• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi dan Taper Bambu di Beberapa Lapak di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dimensi dan Taper Bambu di Beberapa Lapak di Kabupaten Bogor"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DIMENSI DAN TAPER BAMBU

DI BEBERAPA LAPAK DI KABUPATEN BOGOR

BAHRUL ILMY

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

BAHRUL ILMY. Dimensi dan Taper Bambu di Beberapa Lapak di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh EFFENDI TRI BAHTIAR.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor bambu terbesar di Asia selain China dan Vietnam. Perkembangan produksi bambu Kabupaten Bogor mengalami pasang surut setiap tahunnya walaupun luas areal tanaman bambu Kabupaten Bogor mengalami penyusutan tiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah : mendata jenis-jenis bambu yang dijual di beberapa lapak di Kabupaten Bogor, mengukur dimensi bambu yang meliputi: diameter, panjang, tebal, jarak antar buku, dan taper bambu, menentukan keterkaitan antara diameter, taper luar, dan taper dalam dari bambu yang di jual di Kabupaten Bogor. Bambu yang sering dijual ialah bambu tali karena bambu ini terbilang murah dan sangat banyak penggunaannya di masyarakat, sedangkan bambu andong dan bambu hitam tersedia namun dalam jumlah terbatas. Dimensi bambu yang terdapat di lapangan didominasi bambu tali dengan ukuran kecil (5-6 cm) dan sedang (7-9 cm) untuk memenuhi kebutuhan pasar. Taper dalam terkecil ditemukan pada bambu tali sedangkan terbesar bambu andong. Taper luar terkecil ditemukan pada bambu hitam sedangkan terbesar juga bambu hitam. Korelasi erat antara taper dalam dengan taper luar terjadi pada bambu andong sedangkan pada bambu hitam dan bambu tali tidak memiliki hubungan erat.

Keyword : bambu, taper, korelasi taper.

ABSTRACT

BAHRUL ILMY. Dimensions and Tapers Bamboo in some Sellers in Bogor regency. Supervised by EFFENDI TRI BAHTIAR.

Indonesia is one largest manufacturer and exporter of bamboo nation in Asia among China and Vietnam. Development of Bogor regency bamboo production experienced up and down each year in spite of the extensive area of Bogor district bamboo plants get experiencing depreciation each year. The purposes of this research are: recording the kinds of bamboo being sold in Bogor regency, measuring the dimensions of bamboo being sold in Bogor regency which includes: the diameter, length, thickness, distance between the books and the tapers bamboo, determining correlation between the outer tapers and inner ones of bamboo being sold in Bogor regency.

Bamboo is often on sale is the bamboo tali because bamboo is fairly cheap and much more useable in the community, while the bamboo andong and bamboo hitam is available but in limited quantities. Bamboo dimensions on the sale are dominated by small size bamboo tali (5-6 cm) and medium (7-9 cm) to meet the needs of the market Bogor regency tapers bamboo being sold in Bogor regency have tapers in the smallest bamboo ropes while the largest bamboo andong and tapers out the smallest black bamboo while the largest black bamboo. Most correlation between outer tapers and inner ones occurs on andong. However, bamboo Hitam and bamboo Tali do not have a most correlation.

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dimensi dan Taper Bambu di Beberapa Lapak di Kabupaten Bogor adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013

(4)

DIMENSI DAN TAPER BAMBU

DI BEBERAPA LAPAK DI KABUPATEN BOGOR

BAHRUL ILMY

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama Mahasiswa : Bahrul Ilmy

NIM : E24060290

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

Effendi Tri Bahtiar, S.Hut., M.Si NIP. 19760212 200012 1 002

Diketahui oleh

Ketua Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc NIP. 1966 0212 199103 1 002

(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Dimensi dan Taper Bambu di Beberapa Lapak di Kabupaten Bogor. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Effendi Tri Bahtiar, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik (Ainun Nafidzah, Izatul Khalisah, Abdus Salam), Abdullah atas segala doa dan dukungannya dalam proses penulisan skripsi.

Penulis menyadari masih memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang telah dibuat ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara luas.

Bogor, Februari 2013

Penulis

(7)

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Bambu ... 2

Pengertian Umum ... 2

Sifat Anatomi ... 3

Sifat Fisis ... 3

Sifat Mekanis ... 4

Deskripsi Beberapa Jenis Bambu ... 4

Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz) ... 4

Bambu Betung (Dendrocalamus Asper (Schult.f) Backer ex Heyne) ... 5

Bambu Hitam (Gigantochloa atroviolaceae Widjaja) ... 6

Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae Widjaja) ... 6

Taper ... 7

METODOLOGI PENELITIAN ... 8

Waktu dan Tempat ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Pengumpulan Data ... 8

Prosedur Penelitian ... 8

Analisis Data ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9

Jenis Bambu yang Dijual ... 9

Dimensi Bambu ... 9

Diameter Bambu ... 10

Tebal Bambu ... 11

Panjang Bambu ... 12

Taper Dalam dan Taper Luar ... 13

Korelasi Diameter Luar dengan Taper Luar ... 14

Korelasi Diameter dengan Tebal Bambu ... 15

Korelasi Taper Dalam dan Taper Luar ... 18

SIMPULAN ... 19

(8)

1 Bambu tali ... 5

2 Bambu betung ... 5

3 Bambu hitam ... 6

4 Bambu andong ... 6

5 Perhitungan taper ... 7

6 Diameter bambu ... 10

7 Tebal bambu ... 11

8 Panjang bambu dan jarak antar buku ... 12

9 Taper dalam dan taper luar bambu ... 13

10 Korelasi antara diameter bambu luar rata-rata dengan taper luar... 14

11 Korelasi antara diameter pangkal dengan tebal bambu pangkal ... 15

12 Korelasi diameter pada bagian ujung bambu dengan tebal pada bagian ujung bambu ... 16

13 Korelasi antara diameter rata-rata bambu dengan tebal rata-rata bambu ... 17

14 Korelasi antara taper dalam bambu dengan taper luar bambu. ... 18

DAFTAR TABEL 1 Propinsi penyumbang ekspor bambu terbesar ... 1

2 Perkembangan luas dan produksi tanaman bambu Kabupaten Bogor ... 1

3 Jenis bambu yang tersedia dijual di Kabupaten Bogor ... 9

DAFTAR LAMPIRAN 1 Riwayat Hidup ... 23

2 Korelasi diameter luar dengan taper luar ... 24

3 Korelasi diameter pada bagian pangkal dengan tebal pada bagian pangkal . 27 4 Korelasi diameter pada bagian ujung dengan tebal pada bagian ujung... 30

5 Korelasi diameter pada bagian ujung dengan tebal pada bagian ujung... 33

6 Korelasi taper dalam dengan taper luar ... 36

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan semakin meningkat akan tetapi tidak seimbang dengan supply-nya sehingga harga kayu semakin mahal. Bahan baku kayu untuk pembangunan makin berkurang karena umur tanam kayu dengan kebutuhan material bangunan tidak seimbang. Hal inilah yang mengakibatkan makin langkanya komoditi kayu yang akhirnya mengakibatkan harga kayu semakin mahal. Laporan Kementerian Kehutanan pada Tahun 2011 menyatakan bahwa Pada tahun 2010 menurut Kementerian Kehutan produksi kayu log nasional 42.114.770,44 m3, sedangkan produksi kayu gergajian Jawa Barat hanya 3.354 m3

dari 885.425 m3 produksi nasional. (Kementerian Kehutanan 2011)

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor bambu terbesar di Asia selain China dan Vietnam. Ekspor bambu Indonesia berasal dari berbagai propinsi, dimana 10 propinsi yang berkontribusi besar menyumbang ekspor bambu Indonesia diantaranya :

Tabel 1 Propinsi penyumbang ekspor bambu terbesar

Propinsi Nilai (USD) Jumlah (kg)

Jakarta 50.579.785 16.077.722

Jawa tengah 43.237.396 18.051.627

Jawa timur 25.035.877 22.670.936

Sumatera utara 922.715 1.828.545

Bali 793.259 288.345

Riau 223.254 1.038.637

Jawa barat 220.437 467.230

Kepulauan riau 93.032 76.969

Sumber: Kemendag (2012)

Ditinjau dari potensinya, pada tahun 2000 diperkirakan luas tanaman bambu di Indonesia adalah 2.104.000 ha yang terdiri dari 690.000 ha luas tanaman bambu di dalam kawasan hutan dan 1.414.000 ha luas tanaman bambu di luar kawasan hutan (INBAR 2005). Perkembangan produksi bambu Kabupaten Bogor mengalami pasang surut setiap tahunnya dimana produksi bambu mengalami kenaikan produksi pada tahun 2009 walaupun luas areal tanaman bambu Kabupaten Bogor mengalami penyusutan tiap tahunnya.

Tabel 2 Perkembangan luas dan produksi tanaman bambu Kabupaten Bogor

Tahun Luas (Ha) Produksi (Batang)

2007 4.668 233.413

2008 3.967 198.417

2009 3.161 1.580.568

2010 1.512 755.972

(10)

Tanaman bambu dapat ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pegunungan, pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar sehingga bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan ruasnya, selain tunas-tunas rumpunnya.

Di Jawa Barat, potensi bambu cukup banyak dan masyarakat pada umumnya menggunakan bambu sebagai alternatif pengganti kayu untuk rangka atap rumah. Harga bambu relatif masih terjangkau dan usia tanam bambu juga relatif cepat (3 hingga 4 tahun siap tebang) dibandingkan kayu. Bambu menjadi pilihan masyarakat Jawa Barat untuk membangun rumah dengan pertimbangan harganya yang murah, kuat dan mudah didapat. Sebagian orang suka dengan motif alami rumah bambu yang merupakan sebuah model pilihan yang artistik.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis bambu apakah yang dijual di Kabupaten Bogor?

2. Berapa ukuran dimensi bambu?

3. Adakah korelasi antara diameter, taper luar dan taper dalam bambu?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendata jenis-jenis bambu yang dijual di Kabupaten Bogor.

2. Mengetahui ukuran dimensi bambu yang meliputi: diameter, panjang, tebal, jarak antar buku dan taper bambu.

3. Menentukan keterkaitan antara dimensi, taper luar dan taper dalam dari bambu.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dimensi bambu dan taper yang ada di beberapa lapak di Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Bambu

Pengertian Umum

(11)

makanan. Kegunaan lainya yang tidak kalah penting yaitu sebagai bahan baku pembuatan kertas, alat-alat musik, dan kerajinan tangan (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Menurut Widjaja (2001), di dunia terdapat sekitar 1200-1300 jenis bambu sedangkan menurut data lapangan dan laboratorium bahwa bambu di Indonesia diketahui terdiri atas 143 jenis. Di Pulau Jawa diperkirakan hanya ada 60 jenis, 14 jenis diantaranya hanya tumbuh di Kebun Raya Kabupaten Bogor dan Cibodas sedangkan 9 jenis merupakan endemik Pulau Jawa.

Sifat Anatomi

Tanaman bambu memiliki ciri-ciri anatomi antara lain pertumbuhan primer yang sangat cepat tanpa diikuti pertumbuhan sekunder. Batang bambu terdiri atas ruas-ruas dan buku sehingga ada bagian batang yang disebut nodia dan internodia. Di dalam internodia sel-selnya berorientasi searah sumbu aksial, sedang dalam nodia sel-selnya mengarah pada sumbu transversal. Di dalam internodia tidak ada elemen-elemen radial seperti jari-jari pada kayu (Liese 1985, diacu dalam Ulfah 2006).

Batang bambu terdiri atas parenkim jaringan dasar, berkas pengangkutan dan massa serat. Parenkim jaringan dasar tersusun dari sel pembuluh, pembuluh tapis dan sel pengiring. Secara keseluruhan batang bambu terdiri atas 50% parenkim, 40% serat dan 10% berkas pengangkutan (Liese 1980, diacu dalam Ulfah 2006).

