosis 50 ml 15 l-1 dan dicampur dengan air. Larutan disemprotkan pada buah kelapa sawit yang terserang menggunakan alat semprot solo sprayer dengan jenis nozel biru.

Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf sampling unit atau kesatuan contoh daun merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan di perkebunan kelapa sawit dan sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan untuk tahun berikutnya. Kegiatan LSU dilaksanakan oleh Departemen Riset BGA untuk tanaman menghasilkan (TM).

(28)

Daun yang digunakan sebagai LSU adalah daun pada pelepah ketujuh belas. Pelepah ketujuh belas lalu didodos dan dicari bagian tengah pelepah yang dicirikan oleh adanya mata pancing. Setelah mata pancing ditemukan lalu diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada pertengahan jengkal yang kedua diambil enam daun bagian kanan dan kiri lalu digunting pada bagian pangkal daun. Pada daun digunting 1 jengkal (±20 cm) pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Bagian lembaran daun tersebut yang digunakan sebagai sampel. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal daun lalu pada diberi kartu kuning sebagai label LSU (asal kebun, divisi, nama blok, nomor LSU, dan tanggal pelaksanaan). Kegiatan pengambilan sampel ini dimulai pukul 07.00 dan selesai pada pukul 12.00. Selanjutnya, sampel daun dikumpulkan dan dikirim ke Departemen Riset BGA. Apabila daun tidak langsung dikirim ke riset, maka plastik tidak diikat untuk menghindari daun menjadi busuk.

Daun dianalisa kadar air, kandungan N, P, B, K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe. Daun yang telah sampai didata kembali sebagai monitoring LSU. Selanjutnya daun dicuci menggunakan kapas yang dicelupkan ke air destilata lalu dimasukkan ke dalam amplop coklat. Pada bagian depan amplop dituliskan label seperti yang terdapat pada label kuning. Setelah amplop ditutup rapat, daun dikeringkan dengan oven pada suhu 70 °C selama satu hari (24 jam). Setelah kering, daun

digiling sampai menjadi bubuk halus. Bubuk daun tersebut lalu ditanur pada suhu 300-650 °C hingga menjadi abu. Abu diekstrak menjadi larutan abu dengan

menambahkan HCl. Larutan tersebut dicampurkan dengan bahan lain dan diukur dengan spektrofotometer analisa kandungan N, P dan B. Kandungan K, Ca, Mg, Cu, Zn, Mn, dan Fe pada daun diukur menggunakan absorbtion atomic spectrophotometer.

Pemupukan Anorganik

Kegiatan pemupukan diawali dengan menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan berdasarkan rekomendasi, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, persiapan lokasi, dan kelengkapan administrasi. Rekomendasi jenis dan dosis pupuk terdapat pada “buku kuning” yang diterbitkan Departemen Riset BGA. Setiap tahun buku kuning tiap kebun ataupun divisi berbeda berdasarkan hasil analisa kimia daun, status hara tanah dan LCC, curah hujan, proyeksi produksi, dan tahun tanam. Jenis pupuk yang diaplikasikan BKLE tahun 2013 adalah Urea (N), RP (P), MOP (K), Kieserit (Mg), HGFB (B), Chelatte Zincopper (Zn), NPK 15 (majemuk), NPK 12 (majemuk), dan Dolomit (Mg).

Organisasi Pemupukan. Prinsip utama dalam pemupukan adalah setiap jenis pupuk yang diterima setiap pohon tanaman harus sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi/program pemupukan. Biaya pemupukan anorganik sangat mahal yaitu 25–30% dari total biaya produksi (BGA 2011).

(29)

Mekanisme pekerjaan BMS adalah tiap pemupuk memiliki hancak yang tetap pada tiap blok dan seksi, pergeseran hancak diatur dengan baik sehingga pelaksanaan pupuk berlangsung dengan cepat dan efisien. Pelaksanaan pemupukan terkonsentrasi dalam satu hancak pemupukan per kebun yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan.

