• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Jama'ah Terhadap Pengajian Tafsir Tematik Di Masjid Islamic Centre Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Jama'ah Terhadap Pengajian Tafsir Tematik Di Masjid Islamic Centre Jakarta"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN TAFSIR

TEMATIK DI MASJID ISLAMIC CENTRE JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)

Disusun Oleh :

ARSYI MAKIN

NIM : 203051001422

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN TAFSIR TEMATIK

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.)

Oleh : Arsyi Makin NIM: 203051001422

Di Bawah Bimbingan

Drs. Masran, M.A NIP. 150 275 384

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H / 2008 M

(3)

Skripsi yang berjudul RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN TAFSIR TEMATIK DI MASJID ISLAMIC CENTRE JAKARTA telah diujikan dalam Sidang Munaqashah Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 11 Agustus 2008 Sidang Munaqashah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Murodi, M.A Dra.Hj.Musfirah Nurlaily, M.A

NIP. 150 254 102 NIP. 150 299 324

Anggota :

Penguji I Penguji II

Dra.Hj.Asriati Jamil, M.Hum Drs. M. Lutfi, M.Ag NIP. 150 244 766 NIP. 150 268 782

Pembimbing

(4)

ABSTARAK

Arsyi Makin

Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre Jakarta

Pengajian Tafsir Tematik adalah metode tafsir yang berusaha menggali isi Al-qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat tertentu yang mempunyai kesatuan maksud dan bersama-sama membahas topik/judul tertentu kemudian disusun secara sistematis. Tafsir Tematik tidak bisa diartikan dengan menggunakan arti tafsir secara terminologi, sebab tafsir tematik tidak mencakup seluruh ayat-ayat yang ada dalam Al-qur’an, melainkan hanya mengambil pokok pembahasan tertentu untuk di telaah lebih dalam. Dengan mengambil satu tema, yang dilanjutkan dengan menelisik lebih jauh tentang masalah itu melalui himpunan ayat-ayat quraniyah yang mempunyai keterkaitan erat, metode ini di nilai mampu menampilkan sebuah materi yang lebih spesifik dan efisien. Tafsir Tematik tidak hanya menginduksi makna-makna yang terkandung dalam teks saja, karena disana ada semacam pembacaan realita, sehingga konklusi yang dihasilkan tampak lebih mudah dicerna oleh kalangan masyarakat dari berbagai strata. Selain itu, metode ini bisa digunakan oleh seseorang sebagai dalil atas argumentasi mereka bahwa Al-qur’an sejalan dengan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Pada pengajian tafsir tematik di masjid Islamic Centre Jakarta mendapatkan respon yang cukup baik pada jama’ah. Pengajian tafsir tematik difokuskan pada unsur-unsur pelaksanaan pengajian yang meliputi da’I, materi, dan metode yang di gunakan.

Lalu yang menjadi pertanyaan utama adalah, bagaimana respon jama’ah terhadap da’i, metode, dan materi.

Dalam penelitan ini, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan kuantitatif, Sedangkan jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok. Pada umumnya yang merupakan unit analisis dalam penelitian survai adalah individu.

Adapun desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptip analisis yaitu suatu metode penelitian untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berkala. Selain itu di tunjang pula oleh data-data hasil penelitian lapangan (field reseach).

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiiin,

Segala puji dan Syukur kepada Allah Swt yang maha segala-galanya. senantiasa melindungi, memberi kekuatan, dan kemudahan. Juga tidak lupa kepada baginda Nabi Muhammad Saw yang memberikan pencerahan tentang hidup. Karenanya penulis mencontoh lika-liku perjuangan serta kesabaran hidup, dalam hal ini menyelesaikan skripsi sebagai catatan akhir perjalanan seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi. Skripsi ini diselesaikan sebagai syarat memperoleh jenjang Strata Satu (S 1) pada Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi bertujuan agar mahasiswa memahami dengan baik dan benar konsep dan teori-teori Komunikasi dan Penyiaran Islam yang ditempuh di Perguruan Tinggi. Mahasiswa yang disamping mempunyai kewajiban mengemban tugas sosial kepada rakyat, Mahasiswa juga diwajibkan untuk memberikan hasil selama mereka kuliah yaitu sebuah tugas akhir yang disebut skripsi.

Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini tidak jauh dari hambatan dan rintangan yang terjadi. Namun, hal tersebut dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi.MA.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah Program Non-Reguler Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ibu Asriati Djamil, Ibu Lily, dan Mas Fatoni.

3. Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Masran, M.A, yang selalu memberikan pengarahan, wawasan, kritikan dan tambahan ilmu pengetahuan, serta dorongan dan saran-sarannya kepada penulis.

4. Dosen-dosen Fakultas Dakwah, Pak Gun-gun, Pak Mahmud Djalal, Mas Dedy, Pak Lutfi, Bu Umi, Bu Armawati yang selalu mensupport proses pembuatan skripsi penulis.

(6)

6. Ibuda Hj. Eti Suwanah serta kakak-kakakku yang senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-temanku angkatan ’03 Non Reguler, Bang Rasyid, Andres, Adi, Ayub (erik), M. Rifki, Udin, Awank, Awal, Heru, Taufan, Wilna, Bani, Yandi, Fandi, juga tidak lupa kepada Novi, Rossa, Widy, Atoen, Eva, Izie, Ani, Becky, dll, yang sama-sama berjuang menempuh hari-hari dibangku perkuliahan, canda tawa kita lewati hingga akhir semester dikampus ini.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini terwujud yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, besar harapan semoga skripsi ini tidak hanya menjadi penghias rak buku tetapi dapat bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca.

Jazakumullah Khairan Katsiro …

Jakarta, 19 Agustus 2008 Penulis,

ARSYI MAKIN

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

... i

KATA PENGATAR

... ii

DAFTAR ISI

... iv

DAFTAR TABEL

... vi

BAB I

PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

D. Metodelogi Penelitian... 6

E.

Sistematik Penulisan... 10

BAB II

TIJAUAN TEORITIS TENTANG RESPON JAMA’AH

TERHADAP PENGAJIAN TAFSIR TEMATIK

... 11

A. Respon ... 11

a. Pengertian Respon ... 11

b. Macam-Macam Respon... 13

c. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon... 18

B. Pengertian Jama’ah ... 19

C. Pengajian ... 20

a. Pengertian Pengajian ... 20

b. Tujuan Pengajian ... 21

(8)

BAB

III

PROFIL MASJID ISLAMIC CENTRE JAKARTA

UTARA

... 23

A. Gambaran Umum Masjid Islamic Centre Jakarta Utara... 23

B. Program Kegiatan Masjid Islamic Centre Jakarta Utara ... 27

C. Struktur Organisasi Dewan Pengelola Masjid Islamic Centre (DPM) Jakarta Utara ... 31

BAB

IV

ANALISIS RESPON JAMA’AH TERHADAP

PENGAJIAM TAFSIR TEMATIK DI MASJID

ISLAMIC CENTRE JAKARTA

... 34

A. Identitas Responden... 34

B. Respon Jama’ah Terhadap Da’I ... 36

C. Respon Jama’ah Terhadap Materi ... 40

D. Respon Jama’ah Terhadap Metode... 53

BAB V

PENUTUP

... 56

A. Kesimpulan... 56

B. Saran-Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA

...
(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Selama Tiga Bulan……… 34

Tabel 1 : Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pendidikannya………..….39

Tabel 2 : Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pekerjaannya………...…..…40

Tabel 3 : Pandangan Jama’ah Tentang Da’I Yang Disukai………...41

Tabel 4 : Pandangan Jama’ah Tentang Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A.…..42

Tabel 5 : Pandangan Jama’ah Tentang K.H. Syukron Makmun……….…...43

Tabel 6 : Pandangan Jama’ah Tentang Kemampuan Da’I Dalam Penyampaian Materi...44

Tabel 7 : Pandangan Jama’ah Tentang Judul Materi Kejadian Manusia…………46

Tabel 8 : Pandangan Jama’ah Tentang Judul Islam Dan Politik………47

Tabel 9 : Pandangan Jama’ah Tentang Judul Kewajiban menjaga dan Melestarikan Lingkungan……….………....…….48

Tabel 10: Pemahaman Jama’ah Tentang Materi Yang di Sampaikan Oleh Da’i....50

Tabel 11: Keseriusan Jama’ah Dalam Mencatat Materi Yang Disampaikan Oleh Da’i………..……….51

Tabel 12: Keinginan Jama’ah Dalam Mengulang Materi Yang Telah di Sampaikan Oleh da’i………...……52

Tabel 13: Ketetarikan Jama’ah Dalam Materi Yang di Sampaikan………....53

Tabel 14: Peningkatan Pemahaman Jama’ah Setelah Mengikuti Pengajian……...54

Tabel 15: Tingkat Pemahaman Jama’ah Tentang Kejadian Manusia Sebelum Mengikuti Pengajian………55

(10)

Tabel 17: Tingkat Pemahaman Jama’ah Tentang Kewajiban Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Sebelum Mengikuti Pengajian………...58

[image:10.595.108.489.192.564.2]
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dinul Islam sebagai ajaran agama adalah tetap, sejak diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sampai berakhirnya kemanusiaan nanti. Ajaran Islam ini tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an dan penjabarannya dalam Sunnatul Rasul yang disampaikan kepada umatnya agar semampu mungkin untuk melaksanakan ajaran Islam baik di waktu mendapat kesenangan maupun di waktu mendapat kesulitan1.

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan mensiarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Sebagai Rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilama ajaran Islam yang mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh2.

Aktivitas Dakwah Islam biasa berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah dengan adanya bangunan sebuah masjid. Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat sholat, dan tempat beribadah kepada-Nya. Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan sholat berjama’ah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak dikumandangkan nama Allah melalui azan,

1

M. Syafa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: PT.Bumi Restu, 1982), Cet.ke-1,h.45

2

(12)

qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar, dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca di masjid sebai bagian dari lapaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah3.

Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid-masjid sekarang ini banyak menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Artinya, masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat, tetapi sebagai wadah beraneka kegiatan Jama’ah/ummat Islam. Sebab, masjid merupakan integritas dan identitas umat Islam yang mencerminkan tata nilai keislamannya dengan demikian, peranan masjid tidak hanya menitik beratkan pada pola aktibitas yang bersifat akhirat, tetapi memperpadukan antara aktivitas ukhrowi dan aktivitas duniawi4.

Aktivitas yang diadakan di masjid-masjid sekarang ini sedang mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang sifatnya ibadah mahdoh maupun ghairu mahdoh yang diselenggarakan oleh pengurus masjid. Kegiatan tersebut diadakan semata-mata untuk mengajak manusia kejalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Masjid sebagai sentral kegiatan umat Islam sudah di contohkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat pada masanya.

Menurut Dr. Muchlis Bahar, Masjid pada masa Rasul biasa digunakan sebagai tempat ibadah, pengaturan tata negara, mengatur siasat perang, pengembangan pendidikan, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi atau tamu, sebagai pusat penerangan, dan pembelaan agama. Masjid juga merupakan tempat kegiatan ekonomi. Di masjid di bangun baitul maal, tempat menghimpun dana dari orang-orang kaya yang kemudian di distribusikan kepada fakir miskin dan

3

Moh. E. Ayub, dkk. Manajemen Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press. 1996), Cet.ke-1,h.7

4

(13)

orang yang membutuhkan uluran dana lainnya. “Dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia, seperti Abu Bakar Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib5.

Peran dan fungsi masjid pada massa Rasul dan para Sahabatnya memberikan contoh kepada kita bagaimana memakmurkan masjid sebagai tempat aktivitas umat. Jangan lagi menganggap tabu untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan keduniaan di dalam masjid.

Pada massa sekarang, apabila masjid hanya difungsikan sebagai tempat ibadah “ritual” saja, maka kemakmuran dari sebuah masjid akan hilang. Ada ungkapan “orang Indonesia biasanya bias membangun tetapi tidak bias memelihara6”.

Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat pembinaan umat, maka ada sisi aktivitas yang harus dikembangkan. Apalagi aktivitas masjid itu semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok orang dan aktivitasnyapun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang bersifat ritual. Oleh kerena itu, semestinya aktivitas masjid menyentuh dan melibatkan semua sekelompok jama’ah, mulai dari kanak-kanak, remaja, pemuda, orang dewasa sampai orang tua yang sudah lanjut usia sekalipun7.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

5

Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Umat. Dialog Jum’at Republika, 4 Maret 2005, h.4

6

Ibid

7

(14)

Artinya: Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18)8

Salah satu masjid yang telah berjalan dalam melaksanakan aktivitas dakwah adalah Masjid Islamic Centre yang terletak di wilayah Jalan Kramat Jaya, Tugu Utara-Koja, Jakarta Utara. Masjid ini berfungsi sebagai sarana dakwah Islam. Ini dapat dilihat dari berbagai bentuk aktivitas yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Centre, yang berhubungan dengan dakwah Islam. Masjid ini berdiri seiring dengan kebutuhan jama’ah untuk beraktivitas, karena letaknya secara geografis jauh dari masjid lain dan semakin banyaknya jama’ah. Maka aktivitas dakwahnyapun terus ditingkatkan sebagai wujud nyata dari sarana dakwah Islam.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai fusat kegiatan dakwah, Masjid Islamic Centre Jakarta menyelenggarakan banyak kegiatan, diantaranya pengajian Tafsir Tematik. Dalam pelaksanaanya pengajian ini mendapat perhatian yang cukup baik dari para jama’ah. Hal ini terlihat dari perkembangan jama’ah yang semakin lama semakin bertambah banyak.

8

(15)

Dari uraian di atas maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Tafsir Tematik Di Masjid Islamic Centre Jakarta”

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian memfokuskan pada masalah respon jama’ah terhadap pengajian Tafsir Tematik dengan cara menganalisis bagaimana respon jama’ah terhadap aktivitas pengajian yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Centre Jakarta Utara. Yang di maksud respon dalam penelitian ini adalah tanggapan/pandangan jama’ah terhadap pengajian Tafsir Tematik. Dari tiga elemen respon yaitu Kognitif, Afektif, dan Konatif Peneliti memfokuskan Penelitian ini hanya pada Aspek Kognitif.

Sedangkan pengajian Tafsir Tematik difokuskan pada unsur-unsur pelaksanaan pengajian tersebut dengan aktivitas dakwah yang meliputi Subyek, Materi, dan Metode.

Peneliti membataskan penelitian ini hanya pada aktivitas pengajian Tafsir Tematik yang berlangsung selama tiga bulan, mulai bulan Pebruari sampai dengan bulan April tahun 2008.

2. Perumusan Masalah

(16)

Dari permasalahan umum tersebut, dapat dirinci ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Respon Jama’ah terhadap Da’i dalam Pengajian Tafsir Tematik b. Bagaimana Respon Jama’ah terhadap Materi yang disampaikan

c. Bagaimana Respon Jama’ah terhadap Metode yang digunakan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahahui Respon Jama’ah terhadap Da’i pada Pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre.

b. Untuk mengetahui Respon Jama’ah terhadap Materi yang di sampaikan c. Untuk mengetahui Respon Jama’ah terhadap Metode yang di gunakan 2. Manfaat Penelitian

a. Adapun manfaat yang diharapkan dari ini adalah sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan Islam tentang proses komunikasi dalam penyampaian pesan (Materi) dari komunikator (Da’i) kepada sempel komunikasi (Mad’u) yang bermanfaat khususnya terhadap psikologi dakwah yaitu tentang Respon Jama’ah terhadap aktivitas pengajian yang diadakan oleh pengurus Masjid Islamic Centre

b. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Masjid Islamic Centre mengambil kebijakan dan menyusun program dalam upaya pengembangan pelaksanaan aktivitas pengajian Majelis taklir di Masjid Islamic Centre.

(17)

sebagai acuan kegiatan untuk menjalankan aktivitas Masjid taklim, khususnya di Masjid Islamic Centre.

D. Metodelogi penelitian

1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data explonatory research, melalui pendekatan penelitian tersebut di harapkan dapat menjelaskan hubungan kausal antara variable-variabel.9

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil dari satu populasi dan menggunakan kuesoner sebagai alat pengukuran data yang pokok10. Pada umumnya yang merupakan unit analisis dalam penelitian survai adalah individu11.

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptip analisis yaitu suatu metode penelitian untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar berkala12. Selain itu di tunjang pula oleh data-data hasil penelitian lapangan (field reseach).

2. Populasi dan sempel a. Populasi :

9

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed) Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet.ke-II,h.5

10

Ibid, h.3

11

Ibid

12

(18)

Populasi dalam penelitian ini adalah Jama’ah Masjid Islamic Centre Jakarta Utara yanga mengikuti aktivitas pengajian Tafsir Tematik yang berjumlah 76 orang.13

b. Sempel

Sempel dari penelitian ini adalah Jama’ah yang sudah rutin mengikuti pengajian Tafsir Tematik. Yaitu 76 orang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah, observasi, angket, dokumentasi, catatan lapangan.

a. Angket

Teknik ini di gunakan untuk mengetahui tanggapan/pandangan Jama’ah terhadap unsu-unsur dalam aktivitas dakwah yang di lakukan oleh Masjid Islamic Centre Jakarta Utara khususnya pada pengajian Tafsir Tematik. Selain itu data tentang responden sendiri sebagai obyek dakwah juga diperoleh melalui angket ini.

b. Observasi

Dalam penelitian ini Observasi atau pengamatan di lakukan di Masjid Islamic Centre.

Adapun hal yang akan di Observasi dalam penelitian ini adalah:

1) Pelaksanaan kegiatan pengajian yang diselenggarakan setiap kamis pekan ke dua.

2) Respon Jama’ah terhadap Da’i dalam pengajian Tafsir Tematik 3) Respon Jama’ah terhadap Materi yang di sampaikan

13

(19)

4) Respon Jama’ah terhadap Metode yang di gunakan c. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas dakwah yang di adakan di Masjid Islamic Centre khususnya pada pengajian Tafsir Tematik yang meliputi:

a. Daftar peserta setiap kegiatan, keseluruhan yang terdaftar b. Jadwal kegiatan yang memuat : Penceramah, waktu, dan Materi 4. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan cara angket. Dalam hal ini penulis menyebarkan angket atau daftar pertanyaan tertulis yang di sampaikan kepada responden (Jama’ah) yang mengikuti pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre.

b. Data sekunder yaitu data yang di kumpulkan peneliti berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen, buku-buku, diktat, serta sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah penulis penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Data-data yang penulis peroleh dari hasil penyebaran angket, akan di analisis yang kemudian akan penulis kritisi. Metode yang penulis gunakan adalah statistik prosentase sebagai berikut.

% 100

× =

N f P

P : Besarnya Prosentase F : Frekuensi

(20)

Selanjutnya cara penghitung prosentase ini adalah dengan menggunakan tabulasi silang.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Diawali dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teori

Berdasarkan kerangka teori dalam bab ini maka terdapat beberapa poin yaitu pengertian respon, macam-macam respon, faktor-faktor terbentuknya respon, pengertian jama’ah, pengertian pengajian, tujuan pengajian, dan pengertian tafsir tematik.

BAB III : Profil Masjid Islamic Centre

Membahas tentang profil Masjid Islamic Centre maka Bab ini terdiri dari Sejarah berdiri, Visi Misi, Program kegiatan Islamic Centre, Struktur Organisasi Islmic Centre

BAB IV : Hasil Dan Analisis Data

Dalam bab ini berisi tentang hasil dan analisis tentang identitas responden, respon jama’ah terhadap da’i, respon jama’ah terhadap materi, dan respon jama’ah terhadap metode

BAB V : Penutup

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORI TENTANG RESPON DAN TAFSIR TEMATIK

A. Respon

1. Pengertian Respon

Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa “Respon” adalah reaksi Psikologi metabolic terhadap tibanya suatu rangsangan ada yang bersifat terkendali14. Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi, misalnya, Masyarakat terhadap bencana perbaikan kampung sangat baik15. Tanggapan adalah suatu yang timbul akibat adanya suatu gejala atau peristiwa. Reaksi adalah tanggapan suatu aksi sedangkan jawaban adalah suatu yang muncul karena adanya suatu pertanyaan.

Menurut Ahmad Subandi mengemukakan bahwa respon dengan umpan balik (feed back), memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi16. Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah atau dari komunikasi kepada komunikator maka akan menimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah atau komunikasi.

Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang

14

Save D. Dagum, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan kebudayaan,1997), cet,ke-1,h.964

15

Depdikbut, Kamus besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi. Ke-III, h.838

16

(22)

dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakkan jalinan system utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasinya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terdapat keteraturan17.

Dalam komunikasi massa ada beberapa model atau teori diantaranya teori respon. Respon merupakan modal dasar atau sangat sederhana dari komunikasi yang menunjukan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang menggambarkan hubungan stimulus respon-asumsi dari teori ini bahwa stimulus yang berupa kata-kata verbal, isyarat, nonverbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon-respon dengan cara-cara tertentu, proses pemindahan atau pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek18.

Teori stimulus-respon ini beranggapan bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subyek yang diterima oleh objek. Kuat lemahnya rangsangan akan menentukan mutu atau kulitas responden (reaksi, tanggapan, balasan) dari objek yang menerima stimulus. Di dalam proses dakwah seorang da’i harus mampu memberikan stimulus dan penguatan (reinforcement) kepada objek dakwah sehingga dakwahnya dapat di terima objek dakwah secara positif19.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh steven. M. Chafferespon menjadi tiga bagian yaitu:

17

Onong Uchana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rosdakarya, 1999),cet.ke-12,h.18

18

Winarmi, Komunikasi Massa, (Malang: UMM: Press, 2003),cet.ke-1,h.58

19

(23)

a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi tindakan atau kebiasaan20.

Oleh karena itu proses perubahan sikap tertentu tergantung pada keselarasan antara da’i (subjek dakwah) dan objek dakwah, apabila stimulus da’i dapat diterima oleh objek dakwah atau sebaliknya tidak diterima. Jika stimulus da’i diterima berarti komunikasi antara da’i dan mad’u dapat efektif dan lancar, begitu pula sebaliknya.

2. Macam-Macam Respon

Macam-macam respon yang diartikan sebagai respon dapat dibedakan berdasarkan inderayang digunakan. Dalam respon tidak hanya dapat menghidupkan kembali apa yang telah diamati (dimasa lampau), akan tetapi juga dapat mengantisipasi yang akan datang atau mewakili yang sekarang.

Agus Sujanto mengemukakan macam-macam respon sebagai berikut : a. Respon Menurut Yang Diamati

1) Respon audit

Respon audit adalah respon terhadap apa-apa yang didengar, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain21. Artinya orang dapat mengingat

20

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),h.218

21

(24)

dan menimbulkan respon dengan baik sekali bagi apa yang telah di dengarnya.

Orang dapat mendengar sesuatu dengan alat pendengaran yaitu telinga. Telinga merupakan salah satu alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang ada disekitarnya, telinga dapat menerima stimulus dari luar, stimulus dapat berwujud bunyi yang merupakan getaran udara dan getaran medium lainnya, sebagai respon dari stimulus itu orang dapat mendengarnya22.

Sebagai respon dari stimulus itu orang dapat mendengarnya seperti halnya dalam penglihatan, dalam pendengaran individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu respon terhadap stimulus tertentu. Jika individu dapat menyadari apa yang di dengar, dan terjadilah suatu pengamatan yang memungkinkan untuk menimblkan respon-respon tertentu.

2) Respon Visual

Respon visual adalah respon terhadap suatu yang dilihat23. Artinya orang lebih mudah dan lebih cenderung untuk menimbulkan respon-respon dari apa yang telah dilihatnya.

Untuk mengamati sesuatu, individu harus mempunyai perhatian kepada objek yang di amati, bila individu telah memperhatikan selanjutnya individu menyadari sesuatu yang di perhatikan itu, atau dengan kata lain individu mengamati apa yang diterima dengan alat

22

Mahtudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Sinar Wijaya 1986) h.79

23

(25)

inderanya, Alat indera merupakan alat utama dalam individu dalam mengadakan pengamatan.

Seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mengamati apa yang dilihatnya. Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf sensorik ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang dilihat24. 3) Respon Perasaan

Respon perasaan adalah serpon sesuatu yang dialami oleh dirinya25. Perasaan biasanya disifatkan sebagai suatu waktu, misalnya orang merasa sedih, senang, terharu, dan sebagainya bila melihat sesuatu, mendengar sesuatu, mencium bau dan sebagainya. Dengan kata lain perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa. Sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang pada umumnya dating dari luar26. Contoh. Seorang da’I harus mampu menggerakkan perasaan dan kemauan khalayak, misalnya dengan melahirkan rasa hati dengan semangat yang menyala-nyala dan melahirkan perasaan yang menyentuh ulu hati pendengaran, sehingga jiwanya berbeda dan bergetar menerima isi pesan da’i. suasana riang dan suasana sedih memerlukan cara pembukaan yang berbeda dengan mendasari ceramah/pidato kepada suasana emosi khalayak, mereka dapat dibawa dengan mudah kepada gagasan yang akan disampaikan.

24

Ibid. h. 45

25

Ibid, h. 30

26

(26)

b. Respon Menurut Terjadinya,Yaitu Sebagai Berikut 1) Respon Ingatan

Tiap kali kita dapat menimbulkan kembali pengertian-pengertian atau kesan-kesan kita yang sudah lama beradu didalam kesadaran kita dengan menggunakan kekuatan jiwa kita. Daya jiwa itu adalah ingatan, ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan memproduksi kembali pengertian-pengertian atau respon-respon kita27.

Dari segala kesan-kesan dan pengalaman-pengalaman yang telah lampau selalu tertinggal jejaknya pada kita, tertinggalnya bekas-bekas yang lampau ini, meskipun tidak selalu ada secara sadar, namun nasih dapat ditimbulkan kembali dalam kesadaran, inilah yang merupakan esensi dari apa yang kita sebut ingatan28.

Seperti telah dikemukakan diatas, ingatan itu berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang telah lampau, dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa apa yang di ingat adalah hal yang pernah di alaminyadan pernah diamatinya. Dengan demikian bila ditinjau lebih lanjut, ingatan itu tidak hanya kemampuan untuk menyimpan apa yang telah dialaminya saja, tetapi juga termasuk kemampuan untuk kembali untuk jelasnya baiklah di ajukan sebagai conton. Kita dapat mengingat-ingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang di mengingat-ingat itu pernah kita alami ayau dengan kata lain pernah dimasukkan dalam kesadaran, kemudian disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali diatas kesadaran. Dengan demikian maka ingatan itu merupakan

27

Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta Bumi Aksara 2001),Cet,ke-11,h.41

28

(27)

kemampuan menerima atau memasukkan, dan mengeluarkan kembali (remembing) hal-hal yang telah lampau29.

2) Respon Fantasi

Fantasi sering di samakan orang dengan istilah khayal, akan tetapi dalam psikologi istilah fantasi diartikan lebih luas dari pada khayal.

Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan respon-respon baru dengan bantuan respon yang sudah ada pada diri kita, jadi cirri khas gejala jiwa ini adalah unsure menciptakan sesuatu yang baru dalam jiwa. Ciptaan-ciptaan baru yang terjadi oleh fantasi ini dapat berupa kreasi atau kesan baru tentang sesuatu yang sifatnya di sadari atau baru tentang sesuatu yang sifatnya di sadari atau kurang atau tidak disadari oleh orang yang bersangkutan30.

3) Respon Pikiran

Respon pikiran adalah respon masa datang atau respon terhadap sesuatu yang akan terjadi31.

Berpikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita. Berpikir adalah suatu proses dialektis. Artinya. Selama kita berpikir, pikiran kita mengadakan Tanya jawab dengan pikiran kita untuk dapat meletakkan hubungan antara

29

M.A. Gazali, Ilmu Jiwa (Bandung: Ganaco N.V. 1958),Cet Ke-5,h. 87

30

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 2001),Cet ke-3,h. 66

31

(28)

pengetahuan kita dengan tept. Pertanyaan itulah yang memberi arah kepada pikiran kita32.

Para pakar mengemukakan bahwa beberapa hal yang khas dalam proses berpikir ialah bahwa setiap berpikir maka kita di hadapkan pada suatu persoalan/problem, problem inilah yang merupakan mendorong atau memberi arah pada berlangsungnya berpikir kita, dan selain itu, problem itulah pula yang menjadi pendorong bagi kita untuk melakukan kegiatan kearah penyelesaian33.

Kita berpikir kalau kita menghadapi suatu kesulitan atau suatu masalah, dapat juga dikatakan bahwa suatu masalah itu mengarahkan pikiran kita memberi arah kepada jalan pikiran kita.

Selanjutnya dalam perumusan tersebut bahwa pikiran berpikir adalah aktivitas jiwa yang mempunyai kecenderungan final (final terdency) yaitu pemecahan persoalan yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan itu dalam kegiatan berpikir kita menggunakan pengalaman yang telah ada pada diri kita.

3. Faktor-Faktor Terbentuknya respon

Manusia menerima stimulus semenjak manusia itu lahir. Penerimaan stimulus sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh.

Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat pengaruh dari dirinya, untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya. Terus memperatikan,

32

Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta: Bumi Aksara 2001),Cet,ke-11,h. 56

33

(29)

menggalih lingkungansekitar, serta aspek ekternal, seperti dikatakan Bimo Walgito alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia lainnya34.

Respon yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi factor penyebabnya, hal ini perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan respon tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu sebabindividu melakukan terhadap stimulus yangada penyesuaian atau yang menarik dirinya, dengan demikian maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada keadaan individu pada dua factor yaitu:

a. Faktor Internal

Manusia itu terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani maka seseorang yang mengadakan respon terhadap sesuatu stimulus tetap di pengaruhi oleh eksitensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsure saja maka akan melahirkan hasil respon yang berbeda intensinya pada diri individu yang melakukan respon atau akan berbeda responnya tersebut diantaranya satu orang dengan orang yang lain. Unsure jasmani atau psikologi meliputi keberadaan, keutuhan dan cara kerja alat indera, urat syaraf dan bagian-bagian tertentu pada otak.unsur-unsur rohani dan psikologi yang meliputi keberadaan, perasaan akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, mitivasi dan sebagainya.

34

(30)

Perbedaan lain yang menyebabkan orang memiliki respon yang berbeda terhadap stimulus yang sama adalah berupa kebutuhan atau motif yang berlainan, untuk setiap orang, sikap, nilai, prefensi dan keyakinan yang berlainan merupakan factor personal yang mempengaruhi respon yang berbeda

b. Paktor Eksternal

Paktor eksternal yaitu paktor yang ada pada lingkungan, paktor iniu intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan paktor stimulus, paktor pisis berhubungan dengan objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera35.

Manusia adalah makhluk yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan, paktor eksternal adalah petunjuk yang bias kita amati dari objek, petunjuk tersebut dapat berupa karakter fisik dari stimulus itu sendiri. Pengorganisasian pesan yaitu cara bagaimana pesan diatur atau diorganisasikan memengaruhi respon kita, novelty (kebauran, keluar biasaan), hal yang baru atau luar biasa saja, dan asal mula informasi artinya informasi yang berasal dari lingkungan, dari orang lain, dari media massa, dan lain sebaganya, yang mempengaruhi kita dalam menyerap pesan.

B. Pengertian Jama’ah

Menurut bahasa,“Jama’ah” diambi l dari kata dasar jama’a (mengumpulkan) yang berkisar pada al-jam’u (kumpulan), al-ijma’ (kesepakatan), dan alijtima’ (perkumpulan) yang merupakan antonim (lawan kata) at-tafarruq (perpecahan). Ibnu Faris berkata :“Jim, mim, dan ‘ain adalah satu dasar yang menunjukkan

35

(31)

berkumpulnya sesuatu. Dikatakan, jama’tu asy-syai’a jam’an (aku mengumpulkan sesuatu). Menurut istilah para ulama aqidah, “Jama’ah” adalah generasi Salaf dari umat ini, meliputi para sahabat Nabi , para tabi’in, dan semua orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari Kiamat. Mereka adalah orang-orang yang bersepakat untuk menerima kebenaran yang nyata dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menurut bahasa Arab pengertiannya ialah dari kata Al-Jamu’ dengan arti mengumpulkan yang tercerai berai. Adapun dalam pengertian Asyari’ah, Al-Jama’ah ialah orang-orang yang telah sepakat berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits dan mereka itu ialah para shahabat, tabi’in (yakni orang-orang yang belajar dari shahabat dalam pemahaman dan pengambilan Islam) walaupun jumlah mereka sedikit, sebagaimana pernyataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu : “Al-Jama’ah itu ialah apa saja yang mencocoki kebenaran, walaupun engkau sendirian (dalam mencocoki kebenaran itu). Maka kamu seorang adalah Al-Jama’ah.”36

C. Pengajian

1. Pengertian Pengajian

Pengajian dalam bahasa arab disebut At-ta’liimu asal kata ta’allama yata’allamu ta’liiman yang artinya belajar, pengertian dari makna pengajian atau ta’liim mempunyai nilai ibadah tersendiri, hadir dalam belajar ilmu agama bersama seorang Aalim atau orang yang berilmu merupakan bentuk ibadah yang wajib bagi setiap muslim.

2. Tujuan Pengajian

36

(32)

Didalam pengajian terdapat manfaat yang begitu besar positifnya, didalam pengajian pengajian manfaat yang dapat di ambilnya menambahnya dari salah satu orang yang biasa berbuat negative dengan memanfaatkannya menjadi positif. Hal yang seperti ini pada masyarakat muslim pada umumnya dapat memanfaatkan pengajian untuk merubah diri atau memperbaiki diri dari perbuatan yang keji dan mungkar.

D. Pengertian Tafsir Tematik

Tafsir Tematik adalah metode tafsir yang berusaha menggali isi Al-qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat tertentu yang mempunyai kesatuan maksud dan bersama-sana membahas topic/judul tertentu kemudian disusun secara sistematis sesuai dengan masa turunnya dan selaras dengan sebaba-sebab turunnya. Dengan memperhatikan ayat-ayat tersebut berikut penjelasannya, keterangan serta korelasinya dengan ayat-ayat yang lain, istinbat al-hukmitu dilakukan.

Dari definisi diatas, Dr.Jum’at Ali Abdul Qadir mengungkapkan bahwa tafsir tematik tidak bias diartikan dengan menggunakan arti tafsir secara terminology. Sebab tafsir tematik tidak mencakup seluruh ayat-ayat yang ada dalam Al-qur’an, melainkan hanya mengambil pokok pembahasan tertentu untuk ditelaah lebih dalam.

(33)

menelisik lebih jauh tentang masalah itu melalui himpunan ayat-ayat quraniyah yang mempunyai keterkaitan erat, metode ini dinilai mampu menampilkan sebuah materi yang lebih spesifik dan efisien. Metode tematik tidak hanya menginduksi makna-makna yang terkandung dalam teks saja, karena disana ada semacam pembacaan realita, sehingga konklusi yang dihasilkan tampak lebih mudh dicerna oleh kalangan masyarakat dari berbagai strata. Selain itu, metode ini bias digunakan oleh seseorang sebagai dalil atas argumentasi mereka bahwa Al-qur’an sejalan dengan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Ada dua bentuk metode penafsiran tematik yaitu:

1. Penafsiran satu surat dalam Al-qur’an dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus atau tema sentral surat tersebut, kemudian menghubungkan ayat-ayat yang beraneka ragam itu satu dengan lain dengan tema sentral tersebut

2. Menghimpun ayat-ayat Al-qur’an yang membahas masalah tertentu dari berbagai surat Al-qur’an (sedapat mungkin diurut sesuai dengan masa turunnya, apalagi jika yang dibahas adalah masalah hokum) sambil memperhatikan sebab nujul, munasabah masing-masing ayat, kemudian menjelaskan pengertian ayat-ayat tersebut yang mempunyai kaitan dengan tema atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penafsiran dalam satu kesatuan pembahasan sampai ditemukan jawaban-jawaban Al-qur’an menyangkut tema (persoalan) yang dibahas.

(34)
(35)

BAB III

PROFIL MASJID ISLAMIC CENTRE JAKARTA UTARA

A. Gambaran Umum Masjid Islamic Centre Jakarta

Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) mulai dibangun pada akhir tahun 2001, dan digunakan pertama kali dalam pelaksanaan Shalat Jum’at perdana pada tanggal 6 September 2002 yang dihadiri oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, H. Sutiyoso yang waktu itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun peresmian Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) dilakukan pada tanggal 4 Maret 2003 oleh Mantan Gubernur H. Sutiyoso yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Menempati area seluas 2,2 Ha, Masjid ini memiliki fasilitas berupa ruang Shalat utama, Koridor, mezanin, selasar tertutup dan plasa. Kapasitas Jama’ah Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) berjumlah 20.680 orang. Ruang utama Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) memiliki bentengan 68 meter tanpa tiang yang merupakan bentengan terbesar se-Asia Tenggara37.

Bentuk bangunan Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) merupakan manifestasi dari sifat-sifat keperkasaan (Al-Jabbaru), kemegahan (Al-Mutabbiru) sekaligus kelembutan dan keindahan (Al-Lathief) yang diharapkan dapat menghapus stigma lama lokalisasi dengan filosofi bangunan bersifat monumental yang kontras dengan lingkungan sekitar, berbobot syiar yang tinggi serta ramah dan “mengundang” umat untuk beribadah. Secara arsitektur kaya dengan nuansa Betawi

37

(36)

yang identik juga dengan nuansa Islam dan memeliki menara setinggi 114 meter yang mengandung makna surat dalam Al-Qur’an.

Jakarta Islamic Centre (JIC) atau yang dikenal juga dengan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta adalah organisasi Non Struktural di bawah Pemda Prov. DKI Jakarta yang berdiri di eks lokasi resosialisasi (Lokres) Kramat Tunggak, Tanjung Priuk, Jakarta Utara.

Lokres Kramat Tunggak adalah nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yang terletak di jalan Kramat Jaya RW.019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara. Areal tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan rukun Tetangga (RT)38.

Kramat Tunggak (Kramtung), kemashurannya tidak saja terkenal di Indonesia, namun juga terkenal hingga ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat jajan terbesar bagi kaum hidung belang. Pada awal pembukaannya tahun 1970-an, terdapat 300 orang WTS dengan 76 orang germo jumlah ini terus bertambah seiring bertambah bulan dan tahun. Menjelang akhir ditutupnya Lokres Kramtung tahun 1999, jumlahnya mencapai 1.615 orang WTS di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar39. Artinya, lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru pada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta yang tidak bias dipisahkan dari sejarahnya sebagai sebuah kultur Betawi yang sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat

38

Koran Harian Republika, 10 juli 2006

39

(37)

multikultur, toleran dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaan mereka.

Kondisi demikian ini menimbulkan desakan yang tidak henyi-hentinya dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup. Adanya desakan yang demikian menguat tersebut pada akhirnya dilakukan penelitian oleh Dinas Sosial bersama Universitas Indonesia untuk tentang sejauh mana penolakan masyarakat terhadap PKSW Teratai Harapan Kramat Tunggak.

Dari hasil penelitian tersebut, pada tahun 1997 direkomendasikan agar lokres tersebut ditutup. Pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti social tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999. pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No.6485/1998. selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks lokres Kramat Tunggak40.

Setelah dibebaskan banyak muncul gagasan terhadap lokasi bekas Kramat Tunggak tersebut, ada yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan (mal), perkantoran dan lain sebagainya. Namun mantan Gubernur H. Sutiyoso, waktu itu masih menjabat sebagai Gubernur memiliki ide lain yaitu membangun Islamic Centre. Sebuah ide yang cemerlang yang menyatukan kelompok-kelompok lain yang awalnya berbeda-beda.

Pada tahun 2001 mantan Gubernur H. Sutiyoso, pada waktu masih menjabat sebagai Gubernur melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui sejauh mana dukungan masyarakat terhadap sebuah

40

(38)

perubahan yang telah dicanangkan. Ternyata 24 Mei 2001 dukungan itu semakin menguat. Gagasan untuk membangun Jakarta Islamic Centre (JIC), dikemukakan Mantan Gubernur H. Sutiyoso yang pada waktu itu masih menjabat sebagai Gubernur kepada Prof. Azzumardi Azra (Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah), yang waktu itu masih menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di New York di sela-sela kunjungannya ke PBB pada tanggal 11-18 April 2001 dan mendapatkan respon yang sangat positif41.

Setelah adanya konsultasi terus menerus antara masyarakat, ulama, praktisi baik skala local maupun regional bahkan internasional akhirnya diwujudkan dalam sebuah master plan pembangunan JIC pada tahun 2002. kemudian dalam rangka memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC, pada Agustus 2002 dilakukan studi komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris, dan Prancis. Pada tahun yang sama, dilakukan perumusan Organisasi dan Manajemen JIC. Kehadiran JIC ternyata Sesutu yang sangat fenomenal sebagai produk zaman yang strategis dan monumental.

Dalam rangka menyongsong cita-cita besar umat Islam yang digantungkan kepada Jakarta Islamic Centre, dikeluarkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre). Selanjutnya pada April tahun 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No.651/200442.

41

Jakarta Islamic Centre : Dulunya Lokalisasi berskala Asia Tenggara. Republika.10 juli 2006

42

(39)

Kehadiran Jakarta Islamic Centre (JIC) yang merubah tanah hitam menjadi tanah putih , “Min al-dzulumaat ila an-nuur”, diharapkan mampu menampilkan citra baru yang memancarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang menyejukkan nurani.

Citra yang baik dan profesional tersebut tercermin dalam sebuah Visi dan Misi: Visi: Mewujudkan Pusat Pengembangan Islam Jakarta sebagai landmark dengan sosok fisik yang monumental, bernuansa Islam dimana Masjid sebagai sentrumnya.

Misi: Mewujudkan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Muslim, Pengkajian, Data dan Informasi serta Budaya Islam di Jakarta yang bertaraf Internasional43.

B. Program Kegiatan Masjid Islamic Centre

Dalam rangka pengembangan dakwah Islam, Masjid Islamic Centre Jakarta Utara mengadakan berbagai kegiatan yang keseluruhan mengarah kepada dakwah Islam. Pada saat penelitian dilakukan pengamatan dan informasi yang diperoleh ada berbagai kegiatan dakwah yang dilaksanakan di Masjid Islamic Centre Jakarta Utara.

Adapun Program kegiatan yang menjadi perhatian Masjid Islamic Centre meliputi:

1. Program Kegiatan Takmir

a. Pelaksanaan Ibadah Mahdhoh: Shalat lima waktu berjama’ah, yang dipimpin oleh imam rawatib Masjid Islamic Centre dan Shalat Jum’at yang di ikuti

43

(40)

oleh Masyarakat sekitar wilayah Masjid Islamic Centre dengan persentase kehadiran jama’ah sekitar 5000 orang.

b. Menyusun silabus materi khutbah jum’at yang berkesinambungan, menyusun silabus materi Kuliah Ahad Dhuha yang berkesinambungan dengan tema gelobal “Membentuk Keluarga Sakinah”

c. Kuliah Tujuh menit (Kultum) ba’da Shalat Dzuhur dengan para pemateri dari kalangan MUI, DMI, KODI DKI dan Ulama di sekitar Masjid Islamic Centre.

d. Bimbingan Al-qur’an dan terjemaah lafdziah yang di selenggarakan setiap hari pukul 18.15-19.00 wib.

e. Kuliah Ahad Dhuha, yang diselenggarakan setiap Ahad pukul 07.00-08.30 wib, diikuti oleh masyarakat sekitar Masjid Islamic Centre (JIC) dengan jumlah 1000 orang jamaah.

f. Kajian Kitab Kuning : Tafsir, Hadits , Fiqih, dan Tasawuf setiap malam sabtu ba’da shalat Maghrib sampai Shalat Isya, diikuti oleh 70 orang jamaah tetap.

g. Kajian-kajian ilmiah di antaranya lokakarya shalat dalam perspektif Fiqih Kontemporer”.

h. TKA/TPA BIRENA: Al-qur’an / Hadits,Ilmu Agama dan Umum di selenggarakan setiap Senin s/d Jum,at pukul 14.00 – 17.00 wib.

i. Pengajian Majlis Taklim kaum ibu yang di selenggarakan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis pada pukul 09.00 – 11.00 wib.

j. Kajian Fiqih Tematik yang di selenggarakan setiap Kamis pekan ke 4 ( empat ) pukul 16.00 – 17.30 wib.

(41)

Shalat Taraweh berjamaah dengan menghatamkan Al-qur’an, ceramah teraweh dengan materi terstruktur dan sistematis,tadarus Al-quran kaum ibu ba’da shalat Ashar dan remaja ba’da shalat taraweh,buka puasa bersama di Masjid Jakarta Islamic centre ( JIC ) yang diikuti 100-200 orang, santunan anak yatim sekitar JIC, ceramah subuh, I’tikaf ramadhan, pelaksanaan ZIS Ramadhan, pesantren kilat remaja, jambore ramadhan, Gema Bedug dan Takbir.

l. Peringatan Hari Besar; Maulid Nabi Muhammad SAW, Tahun Baru Hijriyah, Isra mi’raj , Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

m. Kajian Tafsir Tematik yang diselenggarakan setiap Kamis pekan ke 2 ( dua ) pukul 16.00 – 17.30 wib. Pengajian Tafsir Tematik disampaikan oleh Ustadz secara langsung membahas ayat suci Al-Qur’an, kemudian dilakukan termin tanya jawab supaya jama’ah yang belum paham dengan materi yang di sampaikan oleh Ustadz dapat bertanya dan dapat memahami materi yang telah disampaikannya.

Adapun pemateri dan Materi adalah:

No Tgl Pemateri Materi

1

2 3

14 Feb 2008

13 Mar 2008 10 Apr 2008

Dr. KH. Ahsin S. Muhammad,MA

K.H. Syukron Makmun K.H. Syukron Makmun

Kewajiban menjaga dan Melestarikan Lingkungan

Kejadian Manusia Islam dan Politik

2. Program Pendidikan dan Latihan

(42)
(43)
(44)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA

A. Identitas Responden

Dari 76 kuisioner (angket) yang telah terkumpul penulis mendapatkan data mengenai responden dan selanjutnya penulis klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu, identitas keadaan responden berdasarkan pendidikannya, dan Pekerjaannya.

[image:44.595.88.506.348.602.2]

Adapun frekuensi berdasarkan pendidikannya responden pengajian Tafsir Tematik dapat dilihat pada tabel satu (1) dibawah ini:

Tabel 1

Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pendidikannya

No Berpendidikan Frekuensi Prosentase (%)

1 SD 2 3

2 SLTP 14 18

3 SLTA 46 61

4 DIPLOMAT/SARJANA 14 18

JUMLAH 76 100

(45)

Dengan data tersebut maka dapat diketahui bahwa jama’ah yang berpendidikan SLTA adalah Jama’ah terbanyak yang mengikuti pengajian Tafsir Tematik yang diadakan kamis sore pekan ke dua di Islamic Centre Jakarta. Sedangkan yang berpendidikan perguruan tinggi (Diploma/Sarjana) sebanyak 14 orang (18%). Hal ini berarti jumlah yang berpendidikan SLTA keatas sebanyak 60 orang (79%) dengan kata lain sebagian besar jama’ah dilihat dari segi pendidikannya termasuk kelas menengah keatas. Jama’ah yang demikian memiliki daya kritis yang cukup baik.

[image:45.595.85.505.222.555.2]

Selanjutnya berdasarkan keadaan Pekerjaannya responden. Tabel 2

Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pekerjaannya

No Pekerjaan Responden Frekuensi Prosentase (%)

1 Pensiun 3 4

2 Pegawai Swasta/PNS 19 25

3 Wiraswasta 21 28

4 Pelajar/Mahasiswa 16 21

5 Ibu Rumah Tangga 17 22

Jumlah 76 100

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa responden yang sudah pensiun berjumlah 3 orang (4%), responden yang bekerja sebagai pegawai swasta dan PNS berjumlah 19 orang (25%), responden yang berkerja sebagai wiraswasta berjumlah 21 orang (28%), responden yang masih pelajar/mahasiswa berjumlah 16 orang (21%), dan responden sebagai Ibu rumah tangga berjumlah 17 orang (22%).

(46)

ditambah yang bekerja wiraswasta berjumlah sebelas (21) orang (28%), jadi jama’ah yang bekerja berjumlah tiga (49) orang (64%).

Hal ini menunjukkan keseriusan dari para jama’ah untuk mengikuti pengajian Tafsir Tematik di Islamic Centre Jakarta, walaupun dilaksanakannya pada hari kerja, yang mana serahusnya digunakan waktunya untuk beristirahat setelah melakukan aktivitas pekerjaannya.

Sebagaimana disebutkan dalam teori intensif, menekankan pentingnya kondisi eksternal sebagai sumber motivasi. Kondisi ini mungkin saja insentif positif, yang akan didekati organisme, atau intensif negative, yang akan menjauhi organisme44.

Teori tersebut menerangkan bahwa kondisi eksternal sebagai sumber motivasi bagi responden untuk hadir dalam pengajian, kondisi eksternal adalah waktu luang.

[image:46.595.90.506.287.689.2]

B. Respon Jama’ah Terhadap Da’i

Tabel 3

Pandangan Jama’ah Tentang Da’I Yang Disukai

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Serius 3 4

2 Serius 26 34

3 Sedikit Humor 39 51

4 Humoris 8 11

Jumlah 76 100

44

(47)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang menginginkan da’i yang sangat serius sebanyak tiga (3) orang (4%), yang menginginkan da’i yang serius sebanyak dua puluh enam (26) orang (34%), yang menginginkan da’i yang sedikit humor sebanyak tiga puluh sembilan (39) orang (51%), yang menginginkan da’i yang humoris sebanyak delapan (8) orang (11%).

