• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI

ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012

Oleh

TONGAM ROSARIO SIDABUTAR

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar backhand pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan modifikasi modifikasi raket berupa kayu/triplek, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah, Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m, 1,40m, dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m.

(2)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR

BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR

LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

TONGAM ROSARIO SIDABUTAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan jasmani kesehatan dan Rekreasi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI

ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2011/2012

(Skripsi)

Oleh

TONGAM ROSARIO SIDABUTAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Modifikasi Bola ... 16

2. Raket Modifikasi ... 16

3. Lapangan Bulutangkis ... 19

4. Raket ... 20

5. Pegangan Gebuk Kasur... 22

6. Pegangan Inggris atau kampak... 22

7. Pegangan Jabat Tangan... 23

8. Pegangan Backhand... 24

9. Backhand Overhead... 25

10. Pukulan Clear Backhand... 26

11. Spiral Penelitian Tindakan Kelas... 32

12. Diagram Batang Perbandingan Prosentase Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Belajar Pada Temuan Awal, Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3... 56

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Pendidikan Jasmani ... 10

1. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 10

2. Pengertian Belajar Mengajar ... 11

3. Alat yang Dimodifikasi ... 12

4. Bulutangkis ... 16

5. Keterampilan Gerak ... 26

B. Kerangka Pikir ... 28

C. Hipotesis ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Metode Penelitian... 31

B. Variabel Penelitian Dan Data Penelitian ... 34

C. Subyek Penelitian ... 34

D. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 34

E. Pelaksanaan Tindakan ... 35

F. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Pukulan Backhand ... 35

1. Siklus I ... 35

2. Siklus II ... 38

(6)

G. Instrumen Penelitian... 42

H. Teknis Analisis Data ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Analisis Prosentase Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar Pukulan Backhand Pada Bulutangkis ... 50

2. Analisis Rekapitulasi Refleksi Hasil PTK Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar ... 56

a. Siklus Pertama ... 62

b. Siklus Kedua ... 51

c. Siklus Ketiga ... 63

B. Pembahasan ... 66

C. Hipotesis ... 74

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran...Halaman 1. Langkah-langkah Perhitungan Hasil Penelitian

2. Hasil Tes Awal Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis

3. Hasil Tes Siklus 1 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis

4. Hasil Tes Siklus 2 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis

5. Hasil Tes Siklus 3 Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainan Bulutangkis

6. Hasil Peningkatan Nilai Tes Awal Ke Nilai Tes Siklus 1 7. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 1 Ke Nilai Tes Siklus 2 8. Hasil Peningkatan Nilai Tes Siklus 2 Ke Nilai Tes Siklus 3 9. Surat Izin Penelitian

10. Kartu Bimbingan Skripsi 11. Photo Penelitian

(8)

MOTTO

Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,

kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya,untuk melepaskan jiwa

mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

(MAZMUR 33: 18-19)

(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. …………

Sekretaris : Drs. Frans Nurseto, M.Psi. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Herman Tarigan, M.Pd. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(10)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama :Tongam Rosario Sidabutar

NPM : 0713051056

Tempat tanggal lahir : Simpang Pematang, 30 April 1989

Alamat : Jln. Jendral Sudirman Kode Pos 34698 Mesuji.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Backhand Dalam Bulutangkis Dengan

Modifikasi Alat Pada Kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 19 september s.d 10 november 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya

ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Desember 2012

(11)

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN yang telah memberikan anugerah yang begitu banyak kepada penulis sehingga penulis dapat

mempersembahkan karya terbaik ini

kepada Ibunda dan Ayahanda yang sangat penulis sayangi

kepada Ayahanda yang telah memberikan dukungan dan motivasi agar penulis berhasil mencapai cita-cita dan menjadi yang terbaik.

Bunda, yang selalu memberikan , semangat, Perhatian, dan sayangnya kepada kakak Junita fitriani Sidabutar, abang David Paul Sidabutar serta ke 9

keponakanku yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu yang sangat penulis sayangi, terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat penulis

menjadi kuat untuk berusaha menberikan karya terbaik ini.

Almamater-ku FKIP Unila,

(12)

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR BACKHAND DALAM

BULUTANGKIS DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VIII D SMP N 5

BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Tongam Rosario Sidabutar

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051056

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Drs. Frans Nuurseto, M.Psi. NIP 19620808 198901 1 001 NIP 19630926 198001 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama Tongam Rosario Sidabutar dilahirkan di Simpang

Pematang Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, pada tanggal 30 April 1989.

Anak ke tiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Eisien Tito Sidabutar dan Ibu

Manur Panjaitan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1

Simpang Pematang Mesuji tamat tahun 2001, kemudian menempuh pendidikan

Menengah Pertama di SMPN 1 Simpang Pematang Mesuji tamat pada tahun 2004

dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Simpang Pematang Mesuji

tamat tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan yang ditempuh melalui jalur SPMB. Penulis pernah aktif di Unit

Kegiatan Mahasiswa(UKM) Tarung Derajat periode 2007-2008. pada tahun 2007

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan Juara 1 Pekan

(14)

SANWACANA

Shalom ...

Puji syukur ke hadirat TUHAN yang senantiasa melimpahkan Berkat-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

Skripsi dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar

Backhand Dalam Bulutangkis Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 5 Bandar Lampung” adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Baharrudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Surisman, S.Pd, M.Pd. Selaku Pembimbing pertama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4. Bapak Drs. Frans Nurseto, M.Psi. selaku Pembimbing kedua yang juga telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis

5. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd. selaku Pembahas atau penguji utama.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

8. Kepala SMP Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian pada siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2011/2012.

9. Bapak Budi, dan ibu Tarigan selaku guru Penjaskes di SMPN 5 Bandar

Lampung yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar lampung tahun pelajaran 2011/2012, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, ayo sukseskan program S1

(15)

12. Seseorang yang istimewa “Doraku” yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa, dukungan dan bantuannya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Shalom

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis

(16)

I. LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human

movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga

untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani bukan saja

mengembangkan dan membangkitkan potensi individu, tetapi juga ada unsur

pembentukan yang mencakup kemampuan fisik , intelektual, emosional,

sosial dan moral-spiritual. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang

dilakukan secara sadar sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk

memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kebugaran jasmani,

kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta

kepribadian yang harmonis dalam rangka membentuk manusia Indonesia

seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila.