Tim kerja pemupukan terdiri atas tenaga penguntil, pengecer, pelangsir, penabur, dan pengumpul karung. Penabur dan pelangsir pupuk kemudian dikelompokkan menjadi kelompok kerja pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri atas dua penabur dan satu pelangsir. BKLE memiliki 8 KKP yang artinya terdapat 16 orang penabur dan 8 orang pelangsir. Tenaga pengecer dan pengumpul karung dijadikan satu tenaga yaitu tenaga bongkar muat pupuk (BMP). Tenaga BMP ini dapat pula menjadi penguntil apabila tidak ada jadwal pemupukan.

Pelaksanaan Pemupukan. Teknis pemupukan di BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk 5T, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat administrasi. Hal ini berkaitan dangan pemupukan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pemupukan diawali dengan pengambilan pupuk di gudang wilayah oleh mandor until sesuai dengan bon permintaan dan pengeluaran barang. Pupuk diangkut menuju gudang pupuk estate yang terletak di Divisi II dan III.

Penguntilan Pupuk. Penguntilan adalah proses mengubah bobot pupuk sesuai takaran yang ada untuk memudahkan penabur dalam membawa pupuk di lahan. Keuntungan lainnya adalah lebih mudah dalam menghitung jumlah pohon yang sudah dipupuk. Penguntilan dilakukan di gudang pupuk dan dikerjakan oleh tenaga penguntil dengan mekanisme FIFO (first in first out). Pupuk diuntil sesuai dosis pemupukan dan maksimal 17 kg per untilan. Penguntilan menggunakan alat takar terbuat dari plastik ukuran bobot sesuai dengan jenis pupuk. Pupuk dimasukkan ke alat takar hingga tanda tera lalu dimasukkan kedalam karung. Karung untilan diikat dan ditumpuk 15 until per tumpuk. Setelah proses penguntilan selesai gudang dibersihkan kembali. Bobot untilan untuk pupuk MOP (Kalium) 14 kg, HGFB (Borat) 12.3 kg, Urea (Nitrogen) 12 kg, dan RP (fosfat) 12 kg. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk adalah 3 ton HK-1 kecuali Urea, yaitu 2 ton HK-1.

Lingkaran Pagi. Mandor pupuk melakukan lingkaran pagi bersama tim kerja pupuk, absensi karyawan, dan menyampaikan rencana kerja harian. Informasi yang disampaikan diantaranya jenis pupuk yang digunakan, kebutuhan pupuk (ton), blok-blok yang akan diaplikasikan, takaran yang digunakan (sesuai jenis pupuk), dan cara penaburan pupuk. Selain itu dilakukan pengecekan alat pelindung diri (APD) dan pemberian extra fooding berupa susu. Peralatan pemupukan, APD, dan extra fooding disediakan di rumah BMS yang terletak di emplasemen.

(30)

Setelah selesai mengecer pupuk, BMP akan mengumpulkan karung bekas untilan dan menggulungnya per 10 karung untuk dibawa kembali ke gudang pupuk.

Pelangsiran Pupuk. Pelangsiran adalah kegiatan pemindahan untilan pupuk dari CR ke pasar pikul oleh satu orang laki-laki per KKP. Pelangsiran dilakukan dengan cara dipikul dan diletakkan di pinggir pohon pertama hingga ke pasar tengah dengan terlebih dahulu mengetahui dosis per pohon dan berat untilan. Dengan demikian, diketahui pada selang berapa pohon untilan itu akan diletakkan. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan ke jalan CR dan akan diambil oleh tenaga pelangsir.

Penaburan Pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua tenaga penabur per KKP. Penabur harus mangetahui dosis pupuk per pohon dan jenis takaran yang disesuaikan untuk masing-masing pupuk. Pemupukan Urea, RP, MOP, dan Kieserit menggunakan sistem tebar memebentuk huruf U atau mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Sistem tersebut menjadikan pupuk dapat mempercepat pelapukan pelepah yang disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak dijumpai di bawah pelepah daun, sehingga pupuk cepat diserap oleh tanaman. Penempatan pupuk dijelaskan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pengelompokan pupuk berdasarkan cara aplikasi di Bangun Koling Estate Jenis pupuk Kelompok

pupuk Aplikasi

Zn, Borate, CuSO4,

FeSO4

Mikro Melingkar dengan radius 0.5-1 m dari pangkal pohon

NPK 14 dan 16 (Palmo) Makro Pada areal pasir dengan sistem pocket dekat dengan pangkal batang

Urea dan MOP Makro Berbentuk U shape radius 1.5-2 m dari pangkal batang (dalam piringan)

RP/Guano Makro Berbentuk U shape radius >2 m dari pangkal batang (luar piringan)

Sumber : BGA (2011)

Pengawasan Kualitas Pemupukan. Kegiatan pengawasan (quality check) dilakukan oleh mandor pupuk dengan tujuan mengecek kesesuaian antara prosedur dan SOP pemupukan. Penilaian dilakukan terhadap hasil kerja per KKP. Hal yang diawasi diantaranya adalah kualitas taburan, dosis, pupuk tercecer, ada tidaknya untilan tertinggal, dan pohon yang tidak terpupuk. Hasilnya digunakan sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kualitas kerja KKP.

Premi Pemupukan. Premi yang digunakan yaitu premi tetap. Premi tetap Rp 400 000,00/bulan untuk mandor pupuk. Bagi karyawan diberlakukan premi apabila terdapat lebih basis. Karyawan akan mendapat extra fooding susu sebesar Rp 4 000,00 per hari. Prestasi kerja karyawan adalah 3.5 Ha HK-1. Lebih hektar akan dikenakan premi dengan perhitungan sebagai berikut:

(31)

Pemupukan Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang bersumber dari bahan alami. Pada kebun kelapa sawit pupuk organik dapat berasal dari pembusukan pelepah, aplikasi janjang kosong (JJK), dan aplikasi palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair. Pada BKLE, POME tidak dapat diaplikasikan karena jauhnya jarak PKS ke kebun.

Aplikasi JJK merupakan salah satu upaya pemanfaatan limbah pabrik yang bermanfaat dalam konservasi tanah, terutama tanah berpasir atau lahan marginal yang terdapat di BKLE. Selain bermanfaat sebagai penambah unsur hara tanah (Tabel 8), JJK juga bermanfaat mengurangi erosi. janjang kosong dapat menyumbang beberapa unsur penting bagi kelapa sawit seperti N, P, K, Mg dan pupuk mikro, sehingga aplikasi janjang kosong dapat menghemat penggunaan pupuk anorganik.

Tabel 8 Komposisi kandungan nutrisi TBS kosong (JJK) Unsur Hara Kadar hara dalam JJK

(kg ha-1 tahun-1)

Sebanding dengan pupuk per ton JJK

N Nitrogen 5.4 8.0 kg Urea

P Fosfor 0.4 2.9 kg RP

K Kalium 35.3 18.3 kg MOP

Mg Magnesium 2.7 5.0 kg Kieserit

Sumber: BGA (2011)

Janjang kosong diaplikasikan setahun sekali untuk semua blok, terutama pada lahan berpasir. Aplikasi dilakukan secara manual oleh tenaga perawatan. Akan tetapi, pada bulan april aplikasi JJK dilakukan secara borongan dengan upah Rp 2 500 per pohon. Aplikasi TBS kosong diletakkan di CR pada satu pasar pikul. Secara administrasi satu truk memuat 7 ton JJK, tetapi pada kenyataannya rata-rata mengangkut 4-5 ton per truk. JJK diaplikasikan untuk satu baris tanaman atau setara dengan 34 pohon. Dosis aplikasi JJK adalah 27 ton ha-1 atau ±200 kg pohon-1.

Peralatan yang digunakan pengaplikasian adalah gancu, angkong, dan tandu. Tandu digunakan bagi karyawan yang tidak memiliki angkong. Hasil kalibrasi untuk satu angkong berisi JJK adalah 100 kg, sedangkan untuk tandu JJK adalah 50 kg. Dibutuhkan 2 angkong atau 4-5 tandu JJK untuk aplikasi per pohon. JJK disusun satu lapis di sekitar gawangan mati di dekat pohon sawit. Penyusunan satu lapis bertujuan untuk menghindarkan berkembangnya hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.). Prestasi kerja karyawan pada aplikasi JJK adalah ±4.6 ton HK-1.

Pengelolaan Tajuk

(32)

pekerjaan panen, mengurangi tersangkutnya brondolan, dan menciptakan lingkungan yang bersih serta bebas dari hama dan penyakit.

