• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI KELUARGA DAN SASANA TRESNA WERDHA A Pengertian Dan Tujuan Berdiri Sasana Tresna Werdha

D. Analisa Penulis

Baik dan buruk dari sudut pandang Islam dinilai dengan memakai standarisasi Al-Qur’an dan sunnah. Jadi apabila terdapat Al-Quran atau sunnah mengatakan bahwa suatu perbuatan buruk, maka perbuatan itu buruk pula. Demikian juga sebaliknya, apabila dalam Al-Qur’an dan sunnah suatu perbuatan itu baik.112 Namun apabila di dalam keduanya tidak ada maka diperbolehkan untuk berijtihad untuk menetukan suatu perbuatan itu baik atau buruk. Seperti contoh kasus Muadz bin Jabal yang di utus Nabi Muhammad ke Yaman. Baik dan buruk seperti ini yang biasa juga dipakai dalam menetapkan hukum Islam. Untuk menetapkan hukum Islam tersebut membutuhkan beberapa anallisa dari berbagai segi yang mendukung dalam pengambilannya.

1. Melihat dari segi pemenuhan kewajiban anak kepada orang tuanya.

Dari kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi seorang anak kepada orang tuanya menurut ’Abdul ’Aziz bin fatchy assayid nada113, seperti yang telah dipaparkan di atas. Hampir semua poin telah dipenuhi oleh sang anak. Ada beberapa poin yang masih perlu diperjelas lagi dalam aplikasinya di kehidupan keluarga Pak Tatong:

112 Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur‟an Tematik: Etika Berkeluarga,

Bermasyarakat Dan Berpolitik, (Jakarta: Lajnah Pentashihahan Mushaf Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an Tematik, 2009), h.14

113 „Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al

a. Termasuk pada poin yang pertama, yakni mematuhi keduanya selain untuk bermaksiat kepada Allah114. Dalam kasus ini, bisa termasuk menjalankan kewajiban yang pertama kerena sama saja dengan seorang bapak yang meminta kepadanya agar mau mengizinkan dan menjadi penanggung jawab di STW agar beliau bisa tinggal di STW demi kenyamanan, kesehatan dan ketenangan yang beliau inginkan. Permintaan ini pun tidak termasuk sebagai maksiat kepada Allah. Karena tidak ada dalil yang melarangnya dan keinginan beliau untuk masuk ke STW semata-mata untuk kehidupan beliau yang lebih baik dan lebih produktif. Keinginan beliau juga tidak mengandung kemudharatan yang besar bagi anak dan istri. Dapat dilihat kembali dalam pembahasan dampak baik dan buruk yang akan didapatkan ketika Pak Tatong berada di panti werdha. b. Pada poin kedua terdapat kata berbakti115, makna dari poin ke dua ini

mirip dengan poin yang pertama. Jika melihat dari kamus besar bahasa Indonesia, kata bakti sendiri mempunyai arti kata penghambaan116. Namun hal ini tidak dapat dimasukkan dalam artian sesungguhnya. Karena penghambaan dalam Islam, merupakan hak yang hanya diperuntukkan untuk Allah. Apabila dimasukkan ke dalam konteks bakti kepada kemanusiaan, seperti mengikuti segala keinginan orang tua,

114 „Abdul „Aziz Ibnu Fathy As-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al

-Adâb Al-Islâmiyah, h.163.

115

Ibid., h. 164.

116

60

memenuhi segala kebutuhan orang tua, dan membahagiakan orang tua. Hal ini sesuai dengan awal dari ayat 23 dari surat Al-Isra.

c. Pada poin ketujuh, memberikan harta kepada orang tua menurut jumlah yang mereka inginkan117. Menurut dari pengakuan pak Tonka, dalam segi materi beliau malah sering dibantu oleh orang tua, karena orang tua mempunyai harta yang lebih dari cukup.118 Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih belum membutuhkan bantuan dalam bentuk materi. 2. Melihat dari segi pemenuhan kewajiban orang tua kepada anaknya.

a. Hak untuk cinta dan kasih sayang.119 Pak Tatong beserta istri sudah memenuhi kewajibannya untuk memberikan cinta dan kasih sayang sebagai orang tua. Anak pun telah merasakannya, tetapi kasih sayang ibunya (istri pak Tatong) lebih dirasakan dari pada dari bapaknya.120 Hal ini disebabkan oleh kesibukan Pak Tatong untuk mencari nafkah keluarga. b. Memberi pendidikan yang baik.121 Kedua orang tuanya telah memberikan pendidikan yang baik, semua anaknya dapat minikmati bangku

117„Abdul „Aziz Ibnu Fathy As

-Sayyid Nida, Mawusû‟ah Al-Adâb Al-Islâmiyah, h. 166

118

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

119 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010

dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/parchild.htm

120

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

121 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010

dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/parchild.html

perkuliahan. Misalnya, Pak Tonka lulusan sarjana strata 1 tekhnik elektro Universitas Tri Sakti. Namun yang kurang adalah dalam hal pendidikan agama yang hanya di dapat dengan beberapa tahun saja dengan mendatangkan guru mengaji ke rumah. 122

c. Hak dipenuhi sandang pangan dan dilindungi sampai mereka dewasa dan hak memenuhi kebutuhannya secara finansial.123 Sesuai dengan pengakuan anak ketiga dari pak Tatong tentang hak ini sangat terpenuhi. Karena memang dari segi materi beliau terhitung lebih dari cukup.124 3. Terpenuhinya maksud dari penyelenggaraan STW. Di antara maksud dari

terselenggaranya STW adalah:

a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani dengan baik125, dalam bidang: 1) Kebutuhan hidup pokok secara layak.126

Di STW Ria Pembangunan, melayani kebutuhan pangan secara baik. Menu dapat juga disesuaikan dengan selera makan dan diet perorangan. Makanan disediakan sebanyak tiga kali sehari. Koki-koki

122

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo Cipete, 6 Juni 2010.

123 IA Arshed, “ Hubungan Orangtua-Anak dalam Islam”, artikel diakses pada 18 Juli 2010

dari http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.islam101.com/ sociology/parchild.html

124

Ibid., Cipete, 6 Juni 2010

125 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”, h.44

126

62

yang betugas untuk menyediakan makanan pun patuh dengan peraturan kebersihan makanan yang diberlakukan oleh STW. Seperti, setiap koki ketika memasak dan mengantar makanan harus menggunakan celemek, kompor harus dalam keadaan selalu bersih, nasi sore tidak boleh dimasak lagi untuk pagi hari dan lain sebagainya.127

2) Pemeliharaan kesehatan dengan baik.128

Di STW Ria Pembangunan terdapat Poliklinik buka selama 24 jam, mempunyai kerjasama yang baik dengan beberapa rumah sakit, suster yang selalu keliling STW sehari tiga kali untuk mengkotrol kesehatan penghuni STW, tersedia pelayanan rawat inap khusus bagi para Lansia yang butuh perhatian 24 jam dari suster-suster poliklinik, kebersihan di seluruh lingkungan STW sangat terjaga dengan baik, setiap seminggu 2 kali ada dokter yang keliling untuk mengkontrol penghuni STW, tersedianya obat-obatan P3K atau untuk menangani kondisi darurat penghuni STW dan lain sebagainya.129 Dari pelayanan- pelayanan yang telah disebutkan, terlihat bahwa STW sangat memperhatikan kesehatan para Lansianya atau penghuninya.

127

Peraturan yang dikeluarkan oleh kepala STW Ria Pembangunan tertanggal 22 Agustus 2007

128

Ibid,. h.44

129

Wawancara Pribadi dengan Suster Suciati, Suster Poliklinik Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

3) Pemenuhan kebutuhan pengisian waktu yang luang sesuai usianya.130 Pengisian waktu luang di STW Ria Pembangunan sangat banyak. Seperti melukis, merajut, menyulam, menonton Film bersama, beraneka ragam senam, kegiatan-kegiatan keagamaan, rekreasi, bermain angklung dan lain sebagainya.131

Terpenuhinya kebutuhan rohani, dalam bidang:

1) Kebutuhan kasih sayang, baik dari keluarga atau lingkungan sekitarnya.132

Keluarga besar STW, baik dari pegawai dapur, suster, dokter, carediver, sampai ke bagian administrasi dan kepala STW pun sangat ramah terhadap penghuni panti. Sering menyapa, bercanda dan membantu apabila ada yang sedang membutuhkan. Sedangkan kasih sayang dari keluarganya juga beliau dapatkan. Karena istri datang seminggu tiga kali. Istri selalu memberikan apa yang Pak Tatong inginkan. Misalnya, setiap hari jum’at Pak Tatong ingin shalat jum’at di masjid yang berbeda-beda sesuai dengan keinginannya. Istri

130 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”, h.44

131

Wawancara Pribadi dengan Dwi, Pegawai Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 14 Juni 2010

132

64

akhirnya menyediakan mobil dan sopir pribadi untuk mengantarkan suami.133

2) Peningkatan gairah hidup dan tidak merasa khawatir dalam menghadapi sisa hidupnya.134

Adanya banyak kegiatan yang disediakan dan banyak yang dapat dilakukan oleh para Lansia, membuat semangat untuk hidupnya semakin bertambah kembali. Hal ini termasuk salah satu dari motivasi Pak Tatong untuk masuk ke STW, yakni agar depresi yang sempat pernah dia derita tidak kambuh kembali. Depresi dari perasaan merasa tidak berguna dan putus asa untuk menjalani hidup.135

3) Terpenuhinya kebutuhan sosial dengan baik, terutama dalam hubungan dengan penghuni dan masyarakat sekitar panti.136

4. Melihat dari sisi maslahah mursalah atau mengambil kemaslahatan yang lebih banyak. Karena di dalam kasus ini tidak ada dalil yang menyebutkan secara langsung menyuruh atau melarang seorang anak untuk mengizinkan orang tua tinggal di STW. Dalil-dalil yang ada adalah tentang merawat orang tua,

133

Wawancara Pribadi Dengan Istri Tatong Sutedjo, Cibubur, 9 April 2010.

134 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

Panti Sasana Tresna Werdha 05 Jelember Selatan Jakarta Barat”,h.45

135

Wawancara Pribadi Dengan Tatong Sutedjo, Pasien Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 9 April 2010

136 Mudiyanto, ”Sosialisasi Dan Interaksi Sosial Penghuni Panti Werdha Studi Deskriptif Di

memenuhi hak-haknya dan lain sebagainya, di antara beberapa dalil telah disebutkan pada pembahasan sebelum ini. Salah satu dalil dari sabda Rasulullah tentang kewajiban seorang anak untuk merawat orang tuanya dengan baik dan sabar adalah:

قَ ي َيِأَ ع

،َ

َِهاَُ س َ ق

سَ َِي عَ َ اَىَص

َ:

َ، ُف أَ ِغ

ُف أَ ِغ

َ:

ُ س َ يَ

َ

قَ؟ِها

َ:

ِعَِي ِ َ أَ

َ أَ َ حأَِ ِ اَ

َ ِ ي ِ

اَِ خ يَ َ ُث

َ.

س َ ا

137

َ

Artinya: Celakalah orang, celakalah orang. Kemudian Rasulullah ditanya, siapa yang celaka itu ya Rasulullah? Rasulullah SAW bersabda, Dia itu orang yang kedua orangtuanya sudah lanjut usia kemudian ia tidak memasuki surganya (maksudnya, tidak merawatnya dengan baik). HR. Muslim

Menurut Mutia Muthmainah, hadits ini mengandung makna suatu kewajiban bagi seorang anak untuk merawat orangtuanya yang telah lanjut usia dengan baik dan sabar dan tidak diperkenankan untuk menitipkan orang tua ke panti jompo. Dari kebaikan anak tersebut, maka anak akan mendapatkan surga sebagai balasannya.138

Pada kasus pak Tatong, anak-anaknya dan istri sudah mencoba merawat dengan baik dan sabar. Misalnya, ketika di rumah anak mengabulkan kamar yang diinginkan oleh Pak Tatong. yakni kamar 2 pintu dengan berbagai

137

Abilhusayn Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyayri, An-Nîsâbury, Sahih Muslim, h. 1060

138

66

fasilitas di dalamnya.139 Istrinya selalu setia mendampinginya selama beliau sakit, mencoba berbagai cara agar suaminya sembuh.140 Namun ternyata hal itu, tak membuat Pak Tatong untuk tidak ingin masuk di STW. Pilihannya untuk masuk STW pun tak bisa disalahkan, karena ternyata dari pilihannya tersebut mengundang banyak dampak positif di dalamnya dan ketika sudah seperti itu para pegawai di STW pun bisa menjadi wakil dari anak untuk merawat orang tuanya yang tinggal di STW. Akan tetapi anak masih harus memberikan perhatian dan kasih sayang kepada orang tuanya, karena hal itu tidak bisa didapat dan digantikan dengan orang lain.

Poin-poin yang menunjukkan dampak positif dan negatif, seperti yang telah disebutkan di atas menujukkan bahwa dampak positif yang akan pak Tatong dapatkan ketika tinggal di STW lebih banyak dari pada dampak negatif. Bisa jadi dampak-dampak positif tersebut akan berubah menjadi dampak negatif apabila beliau tetap tinggal di rumah. Apabila seperti itu, maka bisa berlaku kaidah fiqh لازي ررضلا yakni ”kemadharatan itu harus dihilangkan”, maksud dari kaidah tersebut apabila kemadharatan yang telah terjadi dan akan terjadi, maka wajib dihilangkan. 141

139

Wawancara Pribadi dengan Tonka Sesarino, Putra dari Tatong Sutedjo, Cipete, 6 Juni 2010

140

Wawancara Pribadi dengan Istri Tatong Sutedjo, Cibubur, 9 April 2010

141

Abdul Mujib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih Al-Qawa‟idul Fiqhiyah, (Jakarta; Kalam Mulia, 2001), h. 34

Kemadharatan di sini sama dengan dampak-dampak negatif yang terjadi dan akan terjadi apabila Pak Tatong masih berada di rumah. Kemadhratan yang lebih banyak dari pada kemaslahatanya. Kemadharatan yang bisa merusak beberapa dari lima prinsip pokok kehidupan manusia142, yaitu:

a. Jiwa. Pak Tatong ketika berada di rumah pernah merasakan depresi yang berat, sehingga semangatnya untuk hidup menghilang. Depresi akibat dari penyakitnya yang membuat beberapa bagian tubuhnya tidak bisa berfungsi normal seperti ketika beliau belum terkena stroke. Ketika di rumah pun tak banyak yang bisa dilakukan dan di sana hanya terdapat istri dan suster, sedangkan anak-anak bisa berkumpul hanya setiap hari Sabtu dan Minggu. Dengan orang yang sedikit tersebut, menghambat beliau untuk berlatih berbicara. 143

b. Akal. Ketika berada di rumah, pak Tatong tidak dapat memaksimalkan potensi akalnya. Karena ketika di rumah tidak banyak kegiatan sebagaimana ketika beliau berada di STW. Kegiatan yang tentunya bisa mengaktifkan kembali syaraf-syaraf yang belum pulih dan akalnya. Sebagaimana, ungkapan dari Ketua Pusat Intelejensia Departemen Kesehatan Adre Mayza yang menyatakan bahwa, intelegensia hanyalah

142

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, h.347

143

Wawancara Pribadi Dengan Tatong Sutedjo, Pasien Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, Cibubur, 9 April 2010.

68

satu kemampuan kapasitas otak. Fungsi dasar otak antara lain melihat, merasa, meraba, bergerak, keseimbangan, mendengar, dan pengaturan fungsi organ tubuh. Adapun fungsi luhur otak adalah seputar intelektual kognitif, ingatan, perilaku, dan emosi.144 Otak yang dimaksudkan pada ungkapan di atas bisa disamakan dengan akal.

Mengutip dari tulisan yang lalu, kutipan kata bijak dari Umar bin Khatab, ”Tidak adanya kesibukan bagi kaum pria akan membawa kepada kelalaian, sedang bagi kaum wanita akan membawa kepada syahwatnya”.145

Ketika seorang laki-laki menganggur atau banyak berdiam diri tanpa ada aktivitas yang bermanfaat untuk dirinya dan agamanya, maka berarti dia telah lalai dengan perintah-perintah yang kemudian dapat berakibat dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang melawan perintah Allah. Pada hakikatnya dia telah mengetahui tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan yang diperintahkan oleh Allah tapi dia tidak sadar bahwa dia mengetahuinya, maka wajiblah kita untuk mengingatkannya.146

144 “Otak dan Kecerdasan” artikel diakses pada 25 Juni 2010 dari

http://www.rumahcerdaskreatif.com/content/view/150/9/

145

Solihin Abu Izzuddin, Quantum Tarbiyah, h.71

146

Farid Muliana Dan Tim ILNA YOSEN, Super Mentoring 2, (Bandung; Syamil Cipta Media, 2005), h.69

c. Agama. Ketika beliau berada di STW, beliau dapat dengan rutin mengikuti pengajian dan shalat berjamaah. Dengan ikut pengajian tersebut beliau akan sering diingatkan dengan firman-firman Allah atau hadits- hadits Nabi oleh Asatid para guru yang mengajar di sana, sehingga kemungkinan untuk terjadinya suatu kelalaian dapat samakin diperkecil. Selain itu semakin banyak ilmu dan hikmah didapatkan, dari keduanya itu terdapat kebaikan yang sangat banyak.147 Sebagaimana dalam Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 269:

يَ َ َُء شيَ َ ْ ِحاَىِت ي

ْ ِحاَ

َ

َ َا يِث َا يخَيِت ُاَ ف

َ

ِ ْااَا ُ ُاََآِاَ َ َ ي

َُا

/

٢

َ:

٢٨٩

ََ

Artinya: Allah menganugerahkan al-Hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al-Qura‟an dan as-sunnah) kepada siapa yang dikehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi al-Hikmah itu, ia telah benar-benar dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS. Al-Baqarah/2: 269)

Dari pertimbangan analisa-analisa di atas, terutama pada analisa yang terakhir maka hukum mengizinkan orang tua tinggal di panti werdha dalam kasus Pak Tatong adalah diperbolehkan. Karena sesuai dengan prinsip pada kaidah لازي ررضلا.

147 Samin Barkah, ”Urgensi Tatsqif dan Ta’lim Bagi Aktivis Dan Masyarakat”, Artikel

diakses pada 18 Juli 2010 dari http:// http://www.dakwatuna.com/2009/urgensi-tatsqif-dan-talim-bagi- aktivis-dan-masyarakat/

70

Prinsip umum dari pembolehan anak mengizinkan orang tua yang telah lanjut usia tinggal di sasana tresna werdha:

a. Faham dengan kondisi orangtua dan kondisi tempat yang akan ditinggali orang tua. Ini merupakan langkah awal bagi seorang anak, sebelum mereka mengizinkan orangtua tinggal di STW yakni mereka harus benar- benar tahu dan faham kondisi orangtua, faham dengan kondisi kesehatannya, faham dengan segala kebutuhan orang tua baik secara jasmani, rohani dan akalnya dan lain sebagainya. Sehingga anak dapat mengetahui tempat yang diminta oleh orangtuanya tersebut cocok dengan kondisi orang tuanya.

b. STW dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial orang tua. Seperti yang pernah saya sebutkan pada bab sebelumnya yakni pada tujuan berdirinya STW itu sendiri. Misalnya, dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok secara layak, pemeliharaan kesehatan yang baik, dan lain- lain.

c. Bertanggung jawab dengan segala hal yang berkaitan dengan orangtuanya. Misalnya, dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial orangtua terutama untuk pembayaran bulanan untuk STW atau dalam urusan agamanya atau kebutuhan rohaninya dan lain sebagainya.

d. Hubungan kekeluargaan antar keluarga tetap terjalin. Tinggalnya orang tua di STW membuat anak dan orang tua tinggal di dua tempat berbeda. Perbedaan tempat ini, jika tidak sering mengunjungi dan tetap

berkomunikasi dengan baik, maka dapat membuat sekat-sekat kurang baik dalam keluarga. Walaupun orangtua tinggal di STW, seorang anak harus tetap menjalankan kewajibannya kepada orangtuanya, menjaga, merawat dan memberikan kasih sayang, minimal ketika mereka sedang silaturrahim ke orangtuanya. Usaha anak untuk tetap menjalankan kewajibannya dapat menjadikan orangtua tetap merasa diperhatikan, dicintai dan dihargai oleh anaknya sehingga ia pun tetap mencurahkan kasih sayang nya kepada anaknya dan hubungan kekeluargaan tetap terjalin dan keluarga tetap harmonis.

e. Tidak menghilangkan atau menyembunyikan nasab. Perbedaan tempat atau jauhnya jarak rumah dengan STW tak dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan nasab antara anak dan orangtua. Walaupun anak berusaha untuk menghilangkan atau menyembunyikan nasab dengan kedua orangtua mereka, namun pada hakekat sebenarnya hubungan nasab antara keduanya masih ada.

