1. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan Pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, waktu dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan,factor pendukung dan penghambatnya.
2.masalah individu-kelompok dalam pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah bersumber dari kondisi tempat belajar dan pelajar yang terlibat dalam belajar Kondisi tempat belajar misalnya bisa berupa ruang kotor, papan tulis rusak, meja kursi rusak, dan sebagainya dapat mengganggu belajar[1]. Sedangkan masalah pembelajar di bagi menjadi dua, yaitu:
1. Masalah Individu
Rudolf Dreiklurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi malalui cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara lain.Dengan perkataan lain, dia akan berbuat “tidak baik” perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara tidak baik inilah oleh pasangan penulis diatas digolongkan sebagai berikut[2]:
a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain (attentiongettingbehaviors). Misal: membadut (aktif), atau serba lamban.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revengeseekingbehaviors). Misal: mengata-ngatai, memukul.
d. Peragaan ketidakmampuan: Sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apapun, karena kegagalan yang terjadi.
2. Masalah sosial (kelompok)
Dalam perkembanganya setiap individu dalam kelompok pasti akan menjumpai problem atau masalah dalam kelompok tersebut. Masalah kelompok akan muncul jika tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas akan jadi membosankan dan akhirnya para siswa dalam kelompok bersikap pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu.
Jika kebutuhan tersebut tidak dijumpai dalam kelompok maka akan timbul enam kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut[5]:
a. Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku dan kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas.
d.Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
e.Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena mengangap tugas yang diberikan kurang adil.
f.Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya.
- Akibat yang ditimbulkan
1. Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari
2. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah menuntut balas.
4. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya
benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa
yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari
kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu