• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Kompresi H.264 Untuk Transmisi Data Hasil Video Aeromodelling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Kompresi H.264 Untuk Transmisi Data Hasil Video Aeromodelling"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK KOMPRESI H.264 UNTUK TRANSMISI DATA

HASIL VIDEO AEROMODELLING

TUGAS AKHIR

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Pada

Program Studi Strata Satu Sistem Komputer di Jurusan Teknik Komputer

Oleh

Fajar Sidik Ramdani 10210158

Pembimbing

Susmini Indriani Lestariningati, M.T

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada yang Mahakuasa Allah

Subhanahu wa ta'ala atas rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan bagi baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarga, para sahabat dan tabi’in, tabi’uttabi’in serta umatnya yang senantiasa mengamalkan dan mengemban risalah Islam hingga akhir zaman.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah Teknik Kompresi H.264 Untuk

Transmisi Data Hasil Video Aeromodelling. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata-1 di

jurusan Teknik Komputer, Universitas Komputer Indonesia.

Selama melaksanakan tugas akhir ini dan penyusunan Tugas Akhir ini,

penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, baik material maupun

spiritual, namun dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Keluarga tercinta, Ibunda Ikah Atikah, Ayahanda Aang Darda, dan

Kakak-kakak yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, semangat serta dorongan moril maupun materil.

2. Ibu Susmini Indriani Lestariningati, M.T. selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing, memberikan perhatian, memberikan pengarahan, serta

memberikan bantuan selama penelitian Tugas Akhir ini dapat menjadi

sebuah karya ilmiah yang berkualitas dan bermanfaat.

3. Ibu Sri Supatmi, S.Kom. M.T. selaku dosen wali kelas 10TK4 yang telah

memberikan bimbingan, masukan, arahan, serta bantuan selama

perkuliahan.

4. Bapak Dr. Wendi Zarman, M.Si. selaku ketua jurusan Teknik Komputer

Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Prof. Dr. H. Denny Kurniadie, Ir., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

(3)

iv

6. Bapak dan Ibu Staff Dosen jurusan Teknik Komputer dan yang pernah

mengajar penulis serta seluruh Staff Administrasi Universitas Komputer

Indonesia, yang telah memberikan ilmu, motivasi, dan bantuan kepada

penulis.

7. Musyrif, Kawan tiga serangkai dan sahabat RevoltCamp yang telah

mengajarkan bagaimana berkorban dan berjuang dalam jalan dakwah.

8. Teman – teman angkatan 2010, khususnya 10 TK-4, yang telah banyak membantu selama studi maupun penelitian.

9. Keluarga Besar LDK UMMI UNIKOM yang telah banyak memberikan

dorongan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terimakasi atas dukungan , bantuan, motivasinya

selama penelitian ini.

Penulis menyadari menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, baik

dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun

dari para pembaca sangat diharapkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga Allah Subhanahu wa ta'ala membalas segala kebaikan yang telah penulis terima dan harapan penulis semoga laporan tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan berharap semoga Tugas Akhir ini

menjadi sumbangsih yang bermanfaat bagi dunia sains dan teknologi di Indonesia,

khususnya disiplin keilmuan yang penulis dalami.

Bandung, 3 Maret 2016

(4)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metodologi Penelitian ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Komunikasi Data ... 5

2.2 Sinyal Informasi ... 6

2.3 Bentuk Komunikasi ... 8

2.4 Gangguan Transmisi ... 10

2.5 Performance ... 11

2.6 Mean Opinion Score (MOS) ... 12

2.7 Video ... 13

2.8 Komponen Video ... 14

2.9 Kompresi ... 15

2.10 Standar H.264 ... 16

2.11 Quadcopter ... 20

2.12 vMix ... 21

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 22

3.1 Perancangan Sistem ... 22

3.2 Kebutuhan Infrastuktur ... 22

(5)

vi

PENGUJIAN DAN ANALISA ... 28

4.1 Pengujian Pengambilan Video Bedasarkan Jarak ... 28

4.2 Pengujian Perhitungan Delay ... 32

4.3 Analisis Hasil Penyimpanan Video ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Kesimpulan ... 34

(6)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Forouzan, Behrouz A. 2007. Data Communications and Networking.

McGraw-Hill: New York.

[2] Richardson Ian E.G, 2003. H.264 and MPEG-4 Video Compression, Wiley,

Aberdeen.

[3] Li. J, “Advances on Video Coding Algorithms for Next Generation Mobile

Applications”, Thesis for Degree Doctor of Science. Julkaisu: Tampere University of Technology, August 2011.

[4] Yosi Yanata, Singkat Tepat Jelas Kompresi Video, 2002, Elex Media Komputindo, Jakarta.

[5] https://www.vmix.com/sofrware/. Diakses 02 Januari 2016.

[6] Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) Aeromodelling, Wednesday, 04 January 2006.

[7] http://www.dji.com/product/phantom/. Diakses 20 Februari.2016.

(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebuah gambar dapat diambil dari jarak yang jauh seperti dari udara untuk

mengambil objek video yang ada dipermukaan bumi. Untuk pengambilan video

dari atas atau dari udara diperlukan suatu alat untuk membawa kamera berupa

pesawat. Sebuah Quadcopter, merupakan pesawat tanpa awak yang memiliki empat

buah baling – baling (propeller) dan empat buah motor yang berfungsi sebagai actuator (penggerak) yang dikendalikan oleh flight controller. Alat ini memiliki

keunggulan, yaitu mekanik yang sederhana yang menyerupai helikopter dengan

ukuran begitu kecil dan mampu terbang kesegala arah. Penggunaan Quadcopter

yang membawa kamera dapat digunakan untuk pengambilan keperluan fotografi,

penginderaan jarak jauh untuk keperlukan monitoring, bahkan dapat digunakan

untuk keperluan khusus seperti pengambilan gambar untuk pencarian korban ketika

terjadi bencana. Kamera yang mengambil gambar, kemudian hasilnya akan

dikirimkan secara real time ke komputer yang ada di darat. Namun dikarenakan pengiriman video tersebut menggunakan media nirkabel, maka permasalahan yang

akan dihadapi adalah jarak pengirim dan penerima akan mempengaruhi hasil

kualitas video, selain itu adanya delay yang terjadi ketika pengiriman data.

Delay adalah waktu tunda suatu paket data yang diakibatkan oleh proses

transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya[1]. Delay yang terjadi

bisa disebabkan ukuran video yang terlampau besar sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk pengiriman video menjadi lebih lama. Untuk itulah teknik

kompresi sangat diperlukan pada saat pengiriman video. Salah satu teknik kompresi

video yang dapat digunakan adalah H.264, teknik ini merupakan teknik yang

menggunakan pengkodean Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding

(CABAC), Discrete Cosine Transform (DTC) yaitu mentransformasikan data dari domain ruang ke domain frekuensi.

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan teknologi kompresi video,

(8)

2 pada data rate yang lebih kecil, sehingga akan memudahkan komunikasi dan memperkecil penyimpanan file. Dengan membandingkan sebuah kompresi hingga

kita akan tahu mana kualitas video yang terbaik dan ukuran file yang akan

didapatkan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari tugas akhir ini adalah dapat membangun sebuah sistem

pengambilan video di udara menggunakan Quadcopter, yang kemudian hasil video

dikirimkan secara real time ke komputer yang ada di darat. Pengiriman video menggunakan teknik kompresi H.264 untuk mengurangi besarnya delay yang

mungkin terjadi.

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Dapat melihat pengaruh jarak antara pengirim dan penerima pada saat

pengambilan video terhadap delay.

2. Dapat menganalisa penggunaan teknik kompresi H.264 pada saat pengiriman

video berlangsung terhadap delay.

1.3 Batasan Masalah

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini batasan masalah antara lain :

1. Model yang digunakan adalah Aeromodelling Quadcopter.

2. Data yang dikompresi berbentuk video.

3. Teknik kompresi menggunakan H 264.

4. Program aplikasi yang digunakan untuk menyimpanan file hasil

pengambilan objek video berupa vMix.

1.4 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara-cara dalam melakukan suatu

penelitian. Dalam melakukan penelitian tugas akhir ini menggunakan beberapa

metode yaitu:

(9)

3 Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

membaca literatur, jurnal, dan buku yang ada kaitannya dengan judul

penelitian.

2. Perancangan Sistem

Mengumpulkan alat - alat yang akan digunakan dalam perancangan sistem

yang dibuat sesuai dengan kebutuhan,

3. Implementasi

Menerapkan alat - alat yang telah dirancang untuk dibuktikan kecocokannya

dan diverifikasikan kedalam sistem yang telah dirancang.

4. Pengujian dan Analisa

Melakukan percobaan sistem yang telah dibangun dengan merealisasikan

pembuatan hardware dan software pada sistem dan menganalisa cara kerja

hardware dan software dari sistem yang telah diuji tersebut.

5. Kesimpulan

Membuat kesimpulan hasil dari analisa yang telah dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun untuk memberikan gambaran

umum tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang permasalahan, mencoba merumuskan inti

permasalahan yang dihadapi, menentukan maksud, tujuan dan kegunaan penelitian,

yang kemudian diikuti dengan pembatasan masalah serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan judul tugas

akhir yang sedang dikerjakan dan hal-hal yang berguna dalam proses pengerjaan

pembangunan sistem.

(10)

4 Bab ini membahas tentang kebutuhan dalam sistem yang sedang dibangun,

pengguna, perancangan dan prosedur-prosedur yang dibutuhkan dari sistem untuk

pengembangan sistem ini, selain itu terdapat juga kebutuhan fungsional dan

non-fungsional dari sistem.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Membahas tentang implementasi dan pengujian sistem yang telah dikerjakan dari

hasil analasis dan perancangan yang telah dibuat, serta menerapkan kegiatan

implementasi dan pengujian pada sistem yang dibangun, sehingga diketahui apakah

sistem yang dibangun telah memenuhi syarat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang bermanfaat untuk

(11)

5

I

LANDASAN TEORI

1.1 Komunikasi Data

Kegunaan dasar dari sistem komunikasi data adalah untuk menjalankan

pertukaran data antara dua belah pihak. Dalam Gambar II.1 ditampilkan contoh

sistem komunikasi data sederhana.

Gambar I.1 Sistem Komunikasi Sederhana

Adapun elemen-elemen sistem komunikasi data tersebut :

1. Sumber : Alat ini membangkitkan data sehingga data ditransmisikan, contoh :

telepon

2. Pengirim : Biasanya data yang dibangkitkan dari sistem sumber tidak langsung

ditransmisikan dalam bentuk sinyal aslinya. Sebuah transmitter cukup

memindah dan menadai informasi dengan cara yang sama seperti menghasilkan

sinyal-sinyal elektromagnetik yang dapat ditranmisikan melewati sistem

tranmisi berututan.

3. Media tranmisi : Berupa jalur transmisi tunggal atau jaringan kompleks yang

menghubungkan antara sumber dengan tujuan .

4. Penerima : Receiver menerima sinyal dari sistem transmisi dan

menggabungkannya ke dalam bentuk tertentu yang dapat ditangkap oleh tujuan.

5. Tujuan : menangkap data yang dihasilkan oleh receiver. Sebuah transmisi data dapat berupa simplex, half duplex atau full duplex.

Transmisi data terjadi antara transmitter dan receiver melalui beberapa media transmisi. Media transmisi dapat digolongkan sebagai transmisi dengan

panduan (guided media) atau transmisi tanpa panduan (unguided media). Pada kedua hal itu komunikasi berada dalam bentuk gelombang elektromagnetik (EM).

(12)

6

guided media adalah : twisted pair, coaxial, serta serat optic. Untuk ungaidedmedia

menyediakan alat untuk mentransmisikan gelombang elektromagnetik (EM) namun

tidak mengendalikannya contohnya adalah perambatan (propagasi) gelombang

elektromagnetik (EM) di udara dan laut[1].

Selain menggunakan kabel, sistem komunikasi juga dapat menggunakan

udara sebagai media transmisinya. Informasi diubah ke dalam sinyal elektronik

yang akan diradiasikan ke udara. Sinyal tersebut terdiri dari medan listrik dan

medan magnet, atau sering disebut dengan sinyal elektromagnetik. Sinyal

elektromagnetik disebut juga dengan gelombang frekuensi radio (Radio Frequency waves). Gelombang radio memiliki parameter frekuensi, perioda, amplituda, panjang gelombang dan cepat rambat gelombang. Hubungan antara cepat rambat

gelombang, frekuensi dan panjang gelombang dirumuskan

dengan persamaan :

c= λ.f (2.1) dimana :

c = cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)

λ = panjang gelombang (m) f = frekuensi (Hz)

Cepat rambat gelombang elektromagnetik di ruang hampa udara sebesar 3 x 8 m/s.

1.2 Sinyal Informasi

Data adalah suatu jenis informasi yang disimpan atau didapatkan kembali

pada sebuah komputer. Oleh karena itu, jaringan mentransfer data dari satu

komputer ke komputer yang lain. Data tersebut dapat berupa pesan e-mail, file, web page, video, musik dan lain sebagainya.

Sistem komunikasi jaringan pada komputer melambangkan data dengan

menggunakan kode-kode yang diwakili secara efisien alat-alat elektronik dan

gelombang radio. Sinyal tersebut membawa informasi melalui sistem dari satu titik

(13)

7 Sinyal Digital

Sinyal pada komputer memiliki irama amplitudo yang berubah dari waktu

ke waktu. Sinyal digital pada Gambar II.2 biasanya berupa bilangan biner (dua

digit), sehingga disebut dengan rangkaian digitbiner (bit) atau data biner. Untaian digital dalam komputer dengan mudah menyimpan dan mengolah sinyal-sinyal

digitaltersebut ke dalam bentuk biner.

Gambar I.2 Sinyal Digital

Bilangan biner merupakan sebuah sistem yang hanya menggunakan 0 dan 1

untuk merepresentasikan angka-angka. Konversi dari system bilangan desimal ke

bilangan biner mudah dijalankan tinggal menyimpan bilangan biner tersebut.

Salah satu kelebihan sinyal digital adalah lebih mudah diperbaiki. Saat

sinyal merambat melalui medium udara, sinyal tersebut dapat berbenturan dengan

suara atau gelombang yang dapat merubah sinyal. Untuk mengatasi dan

memperbaiki sinyal tersebut, maka untaian digitaldapat mendeteksi jika ada denyut

dalam periode waktu tertentu dan membuat denyut baru yang sama dengan denyut

digital yang dikirim sebelumnya. Sinyal digital dapat menjangkau jarak jauh

melalui periodik repeater sambil melindungi integritas informasi.

Berikut ini hal-hal yang menetapkan karakteristik penting pada sinyal

digital:

1. Kecepatan Data

Kecepatan data menyesuaikan dengan kecepatan yang ditransfer sinyal digital.

Karena itu kecepatan data pada sinyal digital memberikan beberapa informasi

mengenai lamanya pengiriman data dari satu titik ke titik yang lain dan

(14)

8 tempuh jumlah total bit yang ditransmisikan. Ukuran untuk kecepatan bit adalah

bits per second (bps).

2. Throughput

Throughput sama dengan kecepatan data, akan tetapi kalkulasi throughput mengabaikan bit-bit yang berhubungan dengan overhead pada protokol

komunikasi. Tidak ada standar untuk merepresentasikan throughput, kecuali jika memasukkan informasi aktual yang dikirim menyebrangi jaringan. Karena itu,

throughput memberikan solusi yang akurat untuk merepresentasikan performa dan efisiensi jaringan yang sebenarnya.

Sinyal Analog

Sinyal analog seperti ditunjukkan Gambar II.3 merupakan salah satu

amplitudo sinyal yang berubah secara terus-menerus dari waktu ke waktu.

Gambar I.3 Sinyal Analog

Pada permulaan komunikasi elektronik, sebagian besar komunikasi

elektronik mengolah sinyal dalam bentuk analogkarena input informasinya berasal

dari manusia. Sinyal analogmemiliki amplitudo, voltase, energi, dan frekuensi.

1.3 Bentuk Komunikasi

(15)

9 Simplex

Simplex adalah salah satu bentuk komunikasi antara dua belah pihak, dimana sinyal-sinyal dikirim secara satu arah. Metode transmisi ini berbeda dengan

metode full-duplex yang mampu mengirim sinyal dan menerima secara sekaligus dalam satu waktu atau half-duplex yang mampu mengirim sinyal dan meneriam sinyal meski tidak dalam satu waktu. Transmisi secara simplex terjadi di dalam beberapa teknologi komunikasi, seperti siaran televisi atau siaran radio.

Transmisi simplex tidak digunakan dalam komunikasi jaringan karena node-node dalam jaringan umumnya membutuhkan komunikasi secara dua arah. Memang beberapa komunikasi dalam jaringan, seperti video streaming, terlihat seperti simplex, tapi sebenarnya lalu lintas komunikasi terjadi secara dua arah, apalagi jika protokol TCP yang digunakan protokol lapisan transportnya.

Duplex

Duplex adalah sebuah istilah dalam bidang telekomunikasi yang merujuk kepada komunikasi dua arah. Terdapat dua metode duplexing, yaitu:

1. Half duplex

Half duplex merupakan sebuah mode komunikasi dimana data dapat ditransmisikan atau diterima secara dua arah tapi tidak dapat secara

bersama-sama. Contoh paling sederhana adalah walkie-talkie, dimana dua penggunanya harus menekan sebuah tombol untuk berbicara dan melepaskan tombol tersebut

untuk mendengar. Ketika dua orang menggunakan walkie-talkie untuk berkomunikasi pada satu waktu tertentu, hanya salah satu diantara mereka yang

dapat berbicara sementara pihak lainnya mendengar. Jika kedua-duanya

mencoba untuk berbicara secara serentak, kondisi collision (tabrakan) pun terjadi dan kedua pengguna walkie-talkie tersebut tidak dapat saling mendengarkan apa yang keduanya kirimkan.

2. Full duplex

(16)

10 umumnya membutuhkan dua jalur komunikasi. Komunikasi full duplex juga dapat diraih dengan menggunakan teknik multiplexing, dimana sinyal yang berjalan dengan arah yang berbeda akan diletakkan pada slot waktu (time slot) yang berbeda. Kelemahan teknik ini adalah bahwa teknik ini memotong

kecepatan transmisi yang mungkin menjadi setengahnya.

Gambar I.4 Cara Kerja Transmisi Simplex, Half Duplex dan Full Duplex

1.4 Gangguan Transmisi

Dalam melakukan komunikasi data, sinyal yang diterima kemungkinan

mengalami kecacatan. Hal ini bisa disebabkan karena adanya gangguan transmisi.

Dalam pengiriman sinyal analog gangguan yang ditimbulkan yaitu menurunnya

kualitas sinyal, sedangkan pada pengiriman sinyal digital gangguan yang

ditimbulkan yaitu terjadinya Bit error.

Gangguan transmisi yang ada pada komunikasi data yaitu :

1. Atenuasi dan distorsi

Kekuatan sinyal berkurang apabila jarak komunikasinya terlalu jauh melalui

media transmisi. Pada sinyal analog karena atenuasi berubah-ubah sebagai

fungsi frekuensi, sinyal diterima menjadi menyimpang, sehingga mengurangi

tingkat kejelasan. Untuk unguided media, atenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak. Atenuasi membawakan tiga pertimbangan untuk

membangun transmisi. Pertama, sinyal yang diterima harus cukup kuat

sehingga arus elektronik pada receiver bisa mendeteksi sinyal. Kedua sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi dibandingkan derau yang

(17)

11 2. Distorsi Tunda

Distorsi tunda merupakan suatu kejadian khas pada Guided Media (transmisi panduan), kejadian ini disebabkan oleh sebuah sinyal yang melewati Guided

berbeda. Distorsi yang terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa kecepatan

penyebaran sebuah sinyal melewati medium guided berbeda dengan frekuensi. Sehingga berbagai komponen frekuensi suatu sinyal akan mencapai receiver

pada waktu yang berlainan dan mengakibatkan fasenya berubah di antara

frekuensi yang berbeda-beda atau akibat sinyal yang diterima mengalami

distorsi karena berbagai penundaan yang dialami pada pemilihan frekuensinya.

3. Noise

Merupakan sinyal yang tidak diinginkan yang terdapat diantara transmisi dan

penerimaan. Noise merupakan faktor utama yang membatasi kinerja sistem

komunikasi dengan menggunakan frekuensi. Dalam beberapa sistem, sebaran

utama noise adalah noise putih (noise thermal) yang disebabkan oleh pergerakan elektron dalam konduktor.

1.5 Performance

Setelah kita membahas transmisi data (sinyal). Salah satu yang tidak kalah

penting adalah kinerja seberapa baik diukur dari parameter-parameter antara lain

bandwidth, delay dan troughput.

1. Bandwidth adalah suatu ukuran dapat digunakan dalam dua pengukuran yang berbeda Hertz dan ada dalam satua bit per detik.

2. Delay merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan dari sumber data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan dikirim. Kita bisa mengatakan delay yang terbuat dari empat komponen : delay propagasi, delay transmisi,

delay antrian dan delay proses.

delay propagasi merupakan menghitung delay yang dibutuhkan berapalama

perjalanan dari sumber ke tujuan. Waktu propagasi dihitung dengan membagi jarak

(18)

12 Delay Propagasi=Cepat RambatJarak (2.2)

1.6 Mean Opinion Score (MOS)

Secara harafiah definisi “MOS –Mean Opinion Score” berdasarkan (ITU. G, 2003) adalah nilai skalar yang telah ditetapkan pada subjek yang diteliti sebagai

opini performa dari sistem tranmisi telepon yang digunakan untuk percakapan atau

untuk mendengarkan materi yang dibicarakan. Terlepas dari penilaian secara

subjektif penggunaan penilaian MOS juga digunakan untuk penilaian model secara

objektif (objective models) atau penilaian perencanaan model jaringan (network planning models). Dimana pengguna akan memberikan penilaian dengan range angka 1 - 5 dimana, angka 1 berarti kualitas yang amat buruk dan angka 5 adalah

kualitas yang sangat baik.

MOS Score Keterangan

5 Sangat baik

4 Baik

3 Cukup Baik

2 Kurang Baik

1 Buruk

Untuk menentukan nilai kualitas menggunakan MPQM (Moving Picture Quality Metric) ini berdasarkan riset yang dilakukan di Universitas California LosAngeles (UCLA). Dimana dengan perhitungan antara 5 (sangat bagus) sampai

1 (jelek) untuk mengekspresikan kualitas dari gambra video yang dibroadcast.

Metode ini sama dengan R-model yang biasa digunakan untuk mengukur estimasi

kualitas VOIP. Rumusan dari MPQM sebagai berikut :

(19)

13 Dimana:

Qr = Nilai kualitas image video, range 0 (unusable) s/d 5 (best)

Qe = Kualitas dari codec yang digunakan, harga berkisar antara 3-5

R = Parameter kalibrasi yang digunakan sebagai expresi kompleksitas dari codec

untuk video & bitrate, berkisar R (high)=3 R (low)=2

PLR = Packet loss Rate[8].

1.7 Video

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elekronik mewakilkan gambar

bergerak. Video dibuat dari beberapa gambar yang digerakan secara cepat sehingga

terlihat seakan-akan gambar tersebut bergerak.

Video Digital

Video Digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame. Rangkaian

frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan tertentu, bergantung laju

frame yang diberikan (dalam frame/detik) jika laju frame cukup tinggi, maka

manusia tidak dapat menangkap gambar per frame, melainkan menangkapnya

sebagai rangkaian yang saling berhubungan. Masing-masing frame merupaan

gambar digital. Suatu image digital dipresentasikan dalam matriks yang

masing-masing elemennya mempresentasikan nilai intensitas. Jika I adalah matriks 2

dimensi, I (x,y) adalah nilai intensitas yang sesuai pada posisi baris x dan kolom y

pada matriks tersebut. Titik-titik dimana image disempling disebut sebagai picture

elements atau sering dikenal sebagai piksel. Karakteristik video digital ditentukan

oleh resolusi (resolution) atau dimesi frame (frame dimension) kedalaman piksel (pixel depth), dan laju frame (frame rate). Karakteristik-karakteristik ini yang akan menentukan kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan atau

mentransmisikannya.

Video Analog

Jenis video ini memakai sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam

(20)

14 echo yang berakibat munculnya gambar ganda yang sangat mengganggu. Meskipun

banyak video yang diproduksi hanya untuk platform display digital untuk Web,

CD-ROM, atau sebagai presentasi HDTV DVD. Video analog kebanyakan masih

digunakan untuk penyiaran televisi, serta hanya digunakan di dalam platform untuk

mengirim dan melihat video.

Resolusi

Resolusi atau dimensi frame adalah ukuran sebuah frame pada videodigital. Resolusi dinyatakan dalam piksel x piksel. Semakin tinggi resolusi video semakin

baik kualitas video tersebut, dalam arti bahwa dalam ukuran fisik yang sama, video

dengan resolusi tinggi akan lebih detail. Namun, resolusi yang tinggi akan

mengakibatkan jumlah bit yang diperlukan untuk menyimpan dan

mentransmisikannya meningkat. Misalnya pada format VGA, resolusinya adalah

320 piksel x 240 piksel, ukuran ini umum digunakan untuk file video[3].

