• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN "

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh: M. NASEKH

Kajian yang diteliti dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran NHT pada pelajaran IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran NHT pada pelajaran IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo

(2)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(PTK)

Oleh:

M. NASEKH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION(TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ( PTK)

Oleh:

SISWATI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian... 6

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUANPUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Aktivitas Belajar... 15

3. Hasil Belajar ... 21

4. Pembelajaran Kooperatif... 25

5. Pengertian Model Pembelajaran NHT ... 29

B. Kerangka Pikir ... 35

C. Hipotesis ... 37

III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

1. Tempat Penelitian ... 38

2. Waktu Penelitian ... 38

3. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

4. Rancangan Penelitian ... 39

5. Prosedur Penelitian ... 41

6. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 43

7. Sumber Data Penelitian ... 44

8. Teknik Pengumpulan data ... 44

9. Teknik Analisis data ... 44

(5)

A. Gambaran Umum ... 53

B. Hasil Penelitian ... ... 54

1. Siklus I ... 54

2. Siklus II ... 61

3. Siklus III ... 68

C. Pembahasan Penelitian ... 75

1. Siklus I ... ... ... 75

2. Siklus II ... 76

3. Siklus III ... 77

a. Aktifitas Belajar Siswa ... . 77

b. Hasil Belajar Siswa ... 80

V. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 82

b. Saran ... 83

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………

Sekretaris : Drs. Teddy Rusman, M. Si. ………

Penguji : Dr. R. Gunawan S, S.Pd., S.E., M.M. ………..

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003

(7)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(Q.S Insyirah)

Tiada kesuksesan, tanpa adanya sedikitpun kegagalan .

(8)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Khodijah

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113004

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar

pustaka.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Khodijah

NPM. 1013113004 Materai

(9)

6000,-Alkhamdulillahirabilalamin,

Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:

Ayahanda dan Ibunda tercinta semoga Allah SWT. selalu

memberikan kemulyaan didunia dan akherat.

Anak-anakku yang aku cintai dan aku sayangi.

Saudara-saudaraku yang ku sayangi.

Para pendidik yang ku hormati

(10)

Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODELPROBLEM-BASED

LEARNINGPADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa :Khodijah

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113004

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Ekonomi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Yon Rizal, M.Si. Drs. Teddy Rusman, M.Si.

NIP 19600818 198603 1 005 NIP 19600826 198031 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs.Hi. Nurdin, M.Si.

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal penggunaan

media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajaran. Hal ini

membawa siswa ke dalam situasi belajar yang bervariasi sehingga siswa

terhindar situasi pembelajaran yang membosankan. Pembelajaran IPS di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) difokuskan pada fenomena empirik yang

terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran IPS harus

memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional

dan membuat siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam pelajaran

untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-sehari.

Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang

tinggi memungkinkan pencapaian hasil belajar yang tinggi. Aktivitas siswa

selama pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi

selama proses pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud adalah yang mengarah

pada aktivitas yang disebut on task (kegiatan yang mendukung pembelajaran)

seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan

teman, memberikan pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru,

(12)

2

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru IPS yang mengajar di kelas

VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada semester genap

Tahun Pelajaran 2011/2012, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya

belum nampak atau bisa dikatakan masih rendah. Hal tersebut terlihat pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang

memperhatikan penjelasan guru, keluar masuk kelas, mengantuk, dan ketika

guru memberikan kesempatan bertanya hanya sedikit yang memanfaatkan hal

tersebut. Kemudian, hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan indikator

keberhasilan atau masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM).

Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran

IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada

semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.

(13)

Berdasarkan Tabel 1. di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata

pelajaran IPS pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten

Tanggamus pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang mendapat

nilai ≥ 65 dari pada Ulangan Harian I sebesar 22,22% dan pada Ulangan

Harian ke II sebesar 27,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS

siswa di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada

semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 masih di bawah standar nilai

kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu

sebesar≥65.

Menurut Djamarah (2002: 18), Apabila bahan pelajaran yang diajarkan

kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada

mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan belum

optimalnya kualitas proses belajar mengajar. Hal ini di duga karena dalam

kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode mengajar yang tepat,

sehingga tidak menarik minat siswa untuk belajar dan dapat berdampak negatif

terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas dan hasil belajar diduga karena

guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam

pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka

perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang

diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan

(14)

4

Penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk

mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan

hasil belajar IPS. Peneliti memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan

siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang

berkaitan dengan pengajaran (Dimyati dan Mujiono, 1999: 4). Dalam model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa lebih aktif dalam

memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing

atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan Penelitian

Tindakan Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa kurang respon terhadap pelajaran dan kurang bersemangat dalam

belajar di kelas.

2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam memberikan

pelajaran sehingga siswa menjadi kurang bersemangat.

(15)

4. Guru cenderung masih dominan dalam kelas, kurang memberi kesempatan

pada siswa.

5. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, guru menjelaskan

pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.

6. Hasil belajar IPS siswa masih ada yang belum mencapai standar

ketuntasan belajar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT), aktivitas dan hasil belajar pada Mata

Pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah,

maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata

pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata

pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012?

(16)

6

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada

mata pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap

Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran

2011/2012.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

sebagai berikut.

1) Bagi guru, dengan penelitian tindakan kelas ini guru sedikit demi sedikit

mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe NHT agar dapat memperbaiki dan

meningkatkan sistem pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi,

sehingga permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dapat diminimalkan.

2) Bagi siswa, melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan siswa dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS.

3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan dalam

(17)

G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Numbered Head Together

(NHT) untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.1 yang diajarkan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/

2012.

4. Waktu Penelitian

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu

proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik

tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik (2010: 10)

menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan

dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat

pengetahuan dan latihan. Disini guru harus mengantarkan siswanya untuk

memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut. Good dan

Brophy dalam Slameto (2008: 15), menyatakan bahwa,”Belajar merupakan

suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh

sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil depelajari

pengalaman itu sendiri.

Slameto (2008: 2),berpendapat bahwa” Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil

(19)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka belajar adalah suatu proses yang

mengubah tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi pada

lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan

sebelumnya

b. Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang melibatkan komponen-komponen

pembelajaran yang meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi

pcmbelajaran, media pembelajaran, dan penunjang merupakan suatu kesatuan

yang mempunyai huhungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu wujud kegiatan pendidikan di sekolah.

Kegiatan pendidikan di sekolah berfungsi membantu pertumbuhan dan

perkembangan siswa agar tumbuh ke arah positif. Maka cara belajar di sekolah

harus terarah pada pencapaian ketuntasan. Melalui sistem pembelajaran di

sekolah, siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan akan terjadi

perubahan kognitif, afèktif dan psikomotorik.

Tujuan dalam pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan

pengajaran. lsi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang

diharapkan. Bahan pelajaran merupakan isi kegatan pembelajaran yang

mewarnai tujuan dan mendukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan

untuk dimiliki oleh siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai metode

(20)

10

digunakan harus betul-betul efektif dan efisien agar diperoleh hasil belajar

yang optimal.

Kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subyek sekaligus sebagai obyek

dan kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan

belajar siswa dalam mencapal suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

akan tercapai jika siswa belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.

Hasil pembelajaran yang optimal tergantung pada kemampuan siswa dan guru.

Harapan siswa adalah memperoleh nilai yang baik sebagai acuan dalam proses

kenaikan kelas, sedangkan harapan guru adalah tercapainya proses

pembelajaran menuju perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif

dan poskomotorik siswa. Dengan diperolehnya hasil belajar shswa yang

optimal maka tujuan pembangunan dibidang pendidikan akan lebih mudah

tercapai.

Tata hubungan artara guru dan siswa serta hubungan antara berbagai

komponen yang mendukung dalam pembelajaran, perlu dijalin dalam tata

hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung dan

berinteraksi sehingga brdampak positif bagi pembentukan diri siswa. Jadi

semua unsur tersebut harus saling kait- mengkait untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Teori yang berkaitan erat dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme adalah teori

perkembangan mental piaget. Teori ini disebut juga teori perkembangan intelektual

(21)

untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga

dewasa, setiap tahap perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu

dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Menurut Piaget dalam Sanjaya (2006: 118),

bahwa pada saat manusia belajar telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses

organisasi informasi dan proses adaptasi. Keterlibatan teori perkembangan kognitif

piaget dalam pembelajaran adalah: (1) bahasa dan cara pikir siswa berbeda dengan

orang dewasa oleh karen itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai

dengan cara berfikir siswa, (2) siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik, guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan dengan sebaik-baiknya, (3) bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya

terbaru tapi tidak asing, (4) siswa diberi peluang agar belajar sesuai dengan tahap

perkembangannya, dan (5) didalam kelas siswa hendaknya diberi peluang untuk

berinteraksi dengan bahan pelajaran, guru dan teman-temannya.

Menurut Sanjaya (2006: 124), belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua

elemen penting yaitu belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar

dan proses secara psikososial sebagai proses yang berkaitan dengan lingkungan sosial

budaya. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan

menggunakan fisik berupa alat indranya untuk menangkap atau menyerap stimulus

tersebut, kemudian dengan menggunakan syaraf otaknya informasi yang telah

diterima diolah. Keterlibatan alat indra dalam menyerap stimulus dan syaraf otak

dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik psikologi

sebagai elemen dasar dalam belajar. Ide dasar lain dari teori Vygotsky adalah

scaffolding yaitu memberikan dukungan dan bantuan kepada anak yang sedang pada

awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan dan bantuan

(22)

12

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar, Slavin

dalam Slameto (2008: 117) adalah (1) top-down processing, siswa dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan kemudian menemukan keterampilan yang

dibutuhkan. (2) cooperative learning yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar konsep yang sulit, dalam strategi ini siswa belajar secara berpasangan atau

kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (3)

generatif learning, strategi ini menekankan adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pembelajaran konstruktivisme yang telah

dipaparkan , maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme adalah

proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Pembelajaran konstruktivisme membiasakan siswa untuk memecahkan masalah dan

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mencari dan menemukan ide-ide

dengan mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Djamarah (2002: 54), mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara

lain:

1. Belajar Aktif

Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan terbentuk

dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan

kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan

anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi

simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menjawab sendiri,

(23)

2. Belajar Lewat Interaksi Sosial

Belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di

antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan membantu

perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial, perkembangan

kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah

kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan

alternatif tindakan.

3. Belajar Lewat Pengalaman Sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada

pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.

Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan

kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme (Suryosubroto, 2002: 36).

Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan

dibentuk oleh siswa apabila siswa dengan objek/orang dan siswa selalu

mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.

Tujuan pengajaran ditetapkan oleh guru berdasarkan kurikulum, berupa

tujuan pembelajaran khusus yang menjabarkan tujuan pengajaran beserta

bahan pengajarannya. Siswa harus giat belajar untuk mencapai tujuan

pengajaran melalui interaksi belajar mengajar bersama guru. Pemilihan

metode mengajar yang tepat sangat mendukuang keberhasilan dan proses

(24)

14

Dikaitkan dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka setiap

pendidik (guru) harus dapat memulih dan mampu menerapkan metode

pengajaran yang baik dan tepat agar terjadi interaksi edukatif dan produktif.

Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik merupakan

proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan

metode-metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran yang tepat akan

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem Ditinjau dan pendekatan sistem, maka

dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen yang saling

berinteraksi satu sama lain membentuk satu sistem yang utuh untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Suryosubroto (2002: 30),

komponen-komponen pembelajaran tersebut sebagai berikut.

1. Tujuan, secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran, berupa pengetahuan, dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam PTK.

2. Subyek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagal subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaka pada diri subyek belajar.

3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dan kegiatan pembelajaran.

4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembalajaran yang diyakini efektivitatasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

5. Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.

(25)

2. Aktivitas Belajar

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar,

kekuatan mental itulah yang mendorong siswa untuk belajar. Kekuatan mental

itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita, ahli psikologi

pendidikan menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar

tersebut sebagai aktivitas.

Menurut Hamalik (2010: 22), aktivitas adalah segala kegiatan yang

dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses

belajar mengajar merupakai salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk

belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama

proses belajar mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud dalam kegiatan

pembelajaran adalah kcgiatan aktivitas siswa yang mengarah pada proses

belajar. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua antara lain

Mengerjakan tugas ekonomi mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas

sebaik-baiknya dan mcnciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat

belajar ekonomi. Hamalik (2010: 24) mengatakan, aktifnya siswa selama

proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau

motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila

ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

1. Bertanya pada guru

(26)

16

Semua ciri perilaku tersebut diatas merupakan instrument yang terdapat dalam

lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar

untuk setiap siklus. Majid (2007: 23), menyatakan bahwa”hal yang paling

mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang

tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing

-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.

Aktivitas yang timbul dan siswa akan mcngakibatkan pula tcrbentuknya

pcngetahuan dan yang akan mengarah pada peningkalan presetasi.

Proses pembelajaran dapat dilakukan simulasi terlebih dahulu yang mirip

dengan pesawat dan memiliki karakteristik yang sama. Alat yang dapat

membantu proses belajar ini adalah media atau alat peraga pembelajaran.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman

belajar bagi siswa,

Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar.

Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik

dibidang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat

bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari

kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan

komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai

berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai

(27)

memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan

tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari

intruksi”.

Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh

siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Hamalik (2010: 171) yang menyatakan “pengajaran

yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar

sendiri atau melakukan aktivitas.”

Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya

terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak

seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau

keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan

dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri

melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah

bimbingan tenaga pengajar. Menurut Sadirman (2007: 99), “tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas”.

Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses

atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam

belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa

sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Sadirman (2007: 38)

belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

(28)

18

Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat

dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu

dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa

melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya

belajar. Menurut Sanjaya (2006: 36) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan

yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar

yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang

melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa

manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.

Menurut Hamalik (2010: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi

delapan jenis.

1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.

3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.

4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,

diagram.

6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

(29)

Menurut Hamalik (2010: 38), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan

dalam pembelajaran meliputi.

1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,

2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,

3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),

4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),

5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.

Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan

yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1999: 7)

menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang

kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada

aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya

mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa

sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah

(2002: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih

banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan

oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.

Sanjaya, Edgar Dale, (2006: 199), melukiskannya dalam sebuah kerucut yang

kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience,) seperti pada

(30)

20

Berdasarkan gambar kerucut pengamatan dari Edgar Dale di atas, dapat

dijelaskan bahwa dalam proses belajar siswa mempunyai kecenderungan

mengenai hal mengingat yaitu: ketika dalam proses belajar siswa hanya

membaca saja, maka siswa akan mampu mengingat 10% dari hal yang mereka

baca. Kemudian ketika dalam proses belajar siswa hanya mendengar saja,

maka siswa hanya mampu mengingat 20% dari yang mereka dengar. 10 % dari apa yang kita baca

20 % dari apa yang kita dengar

30 % dari apa yang kita lihat

50 % dari apa yang kita dengar

dan lihat

(31)

Selanjutnya ketika siswa hanya melihat, contohnya: melihat gambar, menonton

film, menonton pameran dan menonton sebuah demonstrasi, maka kemampuan

siswa untuk mengingat hanya 30% dari apa yang mereka lihat. Hal tersebut

dalam kategori siswa yang termasuk pasif. Kemudian ketika siswa dalam

proses belajar hanya mendengar dan melihat, contohnya: berpartisipasi/ ikut

serta dalam diskusi dan memberi sepatah kata. Maka, kemampuan siswa untuk

mengingat sebesar 50% dari yang mereka dengar dan mereka lihat. Kemudian

siswa yang dalam proses belajarnya, melakukan atau merasakan sendiri, seperti

presentasi yang berkaitan dengan penampilan yang dramatis, simulasi dan

melakukan hal yang nyata. Maka, siswa akan mampu mengingat sebesar 70%

dari apa yang mereka katakan atau lakukan. Berdasarkan uraian di atas,

semakin aktif siswa maka semakin banyak hal yang mereka ingat dan itu akan

meningkatkan hasil belajar mereka.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dan kegiatan belajar mengajar yang ingin dicapai

oleh setiap peserta didik sebagai hasil dan proses pendidikannya. Pengertian

hasil belajar menurut Sadirman (2007: 75) adalah penguasaan pengetahuan atas

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan

dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru.

Istilah basil belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya

(32)

22

pendapat di atas, bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh dan

kegiatan belajar di sekolah yang berupa nilai dan angka.

Menurut Arikunto (2007: 21), secara garis besar faktor-faktor yang dapat mem

pengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri manusia, dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis, yang dapat dikategorikan sebagai faktor yang antara lain usia kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, dapat dikiasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Pendapat di atas, menyatakan bahwa yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa bennacam-macam dimulai dan faktor yang berasal dari dalam diri (interr)

sampai faktor yang berasal dari luar dirinya. Hasil belajar yang dicapai oleh

siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat dalam bentuk nilai yang

diperoleh melalui tes (ulangan ujian) yang berhubungan materi pelajaran yang

telah diperoleh atau yang dipelajarinya.

Menurut Djamarah, (2002: 97) Keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas

beberapa tingkatan atau taraf sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% sampai 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

c. Berkeinginan, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% sampal dengan 75% saja.

(33)

Menurut David (2008: 10), pembelajaran kooperatif akan memberi manfaat

bagi peserta didik dengan adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan

kognitif peserta didik. Jika dilakukan dengan sempurna setiap peserta didik

akan mempunyai tanggungjawab untuk tugasnya masing-masing serta

berpeluang mempunyai pengetahuan yang lain melalui kelompok yang

berbeda. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut.

a. Peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama.

b. Peserta didik harus memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggungjawab diantara para anggota kelompok.

e. Peserta didik diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama dalam belajar.

g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Lundgren dalam Rahmadi, 2011: 18).

Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:

a. setiap anggota memiliki peran;

b. terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik;

c. setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya juga teman-teman kelompoknya;

d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok;

e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.(Carin dalam Rahmadi, 2011: 10).

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yang

dikemukakan oleh David (2008: 10), yaitu penghargaan kelompok,

(34)

24

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan

individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yang dirangkum oleh Ibrahim

(dalam Rahmadi, 2011: 21).

a. Hasil Belajar Akademik

Efek penting yang pertama pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit. Di samping mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat

memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun

kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi totur bagi siswa kelompok

bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang

memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Pelaksaanaan tutorial ini, siswa

kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi

pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang

(35)

b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah

penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,

kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Berikut ini merupakan

garis besar premis yang diajukan oleh Goldon Allport (1954). Telah

diketahui bahwa hanya kontak fisik saja di antara orang-orang yang

berbeda ras atau kelompok etnik tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan

dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa

yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung

satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Efek penting yang ketiga dari model pembelajaran kooperatif ialah

ketrampilan sosial, salah satunya mengajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di

dalam masyarakat di mana banyak aktivitas sebagian besar dilakukan

dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana

masyarakat secara budaya semakin beragam.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

(36)

26

bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam

pembelajaran kopentensi belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Keberhasilan dan pembclajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode

belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran

secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya

jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat

motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya

yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat

sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat

diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil

belajar pun dapat ditingkatkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa

adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk

sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu

maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah

tanggung jawab idividu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam

diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja

kelompok optimal.

Pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota

(37)

lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada

kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.

Memperhatikan pengertian dan pembelajaran kooperatif di atas, peneliti

berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk mcningkatkan

aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan

bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota

kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi

semua harus aktif

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif

adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil. Menurut Lungdren

dalam Rahmadi (2011: 47) unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai

berikut:

1) Siswa dalam kelempoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup

spenanggungan bersama”.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikasih evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.

6) Siswa berbagi kepeminpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama sama proses belajarnya.

(38)

28

Memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti

berpendapat hahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang

tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan.

Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga

dituntut tanggung jawab individu.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan

memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi

pelajaran tertentu, Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran

kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran

kooperatif tersebut. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya

2) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, scorang guru hendaklah dapat

membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok

(39)

5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatiff TipeNumbered Head Together(NHT)

Model adalah contoh atau fiqur yang berkaitan dengan strategi mengajar.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak

dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap

kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru

memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa

memiliki tugas berbeda.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT juga merupakan suatu cara

penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami

sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu

objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu

objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan

diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan

dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan

kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam

(40)

30

berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Slameto

(2008: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

Darmadi (2010: 28), mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja

dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe

NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Darmadi (2010: 29), dengan tiga

langkah yaitu :

a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah;

(41)

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1.Persiapan

Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2.Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merkan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3.Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4.Diskusi masalah

Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5.Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

(42)

32

Langkah 6.Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren

dalam Darmadi (2010: 18), antara lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dalam

menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model

pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan

kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa

sekolah menengah pertama harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik

siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada

siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan

pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat

(43)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam merangkum suatu

cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali cerita yang

dipelajarinya. Tujuan model pembelajaran Number Head Together adalah

agar pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam

bentuk tugas per kelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan

pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya,

karena ada kerjasama itulah diharapkan siswa tidak mengalami kesulitan

atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT diharapkan dapat

membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk

rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan

sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam

kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa

nasionalisme.

(44)

34

Menurut Hamalik (2010: 121) pembelajaran kooperatif tipe NHT

dikembang-kan dengan melibatkan siswa dalam melihat kembali bahan

yang tercakup da-lam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa

pemahaman mereka me-ngenai isi pelajaran tersebut. Tahapan pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Slameto (2008: 121)

dalam empat langkah seba-gai berikut.

1. Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang berang-gotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa da-lam kelompok itu.

2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat berva-riasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

3. Berpikir Bersama (HeadsTogether)

Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bah-wa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

4. Pemberian Jawaban (Answering)

Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab

terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa

dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa

hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap

kelompok me-lakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota

(45)

Sudjana (2004: 15) mengemukakan bahwa: “Manfaat dari model

pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa adalah:

1. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 2. Perselisihan antar pribadi berkurang

3. Sikap apatis berkurang 4. Pemahaman lebih mendalam 5. Motivasi lebih besar

6. Hasil belajar lebih baik

7. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi”

B. Kerangka Pikir

1. Penerapan pembe1ajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

Model pembelajaran merupakan suatu strategi pembelajaran dimana dalam

pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif.

Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang

mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif

menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi

pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru

mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan pembelajaran aktif ini,

peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,

tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru

membagi siswa kedalam beberapa nomor. Kemudian setiap nomor diminta

untuk melakukan presentasi berdasarkan nomor yang dipanggil oleh guru.

Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada

(46)

36

tinggi. Pada Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat,

maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan

mendominasi kelas itu.

2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS

Upaya meningkatkan hasil belajar memerlukan pembaharuan model-model

pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran yang memungkinkan

suasana dialog agar peserta didik dapat terlihat secara aktif selama

pembelajaran. Suasana pembelajaran dikondisikan sedemikian rupa

sehingga tercipta interaksi diantara peserta didik. Hal ini untuk mcnghapus

kesan komunikasi yang berjalan satu arah, dari guru ke peserta didik.

Diharapkan peserta didik dapat mcnggali dan menemukan sendiri

informasi tentang materi pelajaran. Sehingga peserta didik dapat

merasakan belajar IPS sebagai tantangan bukan sebagai beban.

Desain penelitian ini dirancang untuk menyelidiki upaya penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini

peneliti menduga bahwa ada pengaruh yang berbeda dari adanya

perbedaan perlakuan pada tingkatan aktivitas siswa yang berbeda. Peneliti

menduga Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT) dengan tahap-tahapan pembelajarannya lebih efektif meningkatkan

(47)

menduga ada interaksi antara Model Pembelajaran Numbered Head

Together (NHT) dengan aktivitas siswa terhadap hasil belajar.

Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 Semester Genap SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 Semester Genap SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

(NHT)

Aktivitas Belajar Meningkat

(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai metode

pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas VIII.1 Semester Genap

Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran

2011/2012. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B. Tempat dan Waktu Penetitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten

Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas

VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/

2012.

3. Subyek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo

Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa 38

(49)

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa

dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten

Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus

merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu :

(1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan

yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah

yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal,

analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya

skenario pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan

untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan

(50)

40 d. Refleksi

Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran,

menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi

dikumpulkan serta dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi

dan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan

yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika

pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian

akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator

keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya

sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II

dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan

tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam

(51)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan

refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan

siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan

untuk menyempurnakan siklus II.

5. Prosedur Penelitian a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Menyusun jadwal penelitian

2. menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan

penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Head Together (NHT).

3. merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

4. mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam

kegiatan belajar IPS.

5. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan

kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT).

6. menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa

(52)

42 memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,

catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan

untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan

pembelajaran antara lain:

Tabel 3. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

No Per 40 Menit % Ket

1 2 3 4 5 ……

1 2 3 4 5

Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task)

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran

3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama

4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan

5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham

(53)

Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru

2. Tidak menulis atau tidak mencatat

3. Mengantuk

4. Tidak mengganggu kelompok lain

5. Mengobrol

6. Bermain-main

d. Refleksi

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau

yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

6. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan

dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan

merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian.

Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:

a. jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90%

maka telahmasuk dalam kreteria “tinggi”.

b. jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%

(54)

44 7. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri dan:

1. data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes

hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

8. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode

penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan

adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar

dikelas.

2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Bentuk tes yang

digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.

9. Teknik Analisis Data

Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif berdasarkan peningkatan

skor aktifitas belajar pada setiap siklus. Demikian pula pada hasil belajar

Gambar

Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII.1 SMPNegeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada semester genapTahun Pelajaran 2011/2012.
Gambar Kerucut Pengalaman dan Edgar Dale/ sumber sanjaya. 2004: 200
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 3. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam prosespembelajaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran

[r]

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Pada kondisi yang tidak menentu, saya berani menjalankan usaha ini secara terus

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa