• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih (penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih (penelitian kualitatif di MTS At-Taqwa 06 Bekasi)"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ZULHANI RISOVI

NIM: 109011000118

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu mata pelajaran fiqih serta peserta didik kelas VII-1 di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.

Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih dan aktivitas belajar siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTs At-Taqwa, kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih berlangsung selama 2 X 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai pada pukul 13.15-15.00 WIB dan jumlah siswa di kelas VII-1 sebanyak 25 siswa. Guru pengampu mata pelajaran fiqih adalah Bapak Ahmad Suhaimi S. Ag. Pada setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang kemudian pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan dan pretest guna mengetahui sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan diakhir pembelajaran guru memberikan posttest guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.

Berdasarkan pengamatan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru merupakan aktivitas yang paling sering dan paling penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa. Pemberian pertanyaan akan membantu siswa belajar secara mental dan lebih sempurna dalam menerima informasi sehingga siswa turut aktif selama proses pembelajaran.

(6)

v

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda

Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan

Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu

syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan

yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta

dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan

dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua

dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis

selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan

mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

3. Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam

membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan

bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses

mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah

(7)

vi

bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan

dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

8. Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin

S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama

ini.

9. Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta

memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan

arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan,

bantuan dan motivasinya.

11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka

maupun duka.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta

perhatian yang luar biasa.

Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala

kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini,

mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.

Jakarta, 13 Maret 2014

(8)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 9

D.Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A.Keterampilan Bertanya Guru ... 12

1. Pengertian Keterampilan Bertanya ... 12

2. Komponen Keterampilan Bertanya ... 14

3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya ... 16

4. Jenis-jenis Pertanyaan ... 17

5. Macam-macam Pertanyaan ... 22

6. Teknik-teknik Bertanya ... 23

7. Fungsi Pertanyaan ... 25

8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan ... 26

B. Metode Tanya Jawab ... 27

(9)

viii

C.Aktivitas Belajar ... 33

1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 34

2. Prinsip-prinsip Aktivitas ... 38

3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ... 39

4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 44

D.Fiqih ... 45

1. Pengertian Fiqih... 45

2. Dasar-dasar Fiqih... 47

E. Penelitian yang Relevan ... 48

F. Kerangka Berpikir ... 49

G.Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A.Metode dan Desain Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

C.Teknik Pengumpulan Data ... 52

1. Observasi ... 53

2. Dokumentasi ... 55

3. Wawancara ... 56

D.Instrumen Penelitian ... 58

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 63

F. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Deskripsi Data ... 67

(10)

ix

b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ... 73

c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ... 74

2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ... 74

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V PENUTUP ... 97

A.Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(11)

x

Tabel 2 Pedoman Wawancara Guru Fiqih ... 58

Tabel 3 Pedoman Wawancara Siswa kelas VII-1 ... 61

Tabel 4 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-1 ... 79

Tabel 5 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-2 ... 83

Tabel 6 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-3 ... 85

[image:11.595.115.515.148.602.2]
(12)

xi

Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa

Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru

Lampiran 4 Foto Wawancara dengan Guru Fiqih

Lampiran 5 Berita Wawancara Siswa

Lampiran 6 Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VII-I

Lampiran 7 Berita Wawancara Guru

Lampiran 8 Lembar Instrumen Aktivitas Belajar Fiqih Siswa

Lampiran 9 Lembar Pengamatan (observasi) Keterampilan Bertanya Guru

dalam Kegiatan Pembelajaran

Lampiran 10 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah

Lampiran 11 Foto Profil Lembaga Sekolah

Lampiran 12 Lembar Uji Referensi

(13)

1

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan

pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat,

pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan

kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan

masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari

seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan.

Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh

kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh

Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an.





















































Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah

kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)1

Islam telah mewajibkan bagi setiap pengikutnya untuk menuntut ilmu

seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:

1

Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung

(14)

Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun

muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari)

Adapun tujuan dari pendidikan Nasional adalah membangun bangsa dan

negara Indonesia lebih baik sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan melalui proses pembelajaran,

dimana setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran adalah

upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan

melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil

yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun

orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar

belajar itu mendapatkan hasil yang baik.4 Sebagai seorang guru hendaknya juga mampu memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa sehingga siswa

2

Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003, h. 3. 3

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h. 131.