Laju Frame

Laju frame (Frame rate) menunjukkan jumlah frame yang digambar tiap detik, dan dinyatakan dengan frame per detik. Sehubungan dengan laju frame ini, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu kehalusan gerakan (smooth motion) dan kilatan (flash). Kehalusan gerakan ditentukan oleh jumlah frame yang berbeda per detik. Untuk mendapatkan gerakan yang halus, video digital setidaknya harus menampilkan sedikitnya 25 frame per detik. Kilatan ditentukan oleh jumlah berapa kali layar digambar per detik. Dengan 20 frame per detik, kilatan sudah dapat dilenyapkan. Video yang berkualitas baik akan memiliki laju frame yang tinggi, setidaknya sesuai dengan mata manusia, yang berarti membutuhkan jumlah bit yang lebih tinggi.

1.8 Komponen Video

Pada video digital, umumnya data video dipisahkan menjadi komponen – komponen, baik komponen warna maupun komponen kecerahan. Penyajian

(21)

15 dipisahkan dengan cara tertentu. Beberapa cara pemisahan komponen tersebut

adalah :

1. RGB

Data video dapat dipisahkan menjadi komponen – komponen untuk masing

– masing warna, yaitu merah ( Red ), hijau ( Green ), dab biru ( Blue ). Warna tiap pixel ditentukan oleh kombinasi intensitas dari masing – masing komponen warna. Sebagai contoh, pada RGB 24 bit, masing – masing komponen warna dinyatakan dalam 8 bit atau 256 level.

2. YUV

Pemisahan komponen tidak hanya dilakukan dengan pemisahan warna,

namun dapat juga dilakukan dengan memisahkan menurut komponen

kecerahan (luminance) dan komponen warna (crominance). Pada format PAL (Phase Alternating Line), sinyal kecerahan dinyatakan dengan Y, sedangkan dua sinyal warna dinyatakan dengan U dan V.

3. YIQ

Pemisahan sinyal video menjadi komponen kecerahan dan komponen warna dapat dilakukan juga sesuai dengan format NTSC (National Television System Committee), komponen kecerahan dinyatakan dengan Y, dan dua komponen warna dinyatakan dengan I dan Q. Karena persepsi mata manusia lebih peka

pada kecerahan dari pada warna, maka crominance cukup di-sampling separuh dari luminance[3].

1.9 Kompresi

Kompresi data atau pemampatan data adalah suatu proses pengubahan

sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

penyimpanan data dan waktu transmisi data. Saat ini kompresi data sangat

dibutuhkan untuk menghemat untuk menghemat ruang penyimpanan, untuk

menghemat biaya pengiriman data dari komputer satu ke komputer lainnya serta

(22)

16 dengan cara menghilangkan redundansi atau kemunculan berulang-ulang dari bagian file. Berikut adalah blok dasar dari kompresi data.

Gambar I.5 Blok Dasar Kompresi Data

Keterangan :

 Data asli: merupakan data input yang dikompresi, bisa berupa file text,

file image dan sebagainya, sekaligus sebagai output dari proses dekompresi data.

 Box proses kompresi data: proses data yang akan dikompresi menjadi data yang tidak sebenarnya.

 Data hasil kompresi: merupakan keluaran dari proses kompresi data[4].

1.10 Standar H.264

Standar H.264 dikembangkan dan dipublikasikan oleh MPEG (Motion Picture Expert Group) dan VCEG (Video Coding Expert Group). Standar H.264 lebih dikenal sebagai MPEG4 part 10 atau AVC (Advance Video Coding). Merupakan sebuah codec video digital yang memiliki keunggulan dalam rasio

kompresi (tingkat kompresi yang tinggi) dengan memanfaatkan metode blok

transformasi adaptif yang efektif. Rentang kerja baik data rate dan bandwidth

H.264 sama dengan standar sebelumnya, yaitu H.263. Perbedaan yang ada hanyalah

(23)

17 hanya mengenal ukuran block 4x4, 8x8 dan 16x16, maka standar H.264 memiliki

tujuh variasi ukuran block, 16x16, 16x8, 8x16, 8x8, 8x4, 4x8 dan 4x4. Tujuan pengembangan H.264 adalah untuk membuat suatu standar video digital yang dapat

menghasilkan kualitas video yang baik pada bit rate yang lebih kecil dibandingkan

dengan standar video digital sebelumnya H.263 tanpa harus melakukan perubahan

yang komplek dan dapat diimplementasikan dengan biaya yang murah[2].

Kompresi Intraframe

Kompresi Intrafame dilakukan dengan memanfaatkan redundansi spasial

yang terdapat dalam suatu frame. Redundansi ini disebabkan karena adanya kesamaan antara sebuah pixel dengan pixel disekitarnya. Kompresi intraframe

terdiri dari proses transformasi dan kuantisasi, dalam proses transformasi

digunakan Discrete Cosinus Transform (DCT) untuk melakukan proses transformasi dari domain waktu ke domain ruang. Kuantisasi digunakan untuk

memotong hasil transformasi, proses selanjutnya adalah pengkodean dengan

menggunakan Run Length Encoding (RLE) dan Variable Length Coding (VLC). Tahap paling awal pada kompresi intraframe adalah persiapan blok, yaitu suatu frame dibagi menjadi blok – blok yang tidak saling menindih. Pembagian blok ini diperlukan agar proses kompresi menjadi efisien, karena proses akan

dilakukan pada blok – blok yang relatif kecil. Di dalam proses intrafrema juga di kenal dengan Pencocokan blok atau block matching adalah proses pembandingan blok dengan blok – blok pada frame sebelumnya, untuk menemukan matching block. Matchingblock merupakan proses yang paling banyak menyita waktu selama

encoding. Matchingblock cukup dilakukan pada komponen kecerahan (luminance) dari frame. Hal ini dikarenakan mata manusia lebih peka terhadap kecerahan.

1. Langkah pertama untuk proses ini adalah membagi frame menjadi blok – blok berukuran tertentu. Ukuran blok yang besar mengakibatkan sedikit jumlah

vektor gerak yang dihasilkan. Namun, akan sulit menemukan blok yang match

(24)

18 2. Langkah selanjutnya adalah menentukan search area atau daerah pencarian pada frame referensi. Pencarian blok yang match dapat dilakukan pada seluruh daerah frame referensi. Namun karena perubahan antarframe

cenderung kecil, daerah pencarian cukup dibatasi pada posisi sekitar blok

target pada frame referensi, maka ditentukan suatu maximum displacement

yang membatasi jumlah pixel maksimum pada arah vertikal dan horizontal

dari posisi blok target pada frame saat ini.

3. Langkah terakhir adalah menemukan pencocokan blok pada daerah

pencarian. Proses ini dilakukan dengan membandingkan target blok dengan

blok – blok pada daerah pencarian yang disebut blok kandidat, seperti ditunjukkan pada Gambar II.6. Semakin besar displacement, semakin luas daerah pencarian, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan

pencocokan blok yang bagus. Namun jumlah blok kandidat meningkat secara

kuadratik sebanding dengan peningkatan displacement, sehingga lebih banyak lagi pembandingan blok yang perlu dilakukan.

Pencocokan blok target dengan blok – blok kandidat pada daerah pencarian dilakukan dengan besar step tertentu, yang merupakan besar pergeseran dalam pencarian blok. Jumlah blok kandidat, selain ditentukan oleh ukuran daerah

pencarian, ditentukan pula oleh besarnya step.

Blok Target Motion

vektor Search Area

Blok kandidat

(25)

19 Setelah diperoleh matching blok, maka perbedaan posisinya dengan target blok disebut vektor gerak (motion vector), Proses ini menghasilkan vektor gerak pada arah horizontal MVx dan vektor gerak pada arah vertikal MVy.

Entropy Coding

Pada standar H.264 ada dua pilihan mode, yaitu mode nol untuk pengkodean

dengan VLC dan mode satu untuk CABAC (Context-Base Adaptive Binary Arithmetic Coding)

1. Variable Length Encoding (VLC)

VLC digunakan untuk mengkodekan simbol dengan kode – kode tertentu yang mempunyai panjang berlainan. Pengkodean ini menggunakan prinsip entropi,

yaitu simbol yang sering muncul dikodekan dengan kode yang pendek dan

simbol yang jarang muncul dikodekan dengan kode yang panjang. Dengan

demikian, secara keseluruhan bit yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Pada kompresi intraframe, hasil proses RLE dikodekan dengan VLC, maka jumlah

bit yang disimpan atau ditransmisikan menjadi lebih kecil. 2. CABAC (Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding)

Jika pada standar H.263 algoritma yang digunakan jika VLC tidak dipilih

adalah Huffman, maka pada standar H.264 digunakan CABAC (Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding). Ini dilakukan saat entropy coding diset ke 1 (satu).

Untuk membuat pengkodean dengan metode CABAC, langkah – langkahnya sebagai berikut :

1. Binarization : mengkodekan symbol-simbol kedalam biner “0” dan “1”.

2. Context Model Selection : menentukan probabilitas simbol yang telah dibinerkan.

3. Arithmetic Encoding : Suatu coder arithmetic mengencode setiap simbol dari model probabilitas, hanya yang mengacu dengan “0” dan “1”.

4. Probability Update : model context yang dipilih diperbaharui berdasarkan

(26)

20 1.11 Quadcopter

Quadcopter merupakan alat yang menyerupai helikopter dengan ukuran

yang kecil sehingga bisa memudahkan penerbangan tanpa landasan yang besar,

dipergunakan untuk menerbangkan kamera untuk pengambilan video. Terdapat

beberapa jenis Quadcopter, baik dari jenis rakitan sendiri maupun yang sudah

dirakit oleh perusahaan. Ada juga yang telah dilengkapi dengan kameranya sendiri.

Di bawah ini adalah perusahaan yang sudah mengeluarkan beberapa produk dari

quadcopter. Perusahaan yang sudah meluncurkan Quadcopter diantaranya adalah

perusahan amerika yang bernama DJI.

Di bawah ini adalah contoh beberapa produk dari quadcopter.

1. Phantom 1

Phantom 1 adalah ukuran kecil pertama Ready-to-Fly VTOL, pesawat

multi-rotor terpadu DJI untuk syuting udara. dirilis pada bulan Januari

2013. Hal ini umumnya dilengkapi dengan kamera GoPro untuk pembuatan

film amatir atau fotografi. Ini adalah pertama pesawat siap terbang tak

berawak yang digunakan GPS. Ketahanan baterai 10 – 15 menit.

2. Phantom 2

Phantom 2 adalah pengembangan dari phantom 1 yang di desain mudah

terbang. Phantom 2 dirilis pada bulan Desember 2013.ditambahkan dengan

auto-return. Disertai peningkatan kecepatan penerbangan, meningkat waktu penerbangan dan berbagai terkendali, peningkatan kapasitas baterai,

smartphone, tablet dan bahkan beberapa kompatibilitas sensor cerdas.

Konfigurasi WiFi memungkinkan pengguna untuk jarak jauh memiringkan

kamera dan menyesuaikan orientasi pada dua sumbu untuk menembak

tingkat yang lebih baik.

3. Phantom 3

Phantom 3, dirilis pada bulan April 2015, menambahkan lightbridge

(27)

21 dan visual positioning system, yang memungkinkan Phantom 3 untuk lebih

mempertahankan posisinya di dataran rendah dan bahkan dalam ruangan[7].

1.12 vMix

vMix adalah aplikasi video mixer dan swicher yang dimanfaatkan kemajuan

terbaru dalam perangkat keras komputer untuk menyediakan live HD mixer video,

yang di sertai dengan penambahan pitur yang lengkap seperti adanya kompresi

untuk file dan adanya penyimpanan file yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh

(28)

22

II

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

1.1 Perancangan Sistem

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perancangan sistem yang akan

digunakan dalam pengiriman video menggunakan kompresi H.264. Gambar di

bawah menjelaskan tentang diagram blok sistem secara keseluruhan. Berikut adalah

gambar dan penjelasannya :

Pada Gambar III.1 secara garis besar terdiri dari dua blok utama yaitu blok

pengirim dan penerima. Blok pengirim terdiri dari sebuah pesawat drone yang

dilengkapi kamera berfungsi untuk mengambil objek video serta hasil video secara

langsung akan dikirimkan ke blok penerima. Sedangkan pada bagian blok penerima

yang terpasang alat komputer yang sekaligus mengkompresi hasil dari pengiriman

objek video serta sebagi media penyimpan hasil pengambilan gambar sehingga

pengguna dapat mengamati hasil video secara langsung melalui media komputer

dan menyimpan hasil dokumentasi video tersebut.

1.2 Kebutuhan Infrastuktur

Pada perancangan sistem ini dibutuhkan kebutuhan yang meliputi analisis

perangkat keras, analisis perangkat lunak, dan analisis pengguna yang akan

digunakan dalam pengujian ini.

(29)

23 1.2.1 Kebutuhan Infrasuktur

Untuk membangun aplikasi ini, maka diperlukan perangkat keras yang

mendukung proses pembuatan aplikasi tersebut. Spesifikasi perangkat keras yang

digunakan dalam membangun aplikasi ini adalah sebagai berikut:

Tabel I-1 Spesifikasi Perangkat Keras dan Petangkat Lunak

Nama Komponen

Spesifikasi Perangkat Keras

Spesifikasi Perangkat Lunak

Aeromodelling

/ alat bantu

pengambil video

 Quadcopter DJI

Pantom -

PC Desktop  Intel Core i5 2,3 GHz

 Harddisk 500 GB

 RAM 2 GB DDR3

 Sistem Operasi Windows 7

 Aplikasi viMIX (64)

Memori  Micro SD 16 GB

Kamera GoPro

Hero 3

 Sensor kamera 12 Mp

 Aperature lensa f/2.8

 Autofocus wide lensa

 Kemampuan rekaman

video 1080 60fps/720

120fps

 Memori McroSD

sampai 64GB

 Maximum data rate : 30fps pada resolusi

11Mp

 Baterai Li-ion 3.7V

1050mAh 3.885Wh

(30)

24 1.3 Tahapan Perancangan Sistem

Perancangan merupakan tahap dari analisis sistem, pada perancangan sistem

digambarkan rancangan sistem yang akan dibangun sebelum dilakukan kompresi

pada video. Dalam perancangan ini terdapat beberapa tahap, diantaranya proses

instalasi, seting pesawat drone, proses kompresi video, dan proses uji coba sistem.

Proses-proses tersebut dapat dilihat pada tahapan – tahapan di bawah ini.

1.3.1 Instalasi Aplikasi GoPro

Pada versi GoPro Hero 3 sudah dilengkapi dengan WiFi, fasilitas wireless

yang berguna untuk menghubungkan kamera ini dengan perangkat lain seperti

smartphone atau komputer yang berbasis Android atau iOS dari Apple. Hal utama

yang harus dilakukan adalah mempersiapkan aplikasi GoPro dari App Store atau

Play Store masing-masing perangkat. Dengan aplikasi tersebut, saat kamera GoPro

Hero 3 kita sudah terhubung dengan WiFi perangkat, maka kita dapat melihat

tampilan dan memberikan perintah untuk merekam. dengan mengikuti

langkah-langkah proses instalasi yang dipasang dalam komputer agar dapat dilihat pada

layar lampilan. Adapun proses instalisasiyaitu :

1. Pertama unduh aplikasi GoPro di Playstore.

2. Selanjutnya registrasi dan isi semua form beserta seri GoPro yang anda akan

sinkronkan, misal GoPro Hero3, GoPro Hero3+.

3. Setelah langkah-langkah dilakukan, kemudian nyalakan Wifi GoPro.

4. Selanjutnya aktifkan Wifi destop, sambungkan dengan Wifi GoPro.

1.3.2 Seting Pesawat Drone

Setelah instalasi aplikasi tampilan perangkat lunak selesai dilakukan,

langkah selanjutnya yaitu menseting Drone dan kamera pada pesawat. Kamera yang

terpasang pada drone berfungsi untuk pengambilan video diudara, untuk dikirimkan

(31)

25 Kalibrasi pada drone perlu dilakukan untuk menentukan titik poin dari GPS.

Karena dalam drone telah di pasang algoritma beck to home sehingga ketika batrai mulai mendekati kritis secara otomatis drone akan kembali pada tempat dimana dia

di kalibrasi pertama kali. Jika kalibrasi belum diset maka akan terjadi gangguan,

drone sulit menentukan jalan kembali ke titik poin, apalagi ketika penggunaan jarak

tempuh maksimal sehingga loss connet terhadap remot control. Untuk menghindari

hal tersebut maka kita dapat melakukan kalibrasi dengan cara melakukan langkah

– langkah sebagai berikut :

1. Nyalakan remot kontro, pastikan batrai terisi penuh.

2. Nyalakan video sender yang terdapat pada sisi remot control.

3. Reset pada tuas P1 di rimot control dengan melakukan naik turunkan tuas

sebanya 6x secara berulang.

4. Putar drone sampai 180° sehingga lampu hijau berkedip

5. Miringkan drone sampai 90° lalu putar kembali sampai 180° dan lampu hijau

mulai berhenti berkedip.

Langkah - langkah diatas akan menyimpan titik poin GPS ketika terakhir

kali melakukan kalibrasi.

1.3.3 Proses Kompresi Video

Pada proses ini masukannya berupa objek yang tertangkap oleh kamera,

kemudian setelah kamera ini mendeteksi objek maka bisa langsung mengirimkan

hasil tangkapan objek tersebut kesisi penerima. Disisi penerima kita langsung

sediakan software yang sudah bisa mengkompresi data video menjadi file video

(32)

26 Gambar I.2 Proses Kompresi Video

Pada Gambar III.2 terlihat diagram alir untuk kompresi video yang mana

diawali dengan pengambilan objek video pada kamera yang terpasang pada pesawat

drone. Selanjutanya pengiriman dan proses pelulangan untuk melakukan kompresi

jika data sudah terkompresi maka hasil video tersebut bisa langsung di simpan pada

PC destop sebagai media penyimpanan.

1.3.4 Instalisasi Sofware vMix

Aplikasi vMix digunakan untuk keperluan penyimpanan data video yang

telah diambil dari kamera dari pesawat Quadcopter. Aplikasi ini berada di sisi user,

sekaligus dari tujuan utama yaitu untuk mengkompresi hasil video. Untuk intalisasi

(33)

27 Gambar I.3 Tampilan Depan Aplikasi vMix

Gambar III.3 merupakan halaman muka aplikasi vMix saat mulai

dijalankan, pada halaman ini terdapat piranti yang dapat digunakan untuk

menamilkan video dari hasil pengambilan dan terdapat piranti penyimpan hasil file

video.

Sedangkan untuk proses konfigurasi langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut :

1. Membuka tab Add Input, lalu pilih account Camera.

2. Setelah itu isi dengan data sebagai berikut :

Camera = “vMx Video”

Resolution = “1024x768” Frame Rate = “PAL 50p” Video Format = “H.264”

Untuk yang pilihan lainnya biarkan default. Setelah itu pilih OK

3. Perintah di atas digunakan untuk konfigurasi data yang akan diambil dari

kamera pada laptop.

4. Setelah selesai konfigurasi, pastikan tampilan video tidak boleh terputus.

5. Langkah selanjutnya masuk Record untuk melakukan penyimpan hasil dari

(34)

V

PENGUJIAN DAN ANALISA

Pengujian pengambilan video dilakukan selama beberapa kali uji terbang

pada pesawat drone. Berikut ini adalah hasil dari pengujian dan analisa pengiriman

video.

1.1 Pengujian Pengambilan Video Bedasarkan Jarak

Pengujian ini dilakukan pada saat pengambilan video berdasarkan jarak

antara pengirim dan penerima. Pengujian yang pertama dilakukan untuk jarak

antara pengirim dan penerima secara vertikal.

Gambar I.1 Pengambilan Secara Vertikal

Dari hasil pengujian dapat kita lihat dari Gambar IV.1 ketinggian

pengambilan objek video secara vertikal yang dapat kita lihat dari tampilan aplikasi,

aplikasi ini sudah menyediakan alat pengukuran ketinggian yang ditampilkan

berupa altitude, speed dan distance.

1.1.1 Pengujian Pengambilan Video Secara Vertikal

Berikut adalah hasil pengujian hasil pengambilan video berdasarkan jarak

(35)

2 Tabel I-1 Pengambilan Data Video Secara Vertikal

No Jarak (m) Hasil Delay Video

1 0 – 100 Baik

2 100 – 200 Baik

3 200 – 300 Delay Rendah

4 300 – 400 Delay Tinggi

5 500 – 600 Tidak Ada gambar

Jarak pengambilan objek video dengan ketinggian secara vertikal dapat

dilihat dari Tabel IV.1 pengambilan yang optimal didapatkan antara 0-400 meter

dari pertama pesawat drone mulai naik.

Gambar I.2 Pengjujian Saat Terjadi Loss Koneksi

Dari Gambar IV.2 dapat kita lihat batas jarak yang pengambilan objek video

lebih dari jarak antara 500 meter ke atas kita tidak bisa melihat dan menyimpan

hasil video karena terjadi Loss Koneksi namun pesawat drone masih bisa di kontrol

(36)

3 1.1.2 Pengujian Pengambilan Secara Horizontal

Pada bagian ini dilakukan pengujian ini dilakukan pada saat pengambilan

video berdasarkan jarak antara pengirim dan penerima. Pengujian dilakukan untuk

jarak antara pengirim dan penerima secara horizontal.

Gambar I.3 Pengambilan Secara Horizontal

Dari hasil pengujian kita bisa lihat pada Gambar IV.3 jarak tempuh

pengambilan objek video secara horizontal yang dapat kita lihat dari tampilan

aplikasi yaitu Distance. Berikut ini adalah hasil pengujian pengambilan video

(37)

4 Tabel I-2 Pengambilan Data Video Secara Horizontal

No Jarak (m) Hasil Video

1 0 -100 Baik

2 100 – 200 Baik

3 200 – 300 Delay Rendah

4 300 – 400 Delay Tinggi

5 400 – 500 Tidak Ada gambar

Setelah kita mengambil objek video dengan ketinggian secara horizontal

dapat kita lihat dari Tabel IV.2 pengambilan yang optimal didapatkan antara 0-400

meter dari pertama pesawat drone mulai naik. Ini membuktikan jarak antara vetikal

dan horizontal berjarak sama cakupan dan jangkauan yang bisa diambil oleh kamera

video.

Gambar I.4 Saat Terjadi Loss Koneksi Saat Pengambilan Secara Horizontal

Dari Gambar IV.4 dapat kita lihat batas jarak yang bisa diambil oleh kamera

adalah 600 meter setelah melebihi 600 meter akan terjadi lost connection dan tidak

akan menampilkan hasil pengambilan objek video serta tidak bisa menyimpan hasil

(38)

5 1.2 Pengujian Perhitungan Delay

Delay dapat dicari dengan membagikan jarak jangkauan pengambilan video

dibagi dengan cepat rambat pengiriman sinyal pada media udara. Diketahui cepat

rambat pengiriman 3x108 m/s, dan mengacu pada rumus (2.2) di dalam Bab 2 yaitu

tentang perhitungan delay propogasi maka kita bisa lihat hasil dalam tabel

pengujian dibaha ini:

Tabel I-3 Pengujian Delay Menggunakan Kompresi

No Jarak (m) Menggunakan Kompresi

Delay (ms) Hasil Delay Video

1 100 0,3 Delay Sangat Rendah

2 200 0,6 Delay Rendah

3 300 0,10 Delay Normal

4 400 0,13 Delay Tinggi

5 500 >1 Tidak Ada Tampilan

Berdasarkan Tabel IV.3 kita dapat mengetahui semakin jauh jarak tempuh

maka delay akan semakin lama sehingga pengiriman menjadi akan lambat.

Berikut ini adalah hasil gambar tanpa menggunakan kompresi dan menggunakan

kompresi.

(a) (b)

Gambar I.5 Gambar (a) Merupakan Hasil Tanpa Kompresi dan Gambar (b) Hasil

(39)

6 Terlihat pada Gambar IV.5 hasil kompresi oleh H.264 sebenarnya tidak

terlalu berbeda jauh dari aslinya. Hal ini dikarenakan video masih menggunakan

resolusi hasil kompresi yaitu 450 x 280, tetapi pada saat hasil kompres di perbesar

berdasarkan monitor yang digunakan maka akan terlihat perbedaan kualitasnya.

Pada kompresi H.264 tidak terdapat standar nilai pixel yang digunakan, tetapi

kompresi menggunakan H.264 dapat mencapai 1280 x 720 pixel.

1.3 Analisis Hasil Penyimpanan Video

Setelah melakukan beberapa pengujian dengan pengambilan objek

menggunakan kamera maka dapat dihasilkan rasio kompresi antara yang

terkompresi dengan tanpa kompresi jumlah kapasitas penyimpan akan sangat

berbeda. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini.

Tabel I-4 Pebadingan Hasil Kompresi dengan Format Video RGB 720 x 480.

No Waktu

(menit)

Tanpa Kompresi

(MB)

Kompresi (MB)

Kualitas Video

1 1 101 21,3 MB Biak

2 2 163 37,4 MB Biak

3 3 205 43,3 MB Biak

4 4 337 49,5 MB Biak

5 5 406 57,4 MB Biak

6 6 502 63,6 MB Biak

Dengan menggunaan kompresi H.264 tentunya data yang tersimpan lebih

sedikit dan tidak memakan banyak kapasitas memori, ini bisa di lihat dalam Tabel

IV.4 yang menyimpan data yang begitu kecil tanpa harus menambah memori

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

1. Secara umum performa kompresi H.264 pada pengiriman video pesawat

drone cukup bagus. Dengan data rate video yang cukup rendah, dapat

dimainkan dengan lancar, hal ini belum dapat dilakukan sebelumnya pada

data video yang memakai format AVI, yaitu kompresi MPG-4 karena data

rate lebih besar. Performa yang tinggi ini diperoleh saat posisi user cukup

dekat dengan base station (dalam radius <300 m).

