• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi ahlul bait dan kafa'ahnya dalam pandangan islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi ahlul bait dan kafa'ahnya dalam pandangan islam"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

UMAR

PS. ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

JURUSAN AL-AHW AL AL-SYAKHSlIIYY AH

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UIN SY ARIF HIDAY ATULLAII

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari'ah untuk Memenuhi

Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Syari'ah

Oleh:

UMAR

NIM : 0044219400

Di

b。aキセiケjャゥ@

「ゥセLLァセiI@

I/

'If

I

.

'\'

'---.:.. '

-( Dra

j.

a irnah Ismail)

NIP. 150.075.192.

Jurusan Al Ahwal As Syakhsiyyah

Fakultas Syari'ah UIN SyarifHidayatullah

Jakarta

(3)

DALAM PANDANGAN !SLAM" telah diujikan dalam sidang munaqasyah

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09

September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (SI) pada Jurusan Ahwal

Al-Syakhshiyyah, Program Studi Administrasi Keperdataan Islam.

Panitia Sidang Munaqasyah

'

,,.__

I. Ketua

NIP : 150 220 554

-=---

.

2. Sekretaris

3. Penguji 1

4. Penguji JJ

: Ors. Asep Svarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783

: Ors. Asep Syarifuddin. S.H, M.HUM NIP : 150 268 783

: Ors. H. Rustan, SA NIP: I 50 062 824

5. Pembimbing: Ora. Hj. Halimah Ismail

NIP : 150 075 192

(

...

)

(... f.1- ... )

(4)

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw

dan para ahlul baitnya, yang merupakan suri tauladan bagi seluruh umat rnanusia.

Dalarn rnenernpuh penulisan skripsi ini Penulis banyak rnendapatkan uluran

tangan dan bantuan dari berbagai pihak, hanya Allah swt yang dapat rnembalas budi

baik belian-beliau. Maka dalarn kesernpatan ini penulis mcngucapkan rasa syukur dan

terirna kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada:

l. Prof. Dr. I-I. Hasanuddin Ar, MA (Dekan fakultas syari'ah dan hukum

Universitas Islam N egeri Syarif 1-lidayatullah Jakarta);

2. Ora. Hj. Halimah Ismail (Ketua Jurusan al-Akhwal asy-Syakhsiyah), dan

selaku pembimbing penulisan skripsi ini;

3. Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH, M.Hurn (selaku sekretaris jurusan

al-Akhwal asy-Syakhsiyah);

4. Ayahanda Ors. S. Alwi Hs, dan Ibunda Sy. Maemunah I-Id. Yang tercinta

yang selalu mernberikan do'a serta rnendorong Penulis untuk selalu

bersungguh-sungguh dalam menuntut ilnrn, dan begitu besar perhatiannya

(5)

7. fbnu Umar .Jr, dan Pipit Yang telah mernbantu da!am pembuatan skripsi

8. Dan akhirnya kepada semua teman-teman kelas Adm. Keperdataan Islam,

Khususnya Syawaludin FAF dan Ajid yang turut membantu penulis baik

berupa informasi maupun motivasi.

Tentu saja masih banyak pihak yang belum disebutkan, tetapi penulis

yakin di dalam hati mereka tertanam keikhiasan. Hanya do'alah yang

dapat Penulis haturkan kepada mereka-mereka.

Jakarta, Agustus 2004

(6)

KAT A PEN GANT AR ... . I

DAFT AR ISI ... iii

BABJ BAB!I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... . B. Tujuan PcnJisan ... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Metode penulisan ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 7

TINJAUAN UMUN TENTANG AHLUL BAIT DAN ALAWIYYIN A.Definisi Ahlul Bait 9 B. Proses Keberadaan Ahlul Bait ... 13

C. Keutaman AhluJ Bait ... 23

D. Alawiyyin ... 32

I. Alawiyyin Dalam Wacana ... 34

(7)

BAB IV

B. Kafa'ah Dalam PerspektifUlama ... 45

C. Fatwa Ulama Tentang Kafa'ah Ahlul Bait dan Keturunanya ... 53

D. Pernikahan Sekufu' ... 55

PENUTUP

A. Kesimpula:i ... 6 J

B. Saran-saran ... 63

(8)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam mengkategorikan nilai-nilai ajarannya menjadi tiga, yaitu : llmu, Amal,

dan Taqwa. Dalam Islam, ketiga item tersebut lebih dikenal sebagai bagian terpenting

dalam persenclian agama. Tidak acla satupun konsep clalam agama yang dapal terlepas

dari ketiganya. Ilmu tanpa amal dan taqwa, sia-sia: taqwa tanpa amal dan ilmu,

percuma: sementara amal lanpa ilmu dan taqwa, fana. Ketiganya saling berkaita11 erat

satu sam lain.

Lantas,untuk mempraktekkan ketiga kategori di atas, jauh-jauh hari kaum

Muslimin menyibukkan diri clengan hal-hal Ushuliyyah-teologi clan Furu

'iyyah-syari' at, yang dipenuhi oleh beragam konsep. Dan salah satu konsep yang terpenting

adalah konsep Cinta Ahlul Bait. Sebuah konsep yang mengajarkan kepada manusia

proses peletakan harkat, derajat, clan mruiabat, segelintir komunitas keturunru1

Rasulullah SAW di tempat yang semestinya. Di maJJa eksistensi mereka, berkaitan

dengan integritas sebagai hamba Allah SWT maupun Rasul-Nya.

Beberapa maclzab besar Islam telah meletakkru1 konsep Cinta Ahlul Bait di

Bab terdepan pada pemikiran dan ideologi mereka. Bahkan, maclzab Syi'ah

Imamiyah, syafi'i , dan Hanbali meletakkaJJ konsep Cinta Ahlul Bait dalan1 ajaran

IslaJJ1, sebagai konsep yang wajib diyakini. Dru1 ada juga pandangan Ulruna-ulru1ia

(9)

pertama, namun pada umtan kesekian, bahkan menempatka:n:nya jauh di bawah

urutan konsep-konsep lain.

Pembahasan diatas, menunjukan bahwa konsep Cinta Ahlul Bait melahirkan

kekayaan pandangan beragam madzab. Namun ada yang perlu digaris bawahi, bahwa

sesungguhnya konsep Cinta Ahlul Bait tidak ada kalau saja Allah SWT iidak pernah

menyinggung konsep Cinta Ahlul Bait dalam nash-Nya. Dan :nyatanya, lusinan hadits

tak peE1ah jemu menjelaskan konsep tersebut. Maka, sudah sewajarnya

madzab-madzab besar dan Ulama dari kalangan mereka, menjadikan konsep Cinla Ahlul Bail

sebagai konsep yang sangat menarik untuk dibahas, dan akan senantiasa menjadi

perbincangan hangat.

Ahlul Bait1 dalam bahasa Arab berarti tuan rumah, atau sebuah keluarga yang

berada di dalam rumah. Menumt Al Qur'an, hadits da:n jumhur para Ulama,

pengertian Ahlul Bait adalah Keluarga Rasulullah SAW Telah dikemukakan oleh

mayoritas Ulama, bahwa Ahlul Bait itu be1jumlah lima orang .. Mereka adalah Nabi

SAW dan 4 (empat) anggota keluarganya, yaitu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib,

Fatima Az Zahra, Hasan, dan Husein. Mereka juga disebut- sebut sebagai Ahlul

Kisa-keluarga yang sewaktu ayat tersebut turun, Rasulullah menutupinya dengan selembar

kain berwarna hitam.

1

(10)

Konsep Cinta Ahlul Bait, juga bisa diartikan sebagai upaya mempraktekkan

ubudiyyah - penghambaan. Seperti halnya hamba diwajibkan melaksanakan shalat

atau puasa di bulan Ramadhan.

Sekilas nampak ada kesenjangan sosial pada konsep Cinta Ahlul Bait ,

menginga! Ahlul Bait sendiri adalah manusia biasa layaknya si Ujang atau si Udin.

Bagaimana konsep Cinta Ahlul Bait dipraktekan oleh umat pada segelintir komunitas

manusia yang juga mengkonsumsi makanan untuk melanjutkan hidup ? Maka, ada

yang perlu dicennati, bahwa konsep tersebut lahir bukan alas prakarsa uma!, Ahlul

Bait, ataupun Rasulu!lah sendiri, semua itu terwujud secara kodrati, dideklarasikan

lewat dekrit Agung-Nya ( Al Qur'an). Konsep Cinta Ahlul Bait adalah sebuah fakta

kodra! Ilahi yang harus diakui oleh semua pihak, apapun madzab mereka.

Bagi kaum Muslimin, Al Qur'an bukan buku berisikan puisi ataupun bait- bait

sajak, juga bukan hiasan rwnah, yang biasanya kita biarkan berdebu. Al-Qur'an

adalah pedoman hidup umat sangat otentik dan terjamin kebem1ran isinya. Karena

Al-Qur' an adalah satu-satunya kitab suci yang tidak pernah berubah walau setitikpun.

Hal itu dapat dibuktikan sejak 1500 tahun silam, yang belum sekalipun ditemukan

adanya perubahan sepotong ayat Al- Qur'an. Untuk itu, sudah sepantasnya Al-Qur'an

dijadikan rujukan pertama dalam setiap permasalahan. Maka, apapun yang tertera di

dalam Al-Qur'an, kaum muslimin harus meyakininya, tanpa terkecuali. Seluruh

kalimat-kalimat di dalam Al- Qur' an adalah fakta yang tidak pernah Jayu dikikis

zaman. Dan dibawah ini salah satu ayat yang mewajibkan bagi setiap muslim

(11)

"(Katakanlah-hai Muhammad)" aku tidak minta upah dari apa yang telah kamu

sampaikan- dakwahmu kecuali memberikan kasih sayang pada keluarga (mu)".