Corrective prunning. Pengelolaan tajuk di BKLE pada tanaman menghasilkan adalah corrective pruning. Corrective pruning dilakukan bersamaan dengan kegiatan potong buah oleh pemanen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah produktif dipertahankan sesuai ketentuan (leaf area index). Pengelolaan tajuk yang dilakukan bersamaan dengan pekerjaan panen bermanfaat untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja khusus pruning juga dapat menambah pendapatan karyawan panen. Premi untuk corrective pruning adalah 1 100/pohon per semester (4 bulan) dan dibayarkan secara berkala.

Saat melakukan corrective pruning, pelepah dipotong terlebih dahulu sebelum potong buah dan menyisakan jumlah pelepah sesuai aturan. Jumlah pelepah penyangga (songgo) untuk tanaman muda dan remaja (≤6 tahun) adalah sebanyak 48-56 pelepah (songgo 3) atau setara dengan 6-7 spiral. Sementara untuk tanaman diatas enam tahun adalah 40-48 pelepah (songgo 2) atau setara dengan 5-6 spiral. Pelepah dipotong menggunakan dodos rapat ke batang dengan bidang tunas membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30° terhadap batang. Corrective pruning juga dilakukan pada pohon yang tidak dipanen. Apabila tidak memungkinkan dipruning saat panen, maka pemeliharaan dilakukan pada hari minggu atau libur untuk menjaga kebersihan hancak panen.

Panen

Panen adalah suatu rangkaian pekerjaan potong buah dan transport buah ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada hari yang sama dalam kondisi buah segar dan bersih. Pekerjaan potong buah meliputi buah yang sesuai dengan standar kematangan, mengutip brondolan, dan mengumpulkannya ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pekerjaan panen adalah pekerjaan eksploitasi produksi dengan memperkecil losses produksi. Pekerjaan transport adalah mengangkut buah dari TPH ke PKS. Inti dari pekerjaan panen adalah mengambil seluruh (eksploitasi) buah yang layak potong, mengumpulkannya ke TPH dan mengirimkan seluruhnya ke PKS pada hari yang sama dalam kondisi segar dan bersih secara efektif dan efisien (BGA 2011).

Persiapan panen. Persiapan panen sangat berpengaruh pada keberhasilan pelaksanaan panen. Persiapan panen meliputi penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja pemanen dan luas hancak kerja per kemandoran, penyediaan tenaga kerja, dan penyediaan sarana dan prasarana panen.

Penetapan seksi panen adalah mengelompokkan blok-blok berisi tanaman menghasilkan yang harus diselesaikan dalam 6 hari kerja dalam seminggu. Seksi panen dibuat sedemikian rupa sehingga satu seksi dapat dipanen dalam satu hari, mempermudah pindah hancak antar blok, mempermudah pengawasan, pengangkutan TBS lebih efektif dan efisien, dan output pemanen tinggi.

(33)

Pasar pikul adalah jalan antar dua baris tanaman dengan lebar 1.2 m dan berfungsi sebagai jalan angkong menuju TPH. Pasar tengah adalah jalan yang berada di tengah blok memotong gawangan mati sebagai akses antar pasar pikul. Pasar tengah berfungsi mempermudah pengecekan oleh supervisi maupun asisten. Pasar kumis adalah jalan yang memotong ujung gawangan yang mengarah pada TPH dengan lebar jalan 1 m. Titi panen adalah akses pemanen untuk mengangkut buah menyebrang parit yang biasanya terbuat dari beton atau kayu balok. TPH adalah tempat mengumpulkan TBS yang telah dipanen. TPH berukuran 4 m x 6 m terdapat pada tiap tiga pasar pikul atau enam jalur tanaman. Permukaan TPH dibuat rata dan harus bersih dari gulma. Tiap TPH diberi keterangan nomor dan blok TPH berada.

