• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK al-Hidayah Cinere

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK al-Hidayah Cinere"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

W A H Y U D I N

105018200702

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI

PERAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

DI SMK AL-HIDAYAH CINERE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

W A H Y U DI N NIM 105018200702

Dibawah bimbingan :

Dr. Fathi Ismail, MM NIP: 196507171994031005

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

(3)
(4)

iii

ABSTRAKSI

Peran Manajerial Kepala Sekolah

dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan SMK Al-Hidayah Cinere.

Kompetensi manajerial merupakan ini pokok dari seorang kepala sekolah, dalam kontek Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memeberikan wewenang sepenuhnya kepada sekolah untuk mengelola semua perangkat sekolah. Artinya sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam penerapannya kepala sekolah belum mampu sepenuhnya menjadi seorang manajer, kompetensi yang dimilki masih sebatas konseptual, menjadi kepala sekolah hanya sebatas tugas, belum menjadi tanggung jawab. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana persepsi guru terhadapa kompetensi manajerial kepala SMK Al-Hiadayah Cinere.

Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui Peran kepala sekolah sebagai manajerial dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Al-Hidayah Cinere, Depok Jawa Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu keadaan tertentu yang ada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan. Sehingga menjadi sebuah gambaran yang jelas dan sistematis. Metode ini penulis lakukan dengan cara pengumpulan data dengan teknik observasi, angket dan wawancara.

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahhirrohmannirohim

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Wahyudin

NIM : 105018200702

Program Studi : Manajemen Pendidikan Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Starta (SI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau mrupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 30 Mei 2011 Penulis

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan, kekuatan dan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan semoga Allah tetap melimpahkan rahmtNya kepada kita semua berupa menjadi anak yang soleh/soleha, selalu mendoakan kedua orang tua dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang teramat besar cintanya kepada umatnya dan membimbingnya menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Semoga kemuliaan pun tercurah kepada keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah menetapi sunnahnya sampai akhir zaman.

Penulis sadar skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dari seluruh saudara-saudarku, kawan-kawan dan sahabat-sahabat terbaik penulis yang tidak dapat disebut satu persatu. Oleh karena itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Mu‟arif Syam, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Fathi Ismail, MM, Dosen Pembimbing, atas kesediaan, waktu dan kesabarannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala sekolah beserta dewan guru dan Siswa/i SMK Al-Hidayah Cinere yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

(7)

vi

Zainulin dan Dayang & Ilyas dan Deli) Kakak-kakak penulis tersayang (Almrh, Masnayanti & Pratu M. Hidayatullah & Budi Kurniawan, ST & Supriyanto & Bustami & Iwan & Dwi Astuti & Dih Nur & Dian Usmawati), adik-adik penulis tersayang (Emi Rosdaini & Ari Primadasa & Normy & Putri

Lestari & Dian Apriani & Dex Lala ), atas do‟a, motivasi dan dukungannya

yang tiada henti kepada penulis. Tak lupa, kepada Kakak Ipar (Nita & Dewi Suryanti), atas dukungan dan pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

7. HIMBOJA THE GENK, Budi, Gomel (azwar), Roni, Dedy, Hendri, Midis, Bambang, Wahyu, Syahrul, Kholil, Anas, Lili, Rini, Eni, Hery, Feby, Rissa (iik), Citra. Yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaiian skripsi ini.

8. Untuk orang yang pernah hadir dihati “Nina Elfia, Megawati, Dian Novita,

Nur Wanis, Marni Fadillah, Eka Nurazizah, Puspa Apriani, Eni Kurnia” yang

senantiasa hadir ketika penulis butuhkan dan selalu menguatkan hati, memberikan semangat dan dukungannya. Thanks you so much.

9. Sahabat-sahabat penulis tersayang, Kanda Faisal Anwar, Kanda Erik Haryadi, Kanda Fathul Arif, Ridwan, Asep eL-bantani, Ujang, Munir, Riyan, Alis, Ivon, Riki, Fuad, Ojic, Nida, Otoy, Misra, Dharma, Sekar, Novi, Ufa dan teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2005 serta Kawan-kawan HMI Cabang Ciputat, HMI KOMTAR Cabang Ciputat dan Kader PARTAI REFORMASI MAHASISWA (PARMA), tak lupa kanti-kanti seluruh anggota

PERMAJA JAYA, IMAJI, HIMBOJA dan HIMSAR JAYA atas do‟a dan

dukungannya. Semoga Allah menguatkan silaturrahim kita, serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

Barakallaahulakum.

(8)

vii

kebaikan yang dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda.. Amin.

Jakarta, 30 Mei 2011

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………i

ABSTRAK………...…………...ii

LEMBAR PERNYATAAN………...………ii

KATA PENGANTAR……….…..iv

DAFTAR ISI………..…v

DAFTAR TABEL………...………..vi

DAFTAR LAMPIRAN………...………….vii

BAB I : PENDAHULUAN………..………...…1

A. Latar Belakang Masalah……….………..1

B. Masalah Penelitian………...5

1. Identifikasi Masalah ……….5

2. Pembatasan Masalah……….5

3. Perumusan Masalah………..…5

C. Mafaat Penelitian……….6

BAB II : KAJIAN TEORI….………...…7

A. Kepala Sekolah Dan Manajemen Sekolah………..……….7

1. Pengertian Kepala Sekolah……….7

2. Standar Kompetensi Kepala Sekolah………..…8

3. Kunci Keberhasilan Kepala Sekolah………...……..10

A. Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik) ………..….11 B. Kepala Sekolah sebagai Manajer………...13

