• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak mengizinkan orang tua lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha: studi analisis perspektif hukum islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Anak mengizinkan orang tua lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha: studi analisis perspektif hukum islam"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh :

FAATHIMAH UMMU ABDILLAH 105044101405

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

(2)

ANAK MENGIZINKAN ORANGTUA LANJUT USIA UNTUK TINGGAL DI SASANA TRESNA WERDHA

(Studi Analisis Perspektif Hukum Islam)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah Dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh:

Faathimah Ummu Abdillah 105044101405

Pembimbing

Drs. A. Basiq Djalil, S.H., M.A NIP. 1955 0505 1982031012

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau

merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Juli 2010

(4)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Orang tua merupakan orang yang paling besar pengorbanannya bagi

anak-anaknya dan yang paling tulus pemberiannya. Maha Kasih Allah yang memberi

rasa kasih sayang kepada para orang tua untuk anak-anaknya, karena dengan

itulah para orang tua dapat menyayangi dan mendidik anak-anaknya dari

semenjak di kandungan sampai mereka tumbuh dewasa. Misalnya, ketika seorang

anak masih di dalam kandungan, ibunya rela menanggung sakit yang semakin

bertambah-tambah. Sehingga ’Atha’ Al-Khurasany menafsirkan surat Luqman

ayat 14 yang menggambarkan keadaan seorang ibu yang sedang hamil dengan

kata dha’fan ’ala dha’fin yakni lemah bertambah lemah.1 Dan ketika mereka sudah berumahtangga, mereka menitipkan anak-anak mereka kepada orang tua

mereka karena mereka telah sibuk bekerja.

Selain itu, wujud kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah memberi

pendidikan, sandang, pangan dan tempat tinggal yang terbaik sesuai dengan

kemampuan masing-masing orang tua. Tentunya mereka tidak bermalas-malasan

untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tak jarang mereka harus

pergi ketika matahari mulai terbit dan pulang ketika hari telah gelap agar bisa

memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tak jarang pula mereka rela melanjutkannya

1 Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-Quran Al-‘Azîm

(5)

dengan begadang semalam suntuk untuk menemani anaknya yang sedang sakit

atau terbangun ketika malam hari hanya sekedar mengganti popok sang anak.

Mereka pun tak bosan-bosannya menasehati suatu kebaikan kepada

anak-anaknya, walaupun sering anak-anaknya tidak mau mendengarkan dan melakukan

nasehat-nasehatnya.

Tak semua anak mendapat orang tua yang ideal seperti yang mereka

inginkan. Namun setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk

anak-anaknya dengan cara mereka sendiri, yang tentunya dalam hal ini dipengaruhi

dengan ilmu atau pengalaman hidup mereka sebelumnya. Misalnya dalam film

Garuda di Dadaku, di sana dikisahkan bahwa ada seorang kakek yang meminta

kepada anaknya agar cucunya tidak bermain sepak bola. Hal ini kakek lakukan

karena tak ingin masa depan cucunya suram seperti menantunya yang merupakan

ayah dari cucunya.2 Atau dalam novel Ketika Cinta Bertasbih Episode 2 yang

termasuk di dalamnya mengisahkan seorang anak yang bernama Zumrah. Orang

tuanya sengaja meminta budenya bibi untuk mengasuh Zumrah, karena pada

waktu itu orang tuanya sangat kerepotan mengasuh ketiga adiknya yang masih

kecil-kecil dan karena kondisi ekonomi yang sedang sulit. Sementara budenya

hanya punya satu anak saja.3

2

Ifa Irfansyah, Garuda di Dadaku, (Jakarta: SBO Films & Mizan Productions 2009).

3

(6)

3

Begitu besar jasa orang tua kepada anak-anaknya, maka tidak heran jika

berbakti kepada orang tua merupakan suatu kewajiban bagi setiap anak. Bahkan

dalam tafsir Al-Mishbah surat Luqman ayat ke 14, kewajiban berbakti kepada

kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah

swt.4. Dalam tafsir Al-Qur’an Al-Adhim surat Al-isra’ ayat 23 pun menjelaskan

bahwa seorang anak tidak boleh melakukan perbuatan dan berbicara yang buruk

terhadap orang tuanya.5 Dan di dalam Syarh Shahih Muslim pada hadits ke 6452,

dalam hadits tersebut mengkisahkan seorang anak yang bernama Juraij Ra.

dengan ibunya. Dalam syarah hadits tersebut dijelaskan keagungan berbuat baik

kepada orang tua dengan mengokohkan hak ibunya dan sesungguhnya do’a ibu

adalah do’a yang terjawab oleh Allah.6

Usaha-usaha seorang anak untuk merawat berbakti kepada orang tuanya

dapat dengan banyak cara, misalnya memenuhi hak-hak kedua orang tuanya7 :

1. Mentaati keduanya selain untuk bermaksiat kepada Allah

2. Berbuat baik

3. Tawadhu’

4. Berkata halus

5. Memberi makan

4

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Juz 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), h. 128.

5Sâmiy Ibnu Mahmud Ibnu „Abdurrahman Ibnu Salamah, Tafsir Al-quran Al-‘Azîm

Addamsyîqi. Juz 5, (Riyâdh: Daar Thayyibah Li Nasyar wattawzî’, 2007), h. 64.

6

Khalil Ma’mun Syeh, Shahih Muslim Bisyarh Al-imam Muhiddin An-nawawi Jilid 8, (Baerut: Dâr Al-Ma’rifah, 2007), h. 323.

7„Abdul „Aziz Ibnu Fathy As

(7)

6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan sebagainya

7. Memberi harta ketika mereka meminta

8. Jangan bermuka buruk atau semisalnya kepada keduanya

9. Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak

10.Lebih mengutamakan ibu dari pada bapak

Sedangkan untuk berbakti kepada orang tua yang telah lanjut usia dapat

ditambahkan dengan:

1. Merawat sendiri kedua orang tua di rumahnya.

2. Menyewa suster untuk merawat kedua orang tua dirumahnya.

3. Memasukkan ke Sasana Tresna Werdha. Hal ini biasa terjadi di

Negara-negara barat8 dan beberapa daerah di Indonesia juga mulai ada peningkatan

jumlah penghuni Sasana Tresna Werdha.9 Walaupun di Indonesia sendiri

masih banyak yang menganggap buruk memasukkan orang tua ke Sasana

Tresna Werdha.10 Tapi tentu saja mereka mempunyai alasan-alasan tersendiri

yang belum tentu itu buruk, di antaranya karena:

a. Kesibukan mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga

mereka sehingga tidak punya waktu untuk merawat orang tuanya,

sehingga mereka berfikir apabila tetap di rumah orang tuanya akan

terlantar maka lebih baik dimasukkan ke Sasana Tresna Werdha.

8 Mutia Mutmainah, Keajaiban Do’a & Ridho Ibu, (Jakarta: Wahyu Media, 2008), h. 49.

9 Penghuni Sasana Tresna Werdha meningkat”, artikel diakses pada tanggal 19 Januri 2010

dari http://www.antara.co.id/view/?i=1216752275&c=NAS&s=

10 Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,

Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari

(8)

5

b. Ingin membahagiakan kedua orang tua mereka dengan memasukkan ke

Sasana Tresna Werdha. Karena di sana banyak kegiatan-kegiatan yang

dikhususkan untuk orang-orang tua lanjut usia.11

c. Dengan memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha, maka para

orang tua yang telah lanjut usia dapat bertemu dengan teman-teman

seusianya.12

Islam adalah agama yang syumul13 yang mengatur tentang segala hal.

Salah satunya adalah berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelum ini. Namun dalam hal hukum merawat orang tua yang lanjut

usia dengan mangizinkan orang tua untuk ke Sasana Tresna Werdha masih

memerlukan analisa yang mendalam lagi. Karena itu, penulis ingin membahas

lebih dalam tentang “Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke

Sasana Tresna Werdha (Studi Analisis Prespektif Hukum Islam)”. B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memasukkan orang

tuanya ke Sasana Tresna Werdha. Namun penulis akan lebih mendalam

menjelaskan hukum anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha

11

B. Hurlock Elizabeth, Psikologi Perkembangan,edisi ke-5, Jakarta: Erlangga, 1980 , h. 57

12. Azka, “Bagaimana pendapat anda tentang menaruh ORTU di Sasana Tresna Werdha...?”,

Artikel diakses pada tanggal 19 Januari 2010 dari

http://forum.detik.com/showthread.php?t=84418&page=7

(9)

menurut hukum Islam, karena anak tersebut sibuk untuk mengurusi

keluarganya sendiri, yakni keluarga barunya.

2. Perumusan Masalah

Ajaran Islam memerintahkan kepada umatnya untuk berbakti kepada

orang tua. Terutama ketika mereka sudah lanjut usia. Kenyataannya, pada

zaman sekarang merawat orang tua yang telah lanjut usia tidak hanya bisa dari

tangan seorang anak saja, mereka juga bisa menyewa suster untuk merawat di

rumahnya dan ada juga yang memasukkan orang tuanya yang telah lanjut

tersebut ke Sasana Tresna Werdha dengan maksud agar orang tuanya tidak

terlantar. Namun cara merawat yang terakhir, banyak masyarakat Indonesia

masih merasa kurang pantas.

Rumusan tersebut di atas penulis merinci dengan beberapa pertanyaan

sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi keluarga anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal

di Sasana Tresna Werdha?

b. Bagaimana kondisi orang tua yang diizinkan anaknya untuk tinggal di

Sasana Tresna Werdha?

c. Bagaimana peran Sasana Tresna Werdha dalam merawat orang tua?

d. Bagaimana hukum Islam menghukumi seorang anak yang mengizinkan

orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(10)

7

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Syari’ah (S.Sy)

2. Untuk mengetahui kondisi keluarga yang memberikan izin salah satu orangtua

yang telah lanjut usia untuk tinggal di sasana tresna werdha.

3. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap seorang anak yang

mengizinkan orangtuanya tinggal di Sasana Tresna Werdha.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat terhadap kepentingan dunia akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan informasi sebagai acuan

dan berguna untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal hukum anak

mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha.

2. Manfaat terhadap dunia praktisi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat disumbangkan untuk seluruh

muslim di dunia sebagai rujukan dan pertimbangan ketika akan mengizinkan

kedua orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha.

D. Review Studi Terdahulu

Skripsi yang berjudul Konsep berbakti kepada orang tua menurut ajaran

Islam kajian tafsir surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra Ayat 23-24 yang

ditulis oleh Sumyatih. Jurusan Pendidikian Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan tahun 2002. Dalam skripsi tersebut membahas tentang perintah

Allah SWT terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah berbuat baik,

(11)

membutuhkan suatu penafsiran. Dalam hal ini beliau mengambil empat ayat dari

Al-Qur’an yaitu surat Luqman ayat 14-15 dan surat Al-Isra’ ayat 23-24.

E. Metode Penelitian dan Penulisan

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan

menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu

metode yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan di

lapangan. Sedangkan yang dimaksud penelitian dengan menggunakan

pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku

yang diamati.

Penelitian ini terdiri dari penelitian hukum Islam penelitian hukum

kepustakaan dan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau sekunder belaka.

Dalam hal ini data sekunder diperoleh melalui bahan pustaka atau

biasa disebut book research yang sifatnya relevan dengan skripsi ini. Buku

atau bacaan buku ini dapat berupa literatur, majalah, buletin, dan buku-buku

ilmiah lainnya yang berhubungan dengan hukum memasukkan orang tua ke

Sasana Tresna Werdha. Sedangkan data primernya diperoleh dari hasil

wawancara dengan pengurus Sasana Tresna Werdha, anak yang akan

mengizinkan orang tuanya untuk tinggal di Sasana Tresna Werdha dan orang

(12)

9

2. Alat Pengumpul Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat

pengumpul data sebagai berikut:

a. Bahan Hukum, terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu

bahan-bahan hukum yang mengikat. Sedangkan bahan-bahan hukum sekundernya

adalah dari buku-buku ilmiah lain yang mendukung dan memperjelas

bahan hukum primer.

b. Wawancara, yaitu tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadapan

secara fisik. Yang satu dapat melihat muka dan mendengarkan yang lain

dengan telinga sendiri suaranya.

3. Alat Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah, dianalisa dan

diinterpretasikan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan.

Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara

dilakukan dengan cara: pertama, mengedit editing data, yaitu memeriksa

data yang terkumpul apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan

dalam wawancara sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkan. Jawaban yang

dianggap lengkap dan belum atau tidak menjawab dipisahkan, kedua,

mengklasifikasikan data yaitu mengelompokkan data berdasarkan

(13)

4. Analisa Data

Setelah pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menganalisa dan

menginterpretasikan data. Analisa data dilakukan dengan cara

mendeskripsikan data-data tersebut secara jelas dan menganilisis isinya.

Kemudian menginterpretasikan menggunakan bahasa penulis sendiri. Dengan

demikian akan nampak jelas rincian jawaban atas pokok permaslahan yang

diteliti.

Sebagai pedoman dalam penulisan karya tulis ini, penulis merujuk

kepada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi” Fakultas Syari’ah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Jakarta Press, 2007.

F. Sistematika Penulisan

Bab pertama tentang, pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian, pedoman penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang, landasan teoritis tentang keluarga, anak dan orang tua, mulai dari pengertian dan kewajiban antar keluarga. Kemudian landasan

teoritis tentang Sasana Tresna Werdha mulai dari pengertian, prinsip, tujuan,

landasan, fungsi dan perannya dalam merawat orang tua. Karakteristik Usia lanjut

berdasarkan usia atau ciri keadaan yang terjadi ketika masuk masa lanjut usia.

[image:13.612.110.534.190.507.2]
(14)

11

[image:14.612.112.530.292.546.2]

Tresna Werdha dan orang tua yang tinggal di Sasana Tresna Werdha. Dan

gambaran kondisi Sasana Tresna Werdha yang ditempati.

Bab keempat tantang, Pengertian dan cara penentuan baik dan buruk, pengertian hukum Islam, teori maslahah mursalah, kaidah Addararu yuzâl dan

tingkatan kemaslahatan berdasarkan kebutuhannya, pembahasan hukum anak

mengizinkan orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha, analisa dampak positif

dan negatif yang terjadi apabila orang tua tinggal di Sasana Tresna Werdha,

analisa kondisi keluarga dengan memakai maslahah mursalah, kaidah Addararu

yuzâl, teori pemenuhan hak dan kewajiban sesama.tentang kedudukan hukum

anak memasukkan orang tua ke Sasana Tresna Werdha. Dan analisa terhadap

hukum anak memasukkan orang tuanya ke Sasana Tresna Werdha.

(15)

12

A. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan satuan kekerabatan yang paling mendasar di

masyarakat. Maksudnya, masyarakat itu terdiri dari kumpulan keluarga dan tidak

akan ada sebuah masyarakat tanpa keluarga. Karena masyarakat itu terdiri dari

orang-orang tua, remaja dan anak-anak yang semua itu berasal dari sebuah

keluarga. Sehingga keluarga juga bisa didefinisikan sebagai ibu, bapak dan

anak-anak14.

Sedangkan yang dimaksud dengan bapak adalah orang tua laki-laki atau

orang yang dipandang sebagai orang tua atau orang yang dihormati15; ibu

merupakan sebutan seorang perempuan yang telah melahirkan kita atau wanita

yang sudah bersuami dan anak adalah keturunan kedua setelah orang tua16. Jadi

walaupun bapak, ibu dan anak kadang hanya merupakan sebuah panggilan tanda

penghormatan, tapi tetaplah mereka semua berasal dari sebuah keluarga.

B. Kewajiban Anggota Keluarga

Kewajiban adalah pembatasan atau beban yang timbul karena hubungan

dengan sesama atau dengan negara17. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan, Balai Pustaka, 2007 , Edisi Ketiga, h.721

15

Ibid., h. 106

16

Ibid., h. 416

17 Muhammad Amin Effendi, “Memahami Hak Dan Kewajiban”, Artikel Diakses Pada

(16)

13

lain, maka pada saat itulah ada sebuah beban antara orang yang satu dan orang

yang lainnya, dengan kata lain kewajiban bisa membebani seseorang kapan saja

dan di mana saja ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Misalnya

setelah seorang pembeli sudah membayar dengan harga yang telah disepakati

dengan penjual, maka ada kewajiban bagi penjual untuk menyerahkan barang

yang telah dibeli tersebut.

Dalam kehidupan berkeluarga pun juga seperti itu. Masing-masing

anggota keluarga mempunyai kewajiban masing-masing, karena di dalam

keluarga pasti terjadi interaksi antar anggota keluarga.

Di antara kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah:

1. Mentaati keduanya selama tidak bermaksiat kepada Allah.

ِشتَ ْ أَ ى عَ ا جَ ْ ِإ

َ

َ َ يِ

َ فَ ِْعَ َِِ َ سي

َ َ عِطت

اَىِفَ ِحصَ َ ِحص

َ يِسَ ِتاَ َ ًف ع َ ي

َ

ُثَيي ِإَ أ

َي ِإَ

ُ عتَ ت ُ َ َِ ُ ُِ ُأفَ ُ عِج

َُ

/

١٧

:

٧٤

ََ

Artinya: ”Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. Q.S Luqman/31:14

2. Berbakti dan merendahkan diri terhadap orang tua.

(17)

يِ

َ.

اَح جَ َضفخا

ُقَ َِ ح اَ َِِ

َ

َ َ ح اَِ

ا يِغصَىِ ي

َُ

أ سإا

/

٧١

:

٢١

-٢٤

ََ

Artinya: “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". QS. Al-Isra’/17:23-24

3. Tawadhu’

4. Berkata halus.

5. Menyediakan makan

6. Meminta izin ketika akan pergi untuk jihad dan pergi untuk urusan lainnya

7. Memberi harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan.

َ ِ ِا َِ ُ َ َت ا

ََ

Artinya: ”Kamu dan hartamu milik ayahmu”. Ahmad dawud. shahihul jaami’

8. Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang

dicintai oleh mereka.

9. Memenuhi sumpah kedua orang tua

10.Mendahulukan berbuat baik kepada ibu dari pada kepada bapak

(18)

15

ق

َ:

، ُأ

َق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ:

، ُأَ ُث

َق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ، ُأَ ُث

ق

َ:

قَ؟ َ ُث

َ:

َ ُث

أ

َ.

س َ ا

18

Artinya: ‟Umârah ibnu Al-qo‟qo‟, dari Aby Zur‟ah, dari Aby Hurairah, berkata, ” Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Saw, maka berkata laki-laki : ”siapakah yang lebih berhak di antara manusia dengan persahabatan pergaulan yang baik?” bersabda

Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian siapa?”

bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki : ”kemudian

siapa?” bersabda Rasulullah: ”Ibumu”, berkata laki-laki :

”kemudian siapa?” bersabda Rasulullah: ”Bapakmua”. HR.

Muslim

11.Tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain.19

قَ، عَِ ِاَِهاَِ عَ ع

َ:

َهاَُ س َ ق

سَ َِي عَ َ اَىَص

َ:

ََ إ

ِئ اَِ ْ أَ ِ

َ

عْي

َ

ُ ج ا

َ

،ِي ِا

َيِق

َ:

َفي

سي

َ

ِا َُ ج ا

ِي

َ؟

ق

َ :

سي

َ

اَ أ

فَ ِ ج

سي

َ

، أ

َ

َ

سي

َ

فَ ُأ

سي

َُأ

َ .

َ ا

خ

20

Artinya: ”Dari Abi Ibrahim bin sa‟id, dari Humaid bin ‟Abdirrahman, dari

‟Abdirrahman bin ‟Amrin berkata, Bersabda Rasulullah saw. ”Sesungguhnya termasuk dosa besar adalah seseorang yang mengumumkan aib orang tuanya.” para sahabat bertanya: ” Ya Rasulullah, apa ada orang yang mengumumkan aib orang

tuanya?” Beliau menjawab: ”Ada, ia mengumumkan aib ayah

orang lain kemudian orang itu membalas orang tuanya. Ia

18

Abilhusayn Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyayri, An-Nîsâbury, Sahih Muslim, (Bayrut; Dâr Al-Kitab Al-„Araby, 2004-1425), h. 1058

19 „Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al

-Adâb Al-Islâmiyah, (Ar-Riyâd: Dâr Tayyibah Linnasyar wa At-Tawzy’, 1428-2007), h. 163-167.

20

(19)

mengumumkan aib ibu oranglain lalu orang itu membalas mencela ibunya.” HR. Bukhari

Seorang anak yang baik, pasti akan mencoba semaksimal mungkin untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya.

Kewajiban orang tua terhadap anaknya:

1. Hak untuk cinta dan kasih sayang.21

َ

قَ عَهاَيض َ ي َ أََ أ

َ:

َ سَ َِي عَ َ اَىَصَهاَُ س َ ق

ْقَأاَ فَ سِ جَي يِ ت اَسِ حَ َ ْقَأاَ ِعَ َِيِعَ َ سحا

َ:

ِإَ ظ فَا حأَ َِت قَ َِ اَ ًَِ شعَيََ إ

َ َ اَىَصَهاَُ س َِي

قَ ُثَ سَ َِي ع

َ:

ح يَ َ ح يَ َ

َ.

َ ج خاَ َ

اَ ا

س

.

22

Artinya: ”Sesungguhnya Abu Hurairah r.a. berkata: bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada

Al-Aqra‟ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk. Ia kemudian berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.” Rasulullah saw. segera memandang

kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham,

barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.” HR. Bukhari dan Muslim

2. Memilih nama yang baik.

َ، عَِ َ ا َ ع

يِاَ عَ، يِ َِ َِهاَِ عَ ع

َا

قَ،ِءا

َ:

ق

21

IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010 dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/ parchild.htm

22

(20)

17

سَ َِي عَ َ اَىَصَِهاَُ س

َ:

يِ اَ يَ ع تَ ُ ِإ

َِ

سأِ

َ َ ُ إ

ُ ِء َِء سأ

ُ َء سأَا ِسحأفَ،

َ.

َ ا

ا َ أ

23

Artinya: Dari dawud bin ‟amr, dari ‟Abdillah bin zakariya, dari Aby

Ad-darda‟ berkata, ”Rasulullah Saw bersabda: ” sesungguhnya

kalian dipanggil di hari kiamat dengan memakai nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka perbaguslah nama-nama kalian”. HR. Abu Dawud.

3. Memberi pendidikan yang baik24

4. Anak-anak memiliki hak untuk diberi makan, pakaian dan dilindungi sampai

mereka dewasa.25

5. Memenuhi kebutuhannya secara finansial.26

C. Karakteristik Usia lanjut

Orang tua yang telah lanjut usia mempunyai karekter-karakter unik yang

dipunyainya. Di antaranya:

1. Periode penurunan

2. Ada perbedaan individu dalam efek ketuaan

23 Imâm Al-Hâfiz Abî Dawud Sulaymân Bin Al-Asy’ats As-Sijistânî „Âdil Mursyid,

Sunan Abî Dâwud, „Uman/Al-Ardân, Dâr Al-A’lâm,1423-2003, h. 804

24 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010

dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology /parchild.htm

25

Ibid., diakses pada 18 Juli 2010

26

(21)

3. Banyak terdapat stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Misalnya, seringkali

dibuat sebagai gurauan yang berkonotasi negatif di majalah-majalah.

4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Pada umumnya masyarakat tidak lagi

menghormati dan menghargai pengalaman orang usia lanjut, malahan mereka

bersikap sebaliknya.

5. Usia lanjut mempunyai kelompok minoritas. Maksudnya sebagai akibat dari

sikap sosial yang negatif terhadap usia lanjut, mereka sering dibatasi dalam

hal interaksi sosial dan hanya mempunyai kekuatan dan kekuasaan terbatas.

6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran.