Berdasarkan data tersebut jama’ah yang menginginkan da’i yang sedikit humor sebanyak tiga puluh sembilan (39) orang (51%), di tambah dengan da’i yang humoris sebanyak delapan (8) orang (11%), jadi jama’ah yang menyukai da’i yang humoris sebanyak empat puluh tujuh (47) orang (62%),

[image:47.595.85.508.252.601.2]

Hal ini menunjukkan bahwa da’i yang yang mempunyai tingkat humor dalam mengajar lebih disukai dari pada da’i yang terlalu serius dalam mengajar.

Tabel 4

Pandangan Jama’ah Tentang Dr. KH. Ahsin S. Muhammad, M.A No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Sesuai 9 12

2 Sesuai 62 82

3 Kurang Sesuai 5 6

4 Tidak Sesuai 0 0

Jumlah 76 100

(48)

kriteria da’i yang di inginkan oleh jama’ah yaitu Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A dalam mengajar sebanyak lima (5) orang (6%), yang tidak sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan oleh jama’ah yaitu Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A sebanyak (0) orang (0%).

Berdasarkan data tersebut, Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A sangat sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan sebanyak sembilan (9) orang (12%), di tambah dengan jama’ah yang sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan yaitu Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A sebanyak enam puluh dua (62) orang (82%), jadi jama’ah yang sesuai dengan Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A sebanyak tujuh puluh satu (71) orang (94%).

[image:48.595.82.508.225.638.2]

Hal ini menunjukkan bahwa kriteria Dr. K.H. Ahsin S. Muhammad, M.A sangat sesuai dengan yang di inginkan oleh para jama’ah pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre Jakarta.

Tabel 5

Pandangan Jama’ah Tentang K.H. Syukron Makmun

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Sesuai 16 21

2 Sesuai 58 76

3 Kurang Sesuai 2 3

4 Tidak Sesuai 0 0

Jumlah 76 100

(49)

puluh delapan (58) orang (76%), yang Kurang sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan oleh jama’ah yaitu K.H. Syukron Makmun dalam mengajar sebanyak tiga (2) orang (3%), yang tidak sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan oleh jama’ah yaitu K.H. Syukron Makmun sebanyak (0) orang (0%).

Berdasarkan data tersebut, K.H. Syukron Makmun sangat sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan sebanyak enam belas (16) orang (21%), di tambah dengan jama’ah yang sesuai dengan kriteria da’i yang di inginkan yaitu K.H. Syukron Makmun sebanyak lima puluh delapan (58) orang (76%), jadi jama’ah yang sesuai dengan K.H. Syukron Makmun sebanyak tujuh puluh empat (74) orang (98%).

[image:49.595.85.509.258.613.2]

Hal ini menunjukkan bahwa kriteria K.H. Syukron Makmun sangat sesuai dengan yang di inginkan oleh para jama’ah pengajian Tafsir Tematik di Masjid Islamic Centre Jakarta.

Tabel 6

Pandangan Jama’ah Tentang Kemampuan Da’I Dalam Penyampaiannya No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Menguasai 4 5

2 Menguasai 65 86

3 Kurang Menguasai 7 9

4 Tidak Menguasai 0 0

Jumlah 76 100

(50)

mengajar Tafsir Tematik di masjid Islamic Centre Jakarta, yang kurang menguasai materi sebanyak tujuh (7) orang (9%), yang menjawab bahwa da’i yang mengajar Tafsir Tematik di masjid Islamic Centre Jakarta yang tidak menguasai materi sebanyak (0) orang (0%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa da’i yang mengajar pengajian Tafsir Tematik adalah da’i yang menguasai materi tafsir, terbukti dari jawaban responden yaitu yang menjawad da’i yang menguasai materi sebanyak empat (4) orang ((5%), di tambah dengan jama’ah yang menjawab menguasai materi sebanyak enam puluh lima (65) orang (86%), jadi jama’ah yang menjawab da’i yang mengajar Tafsir Tematik di masjid Islamic Centre Jakarta adalah da’i yang menguasai materi sebanyak tujuh puluh satu (71) orang ( 91%).

Hal ini menunjukkan bahwa para da’i yang mengajar pada pengajian tafsir tematik adalah da’i yang berkompoten di bidang tafsir Al-qur’an untuk menyampaikan ilmunya secara lugas.

[image:50.595.80.517.328.577.2]

C. Respon Jama’ah Terhadap Materi

Tabel 7

Pandangan Jama’ah Tentang Judul Materi Kejadian Manusia No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Sesuai 27 36

(51)

3 Kurang Sesuai 1 1

4 Tidak Sesuai 0 0

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa materi yang berjudul “kejadian manusia” dengan mengunakan surat Al-Mu’minun ayat 12,13,14 sangat sesuai berjumlah dua puluh tujuh (27) orang (36%), yang menjawab bahwa sesuai dengan menggunakan surat Al-Mu’minun ayat 12,13,14 berjumlah empat puluh delapan (48) orang (63%), yang menjawab bahwa kurang sesuai dengan menggunakan surat Al-mu’minun ayat 12,13,14, sebanyak satu (1) orang (1%), yang menjawab bahwa tidak sesuai dengan menggunakan surat al-mu’minun ayat 12,13,14, sebanyak (0) orang (0%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pembahasan materi yang berjudul kejadian manusia dengan menggunakan surat Al-mu’minun ayat 12,13,14, yang menjawab sangat sesuai sebanyak dua puluh tujuh (27) orang (36), di tambah dengan jama’ah yang menjawab sesuai dengan menggunakan surat Al-mu’minun ayat 12,13,14, sebanyak empat puluh delapan (48) orang (63%), jadi jama’ah yang merasa sangat sesuai dengan da’i yang memberikan materi dengan judul kejadian manusia dengan menggunakan surat Al-mu’minun ayat 12,13,14, sebanyak tujuh puluh lima (75) orang (99%).

(52)
[image:52.595.85.502.127.311.2]

Tabel 8

Pandangan Jama’ah Tentang Judul Materi Islam dan Politik

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Sesuai 19 25

2 Sesuai 53 70

3 Kurang Sesuai 4 5

4 Tidak Sesuai 0 0

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa materi yang berjudul “Islam dan Politik” dengan mengunakan surat An-Nisa ayat 58,59 sangat sesuai berjumlah sembilan belas (19) orang (25%), yang menjawab bahwa sesuai dengan menggunakan surat An-Nisa ayat 58,59 berjumlah lima puluh tiga (53) orang (70%), yang menjawab bahwa kurang sesuai dengan menggunakan surat An-Nisa ayat 58,59 sebanyak empat (4) orang (5%), yang menjawab bahwa tidak sesuai dengan menggunakan An-Nisa ayat 58,59 sebanyak (0) orang (0%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pembahasan materi yang berjudul islam dan politik dengan menggunakan An-Nisa ayat 58,59 yang menjawab sangat sesuai sebanyak sembilan belas (19) orang (25%), di tambah dengan jama’ah yang menjawab sesuai dengan menggunakan An-Nisa ayat 58,59, sebanyak lima puluh tiga (53) orang (70%), jadi jama’ah yang merasa sangat sesuai dengan da’i yang memberikan materi dengan judul islam dan politik dengan menggunakan An-Nisa ayat 58,59 sebanyak tujuh puluh dua (72) orang (95%).

(53)
[image:53.595.86.506.179.512.2]

kepada jama’ah dengan menggunakan ayat-ayat Al-qur’an itu sangat sesuai dengan materi yang disampaikan kepada jama’ah dan jama’ah pun dapat memahami materi yang disampaikan

Tabel 9

Pandangan Jama’ah Tentang Judul Tentang Kewajiban Menjaga dan Melestarikan Lingkungan Lingkungan

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Sesuai 2 3

2 Sesuai 58 76

3 Kurang Sesuai 16 21

4 Tidak Sesuai 0 0

Jumlah 76 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa responden yang menjawab bahwa materi yang berjudul “Kewajiban menjaga dan Melestarikan lingkungan” dengan mengunakan surat 68 dan 78 sangat sesuai berjumlah dua (2) orang (3%), yang menjawab bahwa sesuai dengan menggunakan surat 68 dan 78 berjumlah lima puluh delapan (58) orang (76%), yang menjawab bahwa kurang sesuai dengan menggunakan surat 68 dan 78 sebanyak enam belas (16) orang (21%), yang menjawab bahwa tidak sesuai dengan menggunakan surat 68 dan 78 sebanyak (0) orang (0%).

(54)

lingkungan dengan menggunakan surat 68 dan 78 sebanyak enam puluh (60) orang (79%).

[image:54.595.83.506.211.602.2]

Hal ini menunjukkan bahwa da’i yang memberikan materi adalah da’i yang menguasai materi tafsir Al-qur’an karena dalam penyampain materi yang di berikan kepada jama’ah dengan menggunakan ayat-ayat Al-qur’an itu sangat sesuai dengan materi yang disampaikan kepada jama’ah dan jama’ah pun dapat memahami materi yang disampaikan

Tabel 10

Pemahaman Jama’ah Tentang Materi Yang Disampaikan Oleh Da’i No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Memahami 8 11

2 Memahami 55 72

3 Kurang Memahami 9 12

4 Tidak Memahami 4 5

Jumlah 76 100

(55)

sebanyak sembilan (9) orang (12%), yang menjawab tidak memahami materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak empat (4) orang (5%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jama’ah yang sangat memahami materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak delapan (8) orang (11%), di tambah dengan jama’ah yang memahami materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak lima puluh luma (55) orang (72%), jadi jama’ah yang memahami materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak enam puluh tiga (63) orang (83%).

[image:55.595.87.504.303.604.2]

hal ini menunjukkan bahwa materi yang disampaikan oleh da’i dapat dipahami oleh para jama’ah karena da’i yang memberikan materi sangat menguasai materi yang di sampaikan dan menyampaikan materinya secara lugas.

Tabel 11

Keseriusan Jama’ah Dalam Mencatat Materi Yang Disampaikan No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Selalu Mencatat 5 6

2 Mencatat 34 45

3 Kadang-Kadang 29 38

4 Tidak Mencatat 8 11

Jumlah 76 100

(56)

da’i sebanyak dua sembilan (29) orang (38%), yang menjawab tidak mencatat materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak delapan (8) orang (11%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jama’ah yang selalu mencatat materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak lima (5) orang (6%), di tambah dengan jama’ah yang mencatat materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak tiga puluh empat (34) orang (45%), jadi jama’ah yang memahami materi yang disampaikan oleh da’i sebanyak tiga puluh sembilan (39) orang (51%).

[image:56.595.82.509.205.578.2]

Hal ini menunjukkan keseriusan jama’ah dalam menerima materi yang disampaiakn da’i dengan cara mencatat materi yang disampaikan.

Tabel 12

Keinginan Jama’ah Dalam Pengulang Materi Yang Telah Disampaikan No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Perlu 1 1

2 Perlu 12 18

3 Kurang Perlu 54 71

4 Tidak Perlu 7 9

Jumlah 76 100

(57)

(71%), yang menjawab tidak perlu materi yang disampaikan oleh da’i di ulang kembali sebanyak tujuh (7) orang (9%).

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jama’ah yang merasa kurang perlu materi yang telah disampaikan oleh da’i di ulang kembali sebanyak lima puluh empat (54) orang (71%), di tambah dengan jama’ah yang merasa tidak perlu materi yang telah disampaikan oleh da’i di ulang kembali sebanyak tujuh (7) orang (9%), jadi jama’ah yang merasa tidak perlu materi yang telah disampaikan oleh da’i di ulang kembali sebanyak enam puluh satu (61) orang (80%).

[image:57.595.86.505.319.592.2]

Hal ini menunjukkan bahwa materi yang telah disampaikan oleh da’i dapat di terima oleh para jama’ah jadi materi yang telah di sampaikan oleh da’i tidak perlu di ulang kembali.

Tabel 13

Ketetariakan Jama’ah Dalam Materi Yang Disampaikan

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Menarik 27 36

2 Menarik 46 60

3 Kurang Menarik 3 4

4 Tidak Menarik 0 0

Jumlah 76 100

(58)

oleh da’i pada pengajian tafsir tematik sebanyak tiga (3) orang (4%), yang menjawab tidak menarik pada materi-materi yang telah di sampaikan oleh da’i sebanyak (0).

Berdasarkan data tersebut dapat di ketahui bahwa jama’ah yang sangat menarik pada materi-materi yang telah disampaikan oleh da’i pada pengajian tafsir tematik sebanyak dua puluh tujuh (27) orang (36%), di tambah dengan yang menjawab menarik pada materi-materi yang di sampaikan oleh da’i pada pengajian tafsir tematik sebanyak empat puluh enam (46) orang (60%), jadi jama’ah yang merasa menarik pada materi-materi yang di sampaikan oleh da’i pada pengajian tafsir tematik di masjid Islamic Centre Jakarta sebanyak tujuh puluh tiga (73) orang (96%).

[image:58.595.84.505.352.633.2]

Hal ini menunjukkan bahwa materi-materi yang di sampaikan oleh da’i sangat menarik karena da’i yang memberikan materi sangat menguasai materi yang di sampaikannya.

Tabel 14

Peningkatan Pemahaman Jama’ah Setelah Mengikuti Pengajian No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Ada 45 60

2 Ada 30 39

3 Kurang Ada 1 1

4 Tidak Ada 0 0

Jumlah 76 100

(59)

sebanyak tiga puluh (30) orang (39%), yang menjawab kurang ada peningkatan pemahaman pengetahuan setelah mengikuti pengajian tafsir tematik sebanyak satu (1) orang (1%), yang menjawab tidak ada peningkatan pengetahuan setelah mengikuti pengajian tafsir tematik sebanyak (0).

Berdasarkan data tersebut dapat di ketahui bahwa jama’ah yang merasa sangat ada pengetahuan pemahaman setelah mengikuti pengajian tafsir tematik sebanyak empat puluh lima (45) orang (60%), di tambah dengan yang merasa ada peningkatan pemahaman pengetahuan setelah mengikuti pengajian tafsir tematik sebanyak tiga puluh (30) orang (39%), jadi jama’ah yang merasa ada peningkatan pengetahuan setelah mengikuti pengajian tafsir tematik sebanyak tujuh puluh lima (75) orang (99%).

[image:59.595.85.506.309.665.2]

Hal ini menunjukkan bahwa jama’ah mendapat pemahaman pengetahuan setelah mengikuti pengajian tafsir tematik yang di selenggarakan oleh masjid Islamic Centre Jakarta.

Tabel 15

Tingkat Pemahaman Jama’ah Tentang Kejadian Manusia Sebelum Mengikuti Pengajian

No Pendapat Jama’ah Frekuensi Prosentase (%)

1 Sangat Paham 0 0

2 Paham 14 18

3 Kurang Paham 59 78

4 Tidak Paham 3 4

Jumlah 76 100

(60)

paham tentang tafsir yang membahas tentang kejadian manusia sebelum mengikuti pengajian tafsir tematik di masjid Islamic Centre Jakarta seban

Gambar

Tabel 20:Pandangan Jama’ah Tentang Perubahan Metode Yang digunakan ……62
Tabel 1 Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pendidikannya
Tabel 2 Keadaan Jama’ah Berdasarkan Pekerjaannya
Tabel 3 Pandangan Jama’ah Tentang Da’I Yang Disukai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya itu, penyimpangan-penyimpangan lain pun juga sering dilakukan oleh perusahaan, seperti upah pekerja outsourcing yang sering di bawah Upah Minimum

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dilakukan dengan menggunakan metode enter dimana semua variabel dimasukan untuk mencari pengaruh antara

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari variabel persepsi kemanfaatan pengguna (perceived usefulnes), persepsi kemudahan pengguna (perceived ease of use), intensitas

Nucleus terdiri dari membrane inti (karioteka), nukleoplasma (kariolimfa), nucleolus (anak inti), dan kromatin/kromosom. Nucleus berada di bagian tengah sel dan

• bagian-bagian dari gyrus postcentral yang merespon rangsangan sensorik tidak sesuai dengan ukuran pada bagian tubuh yang dilayani, tetapi lebih kepada jumlah unit motorIK

Meskipun secara produktivitas dan keuntungan ekonomis penggunaan varietas Hot Chili lebih unggul dibandingkan dengan Tanjung-2, namun kenyataan di lapangan berdasarkan

Mekanisme : Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal