• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran hamka tentang ayat-ayat yang mengandung lafadz makar(Studi Atas Tafsir Al-Azhar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penafsiran hamka tentang ayat-ayat yang mengandung lafadz makar(Studi Atas Tafsir Al-Azhar)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Kiranya tak ada kata yang pantas terucap dari penulis selain rasa syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat- sahabatnya dan para pejuang yang telah memperjuangkan agama Islam sehingga sampai kepada kita.

Adapun dengan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul : "PENAFSIRAN HAMKA TERHADAP AYAT- AYAT YANG MENGANDUNG LAFAZD MAKAR (STUDI ATAS TAFSIR AL-AZHAR)".

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan bias tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan konstribusi dari banyak pihak. Ucapan terimakasih yang tulus dan tak terhingga penulis haturkan kepada

Ayah dan Bunda tersayang. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Faqih, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis.

4. Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA. Selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis

5. Dr. Ahsin Muhammad Sakho, MA. Selaku pembimbing yang telah banyak

(5)

6. Seluruh Dosen dan staf pengajar pada program studi Tafsir Hadis (TH) atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

7. Pimpinan dan segenap Perpustakaan Utama, Perpustakaan FUF, UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Iman Jama'.

8. Teristimewa Ayahanda A. Hidayat.S, BA. Dan Ibunda Ratna.S yang selalu memotivasi, mendidik penulis dengan kelembutan dan cinta kasihnya, serta memberikan semangat yang begitu luar biasa agar penulis dapat meraih cita- cita. Dan tak lupa untuk kakak ku tersayang Rahmat Taufik Hidayat, SE. Adik kuu Siti jamilah Lutfi Nur Sa'adah dan calon suami ku Irman Zainal Abidin yang membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang memberikan motivasi, perhatian dan kasih sayangnya terhadap penulis, semoga kami menjadi anak soleh dan solehah yang bisa membanggakan kedua orang tua kami.

9. Seluruh sahabat- sahabat penulis yang selalu di sayang oleh Allah swt, Putri Ajeng Fatimah, Maysaroh, Siti Fatimah Zahro, dan Ana fauziah (Bunda), terima kasih atas persahabatan kita selama ini, terimakasih atas semua motivasi kalian mudah - mudahan persahabatan itu akan terjalin baik. Dan terima kasih juga pada teman - teman Tafsir Hadis angkatan 2007 khususnya TH B, yang tidak dapat di sebutkan satu - persatu kebersamaan kita begitu indah dan tidak akan pernah bisa dilupakan.

10.Dan pihak- pihak yang telah membantu penulis, tetapi tidak bisa disebutkan satu - persatu, semoga Allah yang membalasnya Aamiin.

(6)

semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis sebagai manusia. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt. Memberikan balasan yang lebih baik dari semua pihak pada umumnya.

Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat buat pembaca sekalian, semoga setiap bantuan yang di berikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah swt. Kepada Allah jualah penuls memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah swt. Aamiin.

Ciputat, 10 Mei 2011

(7)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi ini berjudul Penafsiran HAMKA Tentang Ayat- Ayat Yang Mengandung Lafadz Makar (Studi Atas tafsir Al-Azhar) telah di ujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Jurusan Tafsir Hadits.

Jakarta, 22 Juni 2011

SIDANG MUNAQASAH

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

(8)

NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19711003 199903 2 001

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Suryadinata, MA Zahruddin AR, MM.Si NIP. 19600908 198903 1 005 NIP. 19520419 1981031 005

Pembimbing,

Dr. Akhsin Sakho Muhammad, MA

NIP: 19560821 199603 1 001

KATA PENGANTAR

(9)

sahabatnya dan para pejuang yang telah memperjuangkan agama Islam sehingga sampai kepada kita.

Adapun dengan terselesaikannya skripsi ini yang berjudul : "PENAFSIRAN HAMKA TENTANG AYAT- AYAT YANG MENGANDUNG LAFAZD MAKAR (STUDI ATAS TAFSIR AL-AZHAR)".

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini, tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan konstribusi dari banyak pihak. Ucapan terimakasih yang tulus dan tak terhingga penulis haturkan kepada Ayah dan Bunda tersayang. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

11.Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12.Prof. Dr. Zainun Kamaluddin F, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13.Dr. Bustamin, M.Si. selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis.

14.Dr. Lilik Umi Kaltsum, MA. Selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis

15.Dr. Ahsin Muhammad Sakho, MA. Selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan ilmu kepada penulis khususnya dalam bidang tafsir, serta selalu meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran.

16.Seluruh Dosen dan staf pengajar pada program studi Tafsir Hadis (TH) atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

(10)

18.Teristimewa Ayahanda tersayang A. Hidayat.S, BA. Dan Ibunda tercinta Ratna.S yang selalu memotivasi, mendidik penulis dengan kelembutan dan cinta kasihnya, serta memberikan semangat yang begitu luar biasa agar penulis dapat meraih cita- cita. Dan tak lupa untuk kakak ku tersayang Rahmat Taufik Hidayat, SE. Adik kuu Siti jamilah Lutfi Nur Sa'adah dan calon suami ku Irman Zainal Abidin yang membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang memberikan motivasi, perhatian dan kasih sayangnya terhadap penulis, semoga kami menjadi anak soleh dan solehah yang bisa membanggakan kedua orang tua kami.

19.Seluruh sahabat- sahabat penulis yang selalu di sayang oleh Allah swt, Putri Ajeng Fatimah, Maysaroh, Siti Fatimah Zahro, dan Ana fauziah (Bunda), terima kasih atas persahabatan kita selama ini, terimakasih atas semua motivasi kalian mudah - mudahan persahabatan itu akan terjalin baik. Dan terima kasih juga pada teman - teman Tafsir Hadis angkatan 2007 khususnya TH B, yang tidak dapat di sebutkan satu - persatu kebersamaan kita begitu indah dan tidak akan pernah bisa dilupakan.

20.Dan pihak- pihak yang telah membantu penulis, tetapi tidak bisa disebutkan satu - persatu, semoga Allah yang membalasnya Aamiin.

Akhirnya penulis pun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis masih sedikit, referensi dan rujukan- rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan penulis skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis sebagai manusia. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt. Memberikan balasan yang lebih baik dari semua pihak pada umumnya.

(11)

bantuan yang di berikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah swt. Kepada Allah jualah penuls memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah swt. Aamiin.

Ciputat, 10 Mei 2011

(12)

ABSTRAK

Penafsiran HAMKA tentang Ayat- Ayat yang Mengandung Lafadz Makar

(Studi atas Tafsir Al-Azhar)

Dalam berbagai kurun waktu para pemikir, seperti halnya para mufassir yang telah berusaha mengkaji makna dari kandungan ayat- ayat dalam Al-Qur'an, karena Al-Qur‟an mengandung hukum dan prinsip yang beraneka ragam. Sehingga menghasilkan pemikiran dan pendapat yang berbeda- beda sesuai dengan aliran dan faham yang dianut oleh mereka. Sehingga kita banyak menemukan penafsiran yang cenderung fiqhy, falsafy, Ra’yi, Adabi

Ijtima'I dan sebagainya.

Maka skripsi ini berupaya dalam memahami al-Qur'an secara Aqli (logis) maka

menghasilkan penafsiran yang rasional juga, seperti tafsir Al-Azhar karya Hj.Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Disini kita bisa melihat bagaimana beliau menafsirkan lafadz makar dalam al-Qur'an, Contoh seperti dalam surat Al- An'am ayat 123.

Disini beliau menafsirkan lafadz Makar adalah segala tipu daya untuk memalingkan

seseorang dari tujuan yang dimaksud, kepada tujuan yang lain. Baik dalam ucapan maupun perbuatan.

