• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN STRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN

COLEOPTERA PADA SISTEM AGROFORESTRI KAKAO:

PENGARUH UMUR DAN TATAGUNA LAHAN DI DAERAH

LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

RADO PUJI SANTOSO

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

RADO PUJI SANTOSO. Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh DAMAYANTI BUCHORI.

Konversi hutan menjadi area pertanian biasanya berhubungan dengan hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem terkait. Namun, beberapa sistem pertanian seperti agroforestri dapat melestarikan keanekaragaman hayati dengan mendukung habitat yang sesuai menyerupai kondisi alam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur komunitas Coleoptera dalam sistem agroforestri kakao dengan menekankan pada pengaruh umur dan kondisi habitat sekitar perkebunan kakao. Penelitian dilakukan di perkebunan kakao di Sulawesi Tengah dengan berbagai jenis naungan yaitu sisa pohon hutan (plot B), pohon yang ditanam dengan spesies yang beragam (plot C) dan pohon yang ditanam dengan hanya 1 atau 2 spesies (plot D). Penelitian ini memantau perubahan keanekaragaman Coleoptera yang telah dilakukan pada tahun 2003 dan pada tahun 2009 dengan metode yang sama dalam plot yang sama serta waktu pengambilan contoh yang sama. Dalam setiap jenis agroforestry, diambil empat pohon sampel dan semua Coleoptera dikoleksi dengan menggunakan metode fogging. Hasil penelitan menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies Coleoptera dari tiga jenis agroforestri mengalami penurunan komposisi dan struktur pada rentang waktu enam tahun. Pada tahun 2003 ditemukan 172 spesies sedangkan di tahun 2009 menurun menjadi 111 spesies. Walaupun demikian, berdasarkan analisis ragam tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, hasil analisis kemiripan dengan menggunakan indeks Sorenson menunjukkan bahwa komposisi Coleoptera berubah antara tahun 2003 dan 2009. Perubahan umur pohon kakao berpengaruh terhadap perubahan komposisi jenis coleoptera. Selain itu, kondisi habitat dengan hutan alam dapat mendukung keanekaragaman Coleoptera di perkebunan kakao.

(3)

ABSTRACT

RADO PUJI SANTOSO. The Change of Structure and Diversity of Coleoptera in Cacao Agroforestry System: Effect of Age and Land-use Change in Lore Lindu National Park, Central Sulawesi.Supervised by DAMAYANTI BUCHORI.

The conversion of forest to agricultural areas is usually associated with loss in biodiversity and its associated ecosystem services. However, some agricultural system such as agroforestry can conserve biodiversity through supporting suitable habitat which are similar to natural condition. The aim of this research is to study community structure of Coleoptera in cacao agroforestry system with emphasize on the effect of age and habitat condition surrounding cacao plantation. Ecological research was conducted in cacao plantation in Central Sulawesi with different type of shade trees i.e remaining forest trees (plot B), planted trees with diverse species (plot C) and planted trees with only 1 or 2 species (plot D). This research monitors the changes of biodiversity that had been conducted in 2003 and resampled in 2009 with the same method in the same plots as well as the same sampling time. In each agroforestry types, four trees were sampled and all the Coleoptera were collected using fogging method. The result of the research showed that the species richness of Coleoptera from three types of agroforestry decreased in composition and structure among the two time period. In 2003, there were 172 species compared to 111 species in 2009. However, there are not significant different between 2003 and 2009 species composition based on analysis of variance using Shannon index. In contrast, similarity analysis using Sorenson index showed that the species composition changed between 2003 and 2009. Age of cacao trees have important role on changing Coleoptera species composition. In addition, habitat condition with natural forest may support Coleoptera diversity in cacao plantation.

(4)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(5)

PERUBAHAN STRUKTUR DAN KEANEKARAGAMAN

COLEOPTERA PADA SISTEM AGROFORESTRI KAKAO:

PENGARUH UMUR DAN TATAGUNA LAHAN DI DAERAH

LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

RADO PUJI SANTOSO

A34080066

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah

Nama Mahasiswa : Rado Puji Santoso

NIM : A34080066

Disetujui Oleh

Dr. Ir. Damayanti Buchori M.Sc Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih M.Si Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(7)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Perubahan Struktur dan Keanekaragaman Coleoptera pada

Sistem Agroforestri Kakao: Pengaruh Umur dan Tataguna Lahan di Daerah Lore Lindu, Sulawesi Tengah”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan rasa hormat kepada Dr. Ir. Damayanti Buchori, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan, arahan, saran, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi; Dr. Ir. Giyanto, MSi. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi; Dr. Akhmad Rizali, SP, MSi yang telah memberikan banyak bantuan, arahan, dan saran selama penelitian; Adha Sari, SP. yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.

Terima kasih kepada Mbak Nita SP., Mbak Putri SP. yang telah banyak membantu selama penelitian; Teman-teman dan senior di Laboratorium Entomologi LIPI (Riska Dwi Oktaviani SP., Wahyu, Ana, Bapak Harry Sutrisno, Ibu Wara, Mas Anto, dan Bapak Uyung); Pak Darsono, M. Yasin Farid, M.N Huda sebagai sahabat dan teman seperjuangan penelitian di Laboratorium Pengendalian Hayati yang telah banyak membantu dan memberikan semangat, bantuan serta saran selama penelitian;

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan Garahan SA, Aris P, Niko PS, Arif M, Zakarias WP, Busyairi, Syaiful K, Prio S, Meirza RS yang telah banyak membantu dan memberikan semangat, serta saran selama penelitian maupun penulisan skripsi; Dan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, khususnya angkatan 45 atas kebersamaan kesetiaan, kebersamaan yang hangat, dan semangat yang selalu membara.

Penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Bapak Pujiyono dan Ibu Binti, serta Agung PW (adik) dan Fatimah PI (adik) yang selalu memberi doa, cinta kasih, motivasi, dan inspirasi yang luar biasa. Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu perlindungan tanaman.

Bogor, Maret 2013

(8)

DAFTAR TABEL viii

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Pengumpulan dan Pengecekan Spesimen 4

Identifikasi 4

Bahan dan Alat 4

Penggabungan Spesimen Kumbang 4

Identifikasi Sampel Kumbang 4

Gambaran Umum Penelitian M.Bos dan A. rizali 4

Plot Penelitian 4

Perubahan Kondisi Lingkungan dan Cara Budidaya 5

Pengambilan Contoh Coleoptera 6

Metode 6

Identifikasi Coleoptera 6

Pemasukan dan Komplikasi Data 7

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe

Agroforestri 9

Pengaruh Tipe Agroforestri Terhadap Keanekaragaman Coleoptera 13 Perubahan Komposisi dan Struktur Coleoptera Berdasarkan Peranannya 14 Perubahan Komposisi spesies Coleoptera pada Agroforestri Kakao 16

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(9)

DAFTAR TABEL

1 Parameter Perubahan Lingkungan di Tahun 2003 dan Tahun 2009 6 2 Jenis dan Kelimpahan Coleoptera pada Seluruh Tipe Habitat Agrofoestri

Kakao di Desa Toro, Kulawi,Donggala,Sulawesi Tengah 9

3 Uji Statistik Kelimpahan Jumlah Spesies dan Individu di Agroforestri 11 4 Indeks Keaekaragaman dan Dominansi Coleoptera di Setiap Tipe

Agroforestri 12

5 Uji Statistik Nilai Indeks Shannon dan Indeks Simpson di Setiap Plot

pada Tahun Berbeda 13

6 Jumlah Spesies Coleoptera di Berbagai tipe Agroforestri Berdasarkan

Perananya 15

7 Indeks Kesamaan Sorenson di Tipe Agroforestri (%) 17

DAFTAR GAMBAR

1 Titik Pengambilan Sampel Pohon di Tiap Agroforestri 5

2 Spesies Coleoptera yang Mendominasi di Setiap Tipe Agroforestri,

Monolepta (cf.) sp.15a (A), Epitrix sp.70 (B) 11

3 Jumlah Spesies Coleoptera di Masing–masing Tipe Agroforestri 14 4 Jumlah Spesies Coleoptera Berdasarkan Peranannya Tahun 2003 (A),

Tahun 2009 (B) 15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jenis dan Kelimpahan Spesies pada Seluruh Tipe Habitat Agrofoestri

Kakao di Desa Toro, Kulawi,Donggala,Sulawesi Tengah 22

2. Jumlah spesies (S), individu (N), indeks keanekaragaman dan

dominansi Coleoptera di setiap pohon pada semua tipe agroforestri 29 3. Jumlah spesies Coleoptera per pohon berdasarkan perananya di tiga

tipe agroforestri kakao 30

4. Jenis dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe Agroforestri

Berdasarkan Pohon di Tahun 2003 31

5. Jenis dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe Agroforestri

Berdasarkan Pohon di Tahun 2009 33

6. Indeks Kesamaan Sorenson di Berbagai Pohon Agroforestri (%) 35

7. Kunci Identifikasi Coleoptera 36

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat tinggi, dan tercatat menduduki peringkat kedua setelah Brazil sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia (Adisoemarto dan Rifai 1994). Berdasarkan proporsi kekayaan jenis tumbuhan, hewan dan mikroba yang ada didunia, Indonesia memiliki 10% jenis tumbuhan berbunga, 12% hewan sepanjang tahun. Secara geografis, wilayah Indonesia banyak dipengaruhi oleh dua pusat distribusi biota yaitu benua Asia (Jawa, Sumatera, Kalimantan) dan benua Australia (Papua), sedangkan Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah peralihan dan pertemuan antara dua biota tersebut, dikenal dengan sebutan Wallacea (Primack et al. 1998). Disamping itu, dengan wilayah berupa kepulauan ditambah dengan keberadaan deretan gunung berapi yang banyak (pengaruh vulkanik) menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman biota unik yang tinggi (Primack et al. 1998).

Diantara keanekaragaman biota yang terdapat di Indonesia, serangga merupakan kelompok biota yang paling tinggi keanekaragamannya 2,5 juta jenis dimana diprediksi jumlah tersebut baru sekitar 10% dari keseluruhan jenis serangga yang ada di Indonesia (Hamonangan 2008). Serangga dapat ditemukan pada berbagai ekosistem mulai dari ekosistem persawahan, perkebunan hingga hutan. Kemampuan beradaptasi serangga yang tinggi dibandingkan dengan fauna lain menyebabkan serangga mampu bertahan hidup dan berkembang biak di ekosistem yang tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya. Di setiap ekosistem tersebut, serangga memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem terutama pada rantai makanan ekosistem yaitu sebagai polinator, dekomposer, musuh alami (predator dan parasitoid) (Strong et. al. 1984).

Konversi habitat dan alih fungsi lahan yang banyak terjadi di Indonesia, disinyalir menyebabkan berkurangnya keanekaragaman serangga. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian secara monokultur dapat menimbulkan banyak masalah seperti hilangnya musuh alami dan terjadinya dominasi serangga hama. Hal tersebut diduga berhubungan dengan berubahnya keseimbangan antara hama dan musuh alami (Krebs 1989).

(11)

2

Lindu (TNLL) menunjukkan bahwa sistem agroforestri kakao dapat mendukung keberadaan sekitar 50% spesies kupu-kupu (Schulze et al. 2004) dan 75 % spesies Coleoptera koprofagus (Shahabuddin et al. 2005), dari keseluruhan spesies yang ditemukan di hutan alami.

Perubahan pemahaman petani melalui intensifikasi agroforestri membawa dampak negatif terhadap keanekaragaman serangga di agroforestri. Pengurangan jumlah naungan dan aplikasi pestisida misalnya, berpengaruh negatif terhadap keberadaan musuh alami pada agroforestri kakao (Wanger et al. 2010). Selain itu, dalam jangka panjang agroforestri ternyata memiliki pengaruh terhadap komposisi spesies serangga. Hasil penelitian Rizali et al. (2012) pada agroforestri kakao di sekitar TNLL menunjukkan bahwa kekayaan spesies semut dapat meningkat dan menurun secara signifikan dengan bertambahnya waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jangka panjang terhadap keanekaragaman Coleoptera. Diantara kelompok serangga, Coleoptera menempati posisi pertama untuk kelompok terbesar, karena menyusun sekitar 40% dari keseluruhan jenis serangga dan sudah lebih dari 350.000 jenis yang diketahui spesiesnya (Borror et al. 1989). Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 10% jenis Coleoptera dari seluruh spesies yang ada didunia (Noerdjito 2003). Selain itu Coleoptera sangat mudah ditemui diberbagai habitat dikawasan Indonesia, baik Coleoptera yang merugikan (hama) maupun Coleoptera yang bersifat menguntungkan (predator). Coleoptera memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan lingkungan sehingga dapat hidup dan berkembang biak pada berbagai habitat seperti di dalam kayu, kulit kayu, ranting, daun, buah atau benda lain, dan ada beberapa dari spesies Coleoptera yang hidup di bebatuan, kotoran hewan, kayu yang telah lapuk, bahkan dipermukaan tanah ataupun dalam tanah, sertahidup di air (sungai, kolam, dll) sebagai habitatnya untuk melakukan keberlangsungan hidup.

Lokasi penelitian terletak di Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki luasan hutan hujan tropis yang cukup besar dan diperkirakan mempunyai keanekaragaman Coleoptera yang mencapai 6000 spesies yaitu setelah Hammond berhasil mengoleksi 4500 jenis Coleoptera dari hutan dataran rendah di Sulawesi Utara (Watt et al. 1997). Tetapi dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus meningkat, perubahan fungsi hutan sebagai ekosistem biota terutama komunitas Coleoptera menjadi pemukiman, pertanian, maupun perkebunan dimungkinkan akan mempengaruhi keanekaragaman hayati terutama perubahan struktur komunitas Coleoptera itu sendiri. Dikhawatirkan komunitas Coleoptera akan mengalami penyusutan karena hilangnya habitat akibat fragmentasi yang berlebih ataupun konversi lahan hutan menjadi perkebunan kakao. Sebab Coleoptera memegang peran penting dalam menjaga kelangsungan ekosistem dan lingkungan hidup karena peranannya dalam rantai makanan, misalnya sebagai penyerbuk, pengurai, bahkan predasi.

Tujuan

(12)

melakukan penelitian mengenai Coleoptera di perkebunan kakao di Sulawesi Tengah (Bos 2006). Sedangkan pada tahun 2009, Akhmad Rizali juga melakukan penelitian dengan metode yang sama, tapi tidak difokuskan untuk mempelajari Coleoptera (Rizali 2011). Oleh karena itu, melalui penelitian ini, spesimen Coleoptera yang diperoleh antara tahun 2003 dan 2009 dilakukan penggabungan untuk dapat dilakukan analisis perubahan keanekaragaman Coleoptera antara 2003 dan 2009.

Manfaat Penelitian

(13)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Pengumpulan dan pengecekan spesimen

Spesimen Coleoptera yang digunakan dalam penelitian ini, adalah spesimen Coleoptera hasil dari penelitian Merijn Bos pada tahun 2003 (Bos 2006) dan Akhmad Rizali pada tahun 2009 (Rizali 2011). Merijn Bos dan Akhmad Rizali, melakukan penelitian keanekaragaman serangga pada perkebunan kakao di Desa Toro, Kecamatan Kulawi, Sulawesi Tengah dengan menggunakan metode yang sama dan pada plot penelitian yang sama.

Identifikasi

Identifikasi dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Museum Zoologi LIPI, Cibinong, Kabupaten Bogor pada tanggal 2 Februari 2012 sampai 12 juli 2012.