C. Kepala sekolah sebagai Administrator……….………..………...14 D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor……….…….15

a. Pengertian Supervisor……….….15

b. Fungsi-fungsi Supervisi………...16

E. Kepala Sekolah sebagai Leader………...…..18

(10)

ix

b. Kepribadian Kepala sekolah Sebagai leader………...….19

c. Tipe atau gaya kepemimpinan………..19

F. Kepala Sekolah Sebagai Inovator……….…….21

G. Kepala Sekolah sebagai Motivator……….…..22

a. Pengertian Motivasi………...…22 b. Prinsip-prinsip untuk Mendorong Profesionalisme Kerja Tenaga Kependidikan……….22

4. Manajemen Sekolah……….….23

1. Pengertian Manajemen Sekolah……….23

2. Fungsi-Fungsi Manajemen……….24

B Mutu Pendidikan……….…….27

1. Pengertian Mutu Pendidikan………..….27

2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan………...28

3. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan……….31

4. Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan……….33 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN…..……….……….36

A. Tujuan Penelitian………..…….36

B. Tempat dan Waktu penelitian………36

C. Sumber Data………...36

D. Metode Penelitian……….…..37

E. Teknik dan Pengumpulan Data………..……….37

F. Teknik Analisi Data………....39

BAB IV : HASIL PENELITIAN….……….………….….42

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Cinere...42

B. Pembahasan Dan Analisis Data……….………….44

1. Deskripsi Data ………...……….44 2. Pembahasan Hasil Penelitian………..58

(11)

x

4. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan Di SMK Al-Hidayah

Cinere………..61

a. Kurikulum ……….…61

b. Sarana dan Prasarana………...…..62

c. Proses Belajar Mengajar……….……….…..63

d. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan……….………...64

BAB V : PENUTUP…….……….…...65

A. Kesimpulan……….……...……..65

B. Saran………...….67

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Table 3.1 : Kisi-kisi Instrument Penelitian ……….…..38

Tabel 4.1 : Data Jumlah Siswa...40

Tabel 4.3 : Gedung Sekolah...41

Tabel 4.2 : Data Biasiswa Tahun 2010/2011...41

Tabel 4.4 : Menetapkan sasaran yang hendak dicapai………...41

Tabel 4.5 : Membuat perencanaan program pendidikan sesuai dengan pelaksanaannya…………..……….……42

Tabel 4.6 : Mengembangkan mutu pendidikan disekolah…………..…..….42

Tabel 4.7 : Perencanaan program pendidikan mempunyai alternative lain...47

Tabel 4.8 : Perencanaan program pendidikan sesuai prosedur………….….48

Tabel 4.9 : Tanggung jawab kepada guru………..44

Tabel 4.10 : Bermusyawarah dengan guru-guru ………..…...44

Tabel 4.11 : Mendelegasikan tugas dan wewenang ………..…..44

Tabel 4.12 : Melaksanakan tugasnya sesuai kemampuan yang dimiliki..…...45

Tabel 4.13 : Memberikan penghargaan/imbalan………...…..45

Tabel 4.14 : Mengembangkan keahlian masing-masing………..……...46

Tabel 4.15 : Mempunyai hubungan sosial yang baik………..…....46

Tabel 4.16 : Memberikan pengarahan kepada guru………....47

Tabel 4.17 : Melakukan pemeriksaan terhadap pekerjaan para guru……..…47

Tabel 4.18 : Membandingkan hasil pekerjaan dengan perencanaan yang telah ditetapkan………..……….……48

Tabel 4.19 : Membantu guru mengevaluasi program pendidikan…………...48

Tabel 4.20 : Menyusun strategi pelaksanaan kurikulum…….……….…...…48

Tabel 4.21 : Mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan guru……...49

Tabel 4.22 : Meningkatkan program sekolah...49

Tabel 4.23 : Pengembangan dan pembinaan kurikulum……….50

Tabel 4.24 : Melakukan kerjasama dengan guru dalam penyedian unit kegiatan siswa………..………...50

(13)

xii

Tabel 4.26 : Menyediakan media-media pembelajaran………..….51

Tabel 4.27 : Melakukan rehabilitas sarana prasarana yang rusak…………...52

Tabel 4.28 : Memperhatikan sarana dan prasarana………....….52

Tabel 4.29 : Memberikan penghargaan siswa yang berprestasi…………...53

Tabel 4.30 : Memperbaiki proses belajar mengajar ………...53

Tabel 4.31 : Mengawasi kegiatan proses belajar mengajar……….53

Tabel 4.32 : Berperan aktif dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar...54

Tabel 4.33 : Peningkatan pembelajaran yang efektif ………..……54

Tabel 4.34 : Skor 7 (tujuh) Aspek Kuisioner………....…..…….55

Tabel 4.35 : Deskripsi Data ……….……...……….….56

Tabel 4.36 : Nilai Rata-rata Skor Penelitian...57

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1………..Pedoman Wawancara

Lampiran 2………..Surat pengantar kuisioner untuk guru

Lampiran 3………..Angket untuk Guru

Lampiran 4………..Tenaga Pendidik SMK Al-Hidayah Cinere

Lampiran 5………..Pedoman Observasi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia terampil di bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, perilaku, dan lain-lain terutama oleh sekolah formal. Pendidikan dalam pengertian ini, dalam kenyataannya, sering dipraktekkan dengan pengajaran yang sifatnya verbalistik.1

Perwujudan masyarakat berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan professional pada bidangnya masing-masing.2 Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun secara inovatif.

Sekolah yang dikelola dengan baik, dari segi pembelajaran, sumber daya manusia dalam hal ini pendidik serta manajemennya maka sekolah akan menghasilkan output (siswa) yang berkualitas yang mampu bersaing ditempat yang lebih besar tantangnya dan lebih komplek. Sedangkan, sekolah yang manajemennya kurang baik tidak akan memberikan kualitas dan lulusan yang

1

.Qodri A. Azizy Pendidikan (Agama) untk Membangun Etika Sosial, (Semarang: PT. Aneka Ilmu 2002) h 18

2

(16)

baik. Banyak sekolah yang tidak terkelola dari segi sistem pembelajaran dan manajemennya sehingga sekolah tersebut tidak maju dan tidak mampu bersaing dalam industri pendidikan saaat ini.