Kasus Makar ini sudah ada sejak zaman Nabi sampai sekarang ini, baik dalam

(13)

PEDOMAN TRANSLITERASI1 Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan

B Be

T Te

Ts te dan es

J Je

H h dengan garis bawah

Kh ka dan ha

D da

Dz De dan zet

R Er

Z Zet

S Es

Sy es dan ye

S es dengan garis bawah

D de dengan garis bawah

T te dengan garis bawah

Z zet dengan garis bawah

„ koma terbalik keatas, menghadap ke kanan

(14)

Gh ge dan ha

F Ef

Q Ki

K Ka

L El

M Em

N En

W We

H Ha

„ Apostrof

Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal alih aksaranya adalah sebai beeriku:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A fathah

______ I kasrah

(15)

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

____ ai a dan i

au a dan u

Vokal Panjang (Madd)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (Madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas

Î i dengan topi di atas

Û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu alif dan lam, dialih aksarakan menjadi huruf /l/ , baik diikuti oleh huruf syamsyiah maupun qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.

Syaddah (Tashdid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah

(16)

yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima

tanda syaddah itu terletak setelah kaata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.

Misalnya yang secaraa lisan berbunyi ad-daruurah, tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan

al-darûrah”, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang

berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan manjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t)

(lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata benda (isim),

maka huruf tersebutdialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

no Kata Arab Alih aksara

1 tarîqah

2 al-jâmî ah al-islâmiyyah

3 wahdat al-wujûd

Huruf Kapital

(17)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Dan Batasan Masalah ... 6

C. Tinjauan Pustaka ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II SEKILAS TENTANG H. ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA) A. Biografi Intelektual Hamka ... 12

B. Metode Tafsir ... 16

C. Sistematika Penulisan Tafsir ... 20

D. Corak Tafsir ... 21

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG MAKAR A. Pengertian Makar ... 23

B. Kriteria Makar ... 25

C. Bentuk-bentuk Makar ... 29

D. Makar Pada Zaman Nabi ………. 35

BAB IV PENAFSIRAN HAMKA TERHADAP AYAT-AYAT MAKAR A. Inventarisasi Ayat-Ayat tentang Makar ... 41

(18)

C. Tujuan dan Akibat Makar ... 45 D. Pelaku-pelaku Makar ... 53 E. Menghadapi Makar ... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .. ... 71 B. Saran- Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN- LAMPIRAN

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam berbagai kurun waktu para pemikir, seperti halnya para mufasir telah berusaha mengkaji makna dari kandungan ayat-ayat yang ada dalam Al Qur'an sebagai kitabullah yang terakhir. Al Qur'an mengandung berbagai macam hukum dan prinsip yang beranekaragam. Ia mempunyai intisari dari ktab-kitab samawi dahulu dan ia membawa aturan-aturan yang paling agung demi kesempurnaan kehidupan dunia akhirat

Al Qur'an adalah wahyu Allah SWT (42:7) yang berfungsi sebagai mukjizat Rasulullah SAW (17:88, 10:38). Sebagai pedoman bagi setiap muslim (4:105, 5:40-50). Sebagai karakter serta penyempurnaan terhadap kitab-kitab sebelumnya, dan bernilai abadi untuk semua manusia, hukum-hukumnya berlaku baik bagi orang yang hadir maupun yang tidak, waktu Al Qur'an diturunkan. Ia sesuai untuk masa lalu dan masa sekarang.2

Kendati demikian dalam memahami Al Qur'an, umat Islam sering menemukan kesulitan. Hal ini terjadi karena adanya ayat-ayat tertentu surat dimengerti maksud dan kandungannya. Maka di sinilah fungsi tafsir sebagai kunci untuk membawa gudang simpanan yang tertimbun dalam Al-Qur'an sangat diperlukan dan karena fungsinya yang esensial, maka tafsir sepantasnya ditempatkan sebagai ilmu yang paling tinggi derajatnya.3 Tafsir yang berarti upaya memahami, menjelaskan, dan mengeluarkan hukum-hukum yang terkandung dalam Al Qur'an, secara praktis telah dimulai sejak Nabi SAW masih hidup dan beliau sebagai mufasir pertama bagi kitab Allah SWT .4

2 Muhammad Thaba taba'i,

Al-Qur'an-Mizan fi Tafsir al-Qur'an, (Mansyurat Beirut, Libanon 1992)

hal:69.

3 Manna Khalil Al Qattan,

Study Ilmu-ilmu Al Qur'an ,(Litera AntarNusa: halim Jaya,1972) hal: 327

4 Hasbi Ash Shidieqi,

(20)

Diantara mereka ada yang menafsirkan makar sebagai cara dan sarana berpaling dari satu jalan yang lurus kepada jalan yang sesat. Bahwa kata "makar" adalah tipu daya yang

bermaksud buruk secara rahasia. Ada juga yang mengatakan makar di sini mempunyai pengertian segala perkataan dan perbuatan yang dijadikan sebagai sebuah siasat di dalam proses perjuangan untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan.5 Dan adapun yang menafsirkan istilah makar sudah dipakai dalam bahasa hukum di Indonesia. Yaitu sebagai tindakan pidana yang bermaksud jahat disebut makar6. Perbedaan tersebut karena adanya factor atau pengaruh-pengaruh tertentu, selain adanya penegasan riwayat.

Factor dan pengaruh yang dimaksud ialah factor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada di luar individu, termasuk di dalamnya system nilai budaya, pandangan hidup dan ideology.

Selain factor-faktor yang mempengaruhi penafsiran AL Qur'an sebagaimana disinggung di atas, perlu diketahui bahwa tafsir acapkali dipengaruhi oleh aliran dan faham mufasir,7 sehingga tidak heran jika kita sering menemukan tafsir yang cenderung Fiqh, Falsafy, Ilmy, Lughawi, Adab Ijtima'iy, pendekatan yang dipergunakanpun berbeda-beda,

yang satu dengan yang lainnya.

Pendekatan yang digunakan para mufasir Al-Qur‟an tidak akan terlepas antara pendekatan bi al-riwayat atau sering disebut al-ma'tsur, yakni menafsirkan Al Qur'an dengan

menggunakan penjelasan-penjelasan Al-Qur'an itu sendiri, sunnah nabi dan riwayat-riwayat yang bersumber dari sahabat dan tabi'in dan pendekatan bir-ra'yi yaitu suatu ijtihad yang

dibangun di atas dasar-dasar yang benar serta kaidah-kaidah yang lurus yang dipergunakan

5 Fazlur Rahman,

Tema Pokok Al Qur'an (Terjemahan Anas Mahyudin). Pustaka Jakarta, 1995. hal:

84.

6 Hamka,

Tafsir Al Azhar,( Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984), hal: 35-36.

7 Basuni faudah,

Tafsir- tafsir Al-Qur’an, Perkenalan dengan Metodologi tafsir, (Bandung: Pustaka

(21)

oleh orang-orang yang hendak menafsirkan Al Qur'an atau menggali maknanya. (Pendekatan macam kedua ini biasanya sering digunakan oleh para mufasir masa kini, seperti tafsir al-Manar karya Muhammad 'Abduh yang disempurnakan oleh Rasyid dari surat Yusuf sampai

selesai, dan pada akhirnya diikuti oleh Prof. DR. Hamka pengarang Tafsir Al Azhar.

Upaya memahami Al Qur'an dengan Aqli (logis), melahirkan kitab tafsir yang logis pula, kitab tafsir semacam ini misalnya kitab Tafsir Al Azhar yang dikarang oleh H. Abdul

Malik Karim Amrullah (Hamka).