2. Performa video melalui pengiriman ini dipengaruhi oleh jarak pada saat

pengiriman terhubung dengan penerima. Semakin jauh jarak pengiriman

video pada saat pengiriman, maka performa video yang diterima akan

semakin buruk. Hal ini ditandai oleh meningkatnya delay yang pada,

akhirnya tidak bisa penyimpanan file video.

5.2 Saran

Saran yang diberikan untuk pengembangan sistem berikutnya adalah tidak

hanya berbentuk video namun di sertai dengan rekaman audio dan bisa disebarkan

ke pengguna lain menggunakan streaming video hasil dari pengambilan yang telah

(41)
(42)
(43)
(44)

F-1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Fajar Sidik Ramdani

Nama Panggilan : Fajar

Tempat/Tanggal Lahir : Garut , 21 Maret 1992

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Tetap : Jl. Raya Cikajang Kp. Bale Desa Rt/Rw 04/05 Kec.

Cikajang Garut

No Telepon : Rumah : -

Handphone : 081312904303

Email : fajar_sr21@yahoo.co.id

(45)

F-2

1999 – 2005 : Anggota Pramuka SDN Cibodas II

2005 - 2008 : Ketua Publikasi MTs N Al-Ittihadd Rancapandan

2006 : Angota Asgar Muda Garut

20010 : Anggota Syiar LDK UMMI UNIKOM.

2011 : Anggota BEM UNIKOM

2011 : Ketua Panitia Qurban LDK UMMI UNIKOM

2012, : Ketua LDK UMMI UNIKOM

2012-2013 : Pemred.Web. LDK UMMI UNIKOM

2013 : Ketua Bid Infokom BKLDK”.

2015 : Infokom JAWA BARAT

2010 – 2016 : Universitas Komputer Indonesia, Fakultas Teknik dan

ilmu komputer, Program Studi Teknik Komputer. Program

Srata-1

2008 – 2011 : SMK Nuurul Muttaqiin Cisurupan Garut

2005 – 2008 : MTs Al-Ittihadd Rancapandan

1999 – 2005 : SD Negeri Cibodas II Cikajang Garut

PENDIDIKAN FORMAL

(46)

F-3

Spesifikasi Keterangan

Adobe Flash Animasi, AS2.

Adope Photoshop Desain

Mic. Visual Studio Pemrograman Desktop: C#

Adobe After Effect Video Intro editing

Adobe Priemere Video editing

vMix Program MIXSER

(47)

TEKNIK KOMPRESI H.264 UNTUK TRANSMISI DATA HASIL VIDEO AEROMODELLING

1Fajar Sidik Ramdani, 2Susmini Indriani Lestariningati

1,2Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Universitas Komputer Indonesia, Jl. Dipati Ukur No.112-116, Bandung 40132 Email : 1fajar_sr21@yahoo.co.id, 2lestariningati@email.unikom.ac.id

ABSTRAK

Aeromodelling adalah merupakan salah satu cabang olahraga yang berkaitan dengan penerbangan model pesawat terbang. Aktivitas ini dapat diaplikasikan untuk pengambilan data berupa video dari atas udara menggunakan sebuah pesawat tanpa awak. Penggunaan aeromodelling adalah untuk mengamati sebuah aktivitas yang tidak dapat diambil oleh manusia. Hasil video yang telah diambil akan dikirimkan ke stasiun yang ada di bumi. Masalahnya adalah ukuran video yang besar mengakibatkan waktu pengiriman video menjadi lama dan menyebabkan delay yang cukup besar, sehingga tidak cocok untuk komunikasi real time. Untuk itu pengiriman video perlu dilakukan kompresi terlebih dahulu, agar ukuran file menjadi lebih kecil dan membutuhkan waktu pengiriman yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran file asli. Metoda kompresi yang digunakan adalah H.264, memiliki keunggulan dalam rasio kompresi (tingkat kompresi yang tinggi) dengan memanfaatkan metoda blok transformasi adaptif yang efektif. Sesuai dengan tujuan pengembangan H.264/AVC adalah untuk membuat suatu standar video digital yang dapat menghasilkan kualitas video yang baik pada data rate yang lebih kecil dibandingkan dengan standar video digital sebelumnya (MPEG-2, H.263, maupun MPEG-4) tanpa harus melakukan perubahan yang komplek dan dapat diimplementasikan dengan biaya yang murah. Dari hasil pengujian didapatkan pengiriman video tampa menggunakan kompresi membutuhkan waktu pengiriman > 300 ms, sedangkan menggunakan kompresi waktu pengiriman <100 ms, dimana pengiriman data dikatakan baik, karena telah memenuhi standar ITU.

Kata kunci: Aeromodelling, kompresi H.264

PENDAHULUAN

Sebuah gambar dapat diambil dari jarak yang jauh seperti dari udara untuk mengambil objek video yang ada dipermukaan bumi. Untuk pengambilan video dari atas atau dari udara diperlukan suatu alat untuk membawa kamera berupa pesawat. Sebuah Quadcopter, merupakan pesawat tanpa awak yang memiliki empat buah baling – baling (propeller) dan empat buah motor yang berfungsi sebagai penggerak (actuator) yang dikendalikan oleh flight controller. Alat ini memiliki keunggulan, yaitu mekanik yang sederhana yang menyerupai helikopter dengan ukuran begitu kecil dan mampu terbang kesegala arah. Penggunaan Quadcopter yang membawa kamera dapat digunakan untuk pengambilan keperluan fotografi, penginderaan jarak jauh untuk keperlukan monitoring, bahkan dapat digunakan untuk keperluan khusus seperti pengambilan gambar untuk pencarian korban ketika terjadi bencana. Kamera yang mengambil gambar, kemudian hasilnya akan dikirimkan secara real time ke komputer yang ada di darat. Namun dikarenakan pengiriman video tersebut menggunakan media nirkabel, maka permasalahan yang akan dihadapi adalah jarak pengirim dan penerima akan mempengaruhi hasil pengambilan video, selain itu adanya delay yang terjadi ketika pengiriman data.

Delay adalah waktu tunda suatu paket data yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya[1]. Delay yang terjadi bisa disebabkan ukuran video yang terlampau besar sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman video menjadi lebih lama. Untuk itulah teknik kompresi sangat diperlukan pada saat pengiriman video. Salah satu teknik kompresi video yang dapat digunakan adalah H.264, teknik ini merupakan teknik yang menggunakan pengkodean Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding (CABAC), Discrete Cosine Transform (DTC) yaitu mentransformasikan data dari domain ruang ke domain frekuensi.

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan teknologi kompresi video, menggunakan teknik kompresi H.264 untuk mendapatkan kualitas video yang baik pada data rate yang lebih kecil, sehingga akan memudahkan komunikasi dan memperkecil penyimpanan file. Dengan membandingkan sebuah kompresi hingga kita akan tahu mana kualitas video yang terbaik dan ukuran file yang akan didapatkan.

TINJAUAN PUSTAKA

(48)

Gambar 2.1 Sistem Komunikasi Sederhana

Adapun elemen-elemen sistem komunikasi data tersebut :

1. Sumber : Alat ini membangkitkan data sehingga data ditransmisikan, contoh : telepon

2. Pengirim : Biasanya data yang dibangkitkan dari sistem sumber tidak langsung ditransmisikan dalam bentuk sinyal aslinya. Sebuah transmitter cukup memindah dan menadai informasi dengan cara yang sama seperti menghasilkan sinyal-sinyal elektromagnetik yang dapat ditranmisikan melewati sistem tranmisi berututan.

3. Media Tranmisi : Berupa jalur transmisi tunggal atau jaringan kompleks yang menghubungkan antara sumber dengan tujuan .

4. Penerima : Recever menerima sinyal dari sistem transmisi dan menggabungkannya ke dalam bentuk tertentu yang dapat ditangkap oleh tujuan.

Ada dua jenis bentuk komunikasi, yaitu: simplex dan duplex

Simplex

Simplex adalah salah satu bentuk komunikasi antara dua belah pihak, dimana sinyal-sinyal dikirim secara satu arah. Metode transmisi ini berbeda dengan metode full-duplex yang mampu mengirim sinyal dan menerima secara sekaligus dalam satu waktu atau half-duplex yang mampu mengirim sinyal dan meneriam sinyal meski tidak dalam satu waktu. Transmisi secara simplex terjadi di dalam beberapa teknologi komunikasi, seperti siaran televisi atau siaran radio.

Transmisi simplex tidak digunakan dalam komunikasi jaringan karena node-node dalam jaringan umumnya membutuhkan komunikasi secara dua arah. Memang, beberapa komunikasi dalam jaringan, seperti video streaming, terlihat seperti simplex, tapi sebenarnya lalu lintas komunikasi terjadi secara dua arah, apalagi jika protokol TCP yang digunakan protokol lapisan transportnya.

Duplex

Duplex adalah sebuah istilah dalam bidang telekomunikasi yang merujuk kepada komunikasi dua arah. Terdapat dua metode duplexing, yaitu: 1. Half duplex

Half duplex merupakan sebuah mode komunikasi dimana data dapat ditransmisikan atau diterima secara dua arah tapi tidak dapat secara bersama-sama. Contoh paling sederhana adalah walkie-talkie, dimana dua penggunanya harus menekan sebuah tombol untuk berbicara dan melepaskan tombol tersebut untuk mendengar, Ketika dua orang menggunakan walkie-talkie untuk berkomunikasi pada satu waktu tertentu, hanya salah satu diantara mereka yang dapat berbicara sementara pihak lainnya mendengar. Jika kedua-duanya mencoba untuk berbicara secara serentak, kondisi collision (tabrakan) pun terjadi dan kedua pengguna walkie-talkie tersebut tidak dapat saling mendengarkan apa yang keduanya kirimkan.

2. Full duplex

Dalam komunikasi full duplex, dua pihak yang saling berkomunikasi akan mengirimkan informasi dan menerima informasi dalam waktu yang sama, dan umumnya membutuhkan dua jalur komunikasi. Komunikasi full duplex juga dapat diraih dengan menggunakan teknik multiplexing, dimana sinyal yang berjalan dengan arah yang berbeda akan diletakkan pada slot waktu (time slot) yang berbeda. Kelemahan teknik ini adalah bahwa teknik ini memotong kecepatan transmisi yang mungkin menjadi setengahnya.

Gambar 2.4 Cara Kerja transmisi Simplex,Half

Duplex dan Full Duplex

Gangguan Transmisi

Dalam melakukan komunikasi data, sinyal yang diterima kemungkinan mengalami kecacatan. Hal ini bisa disebabkan karena adanya gangguan transmisi. Dalam pengiriman sinyal analog gangguan yang ditimbulkan yaitu menurunnya kualitas sinyal, sedangkan pada pengiriman sinyal digital gangguan yang ditimbulkan yaitu terjadinya Bit error.

Gangguan transmisi yang ada pada komunikasi data yaitu :

1. Atenuasi dan distorsi

(49)

transmisi. Pada sinyal analog karena atenuasi berubah-ubah sebagai fungsi frekuensi, sinyal diterima menjadi menyimpang, sehingga mengurangi tingkat kejelasan. Untuk unguided media, atenuasi adalah fungsi yang lebih kompleks dari jarak. Atenuasi membawakan tiga pertimbangan untuk membangun transmisi. Pertama, sinyal yang diterima harus cukup kuat sehingga arus elektronik pada receiver bisa mendeteksi sinyal. Kedua, sinyal harus mempertahankan level yang lebih tinggi disbanding derau yang meningkat.

2. Distorsi Tunda

Distorsi tunda merupakan suatu kejadian khas pada Guided Media (transmisi panduan), kejadian ini disebabkan oleh sebuah sinyal yang melewati Guided berbeda. Distorsi yang terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa kecepatan penyebaran sebuah sinyal melewati medium guided berbeda dengan frekuensi. Sehingga berbagai komponen frekuensi suatu sinyal akan mencapai receiver pada waktu yang berlainan dan mengakibatkan fasenya berubah di antara frekuensi yang berbeda-beda atau akibat sinyal yang diterima mengalami distorsi karena berbagai penundaan yang dialami pada pemilihan frekuensinya.

3. Derau

 Merupakan sinyal yang tidak diinginkan yang terdapat diantara transmisi dan penerimaan. Derau merupakan faktor utama yang membatasi kinerja sistem komunikasi dengan menggunakan frekuensi. Dalam beberapa sistem, sebaran utama derau adalah derau putih (noise thermal) yang disebabkan oleh pergerakan elektron dalam konduktor.

Performance

Setelah kita membahas transmisi data(sinyal). Salah satu yang tidak kalah penting adalah kinerja seberapa baik di ukur dari parameter-parameter antara lain Bandwidth , delay dan troughput.

1. Bandwidth adalah suatu ukuran dapat digunakan dalam dua pengukuran yang berbeda Hertz dan ada dalam satua bit per detik. 2. Delay merupakan lamanya waktu yang

dibutuhkan dari sumber data atau informasi untuk sampai ke tempat tujuan dikirim. Kita bisa mengatakan delay yang terbuat dari empat komponen : delay propagasi, delay transmisi, delay antrian dan delay proses.

delay propagasi merupakan menghitung delay yang dibutuhkan berapalama perjalanan dari sumber ke tujuan. Waktu propagasi dihitung dengan membagi jarak dengan propagasi kecepatan

dengan rumus :

� � � � � = … … 2

Video

Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elekronik mewakilkan gambar bergerak. Video dibuat dari beberapa gambar yang digerakan secara cepat sehingga terlihat seakan-akan gambar tersebut bergerak.

Video Digital

Video Digital pada dasarnya tersusun atas serangkaian frame. Rangkaian frame tersebut ditampilkan pada layar dengan kecepatan tertentu, bergantung laju frame yang diberikan (dalam frame/detik) jika laju frame cukup tinggi, maka manusia tidak dapat menangkap gambar per frame, melainkan menangkapnya sebagai rangkaian yang saling berhubungan. Masing-masing frame merupaan gambar digital. Suatu image digital dipresentasikan dalam mantrik yang masing-masing elemennya mempresetasikan nilai intensitas. Jika I adalah matrik 2 dimensi, I (x,y) adalah nilai intensitas yang sesuai pada posisi baris x dan kolom y pada matriks tersebut. Titik-titik dimana image disempling disebut sebagai picture elements atau sering dikenal sebagai piksel. Karakteristik Video Digital ditentukan oleh resolusi (resolution) atau dimesi frame (frame dimension) kedalaman piksel (pixel depth), dan laju frame (frame rate). Karakteristik-karakteristik ini yang akan menentukan kualitas video dan jumlah bit yang dibutuhkan untuk menyimpan atau mentransmisikannya.

Video Analog

Jenis video ini memakai sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam pada pita elektrik. Pada sistem analog terdapat efek lintas jamak yang menimbulkan echo yang berakibat munculnya gambar ganda yang sangat mengganggu. Meskipun banyak video yang di produksi hanya untuk platform display digital untuk Web, CD-ROM, atau sebagai presentasi HDTV DVD. Video analog kebanyakan masih digunakan untuk penyiaran televisi, serta hanya digunakan didalam platform untuk mengirim dan melihat video.

Resolusi

Gambar

Gambar I.1 Sistem Komunikasi Sederhana
Gambar I.2 Sinyal Digital
Gambar I.3 Sinyal Analog
Gambar I.4 Cara Kerja Transmisi Simplex, Half Duplex dan Full Duplex
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, teknik pengkodean video pada umumnya menerapkan Constant Frame Rate seperti pada Gambar 1a, dimana setiap detiknya akan ditampilkan jumlah frame yang sama,

DAN PERANGKAT BERGERAK BERBASIS ANDROID DENGAN FORMAT STANDAR VIDEO H.264. LAPORAN

Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis kualitas layanan Video Call menggunakan codec H.263 dan H.264 pada perangkat NSN FlexiPacket Radio yang ada pada Laboratorium

Teknik kompresi pada proyek akhir ini menggunakan video source yang telah dilakukan konversi dari R’G’B ke Intensity untuk memudahkan pengolahan data matrix, sehingga kita

Berdasarkan seluruh hasil pengujian, sistem kompresi video menggunakan transformasi wavelet dan Arithmetic Coding pada bagian intraframe memberikan nilai rasio kompresi yang

Dengan adanya kompresi video , memudahkan suatu rumah sakit untuk mengompresi hasil rekam medis khusunya hasil video Rekam Medis/Radiology dengan ukuran yang lebih kecil

Hasil simulasi dan pembahasan teknik kompresi data satelit inderaja MODIS dengan teknik kombinasi prediksi interband (interkanal) linier dan skip citra kanal

Keywords: real time video, H.264/AVC, data partitioning, packet wireless network, unequal error protection, reed-solomon, joint source channel cod- ing, packet losses INTRODUCTION