7. Penyesuaian yang tidak baik. Karena kurangnya penghargaan dari masyarakat,

membuat timbulnya konsep diri yang negatif/tidak baik. Konsep diri yang

negatif ini menimbulkan penyesuaian diri yang kurang baik. Ada keinginan

untuk peremajaan diri.27

Untuk menentukan batasan lanjut usia, memakai standar yang ditentukan

oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia yakni usia 60 tahun ke atas. Jadi yang dimaksud

dengan orang tua yang telah lanjut usia adalah orang tua yang usianya telah

berumur 60 tahun, 61 tahun, 62 tahun dan seterusnya.

27

(22)

19

BAB III

KONDISI KELUARGA DAN SASANA TRESNA WERDHA A. Pengertian Dan Tujuan Berdiri Sasana Tresna Werdha

Sasana Tresna Werdha berasal dari tiga suku kata, yakni sasana, tresna

dan werdha. Kata Sasana mempunyai makna sebagai tempat berlatih28, tresna

berasal dari bahasa jawa yang berarti cinta29, werdha artinya lanjut usia30. Jadi

sasana tresna werdha bermakna tempat berlatih bagi para lanjut usia yang

dipenuhi dengan cinta.

Di Sasana Tresna Werdha STW, para lansia tidak hanya pindah tidur saja.

Tapi di sana mereka diberikan banyak kegiatan-kegiatan, di antaranya olahraga

pagi, belajar menyulam, belajar melukis, adanya pengajian-pengajian dan lain

sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberdayaan lanjut usia

dimaksudkan agar orang-orang lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi

sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

28

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1001.

29

Ibid., h.1210

30

(23)

Untuk lebih jelasnya, sebaiknya STW mempunyai kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan hidup berupa sandang, pangan, dan papan

2. Pemeliharaan kesehatan lansia

3. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengisian waktu luang dengan kegiatan

yang bermanfaat, termasuk kegiatan yang bersifat rekreatif.31

Di samping itu penyelenggaraan STW juga dimaksudkan sebagai sarana

agar penghuni panti werdha dapat terpenuhi kebutuhan akan jasmani dan rohani

yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik, dalam bidang:

a. Kebutuhan hidup pokok secara layak,

b. Pemeliharaan kesehatan dengan baik,

c. Pemenuhan kebutuhan pengisisan waktu yang luang sesuai usianya.

2. Terpenuhinya kebutuhan rohani, dalam bidang:

a. Kebutuhan kasih sayang, baik dari keluarga atau lingkungan sekitarnya,

b. Peningkatan gairah hidup dan tidak merasa khawatir dalam menghadapi

sisa hidupnya,

c. Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik, terutama dalam hubungan

dengan penghuni dan masyarakat sekitar panti.32

31 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

(24)

21

B. Potret Sasana Tresna Werdha

Nama dari panti werdha ini adalah Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya

Bhakti Ria Pembangunan. Panti ini berdiri sejak tanggal 14 Maret 1984 atas

prakarsa Ibu Hj. Siti Hartinah Soeharto. Lokasi STW di jalan Karya Bhakti No.2

Rt. 08/07 Cibubur, Jakarta Timur 13720.33

STW ini mempunyai visi, ”pengabdian pada sesama dengan memberikan

pelayanan secara terpadu dan menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun

spiritual pada Lansia.” dan misi, ”membantu pemerintah dan masyarakat dalam

upaya pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia.”34

Latar belakang dari berdirinya STW Ria Pembangunan karena adanya

keberhasilan pembangunan dan kemajuan tekhnologi khususnya di bidang

kesehatan meningkatkan usia harapan hidup life expectancy manusia. sehingga

dalam beberapa dekade terakhir jumlah lansia semakin meningkat. Ditambah

dengan adanya harapan untuk hidup tenang dan nyaman di hari tua. Untuk

mencapai harapan tersebut, para lansia perlu mempertahankan mutu hidup,

kesehatan, produktifitas dan kemandiriannya. Semua itu tersedia di STW Ria

Pembangunan.35

32 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”, h.44-45.

33

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan

34

Ibid.

35

(25)

Kegiatan-kegiatan yang tersedia untuk para Lansia yang tinggal di STW

adalah:

1. Senam Lansia

2. Olah raga

3. Angklung

4. Melukis

5. Merajut

6. Relaksasi

7. Pembinaan mental/spiritual

8. Rekreasi36

Tidak semua Lansia bisa masuk ke STW Ria Pembangunan. Karena STW

ini mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Di antaranya:

1. Usia minimal 60 tahun.

2. Atas keinginan sendiri

3. Mandiri. Masih banyak kegiatan yang bisa dilakukannya.

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Ada penanggunng jawab. Penanggung jawab dan pemberi izin dari keluarga

minimal tiga orang.37

Jika persyaratan yang tersebut di atas telah terpenuhi, maka Lansia

tersebut diperkenankan untuk masuk ke dalam STW.

36

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.

37

(26)

23

Sarana yang dimiliki di antaranya:

1. Wisma Aster yang terdiri dari 24 kamar

2. Wisma Bungur yang terdiri dari 26 kamar

3. Wisma cempaka yang terdiri dari 26 kamar

4. Wisma Wijayakusuma

5. Poliklinik 24 jam untuk rawat inap, rawat jalan, kedaruratan, farmasi,

fisioterapi, laboratorium, dan mobil menuju kerumah sakit rujukan.

6. Ruang kreasi dan serbaguna

7. Ruang ibadah/musholah

8. Fasilitas olahraga

9. Sarana rekreasi

10.Halaman luas untuk berkebun.38

Untuk Wisma Wijayakusuma terdiri dari 15 tempat tidur. 13 tempat tidur

di kamar bersama dengan hanya dibatasi oleh gorden. 2 tempat tidur lainnya

berkelas VIP atau sama dengan kamar yang berada di wisma-wisma yang

lainnya.39

Di setiap wisma terdapat:

1. Kamar. Dalam setiap kamar terdapat fasilitas tempat tidur, meja rias, kursi,

lemari pakaian, kamar mandi di dalam. Adapun yang menginginkan untuk

38

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan.

39

(27)

membawa peralatan yag lainnya diperbolehkan. Tetapi apabila barang yang

dibawa membutuhkan aliran listrik maka dikenai biaya tambahan tergantung

barang apa yang dibawa. Misalnya, membawa Air Conditioner AC kena

uang tambahan bulanan sebesar Rp 100.000,-.40

2. Ruang menonton Televisi bersama

3. Ruang tamu

4. Ruang makan

5. Tempat jemuran

6. Taman

7. Dapur41

Pelayanan yang diberikan di antaranya:

1. Laundri

2. Kebersihan kamar

3. Konsultasi kesehatan

4. Bimbingan kelompok/kegiatan bermanfaat

5. Pengambilan pensiun

6. Pendampingan ke rumah sakit

7. Shopping/belanja bersama

40

Wawancara Pribadi dengan Dwi, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

41

(28)

25

8. Carediver/pembantu42

Di STW terdapat pula dapur umum yang memasak makanan untuk seluruh

penghuni panti. Dari pagi, siang dan malam, dengan menu yang berbeda-beda dan

disesuaikan dengan diet masing-masing penghuni. Di dapur ini tertempel

beberapa peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh koki-koki di sana. Baik

peraturan mengenai kebersihan makanan dan dapur, kedisiplinan koki di dapur

dll. Semua itu demi menjaga kesehatan penghuni STW.43

Untuk pembayaran bulanan berbeda-beda:

1. Penghuni baru dikenakan tarif baru yakni Rp 1.750.000 perbulan. Penghunni

membayar biaya tambahan apabila membawa peralatan pribadi yang memakai

aliran listrik sesuai dengan barang yang dibawanya dan menyewa carediver.

2. Penghuni lama yang tidak mampu untuk membayar dengan tarif yang baru.

Diberi keringanan sesuai dengan kemampuannya atau minimal membayar

dengan tarif lama.

3. Penghuni wisma Wijayakusuma yang bertempat di 13 bangsal yang

bersamaan perbulan membayar Rp 1.750.000,- sedangkan yang menempati

kelas VIP membayar di atas Rp 2.000.000,-44

42

Brosur Profil diterbitkan oleh STW Ria Pembangunan

43

Wawancara Pribadi Kepala Bagian Dapur STW Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

44

(29)

C. Kondisi Keluarga Dari Berbagai Pandangan

1. Kondisi keluarga pak Tatong

a. Hasil wawancara dengan Pak Tatong:

Nama asli beliau adalah Drs. Tatong Sutedjo. Usia beliau adalah

64 tahun. Mempunyai tiga orang putra, semuanya sudah berkeluarga.