Salah satu penafsiran Al Azhar, Prof. Hamka dalam surat Al An'am ayat 123













 











 





" Dan dengan demikianlah, telah kami jadikan pada tiap-tiap negeri beberapa orang besar-besar jadi pendurhaka, supaya mereka menipu daya di dalamnya. Padahal tidaklah ia menipu daya melainkan kepada diri mereka sendiri , namun mereka tidaklah sadar”.8

Hamka menafsirkan ayat di atas yaitu:

Li yum kuru fiha, karena hendak membuat tipu daya di dalamnya, yaitu di dalam

negeri itu. Yamkuru ialah dari "makar", kita artikan tipu daya. Didalam bahasa hukum

dalam bahasa Indonesia modern kata-kata makar itu telah diambil alih dan diadikan bahasa Indonesia. Segala tindak pidana untuk maksud yang jahat didalam bahasa hukum Indonesia telah disebut makar. Didalam maksud asalnya disebut maksud makar.9 Makar adalah segala tipu daya dan telah buat memalingkan seseorang dari

tujuan yang dimaksudnya kepada tujuan yang lain, baik dengan perbuatan maupun dengan ucapan-ucapan yang manis. dan dipakai untuk memalingkan orang dari yang benar kepada yang salah, dari yang baik kepada yang jahat. Maka dalam ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa dalam perjuangan menegakkan Agama Allah SWT, janganlah heran jika mendapatkan hambatan dan gangguan dari orang-orang yang terkemuka di negeri itu. Karena yang begitu selalu terjadi pada tiap-tiap negeri apabila ada orang yang bermaksud baik dan bercita-cita mulia. Mereka itu selalu berbuat makar, dengan segala tipu daya akal busuk menyalah artikan. Dan ayat ini menjadi pedomanlah bagi umat Muhammad sampai akhir zaman, apabila mereka bermaksud akan menegakkan agama yang hak. Halangan pasti ada, yang menghalangi bukan sembarang orang bahkan orang-orang yang terkemuka di negeri itu. Di zaman yang modern ini, pihak-pihak yang berkuasa mudah saja melakukan makar itu dalam mempertahankan kekuasaannya. Orang berjuang hendak menegakkan ajaran Nabi

8 Hamka,

Tafsir Al Azhar,( Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984), hal.30

9 Hamka,

(22)

Muhammad SAW, menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Cara propaganda yang modern bisa saja membuat satu cita-cita yang benar dan suci sebagai suatu kejahatan, keinginan agar hukum Allah berlaku dalam masyarakat dapat saja dituduh sebagai pemberontakan, dan segala usaha hendak menyingkirkan peraturan Allah SWT dari muka bumi dan mendapat pujian yang besar. Berusaha menegakkan siar Allah SWT, mengucapkan salam menurut ajaran Muhammad SAW teguh memegang ajaran Al Qur'an , sabda dan wahyu Allah, dapat saja dituduh panatik dan menghalang-halang kemajuan. Inilah usaha dari Akâbira mujrimîha, penjahat besar

dalam negeri itu.10

Oleh karena itu, mengapa peringatan Al Qur'an dan seruannya terus menerus kepada manusia adalah agar manusia harus berjuang melawan tipu daya syetan (Q.S An Nisa [4] : 76, 118-120).11 Di sini harus dicatat bahwa walaupun syetan menghadang setiap arah, namun tipu daya tak akan mempan terhadap manusia yang benar-benar shaleh dan orang-orang yang memiliki taqwa. Yakni orang yang senantiasa berjaga-jaga terhadap bahaya moral, sehingga ia tidak terlena di dalam kejahatan, tatapi ia segera menyadari tipu daya tersebut. Hal ini disebabkan, karena syetan mempunyai strategi yang ampuh yaitu menghiasi dan menyebabkan terlihat indah dan menarik hati terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berharga, dan membuat hal-hal yang bermanfaat serta penting bagi manusia terlihat sebagai beban yang berat dan menakutkan.12

Dengan demikian, "jejak" syetan itu berarti setiap kejahatan yang dilakukan manusia,

baik yang berupa pemborosan, korupsi, perang, dan segala bentuk kejahatan lainnya. Sehingga dapat dikatakan apabila satu bengsa berada di jalan yang negative dan jahat, dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dengan kejahatan, maka bangsa tersebut tidak dapat menemukan cita-citanya dan hanya mengambil sikap hanyut. Pada saat yang kritis seperti inilah Allah SWT telah mengirimkan Rasul-Nya untuk menyerukan kebenaran dan kebajikan kepada bangsa tersebut, tetapi nyatanya seruan itu tidak dapat dipahami, dan

10 Hamka,

Tafsir Al Azhar,( Pustaka Panjimas, Jakarta. 1984), hal.36

11 Baiquni, N.A dkk,

Indek Al Qur'an (Cara Mencari Ayat-ayat Al Qur'an). (Akola Surabaya. 1995). hal

:333.

12 Rahman, Fazlur

. Tema Pokok Al Qur'an (Terjemahan Anas Mahyudin). Pustaka Jakarta,

(23)

akhirnya mereka tolak. Walaupun demikian seruan ini membuat mereka gelisah karena mereka takut jika orang-orang miskin mau menerimanya. Oleh karenanya mereka berusaha melawan seruan-seruan tersebut dengan cara-cara dan strategi yang oleh Al Qur'an dikatakan sebagai Makar yakni sebuah perkataan yang berarti sebuah siasat didalam proses

perjuangan.13 Bertolak dari masalah tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti konsep makar menurut Prof. Hamka dalam tafsir Al-Azhar yang sebenarnya akan dituangkan dalam sebuah sekripsi dengan judul : " PENAFSIRAN HAMKA TENTANG

AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG LAFADZ MAKAR (STUDI ATAS TAFSIR

AL-AZHAR)"

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Ayat –ayat al-Qur'an tentang makar tersebar dalam berbagai surat dengan berbagai bentuk derivasi (turunan katanya), dan untuk mengetahui pengetahuan kata makar dalam al-Qur'an, terlebih dahulu harus ditelusuri dalam ayat –ayat tersebut dan dipahami sesuai konteksnya.

Kata makar dalam al-Qur'an dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 40 kali dan tergelar dalam 14 surat dan 21 ayat. Pada setiap ayat adakalanya bentuk kata itu terulang beberapa kali. Akan tetapi di sini penulis hanya mengambil 8 surat dan 13 ayat tentang lafadz makar dalam Al-Qur'an, antaralain :

"Tamkurûna", terdapat dalam surat Yunus (10) ayat 21, "Yamkuru", terdapat dalam surat

al-Anfal (8) ayat 30, "Liyamkurû", terdapat pada surat al-An'am (6) ayat 123-124 dan 51,

An-Nahl (16) ayat 127, An-Naml (27) ayat 70,50-51, "Makr" Saba' (34) ayat 33,"al-Mâkirîna"

Al-Anfal (8) ayat 30,18.

13 Fazlur Rahman,

Tema Pokok Al Qur'an (Terjemahan Anas Mahyudin). Pustaka Jakarta, 1995. hal:

(24)

Lafadz- lafadz makar di atas akan diklasifikasikan pada tujuan dan akibat makar, bentuk- bentuk makar, dan pelaku- pelaku makar dalam Al-Qur'an menurut tafsir al-Azhar.

2. Perumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah tentang strategi makar dalam Al-Qur'an, maka muncul permasalahan mendasar yang menjadi pokok penelitian yaitu:

Bagaimana Penafsiran Hamka terhadap Ayat-Ayat yang mengandung lafadz Makar dalam Tafsir Al Azhar.?

C. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana yang disebutkan pada pokok permasalahan, studi ini memusatkan pada penelitian mengenai penafsiran Hamka tentang ayat- ayat yang mengandung lafadz makar, yang tersaji dalam Tafsir Al-Azhar.

