• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG (Studi Korelasional Terhadap Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG kepada Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Rangka Mengubah Keputusan Penggunaan Bahan Bakar di Kecamatan Delitua)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG (Studi Korelasional Terhadap Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG kepada Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Rangka Mengubah Keputusan Penggunaan Bahan Bakar di Kecamatan Delitua)"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak

Tanah ke LPG

(Studi Korelasional Terhadap Efektivitas Sosialisasi Program

Konversi Minyak Tanah ke LPG kepada Ibu-ibu Rumah Tangga

dalam Rangka Mengubah Keputusan Penggunaan Bahan Bakar

di Kecamatan Delitua)

SKRIPSI OLEH

ELFRIANI SEMBIRING NIM: 060904080

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S-1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas

Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG (Studi Korelasional Terhadap Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG kepada Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Rangka Mengubah Keputusan Penggunaan Bahan Bakar di Kecamatan Delitua)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan oleh Pertamina, penerimaan informasi konversi minyak tanah ke gas di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua Kota), pengaruh sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan bahan bakar di kalangan ibu-ibu rumah tangga Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua timur dan Delitua Kota).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan pada variasi pada variabel-variabel lain. Dalam hal ini sejauhmanakah efektifitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG kepada ibu-ibu rumah tangga dalam rangka mengubah keputusan menggunakan bahan bakar LPG di Kecamatan Delitua (kelurahan delitua timur dan kelurahan delitua kota).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Delitua yang menerima program konversi minyak tanah ke LPG sebanyak 2920 ibu-ibu rumah tangga, dengan menggunakan rumus Taro

Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga

diperoleh sampel sebanyak 97 ibu-ibu rumah tangga. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan Quota Sampling.

Teknik pengumpulan data melalui dua sumber, yaitu penelitian kepustakaan, dengan mengumpulkan data melalui literatur, buku-buku, dan internet, serta sumber bacaan lain yang mendukung penelitian; dan penelitian lapangan untuk memperoleh data dari lokasi penelitian melalui kuesioner.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisas tabel silang dan uji hipotesis melalui Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficent) oleh Spearman. Untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus Ttest. Kemusian untuk mengetahui besar kekuatan

pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan Uji Determinan Korelasi (Kp).

(3)

100%sebesar 5,95% artinya hanya sebesar 5,95 persen saja yang tindakan memilih dikarenakan sosialisai konversi minyak tanah ke LPG.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat skripsi ini.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Program Studi HUMAS di Universitas Sumatera Utara.

Selama masa kuliah sampai saat penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Orangtua penulis yang paling disayangi dan dicintai, bapak (Sangapta Sembiring) dan mamak (Lailani br Bangun) yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Doa, bimbingan dan kasih sayang yang takkan pernah tergantikan.

2. Saudara-saudariku abang tua (Agus Antonio Sembiring, S.T), abang tengah (Adi Pranata Sembiring) dan adikku (Jefri Arifan Sembiring, dan Fillymon Agus Sandi Sinulingga) yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dengan penuh kasih sayang.

3. Ibu Dra. Dayana, Msi, selaku dosen pebimbing Skripsi. Terima kasih atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi hingga Skripsi ini selesai. 4. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan FISIP USU.

(4)

6. Ibu Dra. Lusiana, Msi, selaku dosen wali penulis, terima kasih atas nasihat dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

7. Seluruh sraff pengajar Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu.

8. Seluruh pegawai dan karyawan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 9. Rekan-rekan angkatan 2006 yang selama ini telah menajdi teman diskusi

belajar dan bekerjasama dalam kegiatan kampus.

10. Sahabat-sahabat penulis selama berkuliah di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU: Maydop Tiur Elfrina Silalahi, Shandy Syari Pratiwi (Ayo cepat-cepat ngajuin judul….) dan Putri wulandari ( rajin-rajin kuliah ya lan…).

11. Sahabat-sahabat penulis Cia, Ibet, Mona, Ria dan Novi. Terima kasih motivasi-motivasi dan nasihat yang diberikan selama penulis berkuliah dan dalam mengerjakan skripsi.

12. Bang Indra sebagai anak yang baik yang dapat memotivasi penulis untuk mengerjakan Skripsi dengan cepat.

13. Teman-teman yang sudah memberikan informasi dan membantu penulis mengerjakan skripsi Kak Rotua (terima kasih sudah mengajari SPSS, kakak cepat bebas yah dari penyakitnya), Bang Vinsen (terima kasih atas pinjaman buku-bukunya)

(5)

15. Bik Tengah dan Kila Simpang Empat yang selalu menyemangati dan mendorong penulis dalam masa perkuliahan dan pengerjaan Skripsi ini (terima kasih bantuan dananya untuk beli kamera)

Penulis menyadari bahwa laporan Skripsi ini belum sempurna, karena masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun susunan bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan menggambarkan laporan PKL ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna dan memberikan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Maret 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ………...i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI………. .v

DAFTAR GAMBAR ………...vii

DAFTAR TABEL ………...viii

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.9 Operasional Variabel ... 20

I.10 Definisi Operasional ... 22

I.11 Hipotesis ... 28

BAB II. URAIAN TEORITIS II.1 Sosialisasi dan Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi Efektif dan Penjelassannya …... 29

II.1.2 Syarat dalam Menciptakan Komunikasi Efektif ……...31

II.1.3 Faktor-faktor Penunjang Komunikasi Efektif …………...32

II.2 Komunikasi Penyuluhan II.2.1 Pengertian Komunikasi Penyuluhan ……….36

II.2.2 Tujuan Komunikasi Penyuluhan ………...37

II.2.3 Fungsi Komunikasi Penyuluhan ………...39

II.2.4 Perencanaan Komunikasi Penyuluhan ………..40

II.2.5 Unsur-unsur Komunikasi Penyuluhan ………..41

II.3 Agen-Agen Perubahan II.3.1 Pengertian Agen Perubahan ………..42

II.3.2 Kualifikasi Agen Perubahan ……….42

II.3.3 Peran Agen Perubahan ………..43

II.3.4 Tugas dari Agen Perubahan ………..44

II.4 Teori Adopsi Difusi Inovasi II.4.1 Pengertian Adopsi Difusi Inovasi ……….46

II.4.2 Unsur-unsur Difusi Inovasi ………...46

II.4.3 Atribut Adopsi Difusi Inovasi ………...47

II.4.4 Tahap-tahap Penerimaan Inovasi ………..48

II.5 Teori Komunikasi Kelompok II.5.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ………...49

II.5.2 Fungsi Komunikasi Kelompok ……….50

(7)

II.5.4 Ruang Linkup Komunikasi Kelompok dengan Komunikasi

Antar Pribadi ……….52

II.6 Teori Komunikasi Antar Pribadi II.6.1 Pengertian dan Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ……..53

II.6.2 Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi ………...54

II.6.3 Proses Komunikasi Antar Pribadi ……….57

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kecamatan Delitua ………..61

III.1.2 Struktur Organisasi ………62

III.1.3 Gambaran Potensi Wilayah ………...64

III.1.4 Visi dan Misi Kecamatan Delitua ……….67

III.2 Metode Penelitian ………..68

III.3 Populasi dan Sampel ……….69

III.4 Teknik Penarikan Sampel ……….72

III.5 Teknik Pengumpulan Data ………72

III.6 Teknik Analisa Data ……….73

BAB IV. ANALISAS DAN PEMBAHASAN IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ...76