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang membutuhkan kemampuan

fisik yang prima khususnya dayatahan tubuh secara keseluruhan, disamping

menunjukkan ciri sebagai aktivitas jasmani yang memerlukan kemampuan

anaerobik. Jika disimak hanya dari aspek pelaksanaan stroke satu persatu,

namun rangkaian kegiatan secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam satu

(17)

anaerobik-aerobik dominan. Ciri ini disimpulkan dari sifat cabang olahraga

bulutangkis berdasarkan tuntutan kondisi fisik atau kesegaran jasmani

(Herman Subarjah;2000:17)

Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer dikalangan masyarakat

saat ini. Untuk mempertegas agar pengertiannya lebih sesuai dengan apa yang

dimaksud, ada beberapa pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani

Menurut Rubiyanto ( 2003 : 52 ) yang ditulis dalam buku diktat yang berjudul

Ilmu Kepelatihan Dasar menjelaskan tentang definisi kesegaran jasmani

bahwa adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan

pekerjaan sehari-hari dengan giat dan waspada tanpa mengalami kelelahan

yang berarti, serta masih memiliki cadangan energi untuk mengisi waktu

luang dan menghadapi hal-hal darurat atau yang tidak terduga sebelumnya

atau bersifat emergency.

(Yudoprasetyo B 1981:64) mengatakan bahwa: “backhand adalah pukulan

(drive) yang dilakukan terhadap bola yang berada disamping kiri jika pemain

menggunakan tangan kanan”. Permainan bulutangkis sendiri mengalami

perkembangan yang pesat, ini terbukti dengan prestasi yang tinggi untuk

tingkat dunia dan banyaknya klub-klub bulutangkis yang ada sekarang ini.

Dimana permainan bulutangkis berkembang disekolah-sekolah, terutama

pada SMP, dan bulutangkis merupakan salah-satu cabang olahraga permainan

yang masuk dalam kurikulum pendidikan sebagai olah raga yang wajib

diajarkan dan terprogram dalam Garis–garis Besar Program Pengajaran

(18)

mewujudkan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia yang

berkualitas baik fisik maupun mental.

Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil

pendidikan dan secara makro harus ditemukan strategi atau pendekatan dan

metode pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih memberdayakan

potensi siswa. Salah satu permasalahan yang muncul dan dihadapi oleh guru

penjaskes dalam kompetensi uji diri/ bulutangkis khususnya pukulan

backhand adalah bagaimana seorang guru memilih strategi pembelajaran,

pendekatan, metode pembelajaran dan model yang cocok dan tepat dalam

penyampaian materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan

kompetensi siswa serta kemampuan memahami dan melakukan gerakan

dengan baik dan benar. Maka dari itu saat ini guru diharuskan lebih kreatif

dalam menyelesaikan, dan melaksanakan program pembelajaran yang

berkarakter dan tidak monoton. Dengan banyaknya ragam, metode, dan

model pembelajaran serta penggunaan alat modifikasi pada pembelajaran

kompetensi dasar bulutangkis khususnya gerakan pukulan backhand

diharapkan dapat meningkatkan gerak dasar bulutangkis secara menyeluruh

dan berkesinambungan serta karakteristik pembelajaran yang berkarakter,

sesuai dengan tujuan pendidikan.

Bulutangkis merupakan salah satu materi dari pendidikan jasmani di sekolah

menengah pertama, salah satu jenis gerak dasar bulutangkis yang diajarkan

disekolah yaitu pukulan backhand. Upaya meningkatkan kemampuan gerak

(19)

dibutuhkan strategi pembelajaran secara sistematis, teratur, dan menyeluruh

untuk mencapai peningkatan pembelajaran. Sistematis maksudnya adalah

harus berurutan secara teratur sehingga pembelajaran secara menyeluruh bisa

tercapai. Selain itu, di butuhkan metode belajar yang tepat, dan sesuai

dengan pembelajaran karena pukulan backhand merupakan jenis gerak dasar

yang menuntut skill yang tinggi terutama kelentukan, impact bola, daya tahan,

pegangan grip, dan kekuatan otot. Kesulitan yang di alami siswa pada gerak

dasar pukulan backhand, siswa rata-rata kesulitan melakukan gerakan

pukulan backhand disaat memukul bola, karena kurangnya kekuatan otot,

impact bola, penempatan posisi kaki, dan pegangan grip. Pada saat

menyambut bola penempatan posisi kaki siswa tidak tepat sehingga siswa

jatuh, dan masih lemah nya kemampuan otot lengan dalam proses perkenaan

bola dan otot yang berpengaruh diantaranya adalah otot triceps dan briceps

brachii. Yang membuat pukulan tidak kuat sehingga bola tanggung, dan

pegangan grip yang salah serta impact bola yang tidak tepat pada pertengahan

raket dan pengambilan bola tidak pada titik tertinggi/ sehingga bola tidak

jelas arahnya. Jika penempatan kaki tepat pada posisinya siswa tidak akan

sampai jatuh, dan bila otot kuat akan timbul pukulan kuat, serta jika pegangan

grip tepat, impact bola tepat maka pukulan bola yang dihasilkan tidak

tanggung atau tidak sempurna. Penulis melihat kesalahan-kesalahan yang

sering dilakukan siswa pada saat melakukan pukulan backhand di antaranya

pada pegangan grip yang salah, impact bola yang tidak tepat. Sedangkan

pegangan grip yang benar untuk pukulan backhan adalah pegangan backhand

(20)

impact bola yang benar adalah memukul bola pada titik tertinggi. Untuk

mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan backhand, maka perlu diciptakan

cara belajar backhand yang sesuai dan tepat, salah satunya dengan

menggunakan alat modifikasi. Pembelajaran backhand dengan alat

modifikasi merupakan salah satu cara untuk mengatasi kesulitan dalam

melakukan pukulan backhan, karena dengan alat modifikasi anak akan mudah

melakukan pukulan backhand.

Upaya mencapai tujuan pembelajaran seperti yang tertuang dalam

Kurikulum tidaklah mudah, banyak sekali kendalanya. Kurangnya sarana

pembelajaran bulutangkis merupakan faktor yang dialami sekolah-sekolah

termasuk di SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Masih banyak sekolah-sekolah

mengabaikan sarana dan prasana pembelajaran pendidikan jasmani, karena

dianggap sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani cukup

mahal. Biasanya sarana yang disediakan oleh sekolah hanya untuk

olahraga permainan, itu pun terkadang tidak sesuai dengan tuntutan

kurikulum.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada saat Praktek Pengalaman Lapangan(

PPL ) Pada waktu pembelajaran gerak dasar backhand pada umunnya

pegangan grip banyak yang salah sehingga menghasilkan bola tanggung/ tidak

kuat, selain itu hanya berkisar 70% dari siswa masih kurang penguasaan gerak

dasar pukulan backhand. Jika ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat

menguasai gerak dasar pukulan backhand tidak lebih dari 15 - 20%,

(21)

siswa banyak yang bermain-main pada saat proses pembelajaran, jika dilihat

dari kriteria ketuntasan minimal ( KKM ) di SMP N 5 Bandar Lampung adalah

67.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu

menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan

kelas ( PTK ) dengan judul ” Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak

Dasar Backhand Dalam Bulutangkis Dengan Modifikasi Alat Pada Siswa

Kelas VIII DI SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 ”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai

berikut:

1. Masih kurangnya pengetahuan siswa tentang tehnik grip raket pada waktu

backhand dalam permainan bulutangkis.

2. Masih kurangnya perkenaan bola pada raket.

3. Masih kurangnya kekuatan otot lengan dalam pelaksanaan backhand.

4. Masih kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran bulutangkis.

5. Para guru Penjaskes kurang kreatif dan inovatif dalam

membelajarkan pendidikan jasmani.

6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran backhand dengan menggunakan

(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan diatas, untuk memudahkan

penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini,

adapun pembatasan masalah tersebut adalah upaya meningkatkan

pembelajaran gerak dasar backhand dalam bulu tangkis dengan modifikasi

alat pada siswa kelas VIII D di SMPN 5 Bandar Lampung.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang

dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola

plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu

ayam yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net

yang tingginya 1 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m

dapat meningkatkan hasil pembelajaran backhand pada siswa kelas VIII D

SMP Negeri 5 Bandar Lampung?

2. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang

dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola

plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai

dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya

serta net yang tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan

lebar 10 m dapat meningkatkan hasil pembelajaran backhand pada siswa

(23)

3. Apakah dengan raket yang telah dimodifikasi berupa kayu / triplek yang

dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa

bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan

menancapkan bulu ayam yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang

sesungguhnya serta net yang tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran

panjang 15 m dan lebar 10 m dapat meningkatkan hasil pembelajaran

backhand pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk “meningkatkan kemampuan

backhand dengan modifikasi alat pada siswa kelas VIII D di SMPN 5 Bandar

Lampung”.

Tujuan Khusus:

1. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan

menggunakan modifikasi raket berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa

bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu

ayam serta net yang tingginya 1 m dan lapangan berukuran panjang 15 m

dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar Lampung.

2. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan

modifikasi alat berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa bola plastik

kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari

tali rapiah serta net yang tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran

panjang 15 m dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5

(24)

3. Untuk memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar backhand dengan

modifikasi alat berupa kayu / triplek dan Suttlecock berupa bambu yang

didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu

ayam serta net yang tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran panjang 15

m dan lebar 10 m pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Bandar

Lampung.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman dan

pengetahuan baru.

2. Memberikan masukan kepada para pembina olahraga bulutangkis, pelatih

bulutangkis, guru penjas agar dapat lebih kreatif dalam pemberian latihan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu pendidikan, khususnya

cabang olahraga bulutangkis.

4. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan perbandingan bagi yang minat

untuk menjadikan penelitian ini lebih lanjut.

5. Menambah daftar kepustakaan Universitas Negeri Lampung Khususnya

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Jasmani

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan

aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk

mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka

sistem pendidikan nasional. (Kurikulum penjaskes 2004)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif

dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara

terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap

positif bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktifitas

jasmani bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan

terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang aktif (Depdiknas, 2004 : 2 ).

Menurut Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah

mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang

(26)

kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan

jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang.

Dinata (2009) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan usaha

pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses

pendidikan berlangsung tidak terlambat oleh gangguan kesehatan dan

pertumbuhan badan. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian

integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

berfikir kritis, stabilisasi emosional, keterampilan sosial, penalaran dan

tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang

untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang

sesuai minat anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani

anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya

akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu

keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar

keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat

menyeluruh, meliputi aspek fifik, mental, emosi, sosial dan moral.

2. Pengertian Belajar Mengajar

Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya

tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan

(27)

salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu,

yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Hamalik (2003) Mengajar adalah kegiatan membimbing kegiatan

belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar

siswa. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) Mengajar merupakan suatu

proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi

kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar.

Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu

harus mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik

menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,

belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan

yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah

“ penambahan pengetahuan “.

3. Alat Yang Dimodifikasi

Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu

menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan

(28)

meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam

pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

Hamalik dalam Arsyad (2005: 15) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap

siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran

akan sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian

pesan dan isi pelajaran saat itu.

Menurut Bahagia dan Suherman (2000: 1) Modifikasi adalah menganalisa

sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk aktivitas

belajar yang potensial dan dapat memperlancar dalam pembelajaran.

Perlunya modifikasi menurut Bahagia adalah untuk menganalisa sekaligus

mengembangkan materi pelajaan dengan cara meruntunkannya dalam

bentuk aktivitas belajar yang potensial dan dapat memperlancar peserta

didik dalam belajar. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan

dan membelajarkan peserta didik dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari

tingkat keterampilan yang lebih rendah menjadi tingkat keterampilan yang

lebih tinggi.

Sudjana dan Rivai dalamArsyad (2005: 24-25) mengemukakan manfaat

(29)

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Modifikasi adalah penyesuaian alat atau perlengakapan pada suatu

kegiatan yang akan di laksanakan, modifikasi biasanya di gunakan bila

suatu lembaga, misalnya sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang

lengkap maka di buatlah modifikasi alat, agar proses pembelajaran tetap

berjalan dengan baik.

Lutan ( 1988 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk,

isi, fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya

menghilangkan aslinya. Lutan ( 1988 ) menerangkan modifikasi dalam

mata pelajaran diperlukan dengan tujuan agar siswa memperoleh kepuasan

dan mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam

berpartisipasi dan siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1). mengatasi keterbatasan

akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2). Mendukung

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3). mendukung tercapainya

(30)

proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak

seimbang. ( Lutan, 1988 ).

Keuntungan alat modifikasi pada siklus pertama, kedua, dan ketiga adalah,

hemat biaya, praktis, serta memudahkan guru untuk mengevaluasi

gerakan pukulan backhand dalam pembelajaran bulutangkis. Diharapkan

dengan pemakaian alat modifikasi raket berupa kayu/triplek, Suttlecock

berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu

ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang

didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah,

Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi

ekor dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m,

1,40m, dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m siswa akan

termotivasi untuk melakukan pukulan backhand dan mempraktikkan

teknik dasar gerakan yang sedang diajarkan dengan benar.

Perlengkapan yang di gunakan dalam penelitian gerakan pukulan

backhand:

1. Lapangan yang dimodifikasi.

2. Net .

3. Raket yang dimodifikasi.

(31)

Penggunaan alat modifikasi di atas, diharapkan dapat memotivasi anak

melakukan gerakan dengan maksimal. Sehingga pembelajaran

[image:31.595.115.514.170.399.2]

Pendidikan Jasmani yang diharapkan tercapai.

[image:31.595.333.479.445.576.2]

Gambar. Modifikasi Bola

Gambar. Raket Modifikasi

Menurut Lutan ( 1988: 10 ) pembelajaran Penjaskes dikatakan berhasil

apabila :

(32)

2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif.

3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas. 4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Tantangan teknik pukulan backhand terletak pada tingkat kekuatan

otot, kelentukan lengan untuk menghasilkan momentum yang baik,

pukulan backhand adalah posisi kaki bertumpu pada kaki depan, dan

memukul bola pada titik tertinggi bola dengan pegangan backhand.

Nilai dari pada gerakan pukulan backhand yaitu dengan memukul bola

tepat pada titik tertinggi dengan pegangan backhand.Manfaat dari

gerakan pukulan backhand adalah untuk meningkatkan kekuatan otot

lengan.

4. Bulutangkis

Bulutangkis sudah dikenal sejak abad 12 di England. Juga ada bukti bahwa

pada abad ke 17 di Polandia permainan ini dikenal dengan nama

“Battledore dan Suttlecock”. Disebut Battledose karena pemukulan dengan

pemukul kayu yang dikenali dengan nama Bat atau “Batedor” .

Bulutangkis sudah dimainkan di Eropa antara abad ke 11 dan ke 14. Cara

permainannya adalah pemain diharuskan untuk menjaga bola agar tetap

dapat dimainkan selama mungkin ( Poole, James,1986:2).

Bulutangkis adalah olahraga yang dimainkan oleh dua orang dalam

permainan tunggal dan empat orang dalam permainan ganda, pada sebuah

(33)

Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai pemukul bola, dan

bola dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Cara

bermain bulutangkis adalah melewatkan Shutlecock diatas net agar dapat

jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang

sama dari lawan. Perlengkapan permainan bulutangkis adalah :

1) Lapangan yang rata dengan ukuran panjang 13,40 meter atau 44 feet dan

lebar 6,10 meter atau 20 feet ( Tohar, 1992 : 27 ). Net atau jaring

direntangkan di tengah-tengah lapangan sebagai batas pembagi dua

lapangan. Tinggi net yang ada di tengah 1,524 meter atau 5 feet Tinggi net

dekat tiang net atau di pinggir 1,55 meter atau 5 feet, 1 inchi ( Tohar, 1992

: 27).

2) Raket : Raket dipergunakan sebagai pemukul bola. Panjang raket sekitar

26 inchi beratnya antara 3¾ sampai 5½ ons ( Poole, James, 1986 : 6 )

3) Shuttlecock : shuttlecock adalah bola yang dipergunakan dalam permainan

dibuat dari rangkaian bulu beratnya antara 73 sampai 85 grain. Pada

umumnya berat shuttlecock yang digunakan adalah 76 grain ( 1 grain =

(34)
[image:34.595.152.398.84.363.2]

Gambar 1. Lapangan Bulu Tangkis ( Tohar, 1992 : 28 ).

Peraturan permainannya pertama kali ditegaskan pada tahun

1877,.Diperbaharui tahun 1887, dan diperbaharui lagi tahun 1890. Tahun

1901 bentuk dan ukuran lapangan seperti yang berlaku sekarang sudah mulai

dipakai. Kejuaraan All England pertama kali diadakan pada tahun 1897.

Keberhasilan penyelenggaraan kejuaraaan ini merupakan perangsang bagi

tersebarnya permainan bulutangkis seluruh dunia. Persatuan bulutangkis

Irlandia didirikan tahun 1889 dan mengadakan kejuaraan yang pertama tahun

1902, dan tahun 1903 mengadakan prtandingan internasional yang pertama

antara Inggris dan Irlandia. Di Skotlandia olahraga bulutangkis pertama kali

dimainkan di Aberdeen tahun 1907 dan tahun 1911 dibentuk persatuan

(35)

resmi dari perkumpulan bulutangkis Inggris, diterbitkan pertama kali

[image:35.595.176.389.145.380.2]

tahun1907 ( Poole, James, 1986: 4 ).

Gambar 2. Raket ( Tony Grice, 2004 : 10 )

1. Gerak Dasar Permainan Bulutangkis

Menurut Suharno HP (1986:18) “Teknik adalah suatu proses gerakan

dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk

menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga”.

Pengusaaan teknik dasar dalam permainan bulutangkis merupakan

salah satu unsur yang turut menentukan menang atau kalahnya suatu

regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi

(36)

Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus dipelajari lebih

dahulu guna mengembangkan mutu permainan bulutangkis

dimainkan oleh dua regu ataupun ada juga perorangan. Mengingat

permainan bulutangkis ada yang beregu , maka kerjasama antar

pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta saling

percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Atlet, untuk

dapat berprestasi semaksimal mungkin, maka suatu tim harus

menguasai teknik dasar pemain bulutangkis supaya strategi yang

diterapkan oleh pelatih akan berjalan disekitar pertandingan. Salah

satu teknik yang harus dikuasai adalah teknik pukulan dalam

olahraga bulutangkis menurut PBSI (1979:67) yang harus dikuasai

oleh para pemain antara lain :

2. Cara memegang raket

Di dalam permainn bulutangkis ada beberapa macam caea

memegang raket, ialah :

a. Pegangan geblok kasur atau pegangan Amerika.

