• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN

KEDELAI

(Glycine max [L.] Merrill)

GENERASI F

2

HASIL

PERSILANGAN

WILIS X MALANG 2521

Nyimas Sa‘diyah, Sigit Ardiansyah, dan Maimun Barmawi,

Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Email: nyimas_diyah@yahoo.com

Abstrak. Salah satu langkah perakitan varietas unggul adalah persilangan, sehingga pada

generasi F2 akan terjadi segregasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola segregasi

karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis dan Malang 2521.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan. Uji kesesuaian distribusi normal dan pola segregasi dengan menggunakan uji khi-kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman berdistribusi normal sehingga karakter-karakter tersebut termasuk dalam karakter kuantitatif. Untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman tidak berdistrbusi normal, sehingga termasuk dalam karakter kualitatif. Pola segregasi untuk umur panen 13:3, jumlah cabang produktif 9:7, dan jumlah polong per tanaman 3:1. Jumlah gen yang mengendalikan umur panen dan jumlah cabang produktif yaitu dua gen yang bersifat epistasis sedangkan jumlah polong per tanaman diatur oleh satu gen yang bersifat dominan.

Kata Kunci: Generasi F2, kedelai, dan pola segregasi.

PENDAHULUAN

Pada tahun 2010, produksi kedelai nasional sebanyak 908.110 ton dan import sebanyak 1.700.000 ton (Badan Pusat Statistika, 2011). Berarti 65 % kebutuhan kedelai dalam negeri masih dipenuhi dari import. Akibat dari import kedelai, di Indonesia sering terjadi kenaikan harga kedelai. Selama kurun waktu 5 tahun sudah terjadi dua kali kenaikan harga kedelai yaitu pada tahun 2008 (Prabowo, 2008) dan pada tahun 2012 (Putra, 2012).

Salah satu usaha untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri adalah dengan menggunakan varietas unggul kedelai. Perakitan varietas unggul dapat melalui program pemuliaan tanaman. Salah satu langkah dalam proses perakitan varietas unggul adalah persilangan. Dari persilangan antara Wilis dan Malang 2521 diharapkan akan terjadi penggabungan sifat

dari kedua tetua. Wilis memiliki keunggulan hasil tinggi tetapi rentan terhadap penyakit virus kerdil SSV (soybean stunt virus), sedangkan Malang 2521 hasil rendah dan tahan terhadap virus CPMMV (Barmawi, 2007). Namun pada penelitian ini hanya dilihat daya hasilnya saja. Pada tanaman menyerbuk sendiri segregasi tertinggi terjadi pada generasi F2

(Welsh, 1991). Pada generasi F2, tingkat

segregasi dan rekombinan yang luas akan tergambar melalui sebaran frekuensi genotipenya (Crowder, 1997). Sebaran frekuensi genotipenya dapat digunakan sebagai penduga jumlah gen yang terlibat dalam pengendalian suatu karakter.

Karakter yang dikendalikan oleh satu atau sedikit gen yang pengaruh gen secara individual mudah dikenali disebut karakter kualitatif. Karakter yang dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing gen berpengaruh kecil terhadap ekspresi suatu

(2)

karakter disebut karakter kuantitatif. Karakter kualitatif umumnya dicirikan dengan sebaran fenotipe diskontinu, sedangkan karakter kuantitatif sebaran kontinu (Trustinah, 1997). Penelitian Limbongan dkk. (2008) menunjukkan bahwa umur berbunga pada tanaman padi merupakan karakter kuantitatif. Hasil penelitian Sofiati dan Kirana (2009) menunjukkan bahwa umur berbunga, panjang buah, bobot buah per tanaman, dan jumlah buah per tanaman pada tanaman cabai menunjukkan karakter kuantitatif. Hasil yang hampir sama dilaporkan oleh Sriwidarti (2011) pada tanaman kacang panjang, panjang polong, jumlah biji per polong, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji merupakan karakter kuantitatif.