(Q.S. Asy-Syura: 23)

Sudah menjadi fenomena umum apabila setiap konsep dalam persendian

aJaran Islam, yang diangka! kepermukaan, akan menjadi !opik pembahasan

bercabang-cabang yang terlahir dari ideologi dan pemahaman para Ulama'. Seperti

konsep pernikahan yang mendapat beragam reaksi dari Ulama dan para tokoh dunia.

Dan kom,ep terserbut berkembang menjadi beberapa cabang yang juga melahirkan

beberbagai sudut pandang fenomenal. Diantaranya adalah konsep poligami.2 Begitu

konsep terserbut diangkat kepermukaan, reaksi beragam pun bermunculan, berbagai

kalangan berebu! berpartisipasi memberikan pandangan. Kalangan yang bersebrangan

dengan Islam-anti Islam menyatakan, bahwa konsep poligami merupakan konsep

perendahan derajat dan penjajahan terhadap wanita. Masyarakat muslim liberalisme

cenderung berpandangan, bahwa konsep poligami adalah solusi pemuas nafsu

laki-laki. Tidak cukup sampai disitu, kalangan salaf, jauh-jauh hari telah mengeluarkan

pendapat, poligami adalal1 sunnah Nabi.

Tak bedanya dengan konsep Cinta Ahlul Bait, setelah melalui proses panjang,

konsep tersebut berkembang menjadi beberapa cabang problematika. Diantara

problematika tersebut terselip istilah Alawiyyin (Ketmunan Ahlu1 Bait) dan Kefa 'ah.

(12)

Dua istilah diatas, yang disebut sebagai pemicu perbedaan pendapat di kalangan

Ulama, merupakan pecahan konsep Cinta Ahlul Bait yang tidak dapat dipisahkan satu

sama lain.

Alawiyyin, adalah sekelompok manusia yang garis nasabnya menyambung

kepada RasuJullah SAW, atau Ah1u1 Bait. Di indonesia, komunitas Alawiyyin

tersebar dihampir pelosok daerah. Terutama dikawasan Jawa barat, Jawa tengah,

.Jawa timur-termasuk pulau Madura, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Juga

beberapa kawasan lainnya. Dan rnereka lebih populer dengan sebutan Habib atau

Sayyid. Dan rnereka (Alawiyyin), juga tersebat dibeberapa belahan Negara di dunia,

terutama di kawasan Timur Tengah, tempat asal mereka. Dikawasan Asia Tenggara

Alawiyyin lebih didominasi dari keturunan Sayyidina Husein r.a. sementara,

dikawasan Timur Tengah, kecuali didaerah Yaman ( Hadhramaut) yang mayoritas

didominasi keturunan Sayyidina Hasan r.a.

Kaja 'ah adalah salah satu kajian pernikahan yang sangat menarik untuk

dibahas, baik oleh kalangan Ulama ataupun masyarakat awam. Kafa'al1, bukan hanya

menjadi perbincangan hangat dikalangan para Ulama' dunia dalam penerapannya

pada masyarakat global, tetapi, bahkan mernasuki kancah intern Kafa 'ah Rasulullah

SAW dan anak cucu beliau. Dimana Kafa' ah adalah bagian dari syariat prosedur

(13)

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Jill adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui landasan nash Cinta Ahlul Bait.

b. Untuk mengetahui pandangan Ulama' terhadap ·eksintensi Ahlul Bait.

c. Menjelaskan kepada kaum Muslimin bahwa Kafa'ah bukan

peng-kultusan terhadap sekelompok manusia.

C. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

I. Pcmbatasan masalah

Berbicara mengenai Ahlul Bait Rasulullah SAW dan Kafahnya bagaikan

samudera luas banyak mengandung manfaat dan kegunaan yang sangat luar biasa.

Menyadari begitu globalnya sebuah pembahasan mengenai ha! tersebut, di sini

penulis memberi batasan-batasan dalam setiap pembahasan agar tema dan materi

bahasan lebih terfokus dan terarah.

Dengan bahasan :

I. Sekitar Ahlnl Bait Rasulullah SAW dalam pandangan Islam.

2. Pandangan Ulama terhadap eksistensi Ahlul Bait dan keturunannya.

3. Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga kemuliaan dzat Ahlul Bait.

II. Perumusan Masalah

a. Apa makna dan landasan dasar konsep Cinta Ahlul Bait?

(14)

c. Kafa'ah dalam wacana.

D. METODE PENELITIAN.

Dengan mengacu pada judul skripsi dan tema-tema pokok masalah, dan juga

memperhatikan pembBhasan serla rumusan diatas, penulis dalam merampungkan

karya ini, menggunakan metode penelitian normatif alau perpustakaan yang mana

penelitian ini menggunakan pada primer, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan

pustaka perupa buku-buku yang berkenaan dengan topik ー・ュ「コセQ。ウ。ョN@

Adapun tehknik penyusunan skripsi ini berdasarkan pada buku PEDOMAN

PENULISAN Skripsi, Tesis, dan disertai UIN JAKARTA, 2002.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang dimaksud, sebagai jaJan w1tuk mempennudah

pembahasan sehingga tercapai maksud penyusrman skripsi ini Iebih terarah,

berkesinambungan, dan Iebih sistematis. Malca perln disistematisasikan mennrut bab

dan bab, hingga merupakan kesatuan yang selaras.

Secara garis besar, persoalan ini dibagi menjadi 4 ( empat) bab dan sub tema. Pada

ba b pertama, pennlis lebih dahulu menyusun abstraksi sebagai pengantar

pembahasan secara keseluruhan, dengan sub judul pendahuluan yang dikembangkan

menjadi 5 (Iima) masalah yaitu : Iatar belakang masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tnjnan penulisan, metode pembahasan, serta sistematika pennlisan. Adapnn

(15)

menjadi 4 (em pat ) masalah, yaitu mencakup masalah Ahlull Bait Rasulullah SAW,

proses keberadaan Ahlul Bait, keutamaan Ahlul Bait, Alawiyyin, yang terbagi

menjadi dua bagian, yaitu Alawiyyin dalam wacana, dan kiprah Alawiyyin di

Indonesia. Dan pada bab kctiga, eksistensi Kafa'ah sebagai salah satu upaya menjaga

kemulyaan dzat Ahlul Bait. Sebagai pengatar oembahasan secara keseluruhan,

dikembangkan menjadi 3 (tiga) masalah, yaitu definisi Kafa'ah, kafa'ah dalam

perspektif Ulama, dan pernikahan Sekufu'. Sementara bab kecmpat, sebagai bagian

akhir sebuah karya ilmiyah. Maka penulis menempatkarmya sebagai bagian

(16)

A. DEFENISI AHLUL BAIT

Ahlul Bait', menurut bahasa Arab berarti tuan rumah, penghuni rumah, atau

anggota keluarga yang berbeda di dalam rumah. Keutamaan bahasa Arab dalam

mengartikan sebuah kalima! begitu luas, sehingga ar!i dan makna kalimat Ahlul Bait

tidak hanya sebatas memiliki arti "tuan rumah", "penghuni rnmah", ataupun ",

anggota kel uarga yang berada didalam rum ah". Dal am kaitannya dengan kalimat

Ahlul Bait, Allah SWT telah menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait

adalah Rasulullah SAW, dan keluarganya, yang seluruhnya berjumlah 5 (lima) orang.

Y akni Rasulullal1, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zal1ra, Al Hasan dan Al Husein.

Alasan Ahlul Bait itu adalah keluarga Rasulullah SAW sepertiyang dimaksud

diatas, diperoleh menurut mayorits pandangan para Ulama, mereka mengatakan,

bahwa Ahlul Bait adalah keluarga Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az

Zahra, Al Hasan dan Al Husein. Imam Muslim r.a. dalam kitabnya Shahih Muslim,

bab Fadha'il Ahlul Bait menguraikan, bahwa yang dimaksud diatas2• Hal senadajuga

I ibid.,

(17)

diungkapkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Ashwa'iqul Muhriqah3, bab

fadha'il

Ahluf Bait. Sementara Imam Sayuthi mengetengahkan dalam kitabnya Ad

Duruf Mantsur bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait adalah kelima orang yang

tersebut diatas4• dalam kitab tafsir Al mizan, Allamah Sayyid Muhammad At

Thabathaba'i pun mengatakan ha] serupa5• begitu pula dengan Imam Fakhrur Razi

dalam kitab tafsirnya6.

Al Imam Nisabury, Al Imam lbnu Jarir, Al lmamAbu Sa' id Al Khudary, Al

Imam Al Baghwy, Al Imam Ibnu Khazin, dan beberapa Ulama-ulama lain yang

ternyata memiliki pemikiran yang sama.