Bahan dan Alat Penggabungan spesimen Coleoptera

Bahan yang digunakan yaitu kertas label, buku, sterofom, dan kotak serangga. Sedangkan alat yang digunakan yaitu mikroskop stereo, lampu, jarum, pensil, dan kamera.

Identifikasi sampel Coleoptera

Bahan yang akan digunakan untuk mengidentifikasi antara lain spesimen Coleoptera hasil pengambilan contoh pada tahun 2003 dan tahun 2009 di perkebunan kakao di Desa Toro, Sulawesi Tengah, jurnal identifikasi berdasarkan identifikasi tahun 2003 disitus www.beetle-diversity.com (dibuat oleh Merijn M. Bos), buku identifikasi Australian Beetles (John F. Lawrence & E. B Britton), dan kotak serangga, Sedangkan alat yang digunakan yaitu mikroskop stereo, lampu, laptop, kamera, dan bolpoin.

Gambaran Umum Penelitian M. Bos dan A. Rizali Plot penelitian

Plot penelitian yang digunakan M. Bos dan A. Rizali merupakan agroforestri kakao yang berlokasi di Desa Toro, Kecamatan Kulawi, di perbatasan barat TNLL (Gambar 1). Plot penelitian terdiri atas tiga jenis agroforestri yang mewakili gradient keanekaragaman pohon naungan yaitu:

a. Plot B: Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan yang sebelumnya terganggu, dan ketika mulai menipis maka di bawah ditanami pohon kakao.

(14)

buah-buahan dan kayu. Diantara pohon-pohon ini beberapa adalah pohon lokal (termasuk beberapa endemik spesies).

c. Plot D: Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan dan tidak ada spesies yang endemik.

Gambar 1 Titik pengambilan sampel pohon di tiap agroforestri

Jarak minimum antar plot adalah 300 m, sedangkan jarak maksimum sekitar 5 km. Sedangkan jarak minimum antara pohon untuk pengambilan contoh, yaitu 10 m - 15 m. Ketinggian lokasi (altitude) seluruh plot yang dipilih berkisar antara 850 m dan 1.100 m di atas permukaan laut.

Perubahan kondisi lingkungan dan cara budidaya

(15)

6

Tabel 1 Parameter perubahan lingkungan di lokasi agroforestri kakao pada tahun

2003 dan tahun 2009*

* Tabel dimodifikasi dari Rizali et al. (2012).

Pengambilan contoh Coleoptera

Coleoptera diambil dari tanaman kakao pada masing-masing plot (B, C, D). Pengambilan sampel Coleoptera dilakukan dengan teknik pengasapan (fogging) pada masing-masing pohon contoh di setiap plot (Bos 2006; Rizali 2011). Serangga yang mati ditampung pada plastik berukuran 2 m x 2 m yang diletakkan pada setiap pohon kakao yang akan di fogging. Alat yang digunakan untuk pengasapan yaitu SwingFog TF35, dan menggunakan insektisida piretroid 1% (Permetrin). Pengasapan dilakukan secara horisontal kearah kanopi untuk menghindari pengumpulan serangga dari lapisan kanopi yang lebih tinggi. Masing-masing pohon kakao dilakukan pengasapan selama 3-5 menit. Setelah setengah jam pengasapan, Serangga yang terkoleksi diawetkan dengan menggunakan alkohol 75% dan diberi label berdasarkan plot, pohon, dan kode tempat, untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk proses identifikasi.

Metodologi Identifikasi Coleoptera

Coleoptera yang telah didapatkan dari lapangan tahun 2003 dan 2009, masing-masing spesimen diidentifikasi di Laboratorium Pengendalian Hayati, Departemen Proteksi Tanaman dengan menggunakan bantuan mikroskop stereo.Identifikasi dilakukan dengan cara membandingkan spesimen Coleoptera antara tahun 2003 dan 2009. Beberapa kunci identifikasi yang digunakan untuk proses pembandingan dan identifikasi morfospesies adalah buku Coleoptera Australian Beetles (J.F Lawrence & E.B Britton 1994) dan website (http://www.beetle-diversity.com) yang merupakan kumpulan Coleoptera hasil penelitian Merijn Bos.

Untuk spesimen yang belum teridentifikasi selanjutnya akan diidentifikasi di Laboratorium Entomologi LIPI, pertama-tama spesimen Coleoptera diidentifikasi terlebih dahulu dengan menggunakan buku kunci identifikasi untuk mengetahui Famili dari Coleoptera tersebut dan selanjutnya spesimen diberi perlakuan suhu

(16)

minimal selama satu hari, dengan harapan tidak ada cendawan yang ikut pada spesimen, kemudian dilakukan pencocokan spesimen secara langsung dengan spesimen koleksi laboratorium LIPI untuk mengetahui genus maupun spesies dari Coleoptera.

Pemasukan dan kompilasi data

Coleoptera yang telah diidentifikasi selanjutnya di tabulasi menggunakan program Microsoft Excel. Data dilengkapi dengan nama Famili, Subfamili, spesies baru, ukuran tubuh, kode desa, tanggal pengambilan sampel Coleoptera, nama pengidentifikasi, yang diambil dari website: www.beetle-diversity.com. Untuk hasil identifikasi dengan alamat website lain, maupun pencocokan langsung di LIPI tidak tercantum kode spesies, maka dilakukan pemberian kode spesies yang berbeda dari hasil identifikasi sebelumnya, kecuali dalam spesies yang sama dilakukan pemberian kode yang sama.

Analisis data

Keanekaragaman dapat diukur dengan mencatat jumlah spesies, kelimpahan spesies, atau menggabungkan antara jumlah dan kelimpahan spesies. Indeks Shannon dan Indeks Simpson digunakan untuk mengukur keanekaragaman hitungan gabungan antara jumlah dan kelimpahan spesies. Kedua indeks ini sering digunakan untuk mengukur keanekaragaman spesies (Magguran 1998 ; Krebs 1989)

Perhitungan indeks keanekaragaman Coleoptera dari tiga macam naungan agroforestri kakao dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener (H’) (Magurran 1988). Penghitungan indeks ini menitik beratkan pada kekayaan spesies (richness).

�′= ∑ pi Ln Pi

�=

Keterangan: H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

Pi = (ni/N): Proporsi jumlah individu spesies Coleoptera ke-i (ni) terhadap total individu (N)

s = Jumlah taksa

Dimana kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan keanekaragaman Shannon-wiener yaitu: Semakin tinggi nilai H’ berarti keanekaragaman spesies semakin tinggi, berlaku sebaliknya jika nilai H’ mendekati 0 maka keanekaragaman rendah. Asumsi yang dipakai bahwa individu terambil secara acak dari populasi besar, dan semua spesies terwakili dalam contoh (Maguran 1998)

Indeks Keanekaragaman Simpson lebih menitik beratkan pada perhitungan kelimpahan spesies (abundance) yang dominan daipada kekayaan spesies (richness).

�′= � �� = ∑[��[�� − ] �[� − } ]

Keterangan: D = Indeks dominansi Simpson

(17)

8

ni = Jumlah individu spesies Coleoptera ke-i N = Jumlah total individu Coleoptera

Indeks keanekaragaman Simpson memberikan suatu kemungkinan terambilnya dua individu secara acak yang berbeda spesies.

Kesamaan jumlah spesies yang ditemukan pada tiga tipe agroforestri tersebut dilihat menggunakan indeks kesamaan Sorenson (Maguran 1998), yaitu dengan rumus:

Cs

=

+

%

Cs = Indeks Kesamaan Spesies Sorensen A = Jumlah spesies Coleoptera di habitat1 B = Jumlah spesies Coleoptera di habitat 2

C = Jumlah spesies Coleoptera yang sama di kedua habitat yang dibandingkan.