Sifat Fisis

Kadar Air

Kadar air dalam batang bambu dapat mempengaruhi sifat mekanisnya. Kadar air pada batang bambu yang telah dewasa berkisar antara 50-90%. Dan pada batang yang belum dewasa sekitar 80-150%, sedangkan untuk bambu yang telah dikeringkan bervariasi antara 12-18%. Kadar air pada batang meningkat dari usia 1-3 tahun; batang mengalami penurunan kadar air setelah usianya tiga tahun. Hal ini dapat lebih tinggi disaat musim hujan dibandingkan pada musim kemarau (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Berat Jenis

Berat jenis berbeda-beda menurut jenis bambu (ρ = 670-720 kg/m3) dan pada

bagian batang mana yang diperhatikan (ρ = 570-760 kg/m3), serta pada bagian

batang dalam (ρ = 370-830 kg/m3) atau bagian luar (ρ = 700-850 kg/m3). Namun

untuk kontruksi bangunan bambu (bahan bangunan yang kering dengan kadar air 12%) berat jenis bambu di Indonesia dianggap rata-rata sebagai 700 kg/m3 (Frick,

(12)

Pengembangan dan Penyusutan

Berbeda dengan kayu, penyusutan bambu dimulai secara langsung setelah panen, tetapi tidak berlangsung seragam. Penyusutan dapat mempengaruhi baik ketebalan dinding maupun diameter batang. Pengeringan bambu dewasa untuk sekitar 20% kadar air, menyebabkan penyusutan 4-14% dalam ketebalan dinding dan 3-12% untuk diameter. Penyusutan arah radial lebih besar daripada penyusutan tangensial dengan perbandingannya 7% berbanding 5%, sedangkan penyusuan arah longitudinal tidak lebih dari 0,5% (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Sifat Mekanis

Sifat mekanis bambu umumnya menyerupai sifat mekanis kayu. Semua nilai untuk kekuatan sifat mekanis meningkat seiring dengan penurunan kadar airnya dan berbanding lurus dengan berat jenis (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Modulus of Elasticity (MOE) menunjukan rasio antara tegangan lentur suatu bahan dengan perubahan bentuk yang diakibatkan tegangan itu sendiri. MOE merupakan ukuran kekakuan, sehingga nilai yang lebih tinggi menunjukan bahan yang lebih kaku. Nilai MOE batang bambu yang telah dikeringkan berkisar antara 17.000 – 20.000 sedangkan pada batang yang masih segar 9000 – 10.100 N/mm2 (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Modulus of Rupture (MOR) merupakan tegangan yang terjadi pada serat ketika beban mencapai maksimum dan mengindikasikan terjadinya kerusakan pada bahan tersebut. Pada bambu tanpa buku nilai MOR berkisar antara 79 – 94 N/mm2 dan 82 – 120 N/mm2 pada bambu dengan buku (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Deskripsi Beberapa Jenis Bambu

Bambu Tali (Gigantochloa apus (J.A & J. H. Schultes) Kurz)

Bambu tali (Gigantochloa apus [J. A dan J. H Schultes] Kurz) berasal dari Burma (Myanmar) dan Selatan Thailand. Kemudian diperkenalkan di Pulau Jawa seiring dengan perpindahan penduduk. Bambu tali biasa disebut pring tali, pring apus (Jawa), dan awi tali (Sunda). Di Pulau Jawa bambu tali banyak ditanam, sedangkan habitat alaminya banyak berada di Gunung Salak (Jawa Barat) dan Blambangan (Jawa Timur) (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Di Indonesia bambu tali banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan peralatan dapur, peralatan memancing, funitur, tali dan macam-macam keranjang. Batangnya dapat tahan lama dan digunakan sebagai bahan bangunan seperti atap, dinding, dan jembatan. Gigantochloa apustidak cocok untuk dibuat sumpit dan tusuk gigi secara mekanis, karena memiliki serat yang saling tindih.

(13)

Gambar 1 Bambu tali

Bambu Betung (Dendrocalamus Asper (Schult.f) Backer ex Heyne) Bambu betung (Indonesia) memiliki nama daerah yaitu pring betung (Jawa) dan awi bitung (Sunda). Tumbuh baik di tanah aluvial tropis yang lembab dan basah, tetapi juga tumbuh didaerah kering di dataran rendah maupun dataran tinggi. Rumpun simpodial, tegak dan padat. Rebung hitam keunguan, tertutup bulu berwarna coklat hingga kehitaman. Tinggi buluh mencapai 20 m, lurus dengan ujung melengkung. Pelepah buluh mudah luruh tertutup buluh hitam hingga coklat tua (Widjaja 2001). Berat jenis bamboo betung 0,7, saat kering penyusutan pada radial 5-7%, penyusutan pada tangensial 3,5-5%. Bambu betung dalam keadaan segar (kadar air 55%) dan kering udara (kadar air 15%) memiliki MOR 81,6 N/mm2 dan 103,4 N/mm2.

Rebung bambu betung selalu di panen pada musim hujan, sedangkan rumpunnya dipanen pada musim kemarau. Hasil produksi 10 rumpun menghasilkan 60 rebung tiap tahunnya, melalui pengelolaan yang teratur dapat menghasilkan 400 rumpun/ha dengan produksi rumpun 20 t/ha/tahun. (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Gambar 2 Bambu betung

(14)

Nama daerah bambu hitam (Indonesia) adalah pring wulung, pring ireng (Jawa), awi hideung (Sunda). Bambu hitam lebih suka tumbuh didaerah kering dan tanah berkapur. Rebung hijau kehitaman dengan ujung jingga, tertutup bulu coklat hingga hitam. Buluh tingginya mencapai 15 m, tegak.pelepah buluh tertutup bulu hitam sampai coklat dan mudah luruh. Digunakan untuk membuat alat musik tradisional jawa barat dan juga untuk industri mebel bilik dan kerajinan tangan (Widjaja 2001). Pemanenan dilakukan 4-5 tahun setelah di tanam, pemanenan dilakukan pada musim kemarau. Hasil rata-rata 20 buluh/tiga tahun atau 200 buluh/ha atau 4000 buluh per ha/tiga tahun. (Dransfield dan Widjaja, 1995).

Gambar 3 Bambu hitam

Bambu Andong (Gigantochloa pseudoarundinaceae Widjaja)

Nama daerah bambu gombong (Indonesia), pring gombong, pring andong, pring surat (Jawa), awi andong, awi gombong (Sunda). Bambu andong tumbuh dapat tumbuh di tanah liat berpasir/tanah berpasir dengan ketinggian hingga 1200 m di atas permukaan laut dengan curah hujan per tahun 2350-4200 mm, temperatur 20-32 oC dengan tingkat kelembaban relatif sekitar 70%. (Dransfield dan Widjaja

1995).

Tinggi bambu andong dapat mencapai 7-30 m (batang berbulu tebal dan tebal dinding batang hingga 2 cm); dengan diameter 5-13 cm (jarak buku hingga 40- 45 cm); warna batang hijau kehijau-kuningan atau hijau muda. Berat jenis bambu andong 0,5-0,7 tanpa buku dan o,6-0,8 dengan buku, MOE 19440-28594 N/mm2, MOR 171-207 N/mm2, kekuatan tariknya 128-192 N/mm2. (Dransfield dan Widjaja, 1995).

(15)

Gambar 4 Bambu andong

Taper

Clutter et al. (1983) memberikan definisi tentang taper, yaitu pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujung. Makin mengecilnya batang dari pangkal hingga ujung tersebut sebagai akibat dari resultante dimensi pohon yang disebabkan oleh pertumbuhan diameter dan tinggi pohon (Husch et al., 2002).

Laasasenaho (1982) menyatakan bahwa bentuk taper beragam berdasarkan jenis pohon. Keragaman tersebut disebabkan pengaruh sifat genetik yang dimiliki masing-masing jenis (Oliver dan Larson, 1996), tingkat umur, dan faktor lingkungan (Daniel et al., 1979).

Taper merupakan laju perubahan diameter pada panjang atau tinggi tertentu, yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai:

A B

P

� =� − �

Keterangan: T = taper

DA = diameter pangkal

DB = diameter ujung

P = panjang batang

diameter bagian luar diameter bagian dalam

(16)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Mei-Juni 2012, bertempat di lokasi penjual bambu di Kecamatan Dramaga, Leuwi sadeng, Kemang, Laladon dan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor ada 30 penjual bambu dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor (DPK Kabupaten Bogor 2011).

Bahan dan Alat

Bahan adalah bambu sebagai objek penelitianbambu yang di jual di 5 penjual bambu di Kabupaten Bogor dimana setiap grade bambu yang ada di penjual bambu diambil 10 sampel bambu. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran sepanjang 10 meter, caliper 150 mm untuk mengukur diameter dan tebal bambu.

Metode Pengumpulan Data

Survei dilakukan untuk mengetahui sebanyak mungkin pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada penelitian ini metode survei digunakan untuk mengetahui ukuran dimensi batang bambu dan jenis-jenis bambu yang dijual di beberapa lapak di Kabupaten Bogor. Selain itu juga dilakukan studi referensi dan literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, baik berasal dari studi pustaka maupun data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.

Prosedur Penelitian

Identifikasi bambu dengan mencocokkan bambu yang ada di penjual bambu dengan buku identifikasi PROSEA 7. Pengukuran dimensi bambu yang meliputi diameter luar dan diameter dalam bagian pangkal, diameter luar dan diameter dalam bagian ujung, tebal bambu bagian pangkal dan ujung, panjang bambu, panjang antar buku dan taper.

Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui korelasi antara taper luar dan taper dalam. Model umum regresi linier sederhana adalah.

(17)

Keterangan:

Toko-toko bambu di Kabupaten Bogor pada umumnya menyediakan bambu tali, seperti penjual bambu di Dramaga, Leuwi Sadeng, Kemang, Laladon dan Cibinong. Penjual yang menyediakan bambu andong hanya di Kemang dan Laladon. Ada juga penjual yang menerima bambu andong berdasarkan pesanan dilakukan di Cibinong. Bambu hitam hanya disediakan oleh satu penjual yaitu di Cibinong.

Tabel 3 Jenis bambu yang tersedia dijual di Kabupaten Bogor

No Jenis Bambu Jumlah Toko

1 Bambu Tali 5

2 Bambu Andong 2

3 Bambu Hitam 1

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, sebagian besar penjual bambu di beberapa lapak di Kabupaten Bogor lebih dominan untuk menjul bambu tali. Hal tersebut karena manfaat bamu tali yang banyak di butuhkan oleh masyarakat. Adapun untuk bambu andong dan bambu hitam hanya sebagian kecil lapak saja yang menyediakan.Hal tersebut karena bambu andong dan bambu hitam kurang diminati oleh masyarakat pengguna bambu.

Beberapa jenis bambu memerlukan pemesanan untuk mendapatkannya seperti bambu andong, mayan dan tutul. Ketiga jenis bambu ini masih kecil permintaannya sehingga penjual masih beresiko menyediakannya di tempat. Selain ketiga jenis bambu itu, bambu yang tersediapun memerlukan pemesanan terlebih dahulu jika menginginkan ukuran dan bentuk tertentu,seperti ukuran yang besar dan bentuk yang lurus. Bambu yang tersedia di penjual bambu di Kabupaten Bogor berasal dari kebun-kebun bambu yang ada diwilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.

Dimensi Bambu

(18)

bambu tali dan bambu hitam kedalam dua grade dan penjual bambu di Laladon membagi bambu tali dalam empat grade dengan satu grade berukuran panjang empat meter dan tiga grade dengan panjang enam meter serta bambu andong hanya satu grade ukuran.

Diameter Bambu

Bambu memainkan peranan yang penting dalam kehidupan warga bogor dimana bambu ini digunakan untuk konstruksi, kerajinan tangan, bilik, dan lain-lain. Bambu yang dipasarkan di Kabupaten Bogor belum memiliki ukuran standar dalam penentuan harganya, ini mengakibatkan adanya perbedaan ukuran dan harga di setiap penjual bambu. Dari survei yang dilakukan di lapangan menunjukan tiap toko bambu memiliki standar ukuran dan harganya masing-masing.

Dari hasil survei didapat diameter pangkal bagian luar bambu andong rata-ratanya ialah 9,85cm dengan kisaran 8,70-11,03 cm, diameter pangkal bagian luar bambu hitam rata-rata yaitu 6,06 cm dengan kisaran 4,23-7,75 cm, sedangkan diameter pangkal bagian luar bambu tali rata-ratanya adalah 7,19 cm dengan kisaran 4,59-9,64 cm.

Berdasarkan gambar 6 diameter pangkal bagian dalam bambu andong rata-ratanya ialah 6,92 cm dengan kisaran 5,85-8,52cm, diameter pangkal bagian dalam bambu hitam rata-rata yaitu 3,89cm dengan kisaran 2,17-5,17cm, sedangkan diameter pangkal bagian dalam bambu tali rata-ratanya adalah 4,92cm dengan kisaran 2,17-6,87 cm.

Diameter ujung bagian luar bambu andong rata-ratanya ialah 7,08cm dengan kisaran 5,20-8,55cm, diameter ujung bagian luar bambu andong rata-rata yaitu 4,27 cm dengan kisaran 3,24-5,30cm, sedangkan diameter ujung bagian luar bambu tali rata-ratanya adalah 5,90cm dengan kisaran 3,19-8,34cm.

Diameter ujung bagian dalam bambu andong rata-ratanya ialah 5,22 cm dengan kisaran 4,25-6,15 cm. Diameter ujung bagian dalam bambu hitam rata-rata yaitu 5,04 cm dengan kisaran 1,78-4,56cm. Sedangkan diameter ujung bagaian dalam bambu Tali rata-ratanya adalah 4,33 cm dengan kisaran 1,90-6,80cm.

Nadeak (2006), membagi diameter bambu menjadi empat kategori yaitu kecil untuk diameter 5-6 cm, sedang untuk diameter 7-9 cm, besar untuk diamter 10-12 cm dan super untuk diameter lebih besar dari 12 cm. Berdasarkan hasil yang didapat bambu hitam memiliki ukuran kecil dan sedang, bambu andong yang diperoleh termasuk kategori sedang dan besar, sedangkan bambu tali yang didapat berukuran kecil dan sedang.

(19)

Gambar 6 Diameter bambu

Tebal Bambu

Tebal bambu merupakan jarak antara bambu bagian kulit luar dengan bagian dalam. Berdasarkan hasil survei yang didapat dari lapangan dihasilkan tebal bagian pangkal bambu andong rata-ratanya ialah 1,45 cm dengan kisaran 0,77-1,76cm. Tebal bagian pangkal bambu hitam rata-rata yaitu 1,06cm dengan kisaran 0,49- 1,51cm. Sedangkan tebal bagian pangkal bambu tali rata-ratanya adalah 1,12 cm dengan kisaran 0,44-2,06 cm.

Berdasarkan hasil survei yang didapat dari lapangan dihasilkan tebal bagian ujung bambu andong rata-ratanya ialah 0,96 cm dengan kisaran 0,40-1,56 cm. tebal bagian ujung bambu hitam rata-rata yaitu 0,61cm dengan kisaran 0,21-1,00 cm. Sedangkan tebal bagian ujung bambu tali rata-ratanya adalah 0,77 cm dengan kisaran0,17-1,46cm.

Berdasarkan hasil survey bamboo andong memiliki perbedaan tebal pada bagian pangkal dan pada bagian ujung yang peling kecil yang menunjukkan pada bambu andong dapat menahan beban merata pada semua posisi, sedangkan pada bambu tali memiliki tebal yang tidak merata sehingga beban yang dapat diterima tidak merata. Tebal bambu yang semakin kecil mengakibatkan diameter bambu pada bagaian dalam semakin besar, sedangkan semakin tebal maka diameter bambu bagian dalam semakin kecil. Tebal bambu bagian ujung yang lebih kecil dari tebal bambu bagian pangkal, serta diameter dalam bagian ujung yang besar dibandingkan bagian pangkal mengakibatkan taper dari bamboo pada bagian dalam menjadi negatif.

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

Diam

(20)

Gambar 7 Tebal bambu

Panjang Bambu

Panjang bambu merupakan jarak antara pangkal bambu dengan bagian ujung bambu. Berdasarkan Gambar 8 panjang bambu andong rata-ratanya ialah 736,09cm dengan kisaran 529,60-819,50cm, panjang bambu hitam rata-rata yaitu 680,36cm dengan kisaran 554,90-712,50 cm, Sedangkan panjang bambu tali rata-ratanya adalah 615,26 cm dengan kisaran388,00-806,60 cm. Dari survei lapangan ditemukan ada penjual bambu tali yang menjual dengan panjang 4 meter dan 7 meter di laladon sedangkan di tempat lain dijual dengan panjang 7 meter, untuk bambu hitam dan bambu andong dijual dengan panjang 7 meter.

Berdasarkan Gambar 8 jarak antar buku bambu andong rata-ratanya ialah 45,52cm dengan kisaran 38,18-55,87cm, jarak antar buku bambu hitam rata-rata yaitu 45,71 cm dengan kisaran 37,35-57,36cm, sedangkan jarak antar buku bambu tali rata-ratanya adalah 48,52cm dengan kisaran38,27-63,79 cm.

Jarak antar buku bambu mempengaruhi kekuatan kayu, semakin panjang antar buku maka defleksi yang terjadi semakin tinggi, sehingga MOE dari bambu semakin kecil. Sedangkan semakin pendek jarak antar buku maka defleksi yang terjadi semakin kecil, sehingga MOE dari bambu semakin besar. Dari hasil survei di dapat bambu andong memiliki jarak antar buku yang paling kecil, sedangkan bambu tali memiliki jarak antar buku paling panjang.

1.06 1.12

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(21)

Gambar 8 Panjang bambu dan jarak antar buku

Taper Dalam dan Taper Luar

Clutter et al, (1983) memberikan definisi tentang taper, yaitu pengurangan atau semakin mengecilnya diameter batang atau seksi batang pohon dari pangkal hingga ujung. Makin mengecilnya batang dari pangkal hingga ujung tersebut sebagai akibat dariresultante dimensi pohon yang disebabkan oleh pertumbuhan diameter dan tinggi pohon (Husch et al., 2002).

Dari hasil perhitungan perbandingan selisih diamater pangkal dan ujung dengan panjang bambu di peroleh data taper luar bambu andong dengan rata-rata 0,0039 dengan kisaran 0,0025-0,0067, taper luar bambu hitam dengan rata-rata 0,0026 dengan kisaran 0,0001-0,0068dan taper luar bambu tali dengan rata-rata 0,0022 dengan kisaran 0,0002-0,0055.Sedangkan taper dalam bambu andong dengan rata-rata 0,0024 dengan kisaran -0,0003-0,0060, taper dalam bambu hitam dengan rata-rata 0,0026 dengan kisaran 0,0001-0,0043, dan taper dalam bambu tali dengan rata-rata 0,0011, dengan kisaran -0,0036-0,0045.

Taper bambu dengan kisaran angka negatif, terjadi karena berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dijumpai adanya bambu yang memiliki diameter pada bagian ujung lebih besar dibandingkan diameter pada bagian pangkal. Sedangkan nilai taper positif bila bambu yang memiliki diameter pada bagian pangkal lebih besar dibandingkan diameter pada bagian ujung. Semakin besar selisih diameter bagian pangkal bambu dengan diameter bagian ujung bambu maka taper bambu akan semakin besar dan menunjukkan bambu semakin meruncing, sebaliknya semakin kecil selisih diameter bagian pangkal bambu dengan diameter bagian ujung bambu atau hampir mendekati nol maka taper bambu akan semakin kecil dan menunjukan bentuk bambu mendekati lurus sempurna.

Dari hasil survei menunjukkan bambu tali yang tersedia di pasaran Kabupaten Bogor memiliki bentuk bambu mendekati lurus atau luas permukaan bambu

736.09

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(22)

mendekati sama untuk setiap bagian bambu kerena memiliki taper dalam dan taper luar paling kecil, sedangkan bambu andong memiliki bentuk bambu yang meruncing dimana diameter bambu bagian pangkal lebih besar dibandingkan diameter bambu bagian ujung karena memiliki taper dalam dan taper luar paling besar.Bentuk bambu tali yang memiliki taper paling kecil menunjukkan kekuatan beban yang dapat ditahan oleh bambu tali merata dari pangkal hingga ujung, sedangkan kekuatan beban yang dapat ditahan bambu andong tidak merata.

Gambar 9 Taper dalam dan taper luar bambu

Korelasi Diameter Luar dengan Taper Luar

Dengan melihat Gambar 10 diperoleh hubungan antara taper luar dan diameter rata-rata pada bambu andong memiliki hubungan erat karena R2 = 0,5748.

Hubungan antara taper luar dan diameter rata-rata pada bambu hitam tidak memiliki hubungan erat karena R2= 0,4851. Hubungan antara taper luar dan diameter rata-rata pada bambu tali tidak memiliki hubungan erat karena R2= 0,0416. Dari hasil

yang diperoleh ternyata taper luar dan diameter rata-rata bambu andong memiliki hubungan erat, sedangkan bambu tali dan bambu hitam tidak memiliki hubungan erat.Besarnya taper luar bambu andong dapat dijelaskan oleh diameter rata-rata melalui hubungan linier 57% sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain seperti: panjang, jenis bambu, umur bambu dan lain-lain, sedangkan taper luar bambu hitam dan bambu tali tidak dapat dipengaruhi oleh diameter luar rata-rata bambu hitam dan bambu tali.

0.0024

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

T

aper

Jenis Bambu

(23)

Gambar 10 Korelasi antara diameter bambu luar rata-rata dengan taper luar

Korelasi Diameter dengan Tebal Bambu

Dari gambar hubungan antara tebal bagian pangkal dengan diameter bagian pangkal bambu andong tidak memiliki memiliki hubungan erat karena R2 = 0,2434.

Hubungan antara tebal pada bagian pangkal dengan diameter pada bagian pangkal pada bambu hitam memiliki hubungan erat karena R2 = 0,8275. Bagian pangkal

dengan diameter bagian pangkal bambu tali tidak memiliki hubungan erat karena R2 = 0,361.

Besarnya tebal bambu hitam bagian pangkal dapat dijelaskan oleh diameter luar bagian pangkal melalui hubungan linier 83% sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain. Tebal bagian pangkal bambu andong dan bambu tali tidak dapat dipengaruhi oleh diameter luar bagian pangkal melalui hubungan linier sederhana.

Korelasi antara tebal pada bagian pangkal dengan diameter pada bagian pangkal bambu andong, hitam dan tali adalah positif. Mengakibatkansemakin besar diameter bambu akan menyebabkan semakin besar pula tebal bambunya.

Ya= -0,0012x + 0,0141

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(24)

Gambar 11 Korelasi antara diameter pangkal dengan tebal bambu pangkal

Dari gambar hubungan antara tebal pada bagian ujung dengan diameter pada bagian ujung (Gambar 12) diperoleh data hubungan antara tebal pada bagian ujung dengan diameter pada bagian ujung pada bambu tali tidak memiliki hubungan erat karena R2 = 0,16. Tebal pada bagian ujung dengan diameter bagian ujung bambu

andong memiliki hubungan erat karena R2 = 0,67. Hubungan antara tebal pada

bagian ujung dengan diameter pada bagian ujung pada bambu hitam tidak memiliki hubungan karena R2 = 0,03.

Besarnya tebal bambu andong bagian ujung dapat dijelaskan oleh diameter luar bagian ujung melalui hubungan linier 67% sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain. Tebal bagian ujung bambu hitam dan bambu tali tidak dapat dipengaruhi oleh diameter luar bagian ujung melalui hubungan linier sederhana.

Pada jenis bambu andong dan bambu tali yang diamati korelasi antara tebal bagian ujung dengan diameter bagian ujung adalah bernilai positif, artinya meningkatnya diameter bambu bagian ujung maka tebal bambu bagian ujung akan semakin meningkat, sedangkan pada bambu hitam sebaliknya semakin besar diameter pada bagian ujung semakin kecil tebal bambu bagian ujung.

Ya= 0,1736x - 0,2658

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(25)

Gambar 12 Korelasi diameter pada bagian ujung bambu dengan tebal pada bagian ujung bambu

Dari gambar hubungan antara tebal rata-rata dengan diameter rata-rata (Gambar 13) diperoleh bahwa tebal rata-rata dengan diameter rata-rata pada bambu andong memiliki hubungan erat karena R2 = 0,671. Tebal rata-rata dengan diameter

rata-rata bambu hitam memiliki hubungan erat karena R2 = 0,343. Tebal rata-rata dengan diameter rata-rata bambu tali tidak memiliki hubungan erat karena R2 =

0,1598.

Besarnya tebal rata bambu andong dapat dijelaskan oleh diameter rata-rata melalui hubungan linier 67% sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh hal-hal lain. Besarnya tebal rata-rata bambu hitam dan bambu tali tidak dapat dijelaskan oleh diameter rata-rata melalui hubungan linier.

Ketiga jenis bambu yang diamati korelasi antara tebal rata-rata dengan diameter rata-rata bernilai positif, artinya meningkatnya diameter bambu bagian ujung maka tebal bambu bagian ujung akan semakin meningkat.

Ya= 0,2916x - 1,105

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(26)

Gambar 13 Korelasi antara diameter rata-rata bambu dengan tebal rata-rata bambu

Korelasi Taper Dalam dan Taper Luar

Dari gambar hubungan antara taper dalam dengan taper luar (Gambar 14) diperoleh data hubungan antara taper dalam dengan taper luar pada bambu andong memiliki hubungan erat karena R2 = 0,5535. Taper dalam dengan taper luar bambu

hitam tidak memiliki hubungan erat karena R2 = 0,1721. Taper luar dengan taper

dalam bambu tali tidak memiliki hubungan erat karena R2 = 0,2511.

Besarnya Taper luar bambu andong dapat dijelaskan oleh taper dalam melalui hubungan linier 55% sedangkan sisanya dapat dipengaruhi oleh hal-hal lain. Taper luar bambu hitam dan bambu tali tidak dapat dipengaruhi oleh taper dalam melalui hubungan linier.

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(27)

Gambar 14 Korelasi antara taper dalam bambu dengan taper luar bambu.

SIMPULAN

Dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan survei dilapangan bambu yang sering di jual ialah bambu tali, sedangkan bambu andong dan bambu hitam tersedia namun dalam jumlah terbatas. Beberapa jenis bambu (bambu betung, bambu mayan, bambu tutul) dapat diperoleh dengan dipesan.

2. Dimensi bambu yang terdapat di lapangan didominasi bambu tali dengan ukuran kecil (5-6 cm) dan sedang (7-9 cm) untuk memenuhi kebutuhan pasar Kabupaten Bogor.

3. Diameter bambu luar rata-rata dengan taper luar bambu andong memiliki korelasi erat, namun bambu lainnya tidak berkorelasi erat.

4. Korelasi yang erat terjadi antara diameter pangkal dengan tebal pangkal bambu hitam, diameter ujung dengan tebal ujung bambu andong, dimeter rata-rata dengan tebal rata-rata bambu andong.

5. Taper bambu yang dijual di Kabupaten Bogor memiliki taper dalam terkecil bambu tali sedangkan terbesar bambu andong dan taper luar terkecil bambu hitam sedangkan terbesar bambu hitam. Korelasi erat antara taper dalam dengan taper luar terjadi pada bambu andong.

Ya= 0,73x + 0,0022

-0.0060 -0.0040 -0.0020 0.0000 0.0020 0.0040 0.0060 0.0080

Tap

Bambu Andong Bambu Hitam Bambu Tali

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Clutter JL, Fortson JC, Pienaar LV, Brister GH,Bailey RL. 1983. Timber management: a quantitative approach. New York (US): John Willey and Sons.

Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1979. Principles ofsilviculture (2nd ed). New

York (US) : Mc Graw-Hill Book Company.

Dransfield S, Widjaja EA. (Editor). 1995. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No.7 : Bamboos. Leyden : Backhuys Publisher.

Frick H. 2004. Ilmu konstruksi bangunan bambu pengantar konstruksi bambu. Yogyakarta (ID). Kanisius.

Husch B, Beers TW, Ker-shaw JA. 2002. Forest mensuration (4th ed). The Ronald

Press Company. New York Laasasenaho, J. 1982. Taper Curve and Volume Function for Pine, Spruce, and Birch. Communicationes Instituti Forestalis Fenniae No. 108. Helsinki.

INBAR. 2005. Global forest resources assessment. Update 2005. Indonesia country reporton bamboo resources. Forest Resources Assessment Working Paper (Bamboo) Food and Agriculture Organization of The United Nations, Forestry Department and International Networkfor Bamboo and Rattan (INBAR).

Kementerian Kehutanan. 2011. Statistik kehutanan indonesia 2010. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan.

Kementerian Perdagangan. 2012. Indonesia remarkable bamboo. Jakarta (ID): Kementerian Perdagangan. Balumbang Jaya (Kecamatan Bogor Barat) dan Desa Rumpin (Kecamatan Rumpin), Kabupaten Bogor, Jawa barat [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Oliver CD, Larson BC. 1996. Forest stand dynamics. New York (US) :John Wiley & Sons.

Ulfah D. 2006. Analisis sifat anatomi bambu apus (Gigantochloa apus Kurz) Dari Dusun Cangkringan Kabuaten Sleman di dalam : Pengembangan teknologi pemanfaatan hasil hutan berbasis masyarakat. Prosiding

seminar nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) IX;

Banjarbaru, 11- 13 Agustus 2006. Banjarbaru (ID): Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (Mapeki) Hlm 19 – 25.

(29)
(30)

24 1. Korelasi diameter luar dengan taper luar bambu andong

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,758128404

R Square 0,574758677

Adjusted R

Square 0,559571487

Standard Error 0,000877854

Observations 30

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 2,91644E-05 2,91644E-05 37,84496496 1,21754E-06

Residual 28 2,15776E-05 7,70627E-07

Total 29 5,07419E-05

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(31)

25 2. Korelasi diameter luar dengan taper luar bambu hitam

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,696524713

R Square 0,485146675

Adjusted R

Square 0,456543713

Standard Error 0,001185423

Observations 20

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 2,38346E-05 2,38346E-05 16,96141355 0,000645227

Residual 18 2,52941E-05 1,40523E-06

Total 19 4,91287E-05

Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(32)

26 SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,203890486

R Square 0,04157133

Adjusted R

Square 0,034083606

Standard Error 0,001124632

Observations 130

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 7,02206E-06 7,02206E-06 5,551931475 0,01997836

Residual 128 0,000161894 1,2648E-06

Total 129 0,000168916

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(33)

27 1. Korelasi diameter pada bagian pangkal dengan tebal pada bagian pangkal bambu andong

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,493347864

R Square 0,243392115

Adjusted R

Square 0,216370404

Standard Error 0,218905996

Observations 30

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 0,43162738 0,43162738 9,007280174 0,005600564

Residual 28 1,341755381 0,047919835

Total 29 1,77338276

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(34)

28 SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,909686393

R Square 0,827529333

Adjusted R

Square 0,81794763

Standard Error 0,143239228

Observations 20

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 1,772003609 1,772003609 86,36557337 2,72518E-08

Residual 18 0,369314574 0,020517476

Total 19 2,141318184

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(35)

29 SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,600865876

R Square 0,361039801

Adjusted R

Square 0,356047925

Standard Error 0,284872997

Observations 130

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 5,869401449 5,869401449 72,3254667 4,10494E-14

Residual 128 10,38753595 0,081152625

Total 129 16,2569374

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(36)

30 1. Korelasi diameter pada bagian ujung dengan tebal pada bagian ujung bambu andong

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,819171448

R Square 0,671041862

Adjusted R

Square 0,659293357

Standard Error 0,216835408

Observations 30

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1 2,685513943 2,685513943 57,11721325 3,12056E-08

Residual 28 1,316492632 0,047017594

Total 29 4,002006575

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(37)

31 SUMMARY

OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,185209279

R Square 0,034302477

Adjusted R

Square -0,019347385

Standard Error 0,222973827

Observations 20

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1 0,031788105 0,031788105 0,639376792 0,434362532

Residual 18 0,894911895 0,049717327

Total 19 0,9267

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(38)

32 SUMMARY

OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,399796686

R Square 0,15983739

Adjusted R

Square 0,15327362

Standard Error 0,27681812

Observations 130

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1 1,866010265 1,866010265 24,3514597 2,44804E-06

Residual 128 9,808418747 0,076628271

Total 129 11,67442901

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(39)

33 1. Korelasi diameter pada bagian ujung dengan tebal pada bagian ujung bambu andong

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,822345764

R Square 0,676252555

Adjusted R

Square 0,664690146

Standard Error 0,157841573

Observations 30

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 1,457147113 1,457147113 58,48716903 2,48673E-08

Residual 28 0,697590939 0,024913962

Total 29 2,154738053

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(40)

34 SUMMARY

OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,621517823

R Square 0,386284405

Adjusted R

Square 0,352189094

Standard Error 0,126616206

Observations 20

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 0,181631476 0,181631476 11,32954635 0,003441437

Residual 18 0,288569945 0,016031664

Total 19 0,470201421

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(41)

35 SUMMARY

OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,561309272

R Square 0,315068099

Adjusted R

Square 0,309717068

Standard Error 0,224407069

Observations 130

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 2,965104986 2,965104986 58,87989236 3,7388E-12

Residual 128 6,445892188 0,050358533

Total 129 9,410997174

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(42)

36 1. Korelasi taper dalam dengan taper luar bambu andong

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,743963521

R Square 0,553481721

Adjusted R Square 0,53753464 Standard Error 0,000899547

Observations 30

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 2,80847E-05 2,80847E-05 34,70739928 2,45277E-06

Residual 28 2,26572E-05 8,09186E-07

Total 29 5,07419E-05

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(43)

37 SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,414901064

R Square 0,172142893

Adjusted R Square 0,126150832 Standard Error 0,001503174

Observations 20

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 1 8,45716E-06 8,45716E-06 3,742882742 0,0689082

Residual 18 4,06716E-05 2,25953E-06

Total 19 4,91287E-05

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(44)

38 SUMMARY

OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,501107155

R Square 0,25110838

Adjusted R Square 0,245257665 Standard Error 0,000994122

Observations 130

ANOVA

df SS MS F

Significance F

Regression 1 4,24162E-05 4,24162E-05 42,91925809 1,26158E-09

Residual 128 0,0001265 9,88279E-07

Total 129 0,000168916

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%

(45)

39

a b c

d e

(46)
(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bahrul Ilmy yang dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Juli 1987. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan

Mu’min dan Nadiroh. Penulis menempuh pendidikannya di MII Kalimukti,

Kabupaten Cirebon tahun 1994-2000, SLTPN 1 Losari, Kabupaten Cirebon tahun 2000-2001, SLTPN 1 Cirebon Barat, Kabupaten Cirebon 2001-2003, dan SMAN 5 Cirebon, Kota Cirebon tahun 2003-2006.

Penulis berkesempatan melanjutkan studi menjadi mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa TPB IPB pada tahun 2006, selanjutnya pada tahun 2007 diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Baturaden-Cilacap tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat tahun 2009, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Jati Indah Permai, Cirebon tahun 2012. Penulis juga mengikuti beberapa organisasi diantaranya Ketua Umum MT Al-Asyjaar Fakultas Kehutanan tahun 2007-2008, Panitia Pemilihan Raya Keluarga Mahasiswa (PPR KM-IPB) tahun 2007. Disamping itu, penulis juga pernah terlibat kepanitiaan di beberapa kegiatan baik itu skala fakultas, kampus IPB, maupun nasional.

Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Dimensi dan Taper Bambu di

Gambar

Gambar 1 Bambu tali
Gambar 4 Bambu andong
Gambar 6 Diameter bambu
Gambar 7 Tebal bambu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pandangan baru kepada pembaca mengenai interpretasi khalayak terhadap realitas yang dikonstruksi oleh

Target IHSG kami tetap di level 5,375 yang merefleksikan upside sebesar 12.8% , dengan valuasi PBV 2014 sebesar 3x (mencerminkan standar deviasi +1 dari rata-rata 5 tahun).

Sektor-sektor yang diuntungkan dari kenaikan harga antara lain infrastruktur, konstruksi, dan kesehatan. Sektor Dampak dari Kenaikan

(2) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode pendekatan biaya perjalanan (Travel cost), nilai ekonomi objek wisata Pantai Tongaci dengan pendekatan biaya perjalanan

LINGKUNGAN PERLU INDI?IDU @G MENGAASI/TIM RISK MANJ/K:* RS BUAT PROGRAM PENGAASAN DATA ASIL PENGAASAN  i'si($' -$c$+a-aa' PROGRAM PENGAASAN a... PROGRAM MANAJEMEN

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari  kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya oleh Abdul Rokhman mahasiswa S2 jurusan keperawatan

mukaiset ja muut toimitukseen kuuluvat tehtävät tehdään sopimuksen mukaisesti, huolellisesti sekä tehtävien edellyttämällä ammattitaidolla.’’ IT 2018 EKT ehto