ANALISIS MINAT SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA)
MANGA NI TAISHITE SMA NEGERI 2 MEDAN NO GAKUSEI NO KYOUMI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
Santy Theresia. Ambarita NIM : 040708040
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG MEDAN
ANALISIS MINAT SISWA SMA NEGERI 2 MEDAN TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA)
MANGA NI TAISHITE SMA NEGERI 2 MEDAN NO GAKUSEI NO KYOUMI NO BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
Santy Theresia. Ambarita NIM : 040708040
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Amin. S Drs. Nandi S. NIP:131945676 NIP: 131763366
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG
MEDAN
Disetujui oleh:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Departemen S-1 Sastra Jepang Departemen Studi
Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D
NIP.131422712
PENGESAHAN Diterima oleh,
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Pada : Pukul 09:00 WIB Tanggal : 8 Desember 2009
Hari : kamis
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D NIP.132098531
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D ( )
2. M. Pujiono, SS, M.Hum ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena kasih karunia dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Analisis Minat Siswa SMA Negeri 2 Medan
Terhadap Komik Jepang (Manga) ”Manga Ni Taishite SMA Negeri 2 Medan No Gakusei No Kyoumi No Bunseki” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Sastra Program
Studi Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih,
penghargaan, serta penghormatan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis menyelesaikan studi dan skripsi ini, antara lain kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2 Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang M.S, Ph.D, selaku Ketua
Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
3 Bapak Drs. Amin. S, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
menyediakan waktu di sela-sela kesibukannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Nandi. S, selaku Dosem Pembimbing II, yang telah
memberikan arahan serta perhatiannya dalam proses penyusunan skripsi
5. Dosen Penguji Ujian Skripsi, yang telah menyediakan waktu untuk
membaca dan menguji skipsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada semua Dosen Pengajar Departemen S-1 Sastra Jepang Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis,
sehingga penulis dapat meyelesaikan perkuliahan dengan baik.
6. Ayahanda DM. Ambarita, yang senantiasa memberikan semangat dan
nasehat kepada penulis, juga kepada Ibunda H H. Simbolon, yang dengan
setia merawat serta mengajarkan nilai-nilai yang baik terutama
kepercayaan yang dilimpahkan secara luar biasa kepada penulis.
7. Saudara-saudari penulis kakanda Juliana Ambarita, S.St. D Frida A.
Ambarita, Amd. Rita P K. Ambarita, Amd. Togi F A. Ambarita, S.Psi. dan
David L H. Ambarita, Amd. Beserta sanak saudara yang lainnya yang
mendukung didalam doa – doanya.
8. Teman-teman penulis sesama mahasiswa Sastra Jepang Universitas
Sumatera Utara Stambuk 2004, yang dengan semangat tetap saling
menguatkan dalam meyelesaikan studi serta telah membagi begitu banyak
hal selama menjalani proses belajar di Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
9. Teman - teman dekat penulis yang tergabung dalam Agatha: Prissy, Lola,
Mariana, Eva, Sery, Henny dan Lenny, semoga kita tetap dekat rohani
dimanapun Tuhan akan menempatkan kita nantinya.
9. Teman dekat penulis lainnya yang juga selalu memberi semangat dan
motivasi dalam memberikan masukan dan membantu dalam memberikan
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini,
termasuk juga dalam penulisan skripsi ini. Namun penulis tetap mencari
kesempurnaan tersebut dalam suatu nilai pekerjaan yang dilakukan secara
maksimal. Maka dengan berangkat dari prinsip itu jugalah, penulis berusaha
merampungkan skripsi penulis tersebut.
Medan, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI………...iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….…...1
1.2. Perumusan Masalah……….……...5
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan……….………...7
1.4. Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori………...7
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………...11
1.6. Metode Penelitian……….…………...12
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA)...`19
2.1. Pengertian Manga...19
2.2. Sejarah Singkat Perkembangan Manga...20
2.2.1. Sejarah Singkat Perkembangan Manga secara umum...21
2.2.2. Sejarah Singkat masuknya Manga Ke Indonesia...22
2.3. Jenis-Jenis Manga/ komik...22
2.4. Ciri Khas Manga...38
2.5. Bentuk Apresiasi Manga...39
2.5.1. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga Secara Umum...39
2.5.2. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga Di Indonesia...40
BAB III ANALISIS MINAT SISWA SMAN 2 MEDAN AKAN MANGA....47
3.1. Pola Minat Siswa SMAN 2, Medan Terhadap Komik Jepang (Manga)...48
3.3. Alasan Menyukai Manga...54
3.4. Pengaruh Manga Terhadapa Siswa SMAN 2 Medan...55
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...66
4.1. Kesimpulan...66
4.2. Saran...67
ABSTRAK ...68
ABSTRAK
Manga adalah karya sastra buatan sastrawan Jepang. Manga sudah ada jauh
sebelum pecahnya Perang Dunia Kedua. Setelah Perang Dunia II, Manga
berkembang dengan sagat cepat di Jepang karena mendapat sambutan yang sangat
baik dari masyarakat Jepang itu sendiri. Awalnya manga hanya diminati oleh
anak-anak saja. Tetapi setelah perkembangannya yang begitu pesat, manga sudah
menyajikan thema yang sesuai dinikmati oleh kalangan remaja bahkan orang
dewasa sekalipun. Manga telah menyebar luas sampai ke luar negeri Jepang.
Manga telah mancapai standar internasional. Bahkan negara-negara maju dibagian
belahan bumi barat, seperti di Benua Eropa, ikut terpengaruh oleh manga. Negara
yang sedang berkambangpun tidak ketinggalan terikut arus perkembangan manga.
Salah satunya Indonesia, telah memiliki jumlah penggemar manga yang cukup
besar. Manga telah berkembang dan menyebar luas ke seluruh plosok tanah air.
Minat bangsa Indonesia terhadap manga tidak diragukan lagi.
Untuk dapat mengetahui lebih lanjut lagi tentang minat masyarakat
Indonesia terhadap manga, dapat kita lihat pada siswa SMA Negeri 2 Medan. Saat
ini, manga sangat digemari oleh kaum remaja di Indonesia. Maka siswa SMA
Negeri 2 Medan menjadi objek penelitian ini. Mereka sangat menyukai manga,
tidak peduli laki-laki atau perempuan. Minat mereka terhadap manga ini tidak
hanya sebatas membaca saja, tapi lebih dari itu. Mereka juga rela mengeluarkan
biaya untuk kesenangannnya itu. Lebih dari 50% sampel yang terpilih, telah
memiliki koleksi manga lebih dari 100 jilid. Mereka lebih menyukai manga dari
pada komik yang berasal dari negara lain. Daya tarik manga bagi sisiwa tersebut
Minat akan manga ini terus berkembang, hingga sekarang siswa SMA
Negeri 2 Medan sudah menemukan sosok yang mereka idolakan dalam manga.
Seperti, doraemon, naruto dan lain sebagainya. Kebanyakan darui mereka lebih
suka membaca manga dengan thema percintaan dan laga. Bahkan untuk
mengekspresikan minat mereka yang begitu mendalam terhadap manga itu,
banyak di antara mereka telah memiliki barang-barang yang terinspirasi dari
manga. Seperti miniatur tokoh, poster, stiker gambar tokoh manga, gantungan
kunci dan masih banyak yang lainnya.
Selain itu, mereka juga sudah ada yang gayanya terpengaruh dari karakter
tokoh dalam manga. Karena itu, muncullah cosplay, yaitu parade kostum. Cosplay
juga telah menjadi trend di kalanngan muda masa kini. Bahkan sekarang ini,
cosplay telah diperlombakan. Di antara siswa ini sudah ada yang pernah melihat
cosplay baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan sudah ada di antara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu negara yang kemajuan teknologinya cukup
memukau, dan sangat jitu meniru serta memanfaatkan peluang produk-produk
industri. Di antaranya; industri motor, komputer, mobil, dan lain-lain. Tidak
berhenti sampai di situ, Jepang juga merambah dunia sastra. Lebih tepatnya lagi,
komik. Marcell Boneff (2002: 27), mengatakan bahwa komik sangat erat
hubungannya dengan budaya suatu bangsa. Lebih lanjut dia menjabarkan Komik
sebagai alat komunikasi massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan
tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Dan
sastra adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pemikiran imajinatif ke
dalam bentuk-bentuk dan struktur-struktur bahasa (Tarigan, 1995: 3). Dengan
begitu komik merupakan salah satu genre sastra, dan komik juga termasuk ke
dalam genre sastra populer.
Komik buatan Jepang ini dikenal dengan sebutan manga. Manga merupakan
salah satu sumber kekayaan yang cukup berpengaruh bagi perekonomian Jepang.
Manga tidak sekedar komik yang asal jadi. Gambar yang disajikan di dalamnya
cukup beragam dan mampu menarik perhatian banyak orang. Melalui proses
perjalanan sejarahnya yang cukup panjang, komik buatan Jepang ini telah
menemukan jati dirinya dengan kekhasannya yang telah diakui oleh banyak orang
sebagai sesuatu milik Jepang. Manga sekarang ini menjadi primadona untuk
Manga (漫画) yang telah berkembang sedemikian rupa itu, terdiri dari dua
kanji yaitu, 漫 (man) dan 画 (ga). Dilihat dari Kamus Kanji Modern (Nelson:
2002), 漫 (man) diartikan sebagai ‘suatu hal yang lucu’, dan 画 (ga) artinya
‘gambar’. Ketika digabung, manga diartikan sebagai suatu gambar yang lucu.
Dari pemahaman itu komik dipilih sebagai padanan kata manga dalam Bahasa
Indonesia.
Melalui manga, dunia buku cerita anak di Jepang terus berkembang. Sejalan
dengan jumlah anak-anak di Jepang yang cukup tinggi, mempengaruhi jumlah
permintaan akan buku, lalu berlanjut ke industri penerbitan (seperti yang
disampaikan Tadai Matsui, seorang Presiden International Institute For Children’s
Leteratur, Osaka). Pengaruh manga telah menyebar di Asia Timur dan ke
tenggara, dari China hingga ke Indonesia. Penjualan pertahunnya mencapai
ratusan juta dolar. Sekarang, magga telah menjadi salah satu kiblat komik dunia.
Layaknya artis yang keeksistensiannya di dunia entertainment sering tidak
terlepas dari para penggemarnya, begitu juga dengan perkembangan manga yang
telah menyebar luas ke hampir seluruh plosok bumi ini, juga tak terlepas dari para
pecintanya, khususnya para pecinta komik di Jepang. Kemunculan manga di
Jepang ini, disambut baik oleh masyarakatnya. Terbukti dari antusiasme
masyarakat Jepang terhadap manga itu sendiri yang telah melahirkan beberapa
bentuk lain sebagai tanda apresiasi kecintaan mereka terhadapa manga. Salah satu
wujud nyata tanda cinta itu adalah lahirnya genre manga, doujinshi. Manga
Di awal tahun 1990-an Indonesia dibanjiri oleh manga. Hingga sekarang,
dunia anak-anak dan remaja Indonesia banyak menganal manga. Hal ini terlihat
jelas dari data hasil survei komik yang dilakukan oleh litbang Kompas (Atyas,
http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-67338.html). Dari situ dihasilkan
data yang mengindikasikan sebagian besar peminat manga adalah mereka yang
berusia kurang dari 25 tahun. Dalam data ini juga manga dibagi menjadi 6 jenis,
yaitu; humor, petualangan, humor sejarah, misteri, ditektif, silat/ superhero, dan
romantisme.
Di beberapa toko buku terkemuka di Indonesia, manga mendominasi.
Bahkan manga mengalahkan komik terjemahan lainnya, termasuk yang berasal
dari Indonesia sendiri. Komposisi penjualan komik menurut Ramadhan (kepala
seksi buku di salah satu toko buku), mencakup 90% manga dan sisanya komik
anak negeri. Sekitar 1200 – 3200 manga terjual setiap bulannya. Bila dipersenkan,
total komik yang terjual hampir 80% dari jumlah keseluruhannya adalah manga.
Setiap bulannya pihak M&C memproduksi sekitar 420.000 eksemplar manga.
Dari data tersebut, menandakan tingginya minat anak Indonesia terhadap manga.
Kegemaran anak Indonesia akan manga ini terus berkembang, hingga
sekarang muncul istilah Japanese Maniak yang melanda anak Indonesia itu
sendiri. Kini manga dihayati oleh anak Indonesia sebagai bagian dari Indonesia.
Bahkan, beberapa orang dari mereka tidak menyebut komik buatan Jepang dengan
sebutan komik lagi. Mereka menyebutnya dengan manga, untuk membedakannya
dengan komik terjemahan lainnya.
Para pecinta manga dengan jumlah komunitas yang tidak sedikit telah
kota-kota lainnya. Budaya Jepang terus berlanjut melanda para remaja Indonesia
hingga saat ini. Di beberapa sekolah tingat menengah atas di Indonesia sudah
pernah ada yang menyelenggarakan pekan budaya Jepang. Salah satunya SMA
Negeri 2 Medan. Lebih jelasnya, penelitian ini adalah “Analisis Minat Siswa
SMAN 2 Medan Terhadapa komik Jepang/ Manga”. SMA Negeri 2, Medan
adalah salah satu SMA di bawah naungan pemerintah yang ada di kota Medan.
Siswa yang diterima di SMA Negeri pada umumnya merupakan anak dari warga
yang berkebangsaan Indonesia asli. Kepribadian seseorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungannya, terutama lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Maka dari
itu, dapat dipastikan pola berpikir/ sudut pandang siswa SMA Negeri 2 masih
sangat dipengaruhi oleh budaya Indonesia asli. Penelitian ini mencoba mengaitkan
suatu karya sastra dengan salah satu unsur di luar karya sastra. Unsur yang
dimaksud adalah pembaca.
1.2. Perumusan Masalah
Kesukaan masyarakat Indonesia akan komik yang menurut Roger Sabin
adalah istilah kisah bergambar yang dicetak ini bukanlah suatu hal yang baru.
Bahkan sudah ada pada masa ketika Indonesia belum merdeka. Tetapi, tampaknya
dunia perkomikan Indonesia kurang mampu mengikuti perkembangan selera
masyarakat. Sehingga perlahan-lahan komik Indonesia kehilangan penggemarnya.
Dunia perkomikan Indonesiapun mengalami mati suri. Hingga sekitar tahun
Jepang. Tampaknya komik dari negeri sakura ini cukup dapat membius para
generasi muda Indonesia yang juga telah menjadi penggemar komik.
Kegemaran akan komik yang berasal dari negeri matahari terbit ini telah
menjadi tren di kalangan remaja Indonesia. Tren ini telah menyebar hampir ke
seluruh daerah di Indonesia, termasuk di Medan, Sumatera Utara sebagai salah
satu kota di Indonesia yang memiliki jumlah komunitas pecinta manga yang
cukup besar. Di Medan, trend membaca komik lebih kentara pada kalangan anak
SMA.
Anak-anak usia SMA tergolong ke dalam usia remaja. Untuk itu penelitian
ini mencoba mengetahui bagaimana minat Siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap
manga. Permasalahan itu dapat diuraikan dalam beberapa pertanyaan berikut:
1. Sejauh mana pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan tentang Jepang?
2. Sejauh mana minat Siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap manga?
3. Mengapa Siswa SMA Negeri 2 Medan menyukai manga?
4. Bagaimana pengaruh yang ditimbulkan dari kegemaran akan manga itu oleh
Siswa SMA Negeri 2 Medan yang gemar membaca manga?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Kata komik sering diidentikkan dengan anak-anak. Begitu juga dengan
komik Jepang/ manga. Manga, awalnya dimunculkan untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan akan bacaan untuk anak-anak. Will Eisner dalam Mustaqim
yang disertai balon kata yang berurutan, di mana di dalamnya terdapat seni
merangkaikan adegan.
Komik sebagai salah satu karya sastra disampaikan dalam banyak cara.
Dilihat dari cara penyajian suatu komik, komik dibagi menjadi beberapa bagian,
sebagai berikut (Krisnaresa, ...kjournal.multiply.com...):
1. Kartun/ karikatur (cartoon)
2. Komik potongan (comic strip)
3. Buku komik (comic book)
• Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
• Komik Majalah (Comic Magazine)
• Komik Novel Grapis (Graphic Novel)
4. Komik Tahunan (Comic Annual)
5. Album Komik (Comic Album)
6. Komik online (Web Comic)
7. Buku instruksi dalam bentuk komik (Instructional Comic)
8. Rangkaian ilustrasi (storyboard)
9. Komik ringan (comic simple)
10.Perencanaan dalam pikiran (planing on mind)
Perjalanan dunia per-manga-an sudah sangat berkembang. Dan bila dihitung
jumlah manga yang telah beredar, sudah tak terhitung lagi banyaknya. Dari sekian
banyak manga yang telah beredar selain di Jepang itu sendiri, manga dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (diperoleh dari beberapa sumber
data), yaitu:
2.Shoujo/ bishoujo.少女 美少女
3.Shounen/ bishounen.少年 美少年
4.Redisu.
5.Seinen/ Jousei.青年 上製
6.Alternatif.
7.Doujinshi.同人誌
8.Gag.
9.Jidaimojo.時代物
10.Mecha.
11.Suiri.
12.Lolicon.
13.Shota-con.
14.Hentai 変体/ Ecchi. Genre ini dibagi lagi ke dalam 2 kelompo, yaitu;
a.Yaoi/ Shonen-ai 少年愛(homo)
b. Yuri/ Shoujo-ai 少女愛(lesbian)
15.Eroguro.
16.Futanari/ 二形
17.Kemono/ 獣
19.Science fiction.
20.Moe.
21.Progressive.
22.Maho shoujo.
23. Manga OEL
Kesemua jenis manga yang tersebut di atas, bisa kita temukan di Indonesia.
Dan itu juga telah menjadi konsumsi masyarakat beberapa tahun belakangan ini.
Hal ini sangat kentara di kalangan remaja. Salah satunya, di kalangan pelajar
SMA. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah siswa SMA
Negeri 2, Medan.
Sebelum menganalisis ‘Minat Siswa SMA Negeri 2 Medan Terhadap
Komik Jepang (Manga)’, perlu diketahui beberapa hal berikut:
1. Pengertian manga.
2. Sejarah singkat perkembangan manga hingga penyebarannya sampai ke
Indonesia.
3. Jenis-jenis manga.
4. Ciri khas manga.
5. Bentuk apresiasi terhadap manga.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka
Komik dalam Bahasa Jepang diistilahkan dengan manga (漫画). Manga
jauh berbeda dengan komik dari negara di luar Jepang. Kata komik itu sendiri bila
dilihat dari Bahasa Belanda, berasal dari kata ‘komiek’ yang artinya ‘pelawak’.
Dan bila dilihat dari bahasa Yunani, kata komik berasal dari kata ‘komikos’
dengan kata dasar ‘kosmos’, yang artinya ‘bersukaria’ atau ‘bercanda’. Karena itu
komik sering dekat dengan hal-hal yang bersifat lucu, yang ditampilkan dalam
bentuk gambar yang tidak proporsional, tetapi mengena.
Terdapat banyak ahli dan pengamat komik. Para ahli dan pengamat itu,
memiliki pengertiannya sendiri-sendiri tentang komik.
1. Will Eisner dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...) seorang
komikus veteran Amerika menjabarkan komik sebagai tatanan gambar yang
disertai balon kata yang berurutan, di mana di dalamnya terdapat seni
merangkaikan adegan. Komik dapat dikatakan sebagai novel grafis. Komik
juga dipandang sebagai karya sastra generasi baru yang populer. Lebih
lanjut lagi, komik dijabarkan sebagai seni sekuensial, yang memiliki urutan
dalam mengungkapkan gagasannya.
2. Arswendo Atmowiloto dalam Angkat
(http://re-searchengines/art05-72.html) yang juga akrab dipanggil Zam Nuldyn, seorang cergamis kota
Medan komik adalah cerita bergambar. Komik berperan media ekspresi
yang dipengaruhi oleh kebudayaan.
3. Marcell Boneff (2008: 156) menyimpulkan bahwa komik sangat erat
hubungannya dengan budaya suatu bangsa. Komik adalah alat komunikasi
massa yang menggabungkan khayalan dan pandangan tentang kehidupan
dipandang sebagai sebuah representasi realitas sosial, politik dan ideologi
yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya.
4. Scott McCloud (2001: 149) mendefinisikan komik sebagai gambar yang
menyampaikan informasi yang menghasilkan respon yang esterik pada para
penikmatnya. Komik juga merupakan imaji-imaji yang berderet, kemudian
berdamping dalam suatu urutan/ sekuen, dengan tujuan menyampaikan
informasi serta menghasilkan respon artistik bagi yang membaca.
5. Roger Sabin dalam Adhi (Sejarah Komik dan Manga. http://komi
kami.blogspot.com...) salah seorang peneliti komik mengatakan, bahwa
komik merupakan istilah kisah bergambar yang dicetak.
6. Malte Dahrendorf dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...),
menjabarkan komik sebagai benda yang berupa gambar yang secara masal
merupakan kisah bertekanan gerak dan tindakan yang diceritakan dalam
gambar yang diurutkan dengan daftar dan jenis yang khas.
7. Mochtar lubis dalam Mustaqim (http://...mari-membaca-komik...), salah
seorang sastrawan indonesia mengatakan komik sebagai salah satu alat
komunikasi massa yang memberi pendidikan untuk semua kalangan usia.
Kesemua pendapat para ahli tentang komik yang mereka jabarkan dengan
kata yang berbeda itu, dinilai sejalan dan saling melengkapi antara yang satu
dengan yang lainnya.
1.4.2. Kerangka Teori
Sebagai rancangan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
yang tak kalah pentingnya dengan hal yang menjadi fokus dalam suatu penelitian.
Dalam hal ini semua teori-teori yang akan ditampilkan mengacu kepada objek
yang dibahas ataupun dijelaskan secara terperinci. Dimana penjelasan tersebut
dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan dalam suatu penelitian.
Penelitian ini mengambil manga yang adalah harmoni antara apa yang
terlihat (panel) dan yang tidak terlihat (ruang antarpanel/ gutter), dimana dengan
imajinasi pembaca membantu gambar diam menjadi hidup ini sebagai objeknya.
Seperti yang telah disebutkan pada penjelasan sebelumnya manga adalah salah
satu genre karya sastra. Karya sastra itu dihubungkan dengan pembaca karya
sastra itu sendiri. Maka dalam hal ini teori sastra atau pendekatan sastra yang
digunakan adalah pendekatan pragmatis. Ratna (2004: 69) dalam bukunya yang
berjudul ‘Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra’, mengatakan bahwa
pendekatan ini menjadikan pembaca sebagai pusat perhatiannya. Pembaca
menjadi subjek dan karya sastra menjadi objeknya. Pendekatan ini didukung oleh
pendapat Mukarovsky dalam Ratna (2004: 71), yang mengatakan bahwa stagnasi
strukturalisme memerlukan indikator lain yaitu pembaca, sebagai pemicu proses
estetis. Pendekatan pragmatis digunakan dalam penelitian yang mempertimbang
kan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Lebih jelasnya lagi
melalui pendekatan ini dapat diketahui bagaimana tanggapan masyarakat tertentu
terhadap suatu karya sastra.
Masyarakat tertentu yang dimaksud adalah siswa SMA Negeri 2, Medan.
Pada umumnya siswa SMA usianya berkisar 15 – 18 tahun. Usia ini termasuk
dalam golongan kelompok usia remaja. Masa remaja ini merupakan suatu periode
dengan ketidakpastian. Sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku psikologi
perkembangan karangan Prof. Dr. F. J. Monks dkk, dimana di situ dikatakan
bahwa remaja tidak mempunyai tempat yang jelas. Dalam buku ini juga remaja
dibagi dalam tiga fase perkembangan, yaitu:
1. Kelompok usia 12 – 15 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja awal.
2. Kelompok usia 15 – 18 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja tengah.
3. Kelompok usia 18 – 21 tahun., yang dikatakan sebagai masa remaja akhir.
Dari batasan usia yang telah ditetapkan di atas, dapat diketahui bahwa siswa
SMA berada dalam kelompok kedua, yaitu kelompok remaja tengah.
Lalu yang menghubungkan manga sebagai suatu karya sastra dengan
masyarakat pembacanya (siswa SMA Negeri 2 Medan) adalah minat. Ada
beberapa teori yang diberikan oleh para ahli terhadap minat. Dari beberapa teori
itu yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori minat menurut Asher,
Tiffin, dan Knight dalam Bintang Bangsaku (http://bawana.wordpress.com/
2008/04/24/minat/). Mereka mengartikan minat sebagai sikap atau kondisi
psikologis yang ditandai dengan pemusataan perhatian terhadap masalah-masalah
atau aktivitas tertentu atau sebagai kecenderungan untuk memahami suatu
pengalaman dan akan selalu diulang. Lebih lanjut minat juga diartikan sebagai
suatu perasaan senang yang dihasilkan dari adanya perhatian khusus terhadap
sesuatu atau aktivitas tertentu. Masih dari sumber yang sama, hal ini senada
dengan pendapat Lukas dan Britt, dimana minat bukan sekedar suatu proses
Beberapa teori yang telah dijabarkan di atas dinilai dapat digunakan sebagai
landasan teori dalam penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMA Negeri 2, Medan
Terhadap Manga’.
1.5. Tujuan dan Manfaat 1.5.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ‘Analisi Minat Siswa SMAN 2 Medan manga’,
yaitu:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan Siswa SMA Negeri 2 Medan tentang
Jepang.
2. Mengetahui pola minat siswa SMA Negeri 2 Medan terhadap manga.
3. Mengetahui alasan Siswa SMA Negeri 2 Medan mengapa mereka menyukai
manga.
4. Mengtahui efek yang ditimbulkan dari membaca manga terhadap siswa
SMA Negeri 2 Medan itu sendiri.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMAN 2 Medan manga’
adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang budaya dan sastra Jepang
melalui dunia perkomikan Jepang.
1.6. Metode Penelitian
Bidang kajian penelitian ini erat kaitannya dengan disiplin ilmu sastra dan
kebudayaan. Di mana salah satu unsur dari penelitian ini adalah manga/ komik
sebagai salah satu genre sastra yang menurut Scott McCloud (2001: 149) dapat
dipandang sebagai sebuah representasi realitas sosial, politik dan ideologi yang
tumbuh dalam masyarakat pada zamannya. Hal seperti itu termasuk ke dalam
kajian ilmu sosial. Penelitian sosial juga pada umumnya, berjenis penelitian
kualitatif.
Banyak penelitian sosial mengacu pada penelitian deskriptif (Mukhtar,
2000: 84). Dan metode penelitian deskriptif ini juga dinilai sesuai digunakan
untuk penelitian ‘Analisis Minat Siswa SMAN 2 Medan terhadap manga’ ini.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu variabel atau tema, gejala atau
keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan (Mukhtar, 2000: 15). Dalam penelitian ini keadaan yang diteliti yang
kemudian akan dijabarkan adalah keadaan subjek, yaitu keadaan siswa SMAN 2
Medan hubungannya dengan hal minat mereka terhadap manga.
Penelitian deskriptif terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari bagaimana
proses penelitian itu sendiri berlangsung/ dilakukan. Dalam hal ini, dari judul
penelitian yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian deskriptif ini termasuk ke
dalam jenis penelitian deskriptif field research (penelitian lapangan). Lapangan
yang dimaksud itu adalah SMAN 2 yang beralamat di Jl. Karang sari no.435,
Kecamatan Medan Polonia, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian
perpustakaan maupun data yang didapatkan secara on line (internet). Penelitian ini
juga memerlukan responden sebagai salah satu sumber informasi. Untuk itu,
penelitian tentang ‘Minat Siswa SMAN 2 Medan terhadap komik jepang (manga)’
ini menggunakan angket sebagai salah satu instrumen untuk berkomunikasi
dengan responden.
Kaitannya dengan angket, penelitian ini memerlukan papolasi. Populasi
adalah jumlah keseluruhan koresponden yang berada dalam satu ruang lingkup
yang sama. Di mana ruang lingkup tersebut merupakan satu kesatuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, jumlah keseluruhan koresponden ada
sebanyak 1385 orang. Jumlah ini tergolong besar, dan bila dilakukan penelitian
populasi, dinilai kurang efisien dalam pemanfaatan waktu. Oleh karena itu,
penelitian akan dilakukan hanya kepada sebagian populasi yang diambil sebagai
sampel. Jumlah sampel didapat dengan mengunakan rumus Taro Yamane
(http://72.14.235.132/search?q=....)
N = Jumlah Populasi.
n = Jumlah Sampel
d = Toleransi Kemungkinan Salah Memilih Sampel.
(untuk penelitian non-exact, ditetapkan sebesar 5%)
Dik: N = 1385
d = 5%
Dit: n?
Dij: n = N/ 1 + (N x d2)
= 150
n = 150 orang
Adapun teknik pengambilan sampel di sini, menggunakan teknik random.
Sebelum dilakukan pemelihan secara acak, keseluhan populasi akan disusun
sedemikian rupa. Kemudian dipilihlah sebanyak 150 orang dari 525 orang secara
acak, sehingga akan diperoleh sampel dengan jumlah antara koresponden pria dan
wanita yang seimbang.
Penelitian yang menggunakan kuesioner kebanyakan menghasilkan
data-data yang berisi angka-angka yang dirangkaikan sedemikian rupa hingga tercipta
suatu data statistik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode
penelitian deskriptif. Maka, walaupun akan ada data statistik yang akan dihasilkan,
data statistik tersebut akan disajikan juga dalam bentuk yang sederhana. Tidak
serumit data statistik yang biasanya dihasilkan dan disajikan dari suatu penelitian
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK JEPANG (MANGA) 2.1. Pengertian Manga
Sebelum langsung ke penjabaran manga, ada baiknya kita bergerak dari kata
dalam Bahasa Indonesia, yaitu komik yang digunakan untuk menerjemahkan
manga. Komik merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda yang berasal dari
kata ‘komiek’ yang artinya ‘pelawak’. Kata komik, dijabarkan dengan kata-kata
yang berbeda oleh para ahli, namun intinya tidak jauh berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Sesuai dengan pendapat ahli tersebut, komik adalah alat komunikasi
massa yang menggabungkan khayalan dan realitas sosial, politik dan ideologi
yang tumbuh dalam masyarakat pada zamannya, yang tak terlepas dari budaya
suatu bangsa. Literatur komik diupayakan para penciptanya untuk jauh dari kesan
menggurui, namun cukup mempengaruhi pembentukan mentalitas pembacanya.
Perpaduan antara huruf dan gambar yang sesuai merupakan rahasia kekuatan daya
tarik komik. Tidak hanya itu, ada kalanya suatu gambarpun telah dapat berperan
sebagai kata-kata. Di Indonesia, kata komik bersifat universal. Penggunaan kata
komik tidak hanya terbatas untuk menyatakan karya sastra bergambar buatan
sastrawan domestik. Untuk sastrawan yang menulis komik, disebut komikus.
Manga yang tadinya sangat dipengaruhi oleh komik Amerika sebagai salah
satu kiblat komik dunia, kini telah balik mempengaruhi komik Amerika. Oleh
karena itu, manga (漫画) adalah istilah untuk menyebutkan komik dalam bahasa
Jepang. Secara sederhana manga yang terdiri dari dua kanji, diartikan sebagai
Dan Korea yang memiliki hurufnya sendiri, menyebut manga dengan manhwa.
Pendapat para ahli yang digunakan untuk menjelaskan komik, dapat juga
digunakan untuk mejelaskan manga. Pada daerah di luar Jepang seperti Indonesia,
manga biasanya digunakan untuk menyebutkan komik buatan Jepang. Kadang
kala, untuk komik-komik yang gambarnya beraliran komik Jepang juga disebut
dengan manga. Dan untuk mereka pembuat manga, baik itu orang Jepang sendiri
atau kalangan di luar Bangsa Jepang, disebut dengan mangaka. Segala bentuk
yang di Indonesia dikenal sebagai komik, di Jepang juga mengenalnya sebagai
manga.
Berdasarkan penjabaran di atas, ruang lingkup pengertian antara komik dan
manga, sebenarnya tidak ada bedanya. Tidak yang lebih luas atau yang lebih
sempit. Hanya saja, ruang lingkup pengertian tersebut menjadi berbeda tergantung
di mana kedua istilah itu digunakan.
Lebih lanjut lagi, manga menyajikan cerita dengan khayalan-khayalan yang
disajikan dikaitkan dengan realita keseharian. Hal tersebut seperti, sekolah, situasi
belajar, tentang kota, dan hal lainnya. Dalam setiap karyanya, para mangaka
selalu berusaha menghasilkan manga yang dapat menggugah perasaan para
pembacanya.
2.2. Sejarah Singkat Perkembangan Manga
Manga memiliki sejarahnya sendiri. Mulai dari kemunculannya yang terjadi
karena dari perkembangan sastra bergambar yang telah ada lebih dulu. Dalam hal
ini, sejarah manga akan diulas secara singkat dan padat. Tidak hanya sejarah
penyebarluasannya ke luar daerah asal kemunculannya. Lebih tepatnya, di sini
akan diberi pemahaman tentang bagaimana manga itu dapat sampai dan
menyebarluas di Indonesia. Yang juga akan dibahas secara ringkas.
2.2.1. Sejarah Singkat Perkembangan Manga secara umum
Manga yang telah berkembang sedemikian rupa itu, oleh beberapa ahli
diduga merupakan perkembangan dari ukiyo-e. Ukiyo-e adalah salah satu seni
rupa dengan media kayu yang dicungkil untuk membuat sebuah gambar yang
sarat dengan pesan-pesan moral yang ingin disampaikan oleh si pembuat. Gambar
yang dibuat di atas media kayu ini juga didukung oleh beberapa baris kata guna
mempertegas makna kritisi yang terkandung dalam gambar tersebut.
Seni rupa inipun terus mengalami perkembangan. Hingga pada suatu saat
terjadi suatu peristiwa perang yang dahsyat yang meluluhlantakkan Jepang.
Jepang kehilangan beberapa arsip penting tentang bukti perkembangan sejarah
kebudayaannya yang meliputi berbagai aspek kehidupan bangsanya. Negara yang
tadinya sudah menjadi negara dengan kebudayaan yang telah berkembang dan
cukup maju itu, seolah-olah mundur ke masa beberapa tahun kebelakang.
Masyarakat jepang yang terkenal sangat bersemangat, bahu-membahu
kembali bangkit berusaha membangun Jepang, mengejar segala ketertinggalan
peradaban mereka. Semangat bangsa Jepang yang tidak tanggung-tanggung dalam
kembali membangun negaranya ini terbukti dengan perkembangan peradaban
2.2.2. Sejarah Singkat masuknya Manga Ke Indonesia
Sebelum manga berkembangan dan menyebar luas hingga masuk ke
Indonesia, masyarakat Indoensia sebelumnya telah akrab dengan karya sastra
bergambar yang sekarang kita sebut komik. Karenanya tidak begitu sulit bagi
komik buatan jepang untuk masuk dan turut mempengaruhi masyarakat Indonesia.
Dengan tampilannya yang khas cukup membuat para generasi pecinta komik era
tahun 90-an terkesan. Apa lagi, pada saat itu karya sastra bergambar kurang begitu
mendapat dukungan dari publik. Bahkan, komik tak jarang mendapat pemaknaan
konotasi yang cenderung negatif dari masyarakat. Sehingga komik menjadi suatu
hal yang ditabukan di masyarakat.
Walaupun begitu komik karya anak negeri turus berkembang secara
underground. Di tengah segala keterpurukannya yang tidak mendapat simpati dari
publik, ditambah lagi dengan pengaruh komik jepang yang mulai mendominasi
pasar dunia sastra internasional, tak heran komik Indonesia semakin tertinggal
jauh kebelakang.
2.3. Jenis-Jenis Manga/ komik
Komik yang awal kemunculannya diperuntukkan untuk anak-anak, terus
berkembang. Sekarang, komik disajikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari cara
penyajiannya, komik dibagi menjadi beberapa bagian, sebagai berikut:
1. Kartun/ karikatur (cartoon)
Kartun/ karikatur (cartoon) adalah komik yang disajikan dengan hanya
berupa satu tampilan saja. Di dalamnya bisa terdapat beberapa gambar yang
(banyolan), editorial (kritikan) dan sindiran (berupa sindiran politik). Melalui
gambar yang disajikan menimbulkan sebuah arti yang dapat dipahami maksud
dan tujuan dari penulis oleh para pembaca.
Contoh:
Gambar yang biasa disajikan dalam surat kabar maupun majalah. Berupa
gambar kartun/karikatur dari sosok tokoh tertentu yang maknanya sebagai
kritikan dan sindiran bahkan terkadang dikemas dengan lucu dan sangat
menghibur.
2. Komik potongan (comic strip)
Komik potongan (comic strip) adalah penggalan-penggalan gambar yang
disusun/ dirangkai menjadi sebuah alur cerita pendek. Isi ceritanya tidak terpaku
harus selesai dalam sekali tampilan saja. Cerita tersebut bisa dijadikan menjadi
suatu cerita bersambung/ berseri. Komik seperti ini, biasanya terdiri dari 3 – 6
panel atau bisa juga lebih dari enam panel. Komik jenis ini sering di dalam
tampilan harian atau mingguan disebuah surat kabar, majalah maupun tabloid/
buletin. Tema ceritanya juga cenderung tidak terbatas (humor/ banyolan atau
cerita serius). Ceritanya disajikan sedemikian rupa, sehingga menjadi asik
untuk disimak setiap periodenya hingga tamat.
Contoh:
- Panji Koming di surat kabar Kompas.
- Gibug (Komik Potongan yang dijadikan buku saku)
Buku komik (comic book) merupakan alunan gambar-gambar yang disertai
tulisan dengan jalan ceritanya sendiri. Kesemuanya itu dikemas dalam bentuk
sebuah buku (terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) disebut juga
sebagai komik cerita pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32
halaman. Selain itu, ada juga yang 48 halaman dan 64 halaman yang
didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-lain.
Buku Komik (Comic Book) itu sendiri terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
• Komik Kertas Tipis (Trade Paperback)
Komik Kertas Tipis (Trade Paperback) adalah buku komik yang
berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan
tipis namum bisa juga dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang
baik/ bagus sehingga penampilan/ penyajiannya terlihat menarik. Apalagi
dengan gambar dan warna yang cantik, membuat buku komik ini sangat
digemari.
Contoh:
- Gundala, Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Lamaut
- Kapten Bandung, Caroq, Gina
- Gunturgen, Blacan, Zantoro
- Komik-komiknya Marvel dan DC Comics (luar negeri)
• Komik Majalah (Comic Magazine)
Komik Majalah (Comic Magazine) merupakan buku komik berukuran
seperti majalah (ukuran besar), biasanya menggunakan tipe kertas yang tebal
dengan banyaknya halaman (misalkan 64 halaman) bisa menampung banyak
gambar dan isi cerita.
Contoh:
- Tintin (luar negeri)
- Lucky Luke (luar negeri)
- Asterik/ Obelik (luar negeri)
• Komik Novel Grapis (Graphic Novel)
Komik Novel Grapis (Graphic Novel) biasanya menampilkan cerita
lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang lebih
dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga
dalam bentuk seri atau cerita putus.
4. Komik Tahunan (Comic Annual)
Komik Tahunan (Comic Annual) ada bila pembuatan komik sudah
ditangani penerbit yang serius. Si penerbit akan secara teratur/ berskala
(misalkan setiap tahun atau setiap beberapa bulan sekali) menerbitkan
buku-buku komik itu. Baik itu cerita putus maupun serial.
Contoh:
- Dalam negeri: M&C Gramedia, PMK, Mizan, Terant, Bumi Langit, Jagoan
Comic, dsb.
- Luar negeri: Marvel Comics, DC Comics, etc.
5. Album Komik (Comic Album)
Album Komik (Comic Album) adalah koleksi (hasil guntingan dari
(pengkripingan) menjadi sebuah budelan/ album bacaan oleh para penggemar
bacaan komik baik itu komik karikatur maupun komik strip.
6. Komik online (Web Comic)
Selain media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid dan buletin, media
Internet juga dapat dijadikan sarana dalam mempublikasikan komik-komik.
Dengan menyediakan situs web maka para pengunjung/ pembaca dapat
menyimak komik kesayangannya. Dengan menggunakan media Internet,
jangkauan pembacanya bisa lebih luas (diseluruh dunia yang memiliki koneksi
internet dapat mengaksesnya) dibandingkan dengan media cetak. Komik Online
bisa dijadikan langkah awal untuk mempublikasikan komik-komik dengan biaya
yang relatif lebih murah dibanding media cetak. Dengan adanya comic on line
ini, maka lahirlah komik dalam bentuk CD. Dengan begini akan lebih
mempermudah para pembacanya untuk tetap dapat mengkonsumsi comic on
line ini. Hal ini menambah pilihan cara para pembaca untuk dapat
mengkonsumsinya. Sejauh ini, kehadiran comic on line ini belum begitu
mempengaruhi kebertahanan buku komik.
Contoh:
- www.gibug.com
- www.kaptenbandung.com
- www.onemanga.com
Tidak sedikit sebuah panduan atau instruksi sesuatu dikemas dalam format
Komik, bisa dalam bentuk Buku Komik, Poster Komik, atau tampilan lainnya.
Pengguna/Pembaca akan lebih mudah cepat mengerti bila melihat alunan
gambar dari pada harus membaca prosedur-prosedur dalam bentuk tulisan.
Selain itu dapat menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
8. Rangkaian ilustrasi (storyboard)
Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum
melangkah dalam pembuatan film/iklan akan lebih mudah berkerjanya bila
dibuatkan Rangkaian Ilustrasinya terlebih dahulu, biasanya Rangkaian Ilustrasi
ini dibuat dalam bentuk gambar, dan sudah tentu rangkaian ilustrasi gambar
tersebut disusun menjadi sebuah rangkaian yang bisa disebut komik. Namun
tidak usah jauh-jauh kedalam dunia perfileman/iklan, sebelum para komikus
membuat komik sudah pasti terlebih dahulu membuat sebuah Rangkaian
Ilustrasi (Storyboard) nya, setelah itu baru diproses penggambaran, penintaan,
pewarnaan dan penataan tampilan (layout).
9. Komik ringan (comic simple)
Biasanya jenis komik ini terbuat dari hasil cetakan kopian dan steples
(buatan tangan). Hal ini dimana pemilik dan pembuat komik dengan biaya yang
rendah turut dapat menciptakan komik-komik dan berkarya, cara ini digunakan
sebagai alternatif cara untuk turut berkarya kecil-kecilan, bisa dijadikan langkah
Contoh:
- Kakek Bejo (pragatcomic.com)
10.Perencanaan dalam pikiran (planing on mind).
Cukup sering bila kita ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu kita
membayangkan apa-apa saja yang akan kita lakukan nantinya (persiapan).
Dengan bayangan-bayangan dalam pikiran tersebut sebenarnya sudah menjadi
rangkaian gambar-gambar yang mana bisa juga disebut juga sebagai Komik,
hanya saja gambar-gambar tersebut tidak tertuang dalam coretan diatas kertas
melainkan tergambar didalam pikiran kita.
Manga sudah menyebar ke luar daerah asalnya, Jepang. Manga yang telah
menyebarluas itu telah beredar dengan banyak judul yang berbeda. Dari sekian
banyak judul manga itu, manga dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok
(diperoleh dari beberapa sumber data), yaitu:
1. Kodomo (子供).
Kodomo adalah istilah dalam Bahasa Jepang, yang artinya anak-anak. Maka,
manga jenis ini cerita dan gambarnya dibuat sedemikian rupa dengan sasaran
konsumen anak. Manga jenis ini, dapat dipastikan aman dikonsumsi
anak-anak. Manga jenis ini cenderung bersifat netral, maka dapat dinikmati oleh
setiap kalangan. Manga yang kini sedang beredar di masyarakat semakin
beragam. Jadi, manga kodomo ada juga yang diberi lebel semua umur oleh
beberapa penerbit di tanah air.
Manga genre ini biasanya mengetengahkan thema-thema yang menggambar
menambah daya tariknya, di sini juga disisipkan impian-impian yang biasanya
dimiliki seorang anak. Dan dalam penyajiannya, sedapat mungkin diusahakan
menjadi cerita yang dapat diterima dengan baik oleh anak-anak. Walaupun ada
unsur imajenasinya, diusahakan imajenasi tersebut agar tidak terlalu
mengambang dari kehidupan nyata. Dan hal ini jugalah kadang yang membuat
manga ini menarik perhatian kalanngan di luar kalangan yang menjadi sasaran
sebenarnya. Selain cukup menghibur bagi anak-anak, manga ini juga dapat
menjadi hal yang disukai kalangan di atas usia anak-anak.
Cth: Chibi Maruko Chan, Astro Boy.
2. Shoujo/ bishoujo (少女/ 美少女).
Shoujo adalah istilah dalam Bahasa Jepang yang di dalam bahasa Indonesia
diartikan gadis cantik dengan tampilan gadis remaja. Manga shoujo juga sering
disebut manga bishoujo. Di mana antara shoju dan bishoujo, memiliki arti yang
cenderung sama. Menjadi seorang gadis cantik adalah impian setiap anak
perempuan. Karena itu, manga ini terfokus dengan konsumen pembaca anak
perempuan. Lebih tepatnya, manga shoujo, memiliki sasaran konsumen anak
perempuan usia remaja. Anak-anak usia remaja identik dengan masa pubertas.
Dan di fase ini, biasa seorang anak mulai belajar menyukai lawan jenisnya.
Karena itu, nuansa percintaan dalam manga ini begitu kental terasa. Melihat
sasaran konsumen yang diutamakan di sini, kisah cinta yang ditampilkanpun
disesuaikan. Diupayakan kisah cinta yang sudah layak dikonsumsi oleh
anak-anak kalangan remaja yang ditampilkan.
3. Shounen/ bishounen (少年/ 美少年).
Mangan shounen memiliki nama lain, yaitu shounen. Shounen bila dilihat di
kamus diartikan sebagai laki-laki, lebih tepatnya lagi laki-laki tampan. Laki-laki
tampan yang menjadi pujaan setiap wanita. Tentu semua laki-laki menginginkan
menjadi sesosok pribadi yang demikian. Karakter lelaki ganteng yang populer
seperti inilah yang menjadi tokoh utama dalam manga genre shoujo. Selain itu,
laki-laki tampan yang digambarkan di sini juga merupakan laki-laki gagah
perkasa. Karena itu, kebanyakan isi ceritanya menggambarkan adegan
perkelahian/ laga. Dari adegan laga yang ditampilkan, menggambarkan karakter
tokoh utama yang gagah dan perkasa. Sekalipun terdapat adegan laga, tapi
kekerasan dari adegan laga yang ditampilkan dalam manga ini, dinilai layak
dikonsumsi oleh anak laki-laki usia remaja. Selain itu, tak jarang digambarkan
karakter cewek seksi untuk menambah daya tariknya. Kisah cinta tentunya tidak
ketinggalan. Tapi pada tiap manga dengan tokoh utama yang berbeda,
menampilkan kisah cinta yang berbeda pula.
Cth: Inuyasa, Naruto.
4. Rejisu/ ladies/ Redikomi
Rejisu adalah manga dengan spesifikasi konsumen kalangan wanita dengan
tingkat usia dewasa. Kata rejisu sendiri disadur ke Bahasa Jepang dari Bahasa
Inggris, yaitu ladies. Ladies sendiri diidentikkan dengan wanita dewasa seperti
sasaran konsumen manga rejisu. Manga Rejisu juga sering dikatakan sebagai
dangan bahasa asal, Bahasa Inggris. Yaitu, kata ladies dan comic, yang dalam
Bahasa Jepang digabung menjadi redikomi. Tokoh utama di manga ini, sama
seperti pada manga shoujo, yaitu gadis cantik. Tetapi, gadis cantik yang
ditampilkan digambarkan dengan tampilan wanita dengan tingkat usia lebih tua,
jika dibandingkan remaja. Sesuai dengan spesifikasi konsumennya, yaitu wanita
dewasa. Tidak ketinggalan romantisme kisah percintaan juga kadang disajikan
di sini. Dengan taraf keintiman hubungan antara kekasih yang lebih dekat lagi
dibandingkan dengan kisah percintaan remaja. Juga disertakan konflik
percintaan yang lebih kompleks lagi.
Cth: Life,
5. Seinen (青年)
Seinen adalah Bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebutkan laki-laki
dewasa. Dalam manga jenis ini, yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang
laki-laki dewasa juga. Lalu dengan cerita yang tentunya juga menampilkan
kisah percintaan yang lebih kompleks. Dan karena kekompleksannya itu sulit
dimenngerti oleh anak-anak dengan umur di bawah 17 tahun.
6. Josei (女性). Wanita dewasa.
Manga josei adalah manga dengan sasaran konsumen wanita dewasa. Sama
seperti namanya, manga ini menonjolkan karakter wanita dewasa. Dalam hal
cerita, sama halnya dengan manga seinen. Secara konseptual, manga josei dan
manga seinen adalah sama. Hanya saja kedua manga ini mengetengahkan
7. Alternatif.
Manga alternatif adalah komik dengan tampilan merupakan perpaduan antara
tampilan komik dalam manga dengan tampilan komik yang non manga. Dalam
manga jenis ini, bahasa tulisan lebih mendominasi dari pada gambar. Berbeda
dengan manga yang bahasa gambarnya lebih mendominasi. Manga seperti ini,
sekilas tampilannya lebih mengarah ke novel.
8. Doujinshi (同人誌)
Doujinshi adalah jenis manga yang merupakan salah satu bentuk apresiasi yang
timbulkan karena perkembangan minat masyarakat pembaca terhadap manga itu
sendiri. Karenanya manga jenis ini , sedikit lebih istimewa dibandingkan manga
lainnya. Salah satunya, manga ini bukan dikarang oleh seorang mangaka. Untuk
lebih jelas lagi, maka manga doujinshi akan dijabarkan lebih jelas lagi pada
sub-bab ‘bentuk apresiasi terhadap manga’.
9. Gag.
Manga gag adalah manga yang berthemakan humor. Ada penerbit yang
mengelompokkan manga genre ini ke dalam kelompok manga serial lawak.
Cerita dalam manga ini cukup menghibur dengan nuansa humornya yang sangat
kentara. Tetapi, ada beberapa manga yang termasuk ke dalam genre ini bagi
anak-anak usia 13 tahun ke bawah kurang layak dikomsumsi. Kalaupun
akhirnya manga jenis hendak dikonsumsi oleh mereka karena ceritanya yang
cukup menghibur, diperlukan pembinaan dari orang tua. Bila hal ini terjadi,
manga tersebut tidak hanya cukup membuat si anak merasa terhibur, tapi juga
memberikan nilai edukatif yang cukup baik bagi perkembangan kepribadian si
10.Jidaimono (時代物)
Jidaimono adalah manga yang sarat dengan nilai-nilai sejarahnya. Manga ini
tampil dengan thema andalannya, yaitu sejarah. Sesuai dengan daerah manga ini
dilahirkan, tentunya kisah sejarah yang ditampilkan di sini tidak jauh-jauh dari
sejarah Jepang.
11.Mecha
Mecha merupakan kata dalam Bahasa Jepang yang diserap dari Bahasa Inggris,
yaitu mecanic. Kata mecanic ini sendiri sangat erat hubungannya dengan hasil
buah karya pemikiran manusia yang bergerak dengan mesin, yaitu robot.
Sejalan dengan itu, Manga Mecha menggunakan robot sebagai tokoh
andalannya. Berbicara tentang robot yang juga merupakan objek utama dalam
Manga Mecha, teknologi salah satu wujud perkembangan ilmu pengetahuan.