Untuk menghindari kesamaan dalam penyusunan skripsi ini, maka setelah melalui beberapa pemeriksaan pustaka, penulis menemukan dua bahasan yang berkaitan diantaranya:

Analisa Sifat Dan Tipu Daya Syaitan Dalam Kitab Shahih Bukhari Dan Muslim. Yang

Ditulis Oleh: Dedi Maulana. Program Studi Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jakarta 2010. Di dalam penulisan ini Dedi Maulana hanya menganalisis sifat dan tipu daya syetan yang lebih difokuskan terhadap analisa hadis- hadis tentang sifat dan tipu daya syaitan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, baik itu ditinjau dari potret setan dalam hadis nabi, upaya syaitan dalam menyesatkan manusia, dan cara mencegah tipu daya syitan dalam kitab hadis shahih Bukhari dan Muslim. Kemudian yang kedua adalah Tuduhan Makar Dalam Pencegahan Syariah Islam Perspektif Hukum Islam Dan Positif (Studi Kasus Abu Bakar Basyir). Yang Ditulis Oleh: Baddu Munawir. Fakultas Syari'ah Jakarta 2004. Skripsi ini

(25)

Sedangkan di sini penulis memusatkan pada pembahasan lafadz makar dalam Al-Qur'an perspektif tafsir Al-Azhar. Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah sama- sama membahas tipu daya ( Makar).

Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada karena di sini penulis lebih memusatkan pada penafsiran Hamka tentang ayat- ayat yang mengandung lafadz makar dalam tafsir Al-Azhar ( Studi atas Tafsir Al-Azhar).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Membeerikan sumbangsih dalam kajian – kajian keislaman terutama yang

berhubungan dengan tafsir.

2. Mengetahui perbedaan dan tanggapan para mufassir tentang ayat- ayat makar.

3. Mengetahui dan memahami penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat makar dalam tafsir Al Azhar.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian tentang penafsiran Hamka terhadap ayat-ayat mengenai makar dalam tafsir Al Azhar , penulis menggunakan metode desktiptif Analisis yaitu mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisa masalah yang ada kaitannya dengan penelitian di atas. Sedangkan teknik penelitiannya menggunakan teknik Liberary Reaserch.

Mengenai metode tafsir yang digunakan, penulis menggunakan metode tafsir tematik atau metode tafsir maudhu'iy. Tafsir tematik suatu metode tafsir dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mempunyai satu makna dan penyusunan di bawah satu judul bahasan, kemudian menafsirkan secara maudhu'iy atau secara tematik.14

(26)

Dr. Abd Hayy Al-Farmawi seorang guru besar pada fakultas Ushuluddin Al Azhar, mengemukakan secara terperinci langkah-langkah yang hendak ditempuh untuk menerapkan metode maudhu'iy, langkah-langkah tersebut :

1. Memilih atau menetapkan masalah Al Qur'an yang akan dikaji secara maudhu'iy (tematik).

2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan.

3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya disertai dengan pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul ( latar belakang turunnya ayat).

4. Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut didalam masing-masing suratnya.

5. Menyusun tema bahasan didalam kerangka yang pas, sistematis, sempurna dan utuh (out line).

6. Melengkapi bahasan dan uraian dengan hadist, bila dipandang perlu sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian sama.

Adapun teknik pengumpulan data yang akan ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan ayat-ayat tentang makar.

2. Mempelajari dan menelaah ayat-ayat tersebut, kemudian mengklasifikasikannya menjadi bagian-bagian yang akan dikaji.

(27)

4. Mengkaji dan menganalisis masalah yang akan dibahas.

5. Membuat kesimpulan-kesimpulan.

F. Sitematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub-sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan serta mempelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi beberapa sub- sub bahasan diantaranya : Latar belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tinjauan Pustaka, Tujuan Penelitian, Kerangka Pemikiran dan metode Penelitian. Bab ini merupakan gambaran singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab- bab selanjutnya.

Bab kedua membahas tentang riwayat hidup Hamka, baik metode ,sitematika maupun corak Hamka dalam menafsirkan al-qur'an. Pada bagian ini akan diuraikan perjalanan dan pendidikan beliau, kemudian menggambarkan metode, sistematika, serta corak penafsiran beliau dalam menafsirkan Al-Qur'an yang tersaji dalam Tafsir Al-Azhar.

Bab ketiga membahas tentang landasan teoritis tentang makar dan pemahaman pengertian, criteria dan bentuk makar dalam tafsi Al-Azhar, serta pendapat mufassir lainnya.

Bab keempat membahas tentang penafsiran Hamka tentang ayat- ayat yang mengandung lafadz makar Kata makar dalam al-Qur'an dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 40 kali dan tergelar dalam 14 surat dan 21 ayat.dan membahas tentang pengertian , tujuan, akibat, pelaku- pelaku makar dan cara menghadapi makar .

(28)

BAB II

SEKILAS TENTANG H. ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH (HAMKA)

A. Biografi Intelektual HAMKA

Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. panggilan kecilnya Abdul Malik. beliau dilahirkan pada tanggal 16 Febuari 1908 di Maninjau Sumatra Barat, dan beliau wafat pada tanggal 24 Juli 1981. Ayahnya bernama Syeikh Abdul Karim Amrullah yang terkenal dengan sebutan Haji Rosul dan pelopor tokoh gerakan islam kaum muda di Minangkabau.15 Pendidikannya diawali dengan membaca al-qur'an dirumah orang tuanya.

Pada tahun 1914 M, Hamka dimasukan kemadrasah 'Thawalib School' yang menggunakan sistem klasikal, kurikulum dan materi cara lama. Lalu Hamka dimasukan kembali ke sekolah Diniyyah (petang hari) milik zainuddin Labai EI Yunusi di pasar Usang Padang Panjang.16

Hamka mempunyai bakat dalam bidang bahasa Arab yang membuat ia mampu membaca secara luas literatur Arab, termasuk terjemahan tulisan- tulisan barat. Pada pagi hari Hamka pergi ke sekolah desa, petang hari ke sekolah Diniyyah dan pada malam hari berada

di Surau bersama teman- teman sebayanya.17

Keadaan ini membuat Hamka jenuh dan ditambah sikap ayahnya yang keras dan otoriter. Ayah Hamka memang terkenal dengan jiwa diktatornya. Pada sinar matanya terbayang jiwa memerintah. Semua orang mengetahui bahwa beliau seorang yang keras kepala dan apa yang menjadi pendiriannya akan diperintahkan dengan segenap pengetahuan dan pengalamannya.

15 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

75

16 Hamka,

Falsafah Hidup, cet ke-2 (jakarta:Pustaka punjimas,184), h.2.

17 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

(29)

Hamka merasa terkekang dan hilang kebebasannya sehingga menimbulkan sikapmenyimpang. selain itu, Hamka dikenal sebagai anak yang nakal. untuk mengantisipasi ras jenuhnya, Hamka sering mengunjungi perpustakaan dan perpustakaan yang dikunjunginya adalah perpustakaan yang dikelola oleh Zainuddin labai.18 Diperpustakaan inilah dirasakan sebagai tempet pelarian dari perasaan terkekang dengan membaca buku. banyak dari buku tersebut berisi tentang keadaan Tanah jawa.

Karena minat yang sudah menjadi tradisi orang Sumatra Barat adalahh merantau, maka pada tahun 1924, dalam usia 16 tahun Hamka berkunjung ke tanah Jawa, yaitu Yogyakarta. Hamka tinggal bersama kakanya yang kebetulan istri dari A.R. Sutan Mansyur.19

Dan melalui pamannya Ja'far Amrullah, Hamka mendapat kesempatan kursus-kursus yang diselenggarakan oleh organisasi Muhammadiyah dan Syarikat Islam.

Hamka berkesempatan bertemu denga Ki Bagus Hadikusumo. Dari belia Hamka mendapatkan pelajaran tentang ceramah islam dan sosialisme. KH. Fakhruddin mengadakan kursus- kursus pergerakan di gedung Abdi Dharmo Pakualaman, yogyakarta dan Hamka mengikutinya. Pada bulan Juli, ia kembali ke padang panjang dan turut mendirikan Tabligh Muhamadiyah dirumah ayahnya di Gatangan, Padang panjang. Sejak itulah ia berkiprah dalam organisasi Muhammadiyah.20

Pada bulan Febuari 1927, ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan bermukim disan lebih kurang 6 bulan. selama di Mekkah ia bekerja pada sebuah percetakan dan kembali pada bulan juli tahun 1927.21

18 Hamka,

Falsafah Hidup, cet ke-2 (jakarta:Pustaka punjimas,184), h.2. 19 Hamka,

Falsafah Hidup, cet ke-2 (jakarta:Pustaka punjimas,184), h.2.

20 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

76.

21 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

(30)

Tahun 1928, organisasi Muhammdiyah mengadakan Mukhtamar disolo dan Hamka menjadi peserta. Sejak saat itu, ia tidak pernah absen dalam setiap Mukhtamar Muhammadiyah. Selanjutnya, pada tahun 1930, ia diutus oleh pengurus cabang Padang Panjang untuk mendirikan Muhammadiyah di Bengkalis. Pada Mukhtamar Muhammadiyah yang ke- 32 tahun 1953, hamka terpilih menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai akhir hayatnya.22

Sejak tahun 1949, Hamka pindah ke jakarta dan memulai kariernya sebagai pegawai negeri golongan F dikementrian Agama yang dipimpin Wahid Hasyim. Tugas beliauuu adalah memberikann kuliah pada Perguruan Tinggi Agama Islam Negri (PTAIN) di Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Universitas Muslim Indonesia dan Universitas islam Sumatra Utara (UISU) di Medan.23

Dalam bidang politik, Hamka menjadi anggota Konstituante hasil pemilihan umum pertama tahun 1955 untuk mewakili masyumi. dalam sidang konstituante Da'i Bandung, ia menyampaikan pidato penolakan gagasan presiden untuk menerapka Demokrasi Terppimpin. Setelah konstituante dibubarkan pada bulan juli 1959 Masyumi dibubarkan pada tahun 1960, Hamka memusatkan kegiatannya dalam dakwah Islamiyah dan menjadi Imam Masji Agung Al-Azhar, kebayoran jakarta. Pada tahun 1975, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri dan Hamka terpilih menjadi ketua umum pertama dan terpilih kembali untuk periode kepengurusan kedua pada tahun 1980.24

Hamka meninggalkan karya yang sangat banyak. Karyanya yang sudah dibukukan tercatat 118 buah, belum termasuk karangan- karangan panjang dan pendek dimuat di media

22 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

76.

23 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

76.

24 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam,

Ensiklopedia Islam, (jakarta: Icthiar baru Van Hoeve,1993), h.

(31)

masa dan disampaikan dalam beberapa kesempatan kuliah dan ceramah ilmiah. Tulisan -tulisan tersebut meliputi banyak bidang kajian, seperti : politik, sejarah, budaya, akhlak dan ilmu- ilmu keislaman.

Pada Tahun 1928, ia mengarang buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau yang berjudul Si Sabariyah.Tahun 1929, bukunya yang lain seperti , Agama dan Perempuan , Pembela Islam, Ringkasan Tarikh Ummat Islam Kepentingan tabligh, Ayat- ayat Mi'raj. pada tahun 1938, ia kembali mengarang, Dibawah Lindungan Ka'bah. Tahun

terbit buku, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch dan buku Di Dalam Lembah Kehidupan

yang dikarangnya pada tahun 1940. Dari karya-karyanya, ada sebuah buku yang beliau karang khusus mengenang ayahnya dengan judul Ayahku. Selanjutnya pada tahun 1950,

karya yang lain adalah Kenang- Kenangan Hidup dan Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad.25

Semakin lama semakin jelas corak karangannya, beliau diakui oleh khalayaknya sebagai pujangga dan mufassir. Di samping kesibukannya, Hamka juga asyik mempelajari kesusastraan melayu. beliau juga bersungguh- sungguh dalam mempelajari kesusastraan arab. Pada tahun 1958, Hamka mulai melakukan penafsiran al-Qur'an. Dan karya utama beliau dalam bidang tafsir adalah Tafsir Al-Azhar. Penafsiran dari tafsir ini awalnya dilakukan lewat

kuliah subuh setelah shalat subuh berjama'ah di masjid Agung Kebayoran baru Jakarta.

B. Metode Tafsir

Merujuk pada pemetaan Islah Gusmian mengenai metode penafsiran. Maka terdapat paling tidak tiga metode yang dipakai para penafsir dalam menyajikan karya tafsirnya. Pertama, klasifikasi metode tafsir berdasarkan sumber penafsiran, kedua, klasifikasi metode

25 Rusdi Hamka,

Kenang -Kenagan 70 Tahun Buya Hamka, cet ke-2 (Jakarta : Yayasan Nurul Islam,

(32)

berdasarkan cara penyajian, dan ketiga, klasifikasi metode berdasarkan keumuman dan kekhususan tema.

Mengenai sumber tafsir terlebih dahulu harus didefinisikan kendati tidak terlalu definitive makna sumber tafsir itu. Sumber tafsir bisa dikatakan sebagaimana seorang penafsir mendapatkan ide atau gagasan yang dia tuangkan dalam tafsirnya. Sebagian ulama menyebutkan sumber tafsir itu adalah riwayat (ma'tsur) dan pemikiran (ra'yi), dan ulama

lainnya menambahkan pengalaman spiritual atau yang dikenal dengan tafsir isyari. Dengan

demikian paling tidak ada tiga sumber tafsir; ma'tsur, ra'yi dan isyari. Dalam pemetaan

al-Farmawi, ketiganya diletakkan berdampingan dengan kategori falsafi, fiqhi, ilmi, dan lain sebagainya dalam bingkai corak tafsir. Padahal antara corak dan sumber sangat jauh berbeda terutama dari segi ontologism. Hal inilah yang dikatakan Islah kalau al-Farmawi tidak memberikan batasan yang tegas antara wilayah metode dan pendekatan tafsir.26

Berdasarkan pemikiran tersebut, kemudian melihat dari isi tafsir al-Azhar maka tafsir al-Azhar jelas menggabungkan antara riwayah dan dirayah. Dalam menafsirkan al-Qur'an Hamka pertama-tama mengutip beberapa pendapat para ulama mengenai maksud kata (etimologis) atau pendapat ulama mengenai permasalahan yang akan dibahas kemudian beliau menjelaskan pemikirannya berdasarkan pemikiran ulama tersebut. Akan tetapi tidak jarang ia mengutip sebuah pendapat yang ia sendiri tidak setuju dengannya, tujuannya sebagai alat pembanding. Seperti ketika menafsirkan sirat al-mustaqim dalam surat

al-Fatihah:

"Hanya seorang ulama saja mengeluarkan tafsir agak sempit, yaitu Fudhail bin Iyadh. Menurut beliau Shiratal Mustaqim ialah jalan pergi naik haji. Memang dapat menunaikan

Haji sebagai rukun Islam yang kelima, dengan penuh keinsafan dan kesadaran, sehingga

26 Islah Gusmian,

Khazanah Tafsir Indonesia; dari Hermeneutika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju,

(33)

mencapai Haji yang Mabrur, sudah sebagian daripada Shiratal Mustaqim juga. Apalagi bagi

orang semacam Fudhail bin Iyadh sendiri, adapun bagi orang lain belum tentu naik haji itu menjadi Shiratul Mustaqim, terutama kalau dikerjakan karena riya', mempertontonkan

kekayaan, mencari nama, atau sebagai politik untuk mencari simpati rakyat yang bodoh." 27 Dalam hal memilih referensi Hamka bersifat moderat, tidak fanatic terhadap satu karya tafsir dan tidak terpaku pada satu mazhab pemikiran.