Banyaknya gen yang menentukan sifat suatau karakter dan pola segregasinya perlu dipelajari supaya dapat digunakan sebagai dasar seleksi karakter tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) pada generasi F2 hasil persilangan Wilis x

Malang 2521. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga sebaran frekuensi, pola segregasi, dan jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis

x Malang 2521.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Tepadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Februari 2012. Benih yang digunakan adalah benih F2 hasil

persilangan antara Wilis x Malang 2521 hasil pemuliaan Dr. Maimun Barmawi. Penelitian ini menggunakan rancangan

Petak percobaan berukuran 5 x 5 m. Jarak tanam 60 x 20 cm. Jumlah benih F2

yang tumbuh adalah 57 tanaman. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari. Dosis pupuk yang digunakan adalah urea 50 kg/ha, SP-36 dan KCl masing-masing 100 kg/ha. Pemberian pupuk dengan cara tugal dengan jarak lebih kurang 10 cm dari tanaman. Untuk mencegah serangan hama digunakan insektisida berbahan aktif Deltametrin dan penyakit diaplikasikannya fungisida berbahan aktif Mankozep 80%. Aplikasi insektisida dan fungisida dilakukan seminggu sekali. Variabel yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir.

Analisis data yang dilakukan meliputi uji kesesuaian distribusi normal dan uji khi-kuadrat untuk menguji kesesuaian antara nilai pengamatan dan nilai harapan. Uji kesesuain distribusi normal menggunakan uji khi-kuadrat (Gomez dan Gomez, 1995) sebagai berikut:

i p i i i F F f x

   1 2 2

Keterangan: fi = frekuensi pengamatan ; Fi = frekuensi harapan bagi kelas ke-i

Nilai hitung x2 dibandingkan dengan nilai tabelx2 dengan derajat kebebasan (p-3), bila X2hitung< X2 tabel maka karakter yang

dianalisis berdistribusi normal, sebaliknya

X2hitung > X2 tabel maka karakter yang

dianalisis tidak berdistribusi normal.

Kesesuaian segregasi karakter agronomi populasi F2 Wilis x Malang 2521 dengan

tipe segregasi yang diharapkan diuji dengan 2

untuk goodness of fit (kesesuaian). 1) Dua kelas

(3)

2) Lebih dari dua kelas

Keterangan:

Oj = jumlah pengamatan dalam kelas/kelompok

ke-i

Ej = jumlah pengamatan yang diharapan dalam

kelas/kelompok ke-i j = 1, 2, 3, … c

Untuk mengestimasi gen pengendali bersifat sederhana maka populasi F2 akan

dicocokkan terhadap beberapa nisbah, tergantung dari bentuk grafik yang diperoleh (Snyder dan David, 1957; dikutip oleh Barmawi, 1998). Jika grafik penyebaran populasi F2 menunjukkan:

Dua puncak, maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 3:1 (1 gen dominan penuh), 9:7 (2 gen epistasis resesif duplikat), 13:3 (2 gen epistasis dominan resesif), 15:1 (2 gen epistasis dominan duplikat).

Tiga puncak, maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 1:2:1 (1 gen dominan tidak sempurna), 9:3:4 (2 gen epistasis

resesif), 9:6 :1 (2 gen dengan efek kumulatif), 12:3:1 (2 gen epistasis dominan).

Lebih dari tiga puncak, maka kemungkinan nisbah fenotipe yang terjadi adalah 9:3:3:1 (2 gen dominan penuh), atau 6:3:3:4 (1 pasang gen dominan sempurna dan 1 pasang gen dominan sebagian).

Grafik yang unimodal (menyebar normal) menunjukkan pewarisan poligenik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji khi-kuadrat untuk kesesuaian distribusi normal karakter agronomi kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis

x Malang 2521 menunjukkan bahwa nilai-nilai pada generasi F2 untuk karakter umur

berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji, dan bobot biji per tanaman menyebar normal, sedangkan umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman tidak mengikuti sebaran normal pada taraf nyata 5% (Tabel 1., Gambar 1,2,3,4,5,6, dan 7).