Untuk mewujudkan sekolah idaman dan sekolah yang memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan. Maka, sekolah atau lembaga pendidikan membutuhkan sumber daya manusia yang profesional. Sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dapat memberikan konstribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya pendidikan yang efektif.

Kepemimpin kepala sekolah harus mampu memobilisasi sumber daya sekolah, dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah, pengembangan kurikulum, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, saran dan prasarana, sumber keuangan, pelayanan siswa, hubungan sekolah dan masyarakat dan penciptaan iklim sekolah.

Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual dan harus senantiasa berusaha untuk menjadi guru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapai oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua.3

Maka kepala sekolah harus mampu menjabarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional kedalam tujuan yang lebih rinci lagi. Dengan kata lain tujuan menjadi lebih sederhana dan dapat dijalankan. Sebagai manajer, kepala sekolah dituntut untuk bisa dan mampu memberikan pelayanan pendidikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Kepala sekolah tidak perlu ragu-ragu dalam membuat strategi dan kebijakan sendiri.

Secara umum untuk meningkatkan mutu sekolah untuk mencapai standar kompetensi harus ditunjang oleh banyak pendukung. Diantaranya adalah,

3

(17)

kepala sekolah dan guru profesional merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh pada berlangsungnya proses pendidikan.

Oleh karenanya, diperlukan kepala sekolah yang professional, sebagai pemenuhan sumber daya manusia yang baik memiliki kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan proses pendidikan pada satuan pendidikan. Disamping peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan ada faktor pendukung lainnya yang dapat menentukan mutu pendidikan, seperti sarana dan prasarana, kurikulum dan proses belajar mengajar.

Kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk membina sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, sehingga kelulusannya memenuhi kebutuhan masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal. Para manajer pendidikan di tuntut mencari dan menerapakan suatu strategi manajemen baru yang dapat mendorong perbaikan mutu sekolah.

SMK Al-Hidayah Cinere sekolah yang baru berdiri pada Tahun 1998. Tepatnya setelah pecah era reformasi, di Indonesia yang saat itu runtuhnya rezim orde baru. Pendirian sekolah ini merupakan panggilan jiwa oleh seorang kiyai setempat yang melihat kondisi sosiologis daerah setempat yang sangat membutuhkan pendidikan. Awalanya pendiirian sekolah ini bertujuan hanya untuk anak-anak yang tidak mampu, namun berkat kerjasama di semua element masyarakat maka sekolah ini mulai berkembang.

(18)

Sebagai manejer, kepala sekolah dituntut mampu membuat perencanaan, pengorganisasian, pengrahan serta pengawasan. Untuk itu, kepala sekolah SMK Al-Hidayah Cinere dituntut untuk selalu membuat perencanaan dan program kerja, mengingat umur lembaga pendidikan ini tidak tergolong muda lagi. Maka, peran manajer dalam hal ini adalah kepala sekolah,. Sangat dituntut untuk senantiasa mampu dan bisa mengembangan sekolah. Baik, dari penyiapan profesionalisme tenaga kepndidikan, penyediaan sarana dan prasana sampai dengan kepuasaan pelayanan sekolah terhadap pelanggan sekolah.

Ini bukanlah pekerjaan mudah bagi seorang kepala sekolah yang dituntut untuk menjadi seorang manajer. Tidak semua guru atau pendidik mampu menjadi kepala sekolah. Karena kepala sekolah senantiasa dituntut dengan profesinal dan kompetensi kinerja sebagai seorang manajer. Karena, apapun kinerja kepala sekolah tidak terlepas dari pantauan dan penilaian dari semua pihak. Begitu kompleksnya kerja dan ruang lingkup tugas kepala sekolah dan diiukuti perkembangan yang dialami oleh SMK Al-Hidayah Cinere, maka penulis merasa perlu meneliti peran kompetensi manajerial kepala sekolah, dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Al-Hidayah Cinere.

Dengan demikian pendidikan yang bermutu tidak hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (Pendidik) serta eksternal(Peserta didik,orang tua, dan masyarakat).

Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitia berjudul

“PERSEPSI GURU TENTANG

KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SMK AL-HIDAYAH

(19)

B.

Masalah Penelitian

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Peran dan upaya kepala sekolah sebagai manajer dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK AL-Hidayah Cinere

b. Kondisi mutu pendidikan yang ada di SMK AL-Hidayah Cinere

c. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi mutu pendidikan di SMK AL-Hidayah Cinere

d. Kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen

e. Persepsi guru tentang kompetensi manajerial kepala sekolah

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitan yang akan di buat lebih terarah dan mengingat begitu luasnya ruang lingkup manajerial kepala sekolah, maka penulis membatasi pada peran kepala sekolah sebagai manajer dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sedangkan dari sisi mutu pendidikan, penulis membatasi pada kurikulum, sarana prasarana dan proses belajar mengajar serta upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Al-Hidayah Cinere.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana persepsi guru terhadap manajerial kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Al-Hidayah Cinere.

(20)

C.

Mafaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis

a. Dapat menambah informasi dan wawasan tentang kepemimpinan kepala sekolah di sebuah instansi pendidikan seperti SMK

b. Dapat menambah informasi dan wawasan akademik tentang penelitian secara mandiri

c. Dapat menambah wawasan, informasi dan pengetahuan tentang manajerial kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya di sekolah.

2. Bagi sekolah SMK Al-Hidayah Cinere, dapat menambah saran dan masukan dari hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi sekolah tentang pembahasan yang akan diteliti.