Data yang diperoleh disusun dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2010 sedangkan analisis statistik dan uji lanjut menggunakan program SAS 9.1.3. Analisis data dilakukan dengan perhitungan sidik ragam dan perbandingan nilai tengah antar pengamatan

(18)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Kelimpahan Coleoptera di Semua Tipe Agroforestri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman dan kelimpahan Coleoptera berbeda antara tahun 2003 dan 2009 (Tabel 2). Sebanyak 172 spesies ditemukan di tahun 2003, sedangkan pada tahun 2009 menurun menjadi 111 spesies. Secara keseluruhan (hasil penggabungan data tahun 2003 dan 2009), total spesies Coleoptera yang ditemukan pada semua tipe agroforestri adalah 255 spesies, dimana 11% merupakan spesies yang sama, 56% merupakan spesies yang hilang, dan 33% spesies yang baru ditemukan (Lampiran 1). Dalam kurun waktu enam tahun, terjadi penurunan sejumlah 61 spesies dan 14 Famili Coleoptera tidak ditemukan lagi pada tahun 2009. Walaupun demikian, 15 famili baru ditemukan pada tahun 2009.

Tabel 2 Jenis (S) dan kelimpahan (N) Coleoptera pada seluruh tipe habitat agrofoestri kakao di Desa Toro, Kulawi, Sulawesi Tengah

(19)

10

Berdasarkan analisis ragam, keanekaragaman Coleoptera antara tahun 2003 dan 2009 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata walaupun terjadi penurunan (Tabel 3). Perubahan komposisi spesies, baik spesies yang tetap, hilang dan baru, dapat disebabkan karena pada jangka waktu tahun 2003 sampai 2009, terjadi pengurangan tanaman naungan yang berlebihan sehingga mampu mengganggu habitat dan mengurangi kesediaan sumber makanan bagi sebagian spesies fitofag yang mendiami agroforestri tersebut serta pengaruh penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin meningkat ditahun 2009 yang mencapai 1.7±0.9 per tahun (Tabel 1). Menurut Klein (2002) kerusakan habitat akibat penebangan hutan dan fragmentasi habitat menyebabkan penurunan keanekaragaman spesies Coleoptera akibat terjadinya perubahan lingkungan seperti cuaca, suhu, dan kelembaban yang kurang bagi perkembangan Coleoptera.

(20)

Tabel 3 Uji statistik kelimpahan jumlah spesies dan jumlah individu di setiap tipe

a Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

ujiDuncan pada taraf 5%.

bB = Agroforestri kakao dengan beragampohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan

berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Dari hasil penelitian, tampak bahwa dominasi spesies tidak selalu konsisten sepanjang waktu (Lampiran 1). Hal ini terlihat dari keberadaan Monolepta (cf.) sp.15a yang mencapai 78 individu di tahun 2003, tetapi justru tidak ditemukan lagi di tahun 2009. Menurut Bos (2006), hal ini diduga terkait dengan menurunnya tanaman Erythrina sp. yang merupakan tanaman inang bagi Coleoptera tersebut akibat penggunaan insektisida, herbisida, maupun penebangan tanaman Erythrina sp. Dimana tipe agroforestri D memiliki banyak tanaman Erythrina sp. yang digunakan untuk tanaman naungan. Sehingga pada tahun 2009 spesies yang mendominasi digantikan oleh Epitrix sp.70. Spesies ini, pada saat larva umumnya menyerang akar umbi-umbian dan ada kemungkinan dapat menyerang akar kakao muda dan dewasanya memakan daun kakao atau gulma (Datura stramonium, Solanum nigrum) (PPSN 201).

Gambar 2 Spesies Coleoptera yang mendominasi di setiap tipe agroforestri kakao; (A) Monolepta(cf.) sp.15a, (B) Epitrix sp.70.

Hasil perhitungan berdasarkan nilai indeks Shannon tidak menunjukkan berbeda antar tahun (Tabel 4). Berdasarkan uji statistik indeks Shannon pada tahun 2003 dan 2009 di tiap tipe agroforestri tidak menunjukkan perbedaan yang

(21)

12

nyata (Tabel 5) yang artinya sama-sama memiliki nilai keanekaragaman spesies Coleoptera yang sama dan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi tetapi komposisi spesiesnya yang berbeda.

Tipe agroforestri yang memiliki keanekaragaman paling tinggi yaitu pada tipe agroforestri B (dengan tanaman hutan) baik ditahun 2003 maupun tahun 2009. Meskipun antara tahun 2003 dan 2009 di agroforestri B, C, dan D mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan. Hal ini dikarenakan jenis spesies Coleoptera yang ditemukan lebih beranekaragam artinya jumlah individu pada setiap spesies tidak ada yang melimpah.

Tabel 4 Indeks keanekaragaman dan dominansi Coleoptera pada tiap tipe agroforestri di tahun 2003 dan 2009

Keanekaragaman

a H’ = Indeks keanekaragaman Shannon b D = Indeks keanekaragaman Simpson c

B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Indeks Shannon tertinggi ditemukan pada pohon B3 tahun 2003 yang sebesar 4.863 dan pohon B4 di tahun 2009 sebesar 4.192, meskipun tahun 2009 mengalami penurunan tetapi tetap memiliki indeks keanekaragaman yang tinggi (Lampiran 2). Keanekaragaman tertinggi tersebut berada di tipe agroforestri B dengan tanaman hutan yang memiliki banyak naungan. Indeks Shannon terendah berada dipohon C4 sebesar 0.000 yang berarti tidak memiliki keanekaragaman spesies karena hanya ditemukan satu spesies Coleoptera yaitu Rhyparida sp.13. Bertambah dan berkurangnya jumlah keanekaragaman spesies Coleoptera seiring dengan penurunan penutupan tajuk dan keragaman vegetasi menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut lebih rentan terhadap kerusakan habitat akibat fragmentasi hutan yang dijadikan tanaman produksi. Menurut Sjuzecki (1987) iklim meso hutan berbeda nyata dengan iklim meso ditempat terbuka, dilihat dari kepadatan lapisan tumbuhan yang ada dan kondisi lingkungannya yang lebih alami, sehingga spesies yang menempati agroforestri naungan hutan lebih aman.

(22)

Tabel 5 Uji statistik nilai indeks Shannon (H’) dan indeks Simpson (D) disetiap tipe agroforestri kakaodi tahun 2003 dan tahun 2009

Indeksb Agroforestric Tahun

a Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji

Duncan pada taraf 5%.

b H’= Indeks keanekaragaman spesies Coleoptera, D’= Indeks dominansi spesies Coleoptera.

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri

dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Menurut Odum (1998) keanekaragaman dikatakan rendah jika hanya ada sedikit fauna yang dominan atau indeks dominansi yang tinggi dan sebaliknya. Dari hasil penelitian ini indeks Simpson yang diperoleh menunjukan nilai yang kecil (Tabel 4) sehingga keanekaragaman Coleoptera relatif tinggi di setiap tipe agroforestri. Dari uji analisis statistik tipe agroforestri D (pada Tabel 5) baik pada tahun 2003 dan 2009 memiliki indeks Simpson yang tertinggi tetapi tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkanadanya kecenderungan dominasi yang lebih tinggi oleh Famili Chrysomelidae, sehingga menurunkan tingkat keanekaragaman spesies. Tipe agroforestri B di tahun 2003 dan 2009 menunjukkan perbedaan yang nyata hal ini dapat disebabkan karena ditahun 2003 rata-rata setiap spesies memiliki kelimpahan yang rendah, sedangkan 2009 banyak spesies yang memiliki kelimpahan yang tinggi.