Tabel 1. Uji khi-kuadrat untuk kesesuaian distribusi normal agronomi No Karakter yang diamati X2hitung= ∑(fi – Fi)2

Fi

X20,05 Keputusan

1 Umur berbunga 4,6570tn Berdistribusi normal

2 Umur Panen 78,2948* Tidak berdistribusi normal

3 Tinggi Tanaman 4,2590tn 12,59 Berdistribusi normal 4 Jumlah cabang produktif 13,8246* Tidak berdistribusi normal 5 Jumlah polong per tanaman 235,6665* Tidak berdistribusi normal

6 Bobot 100 biji 5,4125tn Berdistribusi normal

7 Bobot biji per tanaman 11,4880tn Berdistribusi normal

Keterangan :

tn = Tidak nyata pada taraf α 5% * = Nyata pada taraf α 5%

(4)

Gambar 1. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter umur berbunga

Gambar 2. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter tinggi tanaman

Gambar 4. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter bobot biji per tanaman

Gambar 5. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter umur panen

(5)

Gambar 7. Sebaran frekuensi populasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter jumlah polong per tanaman

Untuk karakter yang tidak menyebar normal dilakukan uji kesesuaian nisbah pola segregasi Mendel atau modifikasinya dengan menggunakan uji khi-kuadrat. Hasil uji khi-kuadrat diperoleh nisbah pola segregasi yang sesuai dengan perbandingan 3 : 1 dan 13: 3 untuk karakter umur panen, 9 : 7 dan 1 : 2 : 1 untuk jumlah cabang produktif dan diperoleh nisbah 3 : 1, 13 : 3 dan 9 : 6 : 1 untuk karakter jumlah polong per tanaman (Tabel 2, 3 dan 4).

Tabel 2. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter umur panen, generasi F2 Wilis x Malang

2521 Observasi (O) Harapan (E) X2h X20,05 Peluang (%) Dua Kelas 3 : 1 48 : 9 42,75 : 14,25 2,85tn 10—5 9 : 7 48 : 9 32,06 : 24,94 18,27* 3,84 <5 13 : 3 48 : 9 46,31 : 10,69 0,48tn 50—30 15 : 1 48 : 9 53,44 : 3,56 7,50* <5 Tiga Kelas 1 : 2 : 1 9 : 45 : 3 14,25 : 28,50 : 14,25 20,37* <5 9 : 3 : 4 9 : 45 : 3 32,06 : 10,69 : 14,25 135,63* 5,99 <5 9 : 6 : 1 9 : 45 : 3 32,06 : 21,38 : 3,56 42,79* <5 12 : 3 : 1 9 : 45 : 3 42,75 : 10,69 : 3,56 136,89* <5 Empat Kelas 9:3:3:1 2 : 7 : 46 : 2 32,06:10,69:10,69:3,56 146,82* 7,81 <5

Keterangan : * = Nyata pada taraf α 5%

tn = Tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Sebaran frekuensi karakter umur

berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji per tanaman pada populasi F2

menyebar normal. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakter tersebut merupakan karakter kuantitatif yang dikendalikan secara poligenik (Allard, 1995). Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Hartati dkk. (2013), pada karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji per tanaman pada tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570

yang dikendalikan oleh banyak gen dan mengikuti sebaran normal.