Kisah mengenai Ahlul Bait dan siapa saja Ahlul Bait, diawali oleh turunya

dekrit agung Allah SWT atau dikenal dengan ayat At Thathir, yang berbunyi :

"Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan noda dan kotoran dari kalian

wahai Ahlul Bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."Q.S.At Ahzab :33

3

lbn Hajar As Shawa'iqul Mu/lriqah, (Cairo: Maktab Al Qahirah) h. 141 4

Jalaludin As Suyuthi, Ad Dartt/ Mm1ts11r, (Beirut: Dami Fikr, Al Binayatul Markaziyyah, 1999 M/1414 H), ha!. 603, Juz. 6

5 Allamah Sayyid Thabathaba'I, Al Miz011, (Beirut: Mu'assasah Al A'lamy, 1414 H/1991 M)

6

(18)

turunnya ayat At Thathir, pada akhirnya memunculkan banyak versi

penafsiran dari kalangan Ulama, penyebab turunnya ayat Asbabun Nuzul, dan unluk

siapa ayat tersebut diturunkan. Namun kebanyakan versi meriwayatkan, bahwa ayat

itu ttmm dirumah salah satu istri Rasulullah bemama Ummu Salanmh r.a.

diriwayatkan dari Imam Ahmad, sebuah Hadits dari Ummu Salamah r.a. Ummu

Salamah mengatakan : "Di rumahku turun ayat Innama yuridullahu .. (yaitu surat Al

Ahzab : 33) saat itu (dirumahku) terdapat Rasulullah SAW, A!i, Fathimah, Hasan,

dan Husein. Kemudian Rasulullah SAW menutupi mereka dengan kain yang tengah

dipakainya sambil berkata :

"Mereka ini adalah Ahlul Baitku. Allah telah menghapuskan noda dan kotoran dari

mereka dan telah mensucikan mereka 7 ."

Kemudian hadits ini dikenal dengan nama Hadits Kisa'. Sebagian riwayat lain

menuturkan, ketika itu Rasulullah SAW juga membaca do' a untt1k Ahlul Baitnya.

Do'a tersebut berbunyi :

7

(19)

" Ya Allah, mereka ini adalah Ahlul Baitku. Karena itu hilangkanlah noda dan

kotoran (Ar Rijs) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya."8

Misteri maksud ayat At Thathir sebenarnya telah dikuak oleh Rasulullah

SAW sendi:ri, Iewat hadits-hadits yang telah banyak dibukukan dalam ribuan judul

kitab. Permasalahan pun semakin melebar, tatkala Rasulullah SAW menyebutkan

untuk siapa ayat tersebut diturunkan, mengingat yang dimaksud Ahlul Bait adalah

keluarga beliau sendiri. Hingga rentan muncul persepsi, Rasulullah SAW akan

mendirikan sebuah monarki, Islam adalah agama dinasti. Hal itu mungkin dapat

dibenarkan, seandainya Muhammad Bin Abdillah itu bukan seorang Rasul. Namun

pada kenyataannya, beliau adalah seorang duta dari langit, yang tiap perkataannya

bukan berdasarkan hawa nafsu, melainkan firman yang diwahyukan kepadanya.

Dalam Al qur'an, Allah berfirman:

.r.J

yjセ@

ul .LG-*l

L.Jc

セ@

La3 .1..G_,c.La..!i

セQMNNNN。@

J...a La

( Y-i:

セiINセセ@

"Sahabat kalian (yakni Muhammad SAW) tidak sesat dan tidak pnla keliru. Ia tidak

mengucapkan sesuatu menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkam1ya adalah

wahyu, yang Allah wahyukan kepadanya." (Q.S.An Najm: 2-4)

dengan demikian, cukup gambling , bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait

itu adalah keluarga Rasulullah yang be1jumlah 5 (lima) orang, yaitu Rasulullah SAW,

8

(20)

Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra, Hasan dan Husein. Kelima orang ini,

manusia-manusia yang sengaja dipilih Allah SWT sebagai manusia-manusia yang paling beriman,

paling bertaqwa, yang tercermin dalam perilaku mereka sehari-·hari.

B. PROSES KEBERADAAN AHLUL BAIT

Eksistensi Ahlul Bait dalam kaucah mempe1juanka11 Islam swigguh tidak bisa

dianggap remeh. Para Ulama telah mencatat kiprah gemilang mereka <:iengan tinta

emas, berkaitan dengan dakwah yang mereka lakukan selama ini. Bennula sejak

Rasulullah SAW mengkhatamkan baktinya dalam dunia dakwah selama 23 tahun,

beliau meninggalkan umat untuk selama-lamanya. Meski penyebaran Islam pasca

puma bakti Rasulullah SAW sempat mengalami gonjang-ganjing politik intern dan

instabilitas kepemimpinan, namun eksistensi Ahlul Bait yang saat itu merijadi oposisi,

begitu dibutuhkan umat, hingga nyaris dalam segala hal, ketiga Khulafa' Rasyidin

(pimpinan umat) pada tiga dekade masa kepemimpinan, yaitu pada masa

kepemimpinan Abubakar Asetilen Siddiq r.a., Umar bin Khat' ab r.a., dan Utsman bin

Affan r.a. mau tak mau harus merujuk pada mereka. Dimasa if:u, Ali bin Abi Thalib,

satu-satunya orang yang bisa diandalkan.

Dalam menjalankan roda kepemerintahan, keluarga Ahl.ul Bait dikenal sangat

aspiratif dan bijaksana. Jujur dan adil dalam setiap tindakari yang mereka ambil,

hingga sepeser pun mereka tidak berani membelaajakan uang Baitul Mal (kas negara)

untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga. Integritas mereka semakin diacungi

(21)

ditegakkan, kasih sayang ditebar kesegala penjuru, menciptakan kedanmian dan

kesejah!eraan di kawasan semenanjung Arab.

Ahlul Bait dipilih Allah SWT untuk memarttau perkembangan Islam pasca

Rasulullah SAW ditugasi untuk melanjutkan visi dan misi yang diemban beliau.

Setelah beliau wafat, bukan berarti misidakwah selesai. Selanjutnya tongka! estafet

dakwah beliau harus berpindah tangan. Kepada siapa ? Kepada mereka para Ahlul

bait dan keturunannya. Lalu mengapa keluarga Rasul yang dipilih menjadi Ahlul Bait

? Mengapa tidak dipilih dari keluarga muslim yang lain, seperti dari keluarga Bilal

atau keluarga Abu Dzar misalnya ? Apa karena mereka keluarga Nabi, hingga Allah

memberikan eksekutif service, atau karena hubungan darah mereka dengan Nabi

membuat Allah mempersiapkan kedudukan !erfavorit bagi mereka ? Bukankah

terpilihnya Ahlul Bait dari keluarga Nabi dapat menimbulkan perspektif bahwa Nabi

sengaja menciptakan dinasti ?

Sepe1ii apa yang telah diutarakan seberlumnya, bahwa terpilihnya keluarga

Rasulullah SAW yang terdiri dari 5 orang menjadi Ahlul Bait bukan berdasarkan

inisiatif beliau, melainkan sudah menjadi Qadha dan Qadar Al.lah SWT semata. Bila

berbicara Qadha dan Qadar, sama saja memprotes kebijakai1 Allah SWT. Disisi lain,

terpilihnya keluarga Rasulullah SAW sebagai Ahlul Bait, bukan suatu ha! yang

membanggakan. Gelar Ahlul Bait yang disandang, justru harus mereka tebus dengan

cucuran ォ・イゥョァ。エセ@ derai air mata, darah dan nyawa. Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib,

(22)

menjadi bukti sejarah, bahwa gelar Ahlul Bait it<1 tidak mudah disandang oleh

sembarang orang.

Eksistensinya Ahlul Bait seputar kancahnya sebagai hamba-hamba the best

setelah Nabi, ditunjang pula karena histories datu-datuk mereka, (Bani Hasyim) yang

dikenal sangat selia pada agama Samawi-agama Nabiyallah Ibrahim a.s. mereka telap

setia dengan agama tersebut, yang juga sebagai agama nenek moyang mereka.

Kendati penyembah:m pada berhala tengah ngetrend di Makkal1 saat itu, namun

beruntung sekali Bani I-Iasyim sama sekali tidak ter!arik ikut-ikutan menyembah

benda ma ti. Hingga datang risalah Muhammad, Bin Abdillah mereformasi

kebijakan-kebijakan agama samawi.

Cerita keberadaan Ahlul Bait bisa dimulai dari sebuah perkawinan agung

antara dua keluarga terpandang, antara keluarga Muhammad Bin Abdillah dan

keluarga Abi Thalib. Dari garis keturunan kedua keluarga ini berasal dari Bani

Hasyim. Abdillah, ayah Nabi, adalah saudara kandung Abu Thalib. Yang bermii,

Nabi dengan Ali bin Abi Thalib adalah saudara sepupu. Sdain memiliki ikatan

keluarga sangat dekat, kedua keluarga ini juga memilik hubimgan emosional ym1g

kuat, terutama disaat Nabi remaja, dan masa-masa awal penyebaran Islmn. Semenjak

usia dini hingga menikah, Nabi berada dalam asuhan Abu Thali, y311g tak lain adalah

pam311 beliau sendiri. Sementara Ali Bin Abi Thalib kecil, berada dalam asuh311 Nabi.

0311 termasuk para sahabat As Sabiqunal Awwalun-sa11abat yang pertaJ11a memeluk

agama Islam, hingga beliau menikahk311 Ali deng311 sala11 satu putrinya y311g bernama

(23)

Sebelum pernikahan antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatbimah Az Zahra

dilangsungkan, Abubakar As Siddiq r.a. salah seorang sahabat terdekat sekaligus

mertua Rasulullah SAW, sempat meminang Fathimah Az Zahra puteri Nabi, untuk

dijadikan istri. Namun beliau menjawab pinangan tersebut : "Allah belum

menurunkan taqdir-Nya". Di kesempatan lain Umar bin Khattab r.a. yang juga

sama-sama mcmiliki status scbagai sahabat terdekat dan mertua N abi ikut pula meminang

Fatbimah, namun jawaban pinangan yang tempo hari diberikan beliau untuk

Abubakar kini diberikan kepada Umar9• nampaknya, pinangan kedua sahabat besar

itu belum berkenan dihati Nabi. Padahal, kcinginan Abubakar dan Umar untuk

menikahi Fatbimah jelas karena ingin mempererat hubungan silahturahmi dengan

Rasulullah SAW. Kedua sahabat besar itu pulang dengan mcmbawa segumpal

kekecewaan, dan mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa, begitu pula dengan

Rasulullah SAW, beliau m1ya bisa pasrah menunggu. keputusan dari langit. Namtm

bagi Rasulullah SAW, perkawinan adalah hukum, lmkum adalah syariat, sementara

yang berhak menentukan syariat adalah Allah SWT. Beliau tidak berani mengambil

keputusan sendiri hingga datang perintah Allah SWT. Kepada siapa putrinya kelak

akan ditaqdirkan menikah. Maka, tibalah sebuah pinangan utuk Fathimah dm·i

seorang pemuda yatim serta miskin papa, yang tak lain adalah Ali Bin Abi Thalib.