IV.1.1. Langkah-langkah pengumpulan data ...76

IV.2 Proses Pengumpulan Data ……….77

IV.3 Analisis Tabel Tunggal IV.3.1 Karakteristik Responden ………...78

IV.3.2 Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG ……….81

IV.3.3 Tindakan Perubahan Keputusan Penggunaan Bahan Bakar ………..109

IV.4 Analisa Tabel Silang ………...124

IV.5 Uji Hipotesis ………130

IV.6 Pembahasan ……….132

BAB V. PENUTUP V.1 Kesimpulan ……….135

V.2 Saran ………...136 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

1. Model Teoritis ………...20

2. Agen Perubahan ………...45

3. Proses Penerimaan suatu Inovasi ………..45

4. Struktur Organisasi ………63

(9)

No Tabel Halaman

1. Variabel Operasional ………. .…………..21

2. Tujuan Komunikasi Penyuluhan ………...38

3. Instansi/Dinas……….64

4. Nama-nama Lurah/Kepala Desa ………...64

5. Demografis ………65

6. Sarana Pendidikan ……….66

7. Sarana Ibadah ………66

8. Sarana Kesehatan ………..………67

9. Jumlah Populasi ……….. 69

10. Jumlah Sampel ………...…...71

11. Pendapatan Responden………...78

12. Usia Responden ……….79

13. Pendidikan Terakhir ………..80

14. Pekerjaan Responden ………....81

15. Konsultan Dipercayai dalam Menyampaikan Pesan ……….82

16. Kemampuan konsultan menyampaikan tujuan/maksud ………83

17. Sifat Konsultan ………. 84

18. Predikat/citra Konsultan ………85

19. Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan Konsultan dengan Keahlian yang Dibutuhkan ……….…………...86

20. Sikap Konsultan ………87

21. Kecakapan Konsultan ………88

22. Pesan yang Disampaikan Menarik Perhatian ………89

23. Kejelasan dan Ringkasnya Pesan ………. 90

24. Kelengkapan dan Pemahaman Pesan……….91

25. Pengulangan Kembali Pesan ……….92

26. Penggunaan Makna Denotatif pada Pesan ………93

27. Penggunaan Makna Konotatif pada Pesan……… 94

28. Penampilan Fisik Konsultan ……….95

29. Bahasa Tubuh dan Cara Berjalan Konsultan……….96

30. Ekspresi WajahKonsultan ketika Sosialisasi ………97

31. Kontak Mata Konsultan Ketika Sosialisasi ………...98

32. Jarak Konsultan ketika Sosialisasi ………99

33. Intonasi dan Kecepatan Bicara Konsultan ketika Sosialisasi ………….100

34. Teknik Penggunaan Alat Peraga yang Dipraktekkan Menambah Kejelasan Informasi ……….…101

35. Salam Pembuka yang Dilakukan Konsultan ………...102

36. Basa-basi yang Dilakukan Konsultan ……… 103

37. Materi Pesan Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG ….………...104

38. Kesempatan yang Diberikan Konsultan untuk Memberi Tanggapan (Feedback) ………...105

39. Penutup Sosialisasi yang Dilakukan Konsultan ………..106

40. Penggunaan Waktu Sosialisasi ………107

41. Suasana Sosilisasi ……….………...…108

(10)

43. Kesadaran Akan Adanya Informasi tentang Konversi Minyak Tanah Ke

LPG ……….110

44. Keuntungan Ekonomi yang Diperoleh Ibu-ibu Rumah ………..111

45. Peningkatan Status Sosial dengan Menggunakan Bahan Bakar LPG………..112

46. Kesesuaian dengan Nilai-nilai yang Ada ………...113

47. Kesesuaian dengan Sistem Kepercayaan ………114

48. Kesesuaian dengan Gagasan yang Lebih Dahulu Diperkenalkan Sebelumnya ……….115

49. Kesesuaian dengan Kebutuhan Selera ……….……...116

50. Kesesuaian dengan Adat-istiadat ………117

51. Tingkat Kerumitan Menggunakan Bahan Bakar LPG ………118

52. Mengujicoba Menggunakan Bahan Bakar LPG ……….119

53. Dengan Mengamati Proses Uji Coba Menggunakan Bahan Bakar LPG, Ketertarikan Ibu-ibu Rumah Tangga Menggunakan Bahan Bakar LPG………..…120

54. Keputusan Ibu-ibu Rumah Tangga Setelah Mengujicoba ………...…...121

55. Menerapkan Keputusan Ibu-ibu Rumah Tangga ………...….122

56. Mengkonfirmasikan Keputusan kepada Ibu-ibu Rumah Tangga yang Lain ……….123

57. Hubungan antara pesan yang disampaikan oleh konsultan lengkap dan mudah dipahami dengan tingkat kerumitan menggunakan bahan bakar LPG………..125

58. Hubungan antara pesan yang disampaikan konsultan menarik perhatian dengan ketertarik menggunakan LPG……….127

59. Hubungan antara jumlah peserta mengikuti sosialisasi dengan pengambilan keputusan akan bahan bakar LPG ……….128

60. Hasil Uji Korelasi Spearman ………..130

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penyarinagn Data (Kuesioner)

(11)

3. Tabel Distribusi t

4. Hasil Tabel Tungga l SPSS 5. Hasil Tabel Silang SPSS 6. Hasil Uji Hipotesis SPSS 7. Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG (Studi Korelasional Terhadap Efektivitas Sosialisasi Program Konversi Minyak Tanah ke LPG kepada Ibu-ibu Rumah Tangga dalam Rangka Mengubah Keputusan Penggunaan Bahan Bakar di Kecamatan Delitua)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan oleh Pertamina, penerimaan informasi konversi minyak tanah ke gas di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua Kota), pengaruh sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan bahan bakar di kalangan ibu-ibu rumah tangga Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua timur dan Delitua Kota).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel berhubungan pada variasi pada variabel-variabel lain. Dalam hal ini sejauhmanakah efektifitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG kepada ibu-ibu rumah tangga dalam rangka mengubah keputusan menggunakan bahan bakar LPG di Kecamatan Delitua (kelurahan delitua timur dan kelurahan delitua kota).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Delitua yang menerima program konversi minyak tanah ke LPG sebanyak 2920 ibu-ibu rumah tangga, dengan menggunakan rumus Taro

Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga

diperoleh sampel sebanyak 97 ibu-ibu rumah tangga. Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan Quota Sampling.

Teknik pengumpulan data melalui dua sumber, yaitu penelitian kepustakaan, dengan mengumpulkan data melalui literatur, buku-buku, dan internet, serta sumber bacaan lain yang mendukung penelitian; dan penelitian lapangan untuk memperoleh data dari lokasi penelitian melalui kuesioner.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisas tabel silang dan uji hipotesis melalui Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation Coefficent) oleh Spearman. Untuk menguji tingkat signifikan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan rumus Ttest. Kemusian untuk mengetahui besar kekuatan

pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan Uji Determinan Korelasi (Kp).

(13)

100%sebesar 5,95% artinya hanya sebesar 5,95 persen saja yang tindakan memilih dikarenakan sosialisai konversi minyak tanah ke LPG.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat skripsi ini.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Program Studi HUMAS di Universitas Sumatera Utara.

