UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP
PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: M. NASEKH
Kajian yang diteliti dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran NHT pada pelajaran IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi. Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran NHT pada pelajaran IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII.1 SEMESTER GENAP
PADA SMP NEGERI 2 SUMBEREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(PTK)
Oleh:
M. NASEKH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION(TAI) PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.4 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU
TAHUN PELAJARAN 2011/2012 ( PTK)
Oleh:
SISWATI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Kegunaan Penelitian... 6
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUANPUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Pengertian Belajar ... 8
2. Aktivitas Belajar... 15
3. Hasil Belajar ... 21
4. Pembelajaran Kooperatif... 25
5. Pengertian Model Pembelajaran NHT ... 29
B. Kerangka Pikir ... 35
C. Hipotesis ... 37
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
1. Tempat Penelitian ... 38
2. Waktu Penelitian ... 38
3. Subjek dan Objek Penelitian ... 38
4. Rancangan Penelitian ... 39
5. Prosedur Penelitian ... 41
6. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 43
7. Sumber Data Penelitian ... 44
8. Teknik Pengumpulan data ... 44
9. Teknik Analisis data ... 44
A. Gambaran Umum ... 53
B. Hasil Penelitian ... ... 54
1. Siklus I ... 54
2. Siklus II ... 61
3. Siklus III ... 68
C. Pembahasan Penelitian ... 75
1. Siklus I ... ... ... 75
2. Siklus II ... 76
3. Siklus III ... 77
a. Aktifitas Belajar Siswa ... . 77
b. Hasil Belajar Siswa ... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 82
b. Saran ... 83
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Yon Rizal, M.Si. ………
Sekretaris : Drs. Teddy Rusman, M. Si. ………
Penguji : Dr. R. Gunawan S, S.Pd., S.E., M.M. ………..
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M. Si NIP. 19600315 198503 1 003
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(Q.S Insyirah)
Tiada kesuksesan, tanpa adanya sedikitpun kegagalan .
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Khodijah
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113004
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak pernah terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecauli disebutkan di dalam daftar
pustaka.
Bandar Lampung, Oktober 2012
Khodijah
NPM. 1013113004 Materai
6000,-Alkhamdulillahirabilalamin,
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada:
Ayahanda dan Ibunda tercinta semoga Allah SWT. selalu
memberikan kemulyaan didunia dan akherat.
Anak-anakku yang aku cintai dan aku sayangi.
Saudara-saudaraku yang ku sayangi.
Para pendidik yang ku hormati
Judul PTK : UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODELPROBLEM-BASED
LEARNINGPADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.3 SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 2 GADINGREJO KAB. PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa :Khodijah
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013113004
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Yon Rizal, M.Si. Drs. Teddy Rusman, M.Si.
NIP 19600818 198603 1 005 NIP 19600826 198031 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan, Ketua Program Studi,
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi
Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs.Hi. Nurdin, M.Si.
A. Latar Belakang Masalah
Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal penggunaan
media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajaran. Hal ini
membawa siswa ke dalam situasi belajar yang bervariasi sehingga siswa
terhindar situasi pembelajaran yang membosankan. Pembelajaran IPS di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) difokuskan pada fenomena empirik yang
terjadi di sekitar siswa. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran IPS harus
memudahkan siswa untuk mampu membuat pilihan-pilihan secara rasional
dan membuat siswa dapat menggunakan konsep-konsep dalam pelajaran
untuk menganalisis persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-sehari.
Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang
tinggi memungkinkan pencapaian hasil belajar yang tinggi. Aktivitas siswa
selama pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa
untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi
selama proses pembelajaran. Aktivitas yang dimaksud adalah yang mengarah
pada aktivitas yang disebut on task (kegiatan yang mendukung pembelajaran)
seperti bertanya pada guru, menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan
teman, memberikan pendapat dalam diskusi, menyelesaikan tugas guru,
2
Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru IPS yang mengajar di kelas
VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada semester genap
Tahun Pelajaran 2011/2012, masih banyak siswa yang aktivitas belajarnya
belum nampak atau bisa dikatakan masih rendah. Hal tersebut terlihat pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung masih banyak siswa yang kurang
memperhatikan penjelasan guru, keluar masuk kelas, mengantuk, dan ketika
guru memberikan kesempatan bertanya hanya sedikit yang memanfaatkan hal
tersebut. Kemudian, hasil belajar yang diperoleh belum sesuai dengan indikator
keberhasilan atau masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil Ulangan Harian I (UH I) dan Ulangan Harian II (UH II) mata pelajaran
IPS di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada
semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
Berdasarkan Tabel 1. di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata
pelajaran IPS pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten
Tanggamus pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang mendapat
nilai ≥ 65 dari pada Ulangan Harian I sebesar 22,22% dan pada Ulangan
Harian ke II sebesar 27,77. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS
siswa di kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada
semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 masih di bawah standar nilai
kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu
sebesar≥65.
Menurut Djamarah (2002: 18), Apabila bahan pelajaran yang diajarkan
kurang dari 65% dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada
mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan belum
optimalnya kualitas proses belajar mengajar. Hal ini di duga karena dalam
kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode mengajar yang tepat,
sehingga tidak menarik minat siswa untuk belajar dan dapat berdampak negatif
terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, rendahnya aktivitas dan hasil belajar diduga karena
guru menggunakan model pembelajaran yang kurang tepat dalam
pembelajarannya. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka
perlu adanya perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan
4
Penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk
mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
hasil belajar IPS. Peneliti memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan
siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang
berkaitan dengan pengajaran (Dimyati dan Mujiono, 1999: 4). Dalam model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) siswa lebih aktif dalam
memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing
atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Siswa kurang respon terhadap pelajaran dan kurang bersemangat dalam
belajar di kelas.
2. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam memberikan
pelajaran sehingga siswa menjadi kurang bersemangat.
4. Guru cenderung masih dominan dalam kelas, kurang memberi kesempatan
pada siswa.
5. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, guru menjelaskan
pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan guru.
6. Hasil belajar IPS siswa masih ada yang belum mencapai standar
ketuntasan belajar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT), aktivitas dan hasil belajar pada Mata
Pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2
Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan masalah,
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata
pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2
Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada mata
pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2
Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012?
6
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada
mata pelajaran IPS di kelas VIII.1 Semester Genap Pada SMP Negeri 2
Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada mata pelajaran IPS Di Kelas VIII.1 Semester Genap
Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran
2011/2012.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut.
1) Bagi guru, dengan penelitian tindakan kelas ini guru sedikit demi sedikit
mengetahui strategi pembelajaran dengan menggunakan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi,
sehingga permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dapat diminimalkan.
2) Bagi siswa, melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan siswa dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS.
3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk perbaikan dalam
G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian
Penerapan model pembelajaran kooperaif tipe Numbered Head Together
(NHT) untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar IPS.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.1 yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
3. Wilayah Penelitian
SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/
2012.
4. Waktu Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Belajar merupakan suatu
proses yang berlangsung seumur hidup, dalam belajar terjadi perubahan baik
tingkah laku, sikap dan cara berpikir. Pendapat Hamalik (2010: 10)
menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan
dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat
pengetahuan dan latihan. Disini guru harus mengantarkan siswanya untuk
memperoleh dan menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut. Good dan
Brophy dalam Slameto (2008: 15), menyatakan bahwa,”Belajar merupakan
suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh
sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil depelajari
pengalaman itu sendiri.
Slameto (2008: 2),berpendapat bahwa” Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri sebagai hasil
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka belajar adalah suatu proses yang
mengubah tingkah laku melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi pada
lingkungan sekitarnya sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan
sebelumnya
b. Pembelajaran
Pembelajaran sebagai suatu sistem yang melibatkan komponen-komponen
pembelajaran yang meliputi tujuan, subyek belajar, materi pelajaran, strategi
pcmbelajaran, media pembelajaran, dan penunjang merupakan suatu kesatuan
yang mempunyai huhungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran merupakan salah satu wujud kegiatan pendidikan di sekolah.
Kegiatan pendidikan di sekolah berfungsi membantu pertumbuhan dan
perkembangan siswa agar tumbuh ke arah positif. Maka cara belajar di sekolah
harus terarah pada pencapaian ketuntasan. Melalui sistem pembelajaran di
sekolah, siswa melakukan kegiatan belajar dengan tujuan akan terjadi
perubahan kognitif, afèktif dan psikomotorik.
Tujuan dalam pembelajaran berfungsi sebagai indikator keberhasilan
pengajaran. lsi tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah hasil belajar yang
diharapkan. Bahan pelajaran merupakan isi kegatan pembelajaran yang
mewarnai tujuan dan mendukung tercapainya tingkah laku yang diharapkan
untuk dimiliki oleh siswa. Metode dan alat berfungsi sebagai metode
10
digunakan harus betul-betul efektif dan efisien agar diperoleh hasil belajar
yang optimal.
Kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subyek sekaligus sebagai obyek
dan kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan
belajar siswa dalam mencapal suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
akan tercapai jika siswa belajar secara aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil pembelajaran yang optimal tergantung pada kemampuan siswa dan guru.
Harapan siswa adalah memperoleh nilai yang baik sebagai acuan dalam proses
kenaikan kelas, sedangkan harapan guru adalah tercapainya proses
pembelajaran menuju perubahan tingkah laku yang meliputi kognitif, afektif
dan poskomotorik siswa. Dengan diperolehnya hasil belajar shswa yang
optimal maka tujuan pembangunan dibidang pendidikan akan lebih mudah
tercapai.
Tata hubungan artara guru dan siswa serta hubungan antara berbagai
komponen yang mendukung dalam pembelajaran, perlu dijalin dalam tata
hubungan yang serasi, saling mempengaruhi serta saling tergantung dan
berinteraksi sehingga brdampak positif bagi pembentukan diri siswa. Jadi
semua unsur tersebut harus saling kait- mengkait untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Teori yang berkaitan erat dengan strategi pembelajaran yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental piaget. Teori ini disebut juga teori perkembangan intelektual
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa, setiap tahap perkembangan intelektual dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu
dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Menurut Piaget dalam Sanjaya (2006: 118),
bahwa pada saat manusia belajar telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses
organisasi informasi dan proses adaptasi. Keterlibatan teori perkembangan kognitif
piaget dalam pembelajaran adalah: (1) bahasa dan cara pikir siswa berbeda dengan
orang dewasa oleh karen itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan cara berfikir siswa, (2) siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik, guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan dengan sebaik-baiknya, (3) bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya
terbaru tapi tidak asing, (4) siswa diberi peluang agar belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya, dan (5) didalam kelas siswa hendaknya diberi peluang untuk
berinteraksi dengan bahan pelajaran, guru dan teman-temannya.
Menurut Sanjaya (2006: 124), belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua
elemen penting yaitu belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar
dan proses secara psikososial sebagai proses yang berkaitan dengan lingkungan sosial
budaya. Pada saat seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya, ia akan
menggunakan fisik berupa alat indranya untuk menangkap atau menyerap stimulus
tersebut, kemudian dengan menggunakan syaraf otaknya informasi yang telah
diterima diolah. Keterlibatan alat indra dalam menyerap stimulus dan syaraf otak
dalam mengelola informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik psikologi
sebagai elemen dasar dalam belajar. Ide dasar lain dari teori Vygotsky adalah
scaffolding yaitu memberikan dukungan dan bantuan kepada anak yang sedang pada
awal belajar, kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan dan bantuan
12
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar, Slavin
dalam Slameto (2008: 117) adalah (1) top-down processing, siswa dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan kemudian menemukan keterampilan yang
dibutuhkan. (2) cooperative learning yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar konsep yang sulit, dalam strategi ini siswa belajar secara berpasangan atau
kelompok untuk saling membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi, (3)
generatif learning, strategi ini menekankan adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang pembelajaran konstruktivisme yang telah
dipaparkan , maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konstruktivisme adalah
proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.
Pembelajaran konstruktivisme membiasakan siswa untuk memecahkan masalah dan
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, mencari dan menemukan ide-ide
dengan mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Djamarah (2002: 54), mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara
lain:
1. Belajar Aktif
Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan terbentuk
dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan
kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan
anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi
simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan menjawab sendiri,
2. Belajar Lewat Interaksi Sosial
Belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di
antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan membantu
perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial, perkembangan
kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah
kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan
alternatif tindakan.
3. Belajar Lewat Pengalaman Sendiri
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada
pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan
kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme (Suryosubroto, 2002: 36).
Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan
dibentuk oleh siswa apabila siswa dengan objek/orang dan siswa selalu
mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.
Tujuan pengajaran ditetapkan oleh guru berdasarkan kurikulum, berupa
tujuan pembelajaran khusus yang menjabarkan tujuan pengajaran beserta
bahan pengajarannya. Siswa harus giat belajar untuk mencapai tujuan
pengajaran melalui interaksi belajar mengajar bersama guru. Pemilihan
metode mengajar yang tepat sangat mendukuang keberhasilan dan proses
14
Dikaitkan dengan pendidikan dan pengajaran di sekolah, maka setiap
pendidik (guru) harus dapat memulih dan mampu menerapkan metode
pengajaran yang baik dan tepat agar terjadi interaksi edukatif dan produktif.
Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada anak didik merupakan
proses pengajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan
metode-metode pengajaran tertentu. Metode pengajaran yang tepat akan
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem Ditinjau dan pendekatan sistem, maka
dalam proses pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen yang saling
berinteraksi satu sama lain membentuk satu sistem yang utuh untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Suryosubroto (2002: 30),
komponen-komponen pembelajaran tersebut sebagai berikut.
1. Tujuan, secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran, berupa pengetahuan, dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam PTK.
2. Subyek belajar, merupakan komponen utama karena berperan sebagal subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaka pada diri subyek belajar.
3. Materi pelajaran, merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pembelajaran akan memberi warna dan bentuk dan kegiatan pembelajaran.
4. Strategi pembelajaran, merupakan pola umum mewujudkan proses pembalajaran yang diyakini efektivitatasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Media pembelajaran, adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
2. Aktivitas Belajar
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar,
kekuatan mental itulah yang mendorong siswa untuk belajar. Kekuatan mental
itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita, ahli psikologi
pendidikan menyebutkan kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar
tersebut sebagai aktivitas.
Menurut Hamalik (2010: 22), aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakai salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Aktivitas-aktivitas yang dimaksud dalam kegiatan
pembelajaran adalah kcgiatan aktivitas siswa yang mengarah pada proses
belajar. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua antara lain
Mengerjakan tugas ekonomi mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas
sebaik-baiknya dan mcnciptakan kondisi yang kondusif sehingga murid dapat
belajar ekonomi. Hamalik (2010: 24) mengatakan, aktifnya siswa selama
proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila
ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
1. Bertanya pada guru
16
Semua ciri perilaku tersebut diatas merupakan instrument yang terdapat dalam
lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar
untuk setiap siklus. Majid (2007: 23), menyatakan bahwa”hal yang paling
mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang
tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing
-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dan siswa akan mcngakibatkan pula tcrbentuknya
pcngetahuan dan yang akan mengarah pada peningkalan presetasi.
Proses pembelajaran dapat dilakukan simulasi terlebih dahulu yang mirip
dengan pesawat dan memiliki karakteristik yang sama. Alat yang dapat
membantu proses belajar ini adalah media atau alat peraga pembelajaran.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman
belajar bagi siswa,
Salah satu faktor yang penting dalam proses pendidikan adalah belajar.
Dengan belajar manusia akan dapat meningkatkan kemampuanya baik
dibidang pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang dapat bermanfaat
bagi dirinya dalam masyarakat. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari
kegiatan psikhis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan
komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat dipahami sebagai
berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Hal ini sesuai
memperoleh modifikasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku. Belajar adalah pengetahuan keterampilan yang diperoleh dari
intruksi”.
Proses dalam belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh
siswa sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Hamalik (2010: 171) yang menyatakan “pengajaran
yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan siswa belajar
sendiri atau melakukan aktivitas.”
Aktivitas belajar tiedak hanya mencatat dan mendengar seperti lazimnya
terdapat pada pengajaran tradisional. Pengajaran modern tidak menolak
seluruhnya pendapat tersebut namun menitikberatkan pada aktivitas atau
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan
dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar diartikan sebagai pengembangan diri
melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar dibawah
bimbingan tenaga pengajar. Menurut Sadirman (2007: 99), “tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas”.
Belajar tidak terjadi secara kebetulan tetapi belajar merupakan suatu proses
atau aktivitas pemikiran maupun aktivitas fisik, sebagai suatu proses dalam
belajar dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa
sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Menurut Sadirman (2007: 38)
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
18
Selain dari usaha yang dilakukan oleh siswa, peran serta guru sangat
dibutuhkan agar selama proses pembelajaran aktivitas siswa meningkat, yaitu
dengan cara memberikan arahan-arahan dan selanjutnya secara bertahap siswa
melakukan kegiatan secara mandiri dengan penuh kesadaran akan pentingnya
belajar. Menurut Sanjaya (2006: 36) “aktivitas belajar adalah suatu kegiatan
yang direncanakan dan disadari untuk mencapai suatu kegiatan tujuan belajar
yaitu perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada siswa yang
melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan perdapat tersebut, jelas bahwa
manusia dengan belajar dapat merubah tingkah laku, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap yang diperoleh dan aktivitas mental dan
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya.
Menurut Hamalik (2010: 172), aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi
delapan jenis.
1. Visual Activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral Activities, masalnya: mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mamberi saran, mengemukan pendapat.
3. Listening Activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, percakapan, diskusi, musik dan pidato.
4. Writing Activities, misalnya: menulis cerita, karangan, laporan dan angket. 5. Drawing Activities, antara lain: menggambar, membuat grafik, chart, peta,
diagram.
6. Motor Activities, seperti: melakukan percoban, membuat kontruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, seperti: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
Menurut Hamalik (2010: 38), terdapat indikator terhadap aktivitas yang relevan
dalam pembelajaran meliputi.
1. Interaksi anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam kelompok meliputi kegiatan berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan maslah,
2. Keberanian anak dalam bertanya/mengemukakan pendpat,
3. Partisipasi anak dalam Proses Belajar Mengajar (melihat dan aktif dalam diskusi),
4. Motivasi dan kegairahan anak dalam mengikuti Proses Belajar Mengajar (menyelesaikan tugas dan aktif dalam memecahkan masalah),
5. Hubungan anak dengan anak selama Proses Belajar Mengajar, 6. Hubungan anak dengan guru selama Proses Belajar Mengajar.
Prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku dan tindakan
yang dialami oleh siswa itu sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1999: 7)
menyatakan bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Belajar merupakan bagian dari aktivitas. Tidak ada belajar jika tidak ada
aktivitas. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
mendengarkan dan mencatat saja. Aktivitas belajar harus dilakukan siswa
sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar. Seiring dengan itu, Djamarah
(2002: 67) menyatakan bahwa “belajar sambil melakukan aktivitas lebih
banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan
oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.
Sanjaya, Edgar Dale, (2006: 199), melukiskannya dalam sebuah kerucut yang
kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience,) seperti pada
20
Berdasarkan gambar kerucut pengamatan dari Edgar Dale di atas, dapat
dijelaskan bahwa dalam proses belajar siswa mempunyai kecenderungan
mengenai hal mengingat yaitu: ketika dalam proses belajar siswa hanya
membaca saja, maka siswa akan mampu mengingat 10% dari hal yang mereka
baca. Kemudian ketika dalam proses belajar siswa hanya mendengar saja,
maka siswa hanya mampu mengingat 20% dari yang mereka dengar. 10 % dari apa yang kita baca
20 % dari apa yang kita dengar
30 % dari apa yang kita lihat
50 % dari apa yang kita dengar
dan lihat
Selanjutnya ketika siswa hanya melihat, contohnya: melihat gambar, menonton
film, menonton pameran dan menonton sebuah demonstrasi, maka kemampuan
siswa untuk mengingat hanya 30% dari apa yang mereka lihat. Hal tersebut
dalam kategori siswa yang termasuk pasif. Kemudian ketika siswa dalam
proses belajar hanya mendengar dan melihat, contohnya: berpartisipasi/ ikut
serta dalam diskusi dan memberi sepatah kata. Maka, kemampuan siswa untuk
mengingat sebesar 50% dari yang mereka dengar dan mereka lihat. Kemudian
siswa yang dalam proses belajarnya, melakukan atau merasakan sendiri, seperti
presentasi yang berkaitan dengan penampilan yang dramatis, simulasi dan
melakukan hal yang nyata. Maka, siswa akan mampu mengingat sebesar 70%
dari apa yang mereka katakan atau lakukan. Berdasarkan uraian di atas,
semakin aktif siswa maka semakin banyak hal yang mereka ingat dan itu akan
meningkatkan hasil belajar mereka.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dan kegiatan belajar mengajar yang ingin dicapai
oleh setiap peserta didik sebagai hasil dan proses pendidikannya. Pengertian
hasil belajar menurut Sadirman (2007: 75) adalah penguasaan pengetahuan atas
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru.
Istilah basil belajar dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan
atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya
22
pendapat di atas, bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh dan
kegiatan belajar di sekolah yang berupa nilai dan angka.
Menurut Arikunto (2007: 21), secara garis besar faktor-faktor yang dapat mem
pengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri manusia, dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis, yang dapat dikategorikan sebagai faktor yang antara lain usia kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar.
b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, dapat dikiasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Pendapat di atas, menyatakan bahwa yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa bennacam-macam dimulai dan faktor yang berasal dari dalam diri (interr)
sampai faktor yang berasal dari luar dirinya. Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dalam proses pembelajaran akan terlihat dalam bentuk nilai yang
diperoleh melalui tes (ulangan ujian) yang berhubungan materi pelajaran yang
telah diperoleh atau yang dipelajarinya.
Menurut Djamarah, (2002: 97) Keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas
beberapa tingkatan atau taraf sebagai berikut:
a. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.
b. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76% sampai 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.
c. Berkeinginan, apabila bahan pelajaran dikuasai oleh anak didik hanya 66% sampal dengan 75% saja.
Menurut David (2008: 10), pembelajaran kooperatif akan memberi manfaat
bagi peserta didik dengan adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan
kognitif peserta didik. Jika dilakukan dengan sempurna setiap peserta didik
akan mempunyai tanggungjawab untuk tugasnya masing-masing serta
berpeluang mempunyai pengetahuan yang lain melalui kelompok yang
berbeda. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut.
a. Peserta didik harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama.
b. Peserta didik harus memiliki tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Peserta didik harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Peserta didik membagi tugas dan berbagi tanggungjawab diantara para anggota kelompok.
e. Peserta didik diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
f. Peserta didik berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama dalam belajar.
g. Setiap peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. (Lundgren dalam Rahmadi, 2011: 18).
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif adalah:
a. setiap anggota memiliki peran;
b. terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik;
c. setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya juga teman-teman kelompoknya;
d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok;
e. guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.(Carin dalam Rahmadi, 2011: 10).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif yang
dikemukakan oleh David (2008: 10), yaitu penghargaan kelompok,
24
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi keberhasilan
individu yang ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yang dirangkum oleh Ibrahim
(dalam Rahmadi, 2011: 21).
a. Hasil Belajar Akademik
Efek penting yang pertama pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit. Di samping mengubah norma yang
berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi totur bagi siswa kelompok
bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang
memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Pelaksaanaan tutorial ini, siswa
kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi
pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan. Berikut ini merupakan
garis besar premis yang diajukan oleh Goldon Allport (1954). Telah
diketahui bahwa hanya kontak fisik saja di antara orang-orang yang
berbeda ras atau kelompok etnik tidak cukup untuk mengurangi kecurigaan
dan perbedaan ide. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung
satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan
struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Efek penting yang ketiga dari model pembelajaran kooperatif ialah
ketrampilan sosial, salah satunya mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di
dalam masyarakat di mana banyak aktivitas sebagian besar dilakukan
dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya semakin beragam.
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
26
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kopentensi belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Keberhasilan dan pembclajaran sangat ditentukan oleh pemilihan metode
belajar yang ditentukan oleh guru. Sebab dengan penyajian pembelajaran
secara menarik akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sebaliknya
jika pembelajaran itu disajikan dengan cara yang kurang menarik, membuat
motivasi siswa rendah. Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, upaya
yang harus dilakukan guru adalah memilih model pembelajaran yang tepat
sesuai dengan materi pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat
diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil
belajar pun dapat ditingkatkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa
adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang dilakukan pada kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk
sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu
maupun pengalaman kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif itu adalah
tanggung jawab idividu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam
diri siswa terdapat sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja
kelompok optimal.
Pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar anggota
lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada
kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu.
Memperhatikan pengertian dan pembelajaran kooperatif di atas, peneliti
berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk mcningkatkan
aktivitas belajar siswa, sebab semua siswa dituntut untuk bekerja dan
bertanggung jawab sehingga di dalam kerja kelompok tidak ada anggota
kelompok yang asal namanya saja tercantum sebagai anggota kelompok, tetapi
semua harus aktif
b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa pembelajaran Kooperatif
adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil. Menurut Lungdren
dalam Rahmadi (2011: 47) unsur-unsur pembelajaran Kooperatif sebagai
berikut:
1) Siswa dalam kelempoknya harus beranggapan bahwa mereka “sehidup
spenanggungan bersama”.
2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
4) Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
5) Siswa akan dikasih evaluasi atau hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok.
6) Siswa berbagi kepeminpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama sama proses belajarnya.
28
Memperhatikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti
berpendapat hahwa dalam pembelajaran kooperatif setiap siswa yang
tergabung dalam kelompok harus betul-betul dapat menjalin kekompakan.
Selain itu, tanggung jawab bukan saja terdapat dalam kelompok, tetapi juga
dituntut tanggung jawab individu.
c. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan
memilih manakah model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi
pelajaran tertentu, Apabila seorang guru ingin menggunakan pembelajaran
kooperatif, maka haruslah terlebih dahulu mengerti tentang pembelajaran
kooperatif tersebut. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajamya
2) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
4) Penghargaan lebih berorientasi pada individu.
Dengan memperhatikan ciri-ciri tersebut, scorang guru hendaklah dapat
membentuk kelompok sesuai dengan ketentuan, sehingga setiap kelompok
5. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatiff TipeNumbered Head Together(NHT)
Model adalah contoh atau fiqur yang berkaitan dengan strategi mengajar.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
merupakan cara belajar Cooperative atau beberapa kelompok dimana anak
dikelompokan menjadi beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, guru
memberi tugas kepada setiap siswa berdasarkan nomor, jadi setiap siswa
memiliki tugas berbeda.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT juga merupakan suatu cara
penyajian pelajaran dengan melakukan percobaan, mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu permasalahan yang dipelajari. Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu
objek, menganalis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
objek dan keadaan suatu proses pembelajaran mata pelajaran tertentu.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam
30
berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Slameto
(2008: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut.
Darmadi (2010: 28), mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Darmadi (2010: 29), dengan tiga
langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah;
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1.Persiapan
Tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2.Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merkan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3.Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4.Diskusi masalah
Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5.Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
32
Langkah 6.Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
dalam Darmadi (2010: 18), antara lain adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dalam
menceritakan kembali cerita yang dipelajari yaitu merupakan model
pembelajaran atau teknik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menceritakan
kembali cerita yang dipelajarinya. Materi yang diberikan kepada siswa
sekolah menengah pertama harus disesuaikan dengan usia dan karakteristik
siswa yang bersangkutan. Maksudnya adalah materi yang diberikan kepada
siswa harus disesuaikan dengan tingkah laku, sehingga penguasaan
pemahaman pengetahuan tentang Number Head Together dapat bermanfaat
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam merangkum suatu
cerita secara runtut sehingga siswa dapat menceritakan kembali cerita yang
dipelajarinya. Tujuan model pembelajaran Number Head Together adalah
agar pemahaman siswa bercerita melalui model NHT yang diberikan dalam
bentuk tugas per kelompok, agar siswa dapat saling menambah kekurangan
pembendaharaan kata dalam merangkai kembali cerita yang dipelajarinya,
karena ada kerjasama itulah diharapkan siswa tidak mengalami kesulitan
atau kesukaran dalam menceritakan kembali cerita yang dipelajarinya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT diharapkan dapat
membangkitkan minat siswa dalam mengungkakan pendapat dalam bentuk
rangkaian kata dan kalimat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peningkatan kemampuan merangkai kata secara runtut sangat diperlukan
sekali guna membantu mengembangkan hasanah Bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi atau meningkatkan rasa
nasionalisme.
34
Menurut Hamalik (2010: 121) pembelajaran kooperatif tipe NHT
dikembang-kan dengan melibatkan siswa dalam melihat kembali bahan
yang tercakup da-lam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa
pemahaman mereka me-ngenai isi pelajaran tersebut. Tahapan pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh Slameto (2008: 121)
dalam empat langkah seba-gai berikut.
1. Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang berang-gotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda. Pemberian nomor pada siswa dalam satu kelompok disesuaikan dengan banyaknya siswa da-lam kelompok itu.
2. Pengajuan Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat berva-riasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
3. Berpikir Bersama (HeadsTogether)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bah-wa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
4. Pemberian Jawaban (Answering)
Guru memanggil satu nomor tertentu kemudian siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab
terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa
dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa
hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap
kelompok me-lakukan diskusi untuk berbagi informasi antar anggota
Sudjana (2004: 15) mengemukakan bahwa: “Manfaat dari model
pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi siswa adalah:
1. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 2. Perselisihan antar pribadi berkurang
3. Sikap apatis berkurang 4. Pemahaman lebih mendalam 5. Motivasi lebih besar
6. Hasil belajar lebih baik
7. Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi”
B. Kerangka Pikir
1. Penerapan pembe1ajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
Model pembelajaran merupakan suatu strategi pembelajaran dimana dalam
pembelajaran itu akan mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif.
Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru
mereka pelajari dalam kehidupan nyata.dengan pembelajaran aktif ini,
peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,
tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
yaitu, guru menjelaskan materi sebagai pengantar, kemudian guru
membagi siswa kedalam beberapa nomor. Kemudian setiap nomor diminta
untuk melakukan presentasi berdasarkan nomor yang dipanggil oleh guru.
Pada dasarnya model pembelajaran apapun lebih mudah diterapkan pada
36
tinggi. Pada Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
dimana peserta didik diberikan kebebasan untuk mengutarakan pendapat,
maka yang terjadi ialah siswa yang memiliki aktivitas lebihlah yang akan
mendominasi kelas itu.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS
Upaya meningkatkan hasil belajar memerlukan pembaharuan model-model
pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran yang memungkinkan
suasana dialog agar peserta didik dapat terlihat secara aktif selama
pembelajaran. Suasana pembelajaran dikondisikan sedemikian rupa
sehingga tercipta interaksi diantara peserta didik. Hal ini untuk mcnghapus
kesan komunikasi yang berjalan satu arah, dari guru ke peserta didik.
Diharapkan peserta didik dapat mcnggali dan menemukan sendiri
informasi tentang materi pelajaran. Sehingga peserta didik dapat
merasakan belajar IPS sebagai tantangan bukan sebagai beban.
Desain penelitian ini dirancang untuk menyelidiki upaya penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini
peneliti menduga bahwa ada pengaruh yang berbeda dari adanya
perbedaan perlakuan pada tingkatan aktivitas siswa yang berbeda. Peneliti
menduga Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) dengan tahap-tahapan pembelajarannya lebih efektif meningkatkan
menduga ada interaksi antara Model Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) dengan aktivitas siswa terhadap hasil belajar.
Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat di gambarkan paradigma penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.
1. Ada peningkatan aktivitas belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 Semester Genap SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Ada peningkatan hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 Semester Genap SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)
Aktivitas Belajar Meningkat
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sebagai metode
pembelajaran pada pelajaran IPS untuk siswa kelas VIII.1 Semester Genap
Pada SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran
2011/2012. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.
B. Tempat dan Waktu Penetitian 1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten
Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas
VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/
2012.
3. Subyek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo
Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa 38
b. Objek Penelitian
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa
dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 2 Sumberejo Kabupaten
Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
4. Rancangan Penetian
Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus
merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu :
(1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan
yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:
a. Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal,
analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya
skenario pembelajaran yang telah direncanakan,
c. Pengamatan/Observasi
Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan
untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan
40 d. Refleksi
Refleksi disini meliputi kegiatan : analisis, sintesis, penafsiran,
menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam tahap ini hasil observasi
dikumpulkan serta dianalisa. Dengan data observasi guru dapat merefleksi
dan apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) telah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa. Hasil dan refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan
yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika
pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian
akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator
keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II
dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan
tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan
refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan
siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan
untuk menyempurnakan siklus II.
5. Prosedur Penelitian a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Menyusun jadwal penelitian
2. menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan
penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
3. merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
4. mendesain bahan ajar dan tugas siswa yang akan digunakan dalam
kegiatan belajar IPS.
5. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan
kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT).
6. menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa
42 memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.
c. Observasi
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi,
catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan
untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan
pembelajaran antara lain:
Tabel 3. Lembar observasi untuk menganalisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
No Per 40 Menit % Ket
1 2 3 4 5 ……
1 2 3 4 5
Kegiatan yang relevan dalam proses pembelajaran (on Task)
1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru
2. Mencatat penjelasaan guru yang sesuai dengan materi pelajaran
3. Berdiskusi dengan sesama teman yang bernomor sama
4. Berani menyampaikan jawaban dengan tegas sesuai dengan pertanyaan
5. Bertanya kepada guru ketika ada hal yang belum faham
Kegiatan yang tidak relevan (Off Task)
1. Tidak memperhatikan penjelasan guru
2. Tidak menulis atau tidak mencatat
3. Mengantuk
4. Tidak mengganggu kelompok lain
5. Mengobrol
6. Bermain-main
d. Refleksi
Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau
yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
6. Indikator Keberhasilan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan
dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan
merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian.
Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:
a. jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90%
maka telahmasuk dalam kreteria “tinggi”.
b. jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%
44 7. Sumber data penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dan:
1. data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap
aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
2. data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes
hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.
8. Teknik Pengumpulan Data
1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan
adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dikelas.
2. Tes Hasil Belajar
Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Bentuk tes yang
digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.
9. Teknik Analisis Data
Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa
Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif berdasarkan peningkatan
skor aktifitas belajar pada setiap siklus. Demikian pula pada hasil belajar