Mengetehui yang meminang putrinya adalah Ali Bin Abi Thalib, sepontan beliau

menjawab :

9

(24)

" Selamat datang wahai Ali, Jibril telah memberitahukan kepadaku engkau telah

dinikahkan Allah SWT dengan Fa!himah."

Dalam kaitanya dengan pinangan Ali Bin Abi Thalib, Rasulullah SAW

berkata pada puterinya, Fathimah Az Zahra :

"Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat. Ia sahabatku yang

memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya, serta paling sabar."

setelah memperoleh restu Allah Azza Wa Jalla, pada akhirnya pernikahan Ali

dan Fathimah pun dilangsungkan, Arsy dan para makhluk langit menjadi saksi

berlangsungnya prosesi pernikahan agung dua keluarga terpandang.

(25)

Pernikahan dua insane yang mencintai dan dicintai Allah dan Rasulnya. Pada

pernikahan tersebut, Rasulullah SAW sempat memberikan mereka hadiah berupa

do' a-do' a dan nasihat yang sangat pen ting. Diantara do' a beliau yang cukup mashur

adalah:

diriwayatkan dari Anas Bin Malik yang dikutip oleh Abulkhair Al Qazwainy

bahwa ketika Rasulullah SAW menikahkan Ali Bin Abi Thalib dengan Fathimah

beliau berkata :

"Allah mempererat kernkunan kalian berdua, memenangkan pengikut kalian,

memberkahi kalian, dan semoga ,mengeluarkan keturunan yang bm1yak dan baik dari

kalian."

Kemudian Anas berkata : "Demi Allah, benm-lah Allah memberikan mereka

keturunm1 yang bm1yak dm1 baik dm-i dua orm1g (Ali dan Fathimal1) itu".

Immn Ahmad Bin Hanbal dan Ibnu Hatim meriwayatkan sebuah hadits dm-i

Ummu Aiman r.a. : "Bahwasanya Rasulullah SAW pada malmn pernikahan Ali r.a.

II ibid

12

(26)

dan Fathimah r.a. berdo'a untuk keselamatan kedua-duanya."13

Untuk Fathimah beliau berdo'a:

"Ya, Allah ia (Fathimah) dan keturunannya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan

terkutuk."

Untuk Ali beliau berdo 'a :

"Ya, Allah ta (Ali) dan keturuniumya kuperlindungkan kepada-Mu dar syaitan

terkutuk."

Kemudian beliau berkata lagi kepada Ali :

"Gaulilah keluarga (ister)mu Bismilah Wal Barokal1."

Beberapa decade setelah pemikahan mereka, Allah SWT meng-karuniai

mereka dua orang putra dan seorang puteri yang sehat dan lucu. Putra sulung

bernama Hasan, yang bungsu bernama Husein. Sementara yang puteri bernama

13

Kanzul Ummul, hal. 9905 14

ibid

15 ibid 16

(27)

Zainab. Mereka adalah cucu-cucu Rasul, dan beliau pula yang memberikan nama

untuk mereka. Sekian banyak sejarahwan sempat merekam lrnbungan mesra

Rasulullah SAW dengan Ahlul Bait, khususnya dengan kedua cucu laki-lakinya ,

Hasan dan Husein r.a.kasih dan einta yang dicurahkan beliau kepada Ahlull Bait,

bukan hanya didasari oleh Human Ins/inc beliau semata melainkan ェ・ャ。ウセェ・ャ。ウ@ ada

campur tangan titah llahi yang mutlak harus dipatuhi. Sungguh sangat fantastis !

kekuatan cinta kasih beliau kepada Ahlul Bait, dilandasi oleh kobborasi dua unsure ,

Human Instinc - sifat basyariah, dan perintah Dzat pencipta Arsy. Sebuah perpaduan

eksoktik yang menghasilkan gelembung-gelembung cinta kasih sempurna. Beberapa

hadits yang tertera dibawah ini kiranya diharapkan mewakili sekian banyak hadits

yang memuat kemesraan beliau dengan Ahlul Bait :

a. "Imam Turmudzi meriwayatkan dari Usamah bin Zed. Dia berkata : "suatu

hari saya melihat Rasulullah SAW duduk memangku Al Hasan dan Al

Husein. Lalu beliau berkata :

オャNセZ\NNjMBR@

.

.ililJY"....> Jt.2 :Jt.2

1

''<1

ic

NゥャゥャセNNNN^@

セェ@

セ@ セlオLェ@

we

. l

-0g .''J

c).-0

y.J

3

Log,, ... ]

セI@

セi@

Nセセi@

.J

HL_セ@

I

17

(

(,?

セ@

_,.,,

yll

o

I .J....>)

17

(28)

" Kedua anak ini adalah anak-anakku dan anak-anak Fa1himah, Ya Allah, aku mencintai kedua anak ini. maka cintailah keduanya dan cintailah juga orang yang mencintai mereka berdua."

b. Abu Nu'aim dalam kitabnya Al Hilyah meriwayatkan sebuah hadits dari Abubakar As Siddiq r.a. Abubakar berkata : "Pada suatu hari ketika Rasulullah SAW tengah mengimami shalat Jama' ah ti:ba-tiba datanglah Al Hasan r.a. disaat Rasulullah SAW sedang sujud Al Hasan kecil menaiki punggung beliau, kemudian turun dan naik lagi kealas tengkuk beliau . perlahan-lahan beliau mengangkat Al Hasan. Seusai shalat para sahabat bertanya : " Ya Rasululiah, anda memperlakukan anak itu tidak seperti perlakua yang anda berikan kepada siapapun juga". Maka beliau pun menjawab:

iセ@

ul

:(..)-Q •

.&IJ_,.,..,

.J

Jlj :J\j

.we

.&I

セ@

.J

セ@

..r.l

UC.

セ@

Lr.H

NFiセ@

01

-,;;!'" ....

MGセiセ@

セi@

uJ.J

セ@

h:i)

QX

HセQケLN「⦅L@

セQ@

ol_,.J).0J"l..,JI

lJ.'>

"Anak ini adalah Rayhanahku. Anakku ini adalah sayyid. Semoga dengan keberadaanya Allah akan mendamaikan dua golongan kaum muslimin yang tengah bertikai."

18

(29)

c. Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Turmudzi, dim Imam Thabrany

meriwayatkan sebual1 hasdits dari Umar , Jabir, Abu Hurairoh, Ibnu Ady,

Amamah bin Zeid berasal dari Abdullah Bin Mas'ud r.a. : " Bahwasanya

Rasulullah SAW bersabda :

セi@

Zセ@

. .&I

Jy.u->

jセ@

Zjセ@

\ャNNャ」セj@

NNQセ@

().:I

uc

19

(

セQ@

ol 3

->).'

"s

;.,_p.;..

セセセQ

S@

セi@

セQ@

GMZMQ|Nセ@

iセ@

UJ'"'ll3

" Al Hasan dan Al Husein adalah dua orang pemuda penghuni sorga. Namun

ayah kedua anak ini lebih mulia."

d. Dalam kitab Fadhlu Ahlul Bait wa Huququhum karya Ibnu Taimiyah

disebutkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Abu Hurairah

menceritakan kesaksiannya sendiri : "pada suatu hari sekembalinya bersama

Rasulullah SAW dari pasar Bani Qainuqa' beliau langsung menuju rumah

Fathimah r.a. beliau berkata : Apakah Laka ada ? , Apakah Laka ada disini ?

yang dimaksud Laka ialah Al Hasan r.a. kami berdua mengira AI Hasan

sedang dimandikan oleh ibundanya. Tiba-tiba Al Hasan datang, Rasulullah

SAW ptm langsung memeluknya seraya berkata : " Ya Allah aku

mencintainya, maka cintilah dia, dan cintai pula orang yang mencintainya."20

e. Abu I-Iurairah berkata : "Bahwa ia melihat sendiri Al Hasan r.a. masuk

kedalan1 kamar Rasulullah SAW lalu membelai-belai janggut dengan

19

(30)

jemarinya. Beliau merangkul anak itu, memasukkan lidahnya kemulut anak

itu seraya berkata: Ya Allah aku mencintainya maka cintailah ia.21

Hadits-hadits diatas adalah sebagian kecil dari sekian banyak hadits yang

menceritakan tentang kemesraan dan romantisme, yang エ・セェ。ャゥョ@ antara Rasulullah SAW dengan Ahlul Baitnya, mengilustrasikan kemesraan yang tak terbatas. Dan

mengembalikan imajinasi serta ingatan pada era Nabi. Lunsinan perawai telal1

mengemukakan hadits-hadits keutamaan Ahlul Bait. Dibeberapa kitab rujukan Ahlus

Sunnah, seperti kitab Sahih Bukhary, Sal1ih Musllim, Kru1zul Ummal, Musnad

Ahmad bin Hanbal, An Nasa'iy, At Turmudzy, dan setumpuk kitab-kitab lain,

hadits-hadits semacam itu sangat banyak terpampang hampir disetiap sudut kitab. Saking

banyaknya, hingga bisa dikatakan, hadits-hadits yang membicarakan tentang Ahlul

Bait ini melebihi hadits-hadits yang menerangkan masalah lain.