Hamka mengutip dari berbagai kitab bukan saja kitab tafsir melainkan kitab hadits dan sebagainya yang menurutnya penting untuk dikutip. Akan tetapi ada beberapa kitab tafsir yang diakuinya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tafsirnya. Bukan saja dari segi pemikiran akan tetapi haluan serta coraknya.

Pertama, Tafsir al-Manar karya Sayid Rasyid Ridha yang notabene berdasarkan pada

ajaran tafsir gurunya Syeikh Muhammad 'Abduh. Selain itu ada Tafsir Maraghi, Tafsir al-Qasimi, dan Tafsir Fi Zilal al-Qur'an karya Sayid Qutub. Selain keempat kitab tafsir ini

Hamka juga mengutip pendapat dari berbagai kitab tafsir lainnya.

Sebagai contoh ketika beliau menafsirkan surat al-Fatihah, ada tiga tafsir yang dikutipnya dalam tempat yang berbeda. Seperti Ibnu Katsir mengenai maksud "tujuh yang diulang-ulang", Tafsir al-Kasysyaf karya Zamakhsyari mengenai nama-nama lain dari surat

al-Fatihah, dan Tafsir al-Manar ketika ia menjelaskan perihal orang yang tersesat (al-dallin)

dalam surat al-Fatihah. Hamka mengutip pendapat Muhammad 'Abduh yang membagi orang sesat atas empat tingkat:Pertama, yang tidak sampai kepadanya da'wah atau ada sampai

tetapi hanya didapat dengan pancaindera dan akal, tidak ada tuntutan agama. Kedua, sampai

kepada mereka da'wah, atas jalan yang dapat membangun minat fikiran. Ketiga, da'wah

sampai kepada mereka dan mereka akui, akan tetapi mereka tidak mau menerimanya.

27 Hamka,

(34)

Keempat, yang sesat dalam beramal, atau memutarbalikkan hukum dari maksudnya yang

sebenarnya.28

Kedua, klasifikasi metode berdasarkan cara penyajian. Memperhatikan hal ini maka sebenarnya metode penyajian tafsir itu hanya ada dua yaitu apakah si penafsir menafsirkan ayat secara panjang lebar (tahlili) atau dengan cara singkat atau global (ijmali). Metode

komparatif dan tematis dalam pemetaan al-Farmawi yang disejajarkan dengan metode tahlili dan ijmali sebenarnya kurang sesuai.

Karena metode komparatif penjelasannya bisa mengambil bentuk ringkas ataupun analitis. Karenanya mestinya kedua metode terakhir tidak disejajarkan dengan metode komparatif maupun tematis.

Berdasarkan pemetaan ini maka dapat dikatakan bahwa Tafsir al-Azhar mengambil bentuk Tahlili. Bentuk penyajian rinci atau Tahlili menitikberatkan pada uraian-uraian

penafsiran secara detail, mendalam, dan komprehensif. Tema-tema kunci setiap ayat dianalisis untuk menemukan makna yang tepat dan sesuai dalam suatu konteks ayat. Setelah itu penafsir menarik kesimpulan dari ayat yang ditafsirkan, yang sebelumnya ditelisik aspek

asbab an-nuzul dengan kerangka analisis yang beragam, seperti analisis sosiologis,

antropologis dan yang lain.29

Ketiga, klasifikasi metode berdasarkan keumuman dan kekhususan tema. Dilihat dari klasifikasi terakhir ini maka seluruh karya tafsir bisa dibagi kedalam dua bagian yaitu tafsir umum dan tafsir tematis. Tafsir umum ialah karya tafsir yang tidak mengambil satu tema sebagai acuan penafsiran, sebaliknya dalam tafsir tematis seorang penafsir berangkat dari sebuah tema untuk memulai penafsiran. Yang termasuk dalam kategori tafsir umum ialah tafsir komparatif atau tafsir yang menggunakan system penulisan runtut. Berdasarkan

28Hamka,

Tafsir Al-Azhar, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1982), h. 86-87

29Islah Gusmian,

Khazanah Tafsir Indonesia, ; dari Hermeneutika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju,

(35)

pemetaan ini dapat kita katakan bahwa Tafsir al-Azhar masuk dalam kategori tafsir dengan tema umum.

C. Sistematika Penafsiran

a. Menuliskan muqaddimah pada setiap awal Juz

Pada setiap Juz baru sebelum beranjak penafsiran Hamka secara konsisten menyajikan muqaddimah. Yang isinya bisa dikatakan merupakan resensi juz yang akan dibahasnya. Disamping itu Hamka juga mencari korelasi (munasabah) antara juz yang sebelumnya

dengan juz yang akan dibahasnya. Metode ini seperti rupanya memberi kesan kepada Howard M. Federspiel seorang islamolog sehingga menurutnya metode tersebut menjadi bagian integral dari sebuah generasi ketiga karya tafsir di Indonesia.

"Bagian ringkasan merupakan bagian penting dari generasi ketiga. Basanya ringkasan tersebut ditempatkan sebelum dimulainya teks bagi suatu surat. Ringkasan tersebut menjelaskan tentang tema-tema, hukum-hukum, dan poin-poin penting yang terdapat dalam surat tertentu. Ringkasan menyajikan suatu sinopsisi dari teks, dan merupakan petunjuk bagi pembaca untuk memahami bagian-bagian yang penting dari surat tersebut."30

b. Menyajikan beberapa ayat di awal pembahasan secara tematik

Kendati Hamka menggunakan metode tahlili dalam menafsirkan al-Qur'an akan tetapi Hamka tidak menafsirkan ayat perayat seperti yang kita lihat dalam beberapa tafsir klasik. Akan tetapi ia membentuk sebuah kelompok ayat yang dianggap memiliki kesesuaian tema. Sehingga memudahkan kita mencari ayat-ayat berdasarkan tema, sekaligus memahami kandungannya. Sepertinya hal ini memang sesuai dengan tujuannya menyusun Tafsir Al-Azhar yang diperuntukkannya bagi masyarakat Indonesia agar lebih dekat dengan al-Qur'an.

30 Howard M. Federspiel,

Kajian al-Qur'an di Indonesia; dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab

(36)

Metode yang sama digunakan oleh Mahmud Syaltut dalam menuliskan Tafsirnya. Tafsir al-Qur'an al-'Azim.

c. Mencantumkan terjemahan dari kelompok ayat

Untuk memudahkan penafsiran, terlebih dahulu Hamka menerjemahkan ayat tersebut kedalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dipahami.

d. Manjauhi pengertian kata

Dalam penafsirannya, Hamka menjauhkan diri dari berlarut-larut dalam uraian mengenai pengertian kata, selain hal tersebut dianggap tidak terlalu cocok untuk masyarakat Indonesia yang notabene banyak yang tidak memahami bahasa Arab, Hamka menilai pengertian tersebut telah tercakup dalam terjemah. Kendati demikian bukan berarti Hamka sama sekali tidak pernah menjelaskan pengertian sebuah kata dalam al-Qur'an. Sesekali jika dirasa sangat perlu maka penafsiran atas sebuah kata akan disajikan dalam tafsirnya. Contoh ketika ia menafsirkan surat at-Taubah ayat 97 mengenai perbedaan antara 'Arab dengan A'rab.31

e. Memberikan uraian terperinci

Setelah menerjemahkan ayat Hamka memulai penafsirannya terhadap ayat tersebut dengan luas dan terkadang dengan kejadian pada zaman sekarang, sehingga pembaca dapat menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman sepanjang masa.

i. Corak Tafsir

Menurut Howard M Faderspiel, keunggulan tafsir Hamka adalah dalam menyingkap tentang sejarah dan peristiwa-peristiwa kontemporer.32 Atas dasar ini pula tafsir al-Azhar dapat dikategorikan sebagai tafsir yang bercorak adab al-ijtima'i. Dinamakan adabi dengan

hipotesa bahwa Hamka adalah seorang pujangga yang menggeluti sastra sehingga setiap karyanya dipengaruhi nilai-nilai sastra, sedangkan ijtima'i karena dalam tafsirnya Hamka

31 Hamka,

Tafsir Al-Azhar, (Pustaka Punjimas:Jakarta 1982) hal. 12.