Pengaruh Tipe Agroforestri Kakao terhadap Keanekaragaman Coleoptera

Setiap tipe agroforestri B, C, dan D memiliki keanekaragaman spesies yang berbeda-beda, terlihat pada (Gambar 3). Jika dilihat dari kondisi agroforestri, maka pohon B3 memiliki jumlah spesies paling tinggi untuk tahun 2003. Jumlah spesies yang ditemukan adalah 38 spesies yang terdiri dari 28 fitofag, 5 saprofag, dan 5 predator yang menempati ekosistem (Lampiran 3).

Tipe habitat B adalah sistem agroforestri yang dipadukan dengan tanaman hutan yang memiliki banyak spesies tanaman naungan sehingga sistem agroforestri tersebut mampu mempertahankan biodiversitas dari spesies Coleoptera. Hal ini sesuai dengan pernyataan Barbero et al. (1999) dan Errouissi et al. (2004) dimana keberadaan berbagai jenis tanaman pelindung dapat menciptakan mikroklimat khususnya suhu dan kelembaban yang agak mirip dengan mikroklimat dalam hutan sesuai kebutuhan atau aktivitas Coleoptera.

(23)

14

Gambar 3 Jumlah spesies Coleoptera pada masing-masing pohon di tiga tipe agroforestri kakao tahun 2003 dan tahun 2009; (B) Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa, (C) Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, (D) Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Spesies terbanyak pada tahun 2009 ada pada pohon D4, dengan 37 spesies (Gambar 3) yang terdiri dari 27 fitofag, 7 saprofag, dan 3 predator (Lampiran 3). Habitat D merupakan sistem agroforestri kakao dengan 1-2 tanaman naungan seperti Gliricidia sepium dan Erythrina subumbrans. Keanekaragaman yang didapat tidak begitu berbeda dibandingkan keanekaragaman yang di agroforestri hutan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sjuzecki (1984) bahwa beberapa spesies Coleoptera terbiasa hidup di lingkungan yang hangat, banyak menerima sinar matahari, dan biasanya spesies ini tidak dapat hidup di hutan yang tertutup. Faktor lain yang memengaruhi yaitu spesies tumbuhan didataran rendah lebih melimpah dan akan semakin berkurang dengan meningkatnya ketinggian.

Keanekaragaman spesies tiap-tiap tipe agroforestri antara tahun 2003 dan 2009 pada tipe B, C, dan tipe D (Gambar 3) memiliki jumlah spesies yang fluktuatif di kedua tahun. Persentase penurunan tertinggi berada di pohon C4 yang mencapai 93%. Disamping penurunan ada pula peningkatan jumlah spesies tiap tipe habitat. Persentase peningkatan tertinggi berada di pohon C3 yang mencapai 50%. Peningkatan dan penurunan jumlah spesies dapat disebabkan karena lama hari pengambilan contoh juga mempengaruhi hasil Coleoptera yang diperoleh. Hal ini didukung oleh Huston (1994) bahwa jumlah spesies yang diperoleh lebih banyak dipengaruhi oleh ukuran dan intensitas pengambilan contoh daripada penyebaran spesies di alam. Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut antara lain berhubungan dengan keberadaan sumber makanan. Penggunaan herbisida dan pengurangan naungan mampu menurunkan jumlah dan kualitas makanan dari sebagian spesies Coleoptera. Kondisi mikroklimat terutama suhu dan kelembaban udara merupakan faktor yang dapat menentukan komposisi spesies Coleoptera. Kombinasi suhu yang lebih rendah dan kelembaban udara yang lebih tinggi di dalam hutan dan agroforestri kakao, karena tingkat naungan

(24)

vegetasi yang jauh lebih rapat dibandingkan dengan di daerah terbuka dapat menyebabkan kualitas sumber makanan utama pada habitat ini lebih baik.

Perubahan Komposisi dan Struktur Coleoptera Berdasarkan Peranannya

Peran Coleoptera di alam sangat penting karena terlibat dalam siklus rantai makanan. Peranannya dapat sebagai fitofag, predator, dan saprofag, penggolongan ini berdasarkan kebiasaan makanannya. Secara umum dari semua tipe Agroforestri di tahun 2003 dan 2009 baik tipe B, C, dan D didominasi oleh Coleoptera fitofag (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah spesies Coleoptera diberbagai tipe agroforestri kakao berdasarkan perananya naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Dari Gambar 4 terlihat, Terdapat perbedaan komposisi antara dua tahun pengambilan sampel, dimana spesies fitofag mengalami penurunan sebesar 62,2% diikuti oleh penurunan spesies predator sebesar 12,6% di tahun 2009, sedangkan untuk spesies saprofag mengalami peningkatan sebesar 25,2%.

Gambar 4 Persentase jumlah spesies Coleoptera berdasarkan peranannya tahun 2003 (A) dan tahun 2009 (B).

Penurunan fitofag disebabkan karena semakin sedikitnya sumber makanan di tahun 2009, yaitu penurunan jumlah naungan dan keberadaan spesies gulma akibat pengurangan naungan dan meningkatnya penggunaan herbisida sehingga mampu mengurangi jumlah inang dan tempat berlindung. Diikuti oleh penurunan predator akibat sedikitnya inang akibat penggunaan insektisida karena serangga-serangga inang bagi Coleoptera predator mengalami kematian. Menurut Oka (1995) faktor-faktor yang mengatur kelimpahan, kepadatan, dan komposisi suatu populasi dapat tejadi karena perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/parasitoid/penyakit, emigrasi, serta faktor iklim (cuaca, suhu, dan kelembaban). Faktor lain yang mempengaruhi yaitu penyinaran yang berlebihan tidak sesuai dengan keberlangsungan hidup beberapa spesies Coleoptera (Frost 1959).

(25)

16

Dilain pihak, keberadaan predator tergantung pada keberadaan saprofag, dan secara tidak langsung juga mempengaruhi kelimpahan bahan organik yang terdekomposisi (Szujecki 1987). Pada ketiga tipe agroforestri ini tingkat dekomposisi serasah masih aktif terjadi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah saprofag yang diperoleh pada tahun 2009 mengalami peningkatan jumlah spesies. Selain itu dilapangan masih banyak daun-daun yang berguguran menutupi tanah. Menurut Soesanthy (1999), kandungan humus, sirkulasi nitrogen dalam ekosistem hutan menentukan kelimpahan dari serangga saprofag.

Perubahan Komposisi spesies Coleoptera pada Agroforestri Kakao

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan komposisi spesies Coleoptera antara tahun 2003 dan 2009. Hal tersebut berdasarkan adanya beberapa spesies Coleoptera yang hilang dan muncul pada setiap tipe agroforestri antara dua tahun yang berbeda (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Hal ini diduga disebabkan oleh terjadinya perubahan land-use dan teknik budidaya yang berbeda meliputi pengurangan pohon naungan dan intensitas penggunaan pestisida yang semakin meningkat. Faktor lingkungan lain yang diduga mempengaruhi perubahan komposisi Coleoptera adalah berkurangnya sumber makanan serta kualitas makanan yang menurun sehingga menjadikan spesies Coleoptera tertentu bermigrasi ke tempat lain.

Hasil perhitungan indeks Sorenson berdasarkan pohon pada tahun 2003 dan 2009 memiliki persentase kesamaan spesies yang berbeda-beda dan memiliki kesamaan spesies yang kecil di setiap pohonnya (Tabel 6). Untuk indeks Sorenson spesies tertinggi berada pada pohon B3 dengan B4 sebesar 44% di tahun 2009, sedangkan pada tahun 2003 pohon C1 dengan C3 memiliki indeks Sorenson sebesar 38%. Sebagian besar disetiap pohon di tipe agroforestri B, C dan D mempunyai indeks Sorenson yang dinamis antara tahun 2003 dan 2009. Tetapi sebagian pohon memiliki indeks kesamaan yang sama antar tahunnya seperti pada pohon B2 dengan C3 memiliki indeks Sorenson 17 %. Meskipun memiliki indeks Sorenson yang sama antar pohon di tahun 2003 dan 2009 belum tentu memiliki spesies yang sama, melainkan ada spesies yang tetap, hilang dan spesies yang baru.

