ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI
ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2011/2012
Oleh
TONGAM ROSARIO SIDABUTAR
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar backhand pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi modifikasi raket berupa kayu/triplek, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah, Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m, 1,40m, dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m.
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR
BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR
LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
TONGAM ROSARIO SIDABUTAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan jasmani kesehatan dan Rekreasi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI
ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN
2011/2012
(Skripsi)
Oleh
TONGAM ROSARIO SIDABUTAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Modifikasi Bola ... 16
2. Raket Modifikasi ... 16
3. Lapangan Bulutangkis ... 19
4. Raket ... 20
5. Pegangan Gebuk Kasur... 22
6. Pegangan Inggris atau kampak... 22
7. Pegangan Jabat Tangan... 23
8. Pegangan Backhand... 24
9. Backhand Overhead... 25
10. Pukulan Clear Backhand... 26
11. Spiral Penelitian Tindakan Kelas... 32
12. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Belajar Pada Temuan Awal, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3... 56
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA... 10
A. Pendidikan Jasmani ... 10
1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 10
2. Pengertian Belajar Mengajar ... 11
3. Alat yang Dimodifikasi ... 12
4. Bulutangkis ... 16
5. Keterampilan Gerak ... 26
B. Kerangka Pikir ... 28
C. Hipotesis ... 29
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Metode Penelitian... 31
B. Variabel Penelitian Dan Data Penelitian ... 34
C. Subyek Penelitian ... 34
D. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34
E. Pelaksanaan Tindakan ... 35
F. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Pukulan Backhand ... 35
1. Siklus I ... 35
2. Siklus II ... 38
G. Instrumen Penelitian... 42
H. Teknis Analisis Data ... 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
1. Analisis Prosentase Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Pukulan Backhand Pada Bulutangkis ... 50
2. Analisis Rekapitulasi Refleksi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar ... 56
a. Siklus Pertama ... 62
b. Siklus Kedua ... 51
c. Siklus Ketiga ... 63
B. Pembahasan ... 66
C. Hipotesis ... 74
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Simpulan ... 76
B. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran...Halaman 1. Langkah-langkah Perhitungan Hasil Penelitian
2. Hasil Tes Awal Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis
3. Hasil Tes Siklus 1 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis
4. Hasil Tes Siklus 2 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis
5. Hasil Tes Siklus 3 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis
6. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus 1 7. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 1 Ke Nilai Tes Siklus 2 8. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 2 Ke Nilai Tes Siklus 3 9. Surat Izin Penelitian
10. Kartu Bimbingan Skripsi 11. Photo Penelitian
MOTTO
Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,
kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya,untuk melepaskan jiwa
mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
(MAZMUR 33: 18-19)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………
Sekretaris : Drs. Frans Nurseto, M.Psi. …………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd. …………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :Tongam Rosario Sidabutar
NPM : 0713051056
Tempat tanggal lahir : Simpang Pematang, 30 April 1989
Alamat : Jln. Jendral Sudirman Kode Pos 34698 Mesuji.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Backhand Dalam Bulutangkis Dengan
Modifikasi Alat Pada Kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 19 september s.d 10 november 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.
Bandar Lampung, Desember 2012
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN yang telah memberikan anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat
mempersembahkan karya terbaik ini
kepada Ibunda dan Ayahanda yang sangat penulis sayangi
kepada Ayahanda yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.
Bunda, yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada kakak Junita fitriani Sidabutar, abang David Paul Sidabutar serta ke 9
keponakanku yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis
menjadi kuat untuk berusaha menberikan karya terbaik ini.
Almamater-ku FKIP Unila,
Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM
BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Tongam Rosario Sidabutar
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051056
Program Studi : Penjaskes
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Drs. Frans Nuurseto, M.Psi. NIP 19620808 198901 1 001 NIP 19630926 198001 1 001
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Tongam Rosario Sidabutar dilahirkan di Simpang
Pematang Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, pada tanggal 30 April 1989.
Anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Eisien Tito Sidabutar dan Ibu
Manur Panjaitan.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1
Simpang Pematang Mesuji tamat tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan
Menengah Pertama di SMPN 1 Simpang Pematang Mesuji tamat pada tahun 2004
dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Simpang Pematang Mesuji
tamat tahun 2007.
Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan yang ditempuh melalui jalur SPMB. Penulis pernah aktif di Unit
Kegiatan Mahasiswa(UKM) Tarung Derajat periode 2007-2008. pada tahun 2007
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan Juara 1 Pekan
SANWACANA
Shalom ...
Puji syukur ke hadirat TUHAN yang senantiasa melimpahkan Berkat-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..
Skripsi dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar
Backhand Dalam Bulutangkis Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 5 Bandar Lampung” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing pertama sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis
4. Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi. selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis
5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.
7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah
memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.
8. Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian pada siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2011/2012.
9. Bapak Budi, dan ibu Tarigan selaku guru Penjaskes di SMPN 5 Bandar
Lampung yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar lampung tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, ayo sukseskan program S1
12. Seseorang yang istimewa “Doraku” yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Shalom
Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis
I. LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human
movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja
mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur
pembentukan yang mencakup kemampuan fisik , intelektual, emosional,
sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang
dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk
memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani,
kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta
kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.
Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan
fisik yang prima khususnya dayatahan tubuh secara keseluruhan, disamping
menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan
anaerobik. Jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu,
namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu
anaerobik-aerobik dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga
bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik atau kesegaran jasmani
(Herman Subarjah;2000:17)
Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer dikalangan masyarakat
saat ini. Untuk mempertegas agar pengertiannya lebih sesuai dengan apa yang
dimaksud, ada beberapa pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani
Menurut Rubiyanto ( 2003 : 52 ) yang ditulis dalam buku diktat yang berjudul
Ilmu Kepelatihan Dasar menjelaskan tentang definisi kesegaran jasmani
bahwa adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan
pekerjaan sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan
yang berarti, serta masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu
luang dan menghadapi hal-hal darurat atau yang tidak terduga sebelumnya
atau bersifat emergency.
(Yudoprasetyo B 1981:64) mengatakan bahwa: “backhand adalah pukulan
(drive) yang dilakukan terhadap bola yang berada disamping kiri jika pemain
menggunakan tangan kanan”. Permainan bulutangkis sendiri mengalami
perkembangan yang pesat, ini terbukti dengan prestasi yang tinggi untuk
tingkat dunia dan banyaknya klub-klub bulutangkis yang ada sekarang ini.
Dimana permainan bulutangkis berkembang disekolah-sekolah, terutama
pada SMP, dan bulutangkis merupakan salah-satu cabang olahraga permainan
yang masuk dalam kurikulum pendidikan sebagai olah raga yang wajib
diajarkan dan terprogram dalam Garis–garis Besar Program Pengajaran
mewujudkan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia yang
berkualitas baik fisik maupun mental.
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil
pendidikan dan secara makro harus ditemukan strategi atau pendekatan dan
metode pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan
potensi siswa. Salah satu permasalahan yang muncul dan dihadapi oleh guru
penjaskes dalam kompetensi uji diri/ bulutangkis khususnya pukulan
backhand adalah bagaimana seorang guru memilih strategi pembelajaran,
pendekatan, metode pembelajaran dan model yang cocok dan tepat dalam
penyampaian materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
kompetensi siswa serta kemampuan memahami dan melakukan gerakan
dengan baik dan benar. Maka dari itu saat ini guru diharuskan lebih kreatif
dalam menyelesaikan, dan melaksanakan program pembelajaran yang
berkarakter dan tidak monoton. Dengan banyaknya ragam, metode, dan
model pembelajaran serta penggunaan alat modifikasi pada pembelajaran
kompetensi dasar bulutangkis khususnya gerakan pukulan backhand
diharapkan dapat meningkatkan gerak dasar bulutangkis secara menyeluruh
dan berkesinambungan serta karakteristik pembelajaran yang berkarakter,
sesuai dengan tujuan pendidikan.
Bulutangkis merupakan salah satu materi dari pendidikan jasmani di sekolah
menengah pertama, salah satu jenis gerak dasar bulutangkis yang diajarkan
disekolah yaitu pukulan backhand. Upaya meningkatkan kemampuan gerak
dibutuhkan strategi pembelajaran secara sistematis, teratur, dan menyeluruh
untuk mencapai peningkatan pembelajaran. Sistematis maksudnya adalah
harus berurutan secara teratur sehingga pembelajaran secara menyeluruh bisa
tercapai. Selain itu, di butuhkan metode belajar yang tepat, dan sesuai
dengan pembelajaran karena pukulan backhand merupakan jenis gerak dasar
yang menuntut skill yang tinggi terutama kelentukan, impact bola, daya tahan,
pegangan grip, dan kekuatan otot. Kesulitan yang di alami siswa pada gerak
dasar pukulan backhand, siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan
pukulan backhand disaat memukul bola, karena kurangnya kekuatan otot,
impact bola, penempatan posisi kaki, dan pegangan grip. Pada saat
menyambut bola penempatan posisi kaki siswa tidak tepat sehingga siswa
jatuh, dan masih lemah nya kemampuan otot lengan dalam proses perkenaan
bola dan otot yang berpengaruh diantaranya adalah otot triceps dan briceps
brachii. Yang membuat pukulan tidak kuat sehingga bola tanggung, dan
pegangan grip yang salah serta impact bola yang tidak tepat pada pertengahan
raket dan pengambilan bola tidak pada titik tertinggi/ sehingga bola tidak
jelas arahnya. Jika penempatan kaki tepat pada posisinya siswa tidak akan
sampai jatuh, dan bila otot kuat akan timbul pukulan kuat, serta jika pegangan
grip tepat, impact bola tepat maka pukulan bola yang dihasilkan tidak
tanggung atau tidak sempurna. Penulis melihat kesalahan-kesalahan yang
sering dilakukan siswa pada saat melakukan pukulan backhand di antaranya
pada pegangan grip yang salah, impact bola yang tidak tepat. Sedangkan
pegangan grip yang benar untuk pukulan backhan adalah pegangan backhand
impact bola yang benar adalah memukul bola pada titik tertinggi. Untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan backhand, maka perlu diciptakan
cara belajar backhand yang sesuai dan tepat, salah satunya dengan
menggunakan alat modifikasi. Pembelajaran backhand dengan alat
modifikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam
melakukan pukulan backhan, karena dengan alat modifikasi anak akan mudah
melakukan pukulan backhand.
Upaya mencapai tujuan pembelajaran seperti yang tertuang dalam
Kurikulum tidaklah mudah, banyak sekali kendalanya. Kurangnya sarana
pembelajaran bulutangkis merupakan faktor yang dialami sekolah-sekolah
termasuk di SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Masih banyak sekolah-sekolah
mengabaikan sarana dan prasana pembelajaran pendidikan jasmani, karena
dianggap sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani cukup
mahal. Biasanya sarana yang disediakan oleh sekolah hanya untuk
olahraga permainan, itu pun terkadang tidak sesuai dengan tuntutan
kurikulum.
Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat Praktek Pengalaman Lapangan(
PPL ) Pada waktu pembelajaran gerak dasar backhand pada umunnya
pegangan grip banyak yang salah sehingga menghasilkan bola tanggung/ tidak
kuat, selain itu hanya berkisar 70% dari siswa masih kurang penguasaan gerak
dasar pukulan backhand. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat
menguasai gerak dasar pukulan backhand tidak lebih dari 15 - 20%,
siswa banyak yang bermain-main pada saat proses pembelajaran, jika dilihat
dari kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) di SMP N 5 Bandar Lampung adalah
67.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu
menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan
kelas ( PTK ) dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak
Dasar Backhand Dalam Bulutangkis Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa
Kelas VIII DI SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai
berikut:
1. Masih kurangnya pengetahuan siswa tentang tehnik grip raket pada waktu
backhand dalam permainan bulutangkis.
2. Masih kurangnya perkenaan bola pada raket.
3. Masih kurangnya kekuatan otot lengan dalam pelaksanaan backhand.
4. Masih kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran bulutangkis.
5. Para guru Penjaskes kurang kreatif dan inovatif dalam
membelajarkan pendidikan jasmani.
6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran backhand dengan menggunakan
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, untuk memudahkan
penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini,
adapun pembatasan masalah tersebut adalah upaya meningkatkan
pembelajaran gerak dasar backhand dalam bulu tangkis dengan modifikasi
alat pada siswa kelas VIII D di SMPN 5 Bandar Lampung.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang
dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola
plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu
ayam yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net
yang tingginya 1 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m
dapat meningkatkan hasil pembelajaran backhand pada siswa kelas VIII D
SMP Negeri 5 Bandar Lampung?
2. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang
dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola
plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai
dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya
serta net yang tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan
lebar 10 m dapat meningkatkan hasil pembelajaran backhand pada siswa
3. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang
dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa
bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan
menancapkan bulu ayam yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang
sesungguhnya serta net yang tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran
panjang 15 m dan lebar 10 m dapat meningkatkan hasil pembelajaran
backhand pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk “meningkatkan kemampuan
backhand dengan modifikasi alat pada siswa kelas VIII D di SMPN 5 Bandar
Lampung”.
Tujuan Khusus:
1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan
menggunakan modifikasi raket berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa
bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu
ayam serta net yang tingginya 1 m dan lapangan berukuran panjang 15 m
dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung.
2. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan
modifikasi alat berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa bola plastik
kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari
tali rapiah serta net yang tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran
panjang 15 m dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5
3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan
modifikasi alat berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa bambu yang
didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu
ayam serta net yang tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran panjang 15
m dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar
Lampung.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman dan
pengetahuan baru.
2. Memberikan masukan kepada para pembina olahraga bulutangkis, pelatih
bulutangkis, guru penjas agar dapat lebih kreatif dalam pemberian latihan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pendidikan, khususnya
cabang olahraga bulutangkis.
4. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan perbandingan bagi yang minat
untuk menjadikan penelitian ini lebih lanjut.
5. Menambah daftar kepustakaan Universitas Negeri Lampung Khususnya
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
1. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka
sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif
dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara
terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap
positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas
jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan
terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004 : 2 ).
Menurut Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah
mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang
kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan
jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.
Dinata (2009) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan usaha
pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses
pendidikan berlangsung tidak terlambat oleh gangguan kesehatan dan
pertumbuhan badan. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan
berfikir kritis, stabilisasi emosional, keterampilan sosial, penalaran dan
tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga.
Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang
untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang
sesuai minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani
anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya
akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu
keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar
keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat
menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi, sosial dan moral.
2. Pengertian Belajar Mengajar
Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya
tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan
salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Hamalik (2003) Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan
belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar
siswa. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) Mengajar merupakan suatu
proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar.
Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu
harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah
“ penambahan pengetahuan “.
3. Alat Yang Dimodifikasi
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam
pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.
Hamalik dalam Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap
siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran
akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran saat itu.
Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) Modifikasi adalah menganalisa
sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas
belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran.
Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus
mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam
bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta
didik dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan
dan membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari
tingkat keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang
lebih tinggi.
Sudjana dan Rivai dalamArsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Modifikasi adalah penyesuaian alat atau perlengakapan pada suatu
kegiatan yang akan di laksanakan, modifikasi biasanya di gunakan bila
suatu lembaga, misalnya sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang
lengkap maka di buatlah modifikasi alat, agar proses pembelajaran tetap
berjalan dengan baik.
Lutan ( 1988 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk,
isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya
menghilangkan aslinya. Lutan ( 1988 ) menerangkan modifikasi dalam
mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan
dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam
berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1). mengatasi keterbatasan
akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2). Mendukung
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3). mendukung tercapainya
proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak
seimbang. ( Lutan, 1988 ).
Keuntungan alat modifikasi pada siklus pertama, kedua, dan ketiga adalah,
hemat biaya, praktis, serta memudahkan guru untuk mengevaluasi
gerakan pukulan backhand dalam pembelajaran bulutangkis. Diharapkan
dengan pemakaian alat modifikasi raket berupa kayu/triplek, Suttlecock
berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu
ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang
didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah,
Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi
ekor dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m,
1,40m, dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m siswa akan
termotivasi untuk melakukan pukulan backhand dan mempraktikkan
teknik dasar gerakan yang sedang diajarkan dengan benar.
Perlengkapan yang di gunakan dalam penelitian gerakan pukulan
backhand:
1. Lapangan yang dimodifikasi.
2. Net .
3. Raket yang dimodifikasi.
Penggunaan alat modifikasi di atas, diharapkan dapat memotivasi anak
melakukan gerakan dengan maksimal. Sehingga pembelajaran
[image:31.595.115.514.170.399.2]Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai.
[image:31.595.333.479.445.576.2]Gambar. Modifikasi Bola
Gambar. Raket Modifikasi
Menurut Lutan ( 1988: 10 ) pembelajaran Penjaskes dikatakan berhasil
apabila :
2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif.
3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas. 4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Tantangan teknik pukulan backhand terletak pada tingkat kekuatan
otot, kelentukan lengan untuk menghasilkan momentum yang baik,
pukulan backhand adalah posisi kaki bertumpu pada kaki depan, dan
memukul bola pada titik tertinggi bola dengan pegangan backhand.
Nilai dari pada gerakan pukulan backhand yaitu dengan memukul bola
tepat pada titik tertinggi dengan pegangan backhand.Manfaat dari
gerakan pukulan backhand adalah untuk meningkatkan kekuatan otot
lengan.
4. Bulutangkis
Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga ada bukti bahwa
pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama
“Battledore dan Suttlecock”. Disebut Battledose karena pemukulan dengan
pemukul kayu yang dikenali dengan nama Bat atau “Batedor” .
Bulutangkis sudah dimainkan di Eropa antara abad ke 11 dan ke 14. Cara
permainannya adalah pemain diharuskan untuk menjaga bola agar tetap
dapat dimainkan selama mungkin ( Poole, James,1986:2).
Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan oleh dua orang dalam
permainan tunggal dan empat orang dalam permainan ganda, pada sebuah
Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai pemukul bola, dan
bola dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Cara
bermain bulutangkis adalah melewatkan Shutlecock diatas net agar dapat
jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang
sama dari lawan. Perlengkapan permainan bulutangkis adalah :
1) Lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 meter atau 44 feet dan
lebar 6,10 meter atau 20 feet ( Tohar, 1992 : 27 ). Net atau jaring
direntangkan di tengah-tengah lapangan sebagai batas pembagi dua
lapangan. Tinggi net yang ada di tengah 1,524 meter atau 5 feet Tinggi net
dekat tiang net atau di pinggir 1,55 meter atau 5 feet, 1 inchi ( Tohar, 1992
: 27).
2) Raket : Raket dipergunakan sebagai pemukul bola. Panjang raket sekitar
26 inchi beratnya antara 3¾ sampai 5½ ons ( Poole, James, 1986 : 6 )
3) Shuttlecock : shuttlecock adalah bola yang dipergunakan dalam permainan
dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Pada
umumnya berat shuttlecock yang digunakan adalah 76 grain ( 1 grain =
Gambar 1. Lapangan Bulu Tangkis ( Tohar, 1992 : 28 ).
Peraturan permainannya pertama kali ditegaskan pada tahun
1877,.Diperbaharui tahun 1887, dan diperbaharui lagi tahun 1890. Tahun
1901 bentuk dan ukuran lapangan seperti yang berlaku sekarang sudah mulai
dipakai. Kejuaraan All England pertama kali diadakan pada tahun 1897.
Keberhasilan penyelenggaraan kejuaraaan ini merupakan perangsang bagi
tersebarnya permainan bulutangkis seluruh dunia. Persatuan bulutangkis
Irlandia didirikan tahun 1889 dan mengadakan kejuaraan yang pertama tahun
1902, dan tahun 1903 mengadakan prtandingan internasional yang pertama
antara Inggris dan Irlandia. Di Skotlandia olahraga bulutangkis pertama kali
dimainkan di Aberdeen tahun 1907 dan tahun 1911 dibentuk persatuan
resmi dari perkumpulan bulutangkis Inggris, diterbitkan pertama kali
[image:35.595.176.389.145.380.2]tahun1907 ( Poole, James, 1986: 4 ).
Gambar 2. Raket ( Tony Grice, 2004 : 10 )
1. Gerak Dasar Permainan Bulutangkis
Menurut Suharno HP (1986:18) “Teknik adalah suatu proses gerakan
dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk
menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga”.
Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan
salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu
regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi
Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih
dahulu guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis
dimainkan oleh dua regu ataupun ada juga perorangan. Mengingat
permainan bulutangkis ada yang beregu , maka kerjasama antar
pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta saling
percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Atlet, untuk
dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim harus
menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang
diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah
satu teknik yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam
olahraga bulutangkis menurut PBSI (1979:67) yang harus dikuasai
oleh para pemain antara lain :
2. Cara memegang raket
Di dalam permainn bulutangkis ada beberapa macam caea
memegang raket, ialah :
a. Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.
Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar,
kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara
ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang
Gambar 3
Pegangan Gebuk Kasur ( Tohar, 1992 : 34 )
b. Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.
Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket
letakan diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu
jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan
raket yang kecil atau sempit ( Tohar, 1992 :35 ).
Gambar : 4
Pegangan Inggris atau Kampak ( Tohar, 1992 : 36 )
[image:37.595.177.370.516.707.2]Peganagan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan
berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang
yang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan
Inggris, tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan
cara ibu jari melekat pada bagian dalam yang kecil; sedang
jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar ( Tohar, 1992 : 36
).
[image:38.595.171.409.277.537.2]
Gambar : 5
Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992 : 37 )
d. Pegangan Backhand.
Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai
kemudian ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari
menempel pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk
letaknya berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil.
Kemudian raket diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket
Gambar : 6
Pegangan Backhand ( Tohar, 1992 : 38 )
3. Cara memukul Bola
Backhand dilakauakn dengan gerakan mengulurkan tangan yang
dominant sepenuhnya ke arah atas dari sudut back hand lapangan
dan merupakan kebalikan dari pukuilan fire hand. Penguluran yang
pada siku dan rotasi tangan bagian bawah yang kuat merupakan
sumber tenaga dari pukulan overhead. Gerakan menelungkupkan
tangan bagian bawah terjadi pada pukulan backhand. Secara anatomi
tangan bagian bawah hanya dapat bergerak dengan dua cara ini.
Pelenturan pergelangan tangan atau sentakan pergelangan tangan
hanya sedikit terjadi, atau tidak sama sekali. Teknik yang sempurna
akan membuat pergelangan tangan dapat lurus secara alami dengan
raket yang terus mengikuti arah pengembalian bola. Pukulan ini
Untuk mengalihkan lawan menjauhi atau mendekati net, atau kearah
samping. Pukulan overhead yang baik dari bagian belakang lapangan
harus dilakukan untuk membuat semua pukulan kelihatan sama.
Dengan demikian lawan tidak dapat menentukan pukuklan apa yang
[image:40.595.188.505.224.411.2]dilakukan dan kemana larinya bola ( Tony Grice, 2004 : 41 ).
Gambar 7. Backhand Overhead ( Tony Grice, 2004 : 45 )
Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola
menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat.
Dengan mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat
dia bergerak lebih cepat dari yang dia inginkan, akan membuat dia
kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika melakukan
clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan
balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat
menyerang merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna
untuk menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan
bersifat bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang ( Tony
[image:41.595.169.472.128.326.2]Grice, 2004 : 41 )
Gambar 8. Pukulan Clear Backhand ( Tony Grice, 2004 : 60 )
5. Keterampilan Gerak
Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat
kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.
(Lutan, 1988: 95). Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti
pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol
sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses
belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus
dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang
harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.
Belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap
yakni:
1). Tahap kognitif, 2). Tahap asosiatif, dan 3). Tahap otomatis. ( Lutan
1. Tahap Kognitif.
Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari
keterampilan motorik membutuhkan informasi bagaimana cara
melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu,
pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi
dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan
informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini
gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi,
kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.
2. Tahap Asosiatif.
Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara
siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu
menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan
nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan
yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin konsisten.
3. Tahap Otomatis.
Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan
secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak
seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya.
B. Kerangka Pikir
Kemampuan gerak secara efesian adalah awal yang perlu dilakukan untuk
penampilan yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja
Keberhasilan dalam belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi fisik
yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik
dasar seperti daya tahan, kekuatan,kelentukan, dan koordinasi yang baik.
Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan bahwa kemampuan otot
atau persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang
maksimal. Dengan dimilikinya kelenturan oleh seseorang akan dapat. 1).
Mengurangi kemungkinan terjadinya cidera. 2). Membantu dalam
mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. 3). Membantu
mengembangkan prestasi. 4). Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu
melakukan gerakn-gerakan. 5). Membantu memperbaiki sikap tubuh. Dalam
melakukan gerakan pukulan backhand dibutuhkan kekuatan otot lengan,
kelentukan pergelangan lengan, pegangan grip yang tepat. Kekuatan otot
lengan khususnya otot triceps dan briceps brachii, kelentukan pergelangan
lengan, pegangan grip yang tepat di butuhkan pada gerakan pukulan
backhand agar menghasilkan momentum yang besar. Maka dari itu dalam
pembelajaran pukulan backhand digunakan alat modifikasi raket berupa
kayu/triplek, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan
gabus lalu ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang
didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah,
Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor
dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m, 1,40m, dan
lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m, menggunakan alat
modifikasi ini agar siswa lebih baik dan senang dalam melakukan gerakan
C. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu “hupo” ( sementara ) dan “thesis”
(pernyataan atau teori) karena merupakan pernyataan sementara yang masih
lemah keberadaanya, hipotesis dapat menjadi penuntun ke arah proses
penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahanya.
Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan
bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan.
Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan
perbaikan yang diinginkan. Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006 : 71 ) hipotesis
adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus diuji lagi
kebenarannya melaui penelitian ilmiah
Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
Secara umum hipotesisnya adalah: “ jika alat modifikasi digunakan maka dapat
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand pada siswa
kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung”. Sedangkan secara khusus adalah :
1. Jika alat modifikasi pada siklus pertama dengan menggunakan raket
berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang
sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya
dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam yang dibentuk
dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m maka, dapat
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand
pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung
2. Jika alat modifikasi pada siklus kedua dengan menggunakan raket
berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang
sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya
dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah yang
dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang
tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m
maka, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar
backhand pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung.
3. Jika alat modifikasi pada siklus ketiga dengan menggunakan raket
berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang
sesungguhnya dan Suttlecock berupa bambu yang didalamnya
dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam yang
dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang
tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m
maka, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena
metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu
penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan
pada Siswa SMP Negeri 5 Bandar Lampung.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan
inovatif yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Suharsimi Arikunto (1998 : 82)
Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan
sertaan.Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan
layanan professional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis
kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran
alternatif yang diyakini secara teoritis dan praktis dapat memecahkan
masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,
2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang
bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual
yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh
tiga hal penting, kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan
karena ditugaskan oleh kepala sekolah, proses latihan terjadi secara hand-on
dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, produknya adalah sebuah nilai,
karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. Tujuan
sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru
dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam
penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah
dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.
[image:47.595.157.494.492.648.2]3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral
Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. ( Hopkins, 1993 ) dalam buku ( Arikunto 1991 : 105 )
Keterangan gambar
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta
pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran,
fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk
merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini
juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
menguji keterlaksanaan rancangan.
b. Tindakan ( Action )
Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Oberservasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
suatu tindakan.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan.
Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru
melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan
kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam
bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan basil yang lebih baik
dari sebelumnya.
B. Variabel Penelitian dan Data Penelitian
1. Variabel Penelitian
a) Variabel bebas, yaitu penggunaan alat modifikasi berupa raket,
ukuran lapangan, net dan bola.
b) Variabel terikat, yaitu gerak dasar pukulan backhand dalam bulu
tangkis.
2. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini merupakan data primer dengan teknik analisis
data berupa data kuantitatif, yaitu data yang diolah melalui cara
menghitung dan membilang.
C. Subyek penelitian
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa
populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 kelas VIII D, Bandar
Lampung tahun ajaran 2010/2011.
D. Tempat dan Waktu.
1. Tempat Penelitian.
Di lapangan SMP N 5 Bandar Lampung.
2. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap
penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.
E. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan
keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan
berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah
merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian
kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di
gambarkan sebagai berikut :
F. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Pukulan Backhand Pendek
Bulutangkis
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran adalah 2x45 menit dan setiap
siklusnya dilakukan sebanyak tiga kali pembelajaran, jumlah petugas
observasi sebanyak 3 orang.
1. Siklus I
Melakukan gerak dasar pukulan backhand bulutangkis dengan
memodifikasi raket, Suttlecock, tinggi net, dan ukuran lapangan.
Rencana :
- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock
modifikasi berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan
gabus lalu ditancapkan bulu ayam 10 buah, serta kun sebagai
pembatas ukuran lapangan yang dimodifikasi berukuran panjang 15
m dan lebar 10 m.
- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar servis
backhand pendek diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan,
gerak lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 siswa untuk
mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.
- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes
bermain bulutangkis.
1. Membariskan siswa menjadi empat ber-sab
2. Berdoa
3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4. Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang
digunakan pada siklus pertama.
- Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama
adalah pengenalan aturan model pembelajaran yaitu menggunakan
modifikasi. Setiap lapangan digunakan oleh 10 siswa dan lapangan
dibagi menjadi dua sisi, sehingga setiap sisi lapangan digunakan
oleh lima siswa berhadapan dengan siswa di sisi lainnya,
memodifikasi raket menjadi raket yang terbuat dari kayu/papan,
Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan
gabus lalu ditancapkan bulu ayam, mengurangi tinggi net menjadi 1
lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang
sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar 12,10 m.
- Memberikan contoh gerak dasar pukulan backhand dengan
menggunakan modifikasi alat.
- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan
menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar
pukulan backhand yang sama menggunakan modifikasi alat secara
bergantian dengan menggunakan dua sisi lapangan yang berbeda
seara bergantian.
- Jika waktu yang digunakan adalah 60 menit, satu sisi lapangan
digunakan oleh 15 siswa dengan menggunakan 5 raket dan 5
shuttlecock secara bergantian, maka masing-masing siswa memiliki
waktu kurang lebih 20 menit untuk melakukan pengulangan
pukulan backhand. Setiap melakukan pukulan backhand satu anak
akan membutuhkan waktu kurang lebih 30 detik, maka setiap anak
akan melakukan pengulangan sebanyak 40 kali. Siswa yang telah
melakukan pukulan backhand pindah ke baris belakang.
Observasi :
Waktu yang digunakan adalah 20 menit
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase
Refleksi :
- Hasil observasi disimpulkan
- Merencanakan tindakan untuk siklus ke II
2. Siklus II
Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan dari
siklus I
Rencana :
Waktu yang digunakan adalah 10 menit
- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock
berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu
diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai
Suttlecock yang sesungguhnya, serta kun sebagai pembatas ukuran
lapangan yang dimodifikasi.
- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
peraga, dan petugas observasi.
- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar pukulan
backhand diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan, gerak
lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 untuk mengevaluasi
dan mengobservasi tindakan.
- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes
bermain bulutangkis.
2. Berdoa
3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4. Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang
digunakan pada siklus kedua.
- Penambahan kesulitan yaitu menambah tinggi net menjadi 1,25m
dari ukuran siklus I yaitu 1 m, mengganti Suttlecock berupa bola
plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi
rumbai-rumbai dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang
sesungguhnya, ukuran lapangan panjang 15 m dan lebar 10 m dari
ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar 12,10 m..
- Memberikan contoh gerak dasar pukulan backhand dengan
menggunakan modifikasi alat.
- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan
menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar
pukulan backhand yang sama dengan siklus I menggunakan
modifikasi alat secara bergantian dengan menggunakan dua sisi
lapangan yang berbeda seara bergantian.
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase
keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus II.
Refleksi :
- Hasil observasi disimpulkan
- Merencanakan tindakan untuk siklus ke III
3. Siklus III
Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan
mendekati ukuran lapangan dan tinggi net yang sebenarnya.
Rencana :
Waktu yang digunakan adalah 10 menit
- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,
yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock
modifikasi 10 buah, net, serta kun sebagai pembatas ukuran
lapangan bulutangkis yang dimodifikasi.
- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil
gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,
peraga, dan petugas observasi.
- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar pukulan
backhand diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan, gerak
lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 untuk mengevaluasi
dan mengobservasi tindakan.
- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes
1. Membariskan siswa menjadi empat ber-sab
2. Berdoa
3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa
memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.
4. Pemanasan secara umum.
Tindakan :
Waktu yang digunakan adalah 60 menit
- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang
digunakan pada siklus ketiga.
- menambah tinggi net menjadi 1,40 cm dari ukuran yang digunakan
pada siklus II yaitu 1,25 cm, ukuran lapangan panjang 15 m dan
lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar
12,10 m.
- Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan
menggunakan modifikasi alat.
- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan
menggunakan modifikasi alat,setelah itu 10 siswa melakukan
latihan melakukan pukulan backhand keatas selama 1 menit secara
bergantian, lalu siswa melakukan gerak dasar pukulan backhand
yang sama dengan cara pada siklus I dan II yaitu menggunakan
modifikasi alat secara bergantian dengan menggunakan dua sisi
lapangan yang berbeda seara bergantian.
Observasi :
Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu
pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase
keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus III.
Refleksi :
Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar pukulan backhand
dihitung berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (
Penelitian Tindakan Kelas ) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning
Ham dalam Muhajir ( 1997 : 58 ).Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK
( Penelitian Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang
aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi.
Alat itu berupa indikator – indikator serta alat modifikasi yang digunakan
dalam proses penelitian pada siklus 1 berupa raket berupa kayu / triplek yang
dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola
plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam
yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang
tingginya 1 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran
panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m
dan lebar 12,10 m.
pada siklus 2 menggunakan raket berupa kayu / triplek yang dibentuk
yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah
yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang
tingginya 1,25 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran
panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m
dan lebar 12,10 m.
pada siklus 3 menggunakan raket berupa kayu / triplek yang dibentuk
menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bambu yang
didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam
yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang
tingginya 1,40 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran
panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m
[image:58.595.107.516.574.752.2]dan lebar 12,10 m, dan serta penilaian gerak dasar pukulan backhand.
Tabel 1 Indikator Penilaian ( Instrumen )
Format Lembar Penilaian
Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainnan Bulutangkis LEMBAR PENILAIAN
Nama : ... Kelas : ... Materi : ...
No Aspek Indikator Bobot Diskripsi Skor 1 2 3
1 Sikap awal a. Sikap berdiri
berat badan bertumpu pada kaki depan dan pandangan
1
2
lurus kedepan 3 Berdiri berat badan bertumpu pada kaki belakang.
Sikap berdiri berat badan bertumpu pada kaki depan dan pandangan lurus kedepan b. Memegang raket di samping kepala dan tangan membentuk siku 1 2 3 Memegang raket di atas kepala dan tangan lurus Memegang raket di bawah dagu dan tangan berbentuk siku
Memegang raket di samping kepala dan tangan membentuk siku
2. Pelaksanaan a. Jika
menggunakan tangan kanan maka kaki kanan akan melangkah ke arah datangnya bola 1 2 3 menggunakan tangan kanan tetapi kaki kanan tidak melangkah Jika menggunakan tangan kanan maka kaki kiri akan melangkah kearah datangnya bola
Jika menggunakan tangan kanan maka kaki kanan akan melangkah ke arah datangnya bola
mata ke arah datang nya bola dan memiringkan badan ke kiri
c. Memegang dengan pegangan backhand grip dan tangan mengarah lurus ke arah datang bola dan memukul tepat pada titik tertinggi bola dengan raket 2 3 1 2 3
tidak fokus ke arah datangnya bola dan memiringkan badan ke kiri Pandangan mata ke arah datangnya bola dan
memiringkan badan ke kanan Pandangan mata ke arah datang nya bola dan
memiringkan badan ke kiri Tidak memegang raket dengan
backhand grip dan tangan tidak lurus ke arah datangnya bola
Memegang raket dengan pegangan
backhand grip dan tangan tidak mengarah lurus ke arah datangnya bola
Memegang dengan pegangan
backhand grip dan tangan mengarah lurus ke arah datang bola dan memukul tepat pada titik tertinggi bola dengan raket
3. Sikap akhir a. Pandangan
lurus kedepan
dengan tumpuan berat badan berada pada kedua kaki dan memegang raket di samping kepala serta tangan membentuk siku 2 3 tumpuan berat badan berada dikedua kaki Pandangan lurus kedepan dan tumpuan kaki berada dikaki depan, tangan tidak lurus diatas kepala
Pandangan lurus kedepan dengan tumpuan berat badan berada pada kaki depan, memegang raket di samping kepala serta tangan membentuk siku
(Adopsi Roji 2004:121 )
Keterangan :
Beri tanda () pada skor setiap siswa dalam melakukan gerakan.
1= Kurang 2= Cukup 3= Baik
H. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data
di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai
berikut :
(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)
Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan.
f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.
n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.
Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian
[image:62.595.144.515.307.407.2]yang disepakati oleh guru mata pelajaran.
Tabel 1. penetapan KKM
Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian Kompleksitas Tinggi
< 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100 Daya Dukung Tinggi
80-100 Sedang 65-79 Rendah <65 Intake Siswa Tinggi
80-100 Sedang 65-79 Rendah <65
Tabel 2. Poin/Skor pada setiap Kriteria yang ditetapkan
Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran Kompleksitas Tinggi
1 Sedang 2 Rendah 3 Daya Dukung Tinggi
3 Sedang 2 Rendah 1 Intake Siswa Tinggi
3 Sedang 2 Rendah 1
Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi,
dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;
1 + 3 + 2
9 100 = 66,7 67
Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa
[image:62.595.143.518.459.561.2]1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase
ketercapaian 67 % secara perorangan.
1. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85
% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru 79).
Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa,
jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari
pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada
tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penggunaan alat dimodifikasi berupa raket yang terbuat dari
kayu/papan, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya
dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam, dan mengurangi tinggi net
menjadi 1 m, mengurangi ukuran lapangan berukuran panjang 15 m dan
lebar 10 m pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran
dengan nilai hasil penelitian adalah nilai rata-rata 55,54, dari 35 siswa
sebanyak 15 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan rata-rata kelas
atau prosentase keberhasilan 42,86%, sedangkan siswa yang mendapat
nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 20 orang atau 57,14%. Selanjutnya <