32 Howard M. Federspiel,

(37)

tidak hanya menyajikan potret kehidupan bangsa arab abad ke-6. Akan tetapi lebih dari itu Hamka membawa permasalahan kontemporer kedalam tafsirnya.

Penggarapan Tafsir Al-Azhar dimulai sejak tahun 1958 yang berbentuk uraian dalam

kuliah Subuh Hamka bagi jamaah Masjid Agung Al-Azhar. Kemudian diangkat dalam majalah Gema Islam sejak tahun 1960. Kemudian penulisan berjalan terus hingga juz XXX

diselesaikan pada 11 Agustus 1964 di rumah tahanan polisi Mega Mendung. Keseluruhan dari tafsir ini disempurnakan dengan tambahan-tambahan di rumah tinggal Hamka di Kebayoran Baru pada bulan Agustus 1975.33 penerbitan-penerbitan Tafsir Al-Azhar dilakukan

oleh penerbit Pembimbing Masa, pemimpin Haji Mahmud, cetakan pertama untuk juz 1 sampai juz IV, juz XXX dan juz XV sampai dengan juz XXIX oleh Pustaka Islam Surabaya. Juz V sampai juz XIV diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam Jakarta.34

33Howard M. Federspiel,

Kajian Al-Qur'andi Indonesia , (Bandung: Mizan, 1996)h. 137

34 Muhammad Basuni Faudah,

Tafsir-Tafsir Al-Qur'an, Perkenalan dengan Metode Tafsir (Bandung:

(38)

BAB III

LANDASAN TEORITIS TENTANG MAKAR

A. Pengertian Makar

Secara bahasa (etimologis) kata makar berasal dari bahasa Arab yang dalam fi'il madhinya "makara" yang berarti: menipu, memperdaya, tipu daya dan tipu muslihat dalam

melakukan segala penipuan. Hal ini, dikarenakan arti makar dipakai oleh orang-orang yang berbuat makar. Dan jika dipakai buat Allah atau dihubungkan kepada-Nya, maka kata makar itu dimaksudkan untuk menimpakan suatu balasan Allah terhadap orang-orang yang berbuat makar .35 Begitu juga dalam kamus Mahmud Yunus kata Makar berasal dari kata Makara, yamkuru Makran yang artinya menipu.

Sedang menurut istilah (terminologis), pengertian makar seperti diungkapkan oleh Muh. Husain Haikal dalam tulisannya:

"Merencanakan kejahatan kepada orang lain secara rahasia, agar dapat menimpakan kesulitan/kepayahan kepadanya".

Pengertian disini, didasarkan kepada Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 30:



















"Dan ingatlah tatkala telah mengatur tipu daya orang-orang kafir terhadap engkau, buat menawan engkau atau membunuh engkau, atau mengeluarkan engkau. Dan mengatur tipu daya, sedang Allah mengatur tipu daya, dan Allah itu adalah sepandai-pandai mengatur tipu daya."36

35 Luis Ma'Luf,

Al-Manjid Fi Al-Lughah Wa Al-'Ala, (Daar Al-Masyriq Beirut, Libanon 1983).hal:770.

36 Hamka,

(39)

Kemudian makna makar Menurut Ensiklopedia Hukum Islam terbitan PT Ichtiar Baru Van Hoeve, kata makar berasal dari bahasa Arab al-makr sama artinya dengan tipu daya/tipu

muslihat atau rencana jahat. Secara semantik makar mengandung arti: akal busuk, perbuatan

dengan maksud hendak menyerang orang, dan perbuatan menjatuhkan pemerintahan yang sah.37

Selanjutnya, kata "makara" adalah pasangan kata "khaada'a", yaitu menipu atau

memperdaya, juga berbeda halnya kata "makar" yang dipakai untuk Allah SWT, terhadap

hamba-Nya (fulan), maka maksud makar atau berupa balasan terhadap orang yang berbuat makar atau berupa pertolongan terhadap para kekasih-Nya.38

Menurut Hamka, mengungkapkan bahwa: istilah makar sudah dipakai dalam bahasan

hukum Indonesia, dan dijadikan sebagai bahasa Indonesia yaitu segala tindak pidana untuk maksud yang jahat disebut makar.39

Kemudian, bahwa makar Allah adalah menimpakan "bala" kepada musuh-musuh-Nya

dan bukan kepada kekasih-Nya. Hal ini merupakan "istidraj" Allah terhadap

hamba-hamba-Nya yang taat, dan mereka menyangka bahwa perbuatannya itulah yang diterima, padahal ditolak. Karena setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal dengan yang mereka lakukan. Allah SWT berfirman: yang artinya: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa" (QS. Asy-Syu'ara[42] : 40). Ini berarti perbuatan mereka sia-sia, karena tujuan mereka bukan semata-mata karena Allah, melainkan karena dorongan hawa nafsunya sendiri.

B. Kriteria Makar

37 www.Tempoonline.com 38Fu'ad Afram,

Munjid Al-Thulab. (Daar al-Mashriq. Beirut, Libanon 1947), hal:741.

39 Hamka,

(40)

1. Kriteria makar yang pertama adalah melakukan tipu daya setiap yang dihalalkan, yaitu dalam hal perang untuk berjaga-jaga dalam menghadapi serangan musuh-musuh Islam. Sehingga ini dihukumi tipu daya dan siasat ini halal dan boleh dilakukannya. Sedangkan tipu daya dalam setiap yang halal adalah haram, maksudnya adalah tipu daya sebagai siasat dalam menghaelah-haelah setiap perkataan dan perbuatan yang sudah tentu kehalalannya, lalu dirubah supaya menjadi haram. Seperti halnya perbuatan setan yang memperdayakan umat Islam agar ia terkecoh dan tertipu oleh pikiran-pikiran yang sesat, sehingga dapat menghalalkan setiap apa yang telah diharamkan Allah SWT., dan mengharamkan setiap apa yang telah dihalalkan-Nya, serta untuk menjauhi apa yang telah diperintahkan-Nya.

Sejalan dengan hadits Nabi SAW., tentang bolehnya melakukan tipu daya atau siasat dalam perang.

"Dan telah memberitakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman bin Sahm, telah memberitakan kepada kami Abdullah bin Mubarak, kemudian memberitakan lagi kepada kami Ma'mar dari Hamam bin Munabbih dari Abi Hurairah berkata, bahwa Rasulullah SAW, telah bersabda: perang itu adalah tipu daya (tipu muslihat)."40

Hadist tersebut di atas menjelaskan tentang perang sebagai tipu daya, maksudnya adalah bahwa perang itu tidak lepas dengan tipu muslihat dengan tujuan agar memperoleh kemenangan dan kemuliaan.