(6)

Tabel 3. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter jumlah cabang produktif, generasi F2 Wilis x Malang 2521 Nisbah Jumlah Cabang Produktif Observasi (O) Harapan (E) X2h X20,05 Peluang (%) Dua Kelas 3 : 1 30 : 27 42,75 : 14,25 14,64* <5 9 : 7 30 : 27 32,06 : 24,94 0,30tn 3,84 75—50 13 : 3 30 : 27 46,31 : 10,69 29,50* <5 15 : 1 30 : 27 53,44 : 3,56 158,41* <5 Tiga Kelas 1 : 2 : 1 18 : 31 : 8 14,25 : 28,50 : 14,25 3,59tn 20—10 9 : 3 : 4 18 : 31 : 8 32,06 : 10,69 : 14,25 47,51* 5,99 <5 9 : 6 : 1 18 : 31 : 8 32,06 : 21,38 : 3,56 16,03* <5 12 : 3 : 1 18 : 31 : 8 42,75 : 10,69 : 3,56 58,46* <5 Empat Kelas 9:3:3:1 13:27:15:2 32,06:10,69:10,69:3,56 38,66* 7,81 <5

Keterangan : * = Nyata pada taraf α 5%

tn = Tidak berbeda nyata pada taraf α 5%

Tabel 4. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter jumlah polong per tanaman, generasi F2

Wilis x Malang 2521 Nisbah Jumlah Polong Per tanaman Observasi (O) Harapan (E) X2h X20,05 Peluang (%) Dua Kelas 3 : 1 41 : 16 42,75 : 14,25 0,23tn 75—50 9 : 7 41 : 16 32,06 : 24,94 5,79* 3,84 <5 13 : 3 41 : 16 46,31 : 10,69 2,90tn 10—5 15 : 1 41 : 16 53,44 : 3,56 43,13* <5 Tiga Kelas 1 : 2 : 1 26 : 24 : 7 14,25 : 28,50 : 14,25 14,09* <5 9 : 3 : 4 26 : 24 : 7 32,06 : 10,69 : 14,25 21,42* 5,99 <5 9 : 6 : 1 26 : 24 : 7 32,06 : 21,38 : 3,56 4,79tn 10—5 12 : 3 : 1 26 : 24 : 7 42,75 : 10,69 : 3,56 26,46* <5 Empat Kelas 9:3:3:1 19:22:10:6 32,06:10,69:10,69:3,56 19,01* 7,81 <5

Keterangan : * = Nyata pada taraf α 5%,

(7)

biji per tanaman, pengaruh individu sukar diidentifikasi dan pewarisannya tidak sesederhana seperti pada genetika Mendel.

Sebaran frekuensi untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif dan jumlah polong per tanaman bersifat diskontinu atau tidak menyebar normal sehingga ada indikasi karakter tersebut merupakan karakter kualitatif. Karakter kulitatif merupakan karakter yang tidak atau sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dikendalikan oleh gen sederhana yang lebih mudah diwariskan (Millah dkk., 2000). Oleh karena itu, kelas-kelas rasio pada karakter ini dapat dibedakan dengan jelas, karena dipengaruhi oleh satu atau dua gen. Penelitian ini sama dengan penelitian Nugroho dkk. (2013), untuk jumlah cabang produktif dan Hartati dkk. (2013) untuk karakter jumlah polong per tanaman. Karakter umur panen pada penelitiaan ini tidak sejalan dengan Baihaki (2000), hal ini terjadi karena disaat pengamatan umur panen tidak dilakukan pengamatan setiap hari.

Pola segregasi karakter kualitatif mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya (Fehr, 1987). Pola segregasi karakter umur panen tanaman kedelai populasi generasi F2 hasil persilangan Wilis

x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 dan 13 : 3 (Tabel 2). Namun nisbah 13 : 3 mempunyai peluang yang paling besar yaitu

(P= 50%—30%), sehingga pola

segregasinya mengikuti nisbah 13 : 3. Hal ini berarti bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh dua gen yang bereaksi epistasis dominan-resesif artinya gen dominan pada satu lokus dan gen resesif pada lokus lain mempengaruhi penampakan fenotipe yang sama (Crowder, 1997). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efek aksi gen non-aditif (dominan dan epistasis) berperan dalam mengendalikan karakter umur panen.

Pola segregasi karakter jumlah cabang produktif generasi F2 hasil persilangan

Wilis x Malang 2521 sesuai dengan nisbah

9 : 7 dan 1 : 2 :1 (Tabel 3). Namun, nisbah 9 : 7 mempunyai peluang yang lebih besar yaitu (P = 75%—50%), sehingga pola segregasi karakter jumlah cabang produktif mengikuti nisbah 9 : 7. Hal ini berarti karakter tersebut dikendalikan oleh dua gen yang bereaksi epistasis resesif duplikat artinya gen homozigot resesif pada satu lokus bersifat epistatik terhadap gen dominan pada lokus lainnya. Apabila gen tersebut adalah V2 dan V3 maka

interaksinya adalah: v2v2 epistatik terhadap

V3 dan v3, v3v3 epistatik terhadap V2 dan v2

(Asadi dkk., 2003).

Hasil uji kesesuaian nisbah karakter jumlah polong per tanaman menunjukkan bahwa pola segregasi generasi F2 hasil

persilangan Wilis x Malang 2521 sesuai dengan harapan pada α 5% untuk nisbah 3 : 1, 13 : 3 dan 9 : 6 : 1 (Tabel 4). Peluang yang paling besar (P = 75%—50%) pada nisbah 3 : 1, sehingga pola segregasi karakter jumlah polong per tanaman mengikuti nisbah 3 : 1 dan kendalinya adalah satu gen dominan penuh (Stansfileld dan Elrod, 2006). Pola segregasi generasi F2 untuk karakter jumlah polong per

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara sederhana oleh satu gen yang dominan penuh serta nisbah tersebut sejalan dengan nisbah Mendel.

Karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman merupakan karakter kuantitatif biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu, seleksi berdasarkan karakter-karakter tersebut tidak efektif dilakukan pada generasi awal. Demikian juga bila berdasarkan hasil pendugaan pola segregasi karakter umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman, seleksi tidak dapat dilakukan pada generasi awal karena adanya aksi gen non-aditif (dominan dan epistasis) masih besar.

(8)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis data dapat disimpulkan:

Sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji per tanaman pada populasi F2

menyebar normal, sedangkan sebaran frekuensi untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif dan jumlah polong per tanaman menyebar tidak normal.

Karakter umur panen dikendalikan oleh dua gen yang bersifat epistasis dominan-resesif dengan nisbah 13:3, jumlah cabang produktif dikendalikan oleh dua gen yang bersifat epistasis resesif duplikat dengan nisbah 9:7, dan jumlah polong per tanaman dikendalikan oleh satu gen yang bersifat dominan sempurna dengan nisbah 3 : 1.

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. 1995. Principles of Plant

Breeding. John Wiley and Sons, Inc,

New York. 485 hlm

Assadi, Soemartono, M, Woerjono dan H. Jumanto. 2003. Kendali genetik ketahanan kedelai terhadap penyakit virus kerdil (soybean stunt virus). Zuriat

14 (2): 1-21

Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan

Bulanan Data Sosial Ekonomi. Edisi 17

Katalog BPS 9199017. 110 hlm

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan

Analisis Penelitian Pemuliaan.

Universitas Padjajaran : Bandung. 91 hlm

Barmawi, M. 1998. Hubungan antara

Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli Tryon) dengan aktivitas Peroksidase dan Penentuan Pola Pewarisannya.

Disertasi. UNPAD : Bandung. 118 hlm.

Populasi Willis x MLG2521. J. HPT Tropika. Vol. 7 (1): 48 – 52

Crowder, L. V, 1997. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan dari Plant Genetics oleh Lilik kusdiati. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 499 hlm.

Fehr, W.R, 1987. Principles of Cultifar

Development Vol. 1 Theory and Technique. Macmillan Pub. Co. New

York. 536 hlm.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995.

Statistical procedures for Agriculture Research. An IRRI Book. John Wiley &

Sons. Sixth Edition. New York. 688 hlm. Hartati, S., M. Barmawi, dan N. Sa‘diyah.

2013. Pola segregasi karakter agronomi

tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F2 hasil persilangan

Wilis x B3570. Jurnal Agtotek Tropika

Vol. 1 (1): 3-13

Limbongan, Yusuf L., H. Aswidinnoor., B. S. Purwoko., Trikoesoemaningtyas. 2008. Pewarisan sifat toleran padi sawah (Oryza sativa L.) terhadap cekaman suhu rendah. Bul. Agro. (36) (2)

Millah, Z., R. Setiamihardja, A. Baihaki, dan Y.S. Darsa. 2004. Pewarisan

karakter jumlah biji per polong dan warna biji tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea). Zuriat 15(1):53—

58.

Nugroho, W.P., M. Barmawi, dan N. Sa‘diyah. 2013. Pola segregasi karakter

agronomi tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F2 hasil

persilangan Yellow Bean x Taichung. Jurnal Agtotek Tropika Vol. 1 (1):

38-44.

Prabowo, E.H. 2008. Kedelai; Komoditas

(9)

Putra, Y. M. P. 2012. Krisis Harga

Kedelai 2012 Terparah. Diakses

melalui

www.Republika.co.id/berita/nasional/um um/12/07/25/m7rb4q-kopti-krisis-harga-kedelai-2012-terparah. [14 September 2012].

Sofiari, E. dan R. Kirana (2009). Analisis

Pola Segregasi dan Distribusi Beberapa Karakter Cabai. J. Hort. 19 (3):

255-263

Sriwidarti. 2011. Pola Pewarisan Karakter

Kualitatif dan Kuantitatif Kacang Panjang Keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis. Unila. Bandar Lampung.

105 hlm.

Stansfiled W dan S. Elrod. 2006. Genetika. Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. 328 hlm.

Trustinah. 1997. Pewarisan beberapa sifat

kualitatif dan kuantitatif pada kacang tunggak (Vigna unguiculata (L) Walp). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

15 (2) : 48—54.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ketiga.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm.

Welsh, J.R. 1991. Fundamental of Plant

Genetic and Breeding (Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman alih

bahasa Mogea, J.P.). Erlangga. Jakarta. 224 hlm.

(10)

Gambar

Gambar  1.  Sebaran  frekuensi  populasi  F 2   hasil  persilangan  Wilis  x  Malang  2521  untuk karakter umur berbunga
Gambar 7.  Sebaran frekuensi populasi F 2  hasil  persilangan  Wilis  x  Malang  2521  untuk  karakter  jumlah  polong  per  tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Konsep penataan PKL juga ber- tujuan menekan pertumbuhan PKL menjadi zero growth. Artinya, setelah program penataan dilakukan, pemerintah tidak menghendaki munculnya PKL baru

Meskipun strategi lebih sering digunakan dalam bidang militer yang didalamnya tersimpan sederet cara untuk mencapai kemenangan. Begitu juga pada proses pendidikan

Sebuah perkerasan jalan berkualitas apabila “dapat mencapai umur rencana” sesuai disain perencanaan dengan dilewati sejumlah kendaraan yang direncanakan, apabila

Sehubungan dengan penyusunan skripsi saya yang berjudul “ PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN NISSAN.. GRAND LIVINA PADA PT WAHANA PERSADA LAMPUNG

Akar wangi dan sereh wangi dengan dosis 5-20% pada formulasi larutan (ekstrak) mempunyai toksisitas kontak dan pakan terhadap hama bubuk ( Sitophilus spp.) pada

Karakteristik pendekatan kualitatif yaitu: menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai instrumen utama, menggunakan metode kualitatif (pengamatan, wawancara,

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode AHP dan IKB dengan software visual basic 6.0 diperoleh kondisi Puskesmas Sukoharjo dalam keadan baik beberapa kerusakan

ABSTRACT : A study was conducted (I) to determine rumen degradability ( in sacco ) of dry matter (DM) and neutral detergent fibre (NDF) of the most important grass species grown in