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kepala Sekolah Dan Manajemen Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah yang terdiri dari dua kata yaitu: “kepala” dan

“sekolah”, Kata kepala dapat diartikan „ketua‟ atau „pemimpin‟ dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan „sekolah‟ adalah sebuah

lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat

didefenisiskan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberikan pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.4

Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah yang berperan bertanggung jawab dalam menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala sekolah, yaitu perilaku kepala sekolah yang mampu memperkarsai pemikiran baru di dalam proses interaksi di likungan sekolah dengan melakukan perubahan atau penyeseuain tujuan, sasaran, konfigurasi, prosedur, input, proses atau output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Esensi kekepalasekolahan adalah kepemimpinan pengajaran. Seorang kepala sekolah orang yang benar-benar seorang pemimpin,

4 Wahjosumidjo,

(22)

seorang innovator. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah signifikan sebagai kunci keberhasilan sekolah. Selain itu, pengetahuan tentang teori kepemipinan merupkan bantuan yang besar di dalam meningkatkan efektivitas sekolah.

2. Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Pada 17 April 2007, Menteri Pendikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Bahwa Untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku nasional. Standar tersebut terdiri dari Kualifikasi Umum, kualifikasi khusus, kompetensi managerial, kompetensi kepribadian, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial.

Memang hal ini sangatlah normatif sekali, belum tersirat tentang perspektif ataupu latar belakang motivasi untuk memfilternya sehingga memunculkan kepala-kepala sekolah yang tinggi dedikasinya. Menjadi hal yang sangat menarik memang apabila dalam wawancara atau penyeleksian ada hal-hal yang bisa mengungkap hal tersebut agar kepala sekolah juga memiliki kemampuan standar yang tidak terlalu berbeda jauh antara satu dengan yang lain sekaligus sebagai tolok ukur pendidikan di sekolah yang diembannya.

Disamping tentunya dorongan dari pemerintah yang nyata sehingga bukan hanya terlihat sebagai jabatan karier ataupun struktural namun memiliki semangat untuk memajukan pendidikan persekolahan terlepas dari kekurangan-kekurangan yang selalu muncul, meski itu adalah kewajaran semata.

Pada tahun nggaran 2007, Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengeluarkan standar nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Standar tersebut adalah sebabagi berikut:

(23)

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah/madrasah.

b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.

c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.

d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan

sebagai kepala sekolah/madrasah.

f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

2. Manajerial

a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.

c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.

d. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif.

e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah.

i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.

k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.

l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.

m. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam men-dukung kegiatan pembelajarandan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.

n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

(24)

p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

3. Kewirausahaan

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah. d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

4. Supervisi

a. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka pe-ningkatan profesionalisme guru.

b. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan meng-gunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

5. Sosial

a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.5

3. Kunci Keberhasilan Kepala Sekolah

Untuk menajadi kepala sekolah profesional yang dituntut mampu menjawab tantangan zaman, kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya dibatasi oleh kegitan formal dan rutinitas. Tetapi, kepala sekolah dituntut untuk bisa menjadi:

A. Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik)

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0296/U/1996, merupakan landasan penilain kinerja kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki kemampuan untuk

5

(25)

membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan yang non guru, membimbing pesrta didik, mengembangakan tenga kependidikan, mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar.6

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusip memberikan nasehat kepada warga sekolah, memeberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class, dan mengadakan program eklerasi bagi peserta didik yang cerdas di ats normal.

Pendidik adalah orang yang memberikan motivasi, kooperasi dan kompetensi, korelasi dan integrasi, aplikasi dan transformasi, serta individualities. Kepala sekolah disebut sebagai pendidik karena kepala sekolah dituntut untuk mampu menggunakan prinsip yang dimiliki oleh prinsip seorang pengajar. Yaitu:

1. Motivasi, motivasi ialah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas.7

2. Kooperasi dan kompetensi, banyaknya stimulus belajar yang menuntut adanya kerjasama antarpelajar dalam pemcehannya.8

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkit motivasi beajar peserta didik, antara lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip: peserta didik akan bekerja keras kalau dia punya minta dan perhatian terhadap pekerjaanya, memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, memberikan penghargaan terhadp hasil kerja dan prestasi peserta didik, menggunkan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat guna.9

6

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h. 101

7 M. Suparta, Herry Noer Aly,

Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Amissco Jakarta, 2002), h. 72

8

Ibid h. 74

9 E. Mulyasa,

(26)

Sumidjo (1999:122) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana stratgei pendidikan itu dilaksanakan.10 Acuan pokok konsep pendidikan adalah konsep tentang manusia (hakikat dan tujuan hidup) dan alam, yang kemudian lahir daripadanya konsep hakikat dan tujuan hidup, tujuan pendidikan, kurikulum, metodologi, proses belajar mengajara dan evaluasi.11

Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikinya empat macam nilai, yaitu:

1. Pembinaan mental, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hala-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. 2. Pebinaan moral, Yaitu memebina para tenaga kependidikan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik burukmengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan.

3. Pembinaan fisik, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan atau penampilan mereka secara lahiriyah. 4. Pembinaan artistik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.12

Begitu komplek yang dihadapi oleh kepala sekolah. Benar, apa yang disebutkan oleh Bush dan Middlewood bahwa kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sekolah secara keseluruhan.13 Peranan yang disebut dengan multi fungsi harus digenggam oleh kepala sekolah, karena apapun arah dan tujuan sekolah akan

10

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h. 99

11 H. Sanusi Uwes,

Visi dan Pondasi Pendidikan (dalam Perspektif Islam), h.11

12

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 99-100

13 Raihani,

(27)

ditentukan oleh kebijakan dan insting kepala sekolah. Kemana arah kemudi kapal akan berlayar tergantung bagaimana nahkoda mengarahkan.