(26)

a

B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan yang sebelumnya terganggu, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penurunan jumlah spesies dan perubahan komposisi spesies Coleoptera antara tahun 2003 dan 2009 telah terjadi pada beberapa tipe agroforestri di area Taman Nasional Lore Lindu. Famili Chrysomelidae memiliki jumlah spesies dan kelimpahan terbesar di semua tipe habitat. Coleoptera fitofag lebih banyak mendiami semua tipe habitat agroforestri B, C, dan D. Secara umum Indeks dominansi dan Indeks keanekaragaman disetiap tipe agroforestri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dan sama-sama memiliki indeks yang tinggi. Keanekaragaman spesies terbanyak terdapat pada tipe agroforestri B (dengan naungan tanaman hutan) karena komposisi spesies Coleoptera terkait erat dengan struktur vegetasi dan iklim mikro pada setiap tipe habitat terutama dengan jumlah spesies pohon, tingkat penutupan vegetasi dan temperatur udara.

Saran

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Adisoemarto S, Rifai MA. 1994. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. Indonesia (ID): KLH dan Konphalindo.

Barbero E, Palestrini C, Rolando A. 1999. Dung beetle conservation: effects of habitat and resource selection (Coleoptera: Scarabaeoidea). J Insect Conserv. 3: 75-84

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1989. An Introduction to The Study of Insects 7thed. New York (US): Saunders College Publishing.

Bos MM. 2003. Southeast Asian beetles. [Internet]. Gottingen University; [diunduh 2 Februari 2012]. Tersedia pada: http://www.beetle-diversity.com/beetles/node/7133

Bos MM. 2006. Insect diversity and trophic interactions in shaded cacao agroforestry and natural forests in Indonesia [tesis]. Göttingen (ID): University of Göttingen.

Bos MM, Dewenter IF, Tscharntke T. 2007. The contribution of cacao agroforests to the conservationof lower canopy ant and beetle diversity in Indonesia. J Bio Conserv. 16: 2429–2444

Errouissi FS, Haloti PJ, Robert AJ, Idrissi, Lumaret JP. 2004. Effects of the attractiveness for dung Beetles of dung pat origin and size along a climatic gradient environ. J Entomol. 33(1): 45-53

Foresta D, Kusworo HA, Michon G, Djatmiko WA. 2000. Ketika kebun berupa hutan: Agroforest Kahas Indonesia, Sebuah Sumbangan Masyarakat. Bogor (ID): ICRAF.

Frost SW. 1959. Insect Life And Insect Natural History. New York (US): Dover Publication.

Hamonangan A. 2008 Agust 21. Indonesia krisis taksonom. Kompas. Forum pembaca Kompas: (kol. 1).

Huston MA. 1994. Biological Diversity, The Coxistence Of Species On Changing Lanscapes. Cambrige (UK): Cambrige University press

Klein AM, Steffan DI, Buchori D, Tscharntke T. 2002. Effects of land-use intensity in tropical agroforestry systems on coffee flower-visiting and trap-nesting bees and wasps. JConserv Bio :16:1003–1014

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (US): Harper Collins.

Lawrence JF, Britton EB. 1994. Australian Beetles. Melboune (AUS): Melbourne University Press.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and its Measurement. New Jersey (US): Princeton University Press

Noerdjito WA. 2003. Keragaman kumbang (Coleoptera). Di dalam: Amir M, Kahono S, editor. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Bogor (ID). JICA Biodiversity Conservation Project.

Noordwijk MV. Hairiah, Utami, Suprayogo, Widianto, Sitompul, Sunaryo, Lusiana, Mulia, Cadish G. 2004. Agroforestry on Acid Soils in Humid Tropics: Managing Tree-Soil-Crop Interactions. Bogor (ID): ICRAF

(29)

20

Odum. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Di dalam: Cahyono Sumingan, editor.Yogyakarta (ID): UGM Press.

[PPSN] Plant Protection Service of the Netherlands. 2010. Symptoms of Epitrix sp. On fresh ware potatoes from Portugal. J Entomol. : 1-2

Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Putra PGI, Watiniasih NL, Suartini M. 2011. Inventarisasi serangga pada perkebunan kakao (Theobroma cacao) Laboratorium unit Perlindungan tanaman desa bedulu, Kecamatan blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. J Bio. 14

(1) :19 – 24

Rizali A. 2011. Ant community structure and biological control in Indonesian cacao agroforestry: long-term changes, land-use management and precipitation gradients [disertasi]. Göttingen (ID): University of Göttingen. Rizali A, Clough Y, Buchori D, Hosang MLA, Bos MM, Tscharntke T. 2012.

Long-term change of ant insect. J ConserDiver. 1(1): 1 – 41

Schulze CH, Waltert PJA,Kessler, Pitopang R, Shahabuddin, Veddeler D, Steffan ID, Mühlenberg M, Gradstein SR, Tscharntke T. 2004. Biodiversity

indicator groups of tropical land-use systems: comparing plants, birds, and insects. J. Ecological application. 14 (5) : 1321-133.

Shahabuddin, C.H. Schulze, and T. Tscharntke. 2005b. Changes of dung beetle communities from rainforests towards agroforestry systems and annual cultures. J. BioConser. 14: 863–877

Shahabuddin, Manuwoto S, Hidayat P, Schulze CH, Noerdjito WA. 2007. Respons kumbang koprofagus (Coleoptera: Scarabaeidae) terhadap perubahan struktur vegetasi pada beberapa tipe habitat di taman nasional lore lindu, Sulawesi Tengah. J Biodivers. 8 (1): 1-6

Soesanthy F. 1999. Keanekaragaman habitat dan implikasinya terhadap keragaman Coleoptera: studi kasus mengenai keragaman Coleoptera di taman nasional gunung halimun [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Strong DR, Lawton JH, Southwood R. 1984. Insect On Plant. Boston (US): Harvard University press.

Sugandhy A, Ariaji B, Wardana I. 1994. Strategi Keanekaragaman Hayati “Peranan kekayaan keanekaragaman hayati serangga dalam pembangunan nasional”. Diskusi Panel Peluang Bisnis Keanekaragaman Hayati Serangga Nusantara. Jakarta.

Szujecki A. 1987. Ecology of Forest Insects. Warsawa (PL): PWN - polish Scientific Publisher.

Wanger TC, Rauf A, Schwarze S. 2010. Pesticides and tropical biodiversity. J. Frontiers in Ecology and the Environment. 8:178-179

(30)
(31)

21

Lampiran 1 Jenis dan kelimpahan spesies pada seluruh tipe habitat agrofoestri kakao di Desa Toro, Kulawi, Sulawesi Tengah

Famili Spesies

Anthicidae Macratria cf. pallidicornis (2b) 7 14

Anthelephila sp.1 40 -

Macratria sp.nov. 2c 1 -

Sapintus sp.nov 3 - 2

Anthribidae Anthribidae sp.30 - 4

Anthribinae sp.5 1 3

Anthribinae sp.4 1 -

Araecerus cf.levipennis (2a) 2 -

Choraginae sp.25 1 -

Apionidae Pseudaspidapion cf.symbolum (1) 1 -

(32)

Lampiran 1 Lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Holcoderus ?gracilis (5a) 4 -

Holcoderus ?smaragdinus (5b) 2 -

Dolichoctis tetracolon (2b) - 5

Cerambycidae Eryssamena sp.14 1 1

Cerambycidae sp.11 1 -

Chrysomelidae Altica albicornis - 4

Arthrotus/Dercetina sp.2c 1 -

Arhrotus/ Dercetina sp.25 "dark" - 1

Cassena sp.16 13 2

Cryptocephalinae sp.11b 1 -

(33)

23

Lampiran 1 Lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Coccinellidae Chilocorina sp.17 'pale morph' 1 1

Coccinellidae sp.3 2 -

Corylophidae Corylophidae sp.1 - 4

Corylophidae sp.3 - 1

Corylophidae sp.4 - 1

Corylophidae sp.9 - 19

Corylophidae sp.10 - 9

Curculionidae Baridinae sp.10 4 1

Coptorhynchus sp.1a 9 3

Coptorhynchus sp.3 9 5

(34)

Lampiran 1 lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Cryptorhynchinae sp.23 1 -

Cryptorhynchinae sp.25 2 -

Cryptorhynchinae sp.73 2 -

Cryptorhynchinae sp.75 3 -

Cryptorhynchinae sp.77 1 -

Cryptorhynchinae sp.78 4 -

Curculio sp.19 1 -

Cryptorhynchinae sp.79 7 1

Endeaus (cf) sp.102 - 1

Molytinae sp.85 - 1

Discolomidae Discolomidae sp.2 - 3

Dryophtoridae Dryophthoridae sp.1 1 -

Elateridae Abelater brandti (6a) 1 1

Xanthopenthes schawalleri (sp.5) 1 -

Elateridae sp.7 5 2

Endomychidae Endomychidae sp.1a 1 -

(35)

25

Lampiran 1 Lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Idiophyes (cf.) sp.4 - 3

Erotylidae Erotylidae sp 4. - 2

Hydrophilidae Sphaeridinae sp.6 - 1

Eucnemidae Fornax sp.1 1 -

Fornax sp.2 1 -

Histeridae Lycoperdininae sp.1 2 -

Lampyridae Cyphonocerinae sp.5 - 1

Languriidae Anadastus (cf) sp.1 14 3

Languridae sp.5 - 1

Languriidae sp.3 - 22

Languriidae sp.4 - 9

Lathridiidae Melanophthalma angulicollis (1) - 1

Limnichidae Limnichidae sp.1 1 -

Melandryidae Melandryidae sp.1 1 -

Mordellidae Mordellidae sp.5 1 1

Mordellidae sp.3 1 -

Ptilodactylidae Ptilodactylidae sp.1 1 -

(36)

Lampiran 1 Lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Rhipiphoridae Micropelecotoides sp.1 - 1

Rhizophagidae Rhizophaginae sp.1 1 -

Mimemodes sp.2 - 2

Rhynchitidae Rhynchitidae sp.2 1 -

Auletobius sp.1 1 -

Salpingidae Salpingidae sp.30 1 -

Scarabaeidae Apogonia cf.farinosa (2) 4 -

Apogonia minor (6a) 3 -

Staphylinidae Aleocharinae sp.30 - 2

(37)

27

Lampiran 1 Lanjutan…

Famili Spesies Jumlah Individu

2003 2009

Tenebrionidae Amarygmus (cf.) sp.5b - 50

Corticeus sp.36 - 4

Alleculinae sp.15b 1 -

Amarygmus (cf.) sp.5c 1 -

Amarygmus (cf.) sp.6a 1 -

Amarygmus (cf.) sp.7b 5 -

Amarygmus charbonellae (sp.20) 3 -

Amarygmus delectus (6b) 2 -

Lagriomima impressicollis (6a) 1 -

Amarygmus discretus (5a) 26 -

Mycetophagus melsheimeri - 2

Platydema detersum - 1

Sora sp.12 1 1

Strongylium sp. - 1

Tetragonomenes sp.17a 1 1

Corticeus sp.1 - 1

Xanthalia sp.8 2 1

Trogossitidae Trogossitidae sp.2 - 4

TOTAL 562 544

TOTAL FAMILI 32 33

(38)

Lampiran 2 Jumlah spesies (S), individu (N), indeks keanekaragaman dan dominansi Coleoptera di setiap pohon pada semua tipe agroforestri

a Indeks keanekaragaman Shannon-Winner.

b Indeks dominansi Simpson.

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri

dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Tipe Pohon Tahun 2003 Tahun 2009

S N H' a D b S N H' a D b

Bc B1 15 20 3.684 0.047 16 34 3.653 0.073

B2 23 35 4.183 0.047 12 16 3.406 0.050

B3 38 64 4.863 0.031 15 23 3.584 0.067

B4 15 19 3.787 0.029 26 64 4.192 0.061

Cc C1 14 54 3.277 0.117 16 24 3.772 0.047

C2 36 68 4.712 0.040 21 48 3.777 0.091

C3 12 19 3.366 0.064 24 64 4.031 0.073

C4 15 29 3.660 0.059 1 1 0.000 0.000

Dc D1 23 58 3.632 0.125 22 50 3.948 0.068

D2 26 64 4.110 0.065 16 76 2.812 0.214

D3 25 47 3.920 0.102 8 11 2.914 0.055

(39)

29 Lampiran 3 Jumlah spesies Coleoptera per pohon berdasarkan perananya di tiga tipe agroforestri kakao.

a B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam

pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Peran

Jumlah Spesies

B1a B2 B3 B4 C1a C2 C3 C4 D1a D2 D3 D4

03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09

Saprofag 1 6 1 1 5 5 1 7 5 3 6 4 4 3 0 0 3 7 3 1 2 5 4 7

Fitofag 10 5 15 11 28 7 13 16 8 11 23 17 8 17 14 1 18 14 20 13 20 2 19 27

(40)

Lampiran 4 Jenis dan Kelimpahan Coleoptera per pohon di semua tipe agroforestri kakao pada tahun 2003

Famili B1

c B2 B3 B4

C1 c C2 C3 C4 D1 c D2 D3 D4

Na Sb N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S

Aderidae - - - 1 1 - - - -

Anthicidae - - - 1 1 14 1 5 2 - - - - 12 2 - - - - 16 1

Anthribidae - - 1 1 - - 1 1 5 1 2 2 - - - - 1 1 - - - - 4 3

Apionidae - - - 1 1 - - - -

Brentidae - - - 2 2 - - - 2 2 - -

Buprestidae 1 1 - - - 1 1 - - - -

Cantharidae 1 1 1 1 - - - 1 1 - - - - -

Carabidae - - 1 1 1 1 1 1 - - 3 3 - - 1 1 1 1 2 2 3 3 2 1

Cerambycidae - - - - 4 3 - - - - 2 1 - - - - 5 2 5 1 1 1 2 2

Chrysomelidae 2 2 14 4 21 15 5 4 14 2 15 4 4 1 10 5 21 4 27 5 16 3 32 6

Cleridae - - 2 2 - - - 2 2 - - - -

Coccinellidae - - 1 1 - - - 3 2 - - - 1 1

Colydiidae - - 1 1 - - - 1 1 - - - -

Curculionidae 4 2 3 3 19 6 3 3 3 2 2 2 6 3 5 5 7 3 8 7 4 2

Dryophtoridae 1 1 - - - -

Elateridae 2 2 - - - - 6 4 4 1 1 1 - - 1 1 - - - - 3 2 - -

Endomychidae - - - - 2 2 - - - -

Eucnemidae - - - 1 1 - - - 1 1 - -

a Jumlah individu (N)

b Jumlah spesies (S)

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao

(41)

31

Lampiran 4 Lanjutan…

Famili B1

c B2

B3 B4 C1c C2 C3 C4 D1 c D2 D3 D4

Na Sb N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S

Histeridae - - - - 1 1 - - - 1 1

Languriidae - - - 4 1 3 1 1 1 2 1 4 1 - - - -

Limnichidae - - 2 2 1 1 - - - 3 1 - - - -

Lycidae 3 3 1 1 3 2 - - - - 2 2 - - - -

Melandryidae - - - 1 1 - - - -

Mordellidae 1 1 1 1 1 1 3 2 1 1 - - - -

Othniidae - - - 1 1 - - - -

Ptilodactylidae - - - - 1 1 - - - - 1 1 - - - 1 1 - -

Rhizophagidae - - - - 1 1 - - - -

Rhynchitidae - - - 1 1 - - - 1 1

Salpingidae - - - - 1 1 - - - -

Scarabaeidae 1 1 2 1 1 1 - - 8 3 11 2 6 3 - - 1 1 9 3 7 2 11 3

Staphylinidae - - 1 1 - - - -

Tenebrionidae 4 1 4 3 7 2 2 2 14 9 5 4 6 2 3 3 10 8 5 3 11 4

TOTAL 20 15 35 23 64 38 19 15 54 14 68 36 19 12 29 15 58 23 63 25 47 25 85 25

a Jumlah individu (N)

b Jumlah spesies (S)

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao

(42)

32 Lampiran 5 Jenis dan Kelimpahan Coleoptera per pohon di semua tipe agroforestri kakao pada tahun 2009

Famili B1

c B2 B3 B4 C1 c C2 C3 C4 D1 c D2 D3 D4

Na Sb N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S

Aderidae - - - - 1 1 9 2 - - 1 1 - - - 1 1 - -

Anthicidae - - - 2 2 - - - 8 1 - - - - 5 2

Anthribidae - - 2 2 - - 1 1 2 1 2 1 4 3 - - 5 2 1 1 - - 10 5

Biphyllidae - - - - 1 1 5 1 - - - 1 1

Buprestidae - - - - 1 1 - - - -

Carabidae 1 1 - - - - 1 1 - - - 3 1

Cerambycidae - - - 2 2 - - - 1 1

Chrysomelidae - - 9 5 2 2 10 6 5 3 20 3 9 2 1 1 1 1 45 6 - - 72 5

Coccinellidae - - - 2 2 2 2 6 5 8 4 - - 5 3 2 1 - - 6 5

Colydiidae -- - - 4 2 - - - - 1 1 - - - -

Corylophidae 5 2 1 1 6 2 3 1 - - 1 1 - - - - 14 4 - - 3 2 1 1

Curculionidae - - 3 3 - - - 1 1 2 1 - - 1 1 - - - - 8 4

Discolomidae - - - 3 1 - - - -

Elateridae - - - 1 1 - - 2 2 - - - -

Endomychidae - - - 1 1 - - - - 1 1 - - - 1 1

Erotylidae - - - 2 1 - - - -

Hydrophilidae - - - 1 1 - - - -

Lampyridae - - - 1 1 - - - -

Languriidae 8 2 - - 1 1 - - - 10 1 - - 3 3 - - 1 1 12 2

a Jumlah individu (N)

b Jumlah spesies (S)

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan

(43)

33 Lampiran 5 Lanjutan…

Famili B1

c B2 B3 B4 C1 c C2 C3 C4 D1 c D2 D3 D4

Na Sb N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S N S

Lathridiidae - - - 1 1 - - - -

Mordellidae - - - 1 1 1 1 - - - -

Nitidulidae 1 1 - - 1 1 1 1 - - - -

Phalacridae 3 2 - - - - 8 3 1 1 10 3 - - - - 3 2 4 2 - - - -

Ptiliidae 8 2 - - - - 1 1 - - - 1 1 - -

Rhipiphoridae - - 1 1 - - - -

Rhizophagidae - - - 2 1 - -

Scarabaeidae - - - 1 1 1 1 - - 1 1 - - - -

Scirtidae 1 1 - - - 2 1 1 1 - - - 1 1 3 2

Scolytidae 1 1 - - 1 1 1 1 - - - - 1 1 - - 1 1 - - - - 1 1

Silvanidae - - - 1 1 - - - -

Staphylinidae 6 4 - - 7 3 14 2 3 1 - - 1 1 - - - 2 2

Tenebrionidae - - - - 2 2 5 1 2 2 2 2 17 3 - - 6 1 20 3 2 1 7 4

Trogossitidae - - - 4 1 - - - -

TOTAL 34 16 16 12 23 15 64 26 24 16 48 21 64 24 1 1 50 22 75 15 11 8 133 37

a Jumlah individu (N)

b Jumlah spesies (S)

c B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao

(44)

34 Lampiran 6 Indeks kesamaan Sorenson antar pohon di semua tipe agroforestri (%)

a

B = Agroforestri kakao dengan beragam pohon naungan alami sisa hutan, C = Agroforestri dengan berbagai macam pohon naungan, D = Agroforestri Kakao dengan keragaman pohon naungan rendah hanya 1-2 spesies tanaman naungan.

Plot

Tipe Agroforestri

B1a B2 B3 B4 C1a C2 C3 C4 D1a D2 D3 D4

03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 03 09 B1 100 100

B2 16 0 100 100

B3 11 26 7 7 100 100

B4 20 19 16 16 11 44 100 100

C1 7 13 22 29 0 13 7 24 100 100

C2 16 5 17 12 8 17 8 34 20 22 100 100

C3 7 0 17 17 0 15 7 28 38 25 29 27 100 100

C4 13 0 16 0 11 13 7 7 14 0 12 0 15 0 100 100

D1 11 11 17 12 3 27 5 25 32 21 34 28 17 35 5 0 100 100

D2 20 6 33 14 9 13 15 29 20 25 26 27 26 20 24 12 16 26 100 100

D3 5 15 21 9 13 15 10 16 15 7 13 6 16 6 15 0 8 18 12 7 100 100

(45)

35

Lampiran 7 Kunci identifikasi Coleoptera

Coleoptera Australian Beetles J.F Lawrence and E.B Britton (1994)

(46)

Lampiran 8 Spesimen Coleoptera pada agroforstri B, C, D

Spesimen Coleoptera tahun 2009

(47)

37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Kediri, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 14 Agustus 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Pujiyono dan Ibu Binti Istanawati. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri Plosokidul I Kediri, kemudian pada tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri I Plosoklaten Kediri. Selanjutnya, penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pare pada tahun 2008.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Selama masa kuliah, penulis juga aktif di berbagai organisasi mahasiswa seperti Biro Perwakilan Angkatan (BPA) Proteksi Tanaman sebagai anggota perwakilan angkatan 45 periode 2009-2011, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Kediri, KAMAJAYA sebagai bendahara periode 2009-2010, menjabat sebagai bendahara kelas Proteksi Tanaman Angkatan 45 periode 2011-1012, dan Penulis juga aktif diklub ENTOMOLOGI pada tahun 2009-2012, serta aktif di klub ORGANIC FARMING HIMASITA IPB, tercatat sebagai anggota devisi On-farm Organik Farming periode 2009-2010, sebagai kepala devisi Prosperity Organik Farming periode 2010-2011, dan sebagai ketua klub ORGANIC FARMING HIMASITA IPB periode 2011-2012.

Gambar

Gambar 1  Titik pengambilan sampel pohon di tiap agroforestri
Tabel 1  Parameter perubahan lingkungan di lokasi agroforestri kakao pada tahun
Tabel 2  Jenis (S) dan kelimpahan (N) Coleoptera pada seluruh tipe habitat
Tabel 2  Lanjutan…
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tahun Kinerja Program Tahun 2015 Target perkantoran 1.07.01.01.07 Penyediaan jasa administrasi keuangan Jumlah bulan penyampaian laporan keuangan dan kinerja SKPD

Sociocultural based learning overcoming the social conflict.. Social life and culture are amazing modal from

[r]

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

“Gang” di Desa Wisata Dieng pada dasarnya mempunyai karakteristik termal yang tidak berbeda jauh dengan lingkungan sekitar Dieng yang cenderung mempunyai

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan di bidang penanaman modal dan penyelenggaraan pelayanan

Konfirmasi hasil pemeriksaan jaringan pada lesi di lidah didapatkan diagnosa karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi baik sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan

Dalam penelitian ini tujuan sales dalam mendapatkan gaji tambahan antara lain adalah mencukupi kebutuhan hidup, menambah pendapatan, membeli barang-barang mewah serta