Selama masa kuliah sampai saat penyelesaian skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Orangtua penulis yang paling disayangi dan dicintai, bapak (Sangapta Sembiring) dan mamak (Lailani br Bangun) yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang. Doa, bimbingan dan kasih sayang yang takkan pernah tergantikan.

2. Saudara-saudariku abang tua (Agus Antonio Sembiring, S.T), abang tengah (Adi Pranata Sembiring) dan adikku (Jefri Arifan Sembiring, dan Fillymon Agus Sandi Sinulingga) yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dengan penuh kasih sayang.

3. Ibu Dra. Dayana, Msi, selaku dosen pebimbing Skripsi. Terima kasih atas segala bimbingan, pengarahan dan motivasi hingga Skripsi ini selesai. 4. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, selaku Dekan FISIP USU.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan kebijakan subsidi menjadi polemik di masyarakat, terkait dengan bagaimana perhitungan subsidi dilaksanakan, berapa besaran yang perlu ditetapkan, siapa yang menjadi target subsidi tersebut, dan apakah subsidi akan benar-benar dinikmati oleh masyarakat yang menjadi target sasaran. Hal ini akan menjadi rumit ketika subsidi diterapkan pada komoditi yang vital bagi masyarakat seperti minyak tanah. Perbedaan harga yang tajam antara minyak tanah yang bersubsidi dengan tidak bersubsidi dapat menimbulkan kerawanan penyimpangan yang berupa penyelewengan distribusi, penimbunan dan bahan penyelundupan.

Penyuluhan atau sosialisasi merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif (Nasution, 1990:7).

(15)

dimungkinkan dapat dilaksanakan Pemerintah untuk pengamanan APBN adalah program hemat energi dan efisiensi di Pertamina dan PLN (Anggitto & Andie, 8 November 2007).

Berawal dari kondisi di atas, Pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang tidak dapat sasaran misalnya program konversi minyak tanah ke LPG, dengan membagikan paket LPG 3 kilogram beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Adapun target sasaranya adalah rumah tangga dengan ketentuan yaitu ibu rumah tangga, pengguna minyak tanah murni, pengeluaran kurang dari 1,5 juta per bulan, dan penduduk legal setempat dan usaha mikro yaitu pengguna minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya.

Program tersebut pertama kali dilaksanakan pada pertengahan tahun 2007 di daerah Jakarta Timur dan dilanjutkan dengan daerah lain di Pulau Jawa, Sumatera diperkirakan pada tahun 2008 ini baru bisa dilaksanakan. Program tersebut mengalami beberapa tantangan dan hambatan yang akhirnya tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Target dari enam juta tabung yang akan didistribusikan hanya terealisasi sebesar 3 .975.789 (6 6,26%) sampai akhir tahun 2007.

(16)

hasil penemuan sementara menunjukkan bahwa pemberian tabung LPG 3 kilogram dan kompor tesebut diserahkan sepenuhnya oleh Ketua RT. Untuk mendistribusikan paket tersebut berdasarkan instusi dan nepotisme.

Sosialisasi dilakukan kepada ibu-ibu rumah tangga yang merupakan target program konversi minyak taban ke gas LPG. Ada pun sosialisai yang dilakukan oleh pihak Pertamina dengan mengunjuk konsultan setiap daerahnya. Di dalam sosialisasi ini dilakukan 3 (tiga) tahapan yaitu pertama tahap pencacahan, dimana konsultan mesurvei masyarakat yaitu ibu-ibu rumah tangga yang layak untuk menerima kompor gas gratis dengan memenuhi prasyarat yang telah ditentukan oleh Pertamina. Tahapa satu ini dilakukan dengan cara door to

door. Tahap kedua yaitu pemebelajaran, yaitu ibu-ibu rumah tangga dikumpulkan

(17)

Setelah membagikan kompor gas gratis sosialisasi dilanjutkan dimana konsultan akan berada di wilayah tersebut kurang lebih 1 (satu) minggu untuk menerima keluhan-keluhan masyarakat. Keluhan-keluhan tersebut dapat berupa pemahaman akan cara-cara penggunaanya dan keluhan akan infrastruktur yang diberikan secara gratis tersebut.

Konsultan yang di unjuk yaitu PT Surveyor Indonesia merupakan konsultan yang menangani wilayah lokasi Kabupaten Deli Serdang dan Medan. Daerahnya Pancur Batu, Deli Tua, Namorambe, Kutalimbaru, Patumbak, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir dan STM Hulu. Kemudian Medan Petisah, Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Sunggal dan Medan Baru.

Dengan adanya konversi minyak tanah ke LPG, terjadi penghematan 1 liter minyak tanah sama dengan 0,57 kilogram setara energi. dengan demikian besarnya rata-rata penghematan penggunaan energi Rp. 16,420 per bulan. Besarnya penghematan yang terjadi dengan adanya program tersebut subsidi APBN P 2007 adalah Rp. 391 milyar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan penghematan yang dilakukan oleh Pertamina sebesar Rp.277 milyar. Dengan demikian, pelaksanaan program tersebut banyak mengalami hambatan, penggunaan LPG jelas mengurangi subsidi BBM. Namun demikian, program ini tetap layak untuk dilanjutkan dengan memperbaiki sosialisasi dan penyiapan infrastruktur seperti peralatan tabung, kompor gas serta kemudahan untuk membeli dan mengisi ulang gas yang telah habis terpakai.

(18)

ke LPG perlu dikembangkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Merubah kebiasaan menggunakan kompor minyak tanah sejak turun temurun bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi hal ini menyangkut kebutuhan pokok. Kemudian membeli minyak tanah dengan sistem eceran 1 atau 2 liter minyak tanah juga menjadi hambatan bagi rumah tangga untuk beralih ke LPG 3 kilogram. Namun, dengan perbaikan sosialisasi dengan melibatkan semua unsur masyarakat seperti Pemda, Instansi Pemerintah, Wakil Rakyat dan LSM. Sosialisasi tersebut perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa menggunakan gas LPG memiliki kelebihan dibandingkan minyak tanah. Disamping itu, minyak tanah mempunyai porsi terbesar dibandingkan premium dan solar. Hasil survei BKF, Depkeu sangat besar dalam APBN. Oleh karena itu, subsidi yang tidak tepat sasaran dapat dialihkan kepada subsidi yang tidak tepat sasaran dapat dialihkan kepada subsidi yang lebih bermanfaat seperti ketahanan pangan, pendidikan dan kesehatan.

Hal yang tidak kalah penting adalah sosialisasi kepada agen dan pangkalan minyak tanah yang selama ini mengandalkan usahanya dari penjualan minyak tanah. Mereka perlu diberikan bimbingan bagaimana untuk beralih kepada penjualan LPG. Mengingat usaha tersebut juga menghidupi banyak orang, maka insentif dapat diberikan kepada distributor, agen atau pengecer gas LPG yang telah beralih dari bisnis minyak tanah. Program konversi bukanlah milik Pertamina, namun program bersama yang bermanfaat bagi APBN dan pembangunan masyarakat.

(19)

peraturan pelaksanaan yang terlambat, tidak tertampungnaya anggaran pengadaan sarana seperti kompor dan tabung, serta proses lelang yang tidak dapat memenuhi Keppes 80 tahun 2003. Selain itu faktor lain yaitu mengubah suatu kebudayaan dalam penggunaan minyak tanah ke budaya menggunakan gas LPG. Kebudayaan tersebut dimana ketika menggunakan minyak tanah menggunakan pentilasi udara yang sedikit sedangkan menggunakan bahan bakar LPG harus memiliki pentilasi udara yang banyak.

Sumatera Utara merupakan tahap berikutnya. Menjelang dilaksanakannya konversi minyak tanah ke LPG di wilayah Sumut tahun 2009 ini, Pertamina Pemasaran Region I menyiapkan sekitar 217.000 tabung Elpiji 3 kg, 80.000 kompor satu tungku serta 60.000 aksesoris (selang, klem, regulator) yang disimpan di gudang Depot LPG Tandem Binjai. Saat ini sekitar 190.000 tabung Elpiji 3 kg dan 230.000 kompor dan aksesorisnya sedang dalam pengapalan dari Tanjung Priok, dan akan tiba dalam waktu dekat. Gudang di Depot LPG Tandem dan 4 SPPBE yang ada di Sumut dapat menampung lebih dari 800.000 tabung Elpiji 3 kg.

Pertamina Pemasaran Region I merencanakan menjalankan program pemerintah, dalam upaya penghematan energi melalui konversi minyak tanah ke LPG tahun 2009. Direncanakan program ini akan dilaksanakan di 4 provinsi di Sumatera Bagian Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.

(20)

keluarga di 12 kabupaten dan kota di Sumut hingga akhir 2009. Keduabelas kabupaten/kota terdiri dari 7 kabupaten (Asahan, Deli Serdang, Karo, Labuhan Batu, Langkat, Serdang Bedagai, Simalungun) dan 5 kota (Binjai, Medan, Pematang Siantar, Tanjung Balai, dan Tebing Tinggi). (Batak Pos online, Jumat (3/4/2009). Adapun alasan penulis memilih wilayah Kecamatan Delitua dikarenakan Kecamatan Delitua merupakan wilayah tahap satu yang sudah selesai dilaksanakan dan penulis cukup mengenal wilayah kecamatan Delitua.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang sejauhmanakah efektifitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG kepada masyarakat dalam rangka mengubah keputusan penggunaan bahan bakar di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua Kota).

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(21)

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian bersifat korelasional yang menjelaskan hubungan antara

efektivitas sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan bahan bakar.

b. Objek penelitian adalah ibu rumah tangga penerima konversi minyak tanah ke LPG di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur, dan Kelurahan Delitua Kota).

c. Penelitian sosialisasi dilakukan pada tahap pemebelajaran dan penerimaan keluhan dari ibu-ibu rumah tangga.

d. Penelitian dilakukan pada bulan November 2009.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG yang dilakukan oleh Pertamina.

(22)

c. Untuk mengetahui pengaruh sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG terhadap perubahan keputusan penggunaan bahan bakar

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menguji pelbagai teori yang digunakan untuk mengukur efektivitas sosialisasi.

b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada Pertamina dan pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40).

(23)

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi dan Komunikasi Efektif, Komunikasi Penyuluhan, Agen-Agen Perubahan, Teori Adopsi Difusi Inovasi, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Antar Pribadi.

5.1 Komunikasi dan Komunikasi Efektif

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin

communicatio dan bersumber dari kata kommunis yang berarti “sama”, yakni

“sama makna” (lambang) (Ruslan, 2005:17).

Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan-pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan-pesan sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antar kedua belah pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan-pesan/informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu memberikan makna dalma pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh komunikasi dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode) (Ruslan, 1999:69-70).

Menurut Gary Cronkhite dalam bukunya “Communication Awarness”, Cuming Publishing, Co. Inc. California, 1976 (Ruslan, 1999:86-87), ada empat pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi merupakan suatu proses (communication is a process).

b. Komunikasi adalah suatu pertukaran pesan (communication is message

transactive).

(24)

karakter komunikator (sources), Ditinjau dari komunikator, untuk

melaksanakan komunikasi efektif. Terdapat dua factor penting dari komunikator, yakni

Kepercayaan pada komunikator (source credibility), hal ini

meliputi (1) sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai sumber informasi, (2) intensi, (3) sikap hangat dan bersahabat, (4) predikat komunikator, (5) latar belakang komunikator, (6) sikap dinamis yaitu proaktif, agresif dan empatik (Supratiknya, 1995:35).

Daya tarik komunikator (source attractiveness), hal ini

meliputi kecakapan komunikator (Effendy, 2003:45).

• pesan (message) yang akan disampaikan, yaitu ditinjau dari pesan, pesan

yang dapat disampaikan ke komunikan yaitu (Supratiknya, 1995:36), yaitu: (1) menarik, (2) jelas dan ringkas, (3) lengkap dan mudah dipahami, (4) redundansi, (5) arti denotatif dan konotatif.

media (channels or as tools) yang dipergunakan

komunikasi (audience) yang akan menjadi sasarannya, dan dampak (efect) yang ditimbulkan.

d. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau maksud ganda (communication is multi-purposeful).

(25)

Empat hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan komunikasi (Rumanti, 2002 : 107) adalah sebagai berikut:

1. Bahwa publik kita itu manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari berbagai pengaruh apa saja.

2. Manusia itu cenderung suka memperhatikan, membaca atau mendengarkan pesan yang dirasakan sesuai dengan kebutuhan atau sikap mereka.

3. Adanya berbagai media massa yang beragam memberikan efek yang beragam pula bagi publiknya.

4. Media massa memberikan efek dengan variasi yang besar kepada publik atau perseorangan maupun kelompok.

5.2 Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meniati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata, dalam suatu proses komunikasi yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan.

(26)

dapat diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan ataupun penjelasan kepada yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu (Nasution, 1990:7).

Claar et al, (1984) membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan, yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif (Nasution, 1990:7).

5.3 Agen-Agen Perubahan

Agen perubahan (change agents) adalah sejumlah orang-orang yang mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan dalam usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat.

Rogers dan Shoemakers mengartikan agen perubahan sebagai professional yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan (Nasution, 1996:114). Sedangkan Havelock berpendapat agen perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksanya perubahan sosial atau suatu difusi inovasi yang berencana. Dengan kata lain, agen perubahan adalah mereka yang sehari-hari bekerja sebagai perencana pembangunan hingga para petugas lapangan pertanian, pamong, guru, dan penyuluhan lainya.

Rogers dan Shoemaker menggariskan bahwa setidaknya ada tujuan tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yakni:

(27)

3) Mendiagnosa permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat 4) Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien

5) Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata

6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out 7) Mencapai suatu terminal hubungan.

5.4 Model Adopsi Difusi Inovasi

Adopsi adalah keputusan untuk mengunakan secara menyeluruh suatu inovasi. Keputusan dapat berubah arah setelah proses selanjutnya seperti

discontinuance yaitu keputusan untuk menolak inovasi setelah mengadopsinya.

Penyebabnya adalah karena ketidakpuasn atas adanya ide baru tersebut. Namun penolakan juga dapat berubah menjadi adopsi. Perubahan ini biasanya terjadi pada tahap konfirmasi.

Rogers mendefenisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial (the process overtime among the vation is

communicated through certain channels overtime among the members of a social

system). Unsur-unsur difusi ide (Effendy, 2003:284) adalah:

1. Inovasi

2. Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3. Dalam jangka waktu tertentu

(28)

Inovasi adalah suatu ide, karya, atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi: (1) relative advantage (keuntungan relatif), (2)

compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) trialability

(kemungkinan dicoba), (5) observability (kemungkinan diamati) (Ardianto, 2004:63)

Dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang memalui sejumlah tahapan yang disebut tahap putusan inovasi (Nasution, 1996:113), yaitu:

1) Tahap Pengetahuan. Tahap dimana seseorang sadar, tahu, bahwa ada suatu inovasi

2) Tahap Bujukan. Tahap ketika seseorang sedang mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.

3) Tahap Putusan. Tahap dimana seseorang membuat putusan apakah menerima atau menolak inovasi yang dimaksud.

4) Tahap Implementasi. Tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai sesuatu inovasi.

5) Tahap pemastian. Tahap seseorang memastikan atau mengkomunikasikan putusan yang telah diambilnya tersebut.

5.5 Komunikasi Kelompok

(29)

mempromosikan dagangannya, atau ibu-ibu di pasar secara bersama-sama sedang megurumuni seorang pedagang sayur. Kelompok dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yakni kelompok kecil dan kelompok besar (Effendy, 2003:71)

Komunikasi kelompok (group communication) berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang (Effendy, 2003:75).

Karakteristik proses komunikasi kelompok (Nasution,1989:27) yaitu: a) Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistematik

b) Komunikasi kelompok adalah bersifat kompleks c) Komunikasi kelompok adalah bersifat dinamik

Sekelompok orang yang menjadi komunikan itu bisa sedikit (komunikasi kelompok kecil) dan bisa banyak (komunikasi kelompok besar). Jadi, pengkategorian kelompok kecil dan besar tergantung dari jumlah kelompok pesertanya.

5.6 Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi dan komunikasi antar pribadi merupakan jenis dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis dan memilki arus balik bersifat langsung (Liliweri, 1991:12).

(30)

Kegiatan tatap muka merupakan hal utama di dalam komunikasi antar pribadi. Dalam kegiatan tatap muka yang dilakukan antar pribadi dengan sesamanya merupakan suatu gerakan yang terus menerus dalam waktu dan ruang sebagai wujud keberadaan dan hubungannya yang aktif dengan orang lain (Liliweri, 1991:71).

Di dalam komunikasi antar pribadi terdapat tujuh sifat (Liliweri, 1991:310) yaitu:

a. Melibatkan di dalamnya perilaku  Verbal

 nonverbal

• kinesik meliputi penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan,

ekspresi wajah, kontak mata. • proksemik meliputi jarak tubuh

• paralinguistic meliputi intonasi dan kecepatan berbicara.

b. Melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, scripted (tertulis), dan contrived (dipersiapkan)

c. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dinamis

d. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi

(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya) e. Dipandu dengan tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik f. Menunjukkan adanya suatu tindakan

g. Merupakan komunikasi yang persuasive

(31)

1. Opening

2. Feedforward

3. Business

4. Feedback

5. Closing

I.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Singarimbun,1995:33).

Konsep adalah generalisasi dan sekelompok fenomena yang sama. Sebagai hal yang umum konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005:57).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1991:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikit:

1. Variabel Bebas (X)

(32)

unsur lain (Nawawi, 1991: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sosialisasi program konversi minyak tanah ke LPG.

2. Variabel Terikat (Y)

Variable terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan keputusan penggunaan bahan bakar di kalangan ibu rumah tangga Kecamatan Delitua.

3. Variabel Antiseden (Z)

(33)

I.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuain dalam penelitian. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) Sosialisasi Konversi

Minyak Tanah ke LPG

Variabel Terikat (Y) Perubahan Keputusan Penggunaan Bahan Bakar

Variabel Antiseden(Z)

(34)

Tabel 1. Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X)

Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG

a. Komunikator

source credibility

• sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai sumber informasi

• intensi

• sikap hangat dan bersahabat

• predikat komunikator • latar belakang • sikap dinamis  source attractiveness

kecakapan b. Jenis pesan

2. Verbal  Menarik

 Jelas dan ringkas

 Lengkap dan mudah dipahami

 Redundansi

 Arti denotatif dan konotatif

3. Nonverbal  Kinesik

• Penampilan fisik

• Sikap tubuh dan cara berjalan

• Ekspresi wajah • Kontak mata  Proksemik

• jarak

 Paralinguistik

• Intonasi dan kecepatan berbicara

(35)

g. Jumlah peserta Variabel Terikat (Y)

Perubahan Keputusan Penggunaan Bahan Bakar

a. Kesadaran b. Bujukan/persuasi

Relative advantage

(keuntungan relatif)  Compatibility (kesesuaian)

Complexity (kerumitan)

Trialability ( kemungkina

dicoba)  Observability

(kemungkinan diamati) c. Putusan

d. Implementasi e. Pemastian Variabel Antara (Z)

Karakteristik Responden

a. Pendapatan b. Usia

c. Pendidikan Terakhir d. Pekerjaan

I.9 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG)

a. Komunikator, yaitu seseorang yang menyampaikan pesan kepada komunikan, dalam hal ini adalah konsultan yang diunjuk oleh Pertamina..

source credibility, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh komunikator

(36)

• sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai sumber informasi yaitu

tabiat yang dimiliki oleh konsultan untuk berbicara jujur kepada ibu-ibu rumah tangga.

• Intensi yaitu kehebatan konsultan dalam menyampaikan

maksud/tujuan dari program konversi minyak tanah ke LPG.

• sikap hangat dan bersahabat, yaitu keadaan tidak kaku dan akrab

yang diciptakan oleh konsultan ketika menyampaikan sosialisasi kepada ibu-ibu rumah tangga .

• predikat komunikator, yaitu gelar atau cap yang dimiliki oleh

konsultan di mata masyarakat (ibu-ibu rumah tangga)

• latar belakang, yaitu asal-usul konsultan baik itu pendidikan atau

keahlian menyangkut pesan yang akan disampaikan mengenai konversi minyak tanah ke gas.

• sikap dinamis yaitu kemampuan komunikator dalam menyesuaikan

diri dengan keadaan lingkungan ketika sosialisasi.

source attractiveness, yaitu daya tarik yang dimiliki komunikator.

• kecakapan, yaitu kepandaian komunikator dalam mensosialisasikan

konversi minyak tanah ke gas dengan baik. b. Jenis pesan

III.฀.฀ Verbal, merupakan jenis pesan dalam bentuk tulisan dan lisan.  Menarik, yaitu isi pesan mengenai program konversi minyak tanah

(37)

 Jelas dan ringkas, yaitu isi pesan mengenai program konversi

minyak tanah ke gas terang dan tidak bertele-tele.

 Lengkap dan mudah dipahami, yaitu isi pesan mengenai program

konversi minyak tanah ke gas tidak kurang/tepat sehingga mudah untuk dimengerti.

 Redundansi, yaitu pesan yang disampaikan dilakukan secara

pengulangan oleh konsultan.

 Arti denotatif dan konotatif yaitu pesan mengenai konversi minyak

tanah ke gas memiliki makan Denotasi dimana pesan tersebut yang disampaikan memiliki makna sebenarnya, dan konotasi merupakan pesan yang disampaikan memiliki makna ganda.