Ketika beliau masih tinggal di rumah, anak-anaknya sering mengunjungi

beliau sebagai bukti perhatian mereka. Kebiasaan itu pun tetap

diperhatikan sampai ketika Pak Tatong sudah tinggal di STW. Walaupun

mereka hanya bisa datang pada hari Sabtu dan Minggu saja itupun secara

bergantian. 45

Beberapa motivasi beliau untuk masuk ke STW adalah:

1)Karena beliau merasa sedang sakit atau masih dalam masa

penyembuhan pasca stroke. Beliau merasa membutuhkan keadaan

yang disekelilingnya terdapat banyak orang yang bisa diajak untuk

berinteraksi atau berkomunikasi. Karena banyak ingatannya yang

hilang akibat stroke, termasuk kosa kata-kosa kata bahasa, baik

bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa lain yang pernah beliau

pelajari. Tentunya keadaan ini tidak beliau dapatkan ketika berada di

rumah yang hanya berpenghuni empat orang, yakni beliau dengan

45

(30)

27

istri, pembantu dan suster. Suster dan pembantu mempunyai

kesibukan tersendiri ketika berada di rumah. Istri pun juga masih

sering keluar rumah, karena memang masih banyak yang harus dia

lakukan. Baik yang berkaitan langsung dengan kesehatan pak Tatong

atau tidak. Sedangkan kondisi Pak Tatong ketika di rumah tidak

banyak yang bisa dia lakukan. Beliaupun jarang keluar rumah.

2)Untuk mencari kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi badannya dan

waktunya. Misalnya, senam, mengaji, bermain angklung, melukis dan

lain-lain. Harapannya dengan kesibukannya yang baru itu, tidak

terjadi lagi depresi yang membuat semangat hidupnya menghilang.

3)Untuk mencari tempat yang nyaman bagi beliau. Karena beliau merasa

ketika bersama istrinya atau ketika berada di rumah, selalu didikte

dan merasa dibatasi kebebasan-kebebasannya. 46

b. Wawancara dengan bapak Tonka Sesarino:

Latar belakang Pendidikan SD kelas 1 sampai kelas 3 di Lampung,

karena waktu itu bapak bertugas di Lampung kemudian SMP dan SMA di

46

(31)

Bandung. Dan kuliah di Tri Sakti jurusan tekhnik elektro. Beliau sekarang

bekerja sebagai konsultan tekhnik di sebuah perusahaan. 47

Kedekatan Pak Tatong dengan keluarga tiak bisa dekat seperti teman,

tapi seperti ada perbedaan kasta. Anak-anak lebih dekat dengan ibunya.

Karena Pak Tatong dulu merupakan seseorang yang penting di Kimia Farma

sehingga beliau sangat sibuk sekali. Sebab itu ketika beliau berkomunikasi

dengan anak-anaknya pun, hanya ketika ada yang penting saja. 48

Wujud berbakti Pak Tonka lebih kepada bentuk perhatian dan segala

hal non finansial. Karena orang tua beliau dalam hal finansial sudah lebih dari

cukup bekalnya. Salah satu bentuk perhatian beliau adalah mengingatkan

tentang kesehatan orang tuanya, mengantar ke rumah sakit dan lain

sebagainya. 49

Konsep kebahagian itu tergantung dari cara berfikir kita tentang

kebahagiaan itu sendiri. Jika ingin bahagia di suatu tempat, maka kita setting

pikiran kita untuk bahagia di daerah itu. Sedangkan Pak Tatong itu tidak

seperti itu, lebih seringnya melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Dulunya

sebelum rumah Pak Tonka jadi, Pak Tatong pernah berkata bahwa beliau

ingin tinggal di sini. Tapi ketika rumah sudah jadi, ternyata beliau tinggal di

47

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

48

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

49

(32)

29

STW. Konsep kebahagian Pak Tatong selalu berubah-ubah dan selalu

berkembang. 50

Pada awalnya Pak Tatong tinggal di dekat rumah Pak Tonka yang

sekarang beliau tinggali. Namun karena beliau merasa tidak nyaman dengan

alasan, beliau ingin tinggal di rumah yang lebih kecil saja. Kemudian beliau

pindah di Duren Sawit yang di sana kebanyakan pensiunan kimia farma

seperti Pak Tatong. Mungkin Pak Tatong menginginkan untuk bisa berkumpul

kembali dengan teman-temannya. Tapi keinginannya itu tidak kesampaian.

Karena kondisi Pak Tatong waktu itu belum memungkinkan untuk pergi

sendiri dan kondisi teman-temannya pun tak jauh berbeda dengan Pak Tatong.

Kemudian setelah dua tahun Pak Tatong merasa bosan. Beliau ingin tinggal di

lingkungan yang baru. 51

Setelah itu ada temannya yang memberikan info tentang STW.

Kemudian beliau mendatangi STW dan akhirnya tinggal di sana. Pada bulan

pertama, beliau sempat reject, karena kondisi kamar yang berbeda sekali

dengan keadaan ketika masih di rumah. Tetapi dari pengurus STW meminta

50

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

51

(33)

untuk mencoba dulu sampai tiga bulan. Ternyata setelah tiga bulan dijalani,

Pak Tatong merasa nyaman untuk tinggal di sana. 52

Pihak keluarga pun tidak bisa memaksa Pak Tatong untuk pulang ke

rumah, terutama Pak Tonka. Karena beliau tidak memiliki seperti

perlengkapan yang ada di STW. Seperti tidak ada Poliklinik yang standby

selama 24 jam, tidak mempunyai komunitas lansia dan lain sebagainya.

Akhirnya dengan terpaksa beliau mengatakan ”tidak melarang bapak untuk

tinggal di STW”.53

Adanya kemungkinan Pak Tatong masuk ke STW karena ingin lebih

bebas juga. Maksudnya, ingin pergi ke mana-mana tanpa sepengatahuan

keluarga. Padahal dari keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan Pak Tatong.

Misalnya, takut ditipu orang lain. Kekhawatiran ini disebabkan beliau pernah

terserang penyakit stroke yang hebat sehingga membuat banyak ingatan beliau

yang hilang dan banyak hal-hal yang terlewatkan oleh beliau selama sakit.

Perlu diketahui bahwa ketika beliau baru tersadar dari strokenya, beliau

sempat tidak ingat dengan istrinya sendiri. Maka karena itu keluarga juga

sudah pernah meminta ke panti jompo untuk lebih mengawasi beliau,

52

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

53

(34)

31

maksudnya meminta pihak STW untuk tidak gampang memberikan izin

keluar dari STW kepada Pak Tatong. 54

Sebenarnya Bu Tatong pun ketika tinggal di sana tidak terlalu banyak

manfaatnya. Karena Pak Tatong itu tipe orang yang mempunyai privasi yang

tinggi. Selama ini pun Pak Tatong tidak banyak bercerita masalah pribadinya,

biasanya yang sering dibicarakan dengan Pak Tonka adalah masalah

kesehatan atau lebih seperti instruksi. 55

c. Wawancara dengan pak Abbas:

Untuk membentuk kenyamanan pasien:

1) Pastikan motivasi yang benar. Ketika ada lansia yang ingin masuk,

maka diadakan wawancara kepada lansia tersebut menanyakan

motivasi beliau masuk ke panti wedha. Karena apabila motivasinya

tidak benar dan keinginan-keinginan yang dicapai ketika masuk panti

werdha tidak bisa tercapai, maka akan timbul rasa tidak nyaman yang

membuat Lansia tidak betah berada di panti dan akhirnya tidak akan

bertahan lama berada di panti.

2) Memberikan juga pemahaman kepada anak atau keluarga yang

memberikan izin, agar tetap ikut serta bertanggungjawab kepada

54

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

55

(35)

Lansia tersebut. Walaupun pada hakekatnya sebagian kewajibannya

sudah diberikan kepada STW, namun pihak anak atau keluarga yang

mengizinkan masih tetap mempunyai tanggungjawab terutama untuk

tetap memberikan kasih sayang dan perhatian pada lansia. Karena

mereka masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari anak dan

keluarga yang tentunya rasa kasih sayang dan perhatian yang diberikan

dari anak atau keluarga yang dirasakan oleh Lansia berbeda dengan

yang diberikan oleh pihak STW.

3) Memberikan pelayanan bimbingan kelompok atau semacam mentoring

kelompok. Di dalam program itu mereka bisa mengutarakan

ketidaknyamanan dalam program tersebut. 56

Sebenarnya dari ketiga poin di atas, kunci dari rasa nyaman dalah mereka

sendiri. Ibaratnya seperti air yang dimasukkan ke dalam teko. Dalam hal ini STW

adalah teko sedangkan Lansia adalah air. jadi para lansia yang harus bisa

beradaptasi dengan STW. 57

Untuk kasus Pak Tatong, sebelum beliau membutuhkan proses yang

panjang untuk benar-benar memutuskan untuk tinggal di STW. Kurang lebih

sekitar setengah tahun. Karena keluarga masih merasa keberatan. Namun dengan

56

Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

57

(36)

33

melihat kondisi Pak Tatong ingin sekali masuk ke STW, akhirnya keluarga

menyatakan tidak keberatan untuk menyatakan kesediaannya untuk memasukkan

orang tua ke STW. 58

Salah satu motivasi dari Pak Tatong untuk masuk ke STW adalah karena

salah satu dari fase kehidupan beliau adalah ada fase berduka yang sangat

mendalam. Yakni fase setelah terjadinya stroke berat yang membuat pembuluh

darah di otaknya pecah dan membuat tubuhnya tak mampu untuk bergerak

banyak dan banyak ingatannya yang hilang karenanya. Kejadian tersebut yang

membuat dia depresi melihat kenyataan yang ada, keadaan yang sangat berbeda

dengan keadaan ketika sebelum sakit. Sebelum sakit beliau merupakan seorang

yang gagah, tampan dan mempunyai jabatan yang tinggi, sedangkan ketika dia

sakit dia tak mampu lagi seperti dahulu. Akhirnya beliau pun merasa menjadi

beban keluarga. Ketika beliau masuk ke STW ada sebuah pengakuan sosial yang

ingin beliau dapatkan, yakni dia bisa mandiri tanpa membebani orang lain. 59

Pak Tatong masuk ke dalam STW masih berstatus menikah dengan ibu

Rasmuti. Istri juga kurang setuju dengan keputusan Pak Tatong yang

menginginkan untuk tinggal di STW, beliau tidak ikut masuk ke STW karena

menghargai pendapat dari anaknya atau mengabulkan permintaan dari

58

Ibid.,Cibubur, 14 Juni 2010

59

(37)

anaknya yang dinyatakan ketika menyatakan ketidak beratannya untuk

memasukkan Pak Tatong ke STW. Sebenarnya Ibu Rasmuti sangat perhatian

dengan suaminya. Namun hal itu dianggap sebagai pembatasan-pembatasan oleh

suaminya. Walaupun seperti itu dan mereka berdua berbeda tempat tinggal, ibu

masih tetap memberikan perhatiannya kepada suami. Terutama setelah

mendapatkan nasehat dari pihak STW. Misalnya, Ibu sering berkunjung ke STW

minimal seminggu tiga kali yakni Jum’at, Sabtu dan Minggu. 60

Biasanya orang yang masih mempunyai keluarga dan STW hanya sebagai

sebuah pilihan, tidak akan bertahan lama. Hal ini sudah terbukti ke beberapa

pasien di STW Ria pembangunan. 61

Menurut suster Suciati yang bekerja di poloklinik STW, kesehatan Pak

Tatong setelah masuk ke STW semakin membaik. Sakit yang biasa diderita oleh

pak tatong tinggal penyakit-penyakit ringan saja. Seperti, diare, flu dan lain

sebagainya yang masih tergolong dengan penyakit ringan. Walaupun ketika

Lansia terkena suatu penyakit ringan saja tidak bisa dianggap ringan. Karena

melihat kondisi fungsi tubuh yang semakin menurun.62

2. Kondisi keluarga Ibu Tejo

60

Ibid. Cibubur, 14 Juni 2010

61

Wawancara Pribadi dengan Abbas, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

62

(38)
(39)

35

A. Pengertian Dan Cara Penentuan Baik Dan Buruk

Menurut kamus bahasa Indonesia Baik mempunyai arti ”elok, patut,

teratur, apik, rapi tidak ada celanya dan sebagainya63. Sedangkan buruk

mempunyai arti ”rusak atau busuk karena sudah lama/jahat, tidak

menyenangkan”64

Standar penentuan baik dan buruk menurut Ahlus-sunnah wal-jamâ‟ah

adalah sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Jika Al-Qur’an mengatakan bahwa

suatu perbuatan itu buruk, maka perbuatan itu adalah buruk. Misalnya, di dalam

Al-Qur’an meyatakan bahwa zina itu adalah perbuatan buruk, karena Al-Qur’an

menyatakan bahwa zina itu perbuatan keji65.

اَ

ًيِسََء سَ ًَشِح فَ َ ِإَ ِز اَا ْت

َُ

أ سأا

/

٧١

:

٤

َ

Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. QS. Al -Isra’/17: 4

Selain Al-Qur’an, sunnah pun juga menjadi pedoman untuk menentukan

baik dan buruk. Sunnah dari Nabi Muhammad Saw, karena sebagaimana

63

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 90

64

Ibid., h. 180

65 Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an,

(40)

36

disebutkan di dalam Al-Qur’an bahwa Nabi memiliki budi pekerti yang sangat

baik. Maka pantaslah beliau dijadikan sebagai contoh dan acuan sebagai

penentuan sikap baik buruk, melalui sunnah-sunnahnya atau hadits-haditsnya.

يِظعَقُخَى ع َ ِإَ

َُا

/

٨٦

َ:

٤٦

ََ

Artinya: ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al-Qalam/68: 48

Karena sesungguhnya Nabi diutus untuk mengajar dan mendidik

masyarakat untuk berperilaku yang baik dan membentuk seseorang memiliki

kepribadian Islam.66

Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber hukum yang pertama umat

muslim, akan tetapi jika di dalam keduanya tidak ada maka boleh melakukan

ijtihad seperti yang dilakukan oleh Mu’adz bin Jabal ketika diutus ke Yaman.

Nabi berkata kepada Mu’adz: dengan apakah kamu memutuskan?

Muadz menjawab: dengan kitab Allah

Nabi berkata: jika kamu tidak mendapatkan?

Muadz menjawab: dengan sunnah Rasulullah

Nabi berkata: bila kamu tidak menemukan?

Muadz menjawab: aku berijtihad dengan pendapatku sedang aku tidak

mengabaikan usaha.

66

(41)

Nabi berkata: segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi

pertolongan utusan Rasul-Nya kepada apa yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya.67

Hadits ini dikuatkan oleh Ibn Abdil Darr, Ibnu Taymiyah ibnu al-Qayyim,

Adz-Dzahabi ibnu Katsir dll. Menurut Imam Syaukani hadits ini hasan yang

memiliki beberapa jalan hadits sehingga derajat hadits ini menjadi hadits yang

diterima.68 Jadi kalau demikian sumber hukum dibagi menjadi dua:

1. Wahyu, seprti dalam Al-quran dan Hadits

2. Akal dalam bentuk fiqih-fiqih, fiqih yang diformalkan (seperti,

undang-undang, peraturan pemerintah dan lain-lain), dan yurisprudensi.

B. Pengertian Dan Tujuan Hukum Islam Serta Metode Hukumnya

Kata hukum Islam terdiri dari suku kata yakni hukum dan Islam. Hukum

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ”peraturan atau adat yang secara

resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah”.69

Islam adalah ”agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Berpedoman

pada kitab suci Al-Quran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt”.70

Jadi yang dimaksud dengan hukum Islam adalah peraturan yang secara resmi

mengikat para pemeluk agama Islam yang berpedoman pada peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yang dituangkan dalam kitab suci Al-quran

dan hadits. Allah SWT merupakan penguasa tertinggi dalam Islam dan umat

67

Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad kontemporer. Penerjemah A. Syathori. (Jakarta: Bulan bintang, 1987), h.100

68 Yusuf Al-Qardlawi, ijtihad dalam syari’at Islam beberapa pandangan tentang ijtihad

kontemporer. Penerjemah A. Syathori, h.100

69

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.410

70

(42)

38

Islam tentunya. Ada beberapa orang yang memakai istilah hukum Islam dengan

nama fiqih, yang berarti pemahaman.

Sumber-sumber hukum Islam di antaranya:

1. Al-Kitab/ Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Saw. Dalam

bahasa Arab, riwayatnya mutawatir.71

Ada empat prinsip dasar yang umum dalam memahami makna Al-Qur’an:

a. Al-Qur’an merupakan keseluruhan syari’at dan sendinya yang

fundamental.

b. Sebagian besar ayat-ayat hukum turun karena ada sebab yang

menghendaki penjelasannya. Oleh karena itu setiap orang yang ingin

mengetahui isi Al-Qur’an secara tepat perlu mengetahui sebab-sebab

turunnya ayat.

c. Setiap berita kejadian masa lalu yang diungkapkan Al-Qur’an, jika

terjadi penolakannya baik sebelum atau sesuadahnya, maka penolakan

tersebut menunjukkan secara pasti bahwa isi berita itu sudah

dibatalkan.

d. Kebanyakan hukum-hukum yang diberitahukan oleh Al-Qur’an

bersifat kully (pokok yang berdaya cukup luas) tidak rinci (disebutkan

setiap peristiwa, objektif) seperti yang terungkap dalam penelitian.

71

(43)

Oleh karena itu diperlukan penjelasan dari sunnah Rasul kerena

memang kebanyakan sunnah merupakan penjelas bagi Al-qur’an.72

2. As-sunnah/Al-Hadis

As-sunnah ialah semua perkataan, perbuatan dan pengakuan Rasulullah Saw

yang berposisi sebagai petunjuk tasyri’.73

Sudah terjadi kesepakatan di kalangan kaum muslimin bahwa sunnah Rasul

merupakan undang-undang dan pedoman hidup umat kedua yang harus

diikuti, asal sanadnya yang shahih, sehingga memberikan keyakinan yang

pasti (mutawatir) atau dugaan yang kuat (ahad) bahwa memang benar dating

dari Rasulullah. Kedudukan sunnah menurut urutan dalil syara’ berada pada

posisi kedua setelah Al-Qur’an.74

....

َ

ُ َ َ َ ُ فَُ س اَ ُ تاَ

َ

َا ت ف

َ....

ُ

شحا

٧

:

٩٥

ََ

Artinya: “…Dan apa yang disampaikan oleh Rasul maka terimalah dan apa

yang dilarangnya maka hindarilah…” ( QS. Al-Hasyr:7)

3. Al-Ijma’

Menurut bahasa Ijma’ mempunyai pengertian, intifaq (kesepakatan) dan

„azam (cita-cita, hasrat) dan tamin. Sedangkan menurut syara’ (dalam

pandangan jumhur) adalah kesepakatan seluruh mujtahid kaum muslimin

72

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h.14-19

73

Ibid., h. 20

74

(44)

40

disesuaikan masa setelah wafat Nabi saw tentang suatu hukum syara’ yang

amali.75

Menurut jumhur ulama, ijma’ hanya terwujud apabila dipenuhi

persyaratan/unsur-unsurnya sebagai berikut:

a. Bersepakatnya para mujtahid. Kesepakatan bukan mujtahid (orang awam)

tidak diakui sebagai ijma’. Demikian juga, kesepakatan ulama yang belum

mencapai martabat ijtihad fiqhy, sekalipun mereka tergolong ulama besar

dalam disiplin ilmu lain, karena mereka ini tidak mampu mengadakan

mazhar dan istidlal tentang urusan penetapan hukum tentang urusan

penetapan hukum syara’.

b. Bahwa semua mujtahid tersebut bersepakat, tak seorangpun yang

berpendapat lain. Kalau satu orang saja yang berpendapat lain, maka ijma’

tidak tersimpul.

Karena itu tak diakui sebagai ijma’, kesepakatan:

1) Suara terbanyak,

2) Kesepakatan mujtahid dua tanah haram dari golongan salaf,

3) Kesepakatan ulama salaf kota madinah saja,

4) Kesepakatan ulama salaf yang mujtahid dari dua kota bashrah dan

kufah atau salah satunya saja,

5) Kesepakatan ahli bait Nabi saja,

75

(45)

6) Kesepakatan khulafaurrasyidin saja,

7) Kesepakatan dua orang syekh: Abu Bakar dan umar karena adanya

pendapat lain dari mujtahid lain, membuat kesepakatan mereka itu

tidak qath’y (diyakini) keabsahan dan kebenarannya.76

c. Bahwa kesepakatan itu, di antara mujtahid yang ada ketika masalah yang

diperbincangkan itu dikemukakan dan dibahas, tidak mesti disepakati

pula oleh mujatahid generasi berikutnya, karena jika demikian maka ijma’

tidak mungkin terjadi sampai hari kiamat.

d. Bahwa kesepakatan mujtahid itu, terjadi setelah Nabi Saw wafat. Jika

dikala Nabi masih hidup para sahabat bersepakat tentang suatu masalah

hukum, maka tidak termasuk ijma’ syar’I melainkan merupakan

pengakuan Rasul (sunnah Taqririyah).

e. Bahwa kesepakatan mujtahid itu harus masing-masing mujtahid memulai

penyampaian pendapatnya dengan jelas pada satu waktu, baik

penyampaian pendapat itu secara orang perorang tanpa berkumpul

bersama kemudian semuanya dikumpulkan dan ternyata sama, maupun

masing-masing mereka mengeluarkan pendapatnya diruangan yang sama

dalam satu mu’tamar yang berakhir dengan kebulatan pendapat dimana

masing-masingnya menyatakan pemufakatan dan persetujuan.

76

(46)

42

f. Bahwa kesepakatan mujtahid itu dalam pendapat yang bulat yang

sempurna dalam pleno lengkap, ataupun masing-masing berkelompok

dengan pendapat masing-masing, maka mereka pun berijma’ dalam satu

pendapat secara hukum karena tak ada pendapat.77

4. Madzab (pendapat) sahabat

Menurut ulama ushul, sahabat mempunyai pengertian mereka yang bertemu

dengan Nabi saw dan beriman kepadanya serta senantiasa bersama Nabi

selama masa yang lama, seperti khulafaurrasyidin, ummahatul mu‟minin, Ibnu

Mas’ud, Ibn Abbas, Ibn Umar. Pengertian ini tidak sejalan dengan pengertian

yang diberikan dari para ulama hadis. Sahabat menurut para ulama hadis

adalah mereka yang bertemu dengan Nabi saw dan iman dengan dia samapai

mati. Jadi tidak mesti bersama beliau untuk waktu yang lama.78

Bentuk-bentuk pendapat tentang kehujjahannya adalah sebagai berikut:

a. Bahwa fatwa sahabat tidak diakui sebagai hujjah terhadap sahabat lain,

karena persamaan kedudukan dan kebersamaannya bersama Nabi itu

sama; masing-masing mereka tidak memandang bahwa fatwanya menjadi

hujjah bagi yang lain.

b. Bahwa fatwa sahabat tentang masalah yang tak boleh diijtihadkan, adalah

sama dengan hukum sunnah marfu‟ kepada Nabi saw. Oleh karena itu,

hukumnya diambil dalam berhujjah dan beristidlal.

77

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 43-44

78

(47)

c. Bahwa fatwa sahabat diterbitkan berdasar pemikiran dan ijtihad melalui

riwayat yang masyhur dan tidak diingkari seorangpun.

d. Bahwa sahabat yang diterbitkan dari pemikiran dan ijtihad melalui riwayat

tidak masyhur karena keadaannya tidak termasuk kategori yang ‟umum

balwa dan kejadiannya tidak berulang, maka para ulama berbeda pendapat

tentang kehujjahannya.79

5. Syari’at umat terdahulu

Syari’at umat terdahulu sering sekali diceritakan di dalam Al-Qur’an dan As

-sunnah kepada umat Islam.80 Bentuk cerita tersebut dibedakan dalam tiga

bentuk yang masing-masingnya mempunyai konsekuensi yang berbeda bagi

umat Islam, yaitu:

a. Disertai dengan petunjuk tentang sudah dinasakhkannya dalam

syari’at Islam

b. Disertai dengan petunjuk tetap diakuinya dan lestarinya dalam syari’at

Islam.

c. Tidak disertai petunjuk tentang nasakh atau lestarinya.81

6. „Urf/adat

„Urf ialah apa yang sudah terkenal dikalangan umat manusia dan selalu

diikuti, baik „Urf perkataan maupun „Urf perbuatan. „Urf dan adat dalam

79

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 64-65

80

Ibid., h. 69

81

(48)

44

pandangan ahli syari’at adalah dua kata yang sinonim (taraduf) berarti sama.

Contoh „Urf perkataan ialah kebiasaan orang menggunakan kata-kata “anak”

(walad) untuk anak laki-laki bukan untuk anak perempuan.82

Jumhur Fuqaha berhujjah dengan „urf. Tetapi yang sangat terkenal adalah

Malikiyah dan Hanafiyah. Disebutkan bahwa Imam Syafi’i pun berpegang

pada ’urf dalam membina sebagian hukum madzabnya yang baru menuntut ’urf orang Mesir dan sebelumnya ia membina madzhabnya yang qadim

menurut ’urf orang Irak. Sehingga Al-Qarafy mengatakan bahwa ’Urf itu

sama-sama dipegang oleh seluruh madzhab dan siapa yang meneliti madzhab

niscayalah ia menemui ketegasan mereka terhadap ’urf itu.83

7. Qiyas

Metode pertama yang dipegang seorang mujtahid untuk mengistinbathkan

hukum yang tidak diterangkan nash, sebagai metode yang terkuat dan paling

jelas.84

Qiyas menurut bahasa adalah mempersamakan, sedangkan menurut istilah

ulama ushul, qiyas adalah mempersamakan satu peristiwa hukum yang tidak

ditentukan hukumnya oleh nash, dengan peristiwa hukum yang ditentukan

oleh nash bahwa ketentuan hukumnya sama dengan hukum yang ditentukan

oleh nash.85

82

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 77

83

Ibid., h. 80

84

Ibid., h. 82

85

(49)

8. Istihsan

Istishan berasal dari bahasa Arab yang berarti “menjadikan/menganggap baik”

atau “mengikuti sesuatu yang baik secara hissy (lahir) dan ma’nawy”.86

Sedangkan para ulama ushul memberikan pengertian di antaranya:

a. Dari golongan madzab Hanafiyah memberikan definisi dengan,

“berpindah dari suatu hasil qiyas kepada qiyas yang lebih kuat,

menkhsiskan qiyas dengan dalil yang lebih kuat daripadanya”.

b. Dari golongan Malikiyah memberikan definisi dengan, “ mendahulukan

ditinggalkannya tuntutan dalil, menurut jalan pengecualian (istisna) dan

keringanan karena bertentangannya di dalam sebagian yang dituntutnya”.

c. Dari golongan Hanabilah mendefinisikan dengan, ”memindahkan

ketentuan hukum suatu masalah dari bandingannya, karena dalil syara’

yang khas”.87

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan dengan, ”berpindah dari

suatu ketentuan hukum yang menjadi konsekuensi dari suatu dalil syara’

terhadap sesuatu peristiwa hukum, kepada ketentuan hukum lain terhadapnya,

karena adanya dalil syara’ yang juga menuntut perpindahan tersebut, yang

disebut sebagai sanad istihsan”. Maka sebanarnya istishan itu adalah

mentarjihkan/mengunggulkan suatu dalil dari dalil yang menentangnya

86

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 127

87

(50)

46

disebabkan adanya murajjih/faktor yang mengunggulkan yang diakui

(mu’tabar-respectable).88

Istishan merupakan metode ijtihad dengan rasio (ijtihad birra‟yi). Contoh,

apabila ia menghadapi suatu peristiwa hukum yang ketentuan hukumnya

dituntut oleh keumuman nash atau oleh qiyas yang zahir atau oleh penerapan

hukum kully sedang menurut pandangan mujtahid jelas bahwa peristiwa

tersebut mempunyai wadah dan persesuain khusus yang bila diterapkan nash

umum atau bila diikuti qiyas zhahir berakibat hilangnya maslahat atau

timbulnya mafsadah, maka hukum terhadap peristiwa hukum tersebut

dipindahkan kepada ketentuan hukum lain yang dituntut pentakhsisannya dari

ketentuan umum atau pengecualian dari hukum kully ataupun dituntut oleh

qiyas khafy (tersembunyi). 89

9. Istishlah

Istishlah menurut bahasa arab berarti, “mencari mashlahat”. Sedangkan

menurut istilah adalah, “menetapkan hukum suatu peristiwa hukum yang tidak

disebutkan nash, ijma’, berlandaskan pada pemeliharaan maslahat mursalah,

yaitu maslahat yang tak ada dalil dalam syara’ yang menunjukkan diakuinya

atau ditolaknya”. 90

88

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 131

89

Ibid., h.125

90

(51)

Ruang lingkup penerapan maslahat mursalah adalah terbatas pada masalah

muamalah saja. Karena kemaslahatan dalam bidang inilah yang mungkin

ditemukan dan diketahui.91

Hakekat diturunkan syari’at adalah untuk kemaslahatan, artinya apabila ada

hukum yang menentang kemaslahatan maka harus disingkirkan. Ijtihad adalah

metode istinbat yakni ”usaha sungguh-sungguh yang dilakukan para ahli

agama untuk mencapai suatu putusan simpulan hukum syarak mengenai

kasus yang penyelesainnya belum tertera di Al-quran dan sunnah, pendapat

tafsiran”.92

Ijtihad mempunyai beberapa metode di antaranya adalah maslahah mursalah.

Yakni ”dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang dipandang baik oleh

akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan

kerusakan bagi manusia, sejalan dengan tujuan sya ra’ dalam menetapkan

hukum, tidak ada petunjuk syara’ secara khusus menolaknya juga tidak ada

petunjuk syara’ yang mengakuinya”.93

Dalam pengambilan hukum melalui maslahah mursalah ini ada beberapa

persyaratan kemaslahatan yang ingin diambil:

91

Sulaiman Abdullah, Sumber Hukum Islam Permaslahan Dan Fleksibilitasnya, h. 155

92

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 418

93

(52)

48

a. Adanya maslahah yang benar-benar ada dan bukan yang masih

samar-samar.

b. Adanya kemaslahatan umum bukan kemaslahatan individual

c. Sesungguhnya tidak memperbarui undang-undang untuk kemaslahatan

hukum ini atau kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh nash atau

ijma’.94

Macam-macam maslahah mursalah menurut Amir Syarifuddin, dilihat dari

Gambar

gambaran umum kondisi anak yang mengizinkan orang tuanya tinggal di Sasana
gambaran kondisi Sasana Tresna Werdha yang ditempati.

Referensi

Dokumen terkait

Rahayu Lubis: Gambar Permasalahan Gizi Orang Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werdha Kota Medan, 2005.. USU Repository

Usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso memiliki kemampuan yang baik dalam hal mencoba kegiatan- kegiatan baru untuk membuat diri menjadi lebih baik,

Setting penelitian ini adalah Panti Sosial Tresna werdha (PSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan

Skripsi ini bertujuan untuk 1) Mengetahui perilaku komunikasi interpersonal antara pekerja sosial dengan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji

penulisan skripsi ini dengan judul “ HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEPIAN PADA LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI

Dengan demikian, perlu diberikan aroma terapi lavender pada lansia yang tinggal di panti sosial tresna werdha agar kualitas tidur lansia menmbaik dan perlu dilakukan

Pelayanan untuk lanjut usia yang berada pada panti sosial tresna werdha sinta rangkang dengan melalui program reguler adalah program pokok dinas sosial provinsi

Oleh karena itu Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Gambaran Anemia Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Yogyakarta, Gambaran anemia