Kepala sekolah sebagai pendidik (educator) harus mampu dan menanamkan kan paling tidak empat macam nilai. Yaitu:

a. Mental, hal-hal yang baerkaitan dengan sikap batin dan watak manusia;

b. Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk, mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang diartikan sebagi akhlak, budi pekerti dan kesusilaan;

c. Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatn dan penampilan manusia secara lahiriyah;

d. Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan.14

B. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala ekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberikan kepada tenaga kepndidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai manajer. Yaitu:

1. Proses, adalah suatu cara yang sistemik dalam mengerjakan sesuatu.

2. Sumber daya suatu sekolah, meliputi dana, perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia yang masing-masing berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku serta pendukung untuk mencapai tujuan.

“Setiap sumber daya itu memiliki nilai tersendiri bagi

organisasi, yang berfungsi sebagai pendukung terciptanya

14 Wahjosumidjo,

(28)

kondisi yang kondusif bagi organisasi untuk melaksanakan

seluruh perencanaan organisasi”.15

3. Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.16 Dalam hal ini kepala sekalah bisa berpedoman dengan asas-asas berikut ini, yaitu:

1. asas tujuan, 2. asas keunggulan, 3. asas mufakat, 4. asas kesatuan, 5. asas persatuan, 6. asas empirisme, 7. asas keakraban, 8. Asas integrasi.17

C. Kepala Sekolah sebagai Administrator.

Kepala sekolah sebagai administrator memilki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi. Sebagai seorang pemimpin yang dituntut untuk menjadi seorang administrator kepala sekolah harus mempunyai keahliah dibidang administrasi, yaitu mengawasi keseluruha bagaimana data sekolah, pesipana sekolah tenaga ersonalia sekolah, serta bagaimana pengelolaan keungan sekolah.

Kata “administrasi” berasal dari bahasa latin terdiri dari atas

kata ad dan ministrare. Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan kata ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct

yang berarti “melayani”, atau “membantu”, atau “mengarahkan”.

Dalam bahasa inggris to administer berarti pula “mengatur”,

“memelihara” (to look after), dan “mengarahkan”).18

Secara umum kepala sekolah sebagai administrator adalah mampu mengawasi keseluruhan system yang ada dilembaga, dan harus senantiasa dievaluasi, karena ini sangat erat kaitannya dengan kemajuan dan

15

Amiruddin Dkk, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, ( Ciputat; Quantum Teaching (Ciputat Press Group), 2006), Cet-1, h. 59

16

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahnnya, (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 94-95

17

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 105

18 M. Ngalim Purwanto,

(29)

kemunduran lembaga, apalagi lembaga pendidikan sangat rentan dengan kemajuan dan kemunduran, maka administrasi menjadi pokok utama.

Kegitan tersbut perlu dilakukan secara efektif dan efesien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, kepala sekolah sebagai administrator dalam meningkatkan kinerja dan produktifitas sekolah dapat dianalisa brdasarkan beberapa pendekatan, baik pendekatan sifat, pendekatan perilaku, mapun pendekatan situasional.

D. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

a. Pengertian Supervisor

Supervise adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan dari para guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam menacapi tujuan-tujuan pendidikan.19

Dengan kata lain: supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.20

Menurut Murdick pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Menetapkan standar pelaksanaan,

2. Pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan

3. Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar an rencana.21

Kegiatan utama pendidikan di sekoah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapain efesiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah

19

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet-XIII, h 76

20

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet-XIII, h 76

21 Nanang Fattah,

(30)

sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pkerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegitan pendidikan di seklah terarah pada tujuan yang telah ditetepakan.22

Salah satu supervisi akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memilki karakterisktik sebagiagai berikut, yatiu:

1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada ditangan tenaga kependidikan.

2. Aspek yang disupervisi berdasarkan susl guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah.

4. mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka., dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

6. Supervisi klinis sediktnya memilki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

8. supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk mneingkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.23

b. Fungsi-fungsi Supervisi

fungsi-fungsi supervise yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut: 1. Dalam bidang Kepemimpinan

a. menyusun rencana dan policy bersama

b. mengikutsertakan anggota-oanggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.

22

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 111

23 E. Mulyasa

(31)

c. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-pesoalan.

d. Membangkitkan dan mempuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada kelompok.

e. Mengikutsertakan semua anggaota dalam meentukan putusan-putasan.

f. Membagi-bagi dan mendelagasikan wewenang dan tanggung jawab kepada anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi dan kecakapan masing-masing.

g. Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.

h. Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani mengemukakan pendapat demi kepentingan bersama.

2. Dalam hubungan kemanusiaan

a. memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri mapun bagi kelompoknya.

b. Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalsan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis.

c. Mengarahkan angota kelompok kepada sikap yang demokratis. d. Memupuk rasa saling menghormati di antara sesame anggota

kelompok dan sesame manusia.

e. Menghilangkan rsa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.

3. Dalam pembinaan proses kelompok

a. Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan mapun kemampuan masing-masing.

b. Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesame anggota maupun antara anggota dan pimpinan. c. Memupuk sikap dan kesdiaan tolong-menolong.

d. Memperbesar rasa tanggungjawab antar anggota kelompok. e. Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertantangan atau

perselisiahan pendapat di antara anggota kelompok.

f. Menguasai tekhnik-tekhnik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.

4. Dalam bidang administrasi personal

a. Memelih personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan utnuk suatu pekerjaan.

b. Menempatkan personel pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.

(32)

5. Dalam bidang evaluasi.

a. mengusai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.

b. Mengusaia dan memilki norma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai criteria penlaian.

c. Mengusai tekni-tekni pengumpulan dan untuk memperoleh data yang lengkap, benra, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.

d. Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapatkan gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.24

Era orde baru supervisor sekolah berperan penting sebagai pengawasan sekolah untuk menuju kemajuan dan perkembangannya, sehingga supervise sekolah begitu penting pran dan fungsinya, akan tetapi seiring perubahan zaman dan berubah-ubahnya kebijakan dan kurikulum, supervise sekolah dihapuskan. Dan berikutnya yang menjadi supervise adalah kepala sekolah langsung, karena kepala sekolah yang langsung terjun ke lapangan, dan kepala sekolahlah yang paling mengerti bagaimana situasi yang di hadapi sekolah.

