• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN 1 BALEKENCONO KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN 1 BALEKENCONO KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

LEARNING TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN 1 BALEKENCONO KECAMATAN

BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

EKA AMNA DEWI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) siswa kelas IV SDN 1 Balekencono kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Untuk mengoptimalkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV tersebut, maka penelitian ini menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang mampu membuat siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada materi globalisasi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau lazim dikenal dengan Classroom Action Research, penelitian ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu: 1. perencanaan, 2. tindakan, 3. observasi dan analisis, 4. refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, tes hasil belajar, angket, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam proses pembelajaran PKn siswa kelas IV Balekencono kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari presentase rata-rata aktivitas belajar siswa antara siklus I (65,33%), siklus II (78,58%), dan siklus III (87,87%). Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa juga meningkat dari siklus I (61,02), siklus II (62,94), dan siklus III (74,26).

(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 22 2. Diagram Presentase hasil evaluasi tes awal (pretest) dan

tes akhir (postest) per-siklus ... 73 3. Diagram Rekapitulasi Presentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 75 4. Diagram Persentase kinerja guru dalam proses pembelajaran ... 77 5. Diagram Presentase rekapitulasi hasil belajar siswa dalam

(3)

DAFTAR ISI

7. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw 18

B. Hipotesis Tindakan ... 20

(4)

2. Siklus II ... 29

3. Siklus III ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

(5)

DAFTAR TABEL

7. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus I 43 8. Distribusi hasil tes awal (Pretest) siswa siklus II ... 47

9. Distribusi hasil tes akhir (Postest) siswa pada siklus II ... 50

10. Hasil penilaian kelompok siklus II... 50

11. Kinerja guru siklus II ... 53

12. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus III ... 55

13. Distribusi hasil tes awal (Pretest) siswa siklus III ... 58

14. Distribusi hasil tes akhir (Postest) siswa pada siklus III ... 61

15. Hasil penilaian kelompok siklus III ... 62

16. Kinerja guru siklus III ... 64

17. Hasil observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran siklus III ... 65

18. Pendapat siswa terhadap model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ... 67

19. Kriteria pendapat siswa dalam persen ... 68

20. Persentase hasil belajar siswa per-siklus ... 73

21. Rekapitulasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran ... 75

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skrisi dengan judul: “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

(7)

5. Bapak Drs. Rapani, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak membimbing dengan penuh kesabaran sampai skripsi ini terwujud.

6. Bapak Drs. Ahmad Sudirman, S.Pd, M.H, selaku Dosen Pembahas yang telah mengarahkan dan memberi saran dengan penuh kesabaran sampai skripsi ini terwujud.

7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

8. Kepala Sekolah SDN 1 Balekencono Bapak Noto Prayitno, Ama. Pd, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian pada lembaga tersebut, serta dewan guru yang selalu bersikap penuh kekeluargaan. 9. Bapak M. Toha selaku guru PKn Kelas IV yang telah banyak membantu

peneliti dalam menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Balekencono.

10.Seluruh siswa Kelas IV SDN 1 Balekencono yang telah membantu kelancaran selama penelitian. Semoga bermanfaat untuk kalian semua.

11.Teman-teman senasib dan seperjuangan.

akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 2012 Penulis,

(8)

MOTTO

Barangsiapa menempuh perjalanan untuk mancari ilmu, maka

Allah akan memudahkan kepadanya jalan ke surga

(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Rapani, M.Pd __________________

Sekretaris : Dra. Asmaul Khair, M.Pd __________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. A. Sudirman, S.Pd. M.H __________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 196003151985031003

(10)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Eka Amna Dewi NPM : 0713053024 Jurusan : Ilmu Pendidikan

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ”Peningkatan

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1

Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran

2010/2011” tersebut adalah benar-benar karya sendiri. Bukan plagiat (milik orang

lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain. Adapun kutipan dalam skripsi ini sesuai

dengan kode etik karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya

dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Januari 2012 Yang membuat pernyataan

(11)

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda Drs. Jamhari Kemal dan ibunda Istiqomah, yang dengan tulus merawatku dan menyayangi aku sejak aku kecil. 2. Kedua adikku yang tercinta, Desta Armida dan Aprilia Khoirunnisa yang

rajin, pintar, soleha, dan menyayangi ayah dan ibu.