Cara memegang raket : letakkan raket di lantai secara mendatar,

kemudian ambillah dan peganglah sehingga bagian tangan antara

ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan yang

(37)
[image:37.595.170.378.83.319.2]

Gambar 3

Pegangan Gebuk Kasur ( Tohar, 1992 : 34 )

b. Pegangan Kampak atau pegangan Inggris.

Cara memegang raket miring di atas lantai, kemudian raket

letakan diangkat pegangannya, sehingga bagian tangan antara ibu

jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan

raket yang kecil atau sempit ( Tohar, 1992 :35 ).

Gambar : 4

Pegangan Inggris atau Kampak ( Tohar, 1992 : 36 )

[image:37.595.177.370.516.707.2]
(38)

Peganagan jenis ini juga disebut Shakehand grip atau pegangan

berjabat tangan. Caranya adalah memegang raket seperti orang

yang berjabat tangan. Caranya hampir sama dengan pegangan

Inggris, tetapi setelah raket dimiringkan tangkai dipegang dengan

cara ibu jari melekat pada bagian dalam yang kecil; sedang

jari-jari lain melekat pada bagian dalam yang lebar ( Tohar, 1992 : 36

).

[image:38.595.171.409.277.537.2]

Gambar : 5

Pegangan Jabat Tangan ( Tohar, 1992 : 37 )

d. Pegangan Backhand.

Cara memegang raket, letakkan raket miring di atas lantai

kemudian ambil dan peganglah pada pegangannya. Letak ibu jari

menempel pada bagian pegangan raket yang lebar, jari telunjuk

letaknya berada di bawah pegangan pada bagian yang kecil.

Kemudian raket diputar sedikit ke kanan sehingga letak raket

(39)
[image:39.595.171.372.84.332.2]

Gambar : 6

Pegangan Backhand ( Tohar, 1992 : 38 )

3. Cara memukul Bola

Backhand dilakauakn dengan gerakan mengulurkan tangan yang

dominant sepenuhnya ke arah atas dari sudut back hand lapangan

dan merupakan kebalikan dari pukuilan fire hand. Penguluran yang

pada siku dan rotasi tangan bagian bawah yang kuat merupakan

sumber tenaga dari pukulan overhead. Gerakan menelungkupkan

tangan bagian bawah terjadi pada pukulan backhand. Secara anatomi

tangan bagian bawah hanya dapat bergerak dengan dua cara ini.

Pelenturan pergelangan tangan atau sentakan pergelangan tangan

hanya sedikit terjadi, atau tidak sama sekali. Teknik yang sempurna

akan membuat pergelangan tangan dapat lurus secara alami dengan

raket yang terus mengikuti arah pengembalian bola. Pukulan ini

(40)

Untuk mengalihkan lawan menjauhi atau mendekati net, atau kearah

samping. Pukulan overhead yang baik dari bagian belakang lapangan

harus dilakukan untuk membuat semua pukulan kelihatan sama.

Dengan demikian lawan tidak dapat menentukan pukuklan apa yang

[image:40.595.188.505.224.411.2]

dilakukan dan kemana larinya bola ( Tony Grice, 2004 : 41 ).

Gambar 7. Backhand Overhead ( Tony Grice, 2004 : 45 )

Kegunaan utama dari pukulan clear adalah untuk membuat bola

menjauh dari lawan dan membuatnya bergerak dengan cepat.

Dengan mengarahkan bola ke belakang lawan atau dengan membuat

dia bergerak lebih cepat dari yang dia inginkan, akan membuat dia

kekurangan waktu dan membuatnya cepat lelah. Jika melakukan

clear dengan benar maka lawan harus bergegas melakukan pukulan

balasan dengan akurat dan efektif. Pukulan clear yang bersifat

menyerang merupakan clear yang cepat dan mendatar, yang berguna

untuk menempatkan bola ke belakang lawan dan menyebabkan

(41)

bersifat bertahan memiliki lintasan yang tinggi dan panjang ( Tony

[image:41.595.169.472.128.326.2]

Grice, 2004 : 41 )

Gambar 8. Pukulan Clear Backhand ( Tony Grice, 2004 : 60 )

5. Keterampilan Gerak

Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat

kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.

(Lutan, 1988: 95). Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti

pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol

sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses

belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus

dilakukan, makin kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang

harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

Belajar keterampilan gerak berlangsung melalui beberapa tahap

yakni:

1). Tahap kognitif, 2). Tahap asosiatif, dan 3). Tahap otomatis. ( Lutan

(42)

1. Tahap Kognitif.

Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari

keterampilan motorik membutuhkan informasi bagaimana cara

melaksanakan tugas gerak yang bersangkutan. Karena itu,

pelaksanaan tugas gerak itu diawali dengan penerimaan informasi

dan pembentukan pengertian, termasuk bagaimana penerapan

informasi atau pengetahuan yang diperoleh. Pada tahap ini

gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi,

kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.

2. Tahap Asosiatif.

Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara

siswa melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu

menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. Akan

nampak penampilan yang terkoordinasi dengan perkembangan

yang terjadi secara bertahap, dan lambat laun semakin konsisten.

3. Tahap Otomatis.

Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan

secara otomatis. Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak

seberapa terganggu oleh kegiatan lainnya.

B. Kerangka Pikir

Kemampuan gerak secara efesian adalah awal yang perlu dilakukan untuk

penampilan yang terampil. Penampilan gerak dasar adalah hasil dari kerja

(43)

Keberhasilan dalam belajar teknik tergantung kekhususan unsur kondisi fisik

yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik

dasar seperti daya tahan, kekuatan,kelentukan, dan koordinasi yang baik.

Suharjana (2004:70) menerangkan bahwa kelentukan bahwa kemampuan otot

atau persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang

maksimal. Dengan dimilikinya kelenturan oleh seseorang akan dapat. 1).

Mengurangi kemungkinan terjadinya cidera. 2). Membantu dalam

mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. 3). Membantu

mengembangkan prestasi. 4). Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu

melakukan gerakn-gerakan. 5). Membantu memperbaiki sikap tubuh. Dalam

melakukan gerakan pukulan backhand dibutuhkan kekuatan otot lengan,

kelentukan pergelangan lengan, pegangan grip yang tepat. Kekuatan otot

lengan khususnya otot triceps dan briceps brachii, kelentukan pergelangan

lengan, pegangan grip yang tepat di butuhkan pada gerakan pukulan

backhand agar menghasilkan momentum yang besar. Maka dari itu dalam

pembelajaran pukulan backhand digunakan alat modifikasi raket berupa

kayu/triplek, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan

gabus lalu ditancapkan bulu ayam, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang

didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah,

Suttlecock berupa bambu yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor

dengan menancapkan bulu ayam , net yang tingginya 1m,1,25m, 1,40m, dan

lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m, menggunakan alat

modifikasi ini agar siswa lebih baik dan senang dalam melakukan gerakan

(44)

C. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu “hupo” ( sementara ) dan “thesis”

(pernyataan atau teori) karena merupakan pernyataan sementara yang masih

lemah keberadaanya, hipotesis dapat menjadi penuntun ke arah proses

penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahanya.

Menurut Kunandar (2009: 89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan

bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan.

Rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan

perbaikan yang diinginkan. Menurut Suharsimi Arikunto ( 2006 : 71 ) hipotesis

adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara yang harus diuji lagi

kebenarannya melaui penelitian ilmiah

Pada penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

Secara umum hipotesisnya adalah: “ jika alat modifikasi digunakan maka dapat

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand pada siswa

kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung”. Sedangkan secara khusus adalah :

1. Jika alat modifikasi pada siklus pertama dengan menggunakan raket

berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang

sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya

dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam yang dibentuk

(45)

dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m maka, dapat

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar backhand

pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung

2. Jika alat modifikasi pada siklus kedua dengan menggunakan raket

berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang

sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya

dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah yang

dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang

tingginya 1,25 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m

maka, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar

backhand pada siswa kelas VIII D SMP N 5 Bandar Lampung.

3. Jika alat modifikasi pada siklus ketiga dengan menggunakan raket

berupa kayu / triplek yang dibentuk menyerupai raket yang

sesungguhnya dan Suttlecock berupa bambu yang didalamnya

dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam yang

dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang

tingginya 1,40 m dan lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m

maka, dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan gerak dasar

(46)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subjek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan

pada Siswa SMP Negeri 5 Bandar Lampung.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan

inovatif yang "di coba sambil berjalan " dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah. Suharsimi Arikunto (1998 : 82)

Tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan

sertaan.Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan

layanan professional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan

tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis

kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran

alternatif yang diyakini secara teoritis dan praktis dapat memecahkan

masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,

(47)

2. Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang

bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual

yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh

tiga hal penting, kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan

karena ditugaskan oleh kepala sekolah, proses latihan terjadi secara hand-on

dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, produknya adalah sebuah nilai,

karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. Tujuan

sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata dimana antara guru

dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan masalah dalam

penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah

dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

[image:47.595.157.494.492.648.2]

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas. ( Hopkins, 1993 ) dalam buku ( Arikunto 1991 : 105 )

Keterangan gambar

(48)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta

pada tahap perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran,

fasilitas sarana pendukung yang diperlukan, dan juga instrumen untuk

merekam data mengenai proses hasil tindakan. Pada perencanaan ini

juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk

menguji keterlaksanaan rancangan.

b. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

c. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat

suatu tindakan.

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang

sudah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru

melakukan sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

kata lain, penelitian tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam

bentuk proses belajar mengajar yang mengutamakan basil yang lebih baik

dari sebelumnya.

B. Variabel Penelitian dan Data Penelitian

1. Variabel Penelitian

(49)

a) Variabel bebas, yaitu penggunaan alat modifikasi berupa raket,

ukuran lapangan, net dan bola.

b) Variabel terikat, yaitu gerak dasar pukulan backhand dalam bulu

tangkis.

2. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data primer dengan teknik analisis

data berupa data kuantitatif, yaitu data yang diolah melalui cara

menghitung dan membilang.

C. Subyek penelitian

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 108 ) Menjelaskan bahwa

populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 kelas VIII D, Bandar

Lampung tahun ajaran 2010/2011.

D. Tempat dan Waktu.

1. Tempat Penelitian.

Di lapangan SMP N 5 Bandar Lampung.

2. Pelaksanaan Penelitian

Lama waktu yang diperlukan dalam penelitian sampai pada tahap

penyusunan skripsi berlangsung selama kurang lebih 3 bulan.

E. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan

(50)

keempat komponen tersebut menunjukan sebuah siklus atau kegiatan

berkelanjutan berulang. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah

merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu harus berupa rangkaian

kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. Seperti yang di

gambarkan sebagai berikut :

F. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Pukulan Backhand Pendek

Bulutangkis

Waktu yang digunakan dalam pembelajaran adalah 2x45 menit dan setiap

siklusnya dilakukan sebanyak tiga kali pembelajaran, jumlah petugas

observasi sebanyak 3 orang.

1. Siklus I

Melakukan gerak dasar pukulan backhand bulutangkis dengan

memodifikasi raket, Suttlecock, tinggi net, dan ukuran lapangan.

Rencana :

- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,

yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock

modifikasi berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan

gabus lalu ditancapkan bulu ayam 10 buah, serta kun sebagai

pembatas ukuran lapangan yang dimodifikasi berukuran panjang 15

m dan lebar 10 m.

- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,

(51)

- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar servis

backhand pendek diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan,

gerak lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 siswa untuk

mengevaluasi dan mengobservasi tindakan.

- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes

bermain bulutangkis.

1. Membariskan siswa menjadi empat ber-sab

2. Berdoa

3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa

memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4. Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang

digunakan pada siklus pertama.

- Langkah-langkah yang dilakukan pada tingkatan siklus pertama

adalah pengenalan aturan model pembelajaran yaitu menggunakan

modifikasi. Setiap lapangan digunakan oleh 10 siswa dan lapangan

dibagi menjadi dua sisi, sehingga setiap sisi lapangan digunakan

oleh lima siswa berhadapan dengan siswa di sisi lainnya,

memodifikasi raket menjadi raket yang terbuat dari kayu/papan,

Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan

gabus lalu ditancapkan bulu ayam, mengurangi tinggi net menjadi 1

(52)

lapangan berukuran panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang

sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar 12,10 m.

- Memberikan contoh gerak dasar pukulan backhand dengan

menggunakan modifikasi alat.

- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan

menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar

pukulan backhand yang sama menggunakan modifikasi alat secara

bergantian dengan menggunakan dua sisi lapangan yang berbeda

seara bergantian.

- Jika waktu yang digunakan adalah 60 menit, satu sisi lapangan

digunakan oleh 15 siswa dengan menggunakan 5 raket dan 5

shuttlecock secara bergantian, maka masing-masing siswa memiliki

waktu kurang lebih 20 menit untuk melakukan pengulangan

pukulan backhand. Setiap melakukan pukulan backhand satu anak

akan membutuhkan waktu kurang lebih 30 detik, maka setiap anak

akan melakukan pengulangan sebanyak 40 kali. Siswa yang telah

melakukan pukulan backhand pindah ke baris belakang.

Observasi :

Waktu yang digunakan adalah 20 menit

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase

(53)

Refleksi :

- Hasil observasi disimpulkan

- Merencanakan tindakan untuk siklus ke II

2. Siklus II

Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan dari

siklus I

Rencana :

Waktu yang digunakan adalah 10 menit

- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,

yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock

berupa bola plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu

diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai

Suttlecock yang sesungguhnya, serta kun sebagai pembatas ukuran

lapangan yang dimodifikasi.

- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,

peraga, dan petugas observasi.

- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar pukulan

backhand diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan, gerak

lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 untuk mengevaluasi

dan mengobservasi tindakan.

- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes

bermain bulutangkis.

(54)

2. Berdoa

3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa

memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4. Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang

digunakan pada siklus kedua.

- Penambahan kesulitan yaitu menambah tinggi net menjadi 1,25m

dari ukuran siklus I yaitu 1 m, mengganti Suttlecock berupa bola

plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi

rumbai-rumbai dari tali rapiah yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang

sesungguhnya, ukuran lapangan panjang 15 m dan lebar 10 m dari

ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar 12,10 m..

- Memberikan contoh gerak dasar pukulan backhand dengan

menggunakan modifikasi alat.

- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan

menggunakan modifikasi alat, siswa melakukan gerak dasar

pukulan backhand yang sama dengan siklus I menggunakan

modifikasi alat secara bergantian dengan menggunakan dua sisi

lapangan yang berbeda seara bergantian.

Observasi :

(55)

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase

keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus II.

Refleksi :

- Hasil observasi disimpulkan

- Merencanakan tindakan untuk siklus ke III

3. Siklus III

Menggunakan modifikasi alat yang sama menambahkan kesulitan

mendekati ukuran lapangan dan tinggi net yang sebenarnya.

Rencana :

Waktu yang digunakan adalah 10 menit

- Menyiapkan alat-alat yang berkaitan untuk proses pembelajaran,

yaitu lapangan terbuka, net, raket papan/triplek 10 buah, Suttlecock

modifikasi 10 buah, net, serta kun sebagai pembatas ukuran

lapangan bulutangkis yang dimodifikasi.

- Menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera untuk mengambil

gambar yang berhubungan saat penelitian dilaksanakan baik siswa,

peraga, dan petugas observasi.

- Menyiapkan indikator-indikator keterampilan gerak dasar pukulan

backhand diantaranya tahap awalan, tahap pelaksanaan, gerak

lanjutan berupa format penilaian sebanyak 35 untuk mengevaluasi

dan mengobservasi tindakan.

- Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes

(56)

1. Membariskan siswa menjadi empat ber-sab

2. Berdoa

3. Memberikan materi teori tujuan pembelajaran agar siswa

memiliki motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

4. Pemanasan secara umum.

Tindakan :

Waktu yang digunakan adalah 60 menit

- Memberikan penjelasan, pengenaan model pembelajaran yang

digunakan pada siklus ketiga.

- menambah tinggi net menjadi 1,40 cm dari ukuran yang digunakan

pada siklus II yaitu 1,25 cm, ukuran lapangan panjang 15 m dan

lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m dan lebar

12,10 m.

- Memberikan contoh gerak dasar servis backhand pendek dengan

menggunakan modifikasi alat.

- Setelah memperhatikan gerakan pukulan backhand dengan

menggunakan modifikasi alat,setelah itu 10 siswa melakukan

latihan melakukan pukulan backhand keatas selama 1 menit secara

bergantian, lalu siswa melakukan gerak dasar pukulan backhand

yang sama dengan cara pada siklus I dan II yaitu menggunakan

modifikasi alat secara bergantian dengan menggunakan dua sisi

lapangan yang berbeda seara bergantian.

Observasi :

(57)

Setelah tindakan dilakukan, amati, dikoreksi, diberikan waktu

pengulangan dan dinilai maka dapat diketahui presentase

keberhasilan sehingga dapat disimpulkan hasil siklus III.

Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran gerak dasar pukulan backhand

dihitung berapa persen peningkatan yang dicapai oleh siswa.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK (

Penelitian Tindakan Kelas ) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning

Ham dalam Muhajir ( 1997 : 58 ).Alat untuk mengukur instrumen dalam PTK

( Penelitian Tindakan Kelas ) dikatakan valid bila tindakan itu memegang

aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang di hadapi.

Alat itu berupa indikator – indikator serta alat modifikasi yang digunakan

dalam proses penelitian pada siklus 1 berupa raket berupa kayu / triplek yang

dibentuk menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bola

plastik kecil yang didalamnya dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam

yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang

tingginya 1 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran

panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m

dan lebar 12,10 m.

pada siklus 2 menggunakan raket berupa kayu / triplek yang dibentuk

(58)

yang didalamnya dimasukan gabus lalu diberi rumbai-rumbai dari tali rapiah

yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang

tingginya 1,25 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran

panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m

dan lebar 12,10 m.

pada siklus 3 menggunakan raket berupa kayu / triplek yang dibentuk

menyerupai raket yang sesungguhnya dan Suttlecock berupa bambu yang

didalamnya dimasukan gabus lalu diberi ekor dengan menancapkan bulu ayam

yang dibentuk menyerupai Suttlecock yang sesungguhnya serta net yang

tingginya 1,40 m dari ukuran yang sebenarnya 155 cm dan lapangan berukuran

panjang 15 m dan lebar 10 m dari ukuran yang sebenarnya panjang 19,40 m

[image:58.595.107.516.574.752.2]

dan lebar 12,10 m, dan serta penilaian gerak dasar pukulan backhand.

Tabel 1 Indikator Penilaian ( Instrumen )

Format Lembar Penilaian

Keterampilan Gerak Dasar Backhand Dalam Permainnan Bulutangkis LEMBAR PENILAIAN

Nama : ... Kelas : ... Materi : ...

No Aspek Indikator Bobot Diskripsi Skor 1 2 3

1 Sikap awal a. Sikap berdiri

berat badan bertumpu pada kaki depan dan pandangan

1

2

(59)

lurus kedepan 3 Berdiri berat badan bertumpu pada kaki belakang.

Sikap berdiri berat badan bertumpu pada kaki depan dan pandangan lurus kedepan b. Memegang raket di samping kepala dan tangan membentuk siku 1 2 3 Memegang raket di atas kepala dan tangan lurus Memegang raket di bawah dagu dan tangan berbentuk siku

Memegang raket di samping kepala dan tangan membentuk siku

2. Pelaksanaan a. Jika

menggunakan tangan kanan maka kaki kanan akan melangkah ke arah datangnya bola 1 2 3 menggunakan tangan kanan tetapi kaki kanan tidak melangkah Jika menggunakan tangan kanan maka kaki kiri akan melangkah kearah datangnya bola

Jika menggunakan tangan kanan maka kaki kanan akan melangkah ke arah datangnya bola

(60)

mata ke arah datang nya bola dan memiringkan badan ke kiri

c. Memegang dengan pegangan backhand grip dan tangan mengarah lurus ke arah datang bola dan memukul tepat pada titik tertinggi bola dengan raket 2 3 1 2 3

tidak fokus ke arah datangnya bola dan memiringkan badan ke kiri Pandangan mata ke arah datangnya bola dan

memiringkan badan ke kanan Pandangan mata ke arah datang nya bola dan

memiringkan badan ke kiri Tidak memegang raket dengan

backhand grip dan tangan tidak lurus ke arah datangnya bola

Memegang raket dengan pegangan

backhand grip dan tangan tidak mengarah lurus ke arah datangnya bola

Memegang dengan pegangan

backhand grip dan tangan mengarah lurus ke arah datang bola dan memukul tepat pada titik tertinggi bola dengan raket

3. Sikap akhir a. Pandangan

lurus kedepan

(61)

dengan tumpuan berat badan berada pada kedua kaki dan memegang raket di samping kepala serta tangan membentuk siku 2 3 tumpuan berat badan berada dikedua kaki Pandangan lurus kedepan dan tumpuan kaki berada dikaki depan, tangan tidak lurus diatas kepala

Pandangan lurus kedepan dengan tumpuan berat badan berada pada kaki depan, memegang raket di samping kepala serta tangan membentuk siku

(Adopsi Roji 2004:121 )

Keterangan :

Beri tanda () pada skor setiap siswa dalam melakukan gerakan.

1= Kurang 2= Cukup 3= Baik

H. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data

di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus sebagai

berikut :

(62)

(Subagio 1991 : 107 dalam Surisman 1997)

Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar.

n : Jumlah siswa yang mengikuti tes.

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dibuat skala penilaian

[image:62.595.144.515.307.407.2]

yang disepakati oleh guru mata pelajaran.

Tabel 1. penetapan KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan skala penilaian Kompleksitas Tinggi

< 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100 Daya Dukung Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65 Intake Siswa Tinggi

80-100 Sedang 65-79 Rendah <65

Tabel 2. Poin/Skor pada setiap Kriteria yang ditetapkan

Aspek yang dianalisis Kriteria Pensekoran Kompleksitas Tinggi

1 Sedang 2 Rendah 3 Daya Dukung Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1 Intake Siswa Tinggi

3 Sedang 2 Rendah 1

Jika indikator memiliki Kriteria Kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi,

dan intakepeserta didik sedang, maka nilai KKM-nya adalah ;

1 + 3 + 2

9 100 = 66,7 67

Selanjutnya berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka siswa

[image:62.595.143.518.459.561.2]
(63)

1. Ketuntasan belajar telah mencapai nilai ≥ 67 atau persentase

ketercapaian 67 % secara perorangan.

1. Ketuntasan belajar klasikal dicapai bila kelas tersebut telah terdapat 85

% siswa yang telah mendapat nilai ≥ 67( Pendidikan dan Latihan

Profesi Guru 79).

Dalam penelitian ini dikatakan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa,

jika jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus pertama lebih sedikit dari

pada sesudah siklus kedua dari jumlah siswa yang tuntas belajar pada

tindakan sisklus dan seterusnya, atau setiap pergantian siklus terjadi

(64)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan alat dimodifikasi berupa raket yang terbuat dari

kayu/papan, Suttlecock berupa bola plastik kecil yang didalamnya

dimasukan gabus lalu ditancapkan bulu ayam, dan mengurangi tinggi net

menjadi 1 m, mengurangi ukuran lapangan berukuran panjang 15 m dan

lebar 10 m pada siklus pertama dapat meningkatkan hasil pembelajaran

dengan nilai hasil penelitian adalah nilai rata-rata 55,54, dari 35 siswa

sebanyak 15 siswa mencapai nilai di atas atau sama dengan rata-rata kelas

atau prosentase keberhasilan 42,86%, sedangkan siswa yang mendapat

nilai di bawah rata-rata kelas sebanyak 20 orang atau 57,14%. Selanjutnya <

Gambar

Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar. Modifikasi Bola
Gambar 1.  Lapangan Bulu Tangkis  ( Tohar, 1992 : 28 ).
Gambar 2. Raket ( Tony Grice, 2004 : 10 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi yang di jalani pasangan pernikahan jarak jauh memiliki pola komunikasi yang terus menerus dan menjadi sebuah kebiasaan, seperti dari kelima responden mengatakan saat

Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen Serabi Notosuman Di Surakarta”.

kualitas tidur pada lanjut usia di Panti Jompo Aisyiyah Surakarta. Untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kualitas. tidur pada kelompok perlakuan di Panti

Insektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita, bukan hanya untuk perlindungan hasil pertanian saja, akan tetapi untuk mencegah penyebaran hama

Simpulan dari kegiatan penelitian ini adalah: Meningkatnya jumlah kader posbindulansia yang aktif, tersedianya media promosi kesehatan bagi lansia berupa leaflet dan

Garment sebuah Industri konveksi penjahitan kain batik. Data Sekunder adalah data yang diperoleh sesuai dengan penelitian ini. Data sekunder yang berkaitan dengan penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelesaian perkara pidana terhadap anak melalui diversi telah dilakukan pada tingkat penyidikan, sebagian besar berhasil dan ada

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN.. ABSTRAK