Karena itu, manga ini tidak jarang menampilkan cerita dengan thema-thema
fiksi ilmiah.
12.Suiri (推理) (dugaan)
Suiri arti harafiahnya adalah dugaan. Dengan begitu manga jenis ini
menampilkan cerita misteri yang disertai berbagai dugaan. Sama halnya dengan
seorang detektif yang menguak suatu misteri tindak kejahatan dengan
menganalisa dugaan-dugaan yang relefan dengan kenyataan yang ada kaitannya
dengan hal kejahatan yang sedang diselidiki. Dengan begitu manga ini, tidak
terlepas dengan thema kasus kejahatan dan pembunuhan. Dari sini muncullah
13.Lolicon.
Lolicon terdiri dari dua kata, yaitu lolita dan komplex. Yang kemudian disebut
dengan Lolicon ketika diserap ke dalam Bahasa Jepang. Masih dalam bahasa
jepang, kata tersebut dimaknai sebagai sebuah perasaan suka oleh seorang pria
dewasa terhadap anak perempuan di bawah umur. Dalam hal ini, rasa suka
tersebut lebih ke arah penyimpangan orientasi seksual. Dengan begitu, yang
menjadi tokoh utama di sini adalah anak-anak di bawah umur (sekitar usia 13
tahun). Dengan thema andalan, kisah percintaannya dengan seorang pria dewasa
yang umurnya jauh di atasnya.
14.Shota-con.
Shota-con, pada dasarnya sama halnya dengan lolicon. Hanya saja dalam manga
Shota-con, yang menjadi tokoh andalannya adalah anak laki-laki di bawah umur
dengan kisah percintaannya dengan wanita dewas yang umurnya jauh di atasnya.
15.Hentai (変体)/ Ecchi
Manga genre ini sering disingkat penyebutannya oleh remaja Jepang dengan
hanya menyebutkan huruf depannya saja, yaitu ‘H’. Huruf ‘H’ dilafalkan
dengan ‘ecchi’ yang merupakan pelafalan huruf ‘H’ dalam Bahasa Inggris.
Karenanya, manga jenis ini sering juga disebut manga ecchi. Kata hentai
sering dikonotasikan dengan hal-hal yang erotis. Manga ini cukup banyak
menampilkan kisah percintaan yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak
di bawah umur. Walaupun begitu, hal ini dinilai masih dalam batas
Kaitannya dengan itu genre ini dibagi lagi ke dalam 2 kelompok yaitu, yaoi
dan yuri. Di mana yaoi dan yuri adalah istilah dalam Bahasa Jepang untuk
menyebutkan laki-laki yang merasa dirinya wanita dan sebaliknya.
a.Yaoi/ Shonen-ai (やおい/ 少年愛) (homo)
Manga Yaoi tokoh utamanya adalah cowok homoseksual sesuai dengan arti
dari nama manga ini sendiri. Yaitu, yaoi yang bila diterjemahkan artinya
adalah cowok penyuka sesama jenis. Keadaan yang seperti ini adalah yang
tidak biasa (aneh) di masyarakat pada umumnya. Karena itu, manga
sub-genre ini dimasukkan ke dalam sub-genre hentai. Homoseksual adalah seorang
laki-laki dikaitkan dengan gairah seksualnya. Gairah seksual tidak terlepas
dengan rasa cinta/ suka. Maka, dalam manga ini juga tidak ketinggalan
dengan kisah asmaranya. Kisah asmara antara sesama laki-laki tentunya.
Kaitannya dengan kisah asmara, maka Manga Yaoi disebut juga dengan
Manga Shonen-ai. Dalam hal ini, shonen-ai artinya adalah percintaan antara
sesama pria.
b. Yuri/ Shoujo-ai (ゆり/ 少女愛) (lesbian)
Manga Yuri pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Manga Yaoi. Hanya
saja pada manga Yuri, tokoh utamanya dipegang oleh kaum lesbian, yaitu
wanita penyuka sesama jenis. Kaitannya dengan kisah asmara, Manga Yuri
juga sering disebut sebagai manga Shoujo-ai. Dalam hal ini, shoujo-ai
artinya adalah percintaan antara sesama wanita.
Eroguro adalah juga merupakan genre manga yang isi hanya layak dikonsumsi
oleh orang dengan tingkat umur dewasa. Kegiatan seksual percintaan di sini
lebih banyak ditampilkan dari pada yang ditampilkan pada manga genre hentai.
Manga genre ini sering juga disebut sebagai salah satu manga yang
mengetengahkan thema porno.
17.Futanari (二形)
Futanari adalah bahasa jepang, dan bila diartikan secara langsung artinya adalah
dua bentuk. Dalam hal ini, dua bentuk tersebut dimaknai sebagai seseorang yang
memiliki penyimpangan orientasi seksual yang disebut biseksual. Sesosok tokoh
yang ditampilkan memiliki gairah seksual tidak hanya kepada lawan jenisnya,
tapi juga terhadap sesama jenis. Thema seperti ini dinilai kurang dapat
dimengerti oleh anak-anak. Manga futanari sering juga disebut sebagai salah
satu manga yang berthema porno.
18.Kemono (獣)
Kemono adalah manga dengan fitur utama mahkluk gaib. Mahkluk gaib ini
berwujud setengah badannya adalah manusia, dan setengahnya lagi berwujud
hewan.
19.Game based.
Game based adalah manga yang ceritanya menampilkan kisah-kisah seputar
permainan-permainan. Manga genre ini terinspirasi dari game-game yang sering
dimainkan oleh anak-anak.
Manga genre ini, biasa mengangkat cerita-cerita fiksi. Cerita fiksi yang
ditampilkan di sini, biasanya adalah cerita fiksi langkap dengan argumentasi
ilmiahnya. Argumentasi yang disampaikan di sini, dijelaskan sedemikian rupa
oleh si pengarang sehingga terkesan meyakinkan. dan lagi, membuat si pembaca
yakin bahwa hal yang disampaikan dalam cerita yang dikarang si mangaka
mungkin terjadi pada waktu tertentu
21.Moe(萌え) (menyala terbakar)
Manga moe adalah manga dengan fitur andalannya seorang cewek lucu dan
imut, yang memiliki sifat romantis. Si cewek imut yang menjadi tokoh utama
dalam manga ini juga digambarkan memiliki emosi yang menyala dan
menggebu-gebu. Emosi yang seperti ini biasanya dimiliki oleh kaum pemuda.
22.Maho shoujo (魔法少女)
Maho shoujo, arti harafiahnya adalah ‘gadis ajaib’. Dalam manga genre ini,
yang menjadi tokoh utamanya adalah seorang gadis yang memiliki kelebihan
khusus, atau dapat juga dikatakan gadis ajaib. Manga Maho Shoujo isi ceritanya
tidak pernah terlepas dari thema cerita tentang kepahlawanan. Walaupun begitu
agar tampak lebih menarik, tak jarang di sela-sela cerita disisipkan juga kisah
percintaan sang tokoh utama. Hal lain yang sering ditonjolkan dalam manga
jenis ini, adalah persahabatan dan anggapan bahwa musuh ditaklukkan bukan
untuk dimusnahkan. Persahabatan yang paling kentara, di mana sang ‘gadis
ajaib’ yang biasa ditampilkan dalam manga, tidak pernah tampil sendirian.
Dalam beberapa cerita yang berbeda, sang ‘gadis ajaib’ selalu memiliki tim
tokoh utama terancam, biasanya akan muncul sosok misterius yang menjadi
dewa penyelamat.
Cth: Sailormoon, Pretty Cure.
23.Manga OEL
Manga OEL adalah salah satu bukti perkembangan dunia permangaan Jepang
yang telah mendunia. Manga ini merupakan komik yang menggunakan
Bahasa Inggris guna mempertegas gambar yang disajikan. Komik dengan
edisi Bahasa Inggris ini juga disebut dengan manga karena komik ini
dilahirkan atas kerjasama antara komikus eropa dan mangaka. Di mana yang
bertanggung jawab atas isi cerita adalah sang komikus eropa. Dan, untuk
gambarnya agar lebih mudah diterima di pasar, sang komikus bekerja sama
dengan sanga mangaka. Si komikus dari jepang, bertanggung jawab atas
gambar yang disajikan dalam cerita manga yang dikarang oleh si komikus
eropa.
2.4. Ciri Khas Manga
Sebelum perang dunia II, sastra bergambar di Jepang sudah ada. Namun,
karena perang, sastra bergambar di Jepangpun ikit terpengaruh. Lalu, setelah
beberapa tahun fakum, karya sastra bergambar Jepang kembali bangkit dengan
gerakan modernisasinya. Di dalam beberapa artikel, gerakan modernisasi karya
sastra bergambar Jepang ini dipelopori oleh seorang komikus Jepang yang
bernama Osamu Tezuka. Dia berhasil memunculkan kembali sastra bergambar di
Jepang dengan manganya yang berjudul Astro Boy. Manganya ini terinspirasi dari
Gerakan yang dilakukan oleh Asamu Tezuka inipun diikuti para komikus
Jepang yang lainnya. Mereka juga ikut menciptakan komiknya sendiri dengan
gayanya sendiri-sendiri. Dengan begini, dunia perkomikan Jepangpun terus
menerus berkembang, hingga tercipta suatu citra khusus yang diakui sebagai milik
Jepang. Atau lebih tepatnya lagi, sering juga dikatakan sebagai ciri khas manga.
Berikut beberapa hal yang menjadi ciri khas manga.
1. Rata-rata mangaka di Jepang menggunakan gayansederhana dalam
menggambar manga dengan ciri khas mata besar, mulut kecil, dan hidung
mungil.
2. Sebagaian bentuk manga menggunakan gaya realistis, walaupun dlam
beberapa elemen masih bisa dikatakan tidak nyata.
3. Mengutamakan kekuatan cerita.
2.5. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga
Manga sebagai salah satu karya sastra bergambar yang telah mendunia terus
berkembang dari waktu ke waktu. Tidak hanya dari segi isi ceritanya yang
semakin kompleks dan dari segi bentuk semakin memanjakan para penikmatnya
yang berkembang. Akibat dari perkembangan manga yang tiada henti ini,
terinsipirasi dari rasa cinta terhadap manga, maka lahirlah bentuk-bentuk lain
untuk mengekspresikan rasa cinta itu. Ekspresi ini biasanya timbul dari para
2.5.1. Bentuk Apresiasi Terhadap Manga Secara Umum
Terdapat beberapa bentuk apresiasi rasa cinta terhadap manga. Adapun
bentuk apresiasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Doujinshi/ 同人誌.
Doujinshi/ 同人誌, terdiri dari dua kata yaitu doujin dan shi. Doujin (同人),
yang artinya orang yang sama, dan shi (誌), yang artinya majalah, dalam hal
ini terinspirasi dari kemunculan manga modern yang awalnya disajikan dalam
bentuk majalah. Maka, doujinshi dimaknai sebagai manga karya para
pengemar manga yang terinspirasi dari manga karya mangaka. Jadi, doujinshi
adalah istilah yang merujuk kepada manga karya penggemar manga yang
memiliki cerita yang yang cenderung sama dengan akhir cerita yang sedikit
berbeda dengan manga yang menjadi insiparasinya. Para pengarang doujinshi
disebut dengan doujinshika.
Komik jenis ini biasanya, didistribusikan oleh pengarangnya sendiri dari
tangan ke tangan, dijual bebas di toko doujinshi, atau dengan mengikuti
konvenshi akbar yang disebut comiket yang menjual ribuan doujinshi tiap
tahunnya.
Kadang Doujinshi sendiri menjadi batu lompatan seorang atau kelompok
untuk menjadi seorang mangaka. Ada kalanya, seorang mangaka juga seorang
mangaka. Di mana seorang mangaka kembali berekspresi terhadap manga
yang telah rangkum dibuatnya. Dia membuat beberapa perubahan pada cerita
yang telah dikonsumsi para pembacanya. Tentunya, dia juga membuat akhir
sudah begini, sang mangaka juga bisa kita katakan doujinshika dari
manga-nya sendiri.
b. Harajuku Style dan Cosplay.
Cosplay ini merupakan perkembangan dari fenomena harajuku style. Harajuku
style ini berawal dari penampilan para gadis Jepang yang berpenampilan aneh
dan tidak lazim yang terjadi di salah satu kawasan kecil di Tokyo, yaitu
Stasiun Harajuku, dekat Stasiun Shibuya. Dalam gaya fashion ini, para
pelakunya bebas berekspresi dalam berdandan yang terinspirasi dari
penampilan para tokoh manga yang dia sukai. Mulai dari potongan rambut,
baju, celana, rok mini, sepatu, sampai wajah yang di-make up sehingga mirip
sekali dengan tokoh kartun yang dikaguminya itu.
Mereka hidup dan berjalan-jalan di sepanjang jalan di sekitar kawasan Stasiun
Harajuku. Terdapat berbagai macam gaya dalam mengikuti penampilan para
tokoh manga ini, mulai dari dandanan gotik yang seram, v-kei yang ribet, dan
lolita yang manis. Pada hari minggu, mereka biasanya berkumpul di suatu
tempat di jalan Takeshita Dori, di kawasan Harajuku, melakukan cosplay
(costum play). Banyak turis yang tertarik dengan gaya mereka ini, dan ingin
berfoto bersama mereka. Para turis berpendapat gaya dandanan mereka itu
unik. Melihat reaksi seperti ini, ada para pelaku harajuku style yang
memasang tarif untuk difoto. Sikap ini tidak tanggung-tanggung, untuk itu
mereka ada juga yang membawa serta peralatan untuk bergaya harajuku style
dalam koper. Demi kepuasan pelanggan, ada juga yang rela memotong
rambutnya di tempat. Tapi, segala sampah yang disebabkan dari kegiatan
kebersihan lingkungan tempat mereka beraktivitas. Menurut Ted Polhemus,
seorang pengamat gaya dandan dan gaya hidup jalanan pernah bilang, gaya
anak-anak muda jepang ini dapat mempengaruhi dunia. Pengaruh tersebut
dikatakan sebagai supermarket of style, yang muncul pada awal 90-an.
Sebelumnya, fenomena serupa pernah terjadi di belahan bumi bagian barat,
yaitu Eropa. Harajuku style ini mempunyai moto “berani berekspresi, tak lupa
tradisi”, karena itu walaupun fenomena ini juga terinspirasi fenomena yang
terjadi di Eropa yang meniri penampilan karakter tokoh film fiksi ilmiah,
mereka memodifikasinya dari akar budaya sendiri, dengan mengambil
penampilan para tokoh manga.
Peragaan cosplay di Jepang, pertama kali berlangsung pada tahun 1978 di
Ashinoko, Perfektur Kanagawa, dalam konvensifksi imiah, Nihon SF Taikai
XVII. Media massa sering menuliskan kostum Triton Of The Sea yang
dikenakan oleh Mari Kotani, seorang kritikus fiksi ilmiah, sebagai cosplay
pertama yang dikenakan di Jepang. Selanjuutnya, sejak Nihon SF Taikai XIX
(1980), kontes cosplay menjadi acara tetap. Selain di comic market, acara
cosplay menjadi sering diadakan dalam acara pameran doujinshi dan
peremuan pengemar fiksi ilmiah di Jepang.
Liputan besar-besaran pertama kali dilakukan majalah fanroad, edisi perdana
(Agustus, 1980). Media tersebut memuat artikel tentang persaingan antara dua
kelompok harajuku style dengan masing-masing gayanya. Artikel itu
menjadikan ‘cosplay’, sebagai istilah umum di kalangan penggemar anime.
Pada tahun 80-an, hobi cosplay menjadi sangat mudah dilakuan, karenanya
dimulai sejak tahn 1986. Seiringan dengan itu, bermunculan pula fotografer
amatiran yang senang memotret kegiatan cosplay (kamera kozou).
Dalam perkembangannya, pelakonan karekter dalam cosplay, tidak hanya
berasal dari anime dan manga. Tetapi, juga meniru para penyanyi/ artis Jepang,
kerena pada saat ini apara artis itu telah memiliki ciri khas sendiri dalam
fashion.
Ada juga istilah crossdresser, yaitu pemeranan pria oleh wanita dan sebaliknya.
Hal ini tidak dilarang, sehingga membuka kesempatan para cosplayer untuk
bebas berekspresi.
Dalam cosplay, selain kostum yang digunakan, juga memperhatkan
keterampilan si pemain cosplay dalam memperagakan ciri khas karakter yang
dibawakannya. Kreativitas dalam membuat kostum, juga menjadi poin penting
penilaian. Bahan-bahan yang digunakan untuk cosplay, tidak harus
bahan-bahan berkualitas yang harganya sangat mahal. Terdapat berbagai pilihan
untuk berpakaian untuk cosplay. Bisa meminta bantuan tukang jahit, bisa
dibeli di toko-toko tertenu yang menjual pakaian untuk ber-coaplay, bisa juga
membuatnya sendiri. Merupakan kebanggaan tersendiri bila kita membuat
sendiri kostum untuk cosplay.
Walaupun cosplay merupakan budaya yang diadopsi dari Eropa, tapi cosplay
ala Jepang (khususnya cosplay anime dan manga), sudah mendunia. Tiap
tahunnya, rutin diadakan World Cosplay Summit (kontes cosplay tingkat
dunia). Peserta cosplay (http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id
= 57 87) telah diikuti sekitar 12 – 14 negara di dunia.