72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian yang berjudul “Anak Mengizinkan Orang tua Lanjut Usia Tinggal Ke Sasana Tresna Werdha (Studi Analisis Prespektif Hukum Islam)” maka ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik, yakni sebagai berikut:

1. Pak Tatong adalah seorang Lansia yang mempunyai seorang istri dan tiga putra yang telah berkeluarga semuanya. Pak Tatong telah tinggal di STW kurang lebih sekitar dua tahun. Istri tinggal bersama anak, namun setiap pekannya pasti datang ke STW kurang lebih dalam kurun seminggu, istri berkunjung sebanyak tiga kali. Keputusan Pak Tatong untuk tinggal di STW adalah permintaan pribadinya, bukan permintaan dari keluarga. Pak Tatong merasa membutuhkan tempat yang lebih kondusif untuk pemulihan kesehatannya pasca stroke dan untuk memanfaatkan waktu-waktu luangnya, menurut beliau STW adalah tempat yang tepat. Pada awalnya pihak keluarga tidak menyutujui keinginan dari Pak Tatong, namun karena beberapa pertimbangan maka keluarga pun tidak melarangnya.

2. Pak Tatong memiliki tiga putra. Mereka telah menikah dan telah mempunyai anak. Ketiga anaknya mempunyai pekerjaan yang cukup menyita hari-hari mereka, yakni antara hari senin sampai jumat.

3. Sasana tresna werdha sangat berperan dalam merawat para Lansia baik dalam kesehatan, kebutuhan spiritual, pemanfaatan waktu luang dan lain-lain. Misalnya di Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan, di sana ada berbagai macam senam, ada kegiatan melukis, ada kegiatan bermain angklung, ada ceramah keagamaan dan lain-lain.

4. Melihat dari segi pemenuhan kewajiban anak kepada orang tuanya, terpenuhinya maksud dari penyelenggaraan STW, melihat dari pemenuhan kewajiban orang tua kepada anaknya kemudian dianalisa akhir memakai maslahah mursalah atau mengambil kemaslahatan yang lebih banyak dengan mencegah kemudharatan yang akan dan telah terjadi maka hukum mengizinkan orang tua tinggal di panti werdha dalam kasus Pak Tatong ini adalah diperbolehkan. Walaupun menurut hukum Islam diperbolehkan namun hukum anak untuk memberikan kasih sayang dan perhatian tetaplah diwajibkan. karena hal itu tak bisa digantikan oleh orang lain. Adapun yang bisa digantikan orang lain misalnya adalah mencuci baju orang tua yang bisa dilakukan oleh carediverpanti Werdha.

74

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan:

1. Sebelum anak mengizinkan orang tua tinggal di Panti Werda atau Sasana Tresna Werdha, hendaklah mengetahui terlebih dahulu secara detail tentang tempat yang akan ditempati oleh orang tuanya tersebut. Kemudian, musyawarahkan dengan keluarga baik melalui internet, brosur yang diedarkan oleh pihak panti atau lebih baiknya lagi langsung mendatangi tempat yang akan ditinggali tersebut dengan dipandu oleh pegawai yang faham dengan baik tentang panti tersebut. Jika diperlukan konsultasi ke psikiater atau psikolog dan ’ulama.

2. Perlu diadakan sosialisasi tentang gambaran panti Werdha yang sesuai dengan asal dari tujuan berdirinya disertai dengan sosialisasi hukum berbakti kepada orang tua dengan mengingatkan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan oleh sang anak dan dengan mengajarakan kaidah-kaidah fiqh yang seharusnya

Dokumen terkait