E. Kepala sekolah sebagai Leader

a. Pengertian Leader

Menurut kamus Ilmiah Populer edisi lengkap leader adalah pemimpin, penunjuk jalan dan juga di sebut seorang yang ahli.

Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (Pesonality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok untuk orang-orang untuk mencotohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dia hendaki.25 Wahjosumijo (1999: 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memilki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

24

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet-XIII, h 87

25 M. Ngalim Purwanto,

(33)

b. Kepribadian Kepala sekolah Sebagai leader.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut, yaitu: 1. jujur, 2. percaya diri, 3. tanggung jawab, 4. berani mengambil resiko dan keputusan, 5. berjiwa besar, 6. emosi yang stabil dan teladan.26

Pemahaman terhadap visi misi sekolah akan tercermin darai kemampuannya untuk: 1. Mengembangkan Visi sekolah, 2. Mengembangkan Misi sekolah, dan 3. Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan.

Kemampuan mengambil keputusan akan tercermin dari kemampuannya dalam:

a. Mengambil keputusan bersama tenaga kepndidikan di sekolah, b. Mengambil keputusan untuk kepntingan internal sekolah, dan c. Mengambil keputusan uuntuk ekternal sekolah.

Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk:

a. Berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah,

b. Menuangkan ide gagasan dalam bentuk tulisan, c. Berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, dan

d. Berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah.27

c. Tipe atau gaya kepemimpinan

dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisa dari tiga tipe atau gaya kepemimpinan, yaitu :

1. Kepemimpinan yang Otokratis

Dalam kepemimpinan otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya, memimpin adalah menggerakkan dan memaksakan kelompok. Kekusaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Penafsirannya sebagai pemimpin tidak lain adalah menunjukkan dan memberi perintah. Kewajiban bawahannya dan

26

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 115

27 E. Mulyasa

(34)

anggota-anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membantah ataupun memberi saran.28

Kekuasaan seperti ini cepat pudar, dan senantiasa berhenti ditengah jalan atau sebelum waktu memimpinya habis. Dominasi yang berlebihan seperti ini juga yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.

2. Kepemimpinan yang Laissez Fair

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini memberikan orang-orang berbuat sekehdaknya. Pemimpin yang seperti ini tidak sama sekali memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diberikan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-saran dari pimpinan.29

Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasi tidak jelas dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3. Kepemimpinan yang Demokratis

Pemimpin yang demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktataor, melainkan pemimpin di tengah-tengah anggota bukan majikan terhadap buruhnya. Melainkan sebagai saudara tua dalam teman-teman kerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya.

Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk menacapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan sanggupan dan kemampuan kelompoknya.30

28

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet-XIII, h 48

29

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Cet-XIII, h 49

30 M. Ngalim Purwanto,

(35)

F. Kepala Sekolah Sebagai Inovator.

Dalam Kamus Ilmiah Populer Bahasa Indonesia Innovator adalah orang-orang yang mendatangkan hal-hal atau ide-ide metode pembahruan, printis ide-ide atau gagasan (baru). Kepala sekolah sebagai innivator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektiv, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel.31

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class.

Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memilki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam satu laboratarium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator), yang bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.32

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah mengajarkan ke lembaga pendidikan untuk lebih madniri dalam mengelolah semua yang ada di system sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus mampu dan memilki inovasi, ide gagasan baru dalam kaitannya memajukan dan mengembangan sekolah. Karena apapun bentuk sekolahnya semua kemajuan dan kemunduran akan ada di keputusan bijak dari seorang kepala sekolah

G. Kepala Sekolah sebagai Motivator

a. Pengertian Motivasi

Motivasi bersala dari kata latin movere yang berarti dorongan atau atau menggerakkan. Kata motivasi yang sering diartikan dalam

31

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 118

32 E. Mulyasa

(36)

bentuk kata kerja menajdi rangsangan, dorongan yang menyebabkan sesuatu terjadi, baik yang berasal dari dalam mapun yang berasal dari luar diri seseorang atau lingkungannya. Manusia terdorang bergerak untuk mencapai sutau tujuan hanya jika mereka merasa hal itu merupkan bagian dari tujuan pribadi atau organisasinya.33

Menurut Frederick J. Mcdonald Motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditnadi oleh dorongan efektif dan reaksi yang mencapi tujuan. Motivasi bagian dari learning. (Hilgrad dan Russel) proses timbul/tumbuhnya motivasi mengikuti pola berikut:

Drives----Needs----Mosivies----Motivasi kelakuan.34

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memilki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dan penyediaan berbagi sumber belajar melalui Pusat Sumber Belajar (PSB).

b. Prinsip-prinsip untuk Mendorong Profesionalisme Kerja Tenaga Kependidikan.

Terdapat beberapa prinsip yang dapat ditrapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan, 2. Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan mereka bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut,

3. Para tenaga kepndidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setipa pekerjaanya,

4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan,

33 Sudarwan Danim & Suparno,

Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan Visi dan Strategi Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h, 30

34 Wasty Soemanto,

(37)

5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, mengatur pengalaman dengan sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan.35

4. Manajemen Sekolah

1. Pengertian Manajemen Sekolah

Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata management yang berarati pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Management berakar dari kata kerja to manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengelola.36

Haiman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama.37

Menurut George Terry bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.38

Sondang P. Siagian menyatakan bahwa manajemen adalah kemamapuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatn-kegiatan orang lain.39

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sekolah sebagai suatu aktifitas untuk memadukan dan mendayagunakan sumber daya manusia dan pendidikan melalui fungsi-fungsi manajemen di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.

35

E. Mulyasa Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Kontek Menyukseskan MBS dan KBK (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2007),h 121,122

36

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), h235

37 M. Manullang,

Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 3

38

M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 3

39

(38)

Manajemen sekolah sebagai suatu proses artinya manajemen berjalan dalam rangkaian-rangkaian aktifitas yang dilakukan kepala sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Adapun fungsi-fungsi manajemen dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain yaitu: merencanakan, mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. a. Perencanaan

Berbagai pendapat para ahli mengenai perencanaan yang semuanya

hampir memberikan pengertian dan penjelasan yang sama, “pada hekakatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegitan”40

.

Louis A. Allen mengatakan “planning is the determanition of a

course of action to achieve a desired result”. Jadi perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.41

Sedangkan menurut Koontz (1972) menyatakan bahwa perencanaan adalah sebagai suatu proses intelektual yang menentukan secara sadar tindakan yang akan ditempuh dan mendasarkan keputusan-keputusan pada tujuan yang hendak dicapai, informasi yang tepat waktu dan terpercaya, serta memperhatikan perkiraan keadaan yang akan datang, oleh karena itu, perencanaan membutuhkan pendekatan rasional kearah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.42

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga kegiatan itu adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu (3) identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.43

40

Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet- IV, h 3

41

M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 39

42

Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Ramaja Rosda karya, 2009) cet k-X, h. 49

43 Nanang Fattah,

(39)

Pada umumnya perencanaan yang baik berisikan atau memuat enam unsur, yaitu: the what, the why, the where, the when, the who dan the how. Jadi suatu rencana yang baik harus memberikan jawaban kepada enam pertnyaan berikut, yait:

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan?

b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? c. Dimanakah tindakan itu harus dilaksanakan? d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan?

e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? f. Bagaiamankah cara mengerjakan tindakan itu?44

Dari jawaban-jawaban pertanyaan di atas, sesuatu rencana harus memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Penjelasan dai perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan. b. Penjelsan mengapa kegiatan ini harus dikerjaka dan mengapa

tujuan yang ditentukan itu harus dicapai.

c. Penjelsan tentang kondisi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan sehingga tersedia fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu.

d. Penjelsan mengenai waktu dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya pekerjaan.

e. Penjelsan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya.

f. Penjelsa tentang teknik mengerjakan pekerjaan.45

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian dimaksud mengelompokkan kegiatanyang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.

Pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan

44

M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 41

45 M. Manullang,

(40)

terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.46

Untuk memperjelas penulisan ini, tentang pengorganisasian akan diuraikan hal-hal (1) Departementasi (2) delegasi.

1. departemensasi

Tidakan pertama dalam mengorganisasi adalah departemensasi yaitu proses mengkhususkan atau membagi-bagi kegiatan (tugas) pemimpin atau suatu perusahaan. Dasar-dasr departemensasi dapat dibedakan sebagai berikut: a. dasar tetorial (daerah), b. dasar produksi, c. dasar langganan, d. dasar fungsi, dan e. dasar lain-lain seperti proses perkakas dan waktu.47

2. Delegasi

Delegasi adalah kegiatan sorang manajer untuk menugaskan bawahannya untuk menegrjakan bagian daripada tugas manajer yang bersangkutan, dan pada waktu yang bersamaan memberikan kekuasaan kepada bwahan tersebut sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas-tugas itu sebaik-baiknya atau dapat mempertanggungjawabkan hal-hal yang didelegasikan kepadanya.48

c. Penggerakkan

Pengerakkan dalam dunia manajemen adalah penmpatan semua anggota dari sebuah kelompok agar bekerja secara sadar untuk menacapai suatu tujuan yang ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola organisasi.49

d. Pengawasan

Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.50 Pengawasan adalah yang berhubungan dengan

46

M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 10

47

M. Manullang, Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 74

48 M. Manullang,

Dasar-dasar manajemen, (Gadjah Mada University Press, 2006), cet-XIX, h 107

49

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), h 248

50 M. Manullang,

(41)

pemantauan, pengamatan, pembinaan dan pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan lembaga pedidikan.51

Suatu Sistem pengawasan harus mengandung prinsip-prinsip berikut: a. Dapat mereflektir sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari

kegiatan-kegitan yang harus diawasi.

b. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan. c. Fleksibel.

d. Dapat mereflektir pola organisasi. e. Ekonomis.

f. Dapat dimengerti.

g. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.52

B.

Mutu Pendidikan

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu masalah nasional yang dihadapi dan mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam system pendidikan nasional di Indonesia dewasa ini. Mengingat mutu pendidikan merupakan sumber dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Secara subtantif mutu itu sendiri mengandung dua hal, yaitu sifat dan taraf. Sifat adalah sesuatu yang menerangkan keadaan benda, sedangkan taraf adalah menunjukan dalam suatu skala.

Sedangkan menurut kamus ilmiah popular mutu kualitas atau tingkat, kadar atau derajat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagi input seperti, bahan ajar (kognitif,afektif,psikomotorik), metode, sarana dan prasarana, dan autput (hasil belajar siswa)

Terdapat lima dimensi pokok yang menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

a. Keandalan (reability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat waktu, akurat dan memuaskan.

51

Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Pustaka Setia, 2009), h 137

52 M. Manullang,

(42)

b. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemauan para tenaga kependidikan untuk membantu para peserta didik dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Proses pembelajaran hendaknya diupayakan interaktif dan memungkinkan para peserta didik mengembangkan kapasitas, kreatifitas, dan kapabilitas.

c. Seluruh tenaga kependidikan harus benar-benar kompoten dibidangnya, reputasi penyelenggaraan pendidikan yang positif di mata masyarakat, sikap dan perilaku seluruh tenaga kependidikan mencerminkan propesionalisme dan kesopanan.

d. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik antara murid dan guru.

e. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, tenaga kependidikan dan sarana komunikasi.53

2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan a. Kurikulum

Kurikulum “ seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran”,54

merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu factor dominan terjadinya proses pembelajaran. Kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajara yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi yang harus di tempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat atau keseluruhan pelajaran yang di sajikan oleh suatu lembaga pendidikan

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahsa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Yunani kuno di Yunani, yang mengandung arti suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis star sampai garis finish.55

Doll menegaskan bahwa kurikulum itu adalah perencanaan yang ditawarkan, bukan yang diberikan, karena pengalaman yang diberkan guru belum tentu ditawarkan. Dengan demikian sluruh konsep pendidikan di

53 E. Mulyasa,

Menjadi Kepala Sekolah Professional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung : PT Remaja Rosada Karya,2003),h. 227-228

54

Masnur Muslich, KTPS (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet-V, h. 1

55

(43)

sekolah itu bisa dan harus ideal. Kurikulum haris bicara keharusan bukan kemungkinan.56

Dari beberapa pengertian defenisi mengenai kurikulum dapat disimpulkan bahwa kurikulum sadalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atua sekolah yang di aktualisasikan dikelas maupun diluar kelas sebagai pengalaman murid serta kumpulan mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

b. Media/Alat Pendidikan

Kata Media berasal dari bahasa Latin dan merupkan bentuk jamak darai kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.57 Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional atau NEA media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatnnya.

Zakiah Daradjat menyebutkan pengertian alat pendidikan sama dengan media pendidikan, sarana pendidikan. Sedangkan dalam kepustakaan asing, sementara ahli mengguna istilah audio visual aids (AVA) teaching materaial, instructional materail.58

Para ahli telah mengklasifkasikan alat/media pendidikan kepada dua bagian, yaitu alat pendidikan yang bersifat benda (materil) dan alat pendidikan yang bukan benda (non materil).

1. Alat pendidikan yang bersifat benda

Menurut Oemar Hamalik menyebutkan secara umum alat pendidikan materil terdiri dari : a. bahan-bahan cetakan atau bacaan, b. alat tanpa proyeksi seperti papan tulis dan diagram, c. media

56

Dede rosyada, Paradigm Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Peibatan Masayarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group, 2007), cet-III, h. 26

57

Arief S. Sadiman Dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), h. 6

58

(44)

pedndidikan tiga dimensi, d. alat pendidikan yang menggunakan tekhnik.59

2. Alat pendidikan yang bukan benda

Selain ala/media pendidikan berupa benda, terdapat pula alat/media pendidikan yang bukan berupa benda. Diantara alat/media pendidikan yang berupa bukan benda adalah : a. keteladanan, b. perintah/larangan, c. ganjaran dan hukuman.60

c. Proses Belajar Mengajar (PMB)

Prose belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbala balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Dalam PBM tersirat adanya kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduanya terjalin interaksi yang saling menunjang.

Ada beberapa komponen yang terdapat dalam proses belajar mengajar, antara lain: materi pelajaran, metode mengajar, peralatan dan media evaluasi. Proses belajar mengajar juga merupakan sub sistem dari pengajaran secara keseluruhan, dimana antara komponen-komponen tersebut saling berkaitan, berhubungan dan terintegrasi.

Adapun dalam proses belajar mengajar, meliputi: b. Penguasaan Materi

akan sangat baik sekali jika seorang guru sebelum ia melaksanakan PBM ia sudah menguasai terlebih dahulu tentang materi yang akan di bahas, dan juga menguasai kurikulum secara keseluruhan. Dengan demikian pengajaran dapat dilaksanakan dengan mudah tanpa harus melihat buku terus menerus.

59 H. Ramayulis,

Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Kalam Mulia, 2004), h 182

60

(45)

c. Penggunaan Metode Mengajar

ketetapan dalam menggunakan setiap metode pengajaran sangatlah penting sekali karena berkaitan dengan pencapaian tujuan pada akhir proses belajar mengajar.

d. Penampilan Guru

dalam PBM guru menjadi pusat perhatian siswa, maka sebaiknya guru berpenampilan baik tetapi juga sederhana atau tidak berlebihan, karena jika berlebihan justru akan membuat konsentrasi siswa menjadi terbagi, atau justru kehilangan consentrasi.

e. Pendayagunaan Alat/ Fasilitas

setiap alat dan fasilitas yang tersedia sebaiknya dapat dimanfaatkan secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Agar tidak manjadi kemubaziran negative dan menghambat kelancar

Gambar

tabel data jumlah siswa pada tahun 2010-2011.
Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa
Tabel 4.4
Tabel 4.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Upaya memperbaiki kualitas dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah sangat ditentukan oleh kepemimpinan Kepala Sekolah dalam manajemen yang efektif. Maju mundurnya suatu

Kepala sekolah sangat berperan dalam Kegiatan belajar mengajar Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru dan pengamatan sementara yang dilakukan peneliti diperoleh hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja kepala sekolah dalam memobilisasi para guru guna meningkatkan kegiatan belajar mengajar di SMP.. Islam AL

Kompetensi Manajerial merupakan keterampilan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Penelitian ini bertujuan

Mutu pembelajaran adalah kualitas seorang guru baik pemahamannya atau kemampuannya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi

Dengan demikian, jelas bahwa untuk melaksanakan perannya sebagai innovator pendidikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan sepatutnya diaplikasikan dalam kinerja seorang kepala

Mengelola Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Temuan lapangan menyimpulkan bahwa kepala SMP Negeri 1 Batipuh dalam mengelolah dalam Bedasarkan temuan penelitian melalui wawancara dapat

Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa peran managerial Kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan sangat signifikan, dengan peranan Kepala sekolah melakukan upaya-upaya