Tabel 9 Peralatan panen di Bangun Koling Estate

No Nama alat Spesifikasi Penggunaan

1 Dodos Lebar mata 12-14 cm, lebar tengah 12 cm,

2 Angkong Merk ARTCO Pengangkut TBS yang

dipanen ke TPH

6 Tojok Besi dengan panjang ± 1 m berbentuk huruf

“T” dengan bagian tajam diujungnya Memuat dan membongkar

buah/TBS dari dan ke terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval panen yang telah ditentukan. Pada SKP 1 pekerjaan potong buah (cutter), pengangkutan ke TPH (carrier), dan pengutipan brondolan (loose fruit picker) dikerjakan oleh satu orang. Sistem hancak yang diterapkan adalah sistem hancak giring tetap. Pada sistem hancak giring tetap setiap pemanen memiliki hancak yang menjadi tanggung jawabnya pada tiap blok dan pindah blok digiring oleh mandor.

(34)

kerja pemanen (KKP). KKP bertujuan untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu pemanen, sehingga anggota yang lain bertanggung jawab untuk menyelesaikan hancak pemanen yang tidak hadir.

Rotasi panen. Rotasi panen dikenal dengan pusingan panen adalah jumlah hari (interval) yang dibutuhkan untuk kembali ke areal/blok/seksi yang sudah dipanen sebelumnya. Penetapan kebijakan rotasi panen dan kriteria buah layak potong adalah kombinasi strategik dalam rangka mendapatkan persentase buah matang setinggi-tingginya, produktivitas potong buah yang tinggi, dan losses minimum (BGA 2011). Pusingan panen diusahakan 7 hari dengan 6 seksi panen. Rotasi yang terlalu lambat dapat menurunkan produktivitas pemanen karena waktu banyak tersita untuk mengutip brondolan. Rotasi terlalu cepat dapat mengakibatkan karyawan tidak siap borong, sehingga untuk mengejar siap borong, buah mentah dipanen dan menyebabkan biaya potong buah mengingkat dan output menurun. Interval panen yang terlambat dapat disebabkan oleh jumlah tenaga kerja yang berfluktuasi, rusak atau kurang memadainya sarana dan prasarana panen, hujan deras yang menunda waktu panen, dan kurang baiknya manajemen panen.

Taksasi panen. Taksasi panen adalah perkiraan hasil panen esok hari yang dilakukan dengan mengalikan persentase kerapatan buah dengan jumlah populasi pohon (BGA 2011). Taksasi dilakukan oleh mandor panen sehari sebelum pelaksanaan panen. Jumlah luasan yang ditaksasi adalah 5% dari jumlah pohon produktif atau sekitar 200 pohon per blok. Sensus dimulai dari pohon terluar searah pasar rintis dan menghitung tandan masak yang akan dipanen esok hari pada tiap pohon. Persentase kerapatan buah diperoleh dengan menjumlahkan semua tandan masak hasil sensus dibagi dengan jumlah pohon produktif dikalikan 100%.

Persentase kerapatan panen dijadikan pedoman untuk menentukan jumlah buah yang akan dipanen, jumlah tenaga kerja yang diperlukan agar hasil kerja panen efektif, dan jumlah unit transportasi yang dibutuhkan agar buah yang dipanen dapat semua terangkut ke PKS pada hari yang sama. Taksasi disebut akurat apabila hasilnya ±5%.

a. Persentase kerapatan panen =

b. Jumlah TBS panen = persentase kerapatan panen x luas panen x SPH c. Kebutuhan pemanen =

d. Kebutuhan angkutan =

Ket : SPH = jumlah pohon per hektar (136 pohon) BJR = berat tandan/janjang rata-rata

Output pemanen = prestasi pemanen (TBS/HK)

(35)

Pemanen akan menyusuri hancak, mengitari pohon, dan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan. Apabila terdapat lebih dari 5 brondolan jatuh berarti buah sudah dalam fase matang dan dapat dipanen. Buah yang akan dipanen biasanya disanggah oleh pelepah, sehingga dilakukan pemotongan pelepah dengan tetap memperhatikan standar jumlah pelepah sehingga tidak terjadi over pruning. Pelepah lalu disusun di gawangan mati membentuk huruf “U”. Selanjutnya buah dipanen dan tangkai buah dipotong ±3 cm dari permukaan buah. Brondolan dikutip baik pada piringan, ketiak pelepah atau menyangkut di Nephrolepis bisserata (Sw) Schott. Buah dan brondolan lalu diangkut menggunakan angkong dan diletakkan di TPH. Buah disusun per lima baris dan brondolan dialasi dengan karung goni dan diberi stampel berisikan nomor pemanen.