3. Eddy Musthofa, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini dan selalu mengingatkan aku untuk selalu bersabar dan tidak putus asa dalam menggapai masa depan. Terimaksih atas motivasi yang sangat berharga untukku .

4. Keluarga Besar Besar dari ibundaku, kakek tersayang Yusuf Ismail, dan nenekku Basiratun (Alm), om Hakim, om Ahmad, om Samsul, om Tarom, bulek Binti, bulek Endang.

5. Keluarga besar dari ayahandaku, kakek tersayang Drs. Muhammad Rojan Asyik (Alm) dan nenekku Sadiyem.

6. Keluarga Besar Kakekku Drs. Diman dan nenekku Nurhasanah, bulek Isti, om Ayub, om tajib. Terimakasih untuk motivasi dan semangat yang diberikan kepadaku.

(12)

Kristiana, Devi Yulita, Mauri, Yuni Mayuanti, Zum’ah, Dwi Sugito, Ahmad

Nawawi. Terimakasih ya Teman atas semangat yang kalian berikan untukku. 8. Teman-teman S-1 PGSD angkatan 2007, semoga pahit yang telah kita lalui

bersama dapat membuahkan hasil yang manis, yaitu kesuksesan di masa depan.

(13)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN 1 BALEKENCONO KECAMATAN BATANGHARI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama Mahasiwa : Eka Amna Dewi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053024

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : FKIP/Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Drs. Rapani, M.Pd Dra. Asmaul Khair, M.Pd

NIP 196007061984031004 NIP 195209191978032002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sekampung, Lampung-Timur pada tanggal 21 Juli 1990 sebagai anak pertama dari pasangan bapak Drs. Jamhari kemal dan ibu Istiqomah yang diberi nama Eka Amna Dewi.

Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur diselesaikan tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Al-Husna diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Batanghari-Lampung Timur yang diselesaikan pada tahun 2007. Tahun 2007, penulis tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan terhadap seluruh aspek yang ada di kehidupan kita, baik orang yang terdekat, masyarakat, ataupun lembaga-lembaga yang ada, baik yang terjadi secara formal maupun non formal yang mempunyai tujuan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan dari tidak baik menjadi baik yang terjadi pada diri manusia selama hidup untuk memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik dan agar mampu menghadapi tantangan-tantangan hidup di masa yang akan datang.

Ihsan (2008: 5) menyebutkan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 1 ayat 2 dan Pasal 3 dalam Solihatin (2007: 93) Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut Ihsan (2008: 6) berpendapat bahwa pendidikan perlu dilakukan usaha-usaha yang disengaja dan terencana dalam memilih isi (materi), strategi, kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai.

(16)

dan efisien metode dan cara-cara pelaksanaannya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik terlebih dahulu harus memperkokoh landasan pendidikannya.

Ruminiati (2007: 2.21) mengungkapkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar. Seorang guru yang akan mengajarkan PKn hendaknya mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa. Karena, mata pelajaran PKn mempunyai misi membina nilai, moral, dan norma secara utuh dan berkesinambungan.

Pembelajaran merupakan kegiatan-kegiatan yang diarahkan oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu materi yang berkenaan dengan sikap, keterampilan dan kemampuan akademis. Untuk dapat membantu siswa secara baik, guru harus benar-benar merencanakan pembelajaran dengan matang, untuk ini guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar belakang siswa yang dimaksud bukan sekedar latar belakang ekonomi, lingkungan, asal sekolah/pra sekolah, orang tua dan sebagainya, tetapi juga keberadaan siswa di kelas. Latar belakang siswa yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan orang tua siswa perlu diketahui oleh guru, khususnya guru yang melaksanakan pembelajaran PKn.

