RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea. L) YANG DIINOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DENGAN TINGKAT PEMBERIAN AIR PADA
TANAH ULTISOL
TESIS
OLEH: AISYAH LUBIS 047001001 / AGR
Untuk Memperoleh GelarMagister Sains dalam Program Studi Agronomi
pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul :Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogaea.L) Yang Diinokulasi FMA dengan tingkat Pemberian Air pada
Tanah Ultisol
Nama :Aisyah Lubis
NIM :047001001
Program Studi :Agronomi
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc
Ketua
Dr. Ir. Rosmayati, MS Dr. Delvian SP MP
Anggota Anggota
2. Ketua Program Studi Agronomi 3. Direktur PPs USU
Telah diuji pada
Tanggal : 22 November 2007
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua: Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc. Anggota : 1. Dr. Ir. Rosmayati, MS.
2. Dr. Delvian, SP, MP.
RINGKASAN
Aisyah Lubis,”Respon pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogaea . L. ) yang Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dengan Tingkat Pemberian Air pada Tanah Ultisol.” Di bawah bimbingan T. Chairun Nisa sebagai ketua, Rosmayati dan Delvian sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMA dan pemberian air terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Jl.Bunga Rampai 1 Simalingkar B, Medan Johor, Sumatera Utara bulan April - Juni 2007.
Menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu : pemberian FMA sebagai faktor pertama yang terdiri dari 3 taraf ( 0,5g dan 10g) dan pemberian air sebagai faktor kedua yang terdiri dari 4 taraf (100%, 80%, 60%, dan 40%) kapasitas lapang.
Peubah yang diamati adalah : luas daun (cm2), panjang akar(cm), volume akar(cc), Ratio tajuk/akar (%), Laju asimilasi bersih (g.m-1.h-1), Laju tumbuh relatif (g.tan-1.m-1), Jumlah polong berisi (polong), produksi per tanaman (g), indeks panen (%), Derajat infeksi akar (%), serapan hara P tanaman (mg/tan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah dimana pemberian mikoriza 10 g per tanaman memberikan hasil yang tertinggi. Tingkat pemberian air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Dengan kadar air 60 % kapasitas lapang meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah yang tertinggi. Interaksi dua faktor antara mikoriza dan pemberian air meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Kombinasi perlakuan 10 g pada kadar air 60 % memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.
ABSTRACT
Aisyah Lubis, “Growth Response and Peanut Production which inoculated with FMA and water supplies levels in ultisol soil. Supervised by T. Chairun Nisa as the chief of commission , Rosmayati and Delvian as members.
The objective experiment was to study how the influences of FMA and water supplies levels on the peanut growth and production. Implemented on Jl.Bunga Rampai 1 Simalingkar B, Medan Johor, Sumatera Utara, from April-June 2007.
Using block randomized design, FMA as the first factors consist of three (0,5g and 10g). The second factor water supplies levels consist of four (100%, 80%, 60% and 40%) water capacity.
The Parameters were observed are The leaf area (cm2), The Length of root (cm), Root’s Volume (cc),toop /root ratio (%), Net Assimilation rate (g.m-1.h-1), Relative crop growth rate (g.tan-1.m-1), The total of fill polong (polong), Production (g), Harvest Index (%), The Grade of mycorrhizal infection (%), Absorbtion of P materials on plantation.
The Result of Reseach relevated that the supplies of FMA can improve the growth and productions of peanut, which supplies of micorryza 10 grams give the highest result. The supplies water influence the growth and production of peanut. Condition with 60 % water capacity improve the growth and productions of peanut. Interaction between two factors, micorryza and water supplies improve the growth and productions of peanut. The combination of micorryza 10 grams in 60 % water capacity give the highest result if compared with another treatment.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dan
penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan suatu kajian untuk mencari alternatif dalam hal
perbaikan teknis agronomi dan peningkatan produksi tanaman di Indonesia khususnya di
Sumatera Utara yang berhubungan dengan tanaman Kacang Tanah.
Upaya yang ditempuh salah satunya adalah pemanfaatan mikroorganisme yang
dapat bekerjasama dengan akar tanaman (fungi mikoriza arbuskula) dan pemberian air
yang cukup sehingga pertumbuhan dan produksi kacang tanah menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini yang
belum dapat dijelaskan secara mendetail oleh sebab itu diharapkan saran dan kritik
pembaca agar tesis ini lebih sempurna.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Prof. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Ibu
Dr.Ir.Rormayati, MS dan Bapak Dr.Delvian SP, MP sebagai anggota pembimbing yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan , petunjuk, serta saran-saran selama
dalam penelitian dan penulisan tesis ini. Semoga hasil tulisan ini bermanfaat bagi siapa
saja yang membutuhkannya.
Medan September 2007
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
lagi Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada : Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Chairuddin P.
Lubis, DTM & H, Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister. Direktur Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc atas
kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada PPS USU.
Terima Kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, MSc, selaku ketua pembimbing, Ibu
Dr.Ir.Rosmayati MS dan Bapak Dr.Delvian SP, MP selaku anggota pembimbing yang
dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran. Terima
kasih juga buat semua Dosen SPS USU Program Studi Agronomi yang telah memberi
ilmunya yang telah membantu. Teman-teman yang sudah banyak membantu dari
program study agronomi 2003, 2004 dan 2005 yang namanya tidak disebutkan satu
persatu.
Pada kesempatan ini juga penulis menghaturkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada ayahanda tercinta (Alm.) H. Abdullah Lubis dan ibunda tercinta (Alm.)
H. Saleha Nasution. Abang-abang dan kakak-kakak tercinta yang sudah banyak
memberikan dukungan baik moril dan materil. Dan juga kepada keponakan-keponakan
tersayang yang sudah memberikan semangat dan bantuannya mulai dari penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Aisyah Lubis, dilahirkan di Muaramais pada tanggal 20 Oktober 1972 dari ayah (Alm.)
H. Abdullah Lubis dan ibu (Alm.) H. Saleha Nasution.
Pendidikan
Tahun 1985 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri No.142633. Muaramais
Tahun 1988 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kotanopan
Tahun 1991 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri di Kotanopan
Tahun 2002 : Lulus dan memperoleh gelar sarjana pertanian dari Fakultas Pertanian,
Jurusan Agronomi Universitas Al-Azhar Medan.
Tahun 2004 : Mulai mengikuti pendidikan sekolah Pascasarjana, program studi
Agronomi universitas Sumatera Utara Medan.
Pengalaman Kerja
Tahun 2003 : Mulai bekerja sebagai staf pengajar di fakultas pertanian jurusan
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
RIWAYAT HIDUP ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
Tinjauan umum kacang Tanah ... 6
Pertumbuhan Kacang Tanah ... 7
Tanah Ultisol ... 8
Mikoriza ... 9
Hubungan Air dengan Tanaman ... 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 15
Tempat dan Waktu penelitian ... 15
Bahan dan Alat ... 15
Metode Analisis Data ... 16
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Peubah Amatan ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
Hasil ... 22
Luas Daun (cm2) ... 22
Panjang Akar ... 26
Volume Akar (cc) ... 30
Ratio Tajuk /Akar (%) ... 33
Laju Asimilasi Bersih (g.m-2.m-1) ... 37
Laju Tumbuh Relatif (g.tan -1.m-1) ... 41
Jumlah Polong Berisi (polong) ... 45
Produksi Pertanaman (g) ... 46
Indeks Panen (%) ... 48
Derajat Infeksi Akar (%) ... 49
Serapan Hara P Tanaman (%) ... 51
Pembahasan ... 53
Pengaruh Perlakuan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah ... 53
Pengaruh Tingkat Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah ... 55
Pengaruh Mikoriza dan Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah ... 56
KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
Kesimpulan ... 60
Saran ... 60
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rataan Luas Daun (cm2) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai tingkatPemberian Air
pada umur 3,5,7,9 mst ... 22
2. Rataan Panjang Akar Terpanjang (cm) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian
Air pada umur 3,5,7,9 mst ... 26
3. Rataan Volume Akar (cc) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai tingkatPemberian Air
pada umur 3,5,7,9 mst ... 30
4. Rataan Ratio Tajuk/Akar (%) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai tingkatPemberian Air
pada umur 3mst ... 33
5. Rataan Rasio Tajuk/Akar (%) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian Air
pada umur 5,7,9 mst ... 34
6. Rataan Laju Asimilasi Bersih 1 (5-3 mst)
Kacang Tanah pada interaksi perlakuan Mikoriza dan
Pemberian Air ... 38
7. Rataan Laju Asimilasi Bersih 2 (7-5 mst)
Kacang Tanah pada interaksi perlakuan Mikoriza dan
Pemberian Air ... 38
8. Rataan Laju Assimilasi Bersih 3 (9-7 mst)
tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada
berbagai tingkatPemberian Air ... 38
9. Rataan Laju Tumbuh Relatif 1 (g.tan-1.m-1)
tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada
berbagai tingkatPemberian Air ... 41
10. Rataan Laju Tumbuh Relatif 2 (g.tan-1.m-1) tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada
11. Rataan Laju Tumbuh Relatif 3 (g.tan-1.m-1)
tanaman Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada
berbagai tingkatPemberian Air ... 42
12. Rataan Jumlah Polong Berisi (polong) tanaman
Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada berbagai
Tingkat Pemberian Air ... 45
13. Rataan Produksi Per Tanaman (g) Kacang Tanah dengan
perlakuan Mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air ... 47
14. Rataan Indeks Panen (%)tanaman Kacang Tanah dengan
perlakuan Mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air ... 48
15. Rataan Derajat Infeksi Akar (%) tanaman
Kacang Tanah denganperlakuan Mikoriza pada barbagai
tingkatPemberian Air ... 50
16. Rataan Serapan Hara P (mg/tan) tanaman
Kacang Tanah dengan perlakuan Mikoriza pada barbagai
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Konseptual Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah dengan pemberian FMA dengan tingkat penyiraman pada
Tanah Ultisol ... 5
2. Hubungan antara Luas Daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian
Air umur 3mst ... 23
3. Hubungan antara Luas Daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian
Air umur 5mst ... 24
4. Hubungan antara Luas Daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian
Air umur 7mst ... 24
5. Hubungan antara Luas Daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat Pemberian
Air umur 9mst ... 25
6. Hubungan antara panjang Akar Terpanjang (cm) perlakuan
pada berbagai tingkat Pemberian Air umur 3mst ... 27
7. Hubungan antara panjang Akar Terpanjang (cm) perlakuan
Pada berbagai tingkat Pemberian Air umur 5 mst ... 28
8. Hubungan antara panjang Akar Terpanjang (cm) perlakuan
Pada berbagai tingkat Pemberian Air umur 7 mst ... 28
9. Hubungan antara panjang Akar Terpanjang (cm) perlakuan
Pada berbagai tingkat Pemberian Air umur 9 mst ... 29
10. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air umur
3, mst ... 31
11. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air umur
12. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air umur
7, mst ... 32
13. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada barbagai tingkat Pemberian Air umur
9, mst ... 32
14. Hubungan antara Ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air umur 3 mst ... 35
15. Hubungan antara Ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air umur 5 mst ... 35
16. Hubungan antara Ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air umur 7 mst ... 36
17. Hubungan antara Ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air umur 9 mst ... 36
18. Hubungan antara LAB (g.m-1.m-1) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza ... 39
19. Hubungan antara LAB (g.m-1.m-1) tanaman
kacang tanah dengan perlakuan Pemberian Air ... 40
20. Hubungan antara LAB (g.m-1.m-1) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air ... 40
21. Hubungan antara LTR(g.tan.-1.m-1) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza ... 43
22. Hubungan antara LTR(g.tan.-1.m-1) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan pemberian air ... 43
23. Hubungan antara LTR(g.tan.-1.m-1) tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan pemberian air ... 44
24. Hubungan antara jumlah polong berisi tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air ... 46
25. Hubungan antara produksi tanaman kacang tanah dengan
26. Hubungan antara indeks panen tanaman kacang tanah
dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air ... 49
27. Hubungan antara Derajat infeksi mikoriza tanaman tanaman
kacang tanah dengan perlakuan mikoriza dan Pemberian Air ... 51
28. Hubungan antara serapan P tanaman tanaman kacang tanah
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Penetapan kadar air tanah ... 64
2. Penetapan kadar air kapasitas lapang ... 65
3. Teknik metode pewarnaan untuk menghitung derajat
Infeksi akar ... 66
4. Deskripsi kacang tanah varietas gajah ... 67
5. Sidik Ragam Luas Daun Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 3 dan 5 mst ... 68
6. Sidik Ragam Luas Daun Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian air umur 7 dan 9 mst ... 69
7. Sidik Ragam Panjang Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 3 dan 5 mst ... 70
8. Sidik Ragam Panjang Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 7 dan 9 mst ... 71
9. Sidik Ragam Volume Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 3 dan 5 mst ... 72
10. Sidik Ragam Volume Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan pemberian Air umur 7 dan 9 mst ... 73
11. Sidik Ragam Ratio Tajuk/Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 3 dan 5 mst ... 74
12. Sidik Ragam Ratio Tajuk/Akar Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air umur 7 dan 9 mst ... 75
13. Sidik Ragam Perhitungan LAB (1 dan 2) Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air ... 76
14. Sidik Ragam Perhitungan LAB 3 dan LTR 1 Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air ... 77
15. Sidik Ragam Perhitungan LTR (2 dan 3) kacang tanah dengan
16. Sidik Ragam jumlah polong dan Produksi Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air ... 79
17. Sidik Ragam indeks panen dan derajat infeksi mikoriza Kacang
Tanah dengan Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air ... 80
18. Sidik Ragam serapan hara P Kacang Tanah dengan
Perlakuan Mikoriza dan Pemberian Air... 81
19. Matrik Korelasi antara peubah dari kombinasi perlakuan mikoriza
RINGKASAN
Aisyah Lubis,”Respon pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah ( Arachis hypogaea . L. ) yang Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dengan Tingkat Pemberian Air pada Tanah Ultisol.” Di bawah bimbingan T. Chairun Nisa sebagai ketua, Rosmayati dan Delvian sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMA dan pemberian air terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Penelitian dilaksanakan di Jl.Bunga Rampai 1 Simalingkar B, Medan Johor, Sumatera Utara bulan April - Juni 2007.
Menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu : pemberian FMA sebagai faktor pertama yang terdiri dari 3 taraf ( 0,5g dan 10g) dan pemberian air sebagai faktor kedua yang terdiri dari 4 taraf (100%, 80%, 60%, dan 40%) kapasitas lapang.
Peubah yang diamati adalah : luas daun (cm2), panjang akar(cm), volume akar(cc), Ratio tajuk/akar (%), Laju asimilasi bersih (g.m-1.h-1), Laju tumbuh relatif (g.tan-1.m-1), Jumlah polong berisi (polong), produksi per tanaman (g), indeks panen (%), Derajat infeksi akar (%), serapan hara P tanaman (mg/tan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian FMA meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah dimana pemberian mikoriza 10 g per tanaman memberikan hasil yang tertinggi. Tingkat pemberian air berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. Dengan kadar air 60 % kapasitas lapang meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah yang tertinggi. Interaksi dua faktor antara mikoriza dan pemberian air meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah. Kombinasi perlakuan 10 g pada kadar air 60 % memberikan hasil yang tertinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya.
ABSTRACT
Aisyah Lubis, “Growth Response and Peanut Production which inoculated with FMA and water supplies levels in ultisol soil. Supervised by T. Chairun Nisa as the chief of commission , Rosmayati and Delvian as members.
The objective experiment was to study how the influences of FMA and water supplies levels on the peanut growth and production. Implemented on Jl.Bunga Rampai 1 Simalingkar B, Medan Johor, Sumatera Utara, from April-June 2007.
Using block randomized design, FMA as the first factors consist of three (0,5g and 10g). The second factor water supplies levels consist of four (100%, 80%, 60% and 40%) water capacity.
The Parameters were observed are The leaf area (cm2), The Length of root (cm), Root’s Volume (cc),toop /root ratio (%), Net Assimilation rate (g.m-1.h-1), Relative crop growth rate (g.tan-1.m-1), The total of fill polong (polong), Production (g), Harvest Index (%), The Grade of mycorrhizal infection (%), Absorbtion of P materials on plantation.
The Result of Reseach relevated that the supplies of FMA can improve the growth and productions of peanut, which supplies of micorryza 10 grams give the highest result. The supplies water influence the growth and production of peanut. Condition with 60 % water capacity improve the growth and productions of peanut. Interaction between two factors, micorryza and water supplies improve the growth and productions of peanut. The combination of micorryza 10 grams in 60 % water capacity give the highest result if compared with another treatment.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Produktivitas kacang tanah di negara-negara tropis seperti Indonesia, India dan
negara-negara di Afrika pada umumnya hampir sama yaitu antara 0,7 ton/ha hingga 1,3
ton/ha. Produksi kacang tanah rata-rata daerah di Indonesia hanya sekitar 1,1 ton/ha.
Tingkat produktivitas hasil yang dicapai ini baru setengah dari hasil riil apabila
dibandingkan dengan negara USA, Cina dan Argentina yang sudah mencapai lebih dari
2,0 ton/ha (Kasno, 2005).
Rendahnya produktivitas kacang tanah di Indonesia disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain : teknik budidaya, hama penyakit, varietas, juga lamanya periode
kekeringan serta luas lahan pertanian yang semakin sedikit karena telah beralih fungsi
jadi pemukiman, pembangunan sarana dan prasarana sosial. Menurut Wahyudi dan
Adrianton (2005) dewasa ini perluasan lahan pertanian diarahkan ke wilayah-wilayah
tanah marginal yang sebagian besar bereaksi masam seperti ultisol yang luasnya
mencapai 30 % dari luas daratan Indonesia.
Menurut Hidayat dan Mulyani (2002) tanah ultisol mempunyai tingkat
kemasaman yang tinggi, kandungan hara makro dan mikro rendah. Selain itu sering
terjadi kekurangan air terutama pada musim kemarau menyebabkan terjadinya cekaman
kekeringan. Keadaan ini mempengaruhi perkembangan morfologi dan proses fisiologi
tanaman sehingga menyebabkan rendahnya hasil.
Masalah utama tanah masam (Ultisol) erat hubungannya dengan ketersediaan hara
fosfat (P). Banyaknya kandungan Fe dan Al yang mengikat fosfat dalam bentuk
Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan menambah unsur hara melalui pemupukan
dan menaikkan kadar pH tanah. Aktivitas ini sudah berlangsung lama dan biasanya
menimbulkan masalah baru yaitu kejenuhan tanah dalam menyerap unsur hara/pupuk
tersebut dan biaya yang sangat tinggi. Untuk itu perlu dilakukan kajian ulang dan
modifikasi pemupukan. Salah satunya dengan memberikan pupuk hayati yang berupa
pemanfaatan kerjasama antara akar tanaman dengan mikroorganisme tanah yang
menguntungkan (Delvian dkk, 2006).
Salah satu alternatif untuk mengatasi cekaman kekeringan dan kekurangan unsur
hara terutama fosfat dalam tanah adalah dengan penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular
(FMA). Fungi mikoriza arbuskular adalah salah satu jasad renik tanah dari kelompok
jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman. Fungi ini mempunyai sejumlah pengaruh
yang menguntungkan bagi tanaman yang bersimbiosis dengannya. Beberapa peneliti
mengemukakan pengaruh yang menguntungkan dari FMA antara lain adalah
kemampuannya yang tinggi dalam meningkatkan penyerapan air dan hara terutama
fosfor.
Selain itu FMA dapat meningkatkan hasil tanaman pada tanah mineral masam
tropika (Widada dan Kabirun 1977). Peningkatan hasil telah dilaporkan pada berbagai
jenis tanaman antara lain : jagung (93,0%), kedelai (56,2 %), padi gogo (25,0 %), kacang
tanah (23,8 %), cabai (22,0 %), dan bawang merah (62,0 %) .
Dari uraian-uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh FMA pada tingkat pemberian air terhadap pertumbuhan dan produksi
Perumusan Masalah
1. Produktifitas kacang tanah secara umum masih rendah, sehingga penelitian berbagai
aspek budidaya sangat diperlukan.
2. Kacang tanah sangat responsif terhadap kekurangan dan kelebihan air. Pada fase
tertentu kekurangan air dapat menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
3. Kendala umum yang dijumpai pada tanah ultisol adalah tanah bereaksi masam,
miskin hara terutama fosfat, kekurangan air pada musim kemarau sehingga
menyebabkan cekaman kekeringan.
4. Penggunaan FMA diperlukan sebagai upaya mengatasi kekurangan air dan unsur hara
terutama fosfat dalam tanah, sehingga hasil dari penelitian diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah pada tanah ultisol.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang tanah terhadap pemberian mikoriza dan air.
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian Fungi Mikoriza Arbuskular dengan berbagai konsentrasi mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi kacang tanah.
2. Tingkat pemberian air mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kacang tanah.
3. Pemberian mikoriza dan pemberian air saling berinteraksi untuk meningkatkan
Kegunaan Penelitian
Diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas khususnya petani,
Tanah ultisol. Status hara buruk P↓ , pH ↓,Al ↑ , Fe↑ Cepat tergenang dan musim kemarau cepat kering
Pertumbuhan tanaman terganggu. sehingga produksi berkurang
Pemberian Fungi Mikoriza
Arbuskular
Pemberian Air Yang cukup
Meningkatkan penyerapan unsur hara dan air
Pertumbuhan meningkat Produksi meningkat
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea,L.) merupakan tanaman polong-polongan atau
legume yang berasal dari Amerika Selatan yang merupakan legume kedua yang
terpenting setelah kedelai. Kacang tanah termasuk kelas Magnoliopsida, ordo Fabales,
famili Fabaceae dan genus Arachis(Anonim, 2006).
Kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0- 500 m dari
permukaan laut. Struktur tanah gembur dan drainase baik dengan keasaman (pH) tanah
antara 6 – 6,5. Dalam masa pertumbuhannya memerlukan cahaya matahari yang cukup.
Tanaman yang masih muda membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhan dan
setelah berumur 2,5 bulan berkurang (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2006).
Budidaya kacang tanah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman palawija lainnya. Disamping itu kacang tanah merupakan tanaman
komersial dan sebagai sumber pendapatan penting bagi petani lahan kering dan lahan
bekas sawah. Resiko kegagalan panen kacang tanah akibat serangan hama penyakit lebih
kecil dibanding kedelai. Produksi kacang tanah memberikan kontribusi sebesar 60 %
dari pendapatan petani ( Sudjadi dan Supriaty, 2001 ).
Pertumbuhan Kacang Tanah
Pertumbuhan tanaman merupakan suatu hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang
dapat diukur sebagai pertambahan bobot basah atau kering, isi, panjang atau tinggi.
penyiangan, pemanenan dan lainnya. Perlakuan tersebut bila tidak diberikan pada fase
yang tepat akan memberikan respon yang berbeda dengan pemberian perlakuan yang
sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman (Trustinah, 1986).
Fase Vegetatif
Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga
awal pembungaan yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam dan selebihnya
adalah fase reproduktif. Fase vegetatif tersebut dibagi menjadi 3 stadia yaitu
perkecambahan, pembukaan kotiledon dan perkembangan daun bertangkai empat
(tetrafoliate). Proses perkecambahan hingga munculnya kotiledon ke permukaan tanah
berlangsung selama 4-6 hari. Keesokan harinya kotiledon tersebut terbuka (Trustinah,
1986). Setelah pemunculan dan terbukanya kotiledon, batang akan memanjang dan tunas
pucuk akan berkembang diikuti oleh perkembangan dua tunas (lateral). Daun kacang
tanah muncul dari buku pada batang utama atau cabang.
Fase Reproduktif
Penandaan fase reproduktif didasarkan atas adanya bunga, buah dan biji.
Trustinah (1986) membagi fase reproduktif kacang tanah menjadi 9 stadia yaitu: mulai
berbunga (R1), pembentukan ginofor (R2), pembentukan polong (R3), polong
penuh/maksimal (R4), pembentukan biji (R5), biji penuh (R6), biji mulai masak (R7),
Tanah Ultisol
Di Indonesia tanah masam terluas terdapat di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Irian.
Di luar pulau Jawa luas lahan ini diperkirakan 34,6 juta hektar dan yang paling luas
penyebarannya di Sumatera yaitu 14,695 juta hektar. Sebahagian telah digunakan
sebagai daerah perluasan areal pertanian dan transmigrasi (Pusat Penelitian Tanah, 1981
dalam Hanum, 1994 ).
Ultisol menempati bagian terluas dari lahan kering di Indonesia. Umumnya
berkembang dari bahan induk tua seperti batuan liat atau batuan vulkanik masam,
mempunyai horizon argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Permeabilitas tanah
ultisol lambat sampai baik. Oleh karena itu di musim kemarau tanaman mudah menderita
kekurangan air. Sebaliknya di musim hujan perakaran tanaman dapat mati karena
penggenangan air setempat ( Sitanggang, 1992 ).
Tingginya Al pada ultisol ini menyebabkan buruknya perkembangan akar.
Dengan demikian sistem perakaran terbatas pada lapisan tanah yang dangkal sehingga
akar tidak dapat memanfaatkan air dan unsur hara yang tersimpan pada subsoil.
Akibatnya tanaman mudah mengalami cekaman air, pertumbuhan terhambat dan biomas
serta hasil yang diperoleh sangat rendah (Bertham dkk, 2003 ).
Diantara semua kendala, kekahatan P merupakan kendala penting dan umum
dijumpai pada tanah masam. Hal ini karena fosfat yang difiksasi oleh mineral liat dalam
tanah sebagai anion diikat oleh oksida dan oksida hidrat Fe dan Al dalam bentuk yang
tidak tersedia untuk diserap tanaman. Akibatnya ketersediaan P sangat rendah bagi
Mikoriza
Jamur yang dapat berasosiasi dangan sistem perakaran tanaman tinggi diistilahkan
dengan mikoriza. Dalam fenomena ini jamur menginfeksi dan mengkoloni akar tanpa
menimbulkan nekrosis sebagaimana biasa terjadi pada infeksi jamur patogen dan
mendapatkan pasokan nutrisi secara teratur dari tanaman. Secara harfiah mikoriza
diartikan sebagai cendawan akar (Rao, 1994).
Usaha untuk meningkatkan penyerapan fosfat dapat dilakukan dengan simbiosis
antara tanaman dengan FMA. Hifa fungi mikoriza dapat meningkatkan pengambilan P
dengan cara memperluas daerah penyerapan dari sistem perakaran tanaman sehingga
dapat dimanfaatkan untuk menambang residu P yang menumpuk dalam tanah. Pengaruh
FMA terhadap pertumbuhan, serapan P dan hasil tanaman dipengaruhi oleh jenis dan
varietas tanaman, jenis tanah, jenis FMA, jenis pupuk, faktor lingkungan (Kabirun,
2002).
Kebutuhan tanaman akan unsur P secara fisiologis dapat mempengaruhi kepekaan
terhadap infeksi. Tanaman yang kebutuhan P nya tinggi biasanya peka dan tanggap.
Terdapat hubungan timbal balik antara ketersediaan P tanah dengan derajat infeksi dan
keberlimpahan spora FMA. Derajat infeksi menurun dengan naiknya ketersediaan P
tanah. Meskipun demikian belum jelas apakah pengaruh negatif itu bersifat langsung
atau melalui mekanisme lain.
Adanya FMA ditandai oleh arbuskula dan vesikula. Arbuskula merupakan suatu
struktur mirip haustoria pada jamur patogen yang dibentuk oleh hifa interseluler 2-3 hari
setelah infeksi dan mempunyai banyak percabangan halus. Vesikula merupakan struktur
dan berisi banyak lipida sehingga dapat berfungsi sebagai cadangan makanan atau pada
kondisi tertentu bertahan sebagai spora. Pada sistem perakaran yang terinfeksi akan
muncul hifa eksternal di sekitar rizosfer dan berfungsi sebagai alat absorbsi unsur hara
(Mosse, 1981).
Pengaruh FMA terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman
yang bermikoriza tumbuh lebih baik daripada tanaman tanpa mikoriza. Dari hasil
penelitian Haryantini dan Santoso (2001) perlakuan FMA jenis Gigaspora margarita
memberikan pengaruh pada beberapa komponen pertumbuhan cabai merah yang terlihat
pada parameter luas daun, berat kering tajuk dan persentase pembentukan buah.
Penyebabnya adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan serapan unsur hara, baik
unsur hara makro maupun mikro. Selain itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur
hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman. Begitu juga dengan hasil yang
diperoleh Kabirun (2002) bahwa inokulasi FMA meningkatkan pertumbuhan tanaman,
serapan P dan hasil padi gogo yang ditanam pada tanah entisol.
Baon (2004) mengatakan bahwa inokulasi FMA menghasilkan respon tanaman
yang positif terhadap lingkar batang, tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun tanaman
kakao. Umar (2003) melaporkan media bermikoriza meningkatkan pertumbuhan tinggi
semai, berat kering total, top- root ratio, dan serapan P semai Eboni di persemaian.
Respon mikoriza pada suplai air dipengaruhi juga oleh kadar air tanah .
Penelitian pengaruh kadar air tanah pada perkembangan jamur FMA masih menunjukkan
hasil yang berbeda namun tanaman bermikoriza yang tumbuh di daerah gurun
menunjukkan bahwa infeksi FMA bisa berkembang dalam kondisi stress air. Mawardi
terhadap cekaman kekeringan. Tanpa FMA cekaman kekeringan secara nyata menekan
panjang akar total tanaman sedangkan dengan pemberian FMA mampu meningkatkan
kemampuan adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan hingga kandungan air tanah
50 % kapasitas lapang. Hal yang sama juga dilaporkan Hapsoh dkk, (2003) bahwa
cekaman kekeringan menyebabkan hasil biji kering, cabang produktif, buku subur,
polong berisi dan jumlah biji menurun. Akan tetapi dengan simbiosis FMA mengurangi
pengaruh cekaman kekeringan terhadap parameter tersebut pada tanaman kedelai.
Menurut Smith dan Read, (1997) beberapa dugaan mengapa tanaman bermikoriza
lebih tahan terhadap kekeringan antara lain adalah:
1. Adanya mikoriza menyebabkan resistensi akar terhadap gerakan air menurun
sehingga transport air ke akar meningkat.
2. Tanaman kahat P lebih peka terhadap kekeringan, adanya FMA menyebabkan
status P tanaman meningkat, sehingga menyebabkan daya tahan terhadap
kekeringan meningkat.
3. Adanya hifa eksternal menyebabkan tanaman bermikoriza lebih mampu
mendapatkan air daripada yang tidak bermikoriza.
4. Tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan, karena pemakaian air
yang lebih ekonomis.
5. Pengaruh tidak langsung karena adanya miselium eksternal menyebabkan FMA
efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah, sehingga kemampuan tanah
Hubungan Air Dengan Tanaman
Suatu tanaman budidaya herba membutuhkan air untuk pertumbuhannya.
Kandungan air pada tanaman bervariasi antara 70-90% tergantung umur, jaringan tertentu
dan lingkungannya. Menurut Fitter (1981) air dibutuhkan tanaman untuk
bermacam-macam fungsi antara lain :
1. Sebagai pelarut dan medium reaksi kimia
2. Medium untuk transfor zat terlarut organik dan anorganik
3. Medium yang memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor menggalakkan
pembesaran sel, struktur tanaman dan penempatan daun.
4. Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul koloid untuk enzim, air hidrasi
membantu memelihara struktur dan memudahkan fungsi katalis.
5. Bahan baku untuk fotosintesis, proses hidrolisis dan rekasi kimia lainnya dalam
tumbuhan
6. Epavorasi (transpirasi) untuk mendinginkan permukaan tanaman
Air bagi pertanian tidak hanya berkaitan dengan aspek produksi tetapi juga
kwalitas hasil. Dalam kondisi kekurangan air, air sangat dibutuhkan untuk mencapai
kwalitas dan kwantitas hasil yang maksimal. Penelitian Sweeny dkk,(2003) di negara
bagian Kansas Amerika Serikat menunjukkan pemberian air pada berbagai fase
pertumbuhan reproduksi kedelai meningkatkan kwantitas dan kwalitas hasil sebesar 20
%. Kurnia dan Hidayat (2001) menyatakan bahwa pemberian air dengan irigasi tetes
sebesar 50 – 70 % dari jumlah yang biasa di berikan petani lahan kering meningkatkan
Secara umum tanaman kacang tanah relatif toleran terhadap kekeringan.
Penggunaan air oleh tanaman kacang tanah selama pertumbuhannya dikendalikan oleh
faktor iklim, agronomis dan varietasnya. Kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman
kacang tanah tergantung iklim yang umumnya berkisar antara 500 hingga 700 mm
(Doorenbos dan Kassam, 1981) yang secara sederhana membagi periode pertumbuhan
tanaman kacang tanah menjadi lima fase yaitu perkecambahan, vegetatif, pembungaan,
pembentukan dan pengisian polong serta pemasakan. Setiap fase pertumbuhan tanaman
tersebut memerlukan air yang berbeda dan mempunyai respon yang berbeda terhadap
kekurangan air. Kekurangan air pada fase pertumbuhan tertentu yang dapat menurunkan
pertumbuhan dan hasil secara nyata dikatakan sebagai fase kritis tanaman terhadap
kekurangan air. Bagi tanaman kacang tanah fase pembungaan merupakan fase paling
kritis atau paling sensitif terhadap kekurangan air kemudian diikuti oleh fase
pembentukan dan pengisian polong. Kekurangan air selama fase pertumbuhan vegetatif
menyebabkan pemunduran saat pembungaan dan panen. Kekurangan air selama fase
pembungaan menyebabkan bunga gugur atau kegagalan dalam proses penyerbukan.
Sedangkan kekurangan air selama pembentukan polong dan pengisian polong akan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik di daerah Simalingkar B, Jl. Bunga Rampai I
Medan selama 4 bulan yakni dari bulan Maret 2007 sampai bulan Juni 2007.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan:
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol yang diambil dari
kebun percobaan PTPN II Sawit Seberang Kab. Langkat, Sumatera Utara. Kacang tanah
varietas Gajah, inokulum mikoriza (Mycofer dengan kandungan : Gigaspora margarita,
Acalauspora tuberculata, Glomus manihotis, Glomus etunicatum ) diperoleh dari BTIG
(Bank of Tropical Indigenous Glomales) Pusat Penelitian Bioteknologi IPB, pupuk urea,
TSP, KCl, KOH 5%, HCl 0,5%, Gliserol, Asam laktat, Trypan blue 0,05 %, aquades.
Alat:
Alat yang digunakan antara lain : cangkul, ayakan, sekop, pisau, polybag, bambu, kawat,
plastik, alat-alat ukur seperti: timbangan, gelas ukur, Leaf Area Meter (Cl 201 ClD,lnc)
oven, alat tulis, hand sprayer, ember, selang air, mikroskop, eksikator, erlenmeyer,
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial dengan menggunakan dua faktor yaitu:
Faktor pertama pemberian mikoriza (M) yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
M1 = Tanpa pemberian mycofer
M2 = 5 g mycofer /polybag
M3 = 10g mycofer / polybag
Faktor kedua tingkat pemberian air (A) terdiri dari 4 taraf yaitu:
A1 = 100 % kapasitas lapang
A2 = 80 % kapasitas lapang
A3 = 60 % kapasitas lapang
A4 = 40 % kapasitas lapang
Dengan demikian diperoleh sebanyak 12 kombinasi perlakuan dan setiap
kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari
10 polybag sampel dimana 8 polybag di gunakan untuk analisa pertumbuhan dan 2
untuk produksi, sehingga jumlah seluruhnya adalah 12 x 3 x 10 = 360 polybag tanaman
dengan 1 tanaman/polybag.
Metode Analisis Data
Percobaan yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan model matematis sebagai berikut:
Y
ijk=
μ
+
σ
i+
α
j+
β
k+
αβ
jk+
ε
ijkY
ijk = Hasil pengamatan pada pemberian FMA ke-j, taraf pemberian air ke- k danulangan ke i
μ
= Pengaruh nilai tengah
σ
i = Pengaruh ulangan ke-iα
j=
Pengaruh pemberian FMA ke- jβ
k = Pengaruh taraf pemberian air ke- kαβ
jk = Pengaruh interaksi dari pemberian FMA ke-j, taraf pemberian air ke-kε
ijk=
Pengaruh acak dari pemberian FMA ke-j, taraf pemberian air ke-k dan ulanganke –i
Data hasil pengamatan disusun dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika
pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata
atau sangat nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan
dengan uji DMRT pada taraf 5% dan 1%.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan tanah
Tanah topsoil diambil dari desa kebun percobaan PTPN II Sawit Seberang Kab.
Langkat. Tanah dikering anginkan terlebih dahulu selama seminggu lalu dihaluskan dan
diayak dengan ayakan berdiameter ± 6mm, sambil dibersihkan dari sampah dan kotoran.
Persiapan tanam
Tanah yang sudah disediakan dimasukkan kedalam polybag. Kemudian polybag
disusun dalam blok dengan jarak antar unit perlakuan 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Sehari sebelum penanaman dilakukan pemupukan dengan Urea, TSP dan KCl sebagai
pupuk dasar.
Penanaman dan pemberian inokulum
Inokulum FMA diberikan sesuai dengan perlakuan dengan cara meletakkannya
pada lobang tanam yaitu sekitar 5 cm dibawah permukaan tanah kemudian ditutup
dengan tanah. Benih kacang tanah ditanam 2 cm dibawah permukaan tanah sebanyak 2
biji/polybag.
Pemeliharaan tanaman
Sampai tanaman berumur 2 minggu pemberian air tetap diberikan pada kondisi
kapasitas lapang untuk tiap polybag. Setelah itu tanaman dalam polybag disiram sesuai
dengan perlakuan masing-masing. Pada umur 2 minggu dilakukan penjarangan dengan
meninggalkan 1 tanaman per polybag. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara
manual tergantung kondisi di lapangan.
Perlakuan pemberian air
Untuk menentukan jumlah volume air yang diberikan dihitung dengan metode
Pembumbunan
Pembumbunan tujuannya adalah supaya semua ginofor yang terbentuk dapat masuk ke
dalam tanah yang dilakukan 2 kali dengan cara menambahkan tanah sebanyak 1 kg
untuk tiap polybag untuk setiap pembumbunan.
Peubah Amatan
1. Luas daun (cm2)
Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter yang dilakukan
pada saat tanaman berumur 3, 5, 7 dan 9 minggu setelah tanam.
2. Panjang akar terpanjang (cm)
Panjang akar terpanjang diperoleh dengan mengukur akar terpanjang dari
tanaman dengan menggunakan meteran yang diukur pada umur 3, 5, 7 dan 9
minggu setelah tanam.
3. Volume akar (cc)
Volume akar diperoleh dengan menggunakan gelas ukur yang diisi air. Kemudian
akar dimasukkan kedalamnya, berapa banyak pertambahan volume air merupakan
volume akar yang diukur pada umur 3, 5, 7 dan 9 minggu setelah tanam.
4. Rasio tajuk /akar (%)
Rasio tajuk/akar merupakan hasil dari berat kering tajuk dibagi dengan berat
kering akar dimana berat kering tajuk diperoleh dengan pengeringan oven selama
48 jam dengan suhu 70°C. Demikian juga dengan berat kering akar yang diukur
pada saat tanaman berumur 3, 5, 7 dan 9 minggu setelah tanam.
Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari
Assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno,1995). Dihitung pada umur 3,
5, 7 dan 9 minggu setelah tanam, dengan persamaan sebagai berikut:
(
)
Dimana: W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2
A1 dan A2 = Luas daun pengamatan ke 1 dan 2
T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke 1 dan 2
6. Laju tumbuh relatif (g.tan. -1.hari-1)
Laju tumbuh relatif merupakan hasil bahan kering persatuan bahan kering akhir
dan awal dilakukan dan dihitung bersamaan dengan LAB dengan cara menimbang
bobot kering tanaman melalui pengeringan oven dengan suhu 60°C selama 72 jam
dengan persamaan sebagai berikut :
(
)
Dimana : W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke 1 dan 2
T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke 1 dan 2
7. Jumlah polong berisi (polong)
Jumlah polong berisi dihitung pada saat panen yang dihitung hanya
polong-polong yang bernas (berisi).
8. Produksi tanaman per sampel (gram)
Produksi tanaman dihitung pada saat panen yaitu dengan menimbang berat dari
polong berisi (biji).
Indeks panen merupakan hasil produksi pertanaman dibagi total berat kering
tanaman secara keseluruhan mulai umur pengamatan 3, 5, 7 dan 9 minggu.
EY x 100 % dimana : EY = Economic Yield BY BY = Biological Yield
10. Derajat infeksi mikoriza (%)
Derajat infeksi mikoriza merupakan indikator daya infeksi mikoriza pada akar
tanaman, diamati di laboratorium dengan mengambil contoh akar tanaman
memakai metode pewarnaan. Dihitung pada saat tanaman berumur 5 minggu
setelah tanam. Tahapan kerjanya dapat dilihat pada Lampiran 3.
11. Serapan hara P tanaman (mg/tan)
Untuk mengetahui serapan P tanaman dilakukan analisis kadar P di laboratorium
dengan metode destruksi kering. Analisis dilakukan pada saat tanaman berumur 9
minggu. Serapan P merupakan hasil kali dari kadar P dengan berat kering
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Luas Daun (cm2)
Sidik ragam luas daun (cm2) tanaman kacang tanah umur 3, 5, 7 dan 9 mst
(minggu setelah tanam) terdapat pada Lampiran 5 dan 6. Dari hasil sidik ragam
diperoleh bahwa perlakuan mikoriza, tingkat pemberian air serta interaksinya
memberikan pengaruh yang sangat nyata dan uji beda rataan luas daun (cm2) disajikan
pada Tabel 1 .
Tabel 1. Rataan Luas Daun (cm2) Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air Umur 3, 5, 7 dan 9 mst serta uji bedanya.
M2A4 50.563fF 95.487cB 140.640eE 253.107cdBCD
M3A1 51.567eE 83.053dC 136.380fF 240.230deCD
M3A2 57.297dD 111.450aA 165.930cC 274.590bcBC
M3A3 70.740aA 114.740aA 208.800aA 342.813aA
M3A4 59.840cC 101.823bB 164.930dD 289.953bB
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Dari hasil uji beda rataan (Tabel 1) dapat dilihat dari semua umur pengamatan (3,
5, 7 dan 9 mst) bahwa perlakuan tanpa mikoriza menghasilkan luas daun yang relatif
lebih kecil daripada perlakuan dengan mikoriza dan luas daun terkecil dihasilkan oleh
kombinasi perlakuan M1A4. Pada umur pengamatan 9 mst luas daun terbesar dihasilkan
perlakuan lain. Luas daun terkecil dihasilkan oleh kombinasi perlakuan M1A4 (149.363
cm2) yang berbeda sangat nyata dengan semua kombinasi perlakuan lain kecuali dengan
M1A3 (154.673 cm2) yang berbeda tidak nyata. Hubungan antara luas daun tanaman
kacang tanah pada masing-masing umur tanaman dengan perlakuan mikoriza pada
berbagai tingkat pemberian air disajikan pada Gambar 2, 3, 4 dan 5.
Gambar 2. Hubungan antara luas daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 3 mst.
YA4 = 59.958 + 4.7703M ,r = 0.848 YA3 = 56.837 + 16.524M - 1.0734M2, r = 1
Ymaks = 120.43 pada mikorhiza 7.70 g
YA2 = 79.422 + 3.252M, r = 0.997
YA4 = 91.536 + 7.8357M, r = 0.954
Gambar 4. Hubungan antara luas daun (cm2) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 7 mst. perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 9 mst.
Pada Gambar 2, 3, 4 dan 5 dapat dilihat adanya hubungan linier positif antara
luas daun tanaman kacang tanah umur 3, 7 dan 9 mst dengan perlakuan mikoriza pada
berbagai tingkat pemberian air. Pada umur pengamatan 5 mst terlihat hubungan yang
kuadratik pada YA3 dengan Ymaks = 120.43 pada mikoriza 7.70g. Dari grafik umur
terkecil untuk keadaan kapasitas lapang. Tetapi pemberian mikoriza sebanyak 5g dan 10g
lebih meningkatkan luas daun pada kadar air 80%, 60%, dan 40%. Luas daun terbesar
diperoleh dari pemberian mikoriza 10g pada kadar air 60%. Sedangkan dengan
pemberian air 100% walaupun diberi mikoriza 5g dan 10 g pertambahan luas daunnya
tidak begitu tinggi dibanding dengan perlakuan air lainnya.
Panjang Akar Terpanjang(cm)
Sidik ragam panjang akar tanaman kacang tanah umur 3, 5, 7 dan 9 mst terdapat
pada Lampiran 7 dan 8. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan mikoriza,
tingkat pemberian air serta interaksinya memberikan pengaruh sangat nyata, dan uji beda
rataannya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Panjang Akar Terpanjang (cm) Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air Umur 3, 5, 7 dan 9 mst, serta uji bedanya.
Panjang Akar (cm) pada Umur (mst) Perlakuan
Dari hasil uji beda rataan (Tabel 2) dapat dilihat dari semua umur
pengamatan (3, 5, 7 dan 9 mst) bahwa panjang akar terpanjang dihasilkan oleh kombinasi
perlakuan M3A3 dengan pemberian mikoriza 10g pada kadar air 60% dari kapasitas
lapang dan panjang akar terpendek dihasilkan oleh kombinasi perlakuan M1A1 yaitu tanpa
mikoriza pada kondisi kapasitas lapang.
Pada umur pengamatan 9 mst panjang akar terpanjang dihasilkan oleh kombinasi
perlakuan M3A3 (34.600cm2) yang berbeda tidak nyata dengan M3A4(33.733 cm2), M3A2
(31.500cm2), M2A4 (33.733 cm2) tetapi berbeda nyata dengan semua kombinasi
perlakuan lainnya. Panjang akar terpendek dihasilkan oleh kombinasi perlakuan M1A1
(21.450cm2) yang berbeda tidak nyata dengan M1A2, M1A43, M1A4 dan M2A1. Hubungan
antara panjang akar tanaman kacang tanah pada masing-masing umur tanaman dengan
perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air dapat dilihat pada Gambar 6, 7, 8
dan 9.
YA4 = 9.000 + 0.870M - 0.060M2 ,r = 1
Ymaks = 12.154 pada mikorhiza 7.25 g
YA3 = 9.0056 + 0.4767M , r = 0.978
YA4 = 14.483 + 0.5300M, r = 0.994
Gambar 7. Hubungan antara panjang akar (cm) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 5 mst.
YA4= 17.600 + 0.7800M, r = 0.953
YA4 = 24.20 + 2.860M - 0.1907M2,r = 1
Ymaks = 34.923 pada mikorhiza 7.50 g
YA3 = 22.889 + 1.1933M, r = 0.996
Gambar 9. Hubungan antara panjang akar (cm) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur9 mst.
Pada Gambar 6, 7, 8 dan 9 dapat dilihat adanya hubungan linier positif (5 dan 7
mst) antara perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air terhadap panjang
akar. Umur pengamatan 3 mst diperoleh hubungan yang kuadratik yaitu YA4 dengan
Ymaks = 12.154 pada mikoriza 7.25g dan pada umur pengamatan 9 mst yaitu YA4
dengan Ymaks = 34.923 pada mikoriza 7.50g. Pemberian mikoriza lebih
memperpanjang akar bila diberikan pada kadar air 60% dan 40% untuk semua umur
pengamatan. Pemberian mikoriza sebanyak 10g pada kadar air 40% dan 60% pada
pengamatan 9 mst menunjukkan panjang akar yang terpanjang yang tidak berbeda nyata
satu sama lain. Sedangkan pemberian mikoriza 10g pada kondisi air 100 % mempunyai
panjang akar yang berbeda nyata dengan kondisi air lainnya.
Volume Akar (cc)
Sidik ragam volume akar tanaman kacang tanah umur 3, 5, 7 dan 9 mst terdapat
mikoriza, pemberian air serta interaksinya memberikan pengaruh yang sangat nyata dan
uji beda rataannya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan volume akar (cc) Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air Umur 3, 5, 7 dan 9 mst, serta uji bedanya.
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Dari hasil uji beda rataan (Tabel 3) dapat dilihat dari semua umur pengamatan (3,
5, 7 dan 9 mst) bahwa perlakuan tanpa mikoriza dan kondisi air pada kapasitas lapang
(M1A1) diperoleh volume akar yang terkecil. Dengan perlakuan mikoriza 5g volume akar
terbesar dihasilkan oleh kombinasi perlakuan M2A4 dan yang terkecil dihasilkan oleh
kombinasi perlakuan M2A1. Sedangkan perlakuan mikoriza 10g pada kadar air 60%
(M3A3) pada umur 3, 5 dan 7 mst mempunyai volume akar terbesar dan umur 9 mst
volume akar terbesar pada perlakuan pemberian mikoriza 10g pada kadar air 40%
(M3A4). Hubungan antara volume akar tanaman kacang tanah pada masing-masing umur
tanaman dengan perlakuan mikoriza dan pemberian air disajikan pada Gambar 10, 11, 12
YA4 = 0.275 + 0.0817M, r = 0.908
Gambar 10. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 3 mst.
YA4 =3.6583 + 0.425M, r = 0.972
YA4 = 7.9556 + 0.3500M, r = 0.940
Gambar 12. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 7 mst.
YA4 = 10.592 + 0.6250M, r = 0.844
Gambar 13. Hubungan antara volume akar (cc) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 9 mst.
Dari Gambar 10, 11, 12 dan 13 dapat dilihat adanya hubungan linier positif antara
perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air terhadap volume akar.
Pemberian mikoriza lebih memperbesar volume akar bila diberikan pada kadar air 60 %
air 40% pada pengamatan 9 mst menunjukkan volume akar yang terbesar yang berbeda
sangat dengan tingkat pemberian air lainnya.
Ratio Tajuk/Akar (%)
Sidik ragam ratio tajuk/akar tanaman kacang tanah umur 3, 5, 7 dan 9 mst
terdapat pada Lampiran 11dan 12. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa pada umur 3
mst pengaruh perlakuan mikoriza memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap rasio
tajuk/akar sedangkan pada umur 5, 7 dan 9 mst kombinasi perlakuan mikoriza, tingkat
pemberian air serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap ratio tajuk/akar dan uji beda
rataannya pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Rataan Ratio Tajuk/akar Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air Umur 3 mst, serta uji bedanya.
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
A1 (100) A2 (80) A3 (60) A4 (40)
Rataan
M1 (0) 12.833 18.697 12.908 15.370 14.952aA
M2 (5) 11.390 8.508 6.634 5.664 8.049bB
M3 (10) 5.019 3.456 3.263 3.101 3.710cC
Rataan 29.242 30.661 22.806 24.135
Tabel 5. Rataan Ratio Tajuk/akar Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air Umur 5, 7 dan 9 mst serta uji bedanya.
Ratio Tajuk/Akar (%) pada Umur (mst) Perlakuan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tanaman kacang tanah umur 3 mst tanpa
mikoriza menghasilkan ratio tajuk/akar yang tertinggi yaitu (M1) (14.952 %) yang
berbeda sangat nyata dengan (M2) (8.049 %) dan (M3) (3.710 %) .
Umur 5 mst ratio tajuk/akar yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan tanpa
mikoriza pada kadar air 40% sedangkan yang terendah yaitu perlakuan mikoriza 5g pada
kondisi air 40% (M2A4). Sedangkan ratio tajuk/akar umur 7 dan 9 mst yang tertinggi
diperoleh dari kombinasi perlakuan mikoriza 10g pada kadar air 60% (M3A3). Ratio
tajuk/akar yang terkecil pada umur 9 mst diperoleh dari perlakuan tanpa mikoriza dengan
kadar air 60% (M1A3) yang tidak berbeda nyata dengan (M1A4).
Hubungan antara ratio tajuk/akar tanaman kacang tanah pada masing-masing
umur tanaman dengan perlakuan mikoriza dan tingkat pemberian air disajikan pada
Gambar 14. Hubungan antara ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza umur 3 mst.
YA4= 20.041 - 3.3213M - 0.2222M2, r = 1
Ymin = 7.63 pada mikorhiza 7.47 g YA2 = 15,732 - 0,2759M r = 0,993
YA1 = 14.671 + 0.953M - 0.1021M2, r = 1
Ymaks = 16.90 pada mikorhiza 4.67 g
YA3 = 16,622 - 0,7183M r = 0,9278
Gambar 16. Hubungan antara ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 7 mst.
YA4 = 11.875 + 0.2646M , r = 0.977 YA3 = 11.188 + 0.5293M , r = 0.997
YA2 = 12.272 + 0.7099M - 0.0575M2, r = 1
Ymaks = 14.463 pada mikorhiza 6.17 g
YA1 = 15.14 - 0.8881M - 0.0705M2,r = 1
Ymin = 12.94 pada mikorhiza 6.30 g
11,0
Gambar 17. Hubungan antara ratio tajuk/akar (%) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air umur 9 mst.
Gambar 14, 15, 16 dan 17 dapat dilihat hubungan pemberian mikoriza dengan
ratio tajuk/akar tanaman kacang tanah umur 3 mst menggambarkan hubungan yang linier
negatif. Perlakuan tanpa mikoriza (M1) memberikan hasil ratio akar/tajuk yang tertinggi.
pemberian mikoriza 5g pada kondisi kapasitas lapang memberikan ratio tajuk/akar
tertinggi dengan Y maks = 16.90 pada mikoriza 4.67g penambahan mikoriza menurunkan
ratio tajuk/akar. Pemberian mikoriza sampai 10g pada kadar air 80%, 60% dan 40%
menurunkan ratio tajuk/akar. Sedangkan pada umur 7 mst pemberian mikoriza pada
berbagai kadar air (100%, 80%, 60% dan 40%) meningkatkan ratio tajuk/akar dan ratio
tajuk /akar yang terendah diperoleh pada kadar air 40% kapasitas lapang. Pada umur 9
mst peranan pemberian mikoriza pada kadar air 40% sangat nyata pengaruhnya
meningkatkan ratio tajuk akar.
Laju Asimilasi Bersih (g.m-2.m-1)
Sidik ragam LAB(1, 2 dan 3) tanaman kacang tanah terdapat pada Lampiran 13
dan 14. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan pemberian mikoriza pada
LAB1 tidak memberikan pengaruh yang nyata tetapi pada LAB2 kombinasi perlakuan
mikoriza, pemberian air serta interaksinya memberikan pengaruh yang nyata.
Sedangkan pada LAB3 perlakuan pemberian air memberikan pengaruh yang nyata. Dan
uji beda rataannya terdapat pada Tabel 6, 7, dan 8.
.
Tabel 6. Rataan LAB1 (5-3 mst) (g.m-1.m-1) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
A1 (100) A2 (80) A3 (60) A4 (40)
Rataan
M1 (0) 11.264 30.583 8.299 6.874 14.255
M2 (5) 11.189 19.179 21.524 20.861 18.188
M3 (10) 9.697 25.374 26.556 18.482 20.027
Tabel 7. Rataan LAB2 (7-5 mst) (g.m-1.m-1) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
Tabel 8. Rataan LAB3 (9-7 mst) (g.m-1.m-1) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Tingkat Pemberian Air
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
Pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan mikoriza pada berbagai
tingkat pemberian air diperoleh LAB2 yang tertinggi pada perlakuan M3A4 (51.170 g.m
-1
.m-1) yaitu pemberian mikoriza 10g pada kadar air 40% dari kapasitas lapang, dan
(M1A2) (2.372 g.m-2.m-1) merupakan LAB2 terendah yang berbeda tidak nyata dengan
M1A1, M1A3, M1A4, M2A1 dan M2A2.
Pada tabel 8 tidak terdapat interaksi kombinasi perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat
pemberian air terhadap LAB3 akan tetapi pengaruh tunggal perlakuan tingkat pemberian
air 100 % (A1) memberikan LAB3 yang tertinggi (21.630 g.m-2.m-1) yang berbeda tidak
nyata dengan (A2) (19.030 g.m-2.m-1) diikuti (A4) (18.490 g.m-2.m-1) tetapi berbeda nyata
Penampilan laju asimilasi bersih umur (5-3), (7-5) dan (9-7) mst tanaman kacang
tanah dengan perlakuan mikoriza dan tingkat pemberian air disajikan pada Gambar 18
dan 19 serta interaksinya pada Gambar 20.
Gambar 18 .Laju asimilasi bersih (g.m-2,m-1) umur (5-3), (7-5) dan (9-7) mst Tanaman kacang tanah pada perlakuan mikoriza
0 Kacang Tanah pada kombinasi perlakuan mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Gambar 18 dan 19 , dapat dilihat perlakuan mikoriza (M2) 5 g / tanaman umur (5-3),
(7-5) dan (9-7) mst laju asimilasi bersihnya meningkat yang diikuti perlakuan (M3) 10
g/tanaman, setelah umur (9-7) mst LAB-nya menurun. Perlakuan tanpa mikoriza (M1) 0
g/tanaman juga sama dengan perlakuan (M3) LAB-nya menurun.. Umur (5-3) mst pada
semua tingkat pemberian air LAB meningkat tetapi menurun pada umur (7—5) dan (9-7)
mst. Perlakuan tingkat pemberian air 80 % lebih tinggi LAB- nya pada umur (5-3) mst
dan menurun pada umur (7-5) mst tapi umur (9-5) mst LAB naik meskipun
Laju Tumbuh Relatif (g. tan-1.m-1)
Sdik ragam LTR (1, 2 dan 3) tanaman kacang tanah terdapat pada Lampiran 14 b
dan 15. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa kombinasi perlakuan mikoriza, tingkat
pemberian air serta interaksinya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap LTR1
dan LTR2 sedangkan pada LTR3 tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dan uji beda
rataannya dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 9. Rataan LTR1 (5-3 mst) (g.m-2.m-1) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
Tabel 10. Rataan LTR2 (7-5 mst) (g.m-2.m-1) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g) Perlakuan Mikoriza pada berbagai Tingkat Pemberian Air
Pada Tabel 9 dan 10 dapat dilihat tanpa bahwa perlakuan mikoriza pada kadar air
40% dari kapasitas lapang LTR1 tertinggi dihasilkan oleh kombinasi M1A4 yang saling
berbeda tidak nyata dengan M1A3. Tetapi pada LTR2 yang tertinggi dihasilkan oleh
perlakuan mikoriza 10 g pada kadar air 80 % (M3A2) yang berbeda tidak nyata dengan
(M3A1) (M3A4) dan (M3A3).
Penampilan laju tumbuh relatif umur (5-3), (7-5) dan (9-7) minggu tanaman
kacang tanah dengan perlakuan mikoriza dan tingkat pemberian air disajikan pada
Gambar 21 dan 22 serta interaksinya pada Gambar 23.
Tanaman Kacang Tanah pada Perlakuan Tinggkat Pemberian Air
0
sedikit meningkat umur (9-7) mst. Perlakuan mikoriza 5 g dan 10 g pertanaman umur
(5-3) mst menghasilkan LTR tertinggi dan umur (7-5) dan (9-7) LTR-nya menurun.
Perlakuan pemberian air umur (5-3) mst pada masing-masing tingkat pemberian air
umumnya meningkatkan LTR tetapi menurun setelah umur (7-5) dan (9-7) mst.
Jumlah Polong Berisi (polong)
Sidik ragam jumlah polong berisi tanaman kacang tanah terdapat pada Lampiran
16. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa kombinasi perlakuan mikoriza, tingkat
pemberian air serta interaksinya memberikan pengaruh yang sangat nyata dan uji beda
rataannya disajikan pada Tabel 12
Tabel 12. Rataan jumlah polong berisi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air serta uji bedanya.
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa jumlah polong berisi yang terbanyak
ditemukan pada kombinasi perlakuan (M3A3) (36.333 polong) yang berbeda sangat nyata
dengan semua kombinasi perlakuan sedangkan (M1A4) (8.333 polong) merupakan jumlah
polong berisi yang paling sedikit.
Hubungan antara jumlah polong berisi tanaman kacang tanah dengan perlakuan
YA4 = 7.6667 + 1.0667M, r = 0.955
Gambar 24. Hubungan antara Jumlah Polong Berisi (polong) Tanaman Kacang Tanah dengan Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air
Dari Gambar 24, dapat dilihat bahwa perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat
pemberian air menunjukkan hubungan yang linear positif. Perlakuan tanpa mikoriza
pada semua kondisi perlakuan air menghasilkan jumlah polong berisi yang paling sedikit.
Tetapi dengan perlakuan mikoriza 5g dan 10g jumlah polong berisi meningkat dan hasil
jumlah polong berisi yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pemberian air 60% dan
yang terendah dihasilkan oleh perlakuan air 40 % kapasitas lapang .
Produksi Per Tanaman (g)
Sidik ragam produksi pertanaman kacang tanah terdapat pada Lampiran 16 B.
Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa kombinasi perlakuan mikoriza, pemberian air,
serta interaksinya memberikan pengaruh yang sangat nyata.dan uji beda rataannya
disajikan pada Tabel 13.
Tingkat Pemberian Air (%)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa produksi pertanaman yang tertingi hasilkan
oleh kombinasi perlakuan (M3A3) (57.793 g) yang berbeda sangat nyata dengan semua
kombinasi perlakuan dan (M1A4) (25.863 g) merupakan produksi tanaman yang terendah.
Hubungan antara produksi pertanaman (g) tanaman kacang tanah dengan
perlakuan mikoriza dan tingkat pemberian air ditampilkan pada Gambar 25.
YA4 = 25.771 + 1.1093M, r = 0.999
Gambar 25. Hubungan antara produksi (g) tanaman kacang tanah dengan perlakuan mikoriza pada berbagai tingkat pemberian air
Dari Gambar 25, dapat dilihat hubungan antara perlakuan mikoriza pada berbagai
tingkat pemberian air terhadap produksi pertanaman linear positif. Perlakuan tanpa
mikoriza pada semua kadar air menurunkan produksi pertanaman. Tetapi perlakuan
Indeks Panen (%)
Sidik ragam indeks panen tanaman kacang tanah terdapat pada Lampiran 17.
Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan mikoriza, tingkat pemberian air serta
interaksinya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap indeks panen, namun
pengaruh tunggal perlakuan mikoriza berpengaruh sangat nyata dan uji beda rataannya
ditampilkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Rataan Indeks Panen (%) Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Mikoriza dan Tingkat Pemberian Air serta uji bedanya.
Tingkat Pemberian Air (%) Mikorhiza (g)
A1 (100) A2 (80) A3 (60) A4 (40)
Rataan
M1 (0) 53.728 56.168 52.138 52.325 53.555 A
M2 (5) 48.363 46.965 45.615 45.720 46.691 B
M3 (10) 32.063 35.168 39.633 36.732 35.899 C
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil/besar yang tidak sama pada kolom yang sama, menunjukkan berbeda nyata/sangat nyata pada taraf 5 % dan 1 % berdasarkan DMRT
Pada Tabel 14, dapat dilihat bahwa indeks panen tertinggi dengan perlakuan tanpa
mikoriza dihasilkan oleh (M1) (53.555 %) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan
mikoriza (M2) (46.691 %) dan (M3) (35.899 %).
Hubungan antara indeks panen dengan berbagai perlakuan mikoriza ditampilkan pada