Buah yang terkumpul di TPH akan dihitung dan digrading oleh kerani panen sesuai dengan kriteria kematangan. Basis panen per hari ditentukan oleh tahun tanam dan BJR divisi. Kerani panen memberikan kertas kecil (doket) yang berisi keterangan panen per TPH. Doket digunakan oleh mandor transport untuk menghitung jumlah buah yang diangkut dan memudahkan dalam pembuatan surat pengantar buah (SPB).

Kriteria buah layak potong (minimum ripeness standart). Kriteria buah layak potong adalah kriteria untuk menentukan tandan buah yang layak potong berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas secara alami. Kriteria ini menjadi pedoman bagi pemanen dalam melakukan kegiatan panen (Tabel 10).

Tabel 10 Kriteria buah layak potong di Bangun Koling Estate

Kriteria Standar

Mentah (unripe) 0 brondolan

Kurang matang (under ripe) <2 brondolan/kg

Matang (ripe) 2 brondolan/kg hingga 75%

brondolan permukaan telah lepas

Terlalu Matang (over ripe) >75%-90% brondolan telah lepas Busuk/TBS kosong (empty bunch) >90% brondolan telah lepas

Sumber : BGA (2011)

Pengangkutan buah ke PKS. Diperlukan waktu tempuh 2 jam dari BKLE ke PKS, sehingga pengelolaan transportasi sangat diperlukan dalam menjaga kualitas TBS yang dikirim. Oleh karena itu sistem kerja maupun organisasi dalam transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah suatu pekerjaan yang sangat penting. Transportasi yang baik dapat menjaga kualitas CPO baik dengan FFA <3%, meminimalkan losses berkaitan dengan restan, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimal (BGA 2011).

(36)

pelaksanaan kerja, dan menentukan denda bagi pemanen. Kriteria buah panen dan sanksi/denda bagi pemanen tersaji pada Tabel 11.

Hasil quality check dan supervisi digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pekerja panen. Sanksi diberikan kepada pekerja yang melakukan kesalahan dalam pelaksanaan panen. Tujuan dari sanksi/denda adalah memberikan pelajaran atas kekeliruan yang dilakukan pekerja. Selain itu sanksi/denda dapat meningkatkan disiplin kerja dan menerapkan azas keadilan.

Tabel 11 Mutu TBS dan denda panen di Bangun Koling Estate

No Mutu panen dan mutu buah Simbol atau kode Saksi/denda Satuan

1 Buah mentah BM Rp 5 000 TBS

2 Buah tidak layak potong di TPH (buah tidak sesuai kriteria)

BK Rp 2 500 TBS

3 Buah masak tidak dipotong (buah tinggal)

BT Skors 3 hari

4 Brondolan tidak dikutip TB Rp 100 Butir 5 Gagang panjang (lebih dari 3cm

rata-rata)

GP Rp 1 000 TBS

6 Pelepah sengkleh (bukan alami) PS Rp 2 500 pohon

Sumber : wawancara staf (2013)

Sistem premi panen. Premi panen terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong merupakan premi tetap yang diperoleh pemanen apabila TBS yang diperoleh dapat mencapai basis. Premi siap borong yang berlaku di BKLE adalah sebesar Rp 8 500. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan pada pemanen per TBS setelah dikurangi basis panen. Premi lebih borong disesuaikan dengan tahun tanam dan BJR blok yang dipanen. TBS dengan tahun tanam 2006 dan 2007 besar premi lebih borongnya adalah Rp 365 per TBS. TBS dengan tahun tanam 2008 dan 2009 besar premi lebih borongnya Rp 325 per TBS. Premi panen untuk supervisi dijelaskan pada Tabel 12.

Tabel 12 Premi supervisi di Bangun koling Estate

Supervisi Volume Perhitungan premi

Mandor I 2 Mandoran 125% x rata-rata premi mandor panen

≥3 mandoran 150% x rata-rata premi mandor panen

Mandor panen < 15 TK 125% x rata-rata premi pemanen 15-20 TK 150% x rata-rata premi pemanen

Kerani panen 125% x rata-rata premi pemanen

Kerani transport 110% x rata-rata premi kerani panen

Sumber : pengamatan lapang (2013)

(37)

pada divisi (kinerja potong buah) meliputi absensi pemanen, output TBS, hancak selesai, pelepah tidak disusun, songgo 2, unripe, ripe, terkontaminasi, brondolan tinggal, dan tandan masak tinggal. Selain itu, kerani panen wajib mengisi notes hasil panen milik masing-masing pemanen.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor

Pelaksanaan kegiatan di kebun baik teknis maupun administrasi dilaksanakan oleh asisten divisi yang dibantu oleh mandor dan kerani divisi. Tugas utama mandor adalah mengatur kerja karyawan sesuai sesuai dengan standar perusahaan dan mensupervisi kerja karyawan. Administrasi yang perlu dilakukan tiap harinya adalah membuat laporan kerja harian dan mengisi buku monitoring harian. Laporan kerja harian meliputi absen karyawan dan jenis kerja yang dilakukan oleh karyawan. Monitoring harian berisi kemajuan kerja karyawan dan memonitor apakah hasil sudah memenuhi target kerja.

Mandor I. Mandor satu bertugas untuk membantu asisten dalam mengkoordinasikan mandor-mandor dalam pengawasan kerja karyawan. Tugas utama mandor I adalah membuat perencanaan kerja atau rencana kerja harian bersama asisten kebun. Selain itu, menjaga pusingan agar tetap stabil (7 hari), pengawasan terhadap kegiatan panen, transportasi ke PKS, dan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya buah restan yang belum dikirim ke PKS merupakan tanggung jawab dari mandor I. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu mengawasi mandor perawatan dan pengecekan TBS restan.

Kerani Divisi. Kerani divisi merupakan pengurus administrasi kebun tingkat divisi. Kerani divisi bertanggung jawab atas semua arsip kegiatan divisi dan menginput laporan harian ke website Bumitama Plantation System. Tugas bulanan dari kerani divisi adalah bersama asisten divisi membuat laporan bulanan asisten, merekap gaji karyawan serta membantu dalam pembayaran gaji karyawan. Selama membantu kerani divisi, penulis membantu segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi divisi.

Mandor Panen. Tugas utama dari mandor panen adalah mengawasi dan mengevaluasi kerja pemanen. Selain itu, mandor panen betugas melakukan taksasi produksi untuk blok yang akan dipanen esok hari. Selama menjadi pendamping mandor panen penulis membantu dalam pembagian hancak panen, quality check panen, dan taksasi panen.

Gambar

Gambar 1. Grafik pola sisaan terhadap Y Duga
Tabel 2 Topografi lahan kebun Bangun Koling Estate
Tabel 3 Luas HGU dan tata guna lahan di Bangun Koling Estate
Tabel 5 Populasi tanaman per tahun tanam di Bangun Koling Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

berasal dari data sekunder jumlah janjang yang dipanen tenaga panen, untuk. seluruh kadvel (tiap blok) dalam seminggu di Divisi I yang dapat dilihat

sawit adalah setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah. direkomendasikan oleh MRC untuk mencapai produktivitas tanaman

Penelitian dilakukan di Kebun Kelapa Sawit milik PT Asian Agri wilayah Sumatera Utara, Riau, dan Jambi, dengan pengumpulan data sekunder tahun 2005- 2012 dari salah

Pada ulangan 2 yaitu taksasi dilakukan dengan menggambil tanaman contoh sebanyak 10 % disetiap blok panen, hasil yang didapatkan persentase varian tonase masih tinggi

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan panen adalah persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen, pengawasan panen, dan

Bibit kelapa sawit yang ditanam di Seruyan Estate adalah bibit Marihat yang berasal dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) dan Socfindo yang berasal dari PT

Untuk mencapai keefektifan dan efisiensi pemupukan pada kelapa sawit maka manajemen pemupukan di lapangan harus diupayakan seoptimal mungkin, antara lain pemupukan kelapa

Lewat matang yang disebabkan kurang bertanggung jawabnya pemanen pada hancanya, dapat diantisipasi dengan pemeriksaan hanca yang teliti oleh mandor panen terhadap