Ruminiati (2007: 1.15) mengemukakan bahwa Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, sedangkan sikap seseorang khususnya anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan teman bermainnya.

(17)

dan hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya juga akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

Menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007: 1.26) tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah: (1) mampu berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu Kewarganegaraan di Negaranya, (2) mau berpartisipasi dalam segala bidang secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga mampu bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan berkembang secara positif, (3) demokratis, yaitu mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik. Tujuan tersebut dikuatkan oleh pendapat Sumarsono, dkk. (2006: 3) yang menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar siswa memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut seorang guru dituntut untuk dapat memilih strategi atau pendekatan model pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(18)

yang diberikan oleh guru. Pembelajaran yang berlangsung belum terlaksana dengan baik, karena pembelajaran PKn yang kurang menekankan pada aktivitas belajar, hal ini mempengaruhi hasil belajar siswa. Dari hasil belajar siswa diperoleh data sebanyak 25 orang (73,52%) dari 34 orang siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran PKn yaitu 60.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa agar siswa lebih aktif dan kreatif sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

Slavin dalam Isjoni (2007: 15) mengemukakan In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan teori di atas, maka perlu diadakan peningkatan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada pembelajaran PKn di kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

(19)

2. Dalam aktivitas belajar, sebagian besar siswa tidak memperhatikan pembelajaran, sehingga saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa, banyak siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

3. Guru kurang bisa menerapkan metode pembelajaran yang cocok, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn masih rendah.

4. Hasil belajar yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 60.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011?

2. Bagaimanakah pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran cooperative lerning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:

(20)

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn di kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Siswa, yaitu dapat memperdalam pemahaman konsep PKn, khususnya di kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011.

b. Guru, yaitu dapat memperluas wawasan dan pengetahuan di Sekolah Dasar mengenai model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c. Sekolah, dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran di SDN 1 Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011.

(21)

2. Manfaat Teoritis

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui berbagai pengalaman dan melalui berbagai proses, seperti melihat, mendengar, mengamati, dan memahami.

Skinner dalam Ruminiati (2007: 1.5) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Sejalan dengan Skinner, Gagne dalam Ruminiati (2007: 1.6) berpendapat bahwa terjadinya belajar seseorang karena dipengaruhi faktor dari luar dan faktor dari dalam diri orang tersebut dimana keduanya saling berinteraksi.

Galloway dalam Suwarjo (2008: 34) berpendapat belajar diartikan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain.

Geoch dalam Bow 2009 (masbow.com) memberikan definisi belajar learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.

(23)

yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan itu termasuk dalam kategori belajar.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang, sedangkan aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Mulyono dalam Chaniago 2001 (id.shvoong.com) mengemukakan bahwa aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Kegiatan belajar/aktivitas belajar menurut Sudjana dalam Juliantara 2010 (kompasiana.com) sebagai proses, belajar terdiri atas enam unsur yaitu: 1) tujuan belajar, 2) siswa yang termotivasi, 3) tingkat kesulitan belajar, 4) stimulus dari lingkungan, 5) siswa yang memahami situasi dan 6) pola respons siswa.

Aktivitas belajar menurut Dierich dalam Hamalik (2001: 172) dibagi menjadi kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

(24)

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan baik jasmani maupun rohani, yang terjadi selama proses belajar, yang sangat berpengaruh terhadap keinginan belajar di dalam diri siswa dan keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar.

3. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru kepada siswa agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan dengan baik. sejalan dengan itu, Nurani dalam Ruminiati (2007: 2.14) mengungkapkan bahwa konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku siswa dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran.

Menurut Corey dalam Ruminiati (2007: 2.14) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk memungkinkan siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga.

(25)

Menurut Hamalik dalam Lia 2009 (gurulia.wordpress.com) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, proses perubahan yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, dan yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha, yaitu proses.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) yang bertujuan untuk membentuk sikap, norma, dan kepribadian siswa agar menjadi individu yang cerdas, terampil, dan bertanggung jawab.