2. Nonverbal  Kinesik

• Penampilan fisik, yaitu kemampuan konsultan dalam menampilkan

diri seperti cara berpakaian yang baik dan rapi.

• Sikap tubuh dan cara berjalan, yaitu gerak tekstur tubuh konsultan

ketika mensosialisasikan program konversi minyak tanah ke gas sesuai dengan pesan verbal.

• Ekspresi wajah, yaitu mimik muka/pengungkapan wajah konsultan

ketika sosialisasi.

• Kontak mata, yaitu pandangan fokus konsultan kepada ibu-ibu

(38)

• Jarak, yaitu ruang/sela antara konsultan dengan ibu-ibu rumah

tangga.  Paralinguistik

• Intonasi dan kecepatan berbicara yaitu ketepatan tinggi rendahnya

nada dan gaya berbicara konsultan ketika sosialisasi.

c. Saluran, alat peraga yang digunakan konsultan ketika melakukan sosialisasi.

d. Proses komunikasi, yaitu proses yang dimaksudkan merupakan tahapan-tahapan ketika mensosialisasikan konversi minyak tanah ke gas.

Opening, yaitu tahap pembuka sebelum konsultan menyampaikan

isi mengenai konversi minyak tanah ke gas.

Feedforward, tahap basa-basi sebelum konsultan menyampaikan

isi mengenai konversi minyak tanah ke gas.

Business, tahap inti/materi pesan dimana konsultan menyampaikan

materi pesan mengenai konversi minyak tanah ke gas.

Feedback, tahap respon/tanggapan yang diberikan oleh ibu-ibu

rumah tannga setelah menerima pesan konversi minyak tanah ke gas kepada konsultan.

Closing, tahap penutup setelah pesan konversi minyak tganah ke

gas selesai disampaikan oleh konsultan kepada ibu-ibu rumah tangga.

e. Waktu dalam Berkomunikasi

(39)

f. Suasana dalam berkomunikasi

Keadaan sekitar/lingkungan ketika sosialisasi dalam hal ini meliputi formal atau nonformal

g. Jumlah peserta, yaitu banyak peserta ketika menerima program konversi minyak tanan ke gas.

2. Variabel Terikat (Perubahan Keputusan Penggunaan Bahan Bakar)

a. Kesadaran yaitu hal yang dirasakan/dialami oleh ibu-ibu rumah tangga akan pentingnya program konversi minyak tanah ke gas LPG.

b. Tahap Bujukan/persuasi yaitu tahap dimana ibu-ibu rumah tangga dirayu untuk mempertimbangkan, atau sedang membentuk sikap terhadap program konversi minyak tanah ke LPG yang telah diketahuinya tadi, apakah ia menyukainya atau tidak.

Relative advantage (keuntungan relative), yaitu manfaat yang diperoleh

ibu-ibu rumah tangga jika menerima program konversi minyak tanah ke gas.

Compatibility (kesesuaian), yaitu sosialisasi konversi minyak tanah ke

gas serasi dengan nilai-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan sebelumnya, kebutuhan selera, adat-istiadat, dan sebagainya dari ibu-ibu rumah tangga.

Complexity (kerumitan), yaitu sosialisasi konversi minyak tanah ke gas

(40)

Trialability ( kemungkina dicoba), yaitu bahwa program konversi

minyak tanah ke gas akan lebih cepat diterima, bila dapat dicobakan dulu dalam ukuran sebelum orang terlanjur menerimanya secara menyeluruh. Ini adalah cerminan prinsip manusia yang selalu ingin menghindari suatu resiko yang besar dari perbuatannya sebelumnya “nasi menjadi bubur”.

Observability (kemungkinan diamati), yaitu jika program konversi

minyak tanah ke gas dapat disaksikan dengan mata, dapat terlihat langsung hasilnya, maka orang akan lebih mudah untuk mempertimbangkan untuk menerimanya, ketimbang bila inovasi itu berupa sesuatu yang abstrak, yang hanya dapat diwujudkan dalam fikiran, atau hanya dapat dibayangkan

c. Tahap Putusan yaitu tahap dimana ibu rumah tangga membuat putusan apakah menerima atau menolak program konversi minyak tanah ke gas yang dimaksud.

d. Tahap Implementasi yaitu tahap ibu rumah tangga melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya mengenai konversi minyak tanah ke gas tersebut.

e. Tahap pemastian yaitu tahap ibu rumah tangga memastikan atau mengkomunikasikan putusan yaitu menolak atau menerima yang telah diambilnya tersebut.

3. Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden a. Pendapatan

(41)

b. Usia

Tingkat umur ibu-ibu rumah tangga. c. Pendidikan Terakhir

Jenjang sekolah terakhir ibu-ibu rumah tangga. d. Pekerjaan

Kegiatan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga sehari-hari. I.10 Hipotesa

Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dlam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44).

Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara sosialisasi konversi minyak tanah ke

LPG terhadap perubahan keputusan mengenai bahan bakar di Kecamatan Delitua (Kelurahan Delitua Timur dan Kelurahan Delitua Kota).

Ha : Terdapat hubungan antara sosialisasi konversi minyak tanah ke LPG

(42)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.7 Sosilaisasi dan Komunikasi

II.1.1 Pengertian Komunikasi Efektif dan Penjelassannya

Sosialisasi pada dasarnya adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan,

peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak(-pihak)

lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi

yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau at harus dijalankan oleh individu.

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin

communicatio dan bersumber dari kata kommunis yang berarti “sama”, yakni

“sama makna” (lambang) (Ruslan, 2005:17).

Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungan dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku (Cangara, 2007:20).

(43)

= 1

secara bersama dengan makna yang menyertainya melalui keleluasaan (space) serta menyediakan tepat pada waktunya (Suprapto, 2008:9).

Menurur Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981), Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2007:20).

Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Tubbs dan Moss mengemukakan, secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Bila S adalah pengirim atau sumber pesan, dan R penerima pesan, maka komunikasi disebut mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S dan respons yang diberikan R identik.

R (makna yang diungkap penerima) S (makna yang dimaksud pengirim)

Nilai 1 – yang menunjukkkan kesempurnaan penyamapian dan penerima pesan – jarang diperoleh. Kenyataanya nilai ini tidak pernah dicapai, paling-paling hanya dapat dihampiri saja. Semakin besar kaitan antar yang kita maksud dengan respons yang diterima, semakin efektif pula komunikasi yang kita lakukan. Bila saja R/S bernilai 0, yang berarti tidak ada kaitan sama sekali antara respoms yang kita inginkan dengan respons yang kita peroleh (Suprapto, 2008: 12-13).

(44)

Komunikasi efektif merupakan menyamakan persepsi antara pengirim dengan penerima atau pesan yang dikirim, sama pesan yang diterima. Proses pembentukan persepsi terjadi dengan begitu cepat dan selalu tanpa disadari. Persepsi sama dengan penerimaan dan proses. Beberapa faktor yang memepengaruhi pemebntukan persepsi yaitu (Arredondo, 2000: 24):

 Sikap

 Kepercayaan

 Latar belakang budaya  Pendidikan

 Emosi  Pengalaman  Jenis kelamin

II.1.2 Syarat dalam Menciptakan Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memeperhatikan situasi, waktu, tempat, dan pendengarnya. Dalam menciptakan komunikasi yang efektif ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh khalayak yaitu bertanya, melihat dan mendengar (Arredondo, 2000: 91). Untuk membantu supaya komunikasi bisa efektif, ada beberapa ketentuan untuk memudahkannya. Hal tersebut merupakan persyaratan dasar dalam berkomunikasi efektif (Rumanti, 2002:107), yaitu:

1. Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan 2. Kemampuan menarik perhatian

3. Kemampuan mempengaruhi pendapat

(45)

Empat hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan komunikasi (Rumanti, 2002 : 107) adalah sebagai berikut:

5. Bahwa publik kita itu manusia, jadi mereka tidak pernah bebas dari berbagai pengaruh apa saja.

6. Manusia itu cenderung suka memperhatikan, membaca atau mendengarkan pesan yang dirasakan sesuai dengan kebutuhan atau sikap mereka.

7. Adanya berbagai media massa yang beragam memberikan efek yang beragam pula bagi publiknya.

8. Media massa memberikan efek dengan variasi yang besar kepada publik atau perseorangan maupun kelompok.

II.1.3 Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif

Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success

in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan

agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita hendaki. Faktor-faktor tersebut merupakan (Effendy, 2003: 41-45):

1) Faktor pada Komponen Komunikator

(46)

Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source

attractiveness).

Komunikator harus punya informasi yang memadai. Komunikator harus punya kredibilitas di mata penerima. Komunikator harus mampu menyampaikan informasi dengan cara yang dapat dipahami penerima. Komunikator harus menggunakan saluran yang akan menyampaikan pesan kepada penerima (Cutlip, et al, 2006: 407).

a. Kepercayaan pada komunikator (source credibility), kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima) (Cangara, 2007: 21). Kredibilitas komunikator meliputi (Supratiknya, 1995:35) :

 sifat bisa dipercayai si pengirim sebagai sumber informasi  intensi

 sikap hangat dan bersahabat  predikat komunikator  latar belakang komunikator

 sikap dinamis yaitu proaktif, agresif dan empatik

(47)

kecakapan komunikator, kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic) (Cangara, 2007: 93-94).

2) Faktor pada Komponen Pesan

Pesan merupakan faktor penting dalam prose komunikasi, sebab pesan akan menghubungkan antara sumber dan penerima (Suprapto, 2008: 19).

Pesan harus sesuai dengan kapasitas pemahaman penerima dan relevan dengan kepentingan atau kebutuhan penerima. Pesan harus memotivasi kepentingan penerima dan menimbulkan respons (Cutlip, et al, 2006: 407). Pesan yang dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, yaitu pesan yang dapat disampaikan ke komunikan yaitu (Supratiknya, 1995:36), yaitu:

 Menarik

 jelas dan ringkas

 lengkap dan mudah dipahami  redundansi

 arti denotatif dan konotatif

(48)

3) Faktor pada komponen Saluran

Saluran komunikasi tatap muka adalah organ pengindera, meskipun boleh jadi kelima indera menerima rangsangan, anda nyaris hanya bergantung pada tiga indera saja: pendengaran, pengelihatan dan perabaan. Selain organ pengindera, saluran dalam komunikasi organisional adalah laporan berkala perusahaan, papan pengumuman, “bulletin boards”, memoranda. Dalam komunikasi massa, saluran utama adalah surat kabar, film, radio, dan televisi. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan, semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang disampaikan.

Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya saluran yang dihormati dan dipakia oleh si penerima. Menciptakan saluran baru bisa jadi sulit, membutuhkan waktu dan mahal. Saluran yang berbeda punya efek berbeda dan efektif pada tingkat yang berbeda-beda dalam tahap proses difudi informasi. Dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik sasaran. Orang mengasosiasikan nilai yang berbeda-beda pada berbagai saluran komunikasi (Cutlip, et al, 2006: 409).

4) Faktor pada komponen Gangguan

Ada dua jenis gangguan terdapat jalanya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai gannguan mekanik dan gangguan semantik (Effendy, 2003:45-47).

a. Gangguan Mekanik (mechanical, channel noise)

(49)

b. Gangguan Semantik (semantik noise)

Gangguan semantik tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa.. gangguan semantik terjadi dalam salah pengertian. Ini disebabkan dua jenis pengertian mengenai kata-kata yang mempunyai pengertian denotatif dan konotatif. Pengertian denotatif adalah pengertian suatu perkataan yang lazim terdapat dalam kamus yang secara umum diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Pengertian konotatif adalah pengertian yang bersifat emosional latar belakang dan pengalaman seseorang.

5) Faktor pada komponen Penerima

Beberapa yang penting diketahui dalam menciptakan komunikasi efektif yaitu: keterampilan berkomunikasi, kebutuhan, tujuan yang diinginkan, sikap, nilai, kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan, kemampuan untuk menerima

(capability of the audience) kegunaan pesan, timing yang tepat untuk suatu pesan,

bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti, sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif, dan jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan (Cangara, 2007: 172).

II.2 Komunikasi Penyuluhan

II.2.1 Pengertian Komunikasi Penyuluhan

(50)

untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang, dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu disain komunikasi penyuluhan.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian (baca: pengkomunikasian) hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

a) Masalah yang dihadapi b) Siapa yang akan disuluh

c) Apa tujuan (objectives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan

d) Pendekatan yang dipakai e) Pengembangan pesan

f) Metode/saluran yang digunakan

g) Sistem evaluasi yang “telah terpasang” atau “built-in” di dalamnya rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution 1990:11).

II.2.2 Tujuan Komunikasi Penyuluhan

(51)

Tujuan yang dimaksud dalam penyuluhan adalah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan ini tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut.

Dalam hubungan di Kinicaid dan Schramm (1975) mengelompokkan pendekatan komunikasi menjadi empat macam, yaitu: (1) Transmisi informasi; (2)

Instruction; (3) Persuasi; dan (4) Dialog. Masing-masing pendekatan ini berkaitan

dengan tujuan (goal) yang hendak dicapai dalam melakukan kegiatan komunikasi, seperti terlihat di bawah ini (Nasution, 1990:64):

Tabel 2 Tujuan Komunikasi Penyuluhan Pendekatan Komunikasi Tujuan Komunikasi 1. Transmisi informasi

pendekatan ini untuk penyampain pesan-pesan biasanya melalui media massa yang bertitik berat pada informasi dasar tentang sesuatu program. Komunikasi di sini pada umumnya bersifat satu arah, dengan sedikit umpan balik

Perubahan pada tingkat kesadaran (awareness) mengenai sesuatu program di tengah kalangan khlayak umum

2.Instruction

Pendekatan ini merupakan bentuk komunikasi yang ditandai dengan tujuan (objectives) yang dinyatakan dengan jelas; praktek keterampilan-keterampilan dan nilai-nilai baru; penegakan (reinforment) perilaku yang baru dipelajari. Dengan pendekatan ini khalayak diharapkan belajar

(52)

mengenai sesuatu. 3. Persuasi

Pendekatan ini digunakan bila komunikator menduga bahwa sejak semula khalayak telah bersikap negatif terhadap tujuan komunikasi dengan pendekatan ini biasanya tidak dinyatakan dengan jelas oleh komunikator

4. Dialog

Pendekatan ini berbentuk pertukaran ide secar timbale balik antara komunikator dengan khalayak. Berbagi pengalaman tentang persoalan bersama dan saling mendengarkan pandangan masing-masing

Perubahan dalam nilai dan sikap sesuatu yang tadinya telah tertentu. Juga perubahan dalam pengetahuan, sebagi bagian dari proses persuasi

Perubahan dalam kesadaran, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Namun arah tertentu dari perubahan tidak dapat ditentukan oleh komunikator oleh dialog itu sendiri.

Bermakna (meaningful)

• Realistik

Jelas (clear)

Dapat diukur (measurable)

II.2.3 Fungsi Komunikasi Penyuluhan

(53)

yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluluhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penyuluhan tersebut.

Dengan demikina dapat dikatakan bahwa penyuluhan dimaksudkan sebagai kegiatan memberi penerangan atau penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak berda dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.

Perolehan pengetahuan, pemebentukan sikap, dan perubahan perilaku pada diri manusia terjadi secara bertahap, dan bukan secara seketika (instant). Karena itu, kegiatan penyuluhan pun harus diselaraskan dengan tahap-tahap yang dilalui oleh anggota masyarakat tersebut. Ini berarti bahwa kegiatan penyuluhan menuntut suatu persiapan, suatu perencanaan yang matang, dan tidak mungkin bila dilakukan dengan asal-asalan saja.

II.2.4 Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksankan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi adalah (Middleton dan Lin, 1975) (Nasution, 1990:54):

(54)

Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”

Untuk menetapkan program komunikasi apa yang akan dilaksankan, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:

1) Ketersediaan financial

2) Kebutuhan nasional dan kebijakan departemen 3) Kebutuhan lokal dan kondisi setempat

4) Ketersediaan sumber-sumber (resources) dan fasilitas 5) Kesegeraan effek terhadap khalayak

6) Kemungkinan respon khalayak 7) Pengalaman sebelumnya.

Dalam penyusuanan rencana komunikasi penyuluhan, ada beberapa tahap yang harus ditempuh untuk kegiatan penyuluhan adalah:

a) Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi b) Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi c) Memilih media

d) Menentukan pendekatan yang digunkan e) Memproduksi media

II.2.5 Unsur-unsur Komunikasi Penyuluhan

(55)

Beberapa sebutan lain yang lazim dipakai unsure-unsur komunikasi adalah : pengirim (sender), Pengenkod (encoder), aktot (actor) untuk sumber; destination (tujuan), pendekod (decoder), komunikan, untuk penerima, dan umpan balik (feedback) (Nasution, 1990:12-13).

II.3 Agen-Agen Perubahan II.3.1 Pengertian Agen Perubahan

Agen perubahan (change agents) adalah sejumlah orang-orang yang mempelopori, menggerakkan dan menyebarluaskan proses perubahan dalam usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat.

Rogers dan Shoemakers mengartikan agen perubahan sebagai professional yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan (Nasution, 1996:114). Sedangkan Havelock berpendapat agen perubahan adalah seseorang yang membantu terlaksanya perubahan sosial atau suatu difusi inovasi yang berencana. Dengan kata lain, agen perubahan adalah mereka yang sehari-hari bekerja sebagai perencana pembangunan hingga para petugas lapangan pertanian, pamong, guru, dan penyuluhan lainya.

II.3.2 Kualifikasi Agen Perubahan

Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antar banyak kompetensi yang mereka miliki (Nasution, 1996: 114) yaitu:

(56)

3. Kemampuan administratif, yakni kemauan untuk mengalokasikan waktu untuk persoalan-persoalan yang lebih rumit.

4. Hubungan antar pribadi. Suatu sifat yang paling penting adalah empati, yaitu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasikan diri dengan orang lain, berbagai akan perspektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri.

II.3.3 Peran Agen Perubahan

Peran agen perubahan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Nasution,1992:70-73):

1. Peran yang Manifes

Peranan yang manifest adalah peran yang kelihatan “di permukaan” dalam hubungan antara agen perubahan dengan kliennya, dan merupakan peran yang dengan sadar dipersiakan sebelumnya.

Peranan yang manifest dari agen perubahan dapat dilihat dalam tiga perspektif, yaitu sebagai penggerak, perantara, dan penyelesai (accomplisher).

2. Peran yang Laten

Peran yang laten merupakan peran yang timbul dari “arua bawah” yang memberi petunjuk bagi si agen dalam mengambil tindakan.

Hampir semua peranan yang manifest dari agen perubahan yang disebutkan mempunyai pasangan yang bersifat laten. Ini berarti selain fungsi-fungsi yang kelihatan secara nyata, agen perubahan juga memilki fungsi-fungsi-fungsi-fungsi yang laten yaitu :

(57)

c) Sebagai pemberi informasi d) Sebagai penghubung e) Selaku organizer f) Selaku reinforcer

II.3.4 Tugas dari Agen Perubahan

Suatu usaha perubahan sosial yang berencana tentu ada yang memperkarsainya. Prakarsa itu dimulai sejak menyusun rencana, hingga memepelopori pelaksanaanya. Bila kita lihat dalam suatu masyarakat yang melaksanakan pembangunan sebagai suatu perubahan social yang berencana, maka lembaga-lembaga perubahan (change agencies) tersebut adalah semua pihak yang melaksanakan pembangunan itu sendiri.

Rogers dan Shoemaker menggariskan bahwa setidaknya ada tujuan tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yakni:

1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan 2) Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship) 3) Mendiagnosa permaslahan yang dihadapi oleh masyarakat

4) Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien

5) Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata

6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out 7) Mencapai suatu terminal hubungan.

(58)

PERTAHAPAN LANGKAH AGEN PERUBAHAN

Ganbar 2 Agen perubahan

Bagi seorang agen perubahan, dalam mendifusikan inovasi penting sekali menyelaraskan langkah-langkah kegiatannya dengan tahap-tahap yang dilalui oleh klien dalam proses penerimaan suatu inovasi, yaitu sebagai berikut:

AGEN PERUBAHAN ANGGOTA MASYARAKAT

Gambar 3 Proses Penerimaan suatu Inovasi

Berminat, Mencari

oMenjaga kesetabilan

Gambar

Gambar 1 Model Teoritis
Tabel 1. Variabel Operasional
Gambar 3 Proses Penerimaan suatu Inovasi
Gambar 4 Struktur Organisasi Kecamatan Delitua
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu

Pengelola, pimpinan dan/atau penanggungjawab gedung adalah orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau

(1) Pada saat keadaan darurat bencana, Kepala BNPB atau kepala BPBD, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya, meminta kepada instansi/lembaga terkait untuk mengirimkan

Konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi sapu lantai multifungsi ini mengacu pada konsep ergonomis, dimana adanya modifikasi gagang sapu yang bisa

Set iap pelanggar an yang dikenai sanksi pidana dalam Undang- Undang ini dan j uga diancam dengan sanksi pidana dalam Undang- Undang lain yang ber sifat k husus,

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari gambaran histopatologi organ hati mencit terhadap pemberian suspensi daging buah kepel karena hati merupakan organ

Sehingga dapat dipastikan dengan bertambahnya pilihan cara atau sistem dalam pelaksanaan pemilihan umum dapat menciptakan sistem pemilihan yang lebih baik di

Pejaten Timur Pasar Minggu). Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, 2018. Penelitian ini bertujuan