Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
ZULHANI RISOVI
NIM: 109011000118
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
iv
Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan bertanya guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran fiqih. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus pada penelitian kualitatif berarti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Adapun teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu mata pelajaran fiqih serta peserta didik kelas VII-1 di MTs At-Taqwa 06 Bekasi.
Setelah penelitian dilakukan, maka penulis memperoleh hasil penelitian berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran fiqih dan aktivitas belajar siswa di MTs At-Taqwa 06 Bekasi. Di MTs At-Taqwa, kegiatan belajar mengajar mata pelajaran fiqih berlangsung selama 2 X 40 menit (2 jam pelajaran), dimulai pada pukul 13.15-15.00 WIB dan jumlah siswa di kelas VII-1 sebanyak 25 siswa. Guru pengampu mata pelajaran fiqih adalah Bapak Ahmad Suhaimi S. Ag. Pada setiap pertemuan siswa mendapatkan materi yang kemudian pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan dan pretest guna mengetahui sejauh mana siswa mengingat pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya dan diakhir pembelajaran guru memberikan posttest guna mengetahui sejauh mana pemahaman siswa.
Berdasarkan pengamatan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya guru merupakan aktivitas yang paling sering dan paling penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Kemampuan bertanya merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki oleh guru karena bertanya adalah alat untuk mengajar. Karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban siswa. Pemberian pertanyaan akan membantu siswa belajar secara mental dan lebih sempurna dalam menerima informasi sehingga siswa turut aktif selama proses pembelajaran.
v
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul ”Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih” ini merupakan salah satu
syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang dialami. Namun berkat kerja keras, do’a dan kesungguhan hati serta
dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua kesulitan
dan hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA Ketua
dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
3. Drs. Masan AF, M.Pd. Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam
membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan
bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses
mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Ubaidillah, S.Ag. Kepala sekolah MTs At-taqwa 06 Bekasi yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
vi
bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.
7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.
8. Kakakku Siti Riyani S.Pd.I beserta suami & anak, aaku Sofyan Yavin
S.pd.I beserta istri & anak, terimakasih atas doa dan dukungannya selama
ini.
9. Sirru qolby (My Sun) yang selalu setia menemani, memotivasi, serta
memberi keceriaan yang mampu menghibur hatiku dan memberikan
arahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2009, kelas C dan Fiqih A. Terimakasih atas kebersamaan, dukungan,
bantuan dan motivasinya.
11. Sahabat-sahabat (The Finger) yang selalu menemani penulis baik suka
maupun duka.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta
perhatian yang luar biasa.
Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala
kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini,
mohon di maafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.
Jakarta, 13 Maret 2014
vii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C.Pembatasan Masalah ... 9
D.Perumusan Masalah ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
A.Keterampilan Bertanya Guru ... 12
1. Pengertian Keterampilan Bertanya ... 12
2. Komponen Keterampilan Bertanya ... 14
3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya ... 16
4. Jenis-jenis Pertanyaan ... 17
5. Macam-macam Pertanyaan ... 22
6. Teknik-teknik Bertanya ... 23
7. Fungsi Pertanyaan ... 25
8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan ... 26
B. Metode Tanya Jawab ... 27
viii
C.Aktivitas Belajar ... 33
1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 34
2. Prinsip-prinsip Aktivitas ... 38
3. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar ... 39
4. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran ... 44
D.Fiqih ... 45
1. Pengertian Fiqih... 45
2. Dasar-dasar Fiqih... 47
E. Penelitian yang Relevan ... 48
F. Kerangka Berpikir ... 49
G.Hipotesis Penelitian ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51
A.Metode dan Desain Penelitian ... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
C.Teknik Pengumpulan Data ... 52
1. Observasi ... 53
2. Dokumentasi ... 55
3. Wawancara ... 56
D.Instrumen Penelitian ... 58
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 63
F. Teknik Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
A. Deskripsi Data ... 67
ix
b. Komponen Keterampilan Bertanya Dasar ... 73
c. Komponen Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjut ... 74
2. Aktivitas belajar Fiqih Siswa ... 74
3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94
BAB V PENUTUP ... 97
A.Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
x
Tabel 2 Pedoman Wawancara Guru Fiqih ... 58
Tabel 3 Pedoman Wawancara Siswa kelas VII-1 ... 61
Tabel 4 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-1 ... 79
Tabel 5 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-2 ... 83
Tabel 6 Persentase Aktivitas Belajar Fiqih Siswa Pengamatan ke-3 ... 85
[image:11.595.115.515.148.602.2]xi
Lampiran 2 Lembar Pedoman Wawancara dengan Siswa
Lampiran 3 Lembar Pedoman Wawancara dengan Guru
Lampiran 4 Foto Wawancara dengan Guru Fiqih
Lampiran 5 Berita Wawancara Siswa
Lampiran 6 Foto Wawancara dengan Siswa Kelas VII-I
Lampiran 7 Berita Wawancara Guru
Lampiran 8 Lembar Instrumen Aktivitas Belajar Fiqih Siswa
Lampiran 9 Lembar Pengamatan (observasi) Keterampilan Bertanya Guru
dalam Kegiatan Pembelajaran
Lampiran 10 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah
Lampiran 11 Foto Profil Lembaga Sekolah
Lampiran 12 Lembar Uji Referensi
1
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan
pembangunan yang sangat penting. Dalam sejarah pertumbuhan masyarakat,
pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan
kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan
masyarakatnya. Sangat wajar jika kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari
seberapa besar perhatian bangsa tersebut terhadap pendidikan.
Melalui pendidikan suatu masyarakat atau bangsa akan memperoleh
kemuliaan. Kebenaran akan pernyataan ini sebenarnya sudah ditetapkan oleh
Allah SWT sebagai Sang Maha Pengatur, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an.
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah: 11)1
Islam telah mewajibkan bagi setiap pengikutnya untuk menuntut ilmu
seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW:
1
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Artinya: “Menuntut ilmu itu kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki maupun
muslim perempuan.” (Ibnu Abdul Bari)
Adapun tujuan dari pendidikan Nasional adalah membangun bangsa dan
negara Indonesia lebih baik sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2
Penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan melalui proses pembelajaran,
dimana setiap komponen saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran adalah
upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan
melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.3
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Dalam belajar, yang terpenting adalah proses bukan hasil
yang diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun
orang lain hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar
belajar itu mendapatkan hasil yang baik.4 Sebagai seorang guru hendaknya juga mampu memberikan pelayanan yang sama kepada semua siswa sehingga siswa
2
Lampiran SISDIKNAS 20 Tahun 2003, h. 3. 3
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h. 131.
4
yang menjadi tanggung jawab seorang guru di kelas merasa mendapatkan
perhatian yang sama. Untuk memberikan pelayanan yang sama kepada suluruh
siswa tentunya kita perlu mencari solusi dan strategi yang tepat, sehingga harapan
yang sudah dirumuskan secara matang dalam setiap rencana pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan sempurna.
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
terlihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar
tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya
gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Misalnya, ketika seorang guru
menjelaskan suatu materi pelajaran, walaupun sepertinya seorang siswa
memperhatikan dengan seksama sambil mengangguk-angguk kepala itu bukan
karena ia memperhatikan materi pelajaran dan paham apa yang dikatakan guru,
akan tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara, atau mengagumi
penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia
tidak mengerti apa-apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar,
karena tidak menampakkan gejala-gejala perubahan tingkah laku. Sebaliknya,
manakala ada siswa yang seakan-akan tidak memperhatikan, misalnya ia kelihatan
mengantuk dengan menundukkan kepala dan tidak pernah memandang muka
guru, belum tentu mereka tidak sedang belajar. Mungkin saja otak dan pikirannya
sedang mencerna apa yang dikatakan guru, sehingga ketika ditanya ia bisa
menjawab semua pertanyaan dengan benar. Berdasarkan adanya perubahan
perilaku yang ditimbulkan, maka kita yakin bahwa sebenarnya ia sudah
melakukan proses belajar.5
Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam menjelaskan dan
mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun baik secara eksplisit
maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi
yang nyaris disepakati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses
perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.6
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006), Cet. V, h. 112-113.
6
Perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran jelas merupakan
produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat dipahami karena
mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru untuk menolong
dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan skill
(keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan), dan knowledge
(pengetahuan).
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku
mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan
pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap,
dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal
banyak istilah untuk menggambarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh
guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah
model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam
dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat
bingung para pendidik. 7
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu
karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar
(teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat
mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal
untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan
professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya
dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan mengajar. 8
Model pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya mata
pelajaran fiqih selama ini secara umum tidak kunjung berubah. Pembelajaran
secara konvensional-tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta
didik. Siswa juga dibiasakan dengan budaya diam sejak pendidikan terendah
7
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131.
8
sehingga mereka tidak berani mengutarakan pendapat ataupun bertanya. Hal ini
akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Sering sekali ditemukan siswa tidak
memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap penjelasan yang diberikan guru di
depan kelas, tidak konsentrasi, mengobrol, atau mengerjakan tugas pelajaran lain.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas untuk
menumbuhkan aktivitas dan partisipasinya siswa salah satu caranya dengan
merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan. Mengajukan pertanyaan berarti
menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seorang siswa. Dalam dunia
pendidikan kita, siswa belum banyak terrangsang untuk mengajukan pertanyaan
dari materi yang dipelajari, karena siswa tidak terlatih dalam mengajukan
pertanyaan, siswa kurang percaya diri dengan konsep yang dimilikinya atau siswa
tidak diberi kesempatan bertanya oleh guru. Selain itu guru juga dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memancing keaktifan siswa.
Pertanyaan biasanya diajukan oleh guru pada saat awal memulai pelajaran dan
akhir pelajaran. Pertanyaan biasanya dijawab oleh anak tertentu saja, tidak semua
turut aktif dalam menjawab pertanyaan. Apabila guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya kepada guru, hanya terlihat beberapa siswa saja yang
aktif mengajukan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran strategi yang ditetapkan oleh guru di kelas
hendaknya memperhatikan keaktifan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan tidak
belajar hanya dari guru saja tetapi juga belajar dari lingkungan sekitarnya,
misalnya dari teman, orang tua ataupun media. Siswa dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dimana pun berada. Siswa yang aktif mempunyai peluang yang besar
untuk keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan siswa yang pasif dan hanya
menerima saja.
Di dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peran penting dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Guru diharapkan
dapat mengelola kelas dengan baik dan menyuguhkan pembelajaran yang
menyenangkan. Sayangnya sebagian besar guru hanya menggunakan metode
ceramah saja, dan jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
dalam belajar bahkan sebagian peserta didik tidak memperhatikan pelajaran ketika
guru sedang menjelaskan materi pelajaran yang sedang dipelajari. Mereka
bercanda dan mengobrol dengan teman sebangkunya bahkan ada diantara mereka
yang asyik bermain dengan mainannya, seperti menggambar, gangsing, dan
sebagainya.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh. Turney (1973) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keutuhan delapan keterampilan
mengajar tersebut di atas merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.
Setiap keterampilan mengajar memilki komponen dan prinsip-prinsip
dasar tersendiri. Termasuk keterampilan teknik bertanya guru atau keterampilan
bertanya siswa akan berpengaruh terhadap kesegaran proses pembelajaran. Oleh
karenanya siswa harus menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah
motivasi untuk belajar, mengembangkan ide dan gagasan yang dimiliknya.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru mendorong, membimbing, dan
menilai kemampuan berpikir siswa, bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali
informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.9
Kita semua belajar dari pertanyaan-pertanyaan yang kita tanyakan dan dari
pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada kita. Kita punya pertanyaan yang
ingin ada jawabannya, kita punya pertanyaan yang terkadang takut untuk
ditanyakan, dan terkadang orang menanyakan sesuatu kepada kita yang kita tidak
9
tahu jawabannya. Mungkin ada banyak pertanyaan yang kita harapkan tidak akan
ditanyakan orang kepada kita, dan ada pertanyaan-pertanyaan yang kita tahu tidak
boleh kita tanyakan kepada orang lain tapi tetap kita tanyakan karena manusia
pada dasarnya inginnya selalu tahu. Orang bertanya untuk mendapatkan
informasi, untuk meningkatkan pemahaman, dan bahkan untuk menarik perhatian.
Sebagian pertanyaan yang ditanyakan mengagetkan, dan sebagian jelas
pertanyaan ada yang salah. Terkadang guru terlalu memperhatikan jawaban
sehingga mereka melewatkan pentingnya pertanyaan, menanyakan pertanyaan
yang benar dan mendengarkan serta mempelajari pertanyaan yang ditanyakan para
siswa mereka. 10
Guru bertanya untuk mengetahui pemahaman siswa, untuk mendorong
siswa berpikir, dan untuk menyusun serta mengarahkan pembelajaran. Pertanyaan
digunakan oleh guru sebagai alat diagnosa dalam menentukan tingkat pengajaran
yang diperlukan siswa untuk memulai pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan
untuk mengatur tingkah laku siswa atau pengaturan kelas biasanya dimaksudkan
untuk membantu siswa mengingat aturan-aturan, sementara sebagian pertanyaan
memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan serta pendapat mereka
sendiri. Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman
siswa. Pertanyaan bisa diberikan dalam suatu rangkaian cepat untuk membahas
ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa.
Mempelajari seni bertanya pertanyaan yang tepat di waktu yang tepat dan dengan
cara yang tepat bisa merupakan salah satu dari aspek-aspek mengajar yang paling
menantang.11
Alasan penulis mengambil pembelajaran fiqih karena pembelajaran fiqih
di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk mengantarkan siswa dapat memahami
pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehingga menjadi seorang muslim yang selalu taat menjalankan
syariat Islam secara kaffah (sempurna).
10
Gene E. Hall, Linda F. Quinn, Donna M. Gollnick, Mengajar dengan Senang, (Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), Cet. I, h. 369.
11
Dalam pembelajaran fiqih di kelas VII sering kali siswa kurang
memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga siswa apabila
diberi kesempatan untuk bertanya oleh gurunya hanya diam saja, ketika diberikan
tugas tidak dapat menjawabnya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang
memperhatikan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.
Kurangnya minat siswa untuk bertanya biasanya karena mereka malu dan
takut kalau pertanyaannya kurang enak untuk didengar, walaupun mereka
mungkin mempunyai pertanyaan yang sangat penting. Ada kesan yang penting
bagi mereka lulus tes. Padahal keberanian dan kemampuan bertanya sangat
penting. Tanpa adanya suatu pertanyaan dalam pembelajaran maka dapat
dikatakan proses pembelajaran tersebut tidak berhasil karena tidak membuat siswa
aktif.
Guru hendaknya tidak menganggap remeh mengenai teknik bertanya
dalam proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pertanyaan berkualitas
dan berwibawa yang dilontarkan oleh guru kepada siswa atau siswa yang bertanya
kepada guru dapat menuntut proses pembelajaran itu berwibawa dan membuat
peserta didik menjadi lebih aktif di kelas. Peserta didik merasa nyaman, aman dan
tentram sehingga menjadi lebih terarah dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung tersebut.
Dari latar belakang tersebut di atas penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-Taqwa 06 Bekasi”
B.
Identifikasi Masalah
Efektif atau tidaknya suatu metode dapat dilihat dari tiga sudut pandang,
yaitu tahap perencanaan dan pemilihan metode, penggunaan atau proses di kelas
Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi penyampaian materi dan perhatian siswa
serta evaluasi (mengukur keberhasilan metode yang telah digunakan dengan
Dari uraian yang dipaparkan, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi di antaranya adalah:
1. Kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran.
2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Pada saat pelajaran berlangsung, ada beberapa siswa yang mengobrol, main
hand phone dan melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannnya
dengan pembelajaran fiqih.
4. Kurangnya siswa dalam memberikan respon terhadap metode pembelajaran
yang diterapkan oleh guru fiqih.
5. Siswa cenderung tidak aktif dan kurang berani bertanya dalam mengikuti
proses pembelajaran fiqih.
6. Masih rendahnya siswa yang bertanya selama proses pembelajaran yang
menyebabkan masih rendahnya keterampilan bertanya siswa karena siswa
tidak terlatih untuk bertanya.
7. Guru kurang terampil dalam melontarkan pertanyaan kepada siswa.
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas,
penggunaan keterampilan bertanya sering digunakan ketika proses belajar
mengajar berlangsung dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Agar
penulisan skripsi ini lebih terarah dan lebih jelas pembahasannya, maka penulis
membatasi masalah sebagai berikut:
1. Keterampilan guru yang diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan
bertanya, yaitu teknik keterampilan bertanya di kelas pada materi yang telah
diajarkan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan
lebih terarah yang membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Adapun
keterampilan bertanya pada penelitian ini dibatasi melalui metode tanya
jawab.
2. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar
siswa yang dilakukan di dalam kelas atau selama proses pembelajaran
pendapat, diskusi, menanggapi pertanyaan, mencatat penjelasan guru,
mengerjakan tugas, dan berani atau bersemangat).
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan keterampilan bertanya
dalam mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas VII di MTS At-Taqwa 06 Bekasi.
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas VII dengan keterampilan bertanya
pada mata pelajaran Fiqih di MTS at-taqwa 06 Bekasi.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana guru mendeskripsikan tekhnik keterampilan
bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS at-Taqwa 06
Bekasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
keterampilan bertanya dalam mata pelajaran Fiqih siswa kelas VII di MTS
at-Taqwa 06 bekasi.
F.
Manfaat Penelitian
Setiap penelitian memiliki tujuan dan manfaat baik bagi penulis sebagai
mahasiswa maupun lembaga pendidikan, berdasarkan tujuan penelitian yang telah
disebutkan, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi:
1. Bagi penulis adalah dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan sebagai
salah satu syarat dalam menyelasaikan studi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya pengetahuan tentang penggunaan keterampilan bertanya serta
pengaruhnya dalam meningkatkan aktivitas belajar fiqih siswa.
2. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar,
mengembangkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran fiqih untuk
mencapai prestasi yang lebih baik, meningkatkan pemahaman siswa, siswa
ikut berperan aktif di dalam kelas, dan dapat memberikan arahan bimbingan
kepada siswa pada proses pembelajaran di kelas dalam merespon pertanyaan
serta menguasai konsep-konsep ilmu yang diajarkan.
3. Bagi guru adalah sebagai khasanah ilmu pengetahuan guru dalam penerapan
keterampilan bertanya dan sebagai upaya memperkaya model pembelajaran
sehingga mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII
pada mata pelajaran Fiqih.
4. Bagi sekolah adalah hasil penelitian ini diharapkan daapat digunakan sebagai
upaya untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran serta dapat
mengetahui penggunaan keterampilan bertanya yang efektif dalam
12
A.
Keterampilan Bertanya Guru
1. Pengertian Keterampilan BertanyaBertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para
pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian
dan perlu dipertanyakan.1 Ada banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengajukan pertanyaan. Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi:103
Artinya: “Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang
-orang yang paling merugi perbuatannya?"2
Pertanyaan ini pasti menraik orang-orang yang mendengarnya untuk
segera mengetahui tentang orang-orang yang rugi dalam pekerjaan mereka.
Kemudian Allah SWT baru menjelaskannya dalam Q.S Al-Kahfi:104
Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan
dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya.”3
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertanya berasal dari tanya
yang berarti meminta diberikan keterangan penjelasan dan sebagainya. Sedangkan
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. I, h. 235.
2
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV Pustaka Agung
Harapan), h. 417. 3
keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti kemampuan dalam
menyelesaikan tugas dan cekatan.4
Bertanya adalah salah satu teknik untuk menarik perhatian para
pendengarnya, khususnya menyangkut hal-hal penting yang menuntut perhatian
dan perlu dipertanyakan.5
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”.
Keterampilan bertanya adalah ucapan herbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan
hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berfikir.6
Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir setiap tahap
pembelajaran dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan
yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Menurut Syaiful Bahri Dzamarah, dalam bukunya yang berjudul “Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif”, menjelaskan tujuan keterampilan
bertanya antara lain:
a. Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap topik
b. Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
c. Mengembangkan belajar secara aktif
d. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
e. Mengembangkan kemampuan berfikir siswa.7
Menurut Moh. User Usman memberikan dasar-dasar pertanyaan yang baik yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Jelas dan mudah untuk dimengerti.
b. Diberikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. c. Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu.
d. Membagi pertanyaan secara merata.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya, PT. Apollo,1997). 5
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. I, h. 284.
6
J.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI., h. 62.
7
e. Memberikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya.
f. Menuntun siswa agar dapat menemukan jawaban yang benar.8
g. Berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan.9
Menurut Rusman Prinsip-prinsip pokok keterampilan bertanya yang harus
diperhatikan guru antara lain:
a. Berikan pertanyaan secara hangat dan antusias kepada siswa di kelas. b. Berikan waktu berpikir untuk menjawab pertanyaan.
c. Berikan kesempatan kepada yang bersedia menjawab terlebih dahulu. d. Tunjuk peserta didik untuk menjawab setelah diberikan waktu untuk
berpikir.
e. Berikan penghargaan atas jawaban yang diberikan.10
2. Komponen Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
a. Keterampilan Dasar
Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan dasar
bertanya meliputi:
1) Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.
2) Pemberian acuan: supaya siswa dapat menjawab dengan tepat, dalam
mengajukan pertanyaan guru perlu memberikan informasi-informasi
yang menjadi acuan pertanyaan.
3) Pemusatan ke arah jawaban yang diminta: pemusatan dapat dikerjakan
dengan cara memberikan pertanyaan yang luas (terbuka) yang
kemudian mengubahnya menjadi pertanyaan yang sempit.
4) Pemindahan giliran menjawab; pemindahan giliran menjawab dapat
dikerjakan dengan cara meminta siswa yang berbeda untuk menjawab
pertanyaan yang sama.
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2006), cet. XI, h. 75.
9
Rusman, Model-Model Pembelajaran Menegmbangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 82.
10
5) Penyebaran pertanyaan: untuk maksud tertentu guru dapat
melemparkan pertanyaan ke seluruh kelas, kepada siswa tertentu, atau
menyebarkan respons siswa kepada siswa yang lain.
6) Pemberian waktu berpikir: dalam mengajukan pertanyaan guru harus
berdiam diri sesaat sebelum menunjuk siswa merespons pertanyaan.
7) Pemberian tuntunan: bagi siswa yang mengalami kesukaran dalam
menjawab pertanyaan, strategi pemberian tuntunan perlu dikerjakan.
Strategi itu meliputi pengungkapan pertanyaan dengan bentuk atau
cara yang lain, mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana, atau
mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.11 b. Keterampilan Lanjutan
Komponen-komponen yang termasuk ke dalam keterampilan bertanya
lanjut adalah:
1) Pengubahan tuntutan tingkat kognitif pertanyaan; untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa diperlukan pengubahan
tuntutan tingkat kognitif pertanyaan (ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi).
2) Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai
urutan yang logis.
3) Melacak: untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang
berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak
perlu dipunyai oleh guru. Melacak dapat dikerjakan dengan meminta
siswa untuk memberikan penjelasan tentang jawabannya, memberikan
alasan, memberikan contoh yang relevan, dan sebagainya.
4) Keterampilan mendorong terjadinya interaksi antar siswa.12
11
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. XI, h. 62.
12
3. Tipe dan Syarat-syarat Bertanya
Adapun tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam
bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe
pertanyaan yaitu:
a. Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk
mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang
pernah dipelajarinya.
b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan, yaitu
pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya pikir analisis dan
sintesis.
c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyaan
untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat
perkiraan-perkiraan.
d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan
mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.
e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk
mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f. Pertanyaan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan
untuk memberikan penegasan dan meyakinkan tentang sesuatu kepada
siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyaan retorika yang tidak
perlu mendapat jawabannya.
Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan
kepada siswa mendapat respon yang baik adalah:
a. Pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa
yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa).
b. Pertanyaan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berpikir
kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.
c. Beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk
d. Penunjukkan siswa yang diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan
atau sistematis, akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa
memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawabnya.
4. Jenis-jenis Pertanyaan
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting
sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat
akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik dibagi menjadi dua jenis,
yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom.
Pertanyaan menurut maksudnya terdiri dari: pertanyaan permintaan (compliance
question), pertanyaan retoris (rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau
menuntun (prompting question), dan pertanyaan menggali (probing question),
sedangkan pertanyaan menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan
(recall question atau knowledge question), pemahaman (conprehention question),
pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan sinestis (synthesis
question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation question).13
Dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan.
a. Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
1) Pertanyaan permintaan (Compliance question), pertanyaan yang
mengharapkan agar orang lain mematuhi perintah yang diucapkan
dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: Dapatkah Anda tenang agar suara saya dapat didengar oleh
seluruh kelas?
2) Pertanyaan Retorik (rhetorical question)
Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, melainkan akan dijawab
sendiri oleh guru karena merupakan teknik penyampaian informasi
kepada siswa.
Contoh:
Guru: “apakah yang dimaksud dengan mengajar?
13
Mengajar adalah. . . “
3) Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)
Pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam
proses berpikir.
Contoh:
Guru: “Minggu yang lalu kita telah membicarakan macam-macam
strategi belajar-mengajar. Coba, Halim, manakah yang lebih
tinggi derajat CBSA-annya, strategi eksporsitorik atau
heuristik?”
Halim: Diam (sedang berpikir)
Guru: “silahkan tinjau dulu dasar pengklasifikasian SBM. Nah. . . . .
bagaimana. . . Halim?”
4) Pertanyaan menggali (probing question)
Pertanyaan lanjutan yang akan mendorong siswa untuk lebih
mendalami jawaban terhadap pertanyaan sebelumnya.
Contoh:
Guru: “Setelah kemarin kita bersama-sama meninjau Bendungan
Karangkates, bagaimana pendapatmu tentang bendungan
tersebut, Amin?”
Amin: “sangat menarik, Pak.”
Guru: “faktor apa yang menarik?”
Dan seterusnya.14
b. Jenis-jenis pertanyaan menurut Taksonomi Bloom
1) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan
atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Kata-kata
yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini
biasanya: apa, di mana, kapan, siapa, sebutkan.
14
Contoh:
- Apa nama ibu kota Argentina?
- Siapa presiden Republik Indonesia yang ke-2?
- Di mana Raden Ajeng Kartini dilahirkan?
2) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
Pertanyaan ini menurut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan
jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya
dengan kata-kata sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca
informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan
membandingkan atau membeda-bedakan.
Contoh:
- Jelaskan dengan kata-katamu sendiri, apakah manfaat dari
pariwisata?
- Informasi apa yang dapat kita peroleh dari kurva semacam ini?
3) Pertanyaan penerapan (application question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal
dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan,
kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya.
Contoh:
- Berdasarkan batasan yang telah diutarakan tadi, maka persamaan
mana yang memenuhi syarat?
- Berdasarkan kriteria yang ada, maka organisme mana yang
termasuk protozoa?
4) Pertanyaan analisis (analysis question)
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan
cara:
- Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan.
- Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu
kesimpulan atau generalisasi.
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau
Contoh:
- Identifikasi motif:
Mengapa paruh burung gagak dan kutilang tidak sama bentuknya?
- Menganalisa kesimpulan generalisasi:
Kenakalan remaja di kota-kota besar dikatakan meningkat.
Dapatkah saudara menunjukkan bukti-buktinya;
- Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada:
Setelah kita mempelajari Perang Diponegoro, Paderi, dan
Trunojoyo, maka kesimpulan apa yang dapat kita buat tentang latar
belakang, motif, serta sebab-musababnya?
5) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal,
melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk
mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis
menuntut siswa untuk:
- Membuat ramalan atau prediksi:
Apa yang terjadi bila tanaman disiram larutan asam cuka?
- Memecahkan masalah berdasarkan imajinasinya:
Bayangkan seolah-olah Anda di tengah-tengah gerombolan
serigala yang sedang kelaparan. Reaksi apakah gerangan yang
Anda tampilan untuk mengatasinya;
- Mencari komunikasi:
Susunlah suatu karangan pendek yang menggambarkan nilai serta
perasaan anda!
6) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
Pertanyaan semacam ini menghendaki ssiwa untuk menjawabnya
dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu
issue yang ditampilkan.
- Menurut pendapat Anda, mana yang lebih baik atau tepat dan
murah dalam pemerataan kesempatan belajar, SD Inpres atau
sekolah terbuka? 15
c. Jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya sasaran
1) Pertanyaan sempit (narrow question)
Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tertutup, dan biasanya
kunci jawabannya telah tersedia.
a) Pertanyaan sempit informasi langsung:
Pertanyaan semacam ini menuntut siswa untuk menghafal atau
mengingat informasi yang ada.
Contoh:
- Berapa derajat celcius temperatur tubuh manusia yang sehat?
b) Pertanyaan sempit memusat:
Pertanyaan ini menurut murid agar mengembangkan ide atau
jawabannya dengan cara menuntunnya menilai petunjuk tertentu.
Contoh:
- Dengan cara bagaimana agar konsep gotong-royong dapat
dengan mudah dimengerti oleh siswa?
2) Pertanyaan luas (broad question)
Ciri pertanyaan ini jawabannya mungkin lebih dari satu sebab
pertanyaan ini belum mempunyai jawaban yang spesifik sehingga
masih diharapkan hasil yang terbuka.
a) Pertanyaan luas terbuka (open-ended question):
Pertanyaan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari jawabannya menurut cara dan gayanya masing-masing.
Contoh:
- Bagaimana caranya menanggulangi peningkatan kejahatan di
kota ini?
15
b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question):
Pertanyaan ini meminta siswa untuk mengadakan penelitian
terhadap aspek kognitif maupun sikap. Pertanyaan ini lebih efektif
bila guru menghendaki siswa untuk:
- Merumuskan pendapat,
- Menentukan sikap,
- Tukar-menukar pendapat terhadap suatu issue.
Contoh:
- Bagaimana pendapatmu tentang film yang diputar tadi?
- Mengapa kamu katakan pada waktu pagi lebih baik
berjalan-jalan daripada melamun?
- Bagaimana pendapatmu tentang . . . (suatu issue di
masyarakat).16
5. Macam-Macam Pertanyaan
Macam-macam pertanyaan menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan
Agama Islam” dibagi menjadi 2: pertanyaan dilihat dari waktu penyampaiannya dan dilihat dari sasarannya yaitu pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:
a. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dibagi menjadi tiga:
1) Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang
dimaksud untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan
pengetahuan yang baru, merangsang minat belajar untuk menerima
pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran.
2) Pertanyaan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian
pelajaran dan menarik sebagian fakta baru.
3) Pertanyaan akhir pelajaran, yaitu pelajaran penutup yang dimaksudkan
untuk mengulang, atau menyimpulkan materi pembelajaran.17
16
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 18-19.
17
b. Dilihat dari sasarannya, pertanyaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu pertanyan ingatan dan pertanyaan pikiran:
1) Pertanyaan ingatan dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana pengetahuan sudah dikuasai oleh siswa. Kata tanya yang
digunakan ialah: apa, siapa, dimana, bilamana (kapan), dan berapa.
2) Pertanyaan pikiran dimaksudkan untuk mengetahui sampai
sejauhmana cara berpikir siswa dalam menanggapi suatu persoalan.
Kata tanya yang digunakan ialah: mengapa dan bagaimana.18
6. Teknik-teknik Bertanya
Suatu pertanyaan yang baik ditinjau dari segi isinya, tetapi cara
mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapai tujuan yang
dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan
dilatih, agar pengajar dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses
belajar-mengajar. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan
pertanyaan antara lain:
a. Kejelasan dan kaitan pertanyaan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya
antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. Hindari
kebiasaan-kebiasaan yang tidak bagus dalam bertanya.
b. Kecepatan dan selang waktu
Usahakan menyampaikan pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesa-gesa.
Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir; sementara itu, sambil memonitor
kelas, apakah sudah ada yang siap menjawab.
c. Arah dan distribusi penunjukkan
Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah diberi
kesempatan berpikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya.
Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh
kelas.
18
d. Teknik reinforcement
Dimaksudkan untuk menimbulkan sikap yang positif pada siswa serta
meningkatkan prestasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang lebih baik.
e. Teknik menuntun dan menggali (prompting and probing)19
Menurut Ramayulis, “Metodologi Pendidikan Agama Islam”,Dilihat dari
segi pertanyaan teknik pertanyaan dapat dibedakan:
a. The Mixed Strategy, yakni mengkombinasikan berbagai tipe dan jenis
pertanyaan.
b. The Speaks Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang saling bertalian
satu sama lain.
c. The Plateaus Strategy, yakni mengajukan pertanyaan yang sama jenisnya
terhadap sejumlah peserta didik sebelum beralih kepada jenis pertanyaan
yang lain.
d. The inductive Strategy, yakni dengan berbagai pertanyaan peserta didik
didorong untuk dapat menarik generalisasi dari hal khusus kepada
hal-hal yang umum atau dari berbagai fakta menuju hukum-hukum.
e. The Deductive Strategy, yakni dari suatu generalisasi yang dijadikan
sebagai titik tolak, peserta didik diharapkan dapat menyatakan
pendapatnya tentang berbagai kasus atau data yang ditanyakan.20
Dengan berbagai variasi dan jenis teknik pertanyaan tersebut diharapkan
proses belajar-mengajar menjadi hidup dan menarik bagi anak. Di sisi lain guru
hendaknya selalu berusaha memberikan kesempatan dan dorongan kepada
siswanya untuk mengajukan pertanyaan.
19
j.j, Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet XI, h. 19-20.
20
7. Fungsi Pertanyaan
Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran menurut Turney (1979)
mendefinisikan 12 fungsi pertanyaan seperti:
a. Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
b. Memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
c. Menggalakkan penerapan belajar aktif.
d. Merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
e. Menstruktur tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara
maksimal.
f. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
g. Mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat
secara aktif dalam pembelajaran.
h. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
i. Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir.
j. Mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau
pertanyaan guru.
k. Memberi kesempatan untuk belajar diskusi.
l. Menyatakan perasaan dan pikiran yang murni bagi siswa.21
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk:
a. Kegiatan guru yang mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir siswa.
b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang
berbasis inquiry.
c. Mengecek pemahaman siswa.
d. Membangkitkan respons pada siswa.
21
e. Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
f. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.22
Hampir pada semua aktivitas belajar, dapat menerapkan questioning
(bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa
dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Aktivitas bertanya
juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika
menemukan kesulitan, ketika mengamati, dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga
ditemukan pembahasan dalam bahan bacaan siswa. Dengan ide pokok ini akan
memudahkan mereka memberi keseluruhan ide yang ada.23
8. Manfaat Mengajukan Pertanyaan
Proses pembelajaran memungkinkan untuk dapat mengembangkan
kebebasan mengeluarkan aspirasi, berupa pertanyaan atau jawaban, baik siswa
maupun guru, bahkan menguji suatu ide atau teori maupun praktek
penyelenggaraannya, sesuai dengan fakta atau penalaran. Hal ini dapat
memungkinkan terbentuknya sikap ilmiah. Pertanyaan dapat merangsang
timbulnya kegiatan belajar. Berikut ini adalah merupakan manfaat mengajukan
pertanyaan:
a. Memperluas wawasan berfikir. Jika seseorang selalu menerima suatu ide
atau teori tanpa mempertanyakan, maka pengetahuannya terbatas pada apa
yang diterima semata-mata. Tetapi jika bertanya dan mempertanyakan
tentang hal itu, akan mendapat penjelasan lebih luas, dihubungkan dengan
ide atau teori lain. Selanjutnya, memungkinkan siswa yang bersangkutan
dapat mengasosiasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan ide
atau teori yang sedang dibahas.
b. Mengundang reinforcement (penguatan). Pada umumnya seorang siswa
merasa puas, jika ia mengetahui bahwa jawaban yang dikemukakan untuk
22
Sudarmaji Lamiran, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: PT Prestasi Pustaka, 2011), Cet. I, h. 85.
23
menjawab pertanyaan guru disetujui, atau pertanyaan yang diajukan
relevan dan dapat mengundang pembahasan lebih lanjut. Guru sepatutnya
menunjukkan sikap setuju itu dengan ucapan, anggukan atau kerlingan
mata (tindakan bersifat gestural). Hal ini dapat dirasakan sebagai suatu
hadiah (reward) yang dapat menguatkan pemahaman siswa yang
bersangkutan terhadap materi pembelajaran yang dibahas.
c. Memberi motivasi atau mendorong siswa untuk belajar lebih jauh. Dengan
mengajukan pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak
menerima suatu pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat
mendorong sikap selalu ingin mengetahui dan mendalami (curiosity)
berbagai teori, dan dapat mendorong untuk belajar lebih jauh.24
B.
Metode Tanya Jawab
1. Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui
interaksi dua arah dari guru kepada siswa dan dari siswa kepada guru agar
diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru dan siswa.25 Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari penyaji kepada peserta, tetapi dapat
pula dari peserta kepada penyaji.26
Penyampaian agama yang dilakukan Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW juga menggunakan metode pembelajaran dialog dan tanya
jawab yang terjadi sewaktu Nabi Muhammad didatangi oleh Malaikat Jibril
menjelma seperti seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam
muncul dihadapan Nabi. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah
tidak ada yang tahu dari mana munculnya seorang putih tersebut, tiba-tiba
dihadapan Beliau.
24
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 58-59.
25
Masitoh dan Laksimi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. I, h. 160.
26
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
ها َص ها ْ س ْع ْح ْب : ق ْع ها ض َّ ْا ْب ع ْ ع
ب ْ ش ج ْ ع ع ط ْ ْ ا َس ْ ع
ِّ ا ض
, ْعَّ ا ا س ْ ش
ف ْع , فَّ ا ْثأ ْ ع
َس ْ ع ها َص ِ َ ا ا س ج َح حأ َ
ْ ف ع َْف عض , ْ ْ ا ْ ْ ْسأف
ع ْ ْخأ َ ح : ق
, ْس ْا
ح َ أ ها َا ا ْ أ ّْ أ ْس ْا : َس ْ ع ها َص ها ْ س ف
ا َ
ْ ّ , َّ ا ْؤ , َّ ا ْ ,ها ْ س
ا ْ ْا َّح , ض
ع ْ ْ ْخأف : ق قِّ أّْ ْجعف ق ْق ص ق ْ س ْ ا ْعّ ْسا
ْ ْا , ْ س ,
, ئ ,ها ب ْؤ ْ أ : ق
ْ ْا
ْؤ , خأْا
َأ ها ْع ْ أ : ق ّْح ْا ع ْ ْ ْخأف ق ْق ص ق ِ ش ْخ ْ ب
ْ أف , ا
ا : ق ع َّ ا ع ْ ْ ْخأف : ق ا ا َ ف ا ْ ْ
ْ ؤّْ ْ
ْ ا , َب أْا ْ أ : ق ا أ ْ ع ْ ْ ْخأف : ق ئ َّ ا ْعأب ْع
ْ ّ ء َّ ا ء ع عْا ا عْا فحْا
ّْ ف ق ّْا َ ث ْ ْا ف
َث ً
ْ أ ْ ْج َ ف : ق ْعأ ْ س ها : ْق ؟ ئ َّ ا ْ ْ أ , ع : ق
) ّ ا ( ْ ْ ِع
Artinya: “Dari Umar bin Khathab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami ada di samping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat
putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari arah mana dia datang,
dan tidak ada yang mengenalnya di antara kami seorang pun, sehingga
dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua lututnya pada kedua
lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua
pahanya. Lalu berkata: “Hai Muhammad beritakan padaku tentang Islam”. Lalu Rasul bersabda: “Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah, dan
pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu.” Lalu orang itu berkata “Kamu benar”. Umar berkata: “Kami heran, dia bertanya dan dia
membenarkannya”. Lalu dia berkata lagi “Beritakan padaku tentang Iman”. Lalu Nabi bersabda: “Kamu percaya pada Allah, para malaikat -Nya, kitab-kitab--Nya, Rasul-rasul--Nya, hari akhir dan kamu percaya pada
takdir baik dan buruknya”. Lalu orang itu berkata: “Kamu benar”.
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda: “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat
kamu”. Orang itu berkata lagi: “Beritakan padaku tentang hari kiamat”. Nabi bersabda: “Tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu daripada yang ditanya”. Lalu dia berkata lagi: “Beritakan padaku
tentang tanda-tanda hari kiamat itu”. Lalu Nabi bersabda: “Diantara
tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan majikannya, dan
kamu melihat orang yang berjalan nyeker (tidak beralas kaki), telanjang,
dan miskin berlomba membangun berbagai bangunan”. Kemudian
pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian
Nabi bersabda kepadaku: “Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu?” Saya menjawab “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang
mengetahui”. Nabi bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril
datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu.” (HR.
Muslim).27
Hadits ini menunjukkan bahwa Malaikat Jibril ketika memberikan
pengajaran kepada Rasulullah SAW tentang apa itu Islam, apa itu Iman, apa itu
Ihsan dan kapan datangnya hari kiamat. Metode penyampaian pelajaran melalui
metode tanya jawab atau dialog antara Malaikat Jibril dengan Nabi dan antara
27
Nabi dengan sesama sahabat atau antara guru dengan murid dan antara murid
dengan sesama murid , jadi terjadi interaktif antar beberapa arah.28
Pendidik mengharapkan dari peserta didik jawaban yang tepat dan
berdasarkan fakta. Dalam tanya jawab, pertanyaan adakalanya dari pihak peserta
didik (dalam hal ini pendidik atau peserta didik yang menjawab). Apabila peserta
didik tidak menjawabnya barulah pendidik memberikan jawabannya.29 Dalam kegiatan belajar mengajar melalui tanya jawab, guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada
saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran.
Bilamana metode tanya jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan
perhatian siswa untuk belajar secara aktif.30
2. Tujuan Metode Tanya Jawab
Tujuan metode tanya jawab adalah:
a. Menciptakan suasana yang hidup (setiap peserta ikut serta dan aktif) dalam
KBM.
b. Menggali ide-ide peserta.
c. Memberikan rangsangan pada peserta/siswa untuk merumuskan ide-ide
yang tergali dengan menggunakan kalimat sendiri.
d. Mengetahui posisi pemahaman siswa terhadap tema yang dibahas.
e. Menciptakan kesempatan bagi peserta untuk lebih mengonsolidasikan
pemahamannya.
f. Memberikan kesempatan bagi peserta untuk berani berkomentar.31
28
ibid. 29
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. IV, h. 305.
30
Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 43.
31
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru,
Mengajar dengan sesi tanya jawab:
a. Pilihlah beberapa pertanyaan yang akan memandu pelajaran. Tulislah tiga
sampai enam pertanyaan dan susunlah secara logis.
b. Tulis masing-masing pertanyaan pada kartu indeks, dan tulis isyarat yang
akan digunakan guru untuk mengisyaratkan pertanyaan yang disampaikan
guru.
c. Sebelum dimulai, pilihlah peserta didik yang akan bertanya. Berilah
masing-masing sebuah kartu, dan jelaskan isyaratnya.
d. Bukalah sesi tanya jawab dengan menjelaskan topik dan berikan isyarat
pertama guru. Panggillah penanya pertama dan jawab, lanjutkan dengan
isyarat dan pertanyaan lain.
e. Lontarkan pertanyaan baru kepada peserta. Guru melihat beberapa peserta
yang mengangkat tangan.
Memutar peran, mengajukan pertanyaan:
a. Susunlah pertanyaan yang akan guru kemukakan tentang beberapa materi
pelajaran seolah-olah guru adalah peserta didik.
b. Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik bahwa guru
akan menjadi peserta didik dan peserta didik secara kolektif akn menjadi
guru. Beralihlah lebih ke pertanyaan guru.
c. Berlakulah argumentative, humoris, atau apa saja yang dapat membawa
peserta didik pada perdebatan dan menyerang guru dengan
jawaban-jawaban.