Soemantri dalam Ruminiati (2007: 1.25) berpendapat bahwa pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N). PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan civics. Sedangkan menurut Putra dalam Ruminiati (2007: 1.9) menyatakan bahwa PKn adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-undang No.2 Tahun 1949. Undang-Undang-undang ini berisi tentang diri Kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status formal warga negara Indonesia yang kemudian diperbarui lagi dalam Undang-undang No. 12 tahun. 2006.

Sumarsono, dkk. (2006: 6) menjelaskan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan Negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(26)

education, yakni domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosiokultural. Sedangkan Menurut Fajar dalam Solihatin, dkk. (2007: 96) bahwa PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006: 2) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang mampu melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter, yaitu seseorang yang teliti, jujur, dan bertanggung jawab, seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa PKn berfungsi sebagai landasan guru untuk membekali siswa mengembangkan kemampuan dalam mengemban rasa tanggung jawab, berpikir, bertindak, serta berpartisipasi dalam hidup bermayarakat.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman dari aktivitas belajarnya. Muslihati dalam Shofyan 2010 (forum.upi.edu) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.

(27)

Gagne dalam Wahyudin, dkk. (2001: 332) hasil belajar yang di harapkan dari aktivitas belajar siswa ada lima, yaitu: (1) informasi verbal, berupa kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa baik secara lisan maupun tulisan, (2) keterampilan intelektual, berupa kecakapan yang berfungsi untuk berinteraksi dengan lingkungan, (3) strategi kognitif berupa kemampuan strategis dalam meggunakan konsep, kaidah maupun teori guna pemecahan masalah yang dihadapi, (4) keterampilan motorik, berupa kemampuan untuk melakukan ragam kegiatan yang sifatnya fisik atau jasmani, (5) sikap, yaitu antar lain direfleksikan dalam kemampuan menerima atau menolak suatu objek berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang diperoleh oleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar yang diperoleh melalui adanya usaha yang dinyatakan dalam bentuk pengetahuan, dan kecakapan dasar sehingga terjadi perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

6. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran merupakan bentuk perpaduan antara strategi, metode pembelajaran, teknik, dan taktik dalam pembelajaran. Arends dalam Suwarjo (2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan rencana pengajaran yang mengaju pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Sudrajat 2008 dalam (akhmadsudrajat.wordpress.com) model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

(28)

Winataputra dalam Rachmad 2009 (www.infogue.com) mengemukakan model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Berkaitan dengan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, penulis memilih model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, karena model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, supaya guru dan siswa merasakan adanya kemudahan dalam proses pembelajaran agar aktivitas dan hasil pembelajaran dapat terlaksana secara tuntas.

Hasan dalam Solihatin, dkk. (2005: 4) cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Djahiri dalam Isjoni (2007: 19) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.

Roger dan Johnson dalam Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu: (a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka, (d) komunikasi antar anggota, (e) evaluasi proses kelompok.

Terdapat banyak alasan mengapa pembelajaran cooperative learning digunakan dalam praktik pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Slavin dalam Suwarjo (2008: 102) pertama, bertujuan meningkatkan prestasi siswa serta hasil-hasil lainnya seperti perbaikan hubungan kelompok, penerimaan siswa yang lemah dalam kelas secara akademik, dan peningkatan self-esteem (evaluasi diri). Kedua, membantu siswa untuk belajar berpikir, memecahkan masalah, memadukan, dan menerapkan pengetahuan serta keterampilan. Ketiga, membantu dan mempermudah penyelesaian tugas pada kelas yang bersifat heterogen.

(29)

Arends dalam Suwarjo (2008: 103) berpendapat struktur tujuan cooperative learning terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain siap bekerjasama untuk mencapai tersebut.

