• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

UJI BERBAGAI JENIS KOMODITI PADA ALAT PENCETAK

KERIPIK BIJI-BIJIAN

SKRIPSI

OLEH

RIZKI AMINULLAH LUBIS 100308031

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

UJI BERBAGAI JENIS KOMODITI PADA ALAT PENCETAK

KERIPIK BIJI-BIJIAN

SKRIPSI

OLEH :

RIZKI AMINULLAH LUBIS 100308031

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si ) Ketua

(3)

ABSTRAK

RIZKI AMINULLAH LUBIS : Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Salah satu keunggulan penerapan mekanisasi pertanian yang tepat adalah peningkatan nilai jual produk olahan hasil pertanian dibandingkan dengan nilai produk pertanian yang masih mentah. Selain biji melinjo yang sudah populer diolah menjadi emping, biji nangka, cempedak dan biji durian juga memiliki potensi diolah menjadi keripik seperti emping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji jenis komoditi pada alat pencetak keripik biji-bijian serta menghitung kapasitas produksi dan organoleptik hasil cetakan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Februari 2015 sampai Maret 2015 menggunakan komoditi biji cempedak, biji durian dan biji nangka. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif terbaik dengan komoditi biji durian sebesar 14,44kg/jam.

Kata kunci : Alat pencetak keripik biji-bijian, biji cempedak, biji durian, biji nangka

ABSTRACT

RIZKI AMINULLAH LUBIS : Commodity Variation Test With Seed Chip Molder, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

One of agricultural mechanization excellence is to improve agricultural product value compered to the row one. Beside melinjo that has been popular to become chip, cempedak’s seed, jackfruit’s seed, and durian’s seed else can be processed to be come chip. This research was aimed at testing the effective commodity types on chip’s maker machine. Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in February 2015 until March 2015 using cempedak seed, durian seed and jackfruit seed. Parameters observed were effective capacity on and organoleptic test. The results showed that the best capacity using durian seeds i.e 14,44 kg/hour.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Rizki Aminullah Lubis, dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Oktober 1992 dari ayahanda almarhum Drs. M. Reza Iskandarsyah lubis dan Ibunda Rini Haryani, SE. Anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Harapan 1 Medanpada tahun 2010 dan diterima di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft ini.

Draft ini berjudul “Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-bijian” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Orangtua penulis, Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan draft ini. Penulis menyadari bahwa draft ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan draft ini pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga draft ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, April 2015

(6)

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR ... i

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Cempedak ... 4

Durian ... 6

Nangka ... 7

Uji Organoleptik... 9

Elemen Alat Pencetak Keripik Biji-bijian... 9

Motor Listrik... 9

V-Belt ... 10

Pulley ... 10

Speed Reducer ... 11

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 11

Analisis Ekonomi ... 12

Biaya Pemakaian Alat ... 12

Break Even Point... 13

Net Present Value ... 14

Internal Rate of Return... 15

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Penelitian ... 16

Metode Penelitian ... 16

Prosedur Penelitian ... 17

Parameter Penelitian ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Sangrai ... 21

Proses Pencetakan ... 22

Kapasitas Efektif Alat ... 23

Persentase Kerusakan Bahan... 26

Analisis Ekonomi Biaya Pemakaian Alat ... 27

Break Even Point ... 28

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Uji Organoleptik Warna Keripik Biji-Bijian ... 18

2. Uji Organoleptik Rasa Keripik Biji-Bijian ... 18

3. Data Kapasitas Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Biji Cempedak) ... 24

4. Data Kapasitas Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Biji Durian) ... 25

5. Data Kapasitas Kerja Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Biji Nangka) ... 25

6. Perbandingan Kapasitas Alat Terhadap Setiap Komoditi ... 26

7. Perbandingan Persentase Kerusakan Bahan Terhadap Setiap Komoditi ... 27

8. Biaya Pokok Pembuatan Keripik Biji Cempedak ... 28

9. Biaya Pokok Pembuatan Keripik Biji Durian ... 28

10.Biaya Pokok Pembuatan Keripik Biji Nangka ... 28

11.BEP Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Keripik Biji Cempedak) ... 29

12.BEP Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Keripik Biji Durian) ... 29

13.BEP Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian (Keripik Biji Nangka) ... 29

14.Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak (Biji Cempedak) ... 37

15.Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak (Biji Durian) ... 38

16.Data Kapasitas Alat dan Persentase Bahan Rusak (Biji Nangka) ... 39

17.Uji Organoleptik Keripik Biji Cempedak ... 40

18.Uji Organoleptik Keripik Biji Durian ... 41

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart Penelitian ... 35

2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak ... 36

3. Uji Organoleptik Keripik Biji-Bijian ... 40

4. Biaya Pemakaian Alat (Keripik Biji Cempedak) ... 43

5. Biaya Produksi ... 44

6. Break Even Point (Keripik Biji Cempedak) ... 47

7. Net Present Value (Keripik Biji Cempedak) ... 49

8. Internal Rate of Return (Keripik Biji Cempedak) ... 52

9. Biaya Pemakaian Alat (Keripik Biji Durian) ... 54

10.Biaya Produksi ... 55

11.Break Even Point (Keripik Biji Durian) ... 58

12.Net Present Value (Keripik Biji Durian) ... 60

13.Internal Rate of Return (Keripik Biji Durian) ... 63

14.Biaya Pemakaian Alat (Keripik Biji Nangka) ... 65

15.Biaya Produksi ... 66

16.Break Even Point (Keripik Biji Nangka) ... 69

17.Net Present Value (Keripik Biji Nangka) ... 71

18.Internal Rate of Return (Keripik Biji Nangka) ... 74

(9)

ABSTRAK

RIZKI AMINULLAH LUBIS : Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Salah satu keunggulan penerapan mekanisasi pertanian yang tepat adalah peningkatan nilai jual produk olahan hasil pertanian dibandingkan dengan nilai produk pertanian yang masih mentah. Selain biji melinjo yang sudah populer diolah menjadi emping, biji nangka, cempedak dan biji durian juga memiliki potensi diolah menjadi keripik seperti emping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji jenis komoditi pada alat pencetak keripik biji-bijian serta menghitung kapasitas produksi dan organoleptik hasil cetakan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU pada Februari 2015 sampai Maret 2015 menggunakan komoditi biji cempedak, biji durian dan biji nangka. Parameter yang diamati adalah kapasitas efektif dan uji organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif terbaik dengan komoditi biji durian sebesar 14,44kg/jam.

Kata kunci : Alat pencetak keripik biji-bijian, biji cempedak, biji durian, biji nangka

ABSTRACT

RIZKI AMINULLAH LUBIS : Commodity Variation Test With Seed Chip Molder, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

One of agricultural mechanization excellence is to improve agricultural product value compered to the row one. Beside melinjo that has been popular to become chip, cempedak’s seed, jackfruit’s seed, and durian’s seed else can be processed to be come chip. This research was aimed at testing the effective commodity types on chip’s maker machine. Therefore, a research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Faculty of Agriculture USU in February 2015 until March 2015 using cempedak seed, durian seed and jackfruit seed. Parameters observed were effective capacity on and organoleptic test. The results showed that the best capacity using durian seeds i.e 14,44 kg/hour.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia selalu menginginkan sesuatu yang lebih praktis agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan tenaga yang sedikit dan hasil yang memuaskan. Hal ini semakin didukung dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan dampak besar bagi perkembangan kehidupan manusia.

Salah satu keunggulan penerapan mekanisasi pertanian yang tepat adalah peningkatan nilai jual produk olahan hasil pertanian dibandingkan dengan nilai produk pertanian yang masih mentah. Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu dan keahlian. Produk pertanian yang sudah banyak dilakukan proses pengolahan adalah keripik. Salah satu produk keripik yang populer di masyarakat adalah keripik biji melinjo atau biasa disebut emping.

Sejauh ini proses pencetakan emping kebanyakan dilakukan secara manual yaitu dengan dipukul-pukul sampai menjadi tipis lalu dijemur. Sekarang ini sudah dibuat alat pencetak emping biji melinjo secara mekanis dan alat ini juga dirancang untuk bisa mencetak keripik dengan bahan dari biji-bijian lainnya.

(11)

unloading yang kurang optimal sehingga saat pengambilan bahan yang sudah selesai.

Penelitian ini menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian yang dirancang oleh Putri Chandra Ayu Lubis pada tahun 2014 yang menggunakan komoditi biji melinjo dan Alex Candra Pardede pada tahun 2014 yang melakukan pengujian kecepatan putaran roller terhadap kapasitas alat pencetak keripik biji-bijian tersebut.

Selain biji melinjo yang sudah populer diolah menjadi emping, biji nangka, cempedak dan biji durian juga memiliki potensi diolah menjadi keripik seperti emping. Selain karena ketiga buah ini banyak ditemukan, biji daripada ketiga buah ini saat ini banyak terabaikan padahal masih memiliki nilai jual bila dapat diolah dengan baik. Alat pengolahan yang dapat digunakan untuk melakukannya adalah alat pencetak keripik biji-bijian yang sudah dirancang.

Jenis komoditi yang digunakan pada penelitian ini adalah biji cempedak, biji durian dan biji nangka. Ketiga biji ini akan disangrai terlebih dahulu lalu langsung dimasukkan ke dalam hopper alat pencetak keripik biji-bijian dan dihitung kapasitas alat, persentase bahan rusak dan organoleptik produk yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

(12)

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pencetak keripik biji-bijian.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu perkembangan teknologi yang banyak memberikan kemudahan bagi hidup manusia adalah perkembangan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan definisi mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :

a. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia

b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian c. Menurunkan ongkos produksi

d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. Meningkatkan taraf hidup petani

f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (commercial farming)

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat, hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).

Cempedak (Artocarpus champeden sp.)

(14)

dan bijinya pun dapat dimakan, kulit batangnya sebagai antitumor dan antimalaria (Anshari, dkk, 2010).

Klasifikasi tanaman cempedak adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Berdasarkan keunggulan tersebut, buah cempedak tidak hanya dapat dijadikan tanaman perkebunan saja, tetapi juga dapat dibudidayakan oleh masyarakat, meskipun dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Tanaman cempedak memiliki banyak kegunaan dan kelebihan. Tumbuhan ini pun dapat ditanam di pekarangan dan kebun untuk menambah kerindangan, dan memberikan hasil yang menguntungkan pula. Pohon cempedak tidak banyak memakan tempat, tetapi dapat memberikan hasil yang berlimpah, karena rata-rata setiap pohon menghasilkan belasan biji cempedak berukuran besar.

(15)

bukan tidak mungkin biji ini ternyata dapat dikembangkan menjadi satu bentuk bahan pangan baru (Anshari, dkk, 2010).

Durian (Durio zibethinus)

Tanaman durian termasuk marga Durio, dari spesies Durio zibethinus

family Bombacaceae yang berkerabat dekat dengan kapuk randu (Cieba petandra). Warna daunnya hijau cerah. Durian berduri runcing dengan panjang sekitar 3,5-4 cm. Durinya lentur dan tidak tajam. Kematangan buahnya serempak dalam satu pohon danterjadi pada 3-4 bulan sesudah pembungaan.

Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Famili : Bombaceae Genus : Durio

Spesies

(16)

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Nangka berbentuk pohon yang berukuran sedang, warna selalu hijau tingginya mencapai 20-30 cm dan diameternya 80-20 cm. Seluruh bagian tanaman yang dilukai akan mengeluarkan getah yang pekat dan berwarna putih. Kulit batangnya kasar sampai agak bersisik berwarna keabu-abuan sampai coklat, tajuknya padat pada pohon yang muda berbentuk kerucut tetapi pada pohon yang dewasa menjadi bulat atau melebar, pucuk ranting dan daun yang muda kadang-kadang berbulu muda dan kasap (Widiyastuti, 1995).

Klasifikasi tanaman nangka adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

(17)

modal dan tenaga kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka

Seiring dengan perkembangan dunia makanan serta munculnya berbagai inovasi pengolahan bahan pangan ini menjadikan buah nangka yang memiliki masa simpan yang cukup singkat ini menjadi produk olahan dengan masa simpan yang lama dan cukup diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu budidaya tanaman nangka dapat dijadikan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Setelah pada artikel sebelumnya kita membahas mengenai penyediaan bibit serta media tanam, artikel kali ini lebih memfokuskan budidaya nangka dalam hal teknik penanaman serta pemeliharaan tanaman (Siahaan, 2013).

Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual diperlukan beberapa peralatan, yaitu:

1. Tungku api atau kompor minyak

2. Wajan dari tanah (kuali) atau dari aluminium

3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas pemukulan

4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau dibungkus plastik agar licin

5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji melinjo yang digoreng sangan

6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur lempengan emping melinjo

(18)

8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan

Uji Organoleptik

Dalam uji organoleptik indera yang berperan dalam pengujian adalah indera penglihatan, penciuman, dan pencicip, peraba dan indera pendengaran, untuk produk pangan yang paling jarang digunakan adalah indera pendengaran, dalam melakukan penilaian, panelis harus dilatih menggunakan indera untuk menilai sehingga didapat suatu kesan terhadap mutu ransangan .

Dalam penilaian organoleptik dilakukan uji hedonik (kesukaan) yaitu dengan cara bahan yang akan diuji disiapkan dengan kode, panelis diminta menilai produk sesuai tingkat kesukaan, meliputi rasa, warna, aroma, dan tekstur bahan. Skala hedonik adalah sebuah skala yang menunjukkan tingkat keseluruhan responden dalam menyukai atau tidak menyukai sesuatu, misalnya suatu produk atau konsep. Skala penilaian meliputi sangat tidak suka, tidak suka, agak suka, suka, sika sekali (Rahayu, 1998).

Elemen Alat 1. Motor Listrik

Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan seperti mesin untuk menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

(19)

listrik sering digunakan karena dapat disesuaikan dan motor listrik dapat digunakan dihampir setiap alat yang membutuhkan putaran (Cooper, 1992). 2.V-Belt

V-belt terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. V-belt

dibelitkan di sekitar alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya, dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik (Daryanto, 1993).

Adapun kelebihan dari V- belt adalah sebagai berikut: a. V-belt lebih kompak.

b. Slipnya relatif kecil. c. Operasi lebih tenang.

d. Mampu meredam kejutan saat start.

Sedangkan kelemahan dari V- belt yaitu:

a. Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang. b. Umur lebih pendek

(Smith dan Wilkes, 1990). 3. Pulley

(20)

- Pulley datar

- Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk yang bervariasi.

- Pulley mahkota

Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam menurut kegunaannya

4. Speed Reducer

Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed). Speed reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed reducer putarannya dapat cukup tinggi (Niemman, 1982).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: Ha, Kg, Lt) pe rsatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:

Kapasitas Alat = Produk yang dihasilkan

(21)

Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

BP =

[

BT

x + BTT

]

C ... (1) dimana :

BP = Biaya pokok (Rp/satuan produksi) BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap ( Rp/jam) x = Total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (Rp/satuan produksi) Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1.Biaya penyusutan (metode sinking fund)

(22)

I = tingkat bunga modal (% tahun)

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:

I = i(P)(n+1)

2n ... (3) dimana:

i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

3. Di Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagi sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:

Biaya reperasi = 1,2%(P−S)

1000 jam ... (4)

2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya

(Darun, 2002).

Break Even Point (BEP)

(23)

Untuk mengetahui produksi titik BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = BT

(R−BTT ) ... (5) dimana:

N = Jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas BT = Biaya tetap pertahun (Rupiah)

R = Penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rupiah) BTT = Biaya tidak tetap per unit produksi (Rupiah)

(Darun, 2002).

Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan

financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat dapat dirumuskan:

CIF – COF ≥ 0 ... (6) dimana:

CIF = Cash inflow

COF = Cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

(24)

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan

(Darun, 2002).

Internal Rate of Return (IRR)

IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.

IRR adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(25)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji cempedak, biji durian dan biji nangka, pasir untuk menyangrai bahan yang akan dicetak dan air untuk mencuci bahan yang akan digunakan.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pencetak keripik biji-bijian yang dirancang oleh Lubis (2014) dan diuji oleh Pardede (2014), wadah, penggorengan, panci, kompor, stopwatch, kalkulator dan komputer.

Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur (kepustakaan), lalu melakukan pengamatan tentang alat pencetak emping ini. Selanjutnya dilakukan proses pengolahan komoditi menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian ini dengan pengamatan parameter.

Persiapan Penelitian Bahan yang digunakan

(26)

Prosedur Penelitian

1. Disiapkan biji cempedak, biji durian dan biji nangka.

2. Ditimbang masing-masing bahan yang akan digunakan sebanyak 0,5 kg. 3. Dicuci bahan yang akan digunakan.

4. Disangrai biji cempedak, biji durian dan biji nangka yang akan digunakan. 5. Dimasukkan biji cempedak ke dalam hopper.

6. Dihitung waktu yang diperlukan untuk proses pencetakan. 7. Ditimbang hasil yang diperoleh.

8. Dimasukkan biji durian ke dalam hopper.

9. Dihitung waktu yang diperlukan untuk proses pencetakan. 10.Ditimbang hasil yang diperoleh.

11.Dimasukkan biji nangka ke dalam hopper.

12.Dihitung waktu yang diperlukan untuk proses pencetakan. 13.Ditimbang hasil yang diperoleh.

14.Dimasak bahan yang sudah selesai dicetak. 15.Dilakukan pengamatan parameter.

16.Diulang langkah dua sampai lima belas sebanyak tiga kali.

Parameter Penelitian

Kapasitas efektif alat (kg/jam)

Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat bahan yang diolah terhadap waktu yang diperlukan selama pengolahan.

Persentase kehilangan bahan (%)

(27)

lalu dibandingkan dengan berat bahan yang diolah. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :

Persentase kehilangan bahan = ����

���x100%

dimana,

BBSP = Berat bahan setelah diolah (berat keripik) BBD = Berat bahan diolah

Uji organoleptik keripik biji

Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan keripik yang dihasilkan dan rasa keripik biji yang sudah diolah. Uji organoleptik dilakukan dengan mengambil beberapa sampel secara acak dan diberikan kepada 10 panelis yang merupakan mahasiswa dari lingkungan keteknikan pertanian dan sekitarnya untuk diamati dengan kode tertentu. Parameter yang diamati adalah ketebalan dan rasa keripik biji-bijian hasil cetakan.

Tabel 1. Uji organoleptik warna keripik biji-bijian Skala Kategori

(28)

Analisis Ekonomi

Biaya Pemakaian Alat (Rp/kg)

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (1).

a. Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari :

1. Biaya penyusutan (metode sinking fund). Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2).

2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3).

3. Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 2% per tahun dari nilai awalnya. b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari : 1. Biaya listrik (Rp/Kwh)

2. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak. Hal ini dapat dihitung dengan persamaan (4).

3. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

Break Even Point (BEP)

(29)

menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan. Untuk mengetahui nilai BEP dapat dihitung dengan persamaan (5).

Net Present Value (NPV)

NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. NPV adalah selisih antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Untuk menghitung NPV dapat digunakan persamaan (6).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan.

Internal Rate of Return (IRR)

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu keunggulan penerapan mekanisasi pertanian yang tepat adalah peningkatan nilai jual produk olahan hasil pertanian dibandingkan dengan nilai produk pertanian yang masih mentah. Untuk menghasilkan produk olahan diperlukan ilmu dan keahlian. Produk pertanian yang sudah banyak dilakukan proses pengolahan adalah keripik.

Pada penelitian ini dilakukan pencetakan biji cempedak, biji durian dan biji nangka menjadi keripik biji. Pada penelitian ini biji cempedak yang digunakan pada setiap ulangan yaitu 0,5 kg. Biji durian yang digunakan pada setiap ulangan yaitu 0,5 kg dan biji nangka yang digunakan pada setiap ulangan yaitu 0,5 kg. Ketiga biji ini dicetak dengan menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian yang dirancang menggunakan motor listrik sebagai tenaga penggeraknya. Motor listrik kemudian akan menggerakkan silinder pengepres untuk mengepres biji menjadi keripik biji.

Pada penelitian ini keripik biji yang dihasilkan tidak memiliki bentuk yang seragam, karena setiap biji tidak memiliki ukuran yang sama dan produk yang dihasilkan tergantung dari ukuran biji yang dipress, tetapi ketebalan dari keripik biji yang dihasilkan seragam yaitu 0,1 mm. Keripik biji yang dihasilkan bisa langsung digoreng tetapi untuk penyimpanan harus dikeringkan (kering udara) terlebih dahulu.

Proses Sangrai

(31)

Pada penelitian ini, proses sangrai dilakukan tanpa menggunakan pasir. Hal ini dilakukan untuk menjaga organoleptik dan kualitas dari keripik biji yang dihasilkan, karena untuk diolah menggunakan alat ini biji cempedak, biji durian dan biji nangka harus dikupas terlebih dahulu kulit arinya. Jika digunakan pasir untuk menyangrai, maka ada kemungkinan pasir akan menempel pada keripik biji hasil cetakan. Sebelum dilakukan penyangraian biji, kuali yang digunakan dipanaskan terlebih dahulu selama 2 menit. Setelah kuali panas, dilakukan penyangraian biji cempedak sebanyak 500 gram dengan waktu 18 menit. Pada penyangraian biji durian sebanyak 500 gram dengan waktu 20 menit. Pada penyangraian biji nangka sebanyak 500 gram dengan waktu 20 menit.

Prinsip penyangraian harus dengan waktu yang tepat dan temperatur yang tepat. Biji yang disangrai lama pada temperatur rendah akan menyebabkan minyak dan senyawa-senyawa kimia penting hilang sehingga keripik biji kurang memiliki citarasa. Biji yang disangrai singkat pada temperatur tinggi akan menyebabkan biji tidak matang merata, artinya kulit luar terlihat matang tapi bagian dalam tidak matang. Lama sangrai dan temperatur disesuaikan terhadap hasil akhir yang akan dicapai. Setelah tingkat sangrai dicapai, keluarkan biji dari wadah, dan selanjutnya proses pencetakan dapat dilakukan.

Proses Pencetakan

(32)

Pada penelitian ini, silinder pengepres memiliki putaran yang dihasilkan oleh putaran pada motor listrik yang dialirkan ke pulley dengan menggunakan

v-belt. Pulley pada alat ini terhubung dengan poros yang terhubung juga dengan gigi (gear) yang berfungsi untuk memutar arah putaran sehingga silinder pengepres dapat berputar berlawanan arah dan dapat mengepres biji.

Pada bagian pengepresan ini terdapat 2 buah silinder pengepres dengan ukuran diameter 17 cm yang memiliki putaran berlawanan arah. Setelah bahan selesai dicetak, maka hasil cetakan tersebut akan berada di wadah penampung bahan. Wadah penampung bahan ini terbuat dari bahan stainless steel. Bahan yang sudah dicetak ditandai dengan dihasilkan keripik biji cempedak, keripik biji durian dan keripik biji nangka yang kemudian ditampung pada wadah penampung bahan.

Pencetakan bahan dilakukan untuk memipihkan biji menjadi keripik biji dalam penelitian ini digunakan biji cempedak, biji durian dan biji nangka. Tujuan dilakukan pencetakan ini yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomi dari ketiga jenis biji tersebut. Selama ini bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu biji cempedak, biji durian dan biji nangka kebanyakan hanya diabaikan begitu saja. Kapasitas Efektif Alat

(33)

saat mengoperasikan alat ini harus lebih berhati-hati agar keselamatan kerja dapat tercipta, keselamatan kerja dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mengindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama proses kerja.

Kapasitas efektif alat diperoleh dengan melakukan pengepresan biji cempedak, biji durian dan biji nangka masing-masing sebanyak tiga kali ulangan, kemudian dihitung kapasitas efektif alat rata-rata. Pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi berat bahan yang dicetak terhadap waktu yang dibutuhkan. Kapasitas efektif suatu alat menunjukkan produktivitas alat selama pengoperasian tiap satuan waktu.

Tabel 3. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji cempedak)

Ulangan M0 (gram) Mt (gram) t (detik) Bahan

Pada tabel 3 diperoleh kapasitas efektif rata-rata alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 11,07 kg/jam untuk biji cempedak. Hasil tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mencetak bahan sebanyak tiga kali ulangan, dengan setiap ulangan menggunakan bahan seberat 0,5 kg.

(34)

Tabel 4. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji durian)

Pada tabel 4 diperoleh kapasitas efektif rata-rata alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 14,44 kg/jam untuk biji durian. Hasil tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mencetak bahan sebanyak tiga kali ulangan, dengan setiap ulangan menggunakan bahan seberat 0,5 kg.

Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan keripik biji durian seberat 0,5 kg adalah sebesar 125 detik. Waktu pencetakan biji durian ini pada setiap ulangan berbeda karena dipengaruhi oleh penyangraian.

Tabel 5. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji nangka)

(35)

Pada tabel 5 diperoleh kapasitas efektif rata-rata alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 14,47 kg/jam untuk biji nangka. Hasil tersebut didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mencetak bahan sebanyak tiga kali ulangan, dengan setiap ulangan menggunakan bahan seberat 0,5 kg.

Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan keripik biji nangka seberat 0,5 kg adalah sebesar 124 detik. Waktu pencetakan biji nangka ini pada setiap ulangan berbeda karena dipengaruhi oleh penyangraian.

Tabel 6. Perbandingan kapasitas alat terhadap setiap komoditi Komoditi Rataan Notasi 0,05 Biji Melinjo (K4) 2,823 a Biji Cempedak (K1) 11,073 b Biji Durian (K2) 14,446 c Biji Nangka (K3) 14,473 c

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa kapasitas alat dengan komoditi K4 berbeda nyata terhadap komoditi K1, komoditi K1 berbeda nyata terhadap komoditi K2, komoditi K2 berbeda tidak nyata terhadap komoditi K3. Komoditi K2 dan K3 berbeda tidak nyata karena kedua komoditi ini memiliki karakteristik yang hampir sama yaitu keduanya memiliki getah yang cukup banyak. Dari hasil analisis data komoditi K3 memiliki nilai kapasitas alat yang paling tinggi.

Persentase Kerusakan Bahan

(36)

pencetakan. Persentase kerusakan bahandiperoleh dengan membandingkan antara berat bahan rusak dengan berat awal bahan dan dinyatakan dalam persen.

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa persentase rata-rata kerusakan bahan pada biji cempedak adalah sebesar 13,6 %. Pada biji durian diperoleh persentase rata-rata kerusakan bahan sebesar 15,33 %. Pada biji nangka diperoleh persentase rata-rata kerusakan bahan sebesar 28,67 %.

Tabel 7. Perbandingan persentase kerusakan bahan terhadap setiap komoditi Komoditi Rataan Notasi

0,05 Biji Melinjo (K4) 8,066 a Biji Cempedak (K1) 13,666 a Biji Durian (K2) 15,333 a Biji Nangka (K3) 28,666 b

Keterangan : notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5%

Pada tabel 7 terlihat bahwa persentase kerusakan bahan komoditi K4 berbeda tidak nyata terhadap komoditi K1, komoditi K1 berbeda tidak nyata terhadap komoditi K2, komoditi K2 berbeda nyata terhadap komoditi K3. Nilai persentase kerusakan bahan yang paling besar terdapat pada komoditi K3 karena komoditi ini memiliki tekstur yang paling rapuh diantara komoditi lainnya.

Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat

(37)

Dari analisis biaya, diperoleh biaya pengepresan biji cempedak dengan alat ini sebesar Rp. 1.050,20/kg, untuk biji durian diperoleh biaya pengepresan sebesar Rp. 805,15/kg sedangkan pada biji nangka diperoleh biaya pengepresan sebesar Rp. 816,82/kg yang merupakan hasil perhitungan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap kapasitas alat pencetak keripik biji-bijian. Dari analisis biaya, diperoleh total biaya tetap sebesar Rp.1.247.853,75/tahun dan total biaya tidak tetap sebesar Rp.11.149/jam.

Tabel 8. Biaya pokok pembuatan keripik biji cempedak Tahun Biaya Pokok

Tabel 9. Biaya pokok pembuatan keripik biji durian Tahun Biaya Pokok

(38)

Break even point

Menurut Darun (2002) manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Oleh karena itu dilakukan analisa titik impas dari alat ini untuk mengetahui seberapa lama waktu yang dibutuhkan alat ini agar mencapai titik impas.

Tabel 11. BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian (Keripik Biji Cempedak)

Tahun BEP (kg/tahun)

1 527,08

2 284,15

3 203,28

4 162,92

5 138,76

Tabel 12. BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian (Keripik Biji Durian)

Tahun BEP (kg/tahun)

1 513,65

2 276,91

3 198,11

4 158,77

5 135,22

Tabel 13. BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian (Keripik Biji Nangka)

Tahun BEP (kg/tahun)

1 513,57

2 276,86

3 198,07

4 158,75

5 135,20

Net present value

Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa

(39)

Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dengan bahan biji durian diketahui besarnya nilai NPV 6% adalah Rp. 1.331.838.425. Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 1.262.686.986. Hal ini berarti usaha ini layak dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol.

Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dengan bahan biji nangka diketahui besarnya nilai NPV 6% adalah Rp. 1.333.580.727. Sedangkan NPV 8% adalah Rp. 1.263.629.639. Hal ini berarti usaha ini layak dijalankan karena nilainya lebih besar atau sama dengan nol.

Internal rate of return

Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang ingin dicapai. Berdasarkan hal tersebut maka hasil yang didapat dari penelitian dengan bahan biji cempedak adalah sebesar 46,06% artinya usaha pencetakan keripik biji cempedak masih layak untuk dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank pada suku bunga di bawah 46,06%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

Hasil internal rate of return yang didapat dari penelitian dengan bahan biji durian adalah sebesar 46,52% artinya usaha pencetakan keripik biji durian ini masih layak dijalankan jika pengusaha melakukan peminjaman modal di bank dengan suku bunga di bawah 46,52%. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.

(40)
(41)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Alat pencetak keripik biji-bijian berfungsi untuk mencetak biji-bijian yang mengandung pati menjadi keripik dengan cara mengepres.

2. Sebelum dilakukan pengepresan, biji harus melalui proses penyangraian, untuk biji cempedak dibutuhkan waktu 18 menit untuk proses penyangraian. Biji durian membutuhkan waktu 20 menit untuk proses penyangraian dan biji nangka membutuhkan waktu 20 menit untuk proses penyangraian.

3. Kapasitas efektif rata-rata pada alat pencetak keripik biji-bijian ini sebesar 11,07kg/jam untuk biji cempedak, 14,44kg/jam untuk biji durian dan 14,47kg/jam untuk biji nangka. Persentase bahan yang rusak adalah sebesar 13,6% pada biji cempedak, 15,33% pada biji durian dan 28,67% pada biji nangka.

4. Analisis ekonomi untuk komoditi biji cempedak pada alat pencetak keripik biji-bijian ini meliputi biaya pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp. 1.181,16/kg, Rp. 1.099,23/kg, Rp. 1.071,96/kg, Rp. 1.058,35/kg dan Rp. 1.050,20/kg. Nilai titik impas (BEP) dari tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 527,08 kg/tahun, 284,15 kg/tahun, 203,28 kg/tahun, 162,92 kg/tahun dan 138,76 kg/tahun. Net present value (NPV) 6% adalah Rp. 991.897.685,87 sedangkan NPV 8% adalah Rp. 939.769.362,89 dan

Internal rate of return alat ini adalah sebesar 46,06%.

5. Analisis ekonomi untuk komoditi biji durian pada alat pencetak keripik biji-bijian ini meliputi biaya pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima

(42)

Rp. 811,40/kg dan Rp. 805,15/kg. Nilai titik impas (BEP) dari tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 513,65 kg/tahun, 276,91 kg/tahun, 198,11 kg/tahun, 158,77 kg/tahun dan 135,22 kg/tahun. Net present value (NPV) 6% adalah Rp. 1.331.838.425 sedangkan NPV 8% adalah Rp. 1.262.686.986 dan

Internal rate of return alat ini adalah sebesar 46,52%.

6. Analisis ekonomi untuk komoditi biji nangka pada alat pencetak keripik biji-bijian ini meliputi biaya pokok dari tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut yaitu Rp. 918,68/kg, Rp. 854,96/kg, Rp. 833,75/kg, Rp. 823,16/kg dan Rp. 816,82/kg. Nilai titik impas (BEP) dari tahun pertama sampai tahun kelima sebanyak 513,57 kg/tahun, 276,86 kg/tahun, 198,07 kg/tahun, 158,75 kg/tahun dan 135,20 kg/tahun. Net present value (NPV) 6% adalah Rp. 1.333.580.727 sedangkan NPV 8% adalah Rp. 1.263.629.639 dan

Internal rate of return alat ini adalah sebesar 46,12%.

7. Komponen alat pencetak keripik biji-bijian yaitu hopper, silinder pengepres, wadah penampung, kerangka alat, pulley, v-belt, gear, dinamo, speed reducer. 8. Alat pencetak keripik biji-bijian ini lebih ramah lingkungan karena

(43)
(44)

Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, A., Olenka, D., Marliana, M. 2010. Pemanfaatan Biji Cempedak Sebagai Alternatif Pengganti Tepung Terigu Dengan Kualitas dan Gizi Tinggi.

Cooper, E. L., 1992. Agricultural Mechanics Fundamentals and Applications 2nd Edition. Delmar Publisher Inc, The United State of America.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian. USU, Medan.

Daryanto., 1993 . Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Daywin, F. J., dkk., 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Jakarta.

Djoekardi, D.,1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta. Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Lubis, P. C. A.,2014. Rancang Bangun Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Niemann, G., 1982. Elemen Mesin : Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga, Jakarta.

Pardede, A. C., 2015. Uji Tingkat Kecepatan Putaran Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Setiadi. 1999. Bertanam Durian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siahaan, D. C. 2013. Nangka (Artocarpus Heteropyllus).

Smith, H. P. dan Wilkes, L.H.,1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.

Sumeru, 2006. Tinjauan Pustaka Biji Cempedak.

[15 September 2014]

(46)

Untung, O., 1996. Durian Untuk Kebun Komersial dan Hobi. Penebar Swadaya, Jakarta.

(47)

Lampiran 1. Flowchart Penelitian

Mulai

Ditimbang biji cempedak, biji durian dan biji nangka masing-masing sebanyak 0,5kg

Dicuci bahan yang akan digunakan

Disangrai bahan yang akan digunakan

Dihidupkan alat pencetak keripik biji-bijian

Dimasukkan bahan masing-masing 0,5kg

Dihitung waktu yang dibutuhkan untuk proses pencetakan

Ditimbang hasil yang diperoleh

Dianalisis data yang diperoleh

(48)

Lampiran 2. Kapasitas Efektif Alat dan Persentase Bahan Rusak

Kapasitas efektif alat menunjukkan produktivitas alat selama pengoperasian per satuan waktu. Dalam hal ini kapasitas efektif alat diukur dengan membagi banyaknya biji yang dicetak pada alat pencetak keripik biji-bijian terhadap waktu yang dibutuhkan selama pengoperasian alat. Hasil pengujian pencetakan keripik biji-bijian telah dilakukan menggunakan alat pencetak keripik biji-bijian dengan putaran 47 rpm. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali ulangan untuk masing-masing bahan (0,5 kg untuk satu kali pengujian). Hasil pengujian menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mencetak keripik biji cempedak sebanyak 0,5 kg yaitu 162,67 detik sehingga kapasitas efektif alat pencetak keripik biji-bijian yaitu 11,07 kg/jam. Hasil pengujian pada biji durian menunjukkan waktu rata-rata untuk mencetak keripik biji durian sebanyak 0,5 kg yaitu 125 detik sehingga kapasitas efektif alat pencetak keripik biji-bijian sebesar 14,44 kg/jam. Hasil pengujian pada biji nangka menunjukkan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mencetak keripik biji nangka sebanyak 0,5 kg yaitu 124 detik sehingga kapasitas efektif alat pencetak keripik biji-bijian sebesar 14,47 kg/jam.

(49)

Adapun bahan yang rusak (tidak tercetak) disebabkan oleh melekatnya bahan pada scrub yang terdapat dibawah pengepres, ketidakseragaman panas biji cempedak, biji durian maupun biji nangka setelah penyangraian sehingga terdapat biji yang rusak pada saat dilakukan pencetakan (biji kurang panas) dan ada juga yang tidak dapat dicetak (biji terlalu kering).

Tabel 14. Data kapasitas alat dan persentase bahan rusak (biji cempedak)

Ulangan M0 (gram) Mt (gram) t (detik) Bahan

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

155detik = 11,6kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

40

500x100% = 8%

Ulangan II

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

162detik = 11,1kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

95

500x100% = 19%

Ulangan III

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

171 detik = 10,52kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

70

(50)

Tabel 15. Data kapasitas alat dan persentase bahan rusak (biji durian)

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

134detik = 13,43kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

50

500x100% = 10%

Ulangan II

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

117detik = 15,38kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

90

500x100% = 18%

Ulangan III

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

124 detik = 14,53kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

90

(51)

Tabel 16. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji nangka)

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

123detik = 14,63kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

140

500x100% = 28%

Ulangan II

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

118detik = 15,24kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

160

500x100% = 32%

Ulangan III

kapasitas alat =Massa Awal

waktu =

500gram

131 detik = 13,55kg/jam

persentase bahan rusak = BBR

BBDx100% =

130

(52)

Lampiran 3. Uji Organoleptik Keripik Biji-bijian

Uji organoleptik keripik biji-bijian dilakukan dengan mengamati ketebalan pada hasil cetakan, warna, dan rasa keripik biji-bijian yang dihasilkan. Pada uji organoleptik dilakukan pengambilan beberapa sampel secara acak dan diberikan kepada 10 orang panelis untuk diamati organoleptik keripik biji-bijian.

Tabel 17. Uji organoleptik keripik biji cempedak

No Nama Panelis Warna Ketebalan Rasa

Dari rata-rata hasil uji organoleptik keripik biji cempedak yang diberikan kepada 10 orang panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 3,2 ~ 3 (warna keripik biji cempedak yang dihasilkan kurang disukai), organoleptik ketebalan yaitu 3,1 ~ 3 (ketebalan keripik biji cempedak yang dihasilkan kurang disukai) dan untuk organoleptik rasa yaitu 3,4 ~ 3 (rasa keripik biji cempedak yang dihasilkan kurang disukai).

(53)

No Nama Panelis Warna Ketebalan Rasa

Dari rata-rata hasil uji organoleptik keripik biji durian yang diberikan kepada 10 orang panelis, diperoleh organoleptik warna yaitu 3,6 ~ 4 (warna keripik biji durian yang dihasilkan disukai), organoleptik ketebalan yaitu 3,8 ~ 4 (ketebalan keripik biji durian yang dihasilkan disukai) dan untuk organoleptik rasa yaitu 3,9 ~ 4 (rasa keripik biji durian yang dihasilkan disukai).

Tabel 19. Uji organoleptik keripik biji nangka

(54)
(55)

Lampiran 4. Biaya Pemakaian Alat (Keripik Biji Cempedak)

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

1. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 5.000.000 2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 500.000 4. Jam kerja = 8 jam/hari 5. Produksi/hari = 88,56 kg/hari

6. Biaya operator = Rp. 80.000/ hari (1 jam=Rp. 10.000) 7. Biaya listrik = Rp. 1.149/ jam

8. Biaya perbaikan = Rp. 22,5/ jam 9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 240.000/ tahun 10. Biaya sewa gedung = Rp. 50.000/ tahun 11. Pajak = Rp. 100.000 / tahun

(56)

Lampiran 5. Biaya Produksi 1. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

Dt = (P−S)(A F⁄ . i, n)(F P⁄ , i, t−1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 6% dan Asuransi 2%

I =i(P)(n + 1) 2n

I =8%(Rp 5.000.000)(5 + 1)

2(5)

I = Rp 240.000/tahun

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun

1 4.500.000,00 240.000 4.740.000,00

2 2.315.358,00 240.000 2.555.358,00

3 1.588.152,42 240.000 1.828.152,42

4 1.225.181,70 240.000 1.465.181,70

5 1.007.853,75 240.000 1.247.853,75

(57)

2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P−S)

X

Biaya reparasi = 1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)

2400 jam

Biaya reparasi = Rp. 22,5/jam 2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW

Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 1532/KWH Biaya listrik = Rp.1.149/H

Biaya listrik = Rp.1.149/jam 3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 10.000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 11.149/jam

3. Biaya Produksi Pembuatan Keripik Biji Cempedak

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

(58)
(59)

Gambar 2. Grafik Biaya Pokok Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

950,00 1.000,00 1.050,00 1.100,00 1.150,00 1.200,00

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Biaya Pokok (Rp/kg)

(60)

Lampiran 6. Break even point (Keripik Biji Cempedak)

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N = BT (R−BTT )

Biaya tetap (BT)

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun Biaya Tetap (Rp)/jam Biaya Tetap (Rp)/kg

1 4.740.000,00 1975,00 178,41

Penerimaan setiap kg produksi (R) = Rp. 10.000/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan emping sebanyak :

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun BEP (kg/tahun)

1 4.740.000,00 527,08

2 2.555.358,00 284,15

3 1.828.152,42 203,28

4 1.465.181,70 162,92

(61)

Gambar 3. Grafik BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

0 100 200 300 400 500 600

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

BEP (kg/tahun)

(62)

Lampiran 7. Net present value (Keripik Biji Cempedak)

CIF – COF ≥ 0 ... (6) dimana :

CIF = Cash inflow

COF = Cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(63)

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun

Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat (kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan

1 1.181,16 11,07 2400 31.381.058,88 Jumlah CIF = Rp. 1.119.524.082

Cash out Flow 6%

1. Investasi = Rp. 5.000.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan × (P/F, 6%,n) Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 6%, n) Pembiayaan (Rp)

1 31.381.058,88 0,9434 29.604.890,94

2 29.198.232 0,89 25.986.426,48

3 28.479.833,28 0,8396 23.911.668,02

4 28.118.242,8 0,7921 22.272.460,12

5 227.901.713,6 0,7473 20.850.950,57

Total 122.626.396,13

(64)

NPV 6% = CIF – COF

= Rp. 1.119.524.082 - Rp. 127.626.396,13 = Rp. 991.897.685,87

(65)

Lampiran 8. Internal Rate of Return (Keripik Biji Durian)

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

�+� x (q% - p%) (positif dan negatif) dan

IRR = q% +

�−� x (q% - p%) (positif dan positif)

(66)

Jumlah CIF = Rp. 1.060.780.536 + Rp. 340.300

1 31.381.058,88 0,9259 29.055.722,42

2 29.198.232 0,8573 25.031.644,3

3 28.479.833,28 0,7938 22.607.291,66

4 28.118.242,8 0,7350 20.666.908,46

5 27.901.713,6 0,6806 18.989.906,27

Total 116.351.473,11

Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 116.351.473,11 = Rp. 121.351.473,11

NPV 8% = CIF – COF

= Rp. 1.061.120.836 – Rp. 121.351.473,11 = Rp. 939.769.362,89

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus: IRR = q% +

(67)

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

2. Unsur Produksi

13. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 5.000.000 14. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 15. Nilai akhir alat (S) = Rp. 500.000 16. Jam kerja = 8 jam/hari 17. Produksi/hari = 115,52 kg/hari

18. Biaya operator = Rp. 80.000/ hari (1 jam=Rp. 10.000) 19. Biaya listrik = Rp. 1.149/ jam

20. Biaya perbaikan = Rp. 22,5/ jam 21. Bunga modal dan asuransi = Rp. 240.000/ tahun 22. Biaya sewa gedung = Rp. 50.000/ tahun 23. Pajak = Rp. 100.000 / tahun

(68)

Lampiran 10. Biaya Produksi (Keripik Biji Durian) 4. Biaya tetap (BT)

3. Biaya penyusutan (D)

Dt = (P−S)(A F⁄ . i, n)(F P⁄ , i, t−1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt

4. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 6% dan Asuransi 2%

I =i(P)(n + 1) 2n

I =8%(Rp 5.000.000)(5 + 1)

2(5)

I = Rp 240.000/tahun

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun

1 4.500.000,00 240.000 4.740.000,00

2 2.315.358,00 240.000 2.555.358,00

3 1.588.152,42 240.000 1.828.152,42

4 1.225.181,70 240.000 1.465.181,70

5 1.007.853,75 240.000 1.247.853,75

(69)

5. Biaya tidak tetap (BTT)

4. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P−S)

X

Biaya reparasi = 1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)

2400 jam

Biaya reparasi = Rp. 22,5/jam 5. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW

Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 1532/KWH Biaya listrik = Rp.1.149/H

Biaya listrik = Rp.1.149/jam 6. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 10.000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 11.149/jam

6. Biaya Produksi Pembuatan Keripik Biji Durian

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

(70)
(71)

Gambar 2. Grafik Biaya Pokok Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

740,00 760,00 780,00 800,00 820,00 840,00 860,00 880,00 900,00 920,00

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Biaya Pokok (Rp/kg)

(72)

Lampiran 11. Break even point (Keripik Biji Durian)

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N = BT (R−BTT )

Biaya tetap (BT)

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun Biaya Tetap (Rp)/jam Biaya Tetap (Rp)/kg

1 4.740.000,00 1975,00 1094,18

Penerimaan setiap kg produksi (R) = Rp. 10.000/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan emping sebanyak :

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun BEP (kg/tahun)

1 4.740.000,00 513,65

2 2.555.358,00 276,91

3 1.828.152,42 198,11

4 1.465.181,70 158,77

(73)

Gambar 3. Grafik BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

0 100 200 300 400 500 600

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

BEP (kg/tahun)

(74)

Lampiran 12. Net present value (Keripik Biji Durian)

CIF – COF ≥ 0 ... (6) dimana :

CIF = Cash inflow

COF = Cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan :

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n) Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu :

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(75)

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun

Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat (kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan

1 905,55 14,44 2400 31.382.740,8 Jumlah CIF = Rp. 1.460.222.994

Cash out Flow 6%

3. Investasi = Rp. 5.000.000

4. Pembiayaan = Pembiayaan × (P/F, 6%,n) Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 6%, n) Pembiayaan (Rp)

1 31.382.740,8 0,9434 30.049.875,67

2 29.205.997,47 0,89 25.993.337,72

3 28.481.687,04 0,8396 24.215.480,44

4 28.119.878,4 0,7921 22.273.755,68

5 27.903.278,4 0,7473 20.852.119,95

Total 123.384.569,5

(76)

NPV 6% = CIF – COF

= Rp. 1.460.222.994 - Rp. 128.384.569,5 = Rp. 1.331.838.425

(77)

Lampiran 13. Internal Rate of Return (Keripik Biji Durian)

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% +

�+� x (q% - p%) (positif dan negatif) dan

IRR = q% +

�−� x (q% - p%) (positif dan positif)

(78)

69

1 31.382.740,8 0,9259 29.057.279,71

2 29.205.997,44 0,8573 25.038.301,61

3 28.481.687,04 0,7938 22.608.763,17

4 28.119.878,4 0,7350 20.668.110,62

5 27.903.278,4 0,6806 18.990.971,28

Total 116.363.426,4

Jumlah COF = Rp. 5.000.000 + Rp. 116.363.426,4 = Rp. 121.363.426,4

NPV 8% = CIF – COF

= Rp. 1.384.050.412 – Rp. 121.363.426,4 = Rp. 1.262.686.986

(79)

Lampiran 14. Biaya Pemakaian Alat (Keripik Biji Nangka)

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan suatu alat. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

3. Unsur Produksi

25. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 5.000.000 26. Umur ekonomi (n) = 5 tahun 27. Nilai akhir alat (S) = Rp. 500.000 28. Jam kerja = 8 jam/hari 29. Produksi/hari = 115,76 kg/hari

30. Biaya operator = Rp. 80.000/ hari (1 jam=Rp. 10.000) 31. Biaya listrik = Rp. 1.149/ jam

32. Biaya perbaikan = Rp. 22,5/ jam 33. Bunga modal dan asuransi = Rp. 240.000/ tahun 34. Biaya sewa gedung = Rp. 50.000/ tahun 35. Pajak = Rp. 100.000 / tahun

(80)

71

Lampiran 15. Biaya Produksi (Keripik Biji Durian) 7. Biaya tetap (BT)

5. Biaya penyusutan (D)

Dt = (P−S)(A F⁄ . i, n)(F P⁄ , i, t−1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir Tahun Ke (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt

6. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 6% dan Asuransi 2%

I =i(P)(n + 1) 2n

I =8%(Rp 5.000.000)(5 + 1)

2(5)

I = Rp 240.000/tahun

Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp)/tahun Biaya tetap (Rp)/tahun

1 4.500.000,00 240.000 4.740.000,00

2 2.315.358,00 240.000 2.555.358,00

3 1.588.152,42 240.000 1.828.152,42

4 1.225.181,70 240.000 1.465.181,70

5 1.007.853,75 240.000 1.247.853,75

(81)

8. Biaya tidak tetap (BTT)

7. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P−S)

X

Biaya reparasi = 1,2%(Rp .5.000.000−Rp .500.000)

2400 jam

Biaya reparasi = Rp. 22,5/jam 8. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW

Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 1532/KWH Biaya listrik = Rp.1.149/H

Biaya listrik = Rp.1.149/jam 9. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 10.000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 11.149/jam

9. Biaya Produksi Pembuatan Keripik Biji Nangka

Biaya pokok =

[

BT

x + BTT

]

C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

(82)
(83)

Gambar 2. Grafik Biaya Pokok Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

750,00 800,00 850,00 900,00 950,00

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

Biaya Pokok (Rp/kg)

(84)

75

Lampiran 16. Break even point (Keripik Biji Nangka)

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N = BT (R−BTT )

Biaya tetap (BT)

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun Biaya Tetap (Rp)/jam Biaya Tetap (Rp)/kg

1 4.740.000,00 1975,00 1091,91

Penerimaan setiap kg produksi (R) = Rp. 10.000/kg

Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan emping sebanyak :

Tahun Biaya Tetap (Rp)/tahun BEP (kg/tahun)

1 4.740.000,00 513,57

2 2.555.358,00 276,86

3 1.828.152,42 198,07

4 1.465.181,70 158,75

(85)

Gambar 3. Grafik BEP Alat Pencetak Keripik Biji-bijian

0 100 200 300 400 500 600

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V

BEP (kg/tahun)

Gambar

Tabel 3. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji cempedak)
Tabel 5. Data kapasitas kerja alat pencetak keripik biji-bijian (biji nangka)
Tabel 9. Biaya pokok pembuatan keripik biji durian
Tabel 14. Data kapasitas alat dan persentase bahan rusak (biji cempedak)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan penyusun daun adalah : jaringan epidermis atas, tiang (palisade), bunga karang (sponsa), pengangkut (xylem dan floem), epidermis bawah.. Pada lapisan

Strategi pembelajaran LSQ (Learning Stars With A Questions) dapat meningkatkan dari nilai ketuntasan pada siklus I sebesar 69,60%, siklus II 86,95% dan menjadi 91,30% pada

Berbicara mengenai konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia tentunya tidak bisa disamaratakan dengan konsep-konsep Hak Asasi Manusia yang dsajikan di negara-negar

The work- shop was co-sponsored by the Australian Agency for International Development (AusAID), the Tech- nical Centre for Agricultural and Rural Co-operation (CTA), the Food

Aplikasi dapat digunakan untuk mengamankan data atau file rahasia dengan cara mengenkripsinya menggunakan metode TEA dan memecahnya dengan menggunakan skema k-n Visual

[r]

[r]

[r]