C. KEUT AMAAN AHL UL BAIT

Madzab Ahlus Sunnal1 adalah madzab dengan pemeluk terbanyak di dunia.

Dalam pandangannya terhadap Ahlul Bait, Madzab ini tidak berbeda jauh dengan

madzab Syi 'ah yang meletakan konsep keimamahru1 - meyakini haJJya Ahlul Bait

saja yang berhak menggantikan posisi Khalifah setelah Nabi, sebagai konsep

ushuluddin (Aqidah). Sementara pandangan madzab Ahlus Smmah yang berkiblat

pada Imam Abu! HasaJJ Al Asy'ari lebih menitik beratkaJJ demokratisme ushuluddin

20 lbnu Taimiyah,Fadlt/11/ Ah/11/ Bait Wa H11q11q11lmm,

(31)

terhadap Ahlul Bait.pada akhirnya, demokratisasi tarekat melahirkan beberapa

pandangan yang tidak searah dengan induknya sendiri, yaitu paham Al Asy'ari.

Sebuah pandangan mengatakan setiap nasab berasal dari bapaknya bukan dari

ibunya. Rasulullah Saw tidak memiliki ketunman karena nasab Al Hasan dan Al

Husein menyambung pada anak perempuan Rasulullah SAW, yakni Fathimah Az

Zahra. Sebenarnya pandangan ini sudah bisa mencapai titik kebenaran seandainya

saja tidak ada nas!1-nash Rasulullah SAW yang berbunyi :

a. Abdul Khair dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits dari Al Abbas paman

Nabi : suatu hari Ali Bin Abi Thalib r.a. datang menghadap Rasulullah SA \V

dan ditempat itu hadir Al Abbas. Setelah Rasulullah SAW menjawab salan1

Ali Bin Abi Thalib, beliau berdiri lain merangk11l Ali dan mencium

keningnya. Kemndian beliau mempersilahkan Ali dnduk disebelah kanannya.

Al Abbas bertanya :

セ@

セ@ セ@

JS

セM^ェ@

セ@

J:.,

_,Jc

.i.tluJ

Mゥャaセ@

セャ@

..t1 . .i.t1 _,

(r-Sl::..

o\

J.J).

|セLNL|L。Nス@

セ⦅Iェ@

セ@

J

"Ya Rasulullah apakah anda mencintai dia? Beliau plm menjawab : "Demi

Allah, Allah lebih mencintai dia dari pada aku. Allah azza Wa Jalla

menjadikan keturunan Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah

(32)

b. At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Fathimah Az Zahra r.a.

bahwasanya Rasulullah Saw berkala :

"Semua anak yang dilahirkan ibunya bemasab pada ayahnya kecuali anak

Fathimah. Akulah Wali mereka, Akulah nasab mereka, dan Akulah ayah mereka."

Diceritakan, bahwa pada suatu kesempatan Khalifah Ha.run Al Rasyid pemah

bertanya pada Imam Musa Al Kadzhim bin Jafar As Shadiq, salah seorang cicit

Rasulullah Saw. Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa kalian adalah anak cucu

Rasulullah SAW sementara kalian adalah cucu Ali ? Sesungguhnya, seorang anak

bernasah pada kakek dari ayahnya bukan kakek ibunya. Imam Musa Al Kadzhim pun

menjawab :

"A udzubillahi ... dst. Bismillahirahmanirrahim Dan dari keturunan Daud, Sulaiman,

Ayyub, Yusuf, A1usa, dan Harun. Kepada mereka kami berikan ganjaran yang baik

22 Ahmad Muhammad bin Ali bin Jbn Hajar Al Haitsamy, Al Fatawa Al Haditsiyalt, (Beirut : Lubnan,

(33)

Begitu pula pada keturunan Zakariya, Yahya, Isa, Isa, dan IZvas.(selanjutnya Imam

Musa Al Kadzhim berlanya pada Harun Al Rasyid) bukankah Nabi Isa tidak memiliki

ayah ? itu adalah fakta, bahwa seorang Nabi bernasab pada Ibunya.

Begitu pula dengan kami. Nasab keturunan Nabi SAW melalui jalur ibunda karni

Fathirnah. "23

Mayoritas pandangan madzab Ahlus Sunnah lebih cenderw1g memihak pada

keabsahan nash-nash Ahlul Bait, begitupula pandangan madzab Syi'ah yang secara

absolut menyatakan dukungannya terhadap nash-nash diatas, yang berarti

keberpihakan dua madzab terbesar di .dunia pada Ahlul Bait begitu mendominasi di

kalangan kaum Muslimin dan telah mencukupi syarat dijadikan sebagai acuan serta

bahan rujukan.

Seperli yang telah dikemukakan pada halan1an sebelurnnya Ahlul Bait adalah

keluarga Rasulullah SAW yang mendapatkan keistimewaan dan keutamaan dari

Allah SWT. Keistimewaan dan keutamaan yang mereka peroleh tidak bisa dibilang

sedikit, mungkin seperti guyuran hujan yang menbasahi sudut·sudut setiap hal yang

berkaitan dengan mereka. Selain nash-nash komplit, fakta kongkrit tentang

keutamaan mereka juga telah menjadi bukti selama ini. Dibawah ini dicanturnkan

beberapa keistimewaan dan keutamaan mereka. Baik secara global maupun personal,

menurut nash atau bukti-bukti nyata :

l .Ahlul Bait Ma'shum (tidak merniliki dosa).

23

(34)

Nash : Allah SWT berfirman :

Niセ@

イsセ

S@

セ|@

JA,l

セ⦅Iiセ@

\セセゥャャャMャZiyMwj@

( ii:

yly..)t1)

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian hai

Ahlul Bait dan membersihkan kalian sebersih-besihnya." (Q.S. As Ahzab :33)

1. seluruh kaum Muslimin wajib mencintai Ahlul Baiit

Nash:

a. Allah Berfirrnan :

"Katakanlah wahai Muhammad : Aku tidak rneminta upah atasnya

dakwahku, kecuali mengasihi kerabat (kn)." (Q.S, As Syura : 23)

b. At Turrnidzi dan Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits, bahwa

Rasulullah Saw bersabda :

:L>-""

.illlJ_,...,.,..J Jl.9

:J\..9

1,,e

ic:.

illl<.,?'.:.::...J 0"4':.LJ.:ll

LP-セォZゥ@

ill\ y.::...l

セ@ セ@

3

セQPT@

セ@

rS-,

セwゥャャ|@

iセ@

(35)

"Cintailah Allah yang dengan nikmat karunia-Nya memberikan kalian

makan. Cintailah aku karena kecintaan kalian kepada Allah SWT. Dan

cintailah Ahlul Bait-ku demi cinta kalian kepadaku.'"24

2. scluruh kaum Muslimin wajib mentaati Ahlul Bail

nash:

HャャaZセwi@

INセ@

"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah, Taatilah Rasul, dan Ulul

Amri dari kalian." (Q.S. An Nisa : 58)

3. Ahlul Bait adalah pusaka peninggalan Nabi

Nash : diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih, bahwa Rasulullah SAW

bersabda:

24 Muhannad Adrue Abdur Ra'uf AL Marbawy Al Azhary,

M11kl1tasar Shal1il1 T11rm11tlzy, Mesir: Mustafa Al Bani Al Halaby, 1359 H/1940M)juz ke-14

25

(36)

"Kutinggalkan kepada kalian dua pusaka: Kitab Al Qur'an dan Ahul Baitku.

Sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah hingga kembali padaku di telaga

haudh."

4. Wajib menyertakan Ahlul Bait dalam setiap Shalawat.

Nash : Sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh AbSa'id Al Khudry menyebutkan

ketika turun Ayat:

セi@

_,LI

fal

LJ:llll

セA@

y

セi@

セ@

Pjセ@

セMMG@

.Jil

u!

(

D

\:

yl Y,:':JI). \

,,)

· .,-, I

__,k

3

"Ses1111gguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Wahai

orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya A1uhammad dan ucapkan

salam sejahtera baginya (S. Al Ahzab : 56).

Kemudian kami (para sahabat) bertanya : kami telah mengetahui bagaimana

cara mengucapkan salam kepada anda, lain bagaimanakah cara kami

mengucapkan shalawat anda? Rasulullah SAW menjawab :

"Ucapkanlah, Ya Allah , limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga

Muhammad."

5. Ahlul Bait penyelamat Ummat dari kesesatan

26

(37)

Nash : Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Ahlul Baitku seperti bahtera Nabi Nuh. Barang siapa yang

menaikinya malca akan selamat, dan barang siapa yang tidak menaikinya maka ia

akan tengelam."

6. Ahlul Bait berhak diperhatikan kaum Muslimin

Nash : Ibnu Hajar dan At Thabrany meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa'id

Al Kudry, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya bagi Allah ada tiga

Hurumat -perkara yang tidak boleh dilanggar. Ba.rang siapa menjaga baik-baik

tiga perkara tersebut niscaya Allah akan me[\jaga urusan dunia akhiratnya. Barang

siapa yang tidak menjaga baik-baik tiga perkara tersebut maka Allah tidak akan

menjaga apapun urusannya. Tiga Hw·umat itu adalah : Hurumatul 11'/am

(Kewajiban terhadap agama Islam), Hurumat-ku (Kewajiban terhadap Rasulullah

SAW), dan Hurumat rahim-ku (Kewajiban terhadap Ahlul Bait Beliau)."