4

(15)

yang menjadi tanggung jawab seorang guru di kelas merasa mendapatkan

perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama kepada suluruh

siswa tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan

yang sudah dirumuskan secara matang dalam setiap rencana pembelajaran dapat

tercapai dengan baik dan sempurna.

Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak

terlihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar

tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya

gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru

menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa

memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-angguk kepala itu bukan

karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru,

akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi

penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia

tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar,

karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya,

manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, misalnya ia kelihatan

mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka

guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya

sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa

menjawab semua pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan

perilaku yang ditimbulkan, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah

melakukan proses belajar.5

Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan

mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun baik secara eksplisit

maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi

yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses

perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.6

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet. V, h. 112-113.

6

(16)

Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan

produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena

mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong

dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill

(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan), dan knowledge

(pengetahuan).

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku

mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan

pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,

dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal

banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh

guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah

model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam

dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat

bingung para pendidik. 7

Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu

karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan

keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar

(teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat

mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal

untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan

professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya

dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar. 8

Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya mata

pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran

secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta

didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah

7

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131.

8

(17)

sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini

akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak

memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di

depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.

Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk

menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan

merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti

menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia

pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan

dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan

pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa

tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat

mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa.

Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan

akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua

turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang

aktif mengajukan pertanyaan.

Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas

hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak

belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya,

misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu

pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar

untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya

menerima saja.

Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan

dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang

menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode

ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

(18)

dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika

guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka

bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka

yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan

sebagainya.

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup

kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan

menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang

sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan

bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan

menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta

mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan

mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip

dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan

bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh

karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah

motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam

pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali

informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9

Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari

pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang

ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk

ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak

9

(19)

tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan

ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak

boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia

pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan

informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian.

Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas

pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban

sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan

yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para

siswa mereka. 10

Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong

siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan

digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran

yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan

untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan

untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan

memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka

sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman

siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas

ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa.

Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan

cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling

menantang.11

Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih

di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami

pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan

dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan

syariat Islam secara kaffah (sempurna).

10

Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369.

11

(20)

Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang

memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila

diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan

tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang

memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan

takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka

mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting

bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat

penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat

dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa

aktif.

Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya

dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas

dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya

kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat

peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan

tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang

berlangsung tersebut.

Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil

judul “Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06 Bekasi”

B.

Identifikasi Masalah

Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang,

yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas

Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa

serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan

(21)

Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi di antaranya adalah:

1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran.

2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol, main

hand phone dan melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannnya

dengan pembelajaran fiqih.

4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode pembelajaran

yang diterapkan oleh guru fiqih.

5. Siswa cenderung tidak aktif dan kurang berani bertanya dalam mengikuti

proses pembelajaran fiqih.

6. Masih rendahnya siswa yang bertanya selama proses pembelajaran yang

menyebabkan masih rendahnya keterampilan bertanya siswa karena siswa

tidak terlatih untuk bertanya.

7. Guru kurang terampil dalam melontarkan pertanyaan kepada siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas,

penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar

mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar

penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis

membatasi masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan

bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah

diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan

lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun

keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya

jawab.

2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar

siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran

(22)

pendapat, diskusi, menanggapi pertanyaan, mencatat penjelasan guru,

mengerjakan tugas, dan berani atau bersemangat).

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya

dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi.

2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya

pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan

bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06

Bekasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS

at-Taqwa 06 bekasi.

F.

Manfaat Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai

mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah

disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:

1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai

salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

(23)

khususnya pengetahuan tentang penggunaan keterampilan bertanya serta

pengaruhnya dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa.

2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar,

mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fiqih untuk

mencapai prestasi yang lebih baik, meningkatkan pemahaman siswa, siswa

ikut berperan aktif di dalam kelas, dan dapat memberikan arahan bimbingan

kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan

serta menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan.

3. Bagi guru adalah sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan

keterampilan bertanya dan sebagai upaya memperkaya model pembelajaran

sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII

pada mata pelajaran Fiqih.

4. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan daapat digunakan sebagai

upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta dapat

mengetahui penggunaan keterampilan bertanya yang efektif dalam

(24)

12

A.

Keterampilan Bertanya Guru

1. Pengertian Keterampilan Bertanya

Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para

pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian

dan perlu dipertanyakan.1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi:103









Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang

-orang yang paling merugi perbuatannya?"2

Pertanyaan ini pasti menraik orang-orang yang mendengarnya untuk

segera mengetahui tentang orang-orang yang rugi dalam pekerjaan mereka.

Kemudian Allah SWT baru menjelaskannya dalam Q.S Al-Kahfi:104







Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan

dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat

sebaik-baiknya.”3

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya berasal dari tanya

yang berarti meminta diberikan keterangan penjelasan dan sebagainya. Sedangkan

1

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I, h. 235.

2

Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung

Harapan), h. 417. 3

(25)

keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kemampuan dalam

menyelesaikan tugas dan cekatan.4

Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para

pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian

dan perlu dipertanyakan.5

Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.

Keterampilan bertanya adalah ucapan herbal yang meminta respon dari seseorang

yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan

hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus

efektif yang mendorong kemampuan berfikir.6

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir setiap tahap

pembelajaran dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan

yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.

Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, dalam bukunya yang berjudul “Guru

dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, menjelaskan tujuan keterampilan

bertanya antara lain:

a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik

b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu

c. Mengembangkan belajar secara aktif

d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa

e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.7

Menurut Moh. User Usman memberikan dasar-dasar pertanyaan yang baik yang harus diperhatikan, diantaranya:

a. Jelas dan mudah untuk dimengerti.

b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.

d. Membagi pertanyaan secara merata.

4

Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya, PT. Apollo,1997). 5

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 284.

6

J.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI., h. 62.

7

(26)

e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.

f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.8

g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.9

Menurut Rusman Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus

diperhatikan guru antara lain:

a. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas. b. Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.

c. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu. d. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk

berpikir.

e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.10

2. Komponen Keterampilan Bertanya

Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan

bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.

a. Keterampilan Dasar

Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar

bertanya meliputi:

1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

2) Pemberian acuan: supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam

mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi

yang menjadi acuan pertanyaan.

3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan

dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang

kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.

4) Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat

dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab

pertanyaan yang sama.

8

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006), cet. XI, h. 75.

9

Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82.

10

(27)

5) Penyebaran pertanyaan: untuk maksud tertentu guru dapat

melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau

menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain.

6) Pemberian waktu berpikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus

berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespons pertanyaan.

7) Pemberian tuntunan: bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam

menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan.

Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau

cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau

mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.11 b. Keterampilan Lanjutan

Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya

lanjut adalah:

1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan; untuk

mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan

tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan,

analisis, sintesis, dan evaluasi).

2) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai

urutan yang logis.

3) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang

berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak

perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta

siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan

alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.

4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.12

11

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI, h. 62.

12

(28)

3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya

Adapun tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam

bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe

pertanyaan yaitu:

a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk

mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang

pernah dipelajarinya.

b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan, yaitu

pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya pikir analisis dan

sintesis.

c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyaan

untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat

perkiraan-perkiraan.

d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan

mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.

e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk

mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.

f. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan

untuk memberikan penegasan dan meyakinkan tentang sesuatu kepada

siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyaan retorika yang tidak

perlu mendapat jawabannya.

Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan

kepada siswa mendapat respon yang baik adalah:

a. Pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa

yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa).

b. Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir

kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.

c. Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk

(29)

d. Penunjukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan

atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa

memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawabnya.

4. Jenis-jenis Pertanyaan

Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting

sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat

akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis,

yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom.

Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance

question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau

menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question),

sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan

(recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question),

pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis

question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13

Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.

a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya

1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang

mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan

dalam bentuk pertanyaan.

Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh

seluruh kelas?

2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question)

Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab

sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi

kepada siswa.

Contoh:

Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar?

13

(30)

Mengajar adalah. . . “

3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)

Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam

proses berpikir.

Contoh:

Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam

strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih

tinggi derajat CBSA-annya, strategi eksporsitorik atau

heuristik?”

Halim: Diam (sedang berpikir)

Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . .

bagaimana. . . Halim?”

4) Pertanyaan menggali (probing question)

Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih

mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.

Contoh:

Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan

Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan

tersebut, Amin?”

Amin: “sangat menarik, Pak.”

Guru: “faktor apa yang menarik?”

Dan seterusnya.14

b. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom

1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)

Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan

atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata

yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini

biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan.

14

(31)

Contoh:

- Apa nama ibu kota Argentina?

- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?

- Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan?

2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)

Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan

jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya

dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca

informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan

membandingkan atau membeda-bedakan.

Contoh:

- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari

pariwisata?

- Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini?

3) Pertanyaan penerapan (application question)

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal

dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan,

kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.

Contoh:

- Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan

mana yang memenuhi syarat?

- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang

termasuk protozoa?

4) Pertanyaan analisis (analysis question)

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan

cara:

- Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.

- Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu

kesimpulan atau generalisasi.

- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau

(32)

Contoh:

- Identifikasi motif:

Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?

- Menganalisa kesimpulan generalisasi:

Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.

Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya;

- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada:

Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan

Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar

belakang, motif, serta sebab-musababnya?

5) Pertanyaan sintesis (synthesis question)

Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal,

melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk

mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis

menuntut siswa untuk:

- Membuat ramalan atau prediksi:

Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?

- Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:

Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan

serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang

Anda tampilan untuk mengatasinya;

- Mencari komunikasi:

Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta

perasaan anda!

6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)

Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya

dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu

issue yang ditampilkan.

(33)

- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan

murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau

sekolah terbuka? 15

c. Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran

1) Pertanyaan sempit (narrow question)

Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup, dan biasanya

kunci jawabannya telah tersedia.

a) Pertanyaan sempit informasi langsung:

Pertanyaan semacam ini menuntut siswa untuk menghafal atau

mengingat informasi yang ada.

Contoh:

- Berapa derajat celcius temperatur tubuh manusia yang sehat?

b) Pertanyaan sempit memusat:

Pertanyaan ini menurut murid agar mengembangkan ide atau

jawabannya dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu.

Contoh:

- Dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dapat

dengan mudah dimengerti oleh siswa?

2) Pertanyaan luas (broad question)

Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab

pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga

masih diharapkan hasil yang terbuka.

a) Pertanyaan luas terbuka (open-ended question):

Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.

Contoh:

- Bagaimana caranya menanggulangi peningkatan kejahatan di

kota ini?

15

(34)

b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question):

Pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penelitian

terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif

bila guru menghendaki siswa untuk:

- Merumuskan pendapat,

- Menentukan sikap,

- Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue.

Contoh:

- Bagaimana pendapatmu tentang film yang diputar tadi?

- Mengapa kamu katakan pada waktu pagi lebih baik

berjalan-jalan daripada melamun?

- Bagaimana pendapatmu tentang . . . (suatu issue di

masyarakat).16

5. Macam-Macam Pertanyaan

Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan

Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:

a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga:

1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang

dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan

pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima

pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.

2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian

pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.

3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan

untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17

16

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 18-19.

17

(35)

b. Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu pertanyan ingatan dan pertanyaan pikiran:

1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh

mana pengetahuan sudah dikuasai oleh siswa. Kata tanya yang

digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa.

2) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai

sejauhmana cara berpikir siswa dalam menanggapi suatu persoalan.

Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.18

6. Teknik-teknik Bertanya

Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara

mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang

dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan

dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses

belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan

pertanyaan antara lain:

a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan

Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya

antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari

kebiasaan-kebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya.

b. Kecepatan dan selang waktu

Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa.

Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi

kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor

kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab.

c. Arah dan distribusi penunjukkan

Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi

kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya.

Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh

kelas.

18

(36)

d. Teknik reinforcement

Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta

meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga

memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.

e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19

Menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”,Dilihat dari

segi pertanyaan teknik pertanyaan dapat dibedakan:

a. The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis

pertanyaan.

b. The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang saling bertalian

satu sama lain.

c. The Plateaus Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya

terhadap sejumlah peserta didik sebelum beralih kepada jenis pertanyaan

yang lain.

d. The inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik

didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal khusus kepada

hal-hal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum.

e. The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan

sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan

pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.20

Dengan berbagai variasi dan jenis teknik pertanyaan tersebut diharapkan

proses belajar-mengajar menjadi hidup dan menarik bagi anak. Di sisi lain guru

hendaknya selalu berusaha memberikan kesempatan dan dorongan kepada

siswanya untuk mengajukan pertanyaan.

19

j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 19-20.

20

(37)

7. Fungsi Pertanyaan

Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979)

mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti:

a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.

b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.

c. Menggalakkan penerapan belajar aktif.

d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.

e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara

maksimal.

f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat

secara aktif dalam pembelajaran.

h. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan

pemahamannya tentang informasi yang diberikan.

i. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat

mendorong mengembangkan proses berpikir.

j. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau

pertanyaan guru.

k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.

l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna

untuk:

a. Kegiatan guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan

berpikir siswa.

b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang

berbasis inquiry.

c. Mengecek pemahaman siswa.

d. Membangkitkan respons pada siswa.

21

(38)

e. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

f. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.22

Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning

(bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa

dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya

juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika

menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga

ditemukan pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan

memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.23

8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan

Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan

kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa

maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek

penyelenggaraannya, sesuai dengan fakta atau penalaran. Hal ini dapat

memungkinkan terbentuknya sikap ilmiah. Pertanyaan dapat merangsang

timbulnya kegiatan belajar. Berikut ini adalah merupakan manfaat mengajukan

pertanyaan:

a. Memperluas wawasan berfikir. Jika seseorang selalu menerima suatu ide

atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa

yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan

tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, dihubungkan dengan

ide atau teori lain. Selanjutnya, memungkinkan siswa yang bersangkutan

dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide

atau teori yang sedang dibahas.

b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya seorang siswa

merasa puas, jika ia mengetahui bahwa jawaban yang dikemukakan untuk

22

Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85.

23

(39)

menjawab pertanyaan guru disetujui, atau pertanyaan yang diajukan

relevan dan dapat mengundang pembahasan lebih lanjut. Guru sepatutnya

menunjukkan sikap setuju itu dengan ucapan, anggukan atau kerlingan

mata (tindakan bersifat gestural). Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu

hadiah (reward) yang dapat menguatkan pemahaman siswa yang

bersangkutan terhadap materi pembelajaran yang dibahas.

c. Memberi motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih jauh. Dengan

mengajukan pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak

menerima suatu pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat

mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mendalami (curiosity)

berbagai teori, dan dapat mendorong untuk belajar lebih jauh.24

B.

Metode Tanya Jawab

1. Pengertian Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui

interaksi dua arah dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar

diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru dan siswa.25 Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk

pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari penyaji kepada peserta, tetapi dapat

pula dari peserta kepada penyaji.26

Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi

Muhammad SAW juga menggunakan metode pembelajaran dialog dan tanya

jawab yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril

menjelma seperti seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam

muncul dihadapan Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah

tidak ada yang tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut, tiba-tiba

dihadapan Beliau.

24

Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 58-59.

25

Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160.

26

Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,

(40)

ها َص ها ْ س ْع ْح ْب : ق ْع ها ض َّ ْا ْب ع ْ ع

ب ْ ش ج ْ ع ع ط ْ ْ ا َس ْ ع

ِّ ا ض

, ْعَّ ا ا س ْ ش

ف ْع , فَّ ا ْثأ ْ ع

َس ْ ع ها َص ِ َ ا ا س ج َح حأ َ

ْ ف ع َْف عض , ْ ْ ا ْ ْ ْسأف

ع ْ ْخأ َ ح : ق

, ْس ْا

ح َ أ ها َا ا ْ أ ّْ أ ْس ْا : َس ْ ع ها َص ها ْ س ف

ا َ

ْ ّ , َّ ا ْؤ , َّ ا ْ ,ها ْ س

ا ْ ْا َّح , ض

ع ْ ْ ْخأف : ق قِّ أّْ ْجعف ق ْق ص ق ْ س ْ ا ْعّ ْسا

ْ ْا , ْ س ,

, ئ ,ها ب ْؤ ْ أ : ق

ْ ْا

ْؤ , خأْا

َأ ها ْع ْ أ : ق ّْح ْا ع ْ ْ ْخأف ق ْق ص ق ِ ش ْخ ْ ب

ْ أف , ا

ا : ق ع َّ ا ع ْ ْ ْخأف : ق ا ا َ ف ا ْ ْ

ْ ؤّْ ْ

ْ ا , َب أْا ْ أ : ق ا أ ْ ع ْ ْ ْخأف : ق ئ َّ ا ْعأب ْع

ْ ّ ء َّ ا ء ع عْا ا عْا فحْا

ّْ ف ق ّْا َ ث ْ ْا ف

َث ً

ْ أ ْ ْج َ ف : ق ْعأ ْ س ها : ْق ؟ ئ َّ ا ْ ْ أ , ع : ق

) ّ ا ( ْ ْ ِع

Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat

putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang,

dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga

dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua

lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua

pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan

(41)

pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu benar”. Umar berkata: “Kami heran, dia bertanya dan dia

membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikat -Nya, kitab-kitab--Nya, Rasul-rasul--Nya, hari akhir dan kamu percaya pada

takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”.

Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat

kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku

tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara

tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan

kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang,

dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian

pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian

Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang

mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril

datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR.

Muslim).27

Hadits ini menunjukkan bahwa Malaikat Jibril ketika memberikan

pengajaran kepada Rasulullah SAW tentang apa itu Islam, apa itu Iman, apa itu

Ihsan dan kapan datangnya hari kiamat. Metode penyampaian pelajaran melalui

metode tanya jawab atau dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi dan antara

27

(42)

Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid

dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28

Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan

berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta

didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta

didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.29 Dalam kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan

pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada

saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran.

Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan

perhatian siswa untuk belajar secara aktif.30

2. Tujuan Metode Tanya Jawab

Tujuan metode tanya jawab adalah:

a. Menciptakan suasana yang hidup (setiap peserta ikut serta dan aktif) dalam

KBM.

b. Menggali ide-ide peserta.

c. Memberikan rangsangan pada peserta/siswa untuk merumuskan ide-ide

yang tergali dengan menggunakan kalimat sendiri.

d. Mengetahui posisi pemahaman siswa terhadap tema yang dibahas.

e. Menciptakan kesempatan bagi peserta untuk lebih mengonsolidasikan

pemahamannya.

f. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk berani berkomentar.31

28

ibid. 29

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 305.

30

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 43.

31

Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,

(43)

Mengajar dengan sesi tanya jawab:

a. Pilihlah beberapa pertanyaan yang akan memandu pelajaran. Tulislah tiga

sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis.

b. Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang

akan digunakan guru untuk mengisyaratkan pertanyaan yang disampaikan

guru.

c. Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah

masing-masing sebuah kartu, dan jelaskan isyaratnya.

d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menjelaskan topik dan berikan isyarat

pertama guru. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan

isyarat dan pertanyaan lain.

e. Lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Guru melihat beberapa peserta

yang mengangkat tangan.

Memutar peran, mengajukan pertanyaan:

a. Susunlah pertanyaan yang akan guru kemukakan tentang beberapa materi

pelajaran seolah-olah guru adalah peserta didik.

b. Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik bahwa guru

akan menjadi peserta didik dan peserta didik secara kolektif akn menjadi

guru. Beralihlah lebih ke pertanyaan guru.

c. Berlakulah argumentative, humoris, atau apa saja yang dapat membawa

peserta didik pada perdebatan dan menyerang guru dengan

jawaban-jawaban.

Gambar

Tabel 1 Dokumen Penelitian  ....................................................................
Tabel 1
tabel berikut ini:
Tabel 3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Patogenesis E. histolytica diyakini tergantung pada 2 mekanisme, yaitu kontak sel dan pemajanan toksin. Penelitian baru-baru ini telah menunjukkan bahwa kematian

Dengan semakin berkembangnya jaman dan majunya tehnologi, para pengusaha semakin kompetitif dalam bersaing untuk meraih keuntungan yang tinggi.. Pemanfaatan Tehnologi Informasi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hanya karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Status oral higiene dan kebutuhan

” 64 Interview di atas, menunjukkan bahwa tugas selalu diberikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Kabupaten Tanggamus,

Manusia tumbuh dan berkembang dalam lingkungan. Lingkungan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu ke waktu, sehingga

Pengukuran tingkat kapabilitas pada penelitian ini betujuan untuk melihat level kemampuan tata kelola teknologi yang ada diperusahaan saat ini dan dapat memberikan

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga untuk paket pekerjaan PERENCANAAN PEMBANGUNAN 63 DAYAH dengan ini kami undang Saudara untuk dapat

Terapi psikoreligius adalah penanganan depresi dengan pendekatan keagamaan, diantaranya adalah terapi mendengarkan suara Al Qur’an, terapi sholat dan terapi dzikir. Terapi