Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
PABRIK KERTAS DAUR ULANG DI KOTA MEDAN
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
LAPORAN PERANCANGAN TKA-490 TUGAS AKHIR SEMESTER B 2007/2008
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Disusun Oleh : EDY SAPUTRA
040406062
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
PABRIK KERTAS DAUR ULANG DI KOTA MEDAN
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
LAPORAN PERANCANGAN TKA-490 TUGAS AKHIR SEMESTER B 2007/2008
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Disusun Oleh : EDY SAPUTRA
040406062
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2008
PABRIK KERTAS DAUR ULANG DI KOTA MEDAN
ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
Disusun Oleh : EDY SAPUTRA
040406062
Medan, 9 Juni 2008 Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT Wahyuni Zahrah, ST, MT
NIP. 132 206 820 NIP. 132 255 300
Ketua Departemen Arsitektur
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR
(SHP2A)
Nama : Edy Saputra
NIM : 040406062
Judul Proyek Akhir : Pabrik Kertas Daur Ulang di Kota Medan Tema Proyek Akhir : Arsitektur Berkelanjutan
Rekapitulasi Nilai :
Nilai akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasisiwa bersangkutan dinyatakan :
No Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA - 490 1 LULUS LANGSUNG
2 LULUS MELENGKAPI 3 PERBAIKAN
TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN
DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS
Medan, 9 Juni 2008
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho,MT Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho,MT
NIP. 132 206 820 NIP. 132 206 820
KATA PENGANTAR
Penulis mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memimpin hidup Penulis dalam memulai dan menyelesaikan proyek Tugas Akhir pada tahun ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucap syukur untuk setiap kesukaan dan kesukaran dalam menjalani langkah demi langkah dengan penyertaan dan kasih-Nya.
Penulis mengucap syukur dan berterima kasih kepada Ayah dan Ibu Penulis teristimewa, untuk semua kasih, dukungan, doa, perhatian, dan semangat yang diberikan kepada Penulis. Juga kepada kedua kakak Penulis untuk terus menerus mendukung Penulis lebih baik dan belajar untuk memandang lebih luas. Terima kasih telah menjadi keluarga yang terbaik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Wahyuni Zahrah, ST, MT sebagai Dosen Pembimbing II, untuk semua dedikasi dan bimbingan yang sangat berarti, dukungan moral dan konsistensi, membuka wawasan berpikir, dan memberi yang terbaik sejak awal sampai akhir.
2. Bapak Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP, MArch sebagai Dosen Penguji dan Pemimpin Sidang, untuk semua saran dan kritik yang berguna, serta bimbingan yang sangat berarti sejak awal sampai akhir. Ibu Salminawati Ginting, ST, MT dan Bapak M. Dolok Lubis, ST, MSc, keduanya juga sebagai Dosen Penguji, untuk semua saran, masukan, dan kritik.
3. Para staf dosen pengajar dan pegawai tata usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur untuk semua kerja sama yang baik.
adik-Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
adik ’07: Lany, Lina, Vivi, Agus, Julaiha, Yohana, Doli, Novita, dan Bertua. Kepada: Alice, Putra, B’Doni, serta semua teman-teman angkatan 2004 lainnya.
Akhir kata Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penulisan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua khususnya di Departemen Arsitektur USU.
Edy Saputra
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul Luar i
Halaman Judul Dalam ii
Lembar Pengesahan iii
Surat Hasil Penilaian Proyek Akhir iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Diagram x
Daftar Lampiran x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Manfaat 2
1.3 Perumusan Masalah 2
1.4 Metoda Pendekatan 3
1.5 Lingkup dan Batasan Proyek 3
1.6 Kerangka Berpikir 4
1.7 Sistematika Penulisan Laporan 5
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 6
2.1 Pengertian Judul 6
2.1.1 Studi Kelayakan 6
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2.2 Lokasi Proyek 13
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek 13
2.2.1.1 Tinjauan terhadap Struktur Ruang Kota 13
2.2.1.2 Pencapaian 14
2.2.1.3 Potensi Kawasan 15
2.2.1.4 Status Kepemilikan 15
2.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi 16
2.2.2.1 Alternatif Pemilihan Lokasi 16
2.2.2.2 Penilaian Alternatif Lokasi 17
2.2.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek 17
2.3 Tinjauan Fungsi Bangunan 20
2.3.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan 20
2.3.2 Deskripsi Perilaku 22
2.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang 24
2.3.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang 26 2.3.5 Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis 27
BAB 3 ELABORASI TEMA 35
3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema 35
3.2 Pengertian Tema 36
3.3 Interpretasi Tema 37
3.4 Keterkaitan Tema dan Judul 40
3.5 Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis 41
BAB 4 ANALISIS PERANCANGAN 49
4.1 Analisis Tapak dan Lingkungan 49
4.2 Analisis Fungsional 57
4.2.1 Program Ruang Dalam 57
4.2.2 Program Ruang Luar 60
4.2.3 Hubungan Antarruang 60
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 61
5.1 Konsep Ruang Luar 61
5.2 Konsep Ruang Dalam 63
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
5.4 Konsep Struktur 66
5.5 Konsep Utilitas 68
BAB 6 PERANCANGAN ARSITEKTUR
6.1 Gambar Perancangan 70
6.2 Maket 96
Daftar Pustaka 97
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kota Medan 1995-2005 7
Tabel 2.2 Jumlah prediksi sampah Kota Medan 2006-2016 7
Tabel 2.3 Perhitungan produksi kertas 9
Tabel 2.4 Sistem pendaurulangan kertas 11
Tabel 2.5 Pembagian Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan
14
Tabel 2.6 Penilaian alternatif lokasi 17
Tabel 2.7 Kelompok kegiatan 21
Tabel 2.8 Deskripsi perilaku 22
Tabel 2.9 Kebutuhan ruang 24
Tabel 2.10 Persyaratan dan kriteria ruang 26
Tabel 2.11 Kesimpulan studi banding 33
Tabel 3.1 Kesimpulan studi banding 47
Tabel 4.1 Analisis tapak dan lingkungan 49
Tabel 4.2 Program ruang dalam 57
Tabel 4.3 Program ruang luar 60
Tabel 5.1 Konsep ruang luar 61
Tabel 5.2 Konsep ruang dalam 63
Tabel 5.3 Konsep bentukan massa 64
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 5.5 Konsep utilitas 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Proses pabrik kertas biasa 11
Gambar 2.2 Proses pabrik kertas daur ulang 11
Gambar 2.3 Kecamatan Medan Belawan 16
Gambar 2.4 Lokasi tapak usulan di Kecamatan Medan Belawan 18
Gambar 2.5 Foto udara Jalan Sicanang 18
Gambar 2.6 Lokasi tapak dan suasana 19
Gambar 2.7 Faustino Winery II 27
Gambar 2.8 Renault Distribution Centre 28
Gambar 2.9 McLaren Technology Centre 29
Gambar 2.10 BMW Welt 30
Gambar 2.11 BMW Plant 31
Gambar 2.12 INMOS Factory 32
Gambar 3.1 Dimensi dan sudut pandang arsitektur berkelanjutan 36
Gambar 3.2 Mesiniaga 41
Gambar 3.3 Commerzbank Headquarters 42
Gambar 3.4 Tech-Linx Technology Park 43
Gambar 3.5 ACROS Fukuoka 44
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 3.7 Somoval Garbage Treatment Plant 45
Gambar 3.8 Valdemingomez Recycling Plant 46
Gambar 3.9 Ford Rouge Center 47
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 1.1 Kerangka berpikir merancang 4
Diagram 2.1 Struktur organisasi pabrik kertas daur ulang 23 Diagram 2.2 Proses dan alur kerja masuk dan keluar di dalam pabrik 23
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota-kota di Indonesia pada umumnya tidak memiliki pengelolaan sampah (waste management) yang baik. Status kota metropolitan seperti Kota Jakarta, Surabaya, dan
Medan belum menunjukkan adanya usaha terpadu dalam pemanfaatan sampah yang sebenarnya dapat mendatangkan nilai ekonomis misalnya kertas, plastik, botol, dan lain-lain. Melalui keadaan ini, dipandang perlu merancang fasilitas pendaurulangan sampah. Komoditas sampah kertas memiliki pasar yang memberi peluang baik bagi pendapatan kota, karena selama ini sebagian besar sampah kertas diekspor ke luar negara untuk didaur ulang, sedangkan hasilnya dijual kembali ke Indonesia.
Ditinjau dari kajian lingkungan, sumber daya alam di permukaan bumi ini semakin menipis, sehingga sampah yang pada hakekatnya dapat diolah untuk digunakan kembali dapat dimanfaatkan. Di Kota Medan khususnya, jumlah penduduk yang terus bertambah akibat faktor penarik urbanisasi dan peningkatan angka kelahiran penduduk menyebabkan pertambahan jumlah sampah yang tinggi. Akan tetapi jumlah sampah yang besar ini tidak diimbangi dengan tempat penampungan, baik sementara maupun permanen, dan tempat pengolahan sampah, baik daur ulang maupun pemusnahannya.
Di kota, tingkat perkantoran dan komersil yang membutuhkan publikasi dan dokumentasi adalah pengguna kertas terbanyak dan sekaligus pembuang kertas terbesar juga Sampah ini menjadi bertebaran tidak pada tempatnya lagi. Ironisnya, tidak semua orang perduli dengan kondisi ini, meskipun lingkungan tempat ia tinggal tidak mendapat perawatan lingkungan yang layak akibat pembuangan yang tidak terkendali ini. Efek negatif sampah ini juga ikut mengganggu kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. Kualitas lingkungan di kota yang biasanya memburuk akibat tingginya pencemaran udara dan suara kendaraan harus ditambah dengan pencemaran sampah dengan segala konsekuensinya seperti banjir, bau tak sedap, dan lingkungan kumuh.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
ini akan dituangkan dalam sebuah tema arsitektur berkelanjutan, yang melibatkan nilai lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.
Sebuah kota yang berkapasitas penduduk dan tingkat ekonomi yang tinggi tidak terlepas dari permasalahan sampah. Sehingga masalah sampah kota merupakan hal penting yang perlu dipikirkan bagaimana pemecahannya. Dengan demikian, permasalahan sampah dan manajemennya adalah problem yang sebenarnya dapat menjadi potensi bagi sebuah kota untuk dapat mendukung kesinambungan aktivitas dan kenyamanan bagi pengguna dan penghuni. Permasalahan sampah harus dipandang sebagai masalah urban makro yang harus dipecahkan secara mendetail atau mikro. Jika sampah kota tidak diolah atau dimusnahkan, maka akumulasi sampah kota akan menambah masalah bagi kota, baik ekonomi, sosial, dan lingkungan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat perencanaan dan perancangan fasilitas daur ulang sampah ini adalah:
− Merancang fasilitas daur ulang kertas yang bersifat primer, urban, holistik, terpadu dan terorganisasi untuk dapat menghasilkan produk yang dapat dipakai kembali.
− Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pembuangan sampah yang tidak terkendali dan semakin akumulatif/bertambah, dan cara pembakaran sampah yang memerlukan tanah yang luas, bahan bakar, dan pembuangan asap.
− Menerapkan kesinambungan kertas yang dapat digunakan kembali.
− Memberikan persepsi baru dari persepsi umum akan kekakuan nilai arsitektural sebuah bangunan pabrik.
1.3 Perumusan Masalah
Merencanakan sebuah pabrik daur ulang sampah pada umumnya mempunyai standar-standar perencanaan yang perlu diperhatikan dan perlu studi banding. Dari rumusan-rumusan yang ada masalah yang akan dihadapi adalah:
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
− Pengaturan gubahan massa dan komposisi bangunan yang efisien dan efektif menurut sirkulasi proses untuk menciptakan lingkungan pabrik yang ideal bagi pengguna dan tanggap lingkungan.
− Kajian akan ilmu arsitektur dan juga ilmu lingkungan, hal ini perlu dilakukan dalam mengkaji kebutuhan-kebutuhan ruang dan fasilitas apa saja yang dibutuhkan dalam sebuah pabrik daur ulang.
− Konsep-konsep arsitektur berkelanjutan dan interpretasinya.
− Penerapan tema arsitektur berkelanjutan ke dalam perancangan pabrik daur ulang kertas.
1.4 Metoda Pendekatan
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan pabrik daur ulang kertas dilakukan berbagai pendekatan desain yaitu:
− Mengadakan survei dalam memperoleh data-data dan gambaran akan bagaimana sebuah pabrik tersebut diselenggarakan, proses dan manajemen dalam pabrik daur ulang.
− Memperoleh data-data dari berbagai departemen yang berwenang tentang jumlah kumulasi sampah, fasilitas sampah, dan proses daur ulang yang terjadi.
− Mengadakan wawancara dengan berbagai kalangan yang memiliki kaitan dengan perencanaan dan perancangan proyek ini.
− Studi berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan standar-standar arsitektur bagi perencanaan sebuah pabrik daur ulang dan tema arsitektur berkelanjutan.
1.5 Lingkup dan Batasan Proyek
Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang sebuah pabrik daur ulang sampah. Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:
− Menelusuri proses daur ulang sampah dan manajemennya.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
− Bagaimana hubungan antara proses daur ulang sampah dengan bentukan ruang dan massa.
− Menerapkan tema arsitektur berkelanjutan ke dalam bentukan pabrik.
Batasan-batasan dalam merencanakan pabrik daur ulang sampah adalah:
− Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah fasilitas daur ulang sampah khususnya kertas dalam hal ini.
− Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu arsitektur berkelanjutan.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Sumber: Hasil olah data primer
Diagram 1.1 Kerangka berpikir merancang
1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
Perumusan Masalah
− Hal-hal prinsipil apa saja yang membedakan pabrik daur ulang sampah dengan pabrik kertas biasa.
− Manajemen dan proses pabrik kompleks dan pengaturan gubahan massa dan komposisi bangunan yang efisien dan efektif
− Bangunan yang konteks dan tanggap terhadap lingkungan di sekitarnya
− Konsep-konsep arsitektur berkelanjutan dan interpretasinya.
− Penerapan tema arsitektur berkelanjutan ke dalam perancangan pabrik daur ulang kertas.
Latar Belakang
− Volume sampah bertambah tidak diikuti pertumbuhan daya tampung tempat penampungan sampah. Akumulasi sampah kota akan menambah
masalah bagi kota, baik ekonomi, sosial, dan lingkungan
− Kota-kota di Indonesia pada umumnya tidak memiliki waste management yang baik.
− Memberi kesinambungan sumber daya alam yang perlu dilestarikan di masa depan.
Judul Perancangan
Pabrik Daur Ulang Kertas di Medan Tema Perancangan
Arsitektur Berkelanjutan
Data Perencanaan
− Data Tapak
− Studi Literatur
− Studi Banding
− Survei Lapangan
− Wawancara Tujuan dan Manfaat
− Merancang fasilitas daur ulang kertas yang bersifat primer, urban, holistik, terpadu dan terorganisasi
− Mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pembuangan sampah yang tidak terkendali dan semakin akumulatif/bertambah,
− Menerapkan kesinambungan kertas yang dapat digunakan kembali.
− Memberikan persepsi baru dari persepsi umum akan kekakuan nilai arsitektural sebuah bangunan pabrik.
Desain Perancangan Konsep Perancangan
Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.
Umpan balik Analisa Tapak (Analisa Fisik)
View, sirkulasi, orientasi, dll. Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)
Pengguna, alur kegiatan, dll Programming
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Bab 1 Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan pabrik daur ulang kertas, maksud dan tujuan, masalah perancangan, lingkup dan batasan, dan metode pendekatan.
Bab 2 Deskripsi Proyek, berisi tentang pembahasan mengenai terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
Bab 3 Elaborasi Tema, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
Bab 4 Analisa Perancangan, menjelaskan tentang analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema, serta kesimpulan.
Bab 5 Konsep Perancangan, menjelaskan konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
BAB 2
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2.1 Pengertian Judul
Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang pengertian judul proyek.
− Pabrik1
− Kertas
adalah tempat memproduksi barang-barang, alat memproduksi dengan memakai mesin yang canggih.
2
− Daur ulang
adalah substansi material yang diolah dari kayu melalui serangkaian proses sehingga menjadi lembaran yang dapat ditulis atau digunakan.
3
− Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara.
adalah pemulihan dan pengolahan sebuah produk yang telah digunakan menjadi sumber daya semula atau produk yang baru, untuk dapat digunakan kembali setelah mendapatkan perlakuan khusus.
Jadi, Pabrik Kertas Daur Ulang di Kota Medan adalah fasilitas kegiatan mengolah kembali material lembaran kertas yang sebelumnya telah digunakan/dikonsumsi sehingga dapat dipakai kembali untuk digunakan berikutnya, dengan pembangunan ditempatkan pada ibukota Provinsi Sumatera Utara.
2.1.1 Studi Kelayakan
Dengan bertambahnya penduduk di Kota Medan (lihat Tabel 2.1) dengan pertumbuhan rata-rata penduduk per tahun 0.75%, maka sampah yang dihasilkannya pun akan bertambah pula seiring dengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat (lihat Tabel 2.2). Ditambah dengan kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang sebetulnya relatif minim. Penanganannya pun dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan memusnahkan dengan cara yang sangat tidak aman dan cenderung mencemari lingkungan. Sampah baru menjadi perhatian belakangan ini setelah timbulnya ledakan kasus dan bencana, seperti terjadi di Bantargebang, Bojong Gede, dan Leuwi Gajah 4
Tahun
. Tabel 2.1 Jumlah penduduk Kota Medan 1995-2005
Jumlah Kenaikan Persentase
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia <http://kbbi.web.id/>. Diakses pada 17 Maret 2008. 2
<http://www.dictionary.com/>. Diakses pada 17 Maret 2008 3
Ibid. 4
Ali Anwar. 25 November 2004. Konflik Sampah Lemahnya Manajemen Persampahan.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1.888.305 1.895.315 1.899.028 1.901.067 1.902.500 1.904.273 1.926.520 1.963.882 1.993.602 2.006.142 2.036.142 - 7.010 3.713 2.039 1.433 1.773 22.247 37.362 29.720 12.540 30.000 - 0.37 0.20 0.11 0.08 0.09 1.15 1.90 1.49 0.63 1.47 Sumber: BPS Kota Medan. Medan dalam Angka 2006
Tabel 2.2 Jumlah prediksi sampah Kota Medan 2006-2016
Tahun Jumlah Jumlah sampah kota Akumulasi sampah 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2.051.413 2.066.799 2.082.300 2.097.917 2.113.651 2.129.504 2.145.475 2.161.566 2.177.778 2.194.111 2.210.567 1.025.707 1.033.399 1.041.150 1.048.958 1.056.826 1.064.752 1.072.737 1.080.783 1.088.889 1.097.056 1.105.283 - 2.059.105 3.100.255 4.149.214 5.206.039 6.270.791 7.343.529 8.424.312 9.513.200 10.610.256 11.715.539 Sumber: Hasil olah data primer
Menurut Sudrajat (2006:6) , adapun faktor-faktor yang mendorong perlunya perhatian serius terhadap sampah kota sebagai berikut :
− Volume sampah semakin bertambah, tidak diikuti dengan pertumbuhan volume atau daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dan sarana pendaurulangan.
− Lahan TPA mengalami penurunan kuantitas karena adanya perubahan tata guna lahan.
− Belum memadainya teknologi pengolahan sampah yang optimal sehingga percepatan peningkatan volume sampah lebih besar dari pengolahannya.
− Adanya beragam jenis dan komposisi dari sampah yang berbaur tanpa adanya pemisahan jenis dan jumlah.
− Manajemen pengelolaan sampah tidak efektif sehingga sering kali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
− Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya sampah.
− Kota Medan tidak lagi memperoleh piala penghargaan Adipura tahun 2007 menunjukkan masalah kebersihan semakin parah di fasilitas publik5. Kota Medan juga mengalami kebanjiran walau hujan turun selama satu jam. Fakta menunjukkan saluran drainase kota tertumpuk sampah6
Pendekatan yang baik dalam pengelolaan sampah adalah dikuranginya produk sampah yang akan dikirim ke tempat pengolahan akhir, dengan cara, antara lain, penerapan 4R (replace, reduce, reuse, recycling). Pengelolaan sampah dipahami sangat sektoral, yakni hanya dikelola oleh Dinas Kebersihan saja, dan berorientasi keproyekan. Hal ini diperparah oleh suatu pemahaman bagaimana menarik dana sebanyak mungkin dari retribusi sampah. Fakta-fakta empirik yang menunjukkan bahwa sampah ternyata dapat menjadi lahan bisnis yang menguntungkan dan mampu memberi kesempatan kerja, khususnya kepada orang-orang yang tidak masuk di pasar kerja formal dan informal lainnya.
Model pengelolaan sampah di Indonesia dibagi atas dua model, yaitu model urugan dan model tumpukan. Model urugan adalah model yang paling sederhana. Cara kerjanya, sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada permukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini dilakukan umumnya pada suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar.
Indonesia pada umumnya tidak memiliki manajemen pengelolaan sampah yang baik, dari segi pembuangan dan pendaurulangan. Pemerintah hanya menyediakan lahan sebagai perhentian sampah terakhir. Sehingga belum ada fasilitas pendaurulangan yang bersifat urban. Hanya sedikit ditemui pendaurulangan yang sifatnya komunitas atau rumahan.
. Penanganan sampah Kota Medan khususnya telah mengalami titik kulminasi yang meresahkan semua elemen masyarakat.
5
Nurudin Jauhari. 2 Juli 2007. Medan 417 dan Masalah. <http://beritasore.com/2007/07/02/medan-417-dan-masalah> . Diakses pada 22 November 2007.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Di negara luar telah ada kebijakan pemerintah kota untuk mengatur manajemen sampah, khususnya dilakukan oleh negara-negara Eropa, Australia, Austria, Selandia Baru, dan Jepang. Jepang, misalnya, memprakarsai rencana pengurangan timbunan sampah sebanyak 75% dan berprogram 3R (reduce, recycle, dan reuse). Masyarakatnya sendiri telah menyadari tanggung jawab masing-masing dengan mengolah sendiri sampah rumah tangganya, dengan cara memisahkan sampah yang organik dengan anorganik. Pemerintah juga menyediakan tempat sampah di lokasi publik dan strategis. Hal ini didukung juga dengan konstruksi tempat sampah yang mempermudah pengangkutan oleh truk ke lokasi pengolahan.
Adapun metoda pengelolaan sampah yang diterapkan oleh Dinas Kebersihan di lokasi TPA adalah metoda open dumping yaitu sampah yang masuk ke (Tempat Penampungan Akhir) TPA tanpa melalui proses tertentu langsung diserakkan/dipaparkan di lokasi TPA. Sebelum dilakukan pembuangan/pemaparan sampah terlebih dahulu lokasi TPA yang ada dibagi dalam beberapa zona agar pembuangan/pemaparan sampah menjadi teratur, misalnya sampah yang masuk ke TPA dipaparkan/ditimbun di satu zona tertentu, apabila zona tersebut telah penuh dengan timbunan sampah, maka pemaparan dialihkan kepada zona yang baru demikian seterusnya.
Berdasarkan laporan Dinas Kebersihan dalam buku Manajemen Persampahan Kota Medan, dapat dihitung estimasi timbulan sampah Kota Medan:
Tabel 2.3 Perhitungan produksi kertas Rasio timbulan sampah/jiwa/hari = 0.6 kg
Total timbulan sampah yang dilayani = 1087 ton/hari Persentase jumlah sampah kertas per hari = 17.5%
Dinas Kebersihan = 1087 ton/hari x 17.5% = 191 ton/hari Pemasok/bandar = 20 lapak @ 0.12 ton/hari = 2.4 ton/hari
Total jumlah = 193.4 ton/hari
Kertas lama Pulp Kertas baru
1100 kg 600 kg 1000 kg
1 6/11 10/11
Pembagi 11 merupakan koefisien konstan dalam perhitungan neraca, mesin, dan kimia bagi daur ulang kertas ini. Artinya yang dapat diproses adalah kelipatan faktor 11.