Sementara Islam tidak menghendaki peperangan, melainkan menghendaki ketenteraman dan ketertiban hidup. Akan tetapi, perang itu dibolehkan atau diizinkan bagi orang yang diperangi dan dianiaya. Allah SWT, berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 39:





40 Muhammad Nashiruddin Al-Albani,

Ringkasan Shahih Muslim, (Jakarta :Pustaka

(41)

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu."41

Setiap umat Islam berkewajiban memelihara, menjaga dan membela agamanya, apabila akan dirusak oleh orang lain. Demikian juga jika Islam diperanginya, maka pemeluknya pun berhak menahan serangan itu atau memerangi musuh-musuh yang lebih dahulu melancarkan serangannya.

Firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 16:























"Dan barangsiapa yang memalingkan punggung dari antara mereka di hari itu, kecuali karena hendak mengatur siasat perang, atau karena hendak menggabungkan diri dengan suatu rombongan, maka sesungguhnya dia telah kembali dengan kemurkaan dari Allah, dan tempat mereka adalah dalam neraka jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."42

Bahwa yang lari meninggalkan barisan yang turut dalam peperangan itu, misalnya pura-pura lari, sehingga musuh terkecoh, lalu musuh itu menyerbu pada suatu tempat yang sampai di sana mereka bisa dikepung. Dalam hal yang seperti ini tidaklah terlarang. Tetapi barangsiapa yang lari saja karena pengecut atau melepaskan diri dari komando. Dia kembali pulang dari medan perang dengan kehinaan sebagai seorang pengecut yang dimurkai Allah dan dalam ayat inipun diberi penjelasan bahwa lari dalam siasat, atau lari pura-pura hingga musuh terjebak, bukanlah lari, tetapi termasuk dalam rangkaian peperangan juga atau lari kepada induk pasukan karena sudah sangat terdesak, yang kalau diteruskan juga berarti hancur, tidak pula terlarang.43

Demikian pula bila peperangan itu benar-benar terjadi, pasukan Islam dilarang melarikan diri dari pertempuran, terkecuali dengan alasan yang dibenarkan, oleh agama. Yakni untuk mengatur taktik peperangan bergabung dengan pasukan lain. Jika salah seorang pasukan Islam melarikan diri dari peperangan tanpa diizinkan oleh agama, berarti ia telah melakukan dosa besar dan akan mendapat ancaman siksa Allah yang pedih di akhirat nanti.

41 Hamka,

Tafsir Al –Azhar, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1984).hal:171.

42 Hamka,

Tafsir Al-Azhar , (Pustaka Panjimas, Jakarta 1985).hal:267.

43 Hamka,

(42)

2. Kriteria makar yang kedua yang diharamkan Allah, seperti perbuatan orang-orang kafir dan para setannya. Yaitu menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah berbuat fitnah dengan segala cara yang mereka gunakan, seperti dalam firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 217:



















"Mereka akan bertanya kepada engkau dari hal bulan yang mulia (Tentang) berperang padanya katakanlah: berperang padanya adalah dosa besar tetapi menjauhkan manusia dari pada jalan Allah, dan kufur kepadaNya dan Masjidil Haram dan mengusir penduduknya daripadanya adalah lebih besar disisi Allah dan fitnah adalah lebih besar dari pembunuhan. Dan mereka akan selalu memerangi kamu sehingga dapatlah mereka mengembalikan kamu daripada agama kamu jika mereka sanggup."44

Dalam hal ini, dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa perang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan berarti menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah adalah berarti menghalangi dari Masjidil Haram (Mekkah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah. Pendapat ini, berdasarkan pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabatnya dari Masjidil Haram sama dengan menumpas agama Islam. Kemudian fitnah pada ayat tersebut, artinya penganiayaan dan segala perbuatan dimaksudkan untuk menindas Islam dan kaum muslimin.45

Sebagaimana dalam tulisannya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dari kitabnya: "Ighatsatul Lahfan" yang dikutip oleh Hamka .46 bahwa setengah dari tipu daya setan adalah untuk

memperdayakan umat Islam yang disebut Haelah, dan meruntuhkan apa yang

diwajibkan-Nya, karena ia lahir dari pikiran-pikiran yang bathil dan sepakat ulama salaf mencelanya.

44 Hamka,

Tafsir Al–Azhar, (Pustaka Panjimas, Jakarta 1983).hal:178.

45 Muhammad Nasib ar-Rifa'I,

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta:Gema Insani Press,

1999).hal:352. 46 Hamka,

(43)

Ra'yu (pendapat/pikiran) itu ada dua macam: (1) pikiran yang sesuai dengan nash-nash agama yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan perbandingannya. Ra'yu inilah yang diakui dan diamalkan. (2) pikiran yang menyalahi nash-nash agama dan dapat disaksikan kesalahannya. Ra'yu semacam inilah yang dicela oleh ulama dan tidak mereka terima.

Haelah pun ada dua macam: (1) Haelah bagaimana supaya diperintah Allah dapat

dilaksanakan, dan apa yang Dia cegah dapat dihindari, serta membebaskan diri dari yang haram, dan melepaskan dengan selamat dan kezhaliman yang menghambat kelancarannya, dan mengeluarkan orang yang kena aniaya dan sewenang-wenang. Ini adalah Haelah yang

terpuji, dipelihara orang yang mengerjakan dan mengajarkannya. (2) Haelah untuk

melepaskan diri dari kewajiban, menghalalkan barang yang haram, dan memutar balik orang yang teraniaya, agar dipandang bahwa dialah orang yang dianiaya dan sebaliknya. Yaitu yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar. Inilah Haelah jahat yang sepakat ulama

salaf mencelanya.

C. Bentuk-bentuk Makar

Telah dijelaskan pada bagian yang lalu, bahwa sunnah-Nya pada umat manusia memutuskan pada tiap-tiap bangsa atau umat terdapat para pemimpin yang melakukan tipu daya terhadap Rasul-rasul Allah, penentang pembaharuan dan menentang setiap seruan mereka. Selagi hal itu mereka dilakukan, maka di sini Allah SWT, menerangkan tentang sunnah-Nya yang berlaku bagi mereka persis sebagaimana yang telah dilakukan para penjahat penduduk Mekkah yang bersikap menentang terhadap ayat-ayat yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Diantara bentuk-bentuk makar itu yang telah dikemukakan pada ayat-ayat di atas, adalah:

(44)













"Dan datang kepada mereka s

Referensi

Dokumen terkait

Hampir di setiap etnik, atau suku di Indonesia memiliki ciri khas spirit dan nilai-nilai serta pandangan hidup yang menjadi kekuatan kelompok dalam melakukan aktivitas

(Euphorbiaceae) di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas dengan menggunakan metoda Direct Sampling dan Colony Collection didapatkan 13

Setelah Anda mengetahui cara mempersiapkan surat lamaran, mempersiapkan pada psikotes, selanjutnya mempersiapkan menghadapi wawancara kerja. Anda harus mengetahui dan

(1) Kuliah Kerja Nyata selanjutnya disebut KKN adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa UMM program Sarjana yang merupakan perpaduan bentuk kegiatan

Pengukuran skala dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi hubungan antara konsep diri dengan gaya hidup hedonis pada remaja.. Penyajian skala diberikan dalam

Pada Instagram juga terdapat penanda kepada akun Instagram lainnya. Hal ini dimanfaatkan oleh Busana Muslim Siva, dengan dilakukannya membuat postingan Instagram yang

PELAKSANAAN HUKUMAN DISIPLIN TERHADAP TERGUGAT BERSTATUS PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS ) YANG TIDAK MELAPORKAN PERCERAIANNYA BERDASARKAN PASAL 7 PERATURAN PEMERINTAH No.53 TAHUN

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Pemerintah Kabupaten Sukamara, khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan pembinaan bagi kepala Sekolah