7. Ahlul Bait berhak mendapatkan Ghanimah dan KI111111v1s

Nash:

Allah berfirman :

27

(38)

"Ketahuilah, sestmgguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai

rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,

kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil." (Q.S. Al

Anfal: 41)

8. Ahlnl Bait bernasabkan langsung pada Nabiynllah Ibrahim a.s.

Multammad SAW, bin Abdillah bin Abdul Muthalib, bin Hasyim bin Abdi Manaf

bin Qusay bin Ki/ab bin A!urrah, bin Ka 'ah bin Lu 'ay bin Ghalih bin Fhir bin

Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin

A!udhar bin Nizar bin Ala 'ad bin Adnan (dari bani Ismail bin Ibrahim a.s.).28 9. Nasab Ahlul Bait tidak akan terputus sampai akhir zaman baik secara

vertikal ke atas maupun vertikal ke bawah

Nash : Al Hakim meriwayatkan sebnah Hadits yang berasal dari Musawwar bin

Makhramah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda :

28

Al Allamah Zainal Abidin Al Alawy, Al Ajwibafl Al Gltaliyafl Fi Aqidafl Firqa11 All Najiyafl,

(Jakmta: Studia Press, 1999) cet-l, hal 13

(39)

"Sesungguhnya semua nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab, sabab

dan menantuku."

D. ALA WIYYIN

Seiring dengan berlalunya waktu, populasi Ahlul Bait pun semakin

berkembang pesat. Keturunan mereka menyebar hampir di setiap sudut bumi, baik itu

ketur;;nan mereka berasal dari Al Hasan maupun Al Husein. Setelah berlulunya

peristiwa Karbala yang menggemparkan itu, sempat muncul asumsi, bahwa semua

keluarga Ahlul Bait telal1 dibantai habis pada peristiwa tersebut, hingga tak tersisa

satupun. Namun anggapan itu terkikis dengan sendirinya manakala sejaral1 sempat

merekam bahwa Ali Zainal Abidin salah satu putra Al Husein atau yang lebih dikenal

dengan julukan Ali As Sajjad, terbukti selamat dari pembantaian, ia masih hidup, dan

terns melanjutkan sisa hidupnya hanya untuk ibadal1 kepada Al lab SWT.

Memang, sewaktu insiden itu terjadi, seluruh keluarga Ahlul Bait ikut serta ke

medan karbala, namun saat itu kondisi Ali Zainal Abidin As Sujjud sedang sakit, usia

beliau pun barn menginjak sembilan talmn. Beliau tergeletak lemah didalam kemal1

bersama Zainab, bibiknya, juga para wanita keluarga Nabi.

Ali Zainal Abidin As Aujjud sempat diarak bersama para wanita keluarga nabi

dan kepala ayallandanya, Al Husein, yang diletakkan diatas tombak. Nabi ditangkap

sebagai tawanan perang, mereka berjalan terseokOseok mula\ dari Karbala hingga

Damaskus, dimana istana Yazid bin Mu'awiyah berada. Tadinya Yazid ingin

(40)

dapat dicegah Zainab, hingga keponakannya terhindar dari kematian seperti ayahnya.

Zainab telah ditakdirkan Allah menjadi juru penyelan1at generasi Nabi. Diriwayatkan

dalam menjalani sisa hidupnya Ali Zainal Abidin As Sujjud sempat menikah dan

memiliki lima belas orang anak.

Alawiyyin adalah sekelompok manusia keturunan Ahlul Bait atau keturunan

Rasulullah Saw. Mereka juga memiliki keutamaan dan keistimewaan dalam segi

derajat dan keturunan meski tidak sama persis dengan para Ahl.ul Bait. Di Indonesia,

keturunan mereka dikenal dengan sebutan Al;iwiyyin-Bani Alawi. Kata Alwaliyyin

berasal dari kata Awali yang diambil dari nama datuk sesepuh mereka yakni Alwi

putra Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa An Nagib bin Bagir bin Ali Zainal

Abidin As Sujjud r.a. Ahmad Al Muhajir disebut-sebut sebagai nenek rnoyang

dimulainya generasi Bani Alawiyyin, beliau berputra empat orang yakni Ali, Husein,

Muhammad, dan Ubaidillah. Kemudian dari Ubaidillal1 Ahmad Al Muhajir

rnemperoleh tiga orang cucu yakni Alwi, Jadid, dan Isma'il. Dipenghujung abad ke 6

Hijriah Isma'il dan Jadid punah dalam sejarah, sementara kerturunan Alwi eksis

lestari hingga saat ini. 30

Ahli sejarall Yaman, Muhammad bamuthir mengatakan bahwa Alawiyyin

atau kabilah Ba'alawi dianggap kabilah yang terbesar jumlahnya di hadhramaut

Y aman, dan yang paling banyak hijrah ke Asia dan Afrika. Perkembangan

(41)

selanjutnya, sebutan untuk para keturunan Ahlul Bait diwamai oleh bermacam nama

seperti Sayyid, Syarif, atau Habib.

I. ALA WIYYIN DALAM WA CANA

Pada Masa-Masa Perkembangan Islam yaitu sekitar awal abad ke 3 Hijriah.

Sebagian besar keturunan Ahlul Bait mengungsi dari Bas11fa, Iraq menuju

Hadhramaut, untuk melanjutkan dakwah dan mengejar di negeri tersebut. Kepindahan

mereka dari Bashra ke Madhramaut bukan lain karena disebabkan oleh kebengisan

Bani Abbasiyah pada rakyat, khususnya pada seluruh keturunan Ahlul Bait.

Kekejaman politik seperti penjara, penyiksaan, atau pembunuhan kerap dilakukan

rezim Abbasiyah terhadap para keturunan Nabi, yang hanya dilandasi oleh kecurigaan

yang tidak beralasa. Penguasa Abbasiyah berasun1si, para keluarga Nabi berniat

mengkudeta pemerintahnya. Padahal, anggapan itu tidak. benar sama sekali.

Kesyahidan datuk-datuk mereka, seperti Al Hasan, akibat penghianatan istrinya, atau

AL Husein, dimedan Karbala, akibat penghianatan pendnduk Iraq, telah menjadi

pelajaran berharga, bahwa politik, kepemimpinan, dan pendu:duk Iraq adalah racun

jahat bagi mereka. Bani Abbasiyah yang saat itu meajadi penguasa semenajung Arab

bertindak diktatorisme dalam menjalankan roda kepernerintahan, sehingga

menimbulkan rasa ketidakpuasan rakyat. Akibat dari kediktatoran rezim Abbasiyah,

banyak rakyat memutuskan untuk mengungsi, menjahui Iraq kemudian menetap di

Hadhramaut, bersama-sama dengan keturunan Ahlul Bait.31

31

(42)

Kiprah para keturunan Ahlul Bait dalam menyebarkan ajaran Islam dan

berdakwah dimasa itu sungguh tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka jalani

hidup sebagaimana datuk-datuknya, para Ahlul Bait. Hidup Wara'zuhud dengan

warisan lautan ilmu yang mereka miliki dari datuk-datuk mereka, dan kemudian

mereka sebarkan dan tauladani para orang-orang. Dalam buku Riyyadul Jannah karya

Al Allamah Yusuf An Nabhany menyebutkan : "Sepanjang masa, umat Muhammad

di semua negeri mengakui, bahwa Bani Alawiyyin sebagai AhluL Bait nubuwwah

yang sah, baik ditilik dari segi keturunan, maupun kekerabatan. Mereka itu adalah

orang-orang yang paling tinggi ilmu pengetahuaannya, paling banyak keutamaannya,

dan paling bagus budi pekertinya." 32

Seperti yang telah penulis kemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa

Alawiyyin adalah komunitas keturunan keluarga Rasulullah SAW, meski mereka

bukan termasuk dalam Ahlul Bait, akan tetapi mereka juga memiliki keutamaan dan

keistimewaan. Dalam kitab Jala 'ul Afham karya Ibnu Qasyyim mengatakan : "Bal1wa

ada 4 macam penafsiran mengenai Keluarga Rasulullah SAW: Penafsiran pertama,

dibagi menjadi tiga bagian. Y aitu :

A. Keluarga Muhrumnad adalah keturunan Bani Hasyim dan keturunan Bill1i

Muthallib. Ini adala pendapat Imam Syafi'I dan Imam Ahmad bin Hanbal.

B. Keluarga Muhan1mad adalah khusus keturunan Bani Hasyim. Ini adalah pendapat

Imam Abu Hanifah.

32

(43)

C. Keluarga Muhammad adalah semua orang yang bersisilah Bani Hasyim keatas

dan Bani Hasyim Kebawah hingga anak cucu Ghalib. Ini adalah pendapat

Asyhab, sahabat Imam Malik.

Penafsiran kedua mengatakan, bahwa keluarga Muhammad adalah keturunan

Rasulullah SAW khususnya pada istri beliau. lni pendapat Abdul Barr di dalam

hukunya At Tahmid bedasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik

yang berasal dari Nu'aim Al Mt\jmar, bahwa Rusulullah Saw sering berdo'a:

"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad kepada keluarga Muhammad,

para Istri, dan para keturunannya."

Para pendukung penafsiran kedua ini mengatakan, bahwa do' a Rasul;ullah Saw

tersebut sebagai penafsiran keluarga li!uhammad, yang berarti para istri dan anak

cucu Rasulullah SAW. Selanjutnya mereka mengataka, jika seseorang bertemu istri

Rasulullah SAW, atau bertemu dengan salah seorang anak cucu beliau, maka ia boleh

mengucapkan :

"Allah melimpahkan kepada anda."

(44)

"Allah melimpahkan shalawat kepadanya."

Mereka melanjutkan, ucapan demikian tidak boleh ditunjukan kepada orang

lain selain istri-istri Rasulullah SAW dan anak cucu keturunan beliau.

Penafsiran ketiga mengatakan, bahwa keluarga Muhmnmad adalah semua

mengikuti Nabi Muhammad SAW. Ini adalah pendapat Abdul Barr. Pendapat ini

hanya didukung oleh segelintir orang saja, salah satunya adalah Syekh Muhyiddin An

Nawawi dalam kitab Syarah Muslim nya.

Penafsiran keempat mengatakan, keluarga Muhammad Adalah semua orang

yang bertaqwa. Ini adalah pendapat Al Qadhi Hisam.33

Bagaimana datuk-datuk mereka, Alawiyyin juga diharamkan memakan harta

zakat dan shadaqal1. Karena Allah S WT telah menggantikaru1ya dengan Ghanimah

dan Khumus. Allah SWT berfirman :

(.Sil

_J

J _,...,

Y1

_J A "'.,,:..

Ju

オセ@

セ@

LJ-a

セ@

iC.

WI

I

yak\

_J

( £

GZjャゥゥセャINjNhNNji@

U-:13

セlNNji@

セQS@

セNIN||@

"Ketahuilah, bahwa apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan Ghamimah, maka

sesunggnhnya seperlimanya untuk Allah , Rasul, Kerabat Rasul, Anak-anak Y atim,

orang-orang miskin dan para Musafir." (Q.S. Al Anfal :41)

Dalam kitab tafsir Fath AL Ghadir dan lbnu Katsir, disebutkan pendapat yang

mengatakan, bahwa Khumus adalah untuk Allali, Rasul, Kernbat Rasul, anak-anak

33

(45)

Yatim, orang-orang Miskin, serta para musafir. Sementara dalam kitab Majma' Al

Bayan disebutkan, Bahwa Khumus adalah hak keluarga Rasulullah SAW, Yaitu :

anak-anak Yatim keluarga beliau, orang-orang miskin dari keluarga beliau, dan para

musafir dari kalangan mereka.

At Thabary menerangkan dalam kitabtafsimya, bahwa Ali Zainal Abidin As

Sajjad pernah berkata : "Sesungguhnya Khumus adalah hak kami. Adapun yang

dimaksud kata anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan para musafir dari kalangan

kami. Hal itu dikamakan mereka telah diharanlkan menerima shadaqah yang

merupakan kotoran manusia. Maka sebagai solusi, Allah SWT menggantikannya

dengan Khumus.

Al Allanmh Al Mufti Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, seorang

Ulama besar dan Mufti resmi kerajaan Saudi Arabia dario kalangan madzab

Wah/zaby memberikan komentamya tentang keturunan Rasuh1llah SAW : "Orang-orang seperti mereka itu terdapat diberbagai tampat dan negara. Mereka terkenal juga

dengan gelar Syarif. sebagaimana yang dikatakan oleh para ahli, mereka itu berasal

dari keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW, diantara mereka ada yang silsilahnya

berasal dari Al Hasan; ada pula yang berasal dari Al Huse:in; Ada yang dikenal

dengan gelar Sayyid; ada pula dikenal dengan gelar syarif. ltu merupakan kenyataan

yang diketahui umum di Y aman dan di negeri-negeri lain. Sesunggulmya mereka itu

wajib bertaqwa pada Allah dan harus menjaga diri dari segala hal yang diharanlkan

Allah. Semestinya mereka itu harus mejadi orang-orang yang paling menjahui segala

(46)

disalah gunakan oleh orang-orang yang bersangkutan. Jika mereka diberi sesuatu dari

baitul ma!, maka itu adalah karunia yang diberikan Allah kepada mereka atau

pemberian lain berlabel yang bukan zakat, tidak salah bila mereka mau menerimanya.

Akan tetapi kalau silsilah yang mulia itu disalahgunakan, lalu ia beranggapan bahwa

orang yang memiliki silsilah itu dapat mewajibkan orang lain untuk memberi ini atau

itu, sungguh perbuatan yang sangat tidak patut. Keturunan Rasulullah SAW adalah

keturunan yang palir:g mulia dan Bani Hastim adalah suku yang paling mulia diantara

orang Arab. Karenanya tidak patut kalau mereka melakukan sesuatu yang

mencemarkan kemuliaan martabat mereka sendiri., baik berupa perbuatan, ucapan

ataupun perilaku yang rendah. Adapun soal menghormat.i mereka, mengakui

keutamaan mereka, dan memberikan kepada mereka apa ya11g telah menjadi hak

mereka, atau memberi maaf atas kesalahan mereka terhadap orang lain, serta tidak

mempersoalkan kekeliruan mereka yang tidak menyentuh soal agama, semua itu

adalah kebijakan. Dalam hadits, Rasulullah SAW berulangkali mewanti-wanti :

(.j.Q •

.Ji

I

J_,.,...,

.J

J\.§ :

Jt.9

<Uc

.Ji

I

HL_BBGセ@

.J

セ@ セ|ヲ。N@

セ@

uc

H\LN[MNjセ|ッャSNjINクQ@

..

ᄋ\NLLセセ@

セ|@

セ@

!>fi

セ@

"Kalian kuingatkan kepada Allah dan Ahlul Baitku ... Kalian kuingatkan kepada

Allah dan Ahlul Baitku."

Maka berbuat baik terhadap mereka, memaafkan kekeliruan mereka yang

(47)

pada saat yang dibutuhkan, semua itu merupakan perbuatan baik dan kebijakan

kepada mereka .. "34

Demikian fatwa Al Allamah Syekh Abdul Aziz bib Baz, seorang Ulama

bermadzab Wahhabi yang sangat berpengaruh di negara Saudi Arabia. Fatwanya

tentang kedudukan para keturunan Ahlul Bait Rasulullah SAW ditengah-tengah

masyarakat dapat dijadikan perhatian bagi seluruh kaum Muslimin didunia,

bagaimana cara bersikap kepada keturunan Rasulullah SAW.

2. KlPRAH ALA WIYYIN DI INDONESIA

Saat ini, kita mendapati 180 juta jiwa pemeluk Is.lam tersebar diseluruh

Indonesia. Yang berarti 75% dari seluruh penduduk Indonesia yang 「・セェオュャ。ィ@ 260

juta jiwa adalah pemeluk Islam. Bahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah

pemeluk Islam di indonesia mencapai 98% sungguh jumlah yang sangat fantastis

untuk sebuah negara berideologi sekuler dan liberal. 35 Meski Indonesia terdiri dari

beragam suku, agama, dan bahasa yang berbeda-beda, namun keutuhan bangsa tetap

terjaga. Masyarakat Indonesia hidup dalam suasana tenteram dan damai, seolah tidak

ingin terusik persoalan SARA yang akan mengakibatkan perpecahan dan disentegrasi

bangsa.

Mengamati kenyataan diatas, terbesit dalam pikiran, bahwa terwujudnya

keutuhan bangsa selama berabad-abad dalam sebuah negara ber-bhineka adalah

dihasilkan oleh upaya dan ke1ja keras; didapat dari jerih payah serta kucuran keringat

34

Majalah, Al Madi11all, no. 5692, 24 Oktober 1982 35

(48)

dan harta yang tidak sedikit. Lain, timbul pertanyaan, atas jerih payah siapakah semua

itu tenvujud ? Dalam berbagai literatur yang menguak awal masuknya Islam ke

Indonesia, disebutkan, bahwa yang membawa ajaran Islam ke Indonesia adalah

golongan Alawiyyin. L.W.C. Van den Berg dalam bukunya Le Handramaut et les

Arab en India, mengatakan :

"'Adapun hasil yang nyata dalam penyiaran agama Islam adalah dari orang-orang

Sayyid Syarif. Dengan perantara mereka, agama Islan1 tersiar diantara raja-raja Hindu

di Jawa dan Jain-lainnya. Walaupun ada juga suku-suku Arab Hadhramaut Jain, tapi

mereka ini tidak meninggalkan bekas apa-apa, katanya. "Hal ini disebabkan bahwa

mereka itu ad al ah kcturunan manusia pembawa Islam (Nabi Muhammad SA W)."36 Dr. Nagib Saliby dalam bukunya Ethnological Studies in P,,foro Histmy. Law

And Relegion, menceritakan tentang penyiar agama Islam dikepulauan Filipina,

"Bahwa penyiar agama Islam itu adalah keturunan Alwi bin Muhammad bin Ali bin

Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Abdillah bin Ahmad bin Isa Al Muhajir. Mereka

ini datang dari Hadhramaut melalui India. Adapun penyiar agama Islam di Campa,

semenajtmg Melayu, Sumatra, dan Jawa, datang jauh lebih <lulu. Dalam sejarah Jawa

mereka ini dikenal dengan nama Sunan Awliya' atau Syarif Awliya' ."37

Pada tajuk dihalaman sebelumnya (Alawiyyin dan Wacana ) penulis telah

menguraikan tentang imigrasi besar-besaran yang dilakukan para keturunan

Rasulullal1 SAW dari Bashra (Iraq), menuju daerah atau wilayah yang menurut

36

ldrus Alwi, Seki/as Te11ta11g Ka11111 Alawiyyi11, (Jakarta : 2000), hal 79 37

(49)

mereka lebih aman, seperti Hadhramaut, India, Sila (Sulawesi), Moro, (Filipina), atau

Tiongkok (Mongol). Hal itu disebabkan oleh intimidasi dan kekejan1an pemerintah

Bani Abbasiyah pada keturunan Nabi kerapkali diwujudkan dalam bentuk

pemenggalan, penyiksaan, dan meracuni mereka hingga mati. Bahkan jauh sebelum

Bani Abbasiyah berkuasa, yaitn saat kali pertama tampnk kekalifahan dipegang oleh

Bani Umayyah, para keturunan Nabi mendapat perlakuan tak jauh berbeda dengan

apa yang dialami pada era Abbasiyah.

Mengungsi ! Hanya kalimat itulah yang terlintas dalam pikiran para keturunan

Nabi. Sebuah tindakan untuk mengobati beban penderitaan yang telah mereka alami

setelah sekian lama melepas kepenatan hati akibat perlakuan Bani Umayyah dan

Abbasiyal1 yang selan1a ini mendera mereka secara turun temnrun. Pada akhirnya,

mengungsilah para keturunan Nabi beserta pengikut-pengikutnya ke beberapa daerah

dikawasan Hadhramaut seperti Sewoon, Tarim, Aden, Inat, Syibam, Al Ghorfah, As

Suweiry, atan Tm·ibah. Penduduk wilayah-wilayah tersebut menerima kedatm1gan

pengungsi dengan tangan terbuka. Para keturunan Nabi hidup didaerah baru hingga

turun-temurun, melahirkan generasi demi generasi, menjadi sebuah komunitas

terbesar di Hadhraniaut, mengalahkan komunitas lain. Terbagi menjadi

Qabilali-qabilah, snku-snku besar dan kecil. Qabilah-qabilah terbesar diantaranya :

1. Abu Futeim 6. Al Habsyi 11. Al Kaff 16. Ba'agi

2. Al Attas 7. Al Haddad 12. Al Muhdar 17. Bafagih

(50)

r

セ@

Bahar

Barr

9. Al Hamid

I 0. Allufri

14. Al Maulakhela 19. Bin Smith

15. Al Saggaf 20. Bin Syekh Abubakar

Sumber diambil dari kitab: AL Mu'jam Al Latif Lil Asbab Wal Aqab Fi Nasab As

Syarif: Sayyid A1uhamad Ahmad Asy Syatiri.

Anggapan para anak cncu Nabi bahwa daerah-daerah tnjuan pengungs1an

adalah tempat imigrasi sementara yang cukup aman ketimbang Iraq, Makkah,

Madinah, Syam, Damaskus, atau daerah lainnya di jazirah Arab, ternyata tidak

meleset. Diberbagai daerah itu, mereka dapat lebih leluasa menjalani kegiatan ritual

maupun sosial, merasa lebih tenang tanpa intimidasi, juga tanpa ketakutan dibuntuti

untuk dibunuh. Dari sekian banyak wilayah tujuan untuk mengungsi, hanya

Hadhramaut dm1 Tiongkok yang mengalami sedikit rnasalali. Keberadaan keturunm1

Nabi dan para pengikutnya di Hadhramaut, rupanya telali terciurn oleh orang-orang

yang ditugasi menjadi mata-mata oleh rezim penguasa. Meski tindakan penguasa Iraq

tidalc separali dan sebrutal sewaktu berada di Iraq, tapi kehidupm1 para keturunan

Nabi di Hadhramaut kembali terusik. Setiap kegiatan yang dilakukan para keturunan

Nabi selalu diintai dan dirnata-matai. Ritinitas relijius seperti beribadah dan mengejar

pun otomatis menjadi terganggu. Sementara di Tiongkok, pm·a imigran anak susu

Nabi dan kaurn Muslimin lainnya mengalami perlakuan kesenjangan sosial dari

(51)

A. DEFJNISI KAFA'AH

Secara harafiah, Kaja 'ah atau Kufi1' adalah sebuah kalimat yang diambil dari

bahasa Arab. Bila diartikan kedalam bahasa Indonesia, Kafa'ah atau Kufu' memiliki

arti , persamaan, sepadan, atau sejodoh, yang hampir keseluruhan kamus Arab

-Indonesia mengartikan sama.

( l),_ \jS) jamaknya ( \,_ \jS ),kalimat ini sesuai dengan apa yang oleh Prof.

Mahmud Yunus dalam kamusnya "Kamus Arab - Indonesia". Dalam kamus Al

Munjid, tertera kalimat yang sama dengan .IJ'arah:

"Keadaau sesuatu sama dengau lainnya."

Untuk mencapai gambarau yang lebih kongkrit kalimat tersebut disandingkau

dengan kalimat lain yang memiliki signifikasi makna, yaitu

>-

\jS adalah bentuk

masdar

>-

\jS ;

y_,...,.,...

persamaan.

Demikian halnya kita dapatkan pengertian serupa dalam kitab Subulus salam ,

(52)

Dalam arti leksikel, kalimat Kafa'ah lazim dipakai dalam ungkapan bahasa

Indonesia. Pada kamus um um bahasa Indonesia (Poerwadaminta) Kufu • berarti

persamaan derajat, tolok, tara, sepadan, dan sebanding.

Menurut difinisi, Kafa'ah bermakna, pernikahan dalam keluarga atau

keturunan Nabi SAW yang sepadan atau sejodoh dalan1 tingkat status sosial maupun

keturunan - silsilah. Ada juga yang mengartikan bahwa selain pernikahan keluarga

atau keturunan Nabi SAW juga dinamakan Kafa'ah atau Kufu'.

A. KAFA' AH DALAM PERSPEKTIF ULAMA

Secara sosial, Islam telah mengajarkan kepada manusia bahwa nilai lebih

seseorang itu bukan terletak pada fisik rupa, harta benda, golongan, ataupun status

sosial. Akan tetapi, Islan1 lebih mengedepankan ilmu, amal, dan taqwa manusia.

Allah SWT berfirman :

"sesungguhnya kami ciptakan kalian sebagai laki-laki dan perempuan dan kami

jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.

Sesungguhnya orang termulia diantara kalian yang berada disisi Allah adalah orang

(53)

Ayat diatas menjelaskan, bahwa Allah SWT menilai manusia bukan dari

kemuliaan golongan, keagungan martabat, kecantikan, ataupun ketampanan wajah.

Manusia yang termulia di mata Allah adalah yang paling bertaqw!lo meskipun dia

seorang yang berkasta rendah, menunjukan bahwa Islam adalah aganm yang

mengajarkan kesetaraan derajat pada seluruh manusia dimuka bun1i. Namun, bukan

berarti tidak ada kesenjangan status. Justru kehidupan manusia didunia ini sarat oleh

kesenjangan status yang beragam, keberadaan manusia yang berkelompok-kelompok

dan bersuku-suku telall menelurkan butir-butir perbedaan status dan martabat.

Bahkan pada Nabi-nabi dan Rasul-rasul-Nya sekalipun. Seorang wanita dan seorang

pria misalnya, Allah menyamakan derajat kedua mahkluknya itu. Tetapi , Allal1 juga

membedakan status mereka dalam soal warisan, wanita hanya mendapat setengah

bagian sementara pria mendapat bagian penuh. Juga membedakan dalam soal

keutamaan. Allah SWT berfirman :

( 1

i

:

セwiINセ@

L'""111

.)c

t.JJAI

_,s

jセ@

_}I

"Laki-laki itu lebih berkuasa dibanding wanita." (Q.S. An Nisa: 34)

Disisi lain, wanita tidak bisa menjadi Imam, baik itu Imam Shalat (kecuali

bila ma'munmya wanita) maupun Imam pemimpin wilayah atau negara. Di antara

butir-butir lain kesenjangan antara manusia adalall :

1. Allah lebih memuliakan Rasulullah SAW dibanding Rasul-N ya yang lain.

2. Allah hanya menumnkan kitab sucinya hanya pada 4 orang Rasuh1ya (tidak pada

(54)

3. Allah menjadikan tmmt Muhammad SAW sebagi umat umat terbaik diantara umat

Rasul-rasul atau Nabi-nabi sebelumnya. Allah SWT berfirrnan :

.µluc

uセS@

u3yuJI

uSNjaセ@

U"li.l.l

LI?-_?.l

TNNLL|セ@

セ@

(''. :

QセjQI@

"Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh

manusia berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran."

(Q.S. Ali !mran : 110)

4. Allah menjadikan manusia lebih mulia dari pada malaikat dan jin.

5. Allah menjamin kitab suci lain telah mengalami perubahan.

6. Allah SWT hanya mensucikan Ahlul Bait Nabi SAW, tidak mensucikan sahabat,

atau kerabat beliau yang lain.

7. Rasulullah SAW diperbolehkan memiliki istri

Referensi

Dokumen terkait

Pada waktu tiba di danau tersebut mereka tidak mengurus diri masing-masing tetapi mereka mempunyai “ketua” sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka sudah membangun

Delta Dieselindo Utama, generasi senior berencana tidak akan menguji perubahan yang dibawa oleh suksesor agar suksesor dapat dengan bebas mencoba hal-hal baru dan

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara

 Mohon kehadiran anggota Komisi Teologi &amp; Persidangan Gerejawi (TPG) dan Presbiter sektor Pelayanan Kapernaum dan Marturia I dalam pertemuan dengan Ketua

Hal ini berarti bahwa variasi susunan lapisan media filtrasi dan ketebalan media filtrasi memberikan nilai rata-rata yang tidak sama dalam penurunan kandungan

Mampu menulis teks deskripsi tentang alat musik favorit Mampu memahami percakapan tentang pekerjaan sebagai guru Mampu mengungkapkan kalimat tentang pekerjaan dan tugas

Untuk peningkatan kualitas layanan perpustakaan UNSRI di Indralaya, pihak pengelola harus segera memperbaiki atribut keramahan petugas pendaftaran, keramahan petugas dalam