Lie (2004: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Slavin (2010: 10) mengelompokkan jenis-jenis model pembelajaran cooperative learning sebagai berikut:

1. Student Team-Achievment Division (STAD) 2. Teams Games-Tournament (TGT)

3. Jigsaw

4. Team Accelerated Instruction (TAI)

5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan para ahli yang di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, karena pembelajaran cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerjasama dan membantu siswa lain, di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

7. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Suwarjo (2008: 117) mengungkapkan bahwa metode pengajaran jigsaw adalah adopsi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978) di Universitas Texas kemudian di adopsi oleh Slavin di Universitas John Hopkins.

(30)

Slavin (2010: 237) menjelaskan kegitan pembelajaran jigsaw terdiri dari enam tahap, yaitu: (1) persiapan pembelajaran, (2) membaca materi, (3) diskusi kelompok ahli, (4) laporan tim, (5) tes, (6) rekognisi tim. Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw penulis jabarkan sebagai berikut:

Tahap 1 : Persiapan Pembelajaran.

1. Materi. Pilihlah satu, atau dua bab, cerita, atau unit-unit lainnya, yang masing-masing mencakup materi untuk dua atau tiga hari. Jika para siswa akan membacanya di kelas, materi yang dipilih haruslah membutuhkan waktu tidak lebih dari setengah jam untuk membacanya. Jika bacaan tersebut dijadikan tugas untuk dibaca di rumah, maka pilihannya boleh lebih panjang.

2. Membagi siswa ke dalam kelompok asal yang terdiri dari empat sampai sampai enam anggota.

3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok ahli dengan membagi peran secara acak dalam tiap tim. Atau memutuskan siswa yang akan masuk ke dalam tiap kelompok, untuk memastikan bahwa di dalam tiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah.

4. Penentuan skor awal pertama. Skor awal mewakili skor rata-rata pada kuis-kuis sebelumnya. Jika memulai menggunakan jigsaw setelah memberikan kuis, gunakan skor rata-rata skor tes awal (pre test) siswa sebagai skor awal.

(31)

Tahap III : Diskusi Kelompok-Ahli. Para siswa dengan topik ahli yang sama mendiskusikannya dalam kelompok.

Tahap IV : Laporan Tim. Para ahli kembali kepada timnya masing-masing untuk

menjelaskan topik mereka kepada teman satu timnya.

Tahap V : Tes. Bagikan lembar tes akhir (post test) kepada siswa dan berikan cukup waktu bagi semua anak untuk menyelesaikannya. Siswa mengerjakan kuis secara individual.

Tahap VI : Rekognisi tim. Sesegera mungkin setelah melakukan tiap kuis, skor dihitung berdasarkan kemajuan individual dan kelompok. Berikan sertifikat atau bentuk penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi. Untuk menghitung skor kelompok, setiap poin kemajuan anggota kelompok dicatat pada lembar rangkuman kelompok, bagi jumlah total poin kemajuan seluruh anggota kelompok berdasarkan jumlah anggota kelompok yang hadir.

B. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut. “Apabila dalam pembelajaran PKn menggunakan model

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

(33)

Gambar 1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas

dari hopkins dalam Arikunto (2006: 105)

B. Subjek Tindakan Pembelajaran

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas IV SDN 1 Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 34 orang siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan serta 1 orang guru bidang studi PKn.

C. Teknik Pengumpulan Data

Perbaikan Rencana Siklus III Perencanaan Siklus

I

Refleksi Siklus I

Tindakan dan Observasi Siklus I

Refleksi Siklus II

Tindakan dan Observasi Siklus III

Refleksi Siklus III Tindakan dan Observasi Siklus II

Perbaikan Rencana Siklus II

(34)

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data. Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat, karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa, sedangkan teknik non tes dalam penelitian digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru.

D. Alat Pengumpulan Data

1.Lembar observasi suatu lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati secara langsung dengan teliti, cermat, dan hati-hati. Observasi dilakukan di kelas untuk mendapatkan gambaran langsung tentang aktivitas belajar siswa dan kinerja guru di kelas.

2.Lembar tes hasil belajar adalah alat data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan atau suruhan kepada subjek penelitian. Lembar tes digunakan untuk mendapatkan data nilai-nilai hasil belajar PKn menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw setelah berlangsung tindakan.

(35)

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Dalam hal ini nilai tes awal (pre test) siswa dibandingkan dengan nilai tes akhir (pos test) kemudian dihitung selisihnya selisihnya itu yang dijadikan ukuran kemajuan atau kemunduran belajar. Penghitungan data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptif untuk menemukan presentase, dan nilai rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Presentase aktivitas belajar setiap siswa dan guru diperoleh dengan rumus:

NP =

SM R

x 100%

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100% = Bilangan tetap

(36)

Tabel 1. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %

Tabel 2. Kriteria Taraf Keberhasilan Pembelajaran

Taraf Keberhasilan Kategori Nilai

86-100% Sangat Baik A

66-85% Baik B

46-65% Cukup C

26-45% Kurang D

0-25% Sangat kurang E

2. Nilai rata-rata hasil belajar siswa diperoleh dengan rumus:

X =

(37)

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, dilakukan tiga siklus 1. Siklus I

1. Perencanaan (planning)

Prosedur penelitian ini diawali dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, kemudian menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan angket yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai, serta menyiapkan lembar evaluasi tes awal (pre test) dan tes akhir (pos test) , kemudian menyiapkan lembar penilaian.

2. Tindakan (action)

Pada siklus I pembelajaran PKn, kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw yang meliputi beberapa tahap antara lain:

a. Guru melaksanakan tes awal (pre test) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

c. Guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang hendak diajarkan. d. Pada tahap pertama pembelajaran jigsaw, materi pembelajarannya adalah

globalisasi yang dibagi menjadi enam topik pembelajaran, yaitu: 1. Pengertian globalisasi.

2. Globalisasi di lingkungan sekitar. 3. Globalisasi dalam berbagai bidang. 4. Dampak negatif globalisasi.

(38)

6. Bukti adanya globalisasi di masyarakat.

e. Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang globalisasi f. Guru membagi siswa ke dalam kelompok asal.

g. Guru memerintahkan siswa untuk duduk bersama kelompoknya.

dan meminta siswa untuk memberikan nama untuk masing-masing kelompok. h. Guru membagi topik pembelajaran yang telah dipersiapkan kepada

masing-masing anggota kelompok asal.

i. Masing-masing siswa membaca materi yang telah dibagikan dengan topik yang berbeda. Siswa yang mendapat topik yang sama membentuk kelompok baru dengan anggota kelompok asal yang lain yang mempelajari topik pembelajaran yang sama dan disebut sebagai kelompok ahli.

j. Masing-masing kelompok ahli mendiskusikan topik yang menjadi tugas mereka.

k. Masing-masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan menjelaskan kepada kelompok asalnya mengenai topik yang telah mereka diskusikan.

l. Pada tahap selanjutnya, siswa diberi tes/kuis, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami pembelajaran yang ditugaskan. Maka, dalam proses pembelajaran model jigsaw dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri siswa karena terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan dapat memecahkannya secara berkelompok. m.Selanjutnya, guru mengumumkan skor masing-masing kelompok. Kemudian

(39)

penghargaan, pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas siswa untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

n. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam pembelajaran pada hari itu. Diskusi dilakukan dengan seluruh siswa. 3. Observasi (observation) dan Analisis

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan siklus 1, dan analisis dilakukan pada akhir siklus 1. Data yang diperoleh diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan pada siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk memperbaiki rencana kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

4. Refleksi (reflection)

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana pembelajaran yang baru pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

1. Perencanaan (planning)

(40)

menyiapkan lembar evaluasi tes awal (pre test) dan tes akhir (pos test), kemudian menyiapkan lembar penilaian seperti siklus sebelumnya.

2. Tindakan

a. Guru melaksanakan tes awal (pre test) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

c. Guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang hendak diajarkan. d. Pada siklus kedua materi pembelajarannya adalah jenis budaya Indonesia yang

pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional, yang dibagi menjadi enam topik pembelajaran, yaitu:

1) Jenis budaya daerah yang ada di Indonesia.

2) Kerjasama Indonesia dengan Negara lain di bidang kebudayaan. 3) Budaya daerah di Indonesia yang pernah ditampilkan ke luar negeri. 4) Manfaat ditampilkannya budaya Indonesia ke luar negeri.

5) Cara melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. 6) Kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar.

Tindakan pembelajaran yang dilakukan sama seperti siklus pertama. 3. Observasi (observation) dan Analisis

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan siklus II, dan analisis dilakukan pada akhir siklus II. Data yang diperoleh diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk memperbaiki rencana kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.siklus selanjutnya.

(41)

Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan mengkaji aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran yang baru pada siklus berikutnya.

3. Siklus III

1. Perencanaan (planning)

Prosedur penelitian siklus III juga diawali dengan membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif partisipatif antara guru dan peneliti dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw, kemudian menyiapkan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan angket yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran selesai, serta menyiapkan lembar evaluasi tes awal (pre test) dan tes akhir (pos test), kemudian menyiapkan lembar penilaian seperti siklus sebelumnya.

2. Tindakan (action)

a. Guru melaksanakan tes awal (pre test) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

c. Guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran yang hendak diajarkan. d. Pada siklus ketiga materi pembelajarannya adalah menentukan sikap terhadap

globalisasi yang terjadi di lingkungannya, yang dibagi menjadi enam topik pembelajaran, yaitu:

(42)

2) Perubahan perilaku masyarakat akibat globalisasi dalam budaya berpakaian dan gaya hidup serta cara menyikapinya.

3) Perubahan perilaku masyarakat akibat globalisasi dalam budaya hiburan, dan pergaulan serta cara menyikapinya.

4) Globalisasi dalam perekonomian serta cara menyikapinya.

5) Globalisasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta cara menyikapinya.

6) Globalisasi dalam pemerintahan serta cara menyikapinya. Tindakan pembelajaran yang dilakukan sama seperti siklus kedua. 3. Observasi (observation) dan Analisis

Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan siklus III, dan analisis dilakukan pada akhir siklus III. Data yang diperoleh diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan.

4. Refleksi (reflection)

(43)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN I Balekencono Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran PKn, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa terbukti dari terjadinya peningkatan aktivitas belajar siswa pada tiap siklusnya, pada siklus I pertemuan I aktivitas siswa sebesar (63,88%), pada pertemuan 2 aktivitas belajar siswa meningkat menjadi (66,82%), pada siklus II pertemuan I aktivitas belajar siswa sebesar (75,88%), kemudian pada pertemuan 2 meningkat menjadi (81,29%), dan pada siklus III pertemuan I aktivitas belajar siswa sebesar (86,58%), lalu pada pertemuan 2 aktivitas belajar siswa meningkat sebesar (89,17%). 2. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam

pembelajaran PKn di kelas IV, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sesuai dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 60, dimulai dari siklus I hasil belajar siswa sebesar (58,83%), hasil belajar siswa pada siklus II sebesar (70,58%), dan hasil belajar pada siklus III meningkat menjadi (88,23%).

(44)

SDN 1 Balekencono Kecamatan Batangghari Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2010/1011.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti menyarankan kepada pembaca atau yang berkepentingan diantaranya:

1. Bagi siswa, harus selalu menjaga kekompakan di dalam kelas dan kelompoknya serta mampu menjalin kerja sama yang baik dalam proses belajar mengajar, senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar dan pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2. Bagi guru yang mengampu mata pelajaran lain dapat mencoba menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar dan senantiasa memotivasi siswa untuk lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Gambar

Tabel
Gambar 1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2. Kriteria Taraf Keberhasilan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Sebagaimana hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa ekstrak daun ketapang ( Terminalia catappa ) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

ASMAH BT AHMAD SAKRIN

[r]