187 ton (11x17)<193.4 ton<198 (11x18) ton Maka yang mampu diproses adalah 187 ton dengan sisa 6.4 ton
187 ton (187 ton x6/11) = 102 ton (187 ton x 10/11) = 170 ton Harga kertas dunia per tahun 2005 = US$800/ton
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Sumber: Hasil olah data primer
Pendaurulangan kertas memiliki hal yang positif bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Beberapa keuntungan daur ulang7
− Meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan pabrik manufaktur. :
− Mengurangi kebutuhan akan landfill dan incineration, yang membutuhkan lahan luas, bahan bakar fosil, dan polusi udara.
− Mencegah timbulnya pencemaran yang disebabkan dari pembuangan sampah yang tidak terolah.
− Menghemat energi dalam pabrik manufaktur, transportasi, dan pembuangan sampahnya.
− Mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
− Melindungi sumber daya alam alamiah seperti kayu, air, dan bahan bakar fosil.
− Meningkatkan kesinambungan (sustainable) lingkungan bagi generasi masa depan.
− Perhitungan yang dilakukan beberapa negara yang menerapkan pengolahan sampah dengan daur ulang menunjukkan bahwa daur ulang mengurangi 49% sampah padat, 43% total konsumsi energi, 70% emisi gas rumah kaca, 90% emisi pencemaran udara, 40% emisi partikulat, dan 100% emisi unsur halogen organik di dalam air.
Penemuan komputer semula diperkirakan akan mengurangi konsumsi kertas. Namun kenyataannya, konsumsi kertas dunia terus meningkat seiring meningkatnya penggunaan komputer. Yang lebih mungkin terjadi adalah kertas dan komputer tak terpisah satu sama lain, tapi saling melengkapi. Jika diperhatikan tingkat kemakmuran penduduk Indonesia masih jauh dari kemampuan memiliki dan menggunakan komputer. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005 mengatakan ada 35 juta rakyat Indonesia yang sampai kini masih berada di bawah garis kemiskinan dibandingkan dengan 220 juta rakyat Indonesia8
7
USA Environmental Protection Agency. Januari 1998. Puzzled about Recycling’s Value? Look Beyond The Bin. Diakses pada 5 September 2007. < http://www.epa.gov/osw>
8
Rrana Akbari Fitriawan. 12 Juli 2005. Presiden: 35 Juta Orang di Bawah Garis Kemiskinan. Diakses pada 5 Pebruari 2008. <http://www.tempointeraktif.com>
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
pula sebesar 18.39 % pada tahun 20069. Artinya masih sulit untuk membayangkan kota dan desa di Indonesia yang tidak mempergunakan kertas.
Pada pabrik kertas biasa berbeda proses dengan pabrik kertas daur ulang.
Sumber: TAPPI10
Gambar 2.1 Proses pabrik kertas biasa
Sumber: TAPPI
Gambar 2.2 Proses pabrik kertas daur ulang
2.1.2 Sistem Pendaurulangan Kertas
Berikut ini adalah proses pendaurulangan kertas ditunjukkan dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Sistem pendaurulangan kertas
No Gambar Keterangan
1
Pemilahan (Sorting)
Kertas disortir untuk mencegah kontaminasi dari sampah yang tidak dapat didaur ulang. Pemilahan dilakukan juga berdasarkan tingkat atau jenis kertas.
9
Kurniasih Budi. 1 September 2006. Garis Kemiskinan Naik 18,39 persen. Diakses pada 5 Pebruari 2008. <http://www.tempointeraktif.com>
10
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2
Penyimpanan (Storage)
Kertas yang akan didaur ulang dimasukkan ke dalam gudang. Jika langsung diproses berikutnya, maka
conveyor akan membawa kertas dari gudang menuju
ruang pengolahan berikutnya.
3
Pembuatan pulp (Repulping)
Kertas dipindahkan ke penampungan larutan kimia yang besar. Kertas akan terpotong-potong menjadi potongan kecil. Panas dari campuran mempercepat penghancuran potongan menjadi fiber. Campuran yang dihasilkan pada akhirnya menjadi pulp.
4
Penyaringan (Screening)
Kertas akan dipisahkan dari kontaminan berukuran besar dari fiber dengan foil berputar dalam sebuah tanki bertekanan dan memiliki bukaan yang lebih dari satu.
5
Pembersihan (Cleaning)
Pulp dibersihkan dengan cara diputar dalam tabung besar. Kontaminan berat akan terlempar keluar dari tabung dan jatuh ke dasar tabung. Kontaminan yang lebih ringan terkumpul di pusat tabung akan dibuang.
6
Pembersihan kontaminan tinta (Deinking)
Larutan sabun didalam alat ini akan membantu memisahkan tinta dari pulp. Gelembung-gelembung udara dilewatkan. Sehingga hanya pulp yang bebas tinta yang tinggal.
7
Pemurnian (Refining)
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
8
Pemutihan (Bleaching)
Pulp akan diaduk untuk merekatkan fiber. Jika kertas yang akan dibuat adalah kertas berwarna, maka pewarna kimia akan ditambahkan. Jika kertas yang akan dibuat adalah kertas putih, pulp akan diputihkan.
9
Pembuatan Kertas (Papermaking)
Pulp yang telah bersih jika diperlukan akan dicampurkan dengan pulp baru. Setelah pencampuran, maka pulp ini disemprotkan ke panel. Di panel, air akan mengering dari pulp, dan fiber yang didaur ulang akan saling membentuk ikatan kimia menjadi lembaran.
Sumber: TAPPI
2.2 Lokasi Proyek
Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang deskripsi/tinjauan lokasi proyek.
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Proyek
Dalam penentuan lokasi, menurut Hari (2003) ada beberapa kriteria sebagai berikut:
− Sumber bahan baku.
− Ketersediaan tenaga kerja.
− Lokasi pemasaran produk.
− Keunggulan relatif lainnya, ketersediaan tenaga listrik, air, sarana transportasi dan sebagainya.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
− Tidak mengurangi areal tanah pertanian.
− Tidak dilakukan di atas tanah yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber alam dan warisan budaya.
− Sesuai dengan sarana tata ruang wilayah yang disiapkan oleh pemerintah daerah setempat.
2.2.1.1 Tinjauan terhadap Struktur Ruang Kota
Sebagai sebuah sarana yang dibangun di dalam sebuah kota ada baiknya proses perencanaannya perlu diperhatikan sehingga tidak menggangu tata guna lahan yang telah direncanakan untuk sebuah wilayah kota. Sebagai sebuah sarana perindustrian, maka pabrik daur ulang kertas tersebut harus direncanakan di wilayah yang secara tata guna lahan memang diperuntukkan bagi pengembangan pendidikan.
Tabel 2.5 Pembagian Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan Wilayah Pembangunan Cakupan Wilayah Adm Kecamatan Pusat Pengembangan Kegiatan Utama WPP A Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan
Belawan Pelabuhan, Pabrik, Terminal,
Pergudangan, Orientasi Pelabuhan, Perumahan, Konservasi
WPP B Medan Deli Tanjung Mulia Perumahan, Perdagangan, Perkebunan WPP C Medan Timur Medan Perjuangan Medan Area Medan Denai Medan Amplas
Aksara Perumahan, Pabrik, Terminal barang/ pergudangan, Berorientasi ke konsumen WPP D Medan Baru Medan Maimoon Medan Polonia Medan Kota Medan Johor
Inti Kota Pusat bisnis (CBD), Pusat Pemerintahan, Perumahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan
WPP E Medan Barat Medan Petisah Medan Sunggal Medan Helvetia Medan Tuntungan Medan Selayang
Sei Sikambing Perumahan, Perkantoran, Konservasi, Lapangan Golf dan
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Sumber: RUTRK Kodya Tk II Medan 2005
Dari tabel di atas, maka lokasi tapak yang berada pada WPP A, dimana lokasi tapak yang merupakan kawasan pabrik sangat sesuai dengan peruntukan Wilayah Pengembangan dan Pembangunan (WPP). Pemusatan pembangunan perpabrikan saat ini sedang diarahkan kepada kecamatan Medan Belawan.
2.2.1.2 Pencapaian
Pencapaian menuju lokasi sangat mudah. Tidak ditemukan titik kemacetan yang berarti di kawasan WPP A. Sasaran pengguna adalah tenaga kerja yang akan bekerja di lokasi proyek. Pencapaian masuk dan keluar didukung oleh moda transportasi berupa pelabuhan, jalan tol, kereta api, dan jalan arteri Yos Sudarso.
2.2.1.3 Potensi Kawasan
Kawasan di WPP A memiliki kekuatan dan potensi yang menguntungkan bagi perancangan ini dalam hal:
− Pada rancangan RUTRK 2006-2016 ditunjukkan bahwa pengembangan kota dititikberatkan di kawasan Medan Polonia dengan Medan Belawan. Dengan menetapkan Medan Belawan sebagai kota industri, maka pemilihan lokasi sangat sesuai di kawasan ini. Sesuai dengan RUTRK 2005 yang masih berlaku, kawasan Belawan adalah Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP) A dengan kegiatan utama pelabuhan dan terminal, perpabrikan, dan permukiman. Sehingga mengoptimalkan pembangunan di sektor atau kawasan Belawan.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
− Lokasi tapak terhadap aksessibilitas transportasi sangat menguntungkan. Pertama, didukung oleh fasilitas perkeretaapian, kedua, fasilitas jalan tol Belmera, ketiga, fasilitas pelabuhan belawan, dan keempat, jalan arteri KL Yos Sudarso. Sehingga pencapaian ke lokasi tidak sulit.
2.2.1.4 Status Kepemilikan
Pembangunan fasilitas pabrik daur ulang sampah, dalam hal ini kertas, merupakan tanggung jawab dan bagian perencanaan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada umumnya dan Pemerintah Kota Medan pada khususnya.
2.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi
Berikut akan diuraikan tentang analisis pemilihan lokasi yang tepat bagi pabrik kertas daur ulang.
2.2.2.1 Alternatif Pemilihan Lokasi
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Sumber: Peta Kota Medan
Gambar 2.3 Kecamatan Medan Belawan
2.2.2.2 Penilaian Alternatif Lokasi
Ketiga alternatif lokasi ini akan dinilai untuk mendapatkan lokasi perancangan yang tepat.
Tabel 2.6 Penilaian alternatif lokasi Penilaian
Lokasi
Site 1 Jalan Sicanang
Site 2 Jalan Pulau Rupat
Site 3 Jalan Pelabuhan I
Peruntukan site A A A
SITE 1 SITE 2
SITE 3
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
(RUTRW)
Kondisi lahan A A C
Pencapaian A C B
Utilitas A A A
Akses perairan A A C
Jarak terhadap permukiman
B C C
Aksessibilitas moda transportasi
A C A
Kebisingan A C C
Luas lahan ± 6 ha ± 8 ha ± 10 ha
Sirkulasi Kendaraan kecil dan besar, pejalan kaki
Kendaraan kecil dan pejalan kaki
Kendaraan kecil dan besar, pejalan kaki
Kawasan pertanian Tidak Tidak Tidak
Kawasan lindung Tidak Ya Tidak
Sumber: Hasil olah data primer Keterangan:
A = Baik B = Sedang C = Kurang Baik
Berdasarkan potensi kawasan yang ada dan juga berbagai pertimbangan atas dasar kriteria pemilihan lokasi proyek maka lokasi tapak di Jalan Sicanang Kecamatan Medan Belawan dipilih menjadi lokasi proyek.
2.2.3 Kondisi Eksisting Lokasi Proyek
Lokasi proyek : Jalan Sicanang Batas-batas tapak
− Utara : Sungai Putih
− Timur : Permukiman
− Selatan : Permukiman dan lahan kosong
− Barat : Lahan kosong Luas tapak keseluruhan : 6 ha
Luas tapak Tugas Akhir : 2 ha Garis Sempadan Sungai : 15 meter Garis Sempadan Bangunan : 3 meter
BCR/KDB : 60%
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
[image:30.595.102.517.66.369.2]Sumber: Peta Kota Medan
Gambar 2.4 Lokasi tapak usulan di Kecamatan Medan Belawan
Sumber: GoogleEarth Gambar 2.5 Foto udara tapak di Jalan Sicanang
Utara
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Untuk lebih menjelaskan keadaan atau suasana tapak dapat dilihat pada gambar di bawar berikut ini.
1. Pabrik perkebunan. 2. Lahan kosong, ruang terbuka/area hijau.
3. Persimpangan jalan, kantor kecamatan dan area hijau.
4. Area permukiman dan komersil.
5. Persimpangan jalan, perumahan, area hijau.
6. Area permukiman penduduk.
[image:31.595.99.544.118.699.2]7. Tanah kosong. 8. Area hijau dan terbuka. 9. Aliran sungai. Sumber: Hasil olah data primer
Gambar 2.6 Lokasi tapak dan suasana 1
2
3 4 5 6
8
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2.3 Tinjauan Fungsi
Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.
2.3.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Pelaku kegiatan yang terlibat dalam fasilitas pabrik daur ulang kertas ini dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum adalah:
1. Pengunjung
− Institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi)
− Dinas/kantor pemerintahan (Dinas Kebersihan, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi, dan Sumber Daya Mineral)
− Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan
− Supplier bahan baku 2. Pengelola
− General manager dan sekretaris
− Kepala bidang/manajemen
− Karyawan pabrik/pabrik
− Karyawan kantor
− Karyawan teknisi
− Karyawan laboratorium
Karakter kegiatan fasilitas pabrik daur ulang kertas dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum dibagi menjadi:
1. Proses daur ulang kertas
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
sama. Kegiatan utama ini didukung dengan fasilitas perkantoran sebagai pengelolaan pabrik.
2. Edukatif
Pabrik ini termasuk dalam hitungan baru di Indonesia. Sehingga upaya sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat penting untuk difasilitasi pabrik ini. Melalui kegiatan inilah diharapkan kota-kota besar dapat mengatur manajemen persampahan dengan baik. Segala sesuatu yang dilakukan dengan mendidik dan penyuluhan merupakan sifat edukatif. Umumnya kegiatan-kegiatan studi banding, melihat langsung proses daur ulang, study tour, dilakukan dengan suasana edukasi.
[image:33.595.95.531.343.682.2]Kelompok kegiatan fasilitas pabrik daur ulang kertas dibagi menjadi (lihat Tabel 2.7) :
Tabel 2.7 Kelompok kegiatan No Kelompok
Kegiatan
Uraian Kegiatan
1 Utama − Kegiatan melakukan proses daur ulang kertas (pemilahan, penyimpanan, penyaringan, pembersihan, pembersihan kontaminan tinta, pemurnian, pemutihan, dan pembuatan kertas).
− Kegiatan memberikan pendidikan dan penyuluhan lingkungan kepada publik dan masyarakat.
2 Tambahan − Makan dan minum − Pergudangan
− Pemeliharaan dan inventarisasi − Bilas dan berganti pakaian. − Ibadah
3 Pelayanan − Memarkir kendaraan roda dua atau empat.
− Mengabsensi kedatangan/kepulangan pengelola/karyawan. − Menerima kedatangan pengunjung.
− Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). 4 Pengelolaan − Kegiatan manajemen.
− Kegiatan administratif. − Kegiatan pengawasan. − Kegiatan marketing. − Kegiatan operasional. − Kegiatan keamanan. 5 Teknikal − Kegiatan pengawasan
− Kegiatan pemeliharaan
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Deskripsi Perilaku
[image:34.595.93.534.263.727.2]Perilaku dari pengguna fasilitas pabrik ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.8 Deskripsi Perilaku
No Pengguna Alur Kegiatan
1 Pengunjung
Datang Mendaftar Parkir Menunggu Melihat Istirahat Pulang Pertemuan Datang Mendaftar Parkir Menunggu Melihat Istirahat Pulang Pertemuan
2 Pekerja Pabrik
Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Pabrik Pulang Datang Penerima Parkir Penerima Loker/Ganti Istirahat Loker/Ganti Kerja Pabrik Pulang
3 Pengelola Datang Penerima
Parkir Pulang Kerja Kantor Istirahat Penerima Datang Penerima Parkir Pulang Kerja Kantor Istirahat Penerima
4 Teknisi
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
5 Pekerja lab
Datang Penerima
Parkir Penerima
Loker/Ganti
Istirahat
Loker/Ganti Kerja Lab
Pulang Datang Penerima
Parkir Penerima
Loker/Ganti
Istirahat
Loker/Ganti Kerja Lab
Pulang Sumber: Hasil olah data primer
Struktur organisasi pengelola ditunjukkan sebagai berikut:
Sumber: Plant Layout and Material Handling
Diagram 2.1 Struktur organisasi pabrik kertas daur ulang
Sumber: TAPPI
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
2.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang
[image:36.595.92.532.332.739.2]Dari kelompok kegiatan dan pengguna diperoleh acuan kebutuhan ruang untuk menjadi dasar perancangan (lihat Tabel 2.9).
Tabel 2.9 Kebutuhan ruang
Jenis ruang Pengguna Kegiatan Nama ruang Zona
ruang Pengelola General manager Menjalankan perusahaan
pabrik
Ruang kantor Semipublik
Berkoordinasi dengan kepala bidang
Ruang rapat direksi
Semipublik
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Asisten general manager
Membantu peran general manager Ruang asisten manager Semiublik Berkoordinasi dengan kepala bidang Ruang rapat direksi Privat
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Kepala bidang/manajer Menjalankan bidang masing-masing
Ruang kantor Semipublik
Berkoordinasi dengan kepala bidang
Ruang rapat direksi
Privat
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Sekretaris Membantu tugas general
manager dan kepala bidang
Ruang sekretaris Semipublik
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
kepala bidang direksi
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Pegawai tata usaha Mengelola administrasi teknis dan nonteknis
Ruang tata usaha Ruang fotocopy
Semipublik Semipublik Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik
Teknisi Menjaga performa
perusahaan dan proses pabrik Ruang teknisi Stasiun mesin Ruang proses Ruang maintenance Ruang perlengkapan Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Peneliti Mengawasi kualitas proses
dan limbah pabrik
Ruang laboratorium
Privat
Beristirahat Ruang istirahat Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Office boy atau
cleaning service
Menjaga kebersihan dan membantu tugas nonteknis
Ruang office boy Ruang makan Toilet Dapur Gudang Laundry Semipublik Publik Toilet Semipublik Semipublik Semipublik Beristirahat Toilet
Ruang makan Musholla
Privat Publik Publik Perpabrikan Karyawan pabrik Bekerja Ruang proses
Gudang kerja Stasiun mesin Ruang inventaris Semipublik Semipublik Semipublik Semipublik Bertukar pakaian Ruang ganti/loker Privat Beristirahat Ruang istirahat
Toilet Ruang makan Musholla Semipublik Privat Publik Publik Mendapat pengobatan Ruang klinik Semipublik Melamar pekerjaan Ruang
resepsionis Ruang tunggu Ruang wawancara Publik Publik Privat
Masuk dan keluar pekerjaan Ruang resepsionis Publik Pendidikan lingkungan
Pengunjung Mendaftar Ruang
resepsionis
Publik
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Menunggu Ruang tunggu Publik
Bertanya jawab Ruang konferensi Publik Beristirahat Ruang makan
Musholla
Publik Publik Servis Distribusi listrik darurat Ruang genset Servis
Distribusi penghawaan buatan Ruang AHU Ruang chiller Servis Servis Distribusi air bersih dan air
limbah
Ruang pompa Servis
Mengontrol distribusi Ruang control Servis Distribusi komunikasi Ruang PABX Servis Menjaga keamanan Ruang CCTV Servis Sumber: Hasil olah data primer
2.3.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
[image:38.595.93.531.70.215.2] [image:38.595.93.524.372.731.2]Beberapa persyaratan dan kriteria ruang dalam kaitannya dengan kebutuhan ruang ditunjukkan pada Tabel 2.10
Tabel 2.10 Persyaratan dan kriteria ruang
No Nama ruang Kriteria ruang
Cahaya Bersih Tenang Sejuk Strategis View
1 Ruang general manager V V V V V
2 Ruang sekretaris V V V
3 Ruang asisten general manager V V V
4 Ruang manajer/kepala bidang V V V V V
5 Ruang tata usaha V V V V V
6 Ruang teknisi V V V V
7 Ruang laboratorium V V V V
8 Ruang office boy V V V
9 Ruang rapat direksi V V V V
10 Ruang istirahat kantor V V V V V
11 Toilet V V V
12 Ruang resepsionis V V V V
13 Ruang aula V V V V V
14 Ruang tunggu tamu V V V V V
15 Ruang wawancara V V V V
16 Ruang konferensi V V V V V V
17 Ruang makan/kafetaria V V V V V V
18 Ruang dapur V V
19 Ruang gudang V
20 Musholla V V V V
21 Ruang laundry V V
22 Ruang klinik V V V
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
24 Area kerja V V V V V V
25 Stasiun mesin V V
26 Ruang maintenance V V V
27 Ruang tool crib V V V
28 Ruang inventaris V V V
29 Ruang istirahat karyawan V V V V V V
30 Ruang ganti/loker V V V
31 Ruang mekanikal elektrikal V V
Sumber: Hasil olah data primer
2.3.5 Studi Banding Arsitektur dengan Fungsi Sejenis
Adapun studi banding arsitektur yang akan diterapkan dalam perancangan diambil dari fungsi atau tipe bangunan sejenis.
a. Faustino Winery II, Spanyol Konsultan : Foster & Partners Bentuk : Segitiga
Sirkulasi : Radial
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
[image:40.595.114.521.69.240.2]Sumber: Foster & Partners Gambar 2.7 Faustino Winery II
Pabrik pengolahan anggur ini dirancang dengan menggunakan pendekatan fungsionalisme. Dengan kondisi topografi tapak, sebuah jalur di atas atap dibuat di atas bangunan, dengan maksud agar anggur yang dipanen dapat langsung dimasukkan ke dalam unit hopper, tempat permulaan proses produksi anggur. Dengan perancangan yang terkubur sebagian di lansekap, pengaruh bangunan menjadi berkurang dan keuntungan perancangan pasif dimaksimalkan, dimana struktur beton menggunakan massa termal untuk mengendalikan atmosfir internal. Pada atap bangunan, dipasang photovoltaic untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pembagian ruang publik diletakkan di tengah bangunan, sehingga pengguna dapat mengamati setiap operasi tanpa kesulitan.
Kesimpulan:
Perancangan fungsional dengan memadukan unsur lingkungan pasif (lansekap) dan aktif (photovoltaic).
b. Renault Distribution Centre, Inggris Konsultan : Foster & Partners Bentuk : Payung
Sirkulasi : Linear Struktur : Baja Langgam : Hi-tech
Aksonometri
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
[image:41.595.117.510.69.242.2]Sumber: Foster & Partners Gambar 2.8 Renault Distribution Centre
The Renault Centre merupakan pabrik yang menerapkan permainan struktur. Perancangan ini dikatakan baik secara arsitektural, karena menghapus teori kemonotonan bahwa bentuk massa bangunan dan pengolahan detail ruangnya sederhana. Dengan luas bangunan 25.000 meter persegi, bangunan ini didukung dengan kolom tubular dan baja pelengkung, membentuk siluet yang melengkapi lansekap sekitarnya.
Kesimpulan :
Efisiensi bahan dengan sistem pabrikasi dan berulang, bentuk unit atau modul yang diadaptasi dari pemecahan analisis lingkungan di sekitarnya.
c. McLaren Technology Centre, Inggris Klien : McLaren Group
Konsultan : Ove Arup & Partners Bentuk : Semisirkular
Sirkulasi : Sirkular Struktur : Baja Langgam : Hi-tech
Sistem Struktur Tampak
Interior Perspektif
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
[image:42.595.116.508.67.339.2]Sumber: Foster & Partners Gambar 2.9 McLaren Technology Centre
Dilihat dari denah, bangunan ini berbentuk semi sirkular atau setengah lingkaran, setengah lingkaran lagi dilengkapi dengan danau yang merupakan bagian integral dalam sistem pendingin bangunan. Fasade bangunan yang menghadap danau dirancang secara menerus dengan dinding kaca dan dibayangi dengan atap kantilever. Lantai dasar menampung fasilitas produksi dan penyimpanan. Bangunan berstruktur dua lantai ini sebagian ditanam ke dalam tanah untuk meminimalkan intervensi terhadap lingkungan dan juga agar yang kelihatan hanya atap sirkularnya. Kedinamisan bentuk menjadi ciri khas pabrik ini. Selain itu material transparan memberikan kesatuan antara ruang dalam dan ruang luar. Teknologi yang diusung juga memperhatikan kecerdasan dalam detail.
Kesimpulan:
Teknologi struktur dan bahan mendukung proses kreatif perancangan bentuk dengan memperhatikan efisiensi proses dan ruang serta tanggap lingkungan.
d. BMW Welt, Jerman
Konsultan : Coop Himme(l)bau Bentuk : Awan
Sirkulasi : Cluster Struktur : Baja
Interior
Kafetaria Pabrik Perkantoran Detail struktur
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Langgam : Dekonstruksi
[image:43.595.131.512.106.454.2]Sumber: Arcspace Gambar 2.10 BMW Welt
Sebagai ikon penting dunia otomotif, Prix hendak melukiskan karyanya seperti dua kerucut bertemu, yang dia sebut sebagai twin cone. Dari atas bonggol kembar dia membuat atap yang konsepnya adalah awan melayang seperti tanpa topangan lain, kecuali pada bonggol kembar. Fasade bangunan berkaca-kaca, menjadikan keseluruhan bangunan seperti sosok virtual yang ternyata benar-benar hadir di lingkungan nyata. Bangunan itu telah menembus batas antara dunia nyata dengan dunia tidak nyata, antara real dengan virtual realities. Bangunan ini disebut sustainable karena konsep inovatif klimatiknya yang diperkirakan menghemat
energi sebesar 30%. Pengudaraan di ruang hall menggunakan panel atap photovoltaic.
Kesimpulan:
Perspektif
Kantor Dinding
Maket Pemodelan komputer Konsep
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Alur sirkulasi pengunjung dan pabrik yang bersinggungan tetapi tidak melewati batas setiap ruang, kombinasi teknologi struktur dengan bentuk yang berkonsep jelas, memanfaatkan sistem energi lingkungan.
e. BMW Plant, Jerman Konsultan : Zaha Hadid Bentuk : Awan Sirkulasi : Linear Struktur : Baja
Langgam : Dekonstruksi
[image:44.595.101.518.206.586.2]Sumber: Arcspace Gambar 2.11 BMW Plant
Organisasi ruang menunjukkan urutan atau sekuen yang jelas dari depan hingga belakang, mulai dari area publik/sibuk sampai kepada aktifitas yang tenang. Sampul fasade ditarik ke dalam untuk memberikan kesan ruang terbuka kepada siapapun. Pengunjung atau pembeli mobil dapat mengunjungi bangunan ini dengan melihat langsung cara perakitan mobil BMW, dengan memberikan transparansi kepada proses mesin. Bentuk focal point yang dinamis dibuat secara visual untuk menunjukkan sistem
Perspektif
Interior Dinding
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
ruang yang dinamis mulai dari utara pabrik dan artikulasi bangunan sentral sebagai puncak kulminasi dari aliran bentuk yang beragam. Kelihatannya orientasi dari pabrik ini diwujudkan di bangunan sentral.
Kesimpulan:
Sekuen ruang diatur dengan bentuk yang distorsi dan berlapis. Sistem bangunan mengutamakan fungsi ruang dan efisiensi.
f. INMOS Factory, Inggris
Konsultan : Richard Rogers & Partners Bentuk : PCB
[image:45.595.102.490.214.677.2]Sirkulasi : Paralel Struktur : Baja Langgam : Hi-tech
Gambar 2.12 INMOS Factory
Potongan Denah atap
Konsep struktur
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Richard Rogers mengulang kembali irama dan ritme seperti yang sebelumnya di Pompidou dan Lloyd. Dengan menerapkan material pabrikasi, setiap bagian bangunan dapat dibangun dengan cepat. Sistem struktur yang modern, kabel dan rangka menjadi ciri struktur dan konstruksi pabrik ini. Kecanggihan bangunan ini juga turut merepresentasi fungsi bangunan sebagai pabrik mikrocip.
Kesimpulan:
Bentuk ditemukan dari pemasangan struktur dan teknologi bahan, mengutamakan fungsi ruang dengan tetap menjaga skala manusia di dalam, sistem pabrikasi untuk efisiensi bahan.
g. PT Riau Andalan Pulp & Paper dan PT Toba Pulp Lestari, Tbk , Indonesia
Narasumber: David Siagian, ST dan Eka Hisar N., ST (PT RAPP), Ir. Fadmin Malau (PT TPL, Tbk)
Hasil wawancara dan studi lapangan memberikan panduan dalam perencanaan proses pabrik. Setiap proses di pabrik minimal ditangani oleh 6 (enam) orang. Keseluruhan proses berlangsung selama 24 jam. Dalam satu hari ada 3 (tiga) shift pekerja. Masing-masing shift memakan waktu 8 jam. Untuk input 1100 kg dengan penambahan 555.5 kg serat baru akan menghasilkan output 1000 kg. Kapasitas mesin produksi dibagi dalam tiga skala, dan yang memadai untuk pabrik kertas daur ulang dengan jumlah 187 ton adalah tipe L (large). Mesin dapat dihubungkan secara paralel atau seri. Pada studi lapangan ditemukan mesin dalam keadaan satu baris dan sambungan, jika diukur untuk setiap proses maka ukuran minimal yang didapat adalah 6 m x 4 m hingga maksimum 6 m x 8 m. Ketinggian tiap mesin bervariasi, mulai dari 3 m hingga 7 m. Untuk ukuran mesin standar disebutkan adalah 6 m x 5 m x 5 m.
Kesimpulan:
Tinjauan fungsional, kapasitas, pengguna, dan dimensi, menjadi landasan berpikir merancang dengan contoh yang telah ada.
Tabel 2.11 Kesimpulan studi banding No Studi Banding Kesimpulan
1 Faustino Winery II Perancangan fungsional dengan memadukan unsur lingkungan pasif (lansekap) dan aktif (photovoltaic).
2 Renault
Distribution Centre
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
sekitarnya. 3 McLaren
Technology Centre
Teknologi struktur dan bahan mendukung proses kreatif perancangan bentuk dengan memperhatikan efisiensi proses dan ruang serta tanggap lingkungan.
4 BMW Welt Alur sirkulasi pengunjung dan pabrik yang bersinggungan tetapi tidak melewati batas setiap ruang, kombinasi teknologi struktur dengan bentuk yang berkonsep jelas, memanfaatkan sistem energi lingkungan. 5 BMW Plant Sekuen ruang diatur dengan bentuk yang distorsi dan berlapis. Sistem
bangunan mengutamakan fungsi ruang dan efisiensi.
6 INMOS Factory Bentuk ditemukan dari pemasangan struktur dan teknologi bahan, mengutamakan fungsi ruang dengan tetap menjaga skala manusia di dalam, sistem pabrikasi untuk efisiensi bahan.
7 PT TPL dan PT RAPP
Tinjauan fungsional, kapasitas, pengguna, dan dimensi, menjadi landasan berpikir merancang dengan contoh yang telah ada.
Kesimpulan akhir:
Perancangan bentuk sebuah bangunan pabrik dapat diekspresikan dalam berbagai macam rupa. Kebebasan untuk membuat bentuk tetap memperhatikan efisiensi produksi di dalamnya.
Pengaturan sirkulasi menjadi perhatian utama dalam efisiensi proses di dalam bangunan. Dengan memperhatikan fungsi pabrik apa yang akan diakomodasi, pengaturan sirkulasi disesuaikan dengan teknologi proses di dalamnya.
Konstruksi bangunan pabrik dapat terlepas dari kekakuan bentuk rangka portal, akan tetapi tetap konteks dan tanggap dengan kondisi tapak dan lingkungannya. Pemilihan struktur dapat menampilkan nilai arsitektur bangunan pabrik.
Pengolahan massa dengan langgam apapun dapat dilakukan sepanjang tetap memperhatikan lingkungan dan proses pabrik didalamnya.
Tinjauan studi banding fungsional, jumlah orang, dan mesin, akan diadaptasi dengan menyesuaikan pada proses pabrik daur ulang kertas.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
ELABORASI TEMA
3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema
Perencanaan dan perancangan bangunan dengan memanfatkan potensi alam dan lingkungan yang ada dalam upaya mewujudkan wadah kegiatan kerja dalam pabrik memerlukan suatu pendekatan arsitektural yang baik dan tepat. Pendekatan arsitektural yang memperhatikan potensi alam beserta unsur-unsurnya yang dapat dipakai dalam mengembangkan perencanaan seta perancangan fasilitas pabrik adalah pendekatan arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture).
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Kebanyakan nilai-nilai kemanusiaan tidak diindahkan hanya untuk mencapai dan memaksimalkan efisiensi operasi. Yang terjadi adalah nilai estetika yang rendah dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Juga termasuk tidak tanggap terhadap kesehatan dan keselamatan kerja dari buruh dan pekerja.
Arsitek sebagai koordinator dari banyak disiplin yang terlibat dalam proses konstruksi saat sekarang ini adalah kunci preservasi lingkungan dimana semua orang harus hidup dan bekerja. Perancangan yang baik justru berarti bagi keuntungan jangka panjang bagi pabrik dan publik.
3.2 Pengertian Tema
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arsitektur11
Arsitektur berkelanjutan adalah suatu turunan dari sustainable development (perkembangan berkelanjutan). Isu perkembangan berkelanjutan ini telah dimulai sejak era tahun 1990-an. Arsitektur berkelanjutan pada hakekatnya adalah perancangan fisik dan nonfisik yang memadukan kebutuhan (need) saat sekarang (present) dengan kemampuan generasi masa depan (future) untuk dapat memenuhi kebutuhannya
adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.
Makna kata berkelanjutan dapat dilihat dari kata dalam bahasa inggris, sustainable. Menurut kamus Oxford, sustainable berarti: keep something/somebody alive or in existence. Secara harafiah berkelanjutan artinya kemampuan untuk menjaga suatu
objek tetap hidup atau tetap eksis/ada.
12
11
Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka. 12
World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. New York: Oxford University Press.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Ada dua aspek penting dalam defenisi ini. Pertama, arsitektur berkelanjutan merupakan perancangan yang melibatkan banyak disiplin ilmu (omnidisciplinary), tidak dapat dibatasi hanya untuk area disiplin ilmu tertentu, tetapi dapat diaplikasikan di seluruh dunia dan siapa saja, baik masa kini maupun masa mendatang. Kedua, tidak ada tujuan mutlak yang ditetapkan, yang ada hanya kesinambungan perkembangan itu sendiri. Jika dirumuskan dalam garis besar, ada tiga dimensi dan sudut pandang arsitektur berkelanjutan, yaitu:
[image:50.595.182.456.210.384.2]Sumber: Understanding Sustainable Architecture
Gambar 3.1 Dimensi dan sudut pandang arsitektur berkelanjutan
3.3 Interpretasi Tema
Beberapa interpretasi dan pemahaman akan arsitektur berkelanjutan dikembangkan oleh beberapa teori dan kritik sebagai berikut:
a. Ecological Design oleh Sym Van der Ryn et.al. (1996:51) 1. Solutions grow from place
Ecological design begins with the intimate knowledge of a particular place.
Therefore, it is small-scale and direct, responsive to both local conditions and
local people. If we are sensitive to the nuances of place, we can inhabit without
destroying
2. Ecological accounting informs design
Trace the environmental impacts of existing on proposed designs. Use this
information to determine the most ecologically sound design possibility.
3. Design with nature
By working with living processes, we respect the needs of all species while
meeting our own. Engaging in processes that regenerate rather than deplate,
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
4. Everyone is a designer
Listen to every voice in the design process. No one is participant only or
designer only: everyone is a participant-designer. Honor the special knowledge
that each person brings. As people work together to heal their places, they also
heal themselves.
5. Make nature visible
De-natured environments ignore our need and our potential for learning. Making
natural cycles and processes visible brings the designed environment back to
life. Effective design helps inform us of our place within nature.
b. Ecological Design oleh Ken Yeang (1995:187)
Ecological design is a design process in which the designer comprehensively
minimizes the anticipated adverse effects that the product of that design process
has upon the earth’s ecosystems and resources, and simultaneously gives the
priority to the continued elimination and minimization of these adverse effects.
1. Hemat energi
...lowering of costs as a result of decreasing energy consumption in the
operation of the building…
…reduction of the overall energy consumption of the building by the use of
passive (non-mechanical) structural devices…
2. Humanisme
…enhance its users’ sense of well being while enabling them to be aware of
and to experience the external climate of the place…
3. Estetika natural dan kebebasan ekspresi
…socio-economic and political conditions may change almost recognizably over
a period of, as may visual taste and aesthetic sensibility, climate remains more
or less unchanged in its cyclical course…
…provides us with a set of theoretical principles for shaping buildings which
must eventually allow for a permissiveness in poetic interpretation by design…
…created a layered building-façade. They also soften the impact of the flat and
hard faces of the built systems on its external environment and provide
semi-enclosed and in between shaded areas at the upper parts of the buildings…
…this environmental factor could also provide new opportunities for sculpting
design features…
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
…the starting premise is that vegetation is an important indigenous aspect of
place and should therefore be an important regionalist design factor, besides
being ecologically vitas…
…vegetation needs to be introduced into the built environment in far greater
abundance thatn is currently common…
5. Pengudaraan natural
…the creation of variable deep air zones at the facades of buildings, either as
transitional spaces, or as interstitial spaces, or as residual spaces. These can
be in the form of large open-to-the sky naturally ventilated atriums with
overhead louvred-coverings, or recessed balconies, or large skycourts…
6. Tanggap orientasi matahari
…explorations into the layering of the external wall from the inside to the
outside environment, interfaced through transitional spaces, led to air concern
for a variable wall design. There followed a series of studies on the externall
wall as a varied skin that changes its sectional profile depending on its solar
orientation…
c. Bioshelters oleh Nancy Jack Todd et.al. 1. The living world is the matrix of all design.
Not as a precise tool, or blueprint, but as a profound multidimensional paradigm
for the designs, a meta-model, a basis for thinking about how the world works
within which to frame more concrete questions about design…
2. Design should follow, not oppose, the laws of life. Biology is the model for design…
3. Biological equity must determine design.
Took the welfare of not the poorest third of humanity…
4. Design must reflect bioregionalit.y
Silently but eloquently expressed in a manner appropriate to the bioregion.
5. Projects should be based on renewable energy sources.
Edy Saputra : Pabrik Kertas Daur Ulang Di Kota Medan Arsitektur Berkelanjutan, 2008. USU Repository © 2009
Hardware and fossil-fuel powered machines be replaced by either informations
or organisms or…a combinationf of both…
8. Building and design should help heal the planet.
Acquired the knowledge of biology, the technology, and the potential
partnership in coevolution with the organic world to begin a process of planetary
healing.
9. Design should follow a sacred ecology.
Interconnectedness of the human and natural worlds in an unknowable
‘metapattern which connects’ is what we have come to think of as sacred
ecology.
d. Green Architecture oleh Brenda dan Robert Vale 1. Conserving energy.
A building should be constructed so as to minimize the need for fossil fuels to
run it…
2. Working with climate.
Buildings should be designed to work with climate and natural energy
sources…
3. Minimizing new resources.
A building should be designed so as to minimize the use of new resources and
at the end of its useful life, to form the resources for other architecture…