(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam )
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh :
FAATHIMAH UMMU ABDILLAH 105044101405
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
ANAK MENGIZINKAN ORANGTUA LANJUT USIA UNTUK TINGGAL DI SASANA TRESNA WERDHA
(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)
Oleh:
Faathimah Ummu Abdillah 105044101405
Pembimbing
Drs. A. Basiq Djalil, S.H., M.A NIP. 1955 0505 1982031012
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau
merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Juli 2010
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan orang yang paling besar pengorbanannya bagi
anak-anaknya dan yang paling tulus pemberiannya. Maha Kasih Allah yang memberi
rasa kasih sayang kepada para orang tua untuk anak-anaknya, karena dengan
itulah para orang tua dapat menyayangi dan mendidik anak-anaknya dari
semenjak di kandungan sampai mereka tumbuh dewasa. Misalnya, ketika seorang
anak masih di dalam kandungan, ibunya rela menanggung sakit yang semakin
bertambah-tambah. Sehingga ’Atha’ Al-Khurasany menafsirkan surat Luqman
ayat 14 yang menggambarkan keadaan seorang ibu yang sedang hamil dengan
kata dha’fan ’ala dha’fin yakni lemah bertambah lemah.1 Dan ketika mereka sudah berumahtangga, mereka menitipkan anak-anak mereka kepada orang tua
mereka karena mereka telah sibuk bekerja.
Selain itu, wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah memberi
pendidikan, sandang, pangan dan tempat tinggal yang terbaik sesuai dengan
kemampuan masing-masing orang tua. Tentunya mereka tidak bermalas-malasan
untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka harus
pergi ketika matahari mulai terbit dan pulang ketika hari telah gelap agar bisa
memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tak jarang pula mereka rela melanjutkannya
1 Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-Quran Al-‘Azîm
dengan begadang semalam suntuk untuk menemani anaknya yang sedang sakit
atau terbangun ketika malam hari hanya sekedar mengganti popok sang anak.
Mereka pun tak bosan-bosannya menasehati suatu kebaikan kepada
anak-anaknya, walaupun sering anak-anaknya tidak mau mendengarkan dan melakukan
nasehat-nasehatnya.
Tak semua anak mendapat orang tua yang ideal seperti yang mereka
inginkan. Namun setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anak-anaknya dengan cara mereka sendiri, yang tentunya dalam hal ini dipengaruhi
dengan ilmu atau pengalaman hidup mereka sebelumnya. Misalnya dalam film
Garuda di Dadaku, di sana dikisahkan bahwa ada seorang kakek yang meminta
kepada anaknya agar cucunya tidak bermain sepak bola. Hal ini kakek lakukan
karena tak ingin masa depan cucunya suram seperti menantunya yang merupakan
ayah dari cucunya.2 Atau dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 2 yang
termasuk di dalamnya mengisahkan seorang anak yang bernama Zumrah. Orang
tuanya sengaja meminta budenya bibi untuk mengasuh Zumrah, karena pada
waktu itu orang tuanya sangat kerepotan mengasuh ketiga adiknya yang masih
kecil-kecil dan karena kondisi ekonomi yang sedang sulit. Sementara budenya
hanya punya satu anak saja.3
2
Ifa Irfansyah, Garuda di Dadaku, (Jakarta: SBO Films & Mizan Productions 2009).
3
3
Begitu besar jasa orang tua kepada anak-anaknya, maka tidak heran jika
berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak. Bahkan
dalam tafsir Al-Mishbah surat Luqman ayat ke 14, kewajiban berbakti kepada
kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah
swt.4. Dalam tafsir Al-Qur’an Al-Adhim surat Al-isra’ ayat 23 pun menjelaskan
bahwa seorang anak tidak boleh melakukan perbuatan dan berbicara yang buruk
terhadap orang tuanya.5 Dan di dalam Syarh Shahih Muslim pada hadits ke 6452,
dalam hadits tersebut mengkisahkan seorang anak yang bernama Juraij Ra.
dengan ibunya. Dalam syarah hadits tersebut dijelaskan keagungan berbuat baik
kepada orang tua dengan mengokohkan hak ibunya dan sesungguhnya do’a ibu
adalah do’a yang terjawab oleh Allah.6
Usaha-usaha seorang anak untuk merawat berbakti kepada orang tuanya
dapat dengan banyak cara, misalnya memenuhi hak-hak kedua orang tuanya7 :
1. Mentaati keduanya selain untuk bermaksiat kepada Allah
2. Berbuat baik
3. Tawadhu’
4. Berkata halus
5. Memberi makan
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Juz 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), h. 128.
5Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-quran Al-‘Azîm
Addamsyîqi. Juz 5, (Riyâdh: Daar Thayyibah Li Nasyar wattawzî’, 2007), h. 64.
6
Khalil Ma’mun Syeh, Shahih Muslim Bisyarh Al-imam Muhiddin An-nawawi Jilid 8, (Baerut: Dâr Al-Ma’rifah, 2007), h. 323.
7„Abdul „Aziz Ibnu Fathy As
6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan sebagainya
7. Memberi harta ketika mereka meminta
8. Jangan bermuka buruk atau semisalnya kepada keduanya
9. Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak
10.Lebih mengutamakan ibu dari pada bapak
Sedangkan untuk berbakti kepada orang tua yang telah lanjut usia dapat
ditambahkan dengan:
1. Merawat sendiri kedua orang tua di rumahnya.
2. Menyewa suster untuk merawat kedua orang tua dirumahnya.
3. Memasukkan ke Sasana Tresna Werdha. Hal ini biasa terjadi di
Negara-negara barat8 dan beberapa daerah di Indonesia juga mulai ada peningkatan
jumlah penghuni Sasana Tresna Werdha.9 Walaupun di Indonesia sendiri
masih banyak yang menganggap buruk memasukkan orang tua ke Sasana
Tresna Werdha.10 Tapi tentu saja mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri
yang belum tentu itu buruk, di antaranya karena:
a. Kesibukan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga
mereka sehingga tidak punya waktu untuk merawat orang tuanya,
sehingga mereka berfikir apabila tetap di rumah orang tuanya akan
terlantar maka lebih baik dimasukkan ke Sasana Tresna Werdha.
8 Mutia Mutmainah, Keajaiban Do’a & Ridho Ibu, (Jakarta: Wahyu Media, 2008), h. 49.
9 Penghuni Sasana Tresna Werdha meningkat”, artikel diakses pada tanggal 19 Januri 2010
dari http://www.antara.co.id/view/?i=1216752275&c=NAS&s=
10 Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,
Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari
5
b. Ingin membahagiakan kedua orang tua mereka dengan memasukkan ke
Sasana Tresna Werdha. Karena di sana banyak kegiatan-kegiatan yang
dikhususkan untuk orang-orang tua lanjut usia.11
c. Dengan memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha, maka para
orang tua yang telah lanjut usia dapat bertemu dengan teman-teman
seusianya.12
Islam adalah agama yang syumul13 yang mengatur tentang segala hal.
Salah satunya adalah berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelum ini. Namun dalam hal hukum merawat orang tua yang lanjut
usia dengan mangizinkan orang tua untuk ke Sasana Tresna Werdha masih
memerlukan analisa yang mendalam lagi. Karena itu, penulis ingin membahas
lebih dalam tentang “Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke
Sasana Tresna Werdha (Studi Analisis Prespektif Hukum Islam)”. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memasukkan orang
tuanya ke Sasana Tresna Werdha. Namun penulis akan lebih mendalam
menjelaskan hukum anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha
11
B. Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan,edisi ke-5, Jakarta: Erlangga, 1980 , h. 57
12. Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,
Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari
http://forum.detik.com/showthread.php?t=84418&page=7
menurut hukum Islam, karena anak tersebut sibuk untuk mengurusi
keluarganya sendiri, yakni keluarga barunya.
2. Perumusan Masalah
Ajaran Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berbakti kepada
orang tua. Terutama ketika mereka sudah lanjut usia. Kenyataannya, pada
zaman sekarang merawat orang tua yang telah lanjut usia tidak hanya bisa dari
tangan seorang anak saja, mereka juga bisa menyewa suster untuk merawat di
rumahnya dan ada juga yang memasukkan orang tuanya yang telah lanjut
tersebut ke Sasana Tresna Werdha dengan maksud agar orang tuanya tidak
terlantar. Namun cara merawat yang terakhir, banyak masyarakat Indonesia
masih merasa kurang pantas.
Rumusan tersebut di atas penulis merinci dengan beberapa pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana kondisi keluarga anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal
di Sasana Tresna Werdha?
b. Bagaimana kondisi orang tua yang diizinkan anaknya untuk tinggal di
Sasana Tresna Werdha?
c. Bagaimana peran Sasana Tresna Werdha dalam merawat orang tua?
d. Bagaimana hukum Islam menghukumi seorang anak yang mengizinkan
orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Syari’ah (S.Sy)
2. Untuk mengetahui kondisi keluarga yang memberikan izin salah satu orangtua
yang telah lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha.
3. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap seorang anak yang
mengizinkan orangtuanya tinggal di Sasana Tresna Werdha.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat terhadap kepentingan dunia akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi sebagai acuan
dan berguna untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal hukum anak
mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha.
2. Manfaat terhadap dunia praktisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan untuk seluruh
muslim di dunia sebagai rujukan dan pertimbangan ketika akan mengizinkan
kedua orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha.
D. Review Studi Terdahulu
Skripsi yang berjudul Konsep berbakti kepada orang tua menurut ajaran
Islam kajian tafsir surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra Ayat 23-24 yang
ditulis oleh Sumyatih. Jurusan Pendidikian Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan tahun 2002. Dalam skripsi tersebut membahas tentang perintah
Allah SWT terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah berbuat baik,
membutuhkan suatu penafsiran. Dalam hal ini beliau mengambil empat ayat dari
Al-Qur’an yaitu surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra’ ayat 23-24.
E. Metode Penelitian dan Penulisan
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu
metode yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan di
lapangan. Sedangkan yang dimaksud penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang diamati.
Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum Islam penelitian hukum
kepustakaan dan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau sekunder belaka.
Dalam hal ini data sekunder diperoleh melalui bahan pustaka atau
biasa disebut book research yang sifatnya relevan dengan skripsi ini. Buku
atau bacaan buku ini dapat berupa literatur, majalah, buletin, dan buku-buku
ilmiah lainnya yang berhubungan dengan hukum memasukkan orang tua ke
Sasana Tresna Werdha. Sedangkan data primernya diperoleh dari hasil
wawancara dengan pengurus Sasana Tresna Werdha, anak yang akan
mengizinkan orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha dan orang
9
2. Alat Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat
pengumpul data sebagai berikut:
a. Bahan Hukum, terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu
bahan-bahan hukum yang mengikat. Sedangkan bahan-bahan hukum sekundernya
adalah dari buku-buku ilmiah lain yang mendukung dan memperjelas
bahan hukum primer.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadapan
secara fisik. Yang satu dapat melihat muka dan mendengarkan yang lain
dengan telinga sendiri suaranya.
3. Alat Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisa dan
diinterpretasikan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan.
Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara
dilakukan dengan cara: pertama, mengedit editing data, yaitu memeriksa
data yang terkumpul apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan
dalam wawancara sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkan. Jawaban yang
dianggap lengkap dan belum atau tidak menjawab dipisahkan, kedua,
mengklasifikasikan data yaitu mengelompokkan data berdasarkan
4. Analisa Data
Setelah pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisa dan
menginterpretasikan data. Analisa data dilakukan dengan cara
mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganilisis isinya.
Kemudian menginterpretasikan menggunakan bahasa penulis sendiri. Dengan
demikian akan nampak jelas rincian jawaban atas pokok permaslahan yang
diteliti.
Sebagai pedoman dalam penulisan karya tulis ini, penulis merujuk
kepada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Jakarta Press, 2007.
F. Sistematika Penulisan
Bab pertama tentang, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab kedua tentang, landasan teoritis tentang keluarga, anak dan orang tua, mulai dari pengertian dan kewajiban antar keluarga. Kemudian landasan
teoritis tentang Sasana Tresna Werdha mulai dari pengertian, prinsip, tujuan,
landasan, fungsi dan perannya dalam merawat orang tua. Karakteristik Usia lanjut
berdasarkan usia atau ciri keadaan yang terjadi ketika masuk masa lanjut usia.
[image:13.612.110.534.190.507.2]11
[image:14.612.112.530.292.546.2]Tresna Werdha dan orang tua yang tinggal di Sasana Tresna Werdha. Dan
gambaran kondisi Sasana Tresna Werdha yang ditempati.
Bab keempat tantang, Pengertian dan cara penentuan baik dan buruk, pengertian hukum Islam, teori maslahah mursalah, kaidah Addararu yuzâl dan
tingkatan kemaslahatan berdasarkan kebutuhannya, pembahasan hukum anak
mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha, analisa dampak positif
dan negatif yang terjadi apabila orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha,
analisa kondisi keluarga dengan memakai maslahah mursalah, kaidah Addararu
yuzâl, teori pemenuhan hak dan kewajiban sesama.tentang kedudukan hukum
anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha. Dan analisa terhadap
hukum anak memasukkan orang tuanya ke Sasana Tresna Werdha.
12
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang paling mendasar di
masyarakat. Maksudnya, masyarakat itu terdiri dari kumpulan keluarga dan tidak
akan ada sebuah masyarakat tanpa keluarga. Karena masyarakat itu terdiri dari
orang-orang tua, remaja dan anak-anak yang semua itu berasal dari sebuah
keluarga. Sehingga keluarga juga bisa didefinisikan sebagai ibu, bapak dan
anak-anak14.
Sedangkan yang dimaksud dengan bapak adalah orang tua laki-laki atau
orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati15; ibu
merupakan sebutan seorang perempuan yang telah melahirkan kita atau wanita
yang sudah bersuami dan anak adalah keturunan kedua setelah orang tua16. Jadi
walaupun bapak, ibu dan anak kadang hanya merupakan sebuah panggilan tanda
penghormatan, tapi tetaplah mereka semua berasal dari sebuah keluarga.
B. Kewajiban Anggota Keluarga
Kewajiban adalah pembatasan atau beban yang timbul karena hubungan
dengan sesama atau dengan negara17. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan, Balai Pustaka, 2007 , Edisi Ketiga, h.721
15
Ibid., h. 106
16
Ibid., h. 416
17 Muhammad Amin Effendi, “Memahami Hak Dan Kewajiban”, Artikel Diakses Pada
13
lain, maka pada saat itulah ada sebuah beban antara orang yang satu dan orang
yang lainnya, dengan kata lain kewajiban bisa membebani seseorang kapan saja
dan di mana saja ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Misalnya
setelah seorang pembeli sudah membayar dengan harga yang telah disepakati
dengan penjual, maka ada kewajiban bagi penjual untuk menyerahkan barang
yang telah dibeli tersebut.
Dalam kehidupan berkeluarga pun juga seperti itu. Masing-masing
anggota keluarga mempunyai kewajiban masing-masing, karena di dalam
keluarga pasti terjadi interaksi antar anggota keluarga.
Di antara kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah:
1. Mentaati keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah.
ِشتَ ْ أَ ى عَ ا جَ ْ ِإ
َ
َ َ يِ
َ فَ ِْعَ َِِ َ سي
َ َ عِطت
اَىِفَ ِحصَ َ ِحص
َ يِسَ ِتاَ َ ًف ع َ ي
َ
ُثَيي ِإَ أ
َي ِإَ
ُ عتَ ت ُ َ َِ ُ ُِ ُأفَ ُ عِج
َُ
/
١٧
:
٧٤
ََ
Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. Q.S Luqman/31:14
2. Berbakti dan merendahkan diri terhadap orang tua.
يِ
َ.
اَح جَ َضفخا
ُقَ َِ ح اَ َِِ
َ
َ َ ح اَِ
ا يِغصَىِ ي
َُ
أ سإا
/
٧١
:
٢١
-٢٤
ََ
Artinya: “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". QS. Al-Isra’/17:23-24
3. Tawadhu’
4. Berkata halus.
5. Menyediakan makan
6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan pergi untuk urusan lainnya
7. Memberi harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan.
َ ِ ِا َِ ُ َ َت ا
ََ
Artinya: ”Kamu dan hartamu milik ayahmu”. Ahmad dawud. shahihul jaami’
8. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang
dicintai oleh mereka.
9. Memenuhi sumpah kedua orang tua
10.Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak
15
ق
َ:
، ُأ
َق
َ:
قَ؟ َ ُث
َ:
، ُأَ ُث
َق
َ:
قَ؟ َ ُث
:َ
َ، ُأَ ُث
ق
َ:
قَ؟ َ ُث
َ:
َ ُث
أ
َ.
س َ ا
18Artinya: ‟Umârah ibnu Al-qo‟qo‟, dari Aby Zur‟ah, dari Aby Hurairah, berkata, ” Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw, maka berkata laki-laki : ”siapakah yang lebih berhak di antara manusia dengan persahabatan pergaulan yang baik?” bersabda
Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian siapa?”
bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian
siapa?” bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki :
”kemudian siapa?” bersabda Rasulullah: ”Bapakmua”. HR.
Muslim
11.Tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.19
قَ، عَِ ِاَِهاَِ عَ ع
َ:
َهاَُ س َ ق
سَ َِي عَ َ اَىَص
َ:
ََ إ
ِئ اَِ ْ أَ ِ
َ
عْي
َ
ُ ج ا
َ
،ِي ِا
َيِق
َ:
َفي
سي
َ
ِا َُ ج ا
ِي
َ؟
ق
َ :
سي
َ
اَ أ
فَ ِ ج
سي
َ
، أ
َ
َ
سي
َ
فَ ُأ
سي
َُأ
َ .
َ ا
خ
20Artinya: ”Dari Abi Ibrahim bin sa‟id, dari Humaid bin ‟Abdirrahman, dari
‟Abdirrahman bin ‟Amrin berkata, Bersabda Rasulullah saw. ”Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah seseorang yang mengumumkan aib orang tuanya.” para sahabat bertanya: ” Ya Rasulullah, apa ada orang yang mengumumkan aib orang
tuanya?” Beliau menjawab: ”Ada, ia mengumumkan aib ayah
orang lain kemudian orang itu membalas orang tuanya. Ia
18
Abilhusayn Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyayri, An-Nîsâbury, Sahih Muslim, (Bayrut; Dâr Al-Kitab Al-„Araby, 2004-1425), h. 1058
19 „Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al
-Adâb Al-Islâmiyah, (Ar-Riyâd: Dâr Tayyibah Linnasyar wa At-Tawzy’, 1428-2007), h. 163-167.
20
mengumumkan aib ibu oranglain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” HR. Bukhari
Seorang anak yang baik, pasti akan mencoba semaksimal mungkin untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya.
Kewajiban orang tua terhadap anaknya:
1. Hak untuk cinta dan kasih sayang.21
َ
قَ عَهاَيض َ ي َ أََ أ
َ:
َ سَ َِي عَ َ اَىَصَهاَُ س َ ق
ْقَأاَ فَ سِ جَي يِ ت اَسِ حَ َ ْقَأاَ ِعَ َِيِعَ َ سحا
َ:
ِإَ ظ فَا حأَ َِت قَ َِ اَ ًَِ شعَيََ إ
َ َ اَىَصَهاَُ س َِي
قَ ُثَ سَ َِي ع
َ:
ح يَ َ ح يَ َ
َ.
َ ج خاَ َ
اَ ا
س
.
22Artinya: ”Sesungguhnya Abu Hurairah r.a. berkata: bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada
Al-Aqra‟ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata,
“Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang
kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham,
barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” HR. Bukhari dan Muslim
2. Memilih nama yang baik.
َ، عَِ َ ا َ ع
يِاَ عَ، يِ َِ َِهاَِ عَ ع
َا
قَ،ِءا
َ:
ق
21IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010 dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/ parchild.htm
22
17
سَ َِي عَ َ اَىَصَِهاَُ س
َ:
يِ اَ يَ ع تَ ُ ِإ
َِ
سأِ
َ َ ُ إ
ُ ِء َِء سأ
ُ َء سأَا ِسحأفَ،
َ.
َ ا
ا َ أ
23
Artinya: Dari dawud bin ‟amr, dari ‟Abdillah bin zakariya, dari Aby
Ad-darda‟ berkata, ”Rasulullah Saw bersabda: ” sesungguhnya
kalian dipanggil di hari kiamat dengan memakai nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka perbaguslah nama-nama kalian”. HR. Abu Dawud.
3. Memberi pendidikan yang baik24
4. Anak-anak memiliki hak untuk diberi makan, pakaian dan dilindungi sampai
mereka dewasa.25
5. Memenuhi kebutuhannya secara finansial.26
C. Karakteristik Usia lanjut
Orang tua yang telah lanjut usia mempunyai karekter-karakter unik yang
dipunyainya. Di antaranya:
1. Periode penurunan
2. Ada perbedaan individu dalam efek ketuaan
23 Imâm Al-Hâfiz Abî Dawud Sulaymân Bin Al-Asy’ats As-Sijistânî „Âdil Mursyid,
Sunan Abî Dâwud, „Uman/Al-Ardân, Dâr Al-A’lâm,1423-2003, h. 804
24 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010
dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology /parchild.htm
25
Ibid., diakses pada 18 Juli 2010
26
3. Banyak terdapat stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Misalnya, seringkali
dibuat sebagai gurauan yang berkonotasi negatif di majalah-majalah.
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Pada umumnya masyarakat tidak lagi
menghormati dan menghargai pengalaman orang usia lanjut, malahan mereka
bersikap sebaliknya.
5. Usia lanjut mempunyai kelompok minoritas. Maksudnya sebagai akibat dari
sikap sosial yang negatif terhadap usia lanjut, mereka sering dibatasi dalam
hal interaksi sosial dan hanya mempunyai kekuatan dan kekuasaan terbatas.
6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran.
7. Penyesuaian yang tidak baik. Karena kurangnya penghargaan dari masyarakat,
membuat timbulnya konsep diri yang negatif/tidak baik. Konsep diri yang
negatif ini menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Ada keinginan
untuk peremajaan diri.27
Untuk menentukan batasan lanjut usia, memakai standar yang ditentukan
oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia yakni usia 60 tahun ke atas. Jadi yang dimaksud
dengan orang tua yang telah lanjut usia adalah orang tua yang usianya telah
berumur 60 tahun, 61 tahun, 62 tahun dan seterusnya.
27
19
BAB III
KONDISI KELUARGA DAN SASANA TRESNA WERDHA A. Pengertian Dan Tujuan Berdiri Sasana Tresna Werdha
Sasana Tresna Werdha berasal dari tiga suku kata, yakni sasana, tresna
dan werdha. Kata Sasana mempunyai makna sebagai tempat berlatih28, tresna
berasal dari bahasa jawa yang berarti cinta29, werdha artinya lanjut usia30. Jadi
sasana tresna werdha bermakna tempat berlatih bagi para lanjut usia yang
dipenuhi dengan cinta.
Di Sasana Tresna Werdha STW, para lansia tidak hanya pindah tidur saja.
Tapi di sana mereka diberikan banyak kegiatan-kegiatan, di antaranya olahraga
pagi, belajar menyulam, belajar melukis, adanya pengajian-pengajian dan lain
sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberdayaan lanjut usia
dimaksudkan agar orang-orang lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
28
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1001.
29
Ibid., h.1210
30
Untuk lebih jelasnya, sebaiknya STW mempunyai kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan hidup berupa sandang, pangan, dan papan
2. Pemeliharaan kesehatan lansia
3. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengisian waktu luang dengan kegiatan
yang bermanfaat, termasuk kegiatan yang bersifat rekreatif.31
Di samping itu penyelenggaraan STW juga dimaksudkan sebagai sarana
agar penghuni panti werdha dapat terpenuhi kebutuhan akan jasmani dan rohani
yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik, dalam bidang:
a. Kebutuhan hidup pokok secara layak,
b. Pemeliharaan kesehatan dengan baik,
c. Pemenuhan kebutuhan pengisisan waktu yang luang sesuai usianya.
2. Terpenuhinya kebutuhan rohani, dalam bidang:
a. Kebutuhan kasih sayang, baik dari keluarga atau lingkungan sekitarnya,
b. Peningkatan gairah hidup dan tidak merasa khawatir dalam menghadapi
sisa hidupnya,
c. Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik, terutama dalam hubungan
dengan penghuni dan masyarakat sekitar panti.32
31 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di
21
B. Potret Sasana Tresna Werdha
Nama dari panti werdha ini adalah Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya
Bhakti Ria Pembangunan. Panti ini berdiri sejak tanggal 14 Maret 1984 atas
prakarsa Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto. Lokasi STW di jalan Karya Bhakti No.2
Rt. 08/07 Cibubur, Jakarta Timur 13720.33
STW ini mempunyai visi, ”pengabdian pada sesama dengan memberikan
pelayanan secara terpadu dan menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual pada Lansia.” dan misi, ”membantu pemerintah dan masyarakat dalam
upaya pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia.”34
Latar belakang dari berdirinya STW Ria Pembangunan karena adanya
keberhasilan pembangunan dan kemajuan tekhnologi khususnya di bidang
kesehatan meningkatkan usia harapan hidup life expectancy manusia. sehingga
dalam beberapa dekade terakhir jumlah lansia semakin meningkat. Ditambah
dengan adanya harapan untuk hidup tenang dan nyaman di hari tua. Untuk
mencapai harapan tersebut, para lansia perlu mempertahankan mutu hidup,
kesehatan, produktifitas dan kemandiriannya. Semua itu tersedia di STW Ria
Pembangunan.35
32 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di
Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”, h.44-45.
33
Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan
34
Ibid.
35
Kegiatan-kegiatan yang tersedia untuk para Lansia yang tinggal di STW
adalah:
1. Senam Lansia
2. Olah raga
3. Angklung
4. Melukis
5. Merajut
6. Relaksasi
7. Pembinaan mental/spiritual
8. Rekreasi36
Tidak semua Lansia bisa masuk ke STW Ria Pembangunan. Karena STW
ini mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Di antaranya:
1. Usia minimal 60 tahun.
2. Atas keinginan sendiri
3. Mandiri. Masih banyak kegiatan yang bisa dilakukannya.
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Ada penanggunng jawab. Penanggung jawab dan pemberi izin dari keluarga
minimal tiga orang.37
Jika persyaratan yang tersebut di atas telah terpenuhi, maka Lansia
tersebut diperkenankan untuk masuk ke dalam STW.
36
Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.
37
23
Sarana yang dimiliki di antaranya:
1. Wisma Aster yang terdiri dari 24 kamar
2. Wisma Bungur yang terdiri dari 26 kamar
3. Wisma cempaka yang terdiri dari 26 kamar
4. Wisma Wijayakusuma
5. Poliklinik 24 jam untuk rawat inap, rawat jalan, kedaruratan, farmasi,
fisioterapi, laboratorium, dan mobil menuju kerumah sakit rujukan.
6. Ruang kreasi dan serbaguna
7. Ruang ibadah/musholah
8. Fasilitas olahraga
9. Sarana rekreasi
10.Halaman luas untuk berkebun.38
Untuk Wisma Wijayakusuma terdiri dari 15 tempat tidur. 13 tempat tidur
di kamar bersama dengan hanya dibatasi oleh gorden. 2 tempat tidur lainnya
berkelas VIP atau sama dengan kamar yang berada di wisma-wisma yang
lainnya.39
Di setiap wisma terdapat:
1. Kamar. Dalam setiap kamar terdapat fasilitas tempat tidur, meja rias, kursi,
lemari pakaian, kamar mandi di dalam. Adapun yang menginginkan untuk
38
Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.
39
membawa peralatan yag lainnya diperbolehkan. Tetapi apabila barang yang
dibawa membutuhkan aliran listrik maka dikenai biaya tambahan tergantung
barang apa yang dibawa. Misalnya, membawa Air Conditioner AC kena
uang tambahan bulanan sebesar Rp 100.000,-.40
2. Ruang menonton Televisi bersama
3. Ruang tamu
4. Ruang makan
5. Tempat jemuran
6. Taman
7. Dapur41
Pelayanan yang diberikan di antaranya:
1. Laundri
2. Kebersihan kamar
3. Konsultasi kesehatan
4. Bimbingan kelompok/kegiatan bermanfaat
5. Pengambilan pensiun
6. Pendampingan ke rumah sakit
7. Shopping/belanja bersama
40
Wawancara Pribadi dengan Dwi, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010
41
25
8. Carediver/pembantu42
Di STW terdapat pula dapur umum yang memasak makanan untuk seluruh
penghuni panti. Dari pagi, siang dan malam, dengan menu yang berbeda-beda dan
disesuaikan dengan diet masing-masing penghuni. Di dapur ini tertempel
beberapa peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh koki-koki di sana. Baik
peraturan mengenai kebersihan makanan dan dapur, kedisiplinan koki di dapur
dll. Semua itu demi menjaga kesehatan penghuni STW.43
Untuk pembayaran bulanan berbeda-beda:
1. Penghuni baru dikenakan tarif baru yakni Rp 1.750.000 perbulan. Penghunni
membayar biaya tambahan apabila membawa peralatan pribadi yang memakai
aliran listrik sesuai dengan barang yang dibawanya dan menyewa carediver.
2. Penghuni lama yang tidak mampu untuk membayar dengan tarif yang baru.
Diberi keringanan sesuai dengan kemampuannya atau minimal membayar
dengan tarif lama.
3. Penghuni wisma Wijayakusuma yang bertempat di 13 bangsal yang
bersamaan perbulan membayar Rp 1.750.000,- sedangkan yang menempati
kelas VIP membayar di atas Rp 2.000.000,-44
42
Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan
43
Wawancara Pribadi Kepala Bagian Dapur STW Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010
44
C. Kondisi Keluarga Dari Berbagai Pandangan
1. Kondisi keluarga pak Tatong
a. Hasil wawancara dengan Pak Tatong:
Nama asli beliau adalah Drs. Tatong Sutedjo. Usia beliau adalah
64 tahun. Mempunyai tiga orang putra, semuanya sudah berkeluarga.
Ketika beliau masih tinggal di rumah, anak-anaknya sering mengunjungi
beliau sebagai bukti perhatian mereka. Kebiasaan itu pun tetap
diperhatikan sampai ketika Pak Tatong sudah tinggal di STW. Walaupun
mereka hanya bisa datang pada hari Sabtu dan Minggu saja itupun secara
bergantian. 45
Beberapa motivasi beliau untuk masuk ke STW adalah:
1)Karena beliau merasa sedang sakit atau masih dalam masa
penyembuhan pasca stroke. Beliau merasa membutuhkan keadaan
yang disekelilingnya terdapat banyak orang yang bisa diajak untuk
berinteraksi atau berkomunikasi. Karena banyak ingatannya yang
hilang akibat stroke, termasuk kosa kata-kosa kata bahasa, baik
bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa lain yang pernah beliau
pelajari. Tentunya keadaan ini tidak beliau dapatkan ketika berada di
rumah yang hanya berpenghuni empat orang, yakni beliau dengan
45
27
istri, pembantu dan suster. Suster dan pembantu mempunyai
kesibukan tersendiri ketika berada di rumah. Istri pun juga masih
sering keluar rumah, karena memang masih banyak yang harus dia
lakukan. Baik yang berkaitan langsung dengan kesehatan pak Tatong
atau tidak. Sedangkan kondisi Pak Tatong ketika di rumah tidak
banyak yang bisa dia lakukan. Beliaupun jarang keluar rumah.
2)Untuk mencari kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi badannya dan
waktunya. Misalnya, senam, mengaji, bermain angklung, melukis dan
lain-lain. Harapannya dengan kesibukannya yang baru itu, tidak
terjadi lagi depresi yang membuat semangat hidupnya menghilang.
3)Untuk mencari tempat yang nyaman bagi beliau. Karena beliau merasa
ketika bersama istrinya atau ketika berada di rumah, selalu didikte
dan merasa dibatasi kebebasan-kebebasannya. 46
b. Wawancara dengan bapak Tonka Sesarino:
Latar belakang Pendidikan SD kelas 1 sampai kelas 3 di Lampung,
karena waktu itu bapak bertugas di Lampung kemudian SMP dan SMA di
46
Bandung. Dan kuliah di Tri Sakti jurusan tekhnik elektro. Beliau sekarang
bekerja sebagai konsultan tekhnik di sebuah perusahaan. 47
Kedekatan Pak Tatong dengan keluarga tiak bisa dekat seperti teman,
tapi seperti ada perbedaan kasta. Anak-anak lebih dekat dengan ibunya.
Karena Pak Tatong dulu merupakan seseorang yang penting di Kimia Farma
sehingga beliau sangat sibuk sekali. Sebab itu ketika beliau berkomunikasi
dengan anak-anaknya pun, hanya ketika ada yang penting saja. 48
Wujud berbakti Pak Tonka lebih kepada bentuk perhatian dan segala
hal non finansial. Karena orang tua beliau dalam hal finansial sudah lebih dari
cukup bekalnya. Salah satu bentuk perhatian beliau adalah mengingatkan
tentang kesehatan orang tuanya, mengantar ke rumah sakit dan lain
sebagainya. 49
Konsep kebahagian itu tergantung dari cara berfikir kita tentang
kebahagiaan itu sendiri. Jika ingin bahagia di suatu tempat, maka kita setting
pikiran kita untuk bahagia di daerah itu. Sedangkan Pak Tatong itu tidak
seperti itu, lebih seringnya melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Dulunya
sebelum rumah Pak Tonka jadi, Pak Tatong pernah berkata bahwa beliau
ingin tinggal di sini. Tapi ketika rumah sudah jadi, ternyata beliau tinggal di
47
Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010
48
Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010
49
29
STW. Konsep kebahagian Pak Tatong selalu berubah-ubah dan selalu
berkembang. 50
Pada awalnya Pak Tatong tinggal di dekat rumah Pak Tonka yang
sekarang beliau tinggali. Namun karena beliau merasa tidak nyaman dengan
alasan, beliau ingin tinggal di rumah yang lebih kecil saja. Kemudian beliau
pindah di Duren Sawit yang di sana kebanyakan pensiunan kimia farma
seperti Pak Tatong. Mungkin Pak Tatong menginginkan untuk bisa berkumpul
kembali dengan teman-temannya. Tapi keinginannya itu tidak kesampaian.
Karena kondisi Pak Tatong waktu itu belum memungkinkan untuk pergi
sendiri dan kondisi teman-temannya pun tak jauh berbeda dengan Pak Tatong.
Kemudian setelah dua tahun Pak Tatong merasa bosan. Beliau ingin tinggal di
lingkungan yang baru. 51
Setelah itu ada temannya yang memberikan info tentang STW.
Kemudian beliau mendatangi STW dan akhirnya tinggal di sana. Pada bulan
pertama, beliau sempat reject, karena kondisi kamar yang berbeda sekali
dengan keadaan ketika masih di rumah. Tetapi dari pengurus STW meminta
50
Ibid., Cipete, 6 Juni 2010
51
untuk mencoba dulu sampai tiga bulan. Ternyata setelah tiga bulan dijalani,
Pak Tatong merasa nyaman untuk tinggal di sana. 52
Pihak keluarga pun tidak bisa memaksa Pak Tatong untuk pulang ke
rumah, terutama Pak Tonka. Karena beliau tidak memiliki seperti
perlengkapan yang ada di STW. Seperti tidak ada Poliklinik yang standby
selama 24 jam, tidak mempunyai komunitas lansia dan lain sebagainya.
Akhirnya dengan terpaksa beliau mengatakan ”tidak melarang bapak untuk
tinggal di STW”.53
Adanya kemungkinan Pak Tatong masuk ke STW karena ingin lebih
bebas juga. Maksudnya, ingin pergi ke mana-mana tanpa sepengatahuan
keluarga. Padahal dari keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan Pak Tatong.
Misalnya, takut ditipu orang lain. Kekhawatiran ini disebabkan beliau pernah
terserang penyakit stroke yang hebat sehingga membuat banyak ingatan beliau
yang hilang dan banyak hal-hal yang terlewatkan oleh beliau selama sakit.
Perlu diketahui bahwa ketika beliau baru tersadar dari strokenya, beliau
sempat tidak ingat dengan istrinya sendiri. Maka karena itu keluarga juga
sudah pernah meminta ke panti jompo untuk lebih mengawasi beliau,
52
Ibid., Cipete, 6 Juni 2010
53
31
maksudnya meminta pihak STW untuk tidak gampang memberikan izin
keluar dari STW kepada Pak Tatong. 54
Sebenarnya Bu Tatong pun ketika tinggal di sana tidak terlalu banyak
manfaatnya. Karena Pak Tatong itu tipe orang yang mempunyai privasi yang
tinggi. Selama ini pun Pak Tatong tidak banyak bercerita masalah pribadinya,
biasanya yang sering dibicarakan dengan Pak Tonka adalah masalah
kesehatan atau lebih seperti instruksi. 55
c. Wawancara dengan pak Abbas:
Untuk membentuk kenyamanan pasien:
1) Pastikan motivasi yang benar. Ketika ada lansia yang ingin masuk,
maka diadakan wawancara kepada lansia tersebut menanyakan
motivasi beliau masuk ke panti wedha. Karena apabila motivasinya
tidak benar dan keinginan-keinginan yang dicapai ketika masuk panti
werdha tidak bisa tercapai, maka akan timbul rasa tidak nyaman yang
membuat Lansia tidak betah berada di panti dan akhirnya tidak akan
bertahan lama berada di panti.
2) Memberikan juga pemahaman kepada anak atau keluarga yang
memberikan izin, agar tetap ikut serta bertanggungjawab kepada
54
Ibid., Cipete, 6 Juni 2010
55
Lansia tersebut. Walaupun pada hakekatnya sebagian kewajibannya
sudah diberikan kepada STW, namun pihak anak atau keluarga yang
mengizinkan masih tetap mempunyai tanggungjawab terutama untuk
tetap memberikan kasih sayang dan perhatian pada lansia. Karena
mereka masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari anak dan
keluarga yang tentunya rasa kasih sayang dan perhatian yang diberikan
dari anak atau keluarga yang dirasakan oleh Lansia berbeda dengan
yang diberikan oleh pihak STW.
3) Memberikan pelayanan bimbingan kelompok atau semacam mentoring
kelompok. Di dalam program itu mereka bisa mengutarakan
ketidaknyamanan dalam program tersebut. 56
Sebenarnya dari ketiga poin di atas, kunci dari rasa nyaman dalah mereka
sendiri. Ibaratnya seperti air yang dimasukkan ke dalam teko. Dalam hal ini STW
adalah teko sedangkan Lansia adalah air. jadi para lansia yang harus bisa
beradaptasi dengan STW. 57
Untuk kasus Pak Tatong, sebelum beliau membutuhkan proses yang
panjang untuk benar-benar memutuskan untuk tinggal di STW. Kurang lebih
sekitar setengah tahun. Karena keluarga masih merasa keberatan. Namun dengan
56
Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010
57
33
melihat kondisi Pak Tatong ingin sekali masuk ke STW, akhirnya keluarga
menyatakan tidak keberatan untuk menyatakan kesediaannya untuk memasukkan
orang tua ke STW. 58
Salah satu motivasi dari Pak Tatong untuk masuk ke STW adalah karena
salah satu dari fase kehidupan beliau adalah ada fase berduka yang sangat
mendalam. Yakni fase setelah terjadinya stroke berat yang membuat pembuluh
darah di otaknya pecah dan membuat tubuhnya tak mampu untuk bergerak
banyak dan banyak ingatannya yang hilang karenanya. Kejadian tersebut yang
membuat dia depresi melihat kenyataan yang ada, keadaan yang sangat berbeda
dengan keadaan ketika sebelum sakit. Sebelum sakit beliau merupakan seorang
yang gagah, tampan dan mempunyai jabatan yang tinggi, sedangkan ketika dia
sakit dia tak mampu lagi seperti dahulu. Akhirnya beliau pun merasa menjadi
beban keluarga. Ketika beliau masuk ke STW ada sebuah pengakuan sosial yang
ingin beliau dapatkan, yakni dia bisa mandiri tanpa membebani orang lain. 59
Pak Tatong masuk ke dalam STW masih berstatus menikah dengan ibu
Rasmuti. Istri juga kurang setuju dengan keputusan Pak Tatong yang
menginginkan untuk tinggal di STW, beliau tidak ikut masuk ke STW karena
menghargai pendapat dari anaknya atau mengabulkan permintaan dari
58
Ibid.,Cibubur, 14 Juni 2010
59
anaknya yang dinyatakan ketika menyatakan ketidak beratannya untuk
memasukkan Pak Tatong ke STW. Sebenarnya Ibu Rasmuti sangat perhatian
dengan suaminya. Namun hal itu dianggap sebagai pembatasan-pembatasan oleh
suaminya. Walaupun seperti itu dan mereka berdua berbeda tempat tinggal, ibu
masih tetap memberikan perhatiannya kepada suami. Terutama setelah
mendapatkan nasehat dari pihak STW. Misalnya, Ibu sering berkunjung ke STW
minimal seminggu tiga kali yakni Jum’at, Sabtu dan Minggu. 60
Biasanya orang yang masih mempunyai keluarga dan STW hanya sebagai
sebuah pilihan, tidak akan bertahan lama. Hal ini sudah terbukti ke beberapa
pasien di STW Ria pembangunan. 61
Menurut suster Suciati yang bekerja di poloklinik STW, kesehatan Pak
Tatong setelah masuk ke STW semakin membaik. Sakit yang biasa diderita oleh
pak tatong tinggal penyakit-penyakit ringan saja. Seperti, diare, flu dan lain
sebagainya yang masih tergolong dengan penyakit ringan. Walaupun ketika
Lansia terkena suatu penyakit ringan saja tidak bisa dianggap ringan. Karena
melihat kondisi fungsi tubuh yang semakin menurun.62
2. Kondisi keluarga Ibu Tejo
60
Ibid. Cibubur, 14 Juni 2010
61
Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010
62
35
A. Pengertian Dan Cara Penentuan Baik Dan Buruk
Menurut kamus bahasa Indonesia Baik mempunyai arti ”elok, patut,
teratur, apik, rapi tidak ada celanya dan sebagainya63. Sedangkan buruk
mempunyai arti ”rusak atau busuk karena sudah lama/jahat, tidak
menyenangkan”64
Standar penentuan baik dan buruk menurut Ahlus-sunnah wal-jamâ‟ah
adalah sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Jika Al-Qur’an mengatakan bahwa
suatu perbuatan itu buruk, maka perbuatan itu adalah buruk. Misalnya, di dalam
Al-Qur’an meyatakan bahwa zina itu adalah perbuatan buruk, karena Al-Qur’an
menyatakan bahwa zina itu perbuatan keji65.
اَ
ًيِسََء سَ ًَشِح فَ َ ِإَ ِز اَا ْت
َُ
أ سأا
/
٧١
:
٤
َ
Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. QS. Al -Isra’/17: 4
Selain Al-Qur’an, sunnah pun juga menjadi pedoman untuk menentukan
baik dan buruk. Sunnah dari Nabi Muhammad Saw, karena sebagaimana
63
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 90
64
Ibid., h. 180
65 Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an,
36
disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi memiliki budi pekerti yang sangat
baik. Maka pantaslah beliau dijadikan sebagai contoh dan acuan sebagai
penentuan sikap baik buruk, melalui sunnah-sunnahnya atau hadits-haditsnya.
يِظعَقُخَى ع َ ِإَ
َُا
/
٨٦
َ:
٤٦
ََ
Artinya: ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al-Qalam/68: 48
Karena sesungguhnya Nabi diutus untuk mengajar dan mendidik
masyarakat untuk berperilaku yang baik dan membentuk seseorang memiliki
kepribadian Islam.66
Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber hukum yang pertama umat
muslim, akan tetapi jika di dalam keduanya tidak ada maka boleh melakukan
ijtihad seperti yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal ketika diutus ke Yaman.
Nabi berkata kepada Mu’adz: dengan apakah kamu memutuskan?
Muadz menjawab: dengan kitab Allah
Nabi berkata: jika kamu tidak mendapatkan?
Muadz menjawab: dengan sunnah Rasulullah
Nabi berkata: bila kamu tidak menemukan?
Muadz menjawab: aku berijtihad dengan pendapatku sedang aku tidak
mengabaikan usaha.
66
Nabi berkata: segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi
pertolongan utusan Rasul-Nya kepada apa yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya.67
Hadits ini dikuatkan oleh Ibn Abdil Darr, Ibnu Taymiyah ibnu al-Qayyim,
Adz-Dzahabi ibnu Katsir dll. Menurut Imam Syaukani hadits ini hasan yang
memiliki beberapa jalan hadits sehingga derajat hadits ini menjadi hadits yang
diterima.68 Jadi kalau demikian sumber hukum dibagi menjadi dua:
1. Wahyu, seprti dalam Al-quran dan Hadits
2. Akal dalam bentuk fiqih-fiqih, fiqih yang diformalkan (seperti,
undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain), dan yurisprudensi.
B. Pengertian Dan Tujuan Hukum Islam Serta Metode Hukumnya
Kata hukum Islam terdiri dari suku kata yakni hukum dan Islam. Hukum
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ”peraturan atau adat yang secara
resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah”.69
Islam adalah ”agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman
pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt”.70
Jadi yang dimaksud dengan hukum Islam adalah peraturan yang secara resmi
mengikat para pemeluk agama Islam yang berpedoman pada peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-quran
dan hadits. Allah SWT merupakan penguasa tertinggi dalam Islam dan umat
67
Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad kontemporer. Penerjemah A. Syathori. (Jakarta: Bulan bintang, 1987), h.100
68 Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad
kontemporer. Penerjemah A. Syathori, h.100
69
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.410
70
38
Islam tentunya. Ada beberapa orang yang memakai istilah hukum Islam dengan
nama fiqih, yang berarti pemahaman.
Sumber-sumber hukum Islam di antaranya:
1. Al-Kitab/ Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Saw. Dalam
bahasa Arab, riwayatnya mutawatir.71
Ada empat prinsip dasar yang umum dalam memahami makna Al-Qur’an:
a. Al-Qur’an merupakan keseluruhan syari’at dan sendinya yang
fundamental.
b. Sebagian besar ayat-ayat hukum turun karena ada sebab yang
menghendaki penjelasannya. Oleh karena itu setiap orang yang ingin
mengetahui isi Al-Qur’an secara tepat perlu mengetahui sebab-sebab
turunnya ayat.
c. Setiap berita kejadian masa lalu yang diungkapkan Al-Qur’an, jika
terjadi penolakannya baik sebelum atau sesuadahnya, maka penolakan
tersebut menunjukkan secara pasti bahwa isi berita itu sudah
dibatalkan.
d. Kebanyakan hukum-hukum yang diberitahukan oleh Al-Qur’an
bersifat kully (pokok yang berdaya cukup luas) tidak rinci (disebutkan
setiap peristiwa, objektif) seperti yang terungkap dalam penelitian.
71
Oleh karena itu diperlukan penjelasan dari sunnah Rasul kerena
memang kebanyakan sunnah merupakan penjelas bagi Al-qur’an.72
2. As-sunnah/Al-Hadis
As-sunnah ialah semua perkataan, perbuatan dan pengakuan Rasulullah Saw
yang berposisi sebagai petunjuk tasyri’.73
Sudah terjadi kesepakatan di kalangan kaum muslimin bahwa sunnah Rasul
merupakan undang-undang dan pedoman hidup umat kedua yang harus
diikuti, asal sanadnya yang shahih, sehingga memberikan keyakinan yang
pasti (mutawatir) atau dugaan yang kuat (ahad) bahwa memang benar dating
dari Rasulullah. Kedudukan sunnah menurut urutan dalil syara’ berada pada
posisi kedua setelah Al-Qur’an.74
....
َ
ُ َ َ َ ُ فَُ س اَ ُ تاَ
َ
َا ت ف
َ....
ُ
شحا
٧
:
٩٥
ََ
Artinya: “…Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka terimalah dan apa
yang dilarangnya maka hindarilah…” ( QS. Al-Hasyr:7)
3. Al-Ijma’
Menurut bahasa Ijma’ mempunyai pengertian, intifaq (kesepakatan) dan
„azam (cita-cita, hasrat) dan tamin. Sedangkan menurut syara’ (dalam
pandangan jumhur) adalah kesepakatan seluruh mujtahid kaum muslimin
72
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h.14-19
73
Ibid., h. 20
74
40
disesuaikan masa setelah wafat Nabi saw tentang suatu hukum syara’ yang
amali.75
Menurut jumhur ulama, ijma’ hanya terwujud apabila dipenuhi
persyaratan/unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Bersepakatnya para mujtahid. Kesepakatan bukan mujtahid (orang awam)
tidak diakui sebagai ijma’. Demikian juga, kesepakatan ulama yang belum
mencapai martabat ijtihad fiqhy, sekalipun mereka tergolong ulama besar
dalam disiplin ilmu lain, karena mereka ini tidak mampu mengadakan
mazhar dan istidlal tentang urusan penetapan hukum tentang urusan
penetapan hukum syara’.
b. Bahwa semua mujtahid tersebut bersepakat, tak seorangpun yang
berpendapat lain. Kalau satu orang saja yang berpendapat lain, maka ijma’
tidak tersimpul.
Karena itu tak diakui sebagai ijma’, kesepakatan:
1) Suara terbanyak,
2) Kesepakatan mujtahid dua tanah haram dari golongan salaf,
3) Kesepakatan ulama salaf kota madinah saja,
4) Kesepakatan ulama salaf yang mujtahid dari dua kota bashrah dan
kufah atau salah satunya saja,
5) Kesepakatan ahli bait Nabi saja,
75
6) Kesepakatan khulafaurrasyidin saja,
7) Kesepakatan dua orang syekh: Abu Bakar dan umar karena adanya
pendapat lain dari mujtahid lain, membuat kesepakatan mereka itu
tidak qath’y (diyakini) keabsahan dan kebenarannya.76
c. Bahwa kesepakatan itu, di antara mujtahid yang ada ketika masalah yang
diperbincangkan itu dikemukakan dan dibahas, tidak mesti disepakati
pula oleh mujatahid generasi berikutnya, karena jika demikian maka ijma’
tidak mungkin terjadi sampai hari kiamat.
d. Bahwa kesepakatan mujtahid itu, terjadi setelah Nabi Saw wafat. Jika
dikala Nabi masih hidup para sahabat bersepakat tentang suatu masalah
hukum, maka tidak termasuk ijma’ syar’I melainkan merupakan
pengakuan Rasul (sunnah Taqririyah).
e. Bahwa kesepakatan mujtahid itu harus masing-masing mujtahid memulai
penyampaian pendapatnya dengan jelas pada satu waktu, baik
penyampaian pendapat itu secara orang perorang tanpa berkumpul
bersama kemudian semuanya dikumpulkan dan ternyata sama, maupun
masing-masing mereka mengeluarkan pendapatnya diruangan yang sama
dalam satu mu’tamar yang berakhir dengan kebulatan pendapat dimana
masing-masingnya menyatakan pemufakatan dan persetujuan.
76
42
f. Bahwa kesepakatan mujtahid itu dalam pendapat yang bulat yang
sempurna dalam pleno lengkap, ataupun masing-masing berkelompok
dengan pendapat masing-masing, maka mereka pun berijma’ dalam satu
pendapat secara hukum karena tak ada pendapat.77
4. Madzab (pendapat) sahabat
Menurut ulama ushul, sahabat mempunyai pengertian mereka yang bertemu
dengan Nabi saw dan beriman kepadanya serta senantiasa bersama Nabi
selama masa yang lama, seperti khulafaurrasyidin, ummahatul mu‟minin, Ibnu
Mas’ud, Ibn Abbas, Ibn Umar. Pengertian ini tidak sejalan dengan pengertian
yang diberikan dari para ulama hadis. Sahabat menurut para ulama hadis
adalah mereka yang bertemu dengan Nabi saw dan iman dengan dia samapai
mati. Jadi tidak mesti bersama beliau untuk waktu yang lama.78
Bentuk-bentuk pendapat tentang kehujjahannya adalah sebagai berikut:
a. Bahwa fatwa sahabat tidak diakui sebagai hujjah terhadap sahabat lain,
karena persamaan kedudukan dan kebersamaannya bersama Nabi itu
sama; masing-masing mereka tidak memandang bahwa fatwanya menjadi
hujjah bagi yang lain.
b. Bahwa fatwa sahabat tentang masalah yang tak boleh diijtihadkan, adalah
sama dengan hukum sunnah marfu‟ kepada Nabi saw. Oleh karena itu,
hukumnya diambil dalam berhujjah dan beristidlal.
77
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 43-44
78
c. Bahwa fatwa sahabat diterbitkan berdasar pemikiran dan ijtihad melalui
riwayat yang masyhur dan tidak diingkari seorangpun.
d. Bahwa sahabat yang diterbitkan dari pemikiran dan ijtihad melalui riwayat
tidak masyhur karena keadaannya tidak termasuk kategori yang ‟umum
balwa dan kejadiannya tidak berulang, maka para ulama berbeda pendapat
tentang kehujjahannya.79
5. Syari’at umat terdahulu
Syari’at umat terdahulu sering sekali diceritakan di dalam Al-Qur’an dan As
-sunnah kepada umat Islam.80 Bentuk cerita tersebut dibedakan dalam tiga
bentuk yang masing-masingnya mempunyai konsekuensi yang berbeda bagi
umat Islam, yaitu:
a. Disertai dengan petunjuk tentang sudah dinasakhkannya dalam
syari’at Islam
b. Disertai dengan petunjuk tetap diakuinya dan lestarinya dalam syari’at
Islam.
c. Tidak disertai petunjuk tentang nasakh atau lestarinya.81
6. „Urf/adat
„Urf ialah apa yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selalu
diikuti, baik „Urf perkataan maupun „Urf perbuatan. „Urf dan adat dalam
79
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 64-65
80
Ibid., h. 69
81
44
pandangan ahli syari’at adalah dua kata yang sinonim (taraduf) berarti sama.
Contoh „Urf perkataan ialah kebiasaan orang menggunakan kata-kata “anak”
(walad) untuk anak laki-laki bukan untuk anak perempuan.82
Jumhur Fuqaha berhujjah dengan „urf. Tetapi yang sangat terkenal adalah
Malikiyah dan Hanafiyah. Disebutkan bahwa Imam Syafi’i pun berpegang
pada ’urf dalam membina sebagian hukum madzabnya yang baru menuntut ’urf orang Mesir dan sebelumnya ia membina madzhabnya yang qadim
menurut ’urf orang Irak. Sehingga Al-Qarafy mengatakan bahwa ’Urf itu
sama-sama dipegang oleh seluruh madzhab dan siapa yang meneliti madzhab
niscayalah ia menemui ketegasan mereka terhadap ’urf itu.83
7. Qiyas
Metode pertama yang dipegang seorang mujtahid untuk mengistinbathkan
hukum yang tidak diterangkan nash, sebagai metode yang terkuat dan paling
jelas.84
Qiyas menurut bahasa adalah mempersamakan, sedangkan menurut istilah
ulama ushul, qiyas adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak
ditentukan hukumnya oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentukan
oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan
oleh nash.85
82
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 77
83
Ibid., h. 80
84
Ibid., h. 82
85
8. Istihsan
Istishan berasal dari bahasa Arab yang berarti “menjadikan/menganggap baik”
atau “mengikuti sesuatu yang baik secara hissy (lahir) dan ma’nawy”.86
Sedangkan para ulama ushul memberikan pengertian di antaranya:
a. Dari golongan madzab Hanafiyah memberikan definisi dengan,
“berpindah dari suatu hasil qiyas kepada qiyas yang lebih kuat,
menkhsiskan qiyas dengan dalil yang lebih kuat daripadanya”.
b. Dari golongan Malikiyah memberikan definisi dengan, “ mendahulukan
ditinggalkannya tuntutan dalil, menurut jalan pengecualian (istisna) dan
keringanan karena bertentangannya di dalam sebagian yang dituntutnya”.
c. Dari golongan Hanabilah mendefinisikan dengan, ”memindahkan
ketentuan hukum suatu masalah dari bandingannya, karena dalil syara’
yang khas”.87
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan dengan, ”berpindah dari
suatu ketentuan hukum yang menjadi konsekuensi dari suatu dalil syara’
terhadap sesuatu peristiwa hukum, kepada ketentuan hukum lain terhadapnya,
karena adanya dalil syara’ yang juga menuntut perpindahan tersebut, yang
disebut sebagai sanad istihsan”. Maka sebanarnya istishan itu adalah
mentarjihkan/mengunggulkan suatu dalil dari dalil yang menentangnya
86
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 127
87
46
disebabkan adanya murajjih/faktor yang mengunggulkan yang diakui
(mu’tabar-respectable).88
Istishan merupakan metode ijtihad dengan rasio (ijtihad birra‟yi). Contoh,
apabila ia menghadapi suatu peristiwa hukum yang ketentuan hukumnya
dituntut oleh keumuman nash atau oleh qiyas yang zahir atau oleh penerapan
hukum kully sedang menurut pandangan mujtahid jelas bahwa peristiwa
tersebut mempunyai wadah dan persesuain khusus yang bila diterapkan nash
umum atau bila diikuti qiyas zhahir berakibat hilangnya maslahat atau
timbulnya mafsadah, maka hukum terhadap peristiwa hukum tersebut
dipindahkan kepada ketentuan hukum lain yang dituntut pentakhsisannya dari
ketentuan umum atau pengecualian dari hukum kully ataupun dituntut oleh
qiyas khafy (tersembunyi). 89
9. Istishlah
Istishlah menurut bahasa arab berarti, “mencari mashlahat”. Sedangkan
menurut istilah adalah, “menetapkan hukum suatu peristiwa hukum yang tidak
disebutkan nash, ijma’, berlandaskan pada pemeliharaan maslahat mursalah,
yaitu maslahat yang tak ada dalil dalam syara’ yang menunjukkan diakuinya
atau ditolaknya”. 90
88
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 131
89
Ibid., h.125
90
Ruang lingkup penerapan maslahat mursalah adalah terbatas pada masalah
muamalah saja. Karena kemaslahatan dalam bidang inilah yang mungkin
ditemukan dan diketahui.91
Hakekat diturunkan syari’at adalah untuk kemaslahatan, artinya apabila ada
hukum yang menentang kemaslahatan maka harus disingkirkan. Ijtihad adalah
metode istinbat yakni ”usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli
agama untuk mencapai suatu putusan simpulan hukum syarak mengenai
kasus yang penyelesainnya belum tertera di Al-quran dan sunnah, pendapat
tafsiran”.92
Ijtihad mempunyai beberapa metode di antaranya adalah maslahah mursalah.
Yakni ”dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang dipandang baik oleh
akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan
kerusakan bagi manusia, sejalan dengan tujuan sya ra’ dalam menetapkan
hukum, tidak ada petunjuk syara’ secara khusus menolaknya juga tidak ada
petunjuk syara’ yang mengakuinya”.93
Dalam pengambilan hukum melalui maslahah mursalah ini ada beberapa
persyaratan kemaslahatan yang ingin diambil:
91
Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 155
92
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 418
93
48
a. Adanya maslahah yang benar-benar ada dan bukan yang masih
samar-samar.
b. Adanya kemaslahatan umum bukan kemaslahatan individual
c. Sesungguhnya tidak memperbarui undang-undang untuk kemaslahatan
hukum ini atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh nash atau
ijma’.94
Macam-macam maslahah mursalah menurut Amir Syarifuddin, dilihat dari